Fudhail bin 'Iyadh dahulu adalah perampok terkenal di Asia Tengah namun kemudian bertobat setelah mendengar ayat Al-Quran. Ia melakukan hijrah total dengan belajar agama di Kufah dan Makkah, menjadi ulama besar yang terkenal akan ibadah dan kewaranya. Kisahnya memberikan teladan hijrah yang luar biasa.
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Hijrah Total Manta Begal.pptx
1. Hijrah Total Mantan Begal
Kisah Taubatnya FUDHAIL BIN ‘IYADH.
FUDHAIL BIN ‘IYADH Sebelum dikenal sebagai ulama besar pernah menjadi perampok
1
2. Awalnya Seorang Perampok
• FUDHAIL BIN ‘IYADH rahimahulLaah hidup sezaman antara lain
dengan Imam Malik, Sufyan bin Uyainah dan Abdullah bin al-
Mubarak.
• Fadhl bin Musa berkata, Fudhail bin ‘Iyadh dulunya adalah seorang
penyamun (pembegal/perampok) yang cukup ditakuti. Ia biasa
merampok orang-orang di daerah antara Abu Warda dan Sirjis wilayah
Khurasan (Asia Tengah),
• Fudhail bin Iyadh: Sosok yang biasa melakukan kejahatan di rute
antara Abu Warda dan Sirjis itu amat ditakuti. Jangankan bertemu
muka. Siapapun pengelana jalur itu bila mendengar namanya disebut
saja sudah merinding ketakutan.
2
3. • Suatu saat ia pernah terpikat dengan seorang wanita. Ia lalu
memanjat tembok guna melaksanakan hasratnya terhadap wanita
tersebut. Tiba-tiba ia mendengar seseorang membaca ayat QS Al-
Hadid [57]: 16) yang artinya:
“Belumkah datang waktunya bagi kaum beriman menundukkan hati
mereka guna mengingat Allah?"
• Tatkala mendengar itu, kontan tubuhnya bergetar. Ia lalu bergumam,
“Tuhanku, tentu telah tiba saatku (untuk bertobat).”
• Lalu malam itu juga ia segera bergegas pulang. Namun, saat ia tengah
berlindung dan bersembunyi di balik reruntuhan bangunan, tiba-tiba
lewat sekelompok orang. Seseorang dari mereka berkata, “Kita jalan
terus.” Yang lain menimpali, “Ya, kita jalan terus sampai pagi karena
biasanya Fudhail menghadang kita di jalan ini.”
3
4. • Mendengar itu, Fudhail bergumam, “Aku melakukan berbagai
kejahatan pada malam hari hingga sebagian dari kaum Muslim takut
kepadaku. Ya Allah, sungguh aku bertobat kepada-Mu.” Sejak itu
Fudhail bin ‘Iyadh benar-benar bertobat. Ia berhijrah. Hijrah total.
Bukan asal hijrah. Ia benar-benar berubah 180 derajat. Dari seorang
pembegal jalanan menjadi pribadi yang 'alim, shalih, ahli ibadah,
wara’ dan zuhud. Ia lalu menghabiskan banyak waktunya di Kufah
sambil berguru kepada sejumlah ulama terkemuka.
• Ia pun kemudian hijrah dan menetap di Makkah sambil terus berguru
ke sejumlah ulama besar di sana. Pada akhirnya, Fudhail bin ‘Iyadh
menjelma menjadi seorang ulama terkemuka, ahli fikih dan ahli hadis.
Fudhail bin ‘lyadh adalah seorang cerdas, kuat hapalannya dan wara’.
Tiga sifat ini merupakan modal utama seorang ahli hadis.
4
5. • Fudhail bin ‘Iyadh pun dikenal karena ketekunan dan kekhusukannya
dalam beribadah hingga dijuluki ‘Abid al-Haramayn (Ahli Ibadah
Makkah dan Madinah).
• Jika malam mulai datang, Fudhail bin ‘Iyadh biasa menggelar
sejadahnya untuk menunaikan qiyâmul-layl. Ia terus dalam keadaan
shalat hingga rasa kantuknya datang tak tertahankan. Ia pun
berbaring sebentar, untuk kemudian kembali shalat. Saat kembali
kantuknya datang tak tertahankan, ia kembali berbaring sebentar.
Kemudian ia pun kembali bangkit untuk shalat. Begitu seterusnya
hingga datang waktu subuh.
5
6. • Terkait shalat malam ini, Fudhail pernah berkata, “Jika kamu merasa
begitu berat untuk menunaikan qiyâmul-layl dan berpuasa di siang
hari, ketahuilah, sesungguhnya dirimu telah terbelenggu oleh dosa
dan maksiat yang kamu perbuat.”
• Fudhail bin ‘Iyadh pun dikenal karena kewaraan dan kezuhudannya. Ia
mencukupkan nafkah untuk dirinya dan keluarganya dari hasil
mengurus air di Makkah yang tak seberapa hasilnya. Meski hidup pas-
pasan, ia menolak segala bentuk pemberian dan hadiah dari Khalifah
ataupun para pejabatnya. Ia, misalnya, pernah menolak pemberian
uang sebesar 1000 dinar (lebih dari Rp 3,5 miliar) dari Khalifah Harun
ar-Rasyid.
6
7. • Fudhail bin Iyadh banyak memberikan nasihat bijak dan bernas.
Tentang ikhlas, misalnya, Fudhail bin ‘Iyadh berkata, “Meninggalkan
amal shalih karena manusia adalah riya. Beramal shalih karena
manusia adalah syirik. Ikhlas adalah keterbebasan dari keduanya.”
(Lihat: An-Nawawi, Al-Adzkâr, hlm. 7).
• Tentang bagaimana wujud sabar dalam menghadapi musibah, Fudhail
berkata, “Dengan tidak menceritakan musibah yang dialami.” (Lihat:
Abu Nu’aim, Hilyah al-Awliyâ’, 8/91).
• Adapun tentang iman yang sempurna, Fudhail berkata, “Seorang
hamba tidak akan menggapai hakikat iman kecuali setelah
menganggap musibah sebagai nikmat dan nikmat sebagai musibah."
(Lihat: Abu Nu’aim, Hilyah al-Awliya’, 8/94).
7
8. • Pesannya, “Jika engkau mampu untuk tidak dikenal, maka lakukanlah.
Engkau tidak akan merugi walaupun tidak dikenal. Engkau pun tidak akan
merugi walaupun tidak dipuji. Engkau tidak akan merugi walaupun kamu
tercela di mata manusia, asalkan dalam pandangan Allah engkau terpuji.”
• Tentu itu hanya secuil nasihat beliau.
• Sebagai seorang ulama besar ahli hadis dan ahli fikih, Fudhail bin Iyadh
tentu memiliki banyak murid. Di antara para muridnya pun banyak yang
menjadi ulama besar. Mereka antara lain: Imam Syafi’i, Ibnu al-Mubarak,
Al-Ja’fi, Ishaq bin Mansur As-Sauli, al-Humaidy, Yahya bin al Qaththan,
Abdrurrahman bin Mahdi, Qutaybah bin Said, Marwan bin Muhammad,
Abdurrazaq, juga Bisyr al-Hafy.
• Begitulah teladan hijrah Fudhail bin 'Iyadh rahimahulLaah. Sebuah
keteladan yang luar biasa bagi siapa saja, khususnya bagi siapapun yang
menghendaki totalitas dalam berhijrah.
8
9. • Hikmah
Ibnu al-Qayyim rahimahulLaah berkata:
Hari terbaik dan paling utama bagi seorang hamba secara mutlak
adalah hari saat ia bertobat kepada Allah
9