SlideShare a Scribd company logo
1 of 52
PEMBUATAN ALAT PRAKTIKUM
PENENTUAN MOMEN GAYA (TORSI)
Eksperimen Fisika II
Oleh :
Dwi Iswara
Distributed by :
Pakgurufisika
www.pakgurufisika.blogspot.com
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar, karena
berhubungan dengan perilaku dan struktur benda (Giancoli, 2001: 1). Fisika
mempelajari tentang materi atau zat yang meliputi sifat fisis, komposisi,
perubahan, dan energi yang dihasilkan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat pesat saat ini tidak lepas dari Fisika sebagai ilmu dasar.
Selain itu, konsep-konsep Fisika akan membantu memahami ilmu lainnya, seperti
Kimia, Ilmu Kedokteran, Teknologi Industri, Teknologi Manufaktur, dan
Teknologi Informasi.
Mengingat begitu pentingnya peranan Fisika, sudah semestinya ilmu ini
dipahami dengan baik oleh peserta didik. Upaya peserta didik dalam menguasai
konsep Fisika sering menemui hambatan-hambatan. Sebagian peserta didik
menganggap mata pelajaran Fisika sebagai mata pelajaran yang sulit. Hal ini
disebabkan Fisika banyak tersusun dari konsep-konsep yang bersifat abstrak yang
banyak menuntut intelektualitas yang relatif tinggi. Menurut beberapa penelitian,
apabila konsep-konsep yang bersifat abstrak dapat dibuat konkret maka proses
pembelajaran Fisika akan menjadi lebih menarik dan mudah dipahami.
Proses pembelajaran Fisika dapat lebih menarik dan mudah dipahami
dengan mengarahkan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan proses.
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan proses dalam dunia Fisika dapat
diperoleh dengan metode ilmiah, yaitu melalui praktikum dan pengamatan
terhadap gejala-gejala alam. Melalui praktikum dan pengamatan terhadap gejala-
gejala alam dapat menghasilkan hipotesis, teori, dan hukum-hukum. Sebaliknya
praktikum berperan pula dalam menguji teori dan hukum-hukum Fisika serta
memperbaiki praktikum-praktikum terdahulu. Oleh karena itu, dibuatlah media
pembelajaran Fisika yang dapat digunakan untuk praktikum sehingga dapat
menunjukkan gejala-gejala alam yang tidak bisa diamati dari dekat, dan sulit
diamati karena waktunya cepat bagi mata.
2
Salah satu materi Fisika yang jarang dipraktikumkan adalah pembuktian
syarat kesetimbangan benda tegar. Untuk itu penulis merancang alat untuk
membuktikan syarat kesetimbangan benda tegar dan menulis Makalah ini sebagai
sarana atau media pembelajaran Fisika yang digunakan untuk praktikum dan
disesuaikan dengan keadaan dan dikontrol dengan sebaik-baiknya sehingga proses
dan hasilnya dapat diamati dan diukur. Hasil pengukuran itu diolah untuk menarik
kesimpulan apakah suatu teori memiliki kebenaran sesuai atau tidak dengan gejala
alam.
Pada Makalah Eksperimen Fisika II ini penulis akan menjelaskan tentang
kesetimbangan benda tegar berdasarkan pengamatan dan praktikum.Sistem kerja
alat ini akan menunjukkan hubungan antara momen gaya , besar gaya dan jarak
titik tumpu ke gaya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengambil
judul Eksperimen Fisika II ”RANCANG BANGUN ALAT
KESETIMBANGAN BENDA TEGAR”.
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut :
1. Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang paling mendasar, karena
berhubungan dengan perilaku dan struktur benda.
2. Peranan Fisika bagi ilmu yang lain sangatlah penting, sehingga Fisika perlu
dipelajari terutama konsep.
3. Pemahaman konsep-konsep yang sifatnya abstrak dapat dibuat konkret dengan
menggunakan metode ilmiah, salah satunya dengan metode eksperimen atau
praktikum
3
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, penulis
membatasi permasalahan yang akan dibahas pada Makalah Eksperimen Fisika II,
sebagai berikut :
1. Materi yang akan dibuat dalam Eksperimen Fisika II adalah Momen Gaya.
2. Pembuktian Momen Gaya tersebut terbatas pada rumus:
𝜏 = 𝑟 𝐹 𝑠𝑖𝑛 𝜃
dengan:
𝜏 = besarnya momen gaya,
F = besarnya gaya,
r : panjang lengan
𝜃 : sudut yang dibentuk oleh lengan terhadap lengan gaya.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah rancangan alat yang digunakan untuk membuktikan syarat
kesetimbangan benda tegar?
2. Bagaimana cara membuktikan syarat keseimbangan benda tegar dengan
variasi beban dan posisi beban yang dibentuk ?
D. Tujuan
Dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan tujuan sebagai berikut:
1. Merancang suatu alat yang digunakan untuk membuktikan syarat
kesetimbanagan benda tegar
2. Menjelaskan cara membuktikan syarat kesetimbangan benda tegar dengan
variasi beban dan posisi benda yang berbeda.
4
E. Manfaat
Hasil penelitian Eksperimen Fisika II ini diharapkan dapat:
1. Menambah alat praktikum Fisika Dasar di Laboratorium Fisika Dasar
2. Memberikan pengetahuan kepada siswa, guru dan dosen mengenai suatu alat
yang dapat digunakan untuk membuktikan syrat kesetimbangan benda tegar.
3. Mengaplikasikan teori dan konsep Fisika ke dalam kehidupan sehari-hari
dalam bentuk suatu alat.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Vektor
Ada beberapa besaran fisis yang cukup hanya dinyatakan dengan suatu
angka dan satuan yang menyatakan besarnya saja. Ada juga besaran fisis yang tidak
cukup hanya dinyatakan dengan besarnya saja, tetapi harus juga diberikan
penjelasan tentang arahnya.
a. Besaran skalar :
Besaran skalar adalah besaran fisis yang hanya memiliki besar (kuantitas)
saja atau satu dimensi yaitu nilai. Tidak diperlukan sistem koordinat dalam besaran
scalar. Contoh besaran skalar : waktu, suhu, volume, laju, energi, usaha dll.
b. Besaran vektor :
Besaran vektor adalah besaran fisis yang mempunyai besar (kuantitas) dan
arah (memiliki dua pengertian meliputi nilai dan arah) Contoh besaran vektor
didalam Fisika adalah: kecepatan, percepatan, gaya, perpindahan, momentum dan
lain-lain. Untuk menyatakan arah vektor diperlukan sistem koordinat.
c. Penggambaran, penulisan (notasi) vektor
Sebuah vektor digambarkan dengan sebuah anak panah yang terdiri dari
pangkal (titik tangkap), ujung dan panjang anak panah. Panjang anak panah
menyatakan nilai dari vektor dan arah panah menunjukkan arah vektor.Pada
gambar (2.1) digambar vektor dengan titik pangkalnya A, titik ujungnya B serta
sesuai arah panah dan nilai vektornya sebesar panjang
dengan:
Titik A : titik pangkal (titik tangkap)
Titik B : ujung
Panjang AB : nilai (besarnya) vektor tersebut = |𝐴𝐵|
A B
6
Notasi (simbol) sebuah vektor dapat juga berupa huruf besar atau huruf
kecil, biasanya berupa huruf tebal, atau berupa huruf yang diberi tanda panah di
atasnya atau huruf miring.
Contoh:
Vektor A → (Berhuruf tebal)
Vektor 𝐴 → (Huruf dengan tanda panah di atasnya)
Vektor A → (Huruf miring)
2. Perkalian Vektor
Untuk operasi perkalian dua buah vektor, ada dua macam operasi yaitu:
a. Perkalian skalar dan vektor
Sebuah besaran skalar dengan nilai sebesar k, dapat dikalikan dengan
sebuah vektor A yang hasilnya sebuah vektor baru C yang nilainya sama dengan
nilai k dikali nilai A. Jika nilai k positif, maka arah C searah dengan A dan jika nilai
k bertanda negatif, maka arah C berlawanan dengan arah A. Secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut:
𝐶 = k 𝐴
b. Perkalian vektor dengan vektor
Ada dua jenis perkalian antara vektor dengan vektor. Pertama disebut
perkalian titik (dot product) yang menghsilkan besaran skalar dan kedua disebut
perkalian silang (cross product) yang menghasilkan besaran vektor.
1) Perkalian titik (dot product) antara dua buah vektor 𝐴 dan 𝐵 menghasilkan C,
didefinisikan secara matematis sebagai berikut
𝐴 . 𝐵 = C
dengan :
𝐴 dan 𝐵 adalah besaran vektor sedangkan C adalah besaran skalar.
Gambar 2.1 Perkalian Titik (Dot Product)
𝐴
𝐵
𝜃
0
7
Berdasarkan gambar besarnya C didefinisikan sebagai :
𝐶 = 𝐴. 𝐵 𝑐𝑜𝑠 𝜃
dengan :
A = |𝐴| : besarnya vektor 𝐴
B = |𝐵| : besarnya vektor 𝐵
𝜃 : sudut antara vektor 𝐴 dan vektor 𝐵
2) Perkalian silang (cross product)
Perkalian silang (cross product) antara dua buah vektor A dan B akan
menghasilkan C, didefinisikan sebagai berikut:
𝐴 × 𝐵 = 𝐶
𝐶 = 𝐴 𝐵 𝑠𝑖𝑛 𝜃 n
𝐶 = 𝐴. 𝐵 𝑠𝑖𝑛 𝜃
dengan:
A = |𝐴| : besarnya vektor 𝐴
B = |𝐵| : besarnya vektor 𝐵
C = |𝐶| : besarnya vektor 𝐶
𝜃 : sudut antara vektor 𝐴 dan vektor 𝐵
n : vektor satuan
Perkalian silang dua buah vektor dapat ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Perkalian Vektor (Cross Product)
3. Perkalian Tiga Buah Vektor (Triple Product)
Triple product adalah istilah yang digunakan untuk operasi perkalian tiga
buah vektor. Ada dua macam triple product yaitu yang menghasilkan skalar (triple
𝐵
0
𝜃
𝐶
𝐴
8
scalar product ) dan yang menghasilkan vektor (triple vector product ). Triple
scalar product dinyatakan sebagai:
𝐴 𝐵 × 𝐶 = 𝐴 𝑥 (𝐵 × 𝐶) 𝑥 + 𝐴 𝑦 (𝐵 × 𝐶) 𝑦 + 𝐴 𝑧 (𝐵 × 𝐶) 𝑧
Triple scalar product secara geometris menyatakan volume
parallelepiped yang dibentuk oleh vektor-vektor A, B dan C, sebagaimana
ditunjukkan dalam Gambar 2.3, Konsep triple scalar product banyak dijumpai
pada persoalan crystallography. Sedangkan triple vector product dinyatakan
dengan:
𝐴 × (𝐵 × 𝐶) = 𝐴 𝐶 𝐵 − 𝐴 𝐵 𝐶
Gambar 2.3 Interpretasi Geometris Dari Triple Product
4. Benda Tegar
Benda tegar dipandang sebagai kelompok (sistem) partikel dengan posisi
tiap partikelnya relatif tetap walaupun mereka dikenai gaya. Dengan demikian,
benda tegar didefinisikan sebagai sistem partikel dengan jarak antar posisi partikel
selalu tetap. Benda tegar dipertahankan oleh gaya internal yang disebut gaya
pengendali (constraint). Posisi partikel benda tegar seolah-olah terhubung oleh
batang-batang tanpa berat (diasumsikan massanya hanya massa partikelnya saja).
Gerakan benda tegar bentuknya tetap dan dapat dianggap sebagai benda tunggal,
yaitu sebagai gerak pusat massa benda tersebut. Benda tegar umumnya berupa
benda padat. (Trustho Raharjo, Y. Radiyono. 2008 : 187)
0
9
5. Gerak Benda Tegar
Gerak benda tegar ada dua macam, yaitu gerak translasi dan gerak rotasi.
(Trustho Raharjo, Y. Radiyono. 2008 : 187)
a. Gerak Translasi
Benda tegar bergerak translasi jika posisi dua partikel penyusun benda selalu
sejajar terhadap lintasannya. Dalam gerak translasi berlaku hukum Newton
tentang gerak.
F = 







dt
pd
=
 
dt
vmd
=
dt
vd
mv
dt
dm

Karena m konstan maka,
𝑑𝑚
𝑑𝑡
= 0
Sehingga,
𝐹 = 0 + 𝑚
𝑑𝑣
𝑑𝑡
𝐹
=
𝑚
𝑑
𝑑𝑡
𝑣
dengan :
𝐹 : gaya
m : massa benda
 v
dt
d
: perubahan kecepatan tiap satuan waktu
Seluruh partikel bergerak dengan kecepatan linier yang sama. Adapun gerak
rotasi dapat dilihat pada Gambar 2.4.
10
Gambar 2.4. Gerak Translasi
b. Gerak Rotasi
Benda tegar bergerak rotasi jika semua partikel penyusun benda melakukan
gerak melingkar terhadap titik tertentu. Titik tersebut posisinya tetap dan
disebut pusat lingkaran. Dalam gerak rotasi juga berlaku formula hukum
Newton .
L = pr 
=  vmr 
=   rrm  
=     r- rrrm  
Nilai   rr  = 0, karena r tegak lurus dengan  , sehingga   0r  .
Selain itu, nilai   2
r rr  , maka:
L = 2
rm
=
dt
d
rm
2
Karena 2
mrI  , maka:
L = I
= 2
rm
=
dt
d
rm
2
Momentum sudut diturunkan terhadap t , maka,
dt
Ld
= 





dt
d
rm
dt
d 2
0
v
v
v
11
dt
d
rm
dt
d
m
dt
dr
dt
d
r
dt
dm  2
2
2
2

Karena m dan r konstan, maka,
dt
Ld = 2
rm
Karena  2
rm , maka:
𝜏
= 𝑑
𝑑𝑡
𝐿
dengan :
L : momentum sudut
m : massa benda
r : lengan momen
 : percepatan sudut
τ : momen gaya
Semua partikel bergerak dengan kecepatan sudut yang sama terhadap sumbu
tertentu.
Gambar 2.5. Gerak Rotasi
6. Momen Gaya
Gaya yang bekerja pada benda akan menimbulkan suatu efek gerakan.
Besar dan arah efek yang ditimbulkan oleh gaya pada suatu benda bergantung pada
letak garis kerja gaya tersebut. Contohnya adalah pada gambar 2.6 Gaya 𝐹l akan
menimbulkan gerakan rotasi berlawanan dengan arah putaran jarum jam, dan
gerakan translasi ke kanan. Adapun gaya 𝐹2 akan menimbulkan gerakan rotasi
searah dengan putaran jarum jam, dan gerakan translasi ke kanan.
0
v
- v
12
Gambar 2.6. Ilustrasi Benda yang Diberi Gaya Berbeda
Untuk kedua contoh di atas, dapat dilihat bahwa disamping memiliki
kecenderungan untuk menggerakkan benda searah dengan garis kerjanya, gaya
juga memiliki kecenderungan untuk memutar (merotasikan) benda terhadap suatu
sumbu. Kecenderungan merotasikan benda ini disebut sebagai momen dari gaya
tersebut. Arah rotasi benda bergantung pada jarak titik tangkap gaya itu bekerja
terhadap suatu sumbu, atau yang lebih dikenal dengan sebutan titik acuan. Hal
terpenting untuk mempelajari gerak rotasi benda adalah memilih titik acuan.
Jika suatu gaya bekerja pada benda kaku yang berpusat pada sebuah
sumbu, benda itu cenderung berotasi pada benda tersebut. Kecenderungan suatu
gaya untuk merotasi sebuah benda terhadap sumbu tertentu diukur dengan besaran
vektor yang disebut torsi. Secara matematis momen sebuah gaya dituliskan
sebagai:
𝜏 = 𝑟 × 𝐹
𝜏 = 𝑟 × 𝑚 𝑎
𝜏 = 𝑟 × 𝑚
𝑑𝑣
𝑑𝑡
𝜏 = 𝑚 𝑟
𝑑(𝜔 × 𝑟 )
𝑑𝑡
𝜏 = 𝑚 𝑟 × 𝜔 ×
𝑑𝑟
𝑑𝑡
+ 𝑟 ×
𝑑𝜔
𝑑𝑡
Karena









dt
rd
 = 0, maka,
𝐹2
𝐹1
13
𝜏 = 𝑚 𝑟 × 𝑟 ×
𝑑𝜔
𝑑𝑡
𝜏 = 𝑚 𝑟 •
𝑑𝜔
𝑑𝑡
𝑟 − (𝑟 • 𝑟)
𝑑𝜔
𝑑𝑡
Karena r tegak lurus dengan
dt
d
, maka r
dt
d
r










= 0, sehingga:
𝜏 = 𝑚 − (𝑟 • 𝑟)
𝑑𝜔
𝑑𝑡
𝜏 = − 𝑚 𝑟2
∝
𝜏 = − 𝑚 𝑟2
∝ merupakan persamaan pada gerak melingkar dan hasil
persamaan bisa negatif atau positif tergantung dengan arah putarannya. Persamaan
momen gaya biasa ditulis sebagai berikut:
𝜏 = 𝑟 × 𝐹
𝜏 = 𝑟 𝐹 𝑠𝑖𝑛 𝜃 n
dengan :
τ : momen gaya (Nm)
𝐹 : gaya (N)
 : sudut yang dibentuk oleh gaya dengan lengan gaya
r sin  : lengan momen
n : normal satuan
Gaya dapat menyebabkan perubahan dalam gerak linier, seperti yang
dijelaskan oleh Hukum II Newton. Gaya juga, dapat menyebabkan perubahan
dalarn gerak rotasi, tetapi efektifitas gaya dalam menyebabkan perubahan
tergantung pada gaya dan lengan momen. Gabungan inilah yang disebut torsi. Torsi
memiliki satuan gaya kali panjang-newton.meter (N.m). (Serway, 2010: 465).
7. Aplikasi Momen Gaya
Untuk membuat sebuah benda mulai berotasi sekitar sumbu jelas
diperlukan gaya. Arah gaya mempengaruhi sebuah benda melakukan rotasi.
Sebagai contoh dalam Fisika yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah
Pengungkit yang sering disebut dengan tuas .
14
Tuas atau pengungkit adalah salah satu pesawat sederhana yang digunakan
untuk mengubah efek atau hasil dari suatu gaya. Hal ini dimungkinkan terjadi
dengan adanya sebuah batang ungkit dengan titik tumpu, titik gaya, dan titik beban
yang divariasikan letaknya. Tuas dibuat dari sebatang benda yang keras (seperti
balok kayu, batang bambu, atau batang logam) yang digunakan untuk mengangkat
atau mencongkel benda.
Gambar 2.7. Tuas atau Pengungkit
Kalau kita akan mengangkat benda dengan menggunakan tuas, maka kita
harus meletakkan benda di salah satu ujung pengungkit (tuas) kemudian memasang
batu atau benda apa saja sebagai penumpu dekat dengan benda seperti pada
gambar. Selanjutnya tangan kita memegang ujung batang pengungkit dan menekan
batang pengungkit tersebut secara perlahan-lahan sampai benda dapat diangkat atau
bergeser. Dengan menggunakan tuas semakin jauh jarak kuasa terhadap titik
tumpu, maka semakin kecil gaya yang diperlukan untuk mengangkat beban,dari
penjelasan diatas tuas termasuk salah satu aplikasi momen gaya dalam Fisika
B. Kerangka Berpikir
Segala sesuatu yang telah diketahui tentang dunia Fisika dan tentang
prinsip yang mengatur sifat-sifat yang dipelajari melalui percobaan atau praktikum,
yaitu dengan pengamatan terhadap gejala-gejala alam. Gejala-gejala alam yang
sukar ditemukan, yang tidak bisa diamati dari dekat dan sulit diamati dengan indera
mata, dibuat modelnya dalarn laboratorium. Kondisi-kondisinya diatur sedemikian
hingga sesuai dengan gejala alam yang sebenamya serta proses dan hasilnya
diamati atau diukur kemudian hasil pengukuran itu diolah. Dari hasil pengolahan
r
𝜃
15
inilah dapat ditarik kesimpulan apakah suatu teori memiliki kebenaran sesuai
dengan gejala alam atau tidak.
Untuk dapat memberikan penjelasan yang lebih baik mengenai praktikum
"Momen Gaya" dapat digunakan bantuan praktikum.. Kerangka berfikir dari
eksperimen ini dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Bagan Kerangka Berpikir
τ = r F sin θ
Materi Fisika
Momen Gaya
Pembuatan Alat Praktikum
Momen Gaya
Alat Praktikum Fisika
Momen Gaya
Pengujian Alat Praktikum Fisika
Momen Gaya
Materi Fisika
Gerak Benda Tegar
Materi Fisika
Vektor
Materi Fisika
Benda Tegar
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bengkel Program Studi Fisika Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September tahun 2012.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian mata kuliah
Eksperimen Fisika II ini adalah metode eksperimen. Metode ekperimen ini ini
untuk menunjukkan momen gaya, gaya, dan sudut dengan beban tertentu
C. Alat dan Bahan
Alat, bahan, beserta fungsinya yang digunakan dalam eksperimen
penentuan besarnya momen gaya terdapat dalam Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1 Alat, Bahan, dan Fungsi Alat Eksperimen Penentuan
Besarnya Momen Gaya.
No. Nama Bahan Gambar Fungsi
a. Papan kayu Tempat merangkai alat.
b. Cakram
derajat
Menunjukan besar sudut yang
dibentuk.
17
c. Balok kayu
Menunjukan besar sudut yang
dibentuk.
d. Ruji motor
Lengan gaya.
e. Neraca Pegas
Mengukur besarnya gaya yang
dihasilkan benda
f. Benang
Penghubung antara neraca pegas
dengan lengan gaya
g. Katrol Mengurangi gaya gesek pada
benang
h. Pengait
beban
Mengaitkan beban
i. Beban Variabel beban.
j. laker Memutar lengan gaya.
18
1. Desain Alat Penentuan Momen Gaya
Gambar 3.1 Desain Alat Penentuan Momen Gaya.
D. Prosedur Pembuatan Alat Praktikum
Langkah-langkah pembuatan alat praktikum untuk menentukan besarnya
momen gaya (torsi) sebagai berikut :
1. Sediakan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan alat eksperimen
penentuan besarnya momen gaya !
2. Merangkai papan kayu dengan balok kayu agar papan kayu berdiri horisontal
dengan balok kayu sebagai tumpuan !
3. Melubangi papan kayu untuk tempat laker yang berfungsi memutar ruji
sebagai lengan gaya!
4. Memasang laker tepat pada papan kayu yang sudah dilubangi!
5. Menempelkan cakram derajat pada papan kayu dengan lubang laker sebagai
pusat cakram derajat
6. Memasang ruji pada papan kayu tepat pada laker yang sudah dipasang.
7. Memasang katrol sejajar horisontal sebelah kanan dengan jarak 15 cm dari
ruji yang sudah dipasang horisotal !
8. Memasang neraca pegas sejajar vertikal sebelah atas dengan jarak 15 cm dari
katrol yang sudah dipasang !
1
2
3
4
5
6
7
Keterangan :
1. Neraca Pegas
2. Katrol
3. Benang
4. Cakram Derajat
5. Pengungkit
6. Pengait Beban
7. Papan Kayu
19
9. Dari langkah diatas akan menghasilkan alat seperti gambar berikut.
Gambar 3.2 Alat Penentuan Momen Gaya
E. Prosedur Praktikum
Langkah-langkah praktikum untuk menentukan besarnya momen gaya
(torsi) sebagai berikut :
1. Sediakan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk eksperimen penentuan
besarnya momen gaya!
2. Susunlah alat seperti pada Gambar 3.2!
3. Pasang beban yang ditentukan pada pengait beban yang sudah dirangkai pada
alat!
4. Amati sudut yang terbentuk oleh lengan gaya dengan melihat busur derajat
dan besar gaya yang dihasilkan oleh beban dengan membaca pada neraca
pegas yang terangkai di alat!
5. Ulangi percobaan 3-4 sampai 10 kali
20
6. Catatlah hasil eksperimen dalam data pengamatan !
Tabel 3.2 Data Pengamatan Percobaan Penentuan Besarnya
Momen Gaya
No. r (cm) m (gram) F (N) 𝜃 (°) γ =(90-θ)
1.
2.
3.
4.
5.
dst.
7. Ulangi langkah 3-5 dengan beban yang berbeda!
8. Masukkan data pengamatan seperti pada Tabel 3.2 !
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data menggunakan standar deviasi
berdasarkan data pengamatan kemudian dibandingkan secara teori dengan
menggunakan perumusan Fisika. Analisis data percobaan dengan standar deviasi
dan diferensial parsial, berdasarkan data pengamatan sebagai berikut :
1. Menetukan gaya yang diberikan beban pada lengan gaya.
a. Untuk menentukan besarnya gaya yang diberikan beban pada lengan
dilakukan pengukuran berulang-ulang sehingga datanya dapat dicari
dengan reratanya dengan menggunakan rumus :
dengan :
𝐹1, 𝐹2, … , 𝐹𝑛 = besarnya gaya yang diberikan beban pada
lengan gaya data ke-1,2,..n
(N)
F
= besarnya gaya yang diberikan beban pada
lengan gaya rata-rata
(N)
Σ 𝐹 =
jumlah gaya yang diberikan beban pada lengan
gaya
(N)
n = banyaknya data penelitian (N)
n
F
n
FFFF
F n 

 ......321
21
b. Selanjutnya menghitung simpangan dari pengukuran gaya yang diberikan
beban pada lengan gaya dengan standar deviasi dengan menggunakan
rumus berikut :
 
1
1
22



 
n
FFn
n
F
c. Menghitung kesalahan relatif pengukuran yaitu dengan perumusan sebagai
berikut :
%100


F
F
KR
d. Hasil pengukuran gaya yang diberikan beban pada lengan gaya yang
dilaporkan:
 mFF 
2. Menentukan sudut yang dibentuk lengan gaya akibat diberi beban
a. Untuk sudut yang dibentuk lengan gaya akibat diberi beban dilakukan
pengukuran berulang-ulang sehingga datanya dapat dicari dengan
reratanya dengan menggunakan rumus :
nn
n 



 ......321
dengan :
321 .,..,,  = sudut yang dibentuk lengan gaya akibat diberi
beban data ke-1,2,..n
(0
)
 = sudut yang dibentuk lengan gaya akibat diberi
beban rata-rata
(0
)
 =
jumlah sudut yang dibentuk lengan gaya akibat
diberi beban
(°)
n = banyaknya data penelitian (°)
b. Selanjutnya menghitung simpangan dari pengukuran sudut yang dibentuk
lengan gaya akibat diberi beban dengan standar deviasi dengan
menggunakan rumus berikut :
 
1
1
22



 
n
n
n


22
c. Menghitung kesalahan relatif pengukuran yaitu dengan perumusan sebagai
berikut :
%100




KR
d. Hasil pengukuran simpangan dari pengukuran sudut yang dibentuk lengan
gaya akibat diberi beban yang dilaporkan:
 0
 
3. Menghitung besarnya momen gaya benda dengan perumusan:
a. Menghitung besarnya momen gaya yang diberi beban tertentu dengan
perumusan :
 sinFr
dengan :
 = besarnya momen gaya (Nm)
𝐹 = besarnya gaya (N)
r = lengan gaya (m)
𝜃 = sudut yang dibentuk lengan gaya (0
)
b. Mencari nilai ∆τ dengan penurunan perumusan momen gaya benda dengan
menggunakan persamaan diferensial parsial sebagai berikut :
     2
2
2
2
2
2



 
























F
F
F
r
r
karena 𝑟 konstan, maka 𝛥𝑟 = 0.
Maka untuk :
   
  2
22
sin
sin
Fr
F
F
Fr
F
F


















Sedangkan untuk:
   
  2
2
cos
sin



















 
Fr
Fr
F
23
Jadi,
     
       
       2222
2222
2
2
2
2
2
2
cossin
cossin0

































FrFr
FrFr
F
F
r
r
c. Menghitung kesalahan relatif pengukuran yaitu dengan perumusan sebagai
berikut :
%100




KR
d. Hasil pengukuran besarnya momen gaya yang diberi beban tertentu yang
dilaporkan:
   Nm
24
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
A. Deskripsi Data
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditabulasikan datanya sebagai
berikut :
1. Beban 1, m = 11,98 gram, r = 13 cm
Tabel 4.1 Data Percobaan untuk Beban 1
No. 𝑭 (N) 𝜽 (0
) )90(  
1 0,125 23 67
2 0,125 24 66
3 0,125 23 67
4 0,125 22 68
5 0,125 23 67
6 0,125 22 68
7 0,125 23 67
8 0,125 23 67
9 0,125 23 67
10 0,150 23 67
2. Beban 2, m = 16,98 gram, r = 13 cm
Tabel 4.2 Data Percobaan untuk Beban 2
No 𝑭 (N) 𝛉 (0
) )90(  
1 0,150 26 64
2 0,175 27 63
3 0,175 26 64
4 0,175 27 63
5 0,175 27 63
6 0,175 27 63
7 0,175 27 63
8 0,175 28 62
9 0,200 26 64
10 0,200 27 63
25
3. Beban 3, m = 21,98 gram, r = 13 cm
Tabel 4.3 Data Percobaan untuk Beban 3
No 𝐅 (N) 𝛉 (0
) )90(  
1 0,225 31 59
2 0,225 32 58
3 0,225 31 59
4 0,225 31 59
5 0,225 31 59
6 0,225 31 59
7 0,225 31 59
8 0,225 32 58
9 0,250 32 58
10 0,250 32 58
4. Beban 4, m = 26,98 gram, r = 13 cm
Tabel 4.4 Data Percobaan untuk Beban 4
No 𝐅 (N) 𝛉 (0
) )90(  
1 0,250 37 53
2 0,250 37 53
3 0,275 38 52
4 0,275 37 53
5 0,275 37 53
6 0,275 37 53
7 0,275 37 53
8 0,275 36 54
9 0,275 36 54
10 0,300 36 54
B. Analisis Data
Dari data penelitian dilakukan analisis data secara kuantitatif untuk
mengetahui besar gaya, sudut dan momen gaya benda. Analisis data yang
digunakan adalah standar deviasi dan persamaan diferensial parsial, sebagaimana
telah dituliskan pada BAB III. Analisis data selengkapnya ada pada lampiran
analisis data.
26
Dari hasil data pengamatan kemudian data dihitung dengan persamaan
yang telah ditentukan dan mendapat hasil seperti Tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5 Data Perhitungan
m
(gram)
r (m)
Hasil penelitian
F (N) )(0
 τ (Nm)
11,98 0,13 )0025,01275,0(  )36,010,67(  -2
10)1,05,1( 
16,98 0,13 )004,0177,0(  )200,0200,63(  -2
10)1,01,2( 
21,98 0,13 )003,0230,0(  10)5,09,5(  -2
10)3,06,2( 
26,98 0,13 )004,0277,0(  )200,0200,53(  -2
10)5,09,2( 
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan maka, pembahasan
dalam penelitian ini adalah :
1. Desain alat yang digunakan untuk menghitung besarnya momen gaya pada
posisi sudut tertentu adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1 Desain Alat Percobaan
2. Dari data yang diperoleh dari hasil perhitungan dimasukkan ke dalam rumus
berikut :
𝜏 = 𝑟 𝐹 𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝑛
27
Dari persamaan di atas, dapat dihitung besarnya momen gaya (torsi) benda
tersebut.
3. Percobaan dilakukan dengan variasi beban, beban yang digunakan sebanyak
empat beban yang berbeda. Setelah itu dilakukan perhitungan yang
menghasilkan momen gaya (torsi) seperti pada Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Data Perhitungan Torsi
Beban Massa (gram) Torsi (Nm)
1 11,98 -2
10)1,05,1( 
2 16,98 -2
10)1,01,2( 
3 21,98 -2
10)3,06,2( 
4 26,98 -2
10)5,09,2( 
Berdasarkan data pengamatan dan analisis data yang telah diperoleh, ada
nilai momen gaya menghasilkan kesalahan relatif yang cukup besar, Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1. Kekurang tepatan peneliti saat melakukan pengukuran sehingga diperlukan
kecermatan dan ketepatan dalam pengambilan data.
2. Kesalahan paralaks dalam pembacaan skala pengukuran sehingga diperlukan
kecermatan dan ketepatan dalam pembacaan skala pengukuran.
3. Skala pada neraca pegas yang terlalu besar sehingga membuat gaya yang
dihasilkan benda kurang teliti
4. Adanya gesekan pada pada laker yang menyebabkan lengan gaya pada alat
kurang bekerja dengan baik
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Desain alat yang digunakan untuk menghitung momen gaya pada posisi sudut
tertentu yaitu dengan mengetahui panjang lengan gaya, gaya yang dihasilkan
beban tertentu dan yang dibentuk oleh lengan gaya yang di beri beban.
2. Untuk mengetahui cara menentukan momen gaya dengan variasi beban dan
posisi sudut yang dibentuk dari data yang diperoleh dari hasil perhitungan
dimasukkan ke dalam rumus berikut:
𝜏 = 𝑟 𝐹 𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝑛
Dari persamaan di atas, diperoleh momen gaya (torsi) benda tersebut.
3. Percobaan dilakukan dengan variasi beban, beban yang digunakan sebanyak
empat beban yang berbeda. dan setelah itu dilakukan perhitungan yang
menghasilkan momen gaya (torsi) sebagai berikut:
Beban Massa (gram) Torsi (Nm)
1 11,98 -2
10)1,05,1( 
2 16,98 -2
10)1,01,2( 
3 21,98 -2
10)3,06,2( 
4 26,98 -2
10)5,09,2( 
29
B. Saran
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan ”Penentuan Momen
Gaya” maka disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Alat yang telah di buat sebaiknya digunakan untuk alat demonstrasi karena
apabila digunakan sebagai alat praktikum kurang cocok dengan hasil kesalahan
relatif yang cukup besar.
2. Alat ini hanya dapat digunakan untuk mengukur momen gaya saja.
3. Bagi mahasiswa yang lain dapat membuat alat penentuan momen gaya yang
lain yang hasilnya dapat lebih akurat.
30
DAFTAR PUSTAKA
Aturan Angka Penting. 2011. Diperoleh 6 November 2012, dari
http://www.pendfisikaunlam.blogspot.com/aturan-angka-penting.html
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1 Edisi Kelima (diterjemahkan oleh Dra.
Yuhilza Hanum, M.Eng). Jakarta: Erlangga
Raharjo,T., Radiyono,Y. 2008. Fisika Mekanika. Surakarta : UNS Press.
Serway, Raymond A. dan John W. Jewett. 2004. Physics for Scientists and
Engineers (6th
Edition). USA: Thompson Brooks/Cole
Tim Praktikum Fisika Dasar II. 2012. Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar II.
Surakarta : UNS Press.
31
LAMPIRAN
Lampiran 1
ATURAN ANGKA PENTING
A. Penulisan Angka Penting
Penulisan angka penting ternyata memberikan implikasi yang amat
berharga. Untuk mengidentifikasi apakah suatu angka tertentu termasuk angka
penting atau bukan, dapat diikuti beberapa kriteria di bawah ini:
1. Semua angka bukan nol termasuk angka penting.
Contoh: 2,45 memiliki 3 angka penting.
2. Semua angka nol yang tertulis setelah titik desimal termasuk angka
penting.
Contoh: 2,60 memiliki 3 angka penting
16,00 memiliki 4 angka penting.
3. Angka nol yang tertulis di antara angka-angka penting (angka-angka
bukan nol), juga termasuk angka penting.
Contoh: 305 memiliki 3 angka penting.
20,60 memiliki 4 angka penting.
4. Angka nol yang tertulis sebelum angka bukan nol dan hanya berfungsi
sebagai penunjuk titik desimal, tidak termasuk angka penting.
Contoh: 0,5 memiliki 1 angka penting.
0,0860 memiliki 3 angka penting.
B. Perhitungan dengan Angka Penting
Setelah mencatat hasil pengukuran dengan tepat, diperoleh data-data
kuantitatif yang mengandung sejumlah angka-angka penting. Sering kali,
angka-angka tersebut harus dijumlahkan, dikurangkan, dibagi, atau dikalikan.
Ketika mengoperasikan angka-angka penting hasil pengukuran, hasil yang
didapatkan melalui perhitungan tidak mungkin memiliki ketelitian melebihi
ketelitian hasil pengukuran.
1. Penjumlahan dan pengurangan
Bila angka-angka penting dijumlahkan atau dikurangkan, maka hasil
penjumlahan atau pengurangan tersebut memiliki ketelitian sama dengan
32
ketelitian angka-angka yang dijumlahkan atau dikurangkan, yang paling
tidak teliti.
Contoh:
24,681 ketelitian hingga seperseribu
2,34 ketelitian hingga seperseratus
3,2 ketelitian hingga sepersepuluh
2. Perkalian dan pembagian
Bila angka-angka penting dibagi atau dikalikan, maka jumlah angka
penting pada hasil operasi pembagian atau perkalian tersebut paling
banyak sama dengan jumlah angka penting terkecil dari bilangan-bilangan
yang dioperasikan.
Contoh:
3,22 cm x 2,1 cm = 6,762 cm2
, maka ditulis 6,8 cm2
C. Aturan pembulatan angka-angka penting
Pada perhitungan yang melibatkan angka penting tidak dapat
diperlakukan sama seperti operasi matematik biasa. Ada beberapa aturan yang
harus diperhatikan, sehingga hasil perhitungannya tidak memiliki ketelitian
melebihi ketelitian hasil pengukuran yang dioperasikan. Ketika hasil perhitungan
memiliki ketelitian melebihi hasil pengukuran maka perlu adanya pembulatan
angka-angka penting. Aturan pembulatan angka-angka penting antara lain:
1. Angka kurang dari 5, dibulatkan ke bawah (ditiadakan)
Contoh: 12,74 dibulatkan menjadi 12,7
2. Angka lebih dari 5, dibulatkan ke atas
Contoh: 12,78 dibulatkan menjadi 12,8
3. Angka 5, dibulatkan ke atas bila angka sebelumnya ganjil dan ditiadakan
bila angka sebelumnya genap.
Contoh: 12,75 dibulatkan menjadi 12,8
12,65 dibulatkan menjadi 12,6
(www.pendfisikaunlam.blogspot.com)
33
Lampiran 2
PERHITUNGAN GAYA YANG DIPEROLEH AKIBAT LENGAN GAYA
DIBERI BEBAN (F)
a. Beban 1, m = 11,98 gram
Tabel 1.1. Data Pengamatan F Penelitian momen gaya dengan
Sudut tertentu
No. F (N) F2
(N 2
)
1. 0,125 0,015625
2. 0,125 0,015625
3. 0,150 0,0225
4. 0,125 0,015625
5. 0,125 0,015625
6. 0,125 0,015625
7. 0,125 0,015625
8. 0,125 0,015625
9. 0,125 0,015625
10. 0,125 0,015625
N=5 F =1,275 F2
=0,163125
a. Menghitung gaya benda rata-rata ( F )
N1275,0
10
275,1




F
F
N
F
F
b. Menghitung simpangan gaya benda ( F )
 
1
1
2
2



n
FFn
n
F
34
 
110
275,1)163125,0(10
10
1
2


F
9
(1,625625)63125,1
10
1 
F
9
005625,0
10
1
F
,0006250
10
1
F
,0250
10
1
F
N0025,0F
c. Menghitung kesalahan relatif (KR)
%100


F
F
KR
%100
1275,0
0025,0
KR
%909090,0KR
d. Hasil yang dilaporkan
Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar
%909090,0 maka hasil yang dilaporkan menggunakan 4 angka penting.
Sehingga hasil yang dilaporkan   N0,0025)±(0,1275 FF
b. Beban = 16,98 gram
Tabel 1.1. Data Pengamatan F Penelitian momen gaya dengan
Sudut tertentu
No. F (N) F2
(N2
)
1. 0,175 0,030625
2. 0,175 0,030625
3. 0,175 0,030625
4. 0,175 0,030625
35
5. 0,150 0,0225
6. 0,175 0,030625
7. 0,175 0,030625
8. 0,200 0,04
9. 0,200 0,04
10. 0,175 0,030625
N=5 F =1,775 F2
=0,316875
a. Menghitung gaya benda rata-rata ( F )
N1775,0
10
775,1




F
F
N
F
F
b. Menghitung simpangan gaya benda ( F )
 
1
1
2
2



n
FFn
n
F
 
110
775,1)316875,0(10
10
1
2


F
9
(3,150625)16875,3
10
1 
F
9
0,018125
10
1
F
0,00201388
10
1
F
0,044876
10
1
F
N0,0044876F
c. Menghitung kesalahan relatif (KR)
%100


F
F
KR
36
%100
1775,0
0044976,0
KR
%2,52822KR
d. Hasil yang dilaporkan
Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar
%2,52822 maka hasil yang dilaporkan menggunakan 3 angka penting.
Sehingga hasil yang dilaporkan   N0,004)±(0,177 FF
c. Beban 3= 21,98 gram
Tabel 1.3. Data Pengamatan F Penelitian Gerak Parabola dengan
Semburan Air
No. F (N) F2
(N2
)
1. 0,225 0,050625
2. 0,225 0,050625
3. 0,225 0,050625
4. 0,225 0,050625
5. 0,250 0,0625
6. 0,225 0,050625
7. 0,250 0, 0625
8. 0,225 0,050625
9. 0,225 0,050625
10. 0,225 0,050625
N=5 F =2,30 F2
=0,53
a. Menghitung gaya benda rata-rata ( F )
N23,0
10
3,2




F
F
N
F
F
37
b. Menghitung simpangan gaya benda ( F )
 
1
1
2
2



n
FFn
n
F
 
110
3,2)53,0(10
10
1
2


F
9
(5,29)3,5
10
1 
F
9
01,0
10
1
F
,0011110
10
1
F
16670,03333333
10
1
F
N316670,00333333F
c. Menghitung kesalahan relatif (KR)
%100


F
F
KR
%100
23,0
316670,00333333
KR
1,44927%KR
d. Hasil yang dilaporkan
Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar
1,44927% maka hasil yang dilaporkan menggunakan 3 angka penting.
Sehingga hasil yang dilaporkan   N0,003)±(0,230 FF
38
d. Beban = 26,98 gram
Tabel 1.1. Data Pengamatan F Penelitian momen gaya dengan
Sudut tertentu
No. F (N) F2
(N2
)
1. 0,275 0,075625
2. 0,275 0,075625
3. 0,275 0,075625
4. 0,250 0,0625
5. 0,250 0,0625
6. 0,275 0,075625
7. 0,300 0,090
8. 0,275 0,075625
9. 0,275 0,075625
10. 0,275 0,075625
N=10 F =2,775 F2
=0,744375
a. Menghitung gaya benda rata-rata ( F )
NF
F
N
F
F
2775,0
10
775,2




b. Menghitung simpangan gaya benda ( F )
 
 
9
0,018125
10
1
9
7,425625-7,44375
10
1
110
775,2)743775,0(10
10
1
1
1
2
2
2








F
F
F
n
FFn
n
F
39
N73290,00448763
3290,04487637
10
1
8880,00201388
10
1



F
F
F
c. Menghitung kesalahan relatif (KR)
%100


F
F
KR
%100
2775,0
73290,00448763
KR
1,646839%KR
d. Hasil yang dilaporkan
Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar
1,646839% maka hasil yang dilaporkan menggunakan 3 angka
penting. Sehingga hasil yang dilaporkan
  N0,004)±(0,277 FF
40
Lampiran 3
PERHITUNGAN SUDUT YANG DIPEROLEH AKIBAT LENGAN GAYA
DIBERI BEBAN (𝜃)
a. Beban 1 = 11,98 gram
Tabel 1.1. Data Pengamatan θ Penelitian momen gaya dengan
Sudut tertentu
No. θ (0
) θ2
(0
)
1. 23 529
2. 24 576
3. 23 529
4. 22 484
5. 23 529
6. 22 484
7. 23 529
8. 23 529
9. 23 529
10. 23 529
N=5 θ =229 θ2
=5247
a. Menghitung sudut yang diperoleh akibat lengan gaya diberi beban rata-
rata ( )
0
22,9
10
229








n
b. Menghitung simpangan sudut yang diperoleh akibat lengan gaya diberi
beban (  )
 
1
1
22



n
n
n


41
 
110
229)5247(10
10
1
2



9
5244152470
10
1 

9
29
10
1

3,2222222
10
1

51,79505493
10
1

3500,17950549
c. Menghitung kesalahan relatif (KR)
%100




KR
%100
22,9
350,17950549
KR
39%0,78386678KR
d. Hasil yang dilaporkan
Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar
39%0,78386678 maka hasil yang dilaporkan menggunakan 4 angka
penting. Sehingga hasil yang dilaporkan   0
0,17)±(22,90 
b. Beban = 16,98 gram
Tabel 1.1. Data Pengamatan θ Penelitian momen gaya dengan
Sudut tertentu
No. θ (0
) θ2
(0
)
1. 27 729
2. 26 676
3. 27 729
4. 27 729
42
5. 26 676
6. 27 729
7. 28 784
8. 26 676
9. 27 729
10. 27 729
N=5 θ =268 θ2
=7184
a. Menghitung sudut yang diperoleh akibat lengan gaya diberi beban rata-
rata ( )
n




10
268

0
26,8
b. Menghitung simpangan sudut yang diperoleh akibat lengan gaya diberi
beban (  ).
 
1
1
22



n
n
n


 
110
229)1847(10
10
1
2



9
7182471840
10
1 

9
16
10
1

1,7777778
10
1

42)(1,3333333
10
1

0
420,13333333
43
c. Menghitung kesalahan relatif (KR)
%0,49251244=KR
%100
26,8
420,13333333
%100




KR
KR


d. Hasil yang dilaporkan
Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar
%0,49251244 maka hasil yang dilaporkan menggunakan 4 angka
penting. Sehingga hasil yang dilaporkan   0
0,133)±(26,800 
c. Beban = 21,98 gram
Tabel 1.1. Data Pengamatan θ Penelitian momen gaya dengan
Sudut tertentu
No. θ (0
) θ2
(0
)
1. 31 961
2. 32 1024
3. 31 961
4. 31 961
5. 32 1024
6. 31 961
7. 32 1024
8. 31 961
9. 31 961
10. 32 1024
N=5 θ =314 θ2
=9862
a. Menghitung sudut yang diperoleh akibat lengan gaya diberi beban rata-
rata ( ) .
N




44
10
314

0
4,13
b. Menghitung simpangan sudut yang diperoleh akibat lengan gaya diberi
beban (  ).
 
1
1
22



n
n
n


 
110
314)9862(10
10
1
2



9
9859698620
10
1 

9
24
10
1

2,66666667
10
1

21,63299316
10
1

0
620,16329931
c. Menghitung kesalahan relatif (KR)
%100




KR
%100
31,4
620,16329931
KR
65%0,52006151=KR
d. Hasil yang dilaporkan
Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar
39%0,78386678 maka hasil yang dilaporkan menggunakan 4 angka
penting. Sehingga hasil yang dilaporkan   0
0,16)±(31,40 
45
d. Beban = 26,98 gram
Tabel 1.1. Data Pengamatan θ Penelitian Gerak Parabola dengan
Semburan Air
No. θ (0
) θ2
(0
)
11. 38 1444
12. 37 1369
13. 37 1369
14. 37 1369
15. 37 1369
16. 37 1369
17. 36 1296
18. 37 1369
19. 36 1296
20. 36 1296
N=5 θ =368 θ2
=13546
a. Menghitung Sudut yang diperoleh akibat lengan gaya diberi beban rata-
rata ( ) .
n




10
368

0
36,8
b. Menghitung simpangan sudut yang diperoleh akibat lengan gaya diberi
beban (  ).
 
1
1
22



n
n
n


 
110
368)13546(10
10
1
2



9
135424135460
10
1 

46
9
36
10
1

4
10
1

(2)
10
1

0
0,2
c. Menghitung kesalahan relatif (KR)
%100




KR
%100
36,8
0,2
KR
%0,54347876=KR
d. Hasil yang dilaporkan
Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar
%0,54347876 maka hasil yang dilaporkan menggunakan 4 angka
penting. Sehingga hasil yang dilaporkan   0
0,20)±(36,80 
47
Lampiran 4
PERHITUNGAN BESAR MOMEN GAYA BENDA
a. Torsi pada Beban 1
0
0,17)±(22,90=
N0,0025)±(0,1275=
m130,=cm13=
gram11,98=m

F
r
1) Besar momen gaya benda :
940,00644972
01),389812395(0,1275)(0)13,0(
22,90)(sin(0,1275))13,0(
sin







 Fr
2) Nilai  :
     2
2
2
2
2
2



 
































 F
F
r
r
       2222
cossin0   FrFr
       2222
cossin   FrFr
       2222
0,1722,90cos1275)((0,13)(0,+0,002522,90sin((0,13)
89)3131)(0,02(0,0000023+000625)8954)(0,00(0,0000255
37)(0,0000067+)(1,559)(10-10

52)(0,0000067
131)(0,0028872
3) Kesalahan relatif pengukuran
%100




KR
48
%100
940,00644972
310,00288721
KR
%44,76KR
4) Hasil yang dilaporkan
Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar %44,76
maka hasil yang dilaporkan menggunakan 2 angka penting. Sehingga hasil
yang dilaporkan   Nm102,9)±(6,4 -1
 
b. Torsi pada Beban 2
0
0,133)±(26,800=
N0,004)±(0,177=
m130,=cm13=
gram16,98=m

F
r
1) Besar momen gaya benda :
 sinFr
26,80)(sin(0,177))13,0(
)4508775407(0,177)(0,)13,0(
070,45087754
2) Nilai  :
     2
2
2
2
2
2



 
































 F
F
r
r
       2222
cossin0   FrFr
       2222
cossin   FrFr
       2222
0,13326,8cos177)((0,13)(0,+0,00426,80sin((0,13)
       2222
0,133850,89258581177)((0,13)(0,0,004070,45087754((0,13) 
7689)2586)(0,01(0,0004218+016)104)(0,000(0,0034356
6167))(0,0000074+5496)(0,0000000
49
1663)(0,0000075
4731)(0,0027416
3) Kesalahan relatif pengukuran :
%100




KR
%100
2210,01037469
7310,00274164
KR
%26,42KR
4) Hasil yang dilaporkan
Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar %26,42
maka hasil yang dilaporkan menggunakan 2 angka penting. Sehingga hasil
yang dilaporkan   Nm0,2)±((1,0 
c. Torsi pada Beban 3
0
0,16)±(31,40=
N0,003)±(0,230=
m130,=cm13=
gram21,98=m

F
r
1) Besar momen gaya benda :
 sinFr
31,40)(sin(0,230))13,0(
)5210096318(0,230)(0,)13,0(
2) Nilai  :
     2
2
2
2
2
2



 
































 F
F
r
r
       2222
cossin0   FrFr
       22
2
2
cossin   FrFr
       2222
0,1631,4cos230((0,13)(0,+0,00331,4sin((0,13)
50
        )0,16730,85355079230)((0,13)(0,)0,003180,52100963((0,13)
2222

)6)305)(0,025(0,0006513+00009)52251)(0,0((0,004587
7406)(0,0000166+4128)(0,0000000
1534)(0,0000167
398)(0,0040884
3) Kesalahan relatif pengukuran :
%22,46
%100
7990,01557818
980,00408843
%100





KR
KR
KR


4) Hasil yang dilaporkan
Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar
%22,46 maka hasil yang dilaporkan menggunakan 2 angka penting.
Sehingga hasil yang dilaporkan   Nm0,4)±((1,5 
d. Torsi pada Beban 4
gram16,98=m
m130,=cm13=r
N0,004)±(0,277=F
0
0,20)±(36,80=
1) Besar momen gaya benda :
 sinFr
36,8)(sin(0,277))(0,13
985)(0,5990235(0,277))(0,13
9780,02157083
51
2) Nilai  :
     2
2
2
2
2
2



 
































 F
F
r
r
       2222
cossin0   FrFr
       2222
cossin   FrFr
       2222
0,2036,8cos277)((0,13)(0,+0,00436,8sin((0,13)
       
7293)(0,0057752
5377)(0,0000333
5675)(0,0000332+9702)(0,0000000
))1897)(0,04(0,0008314+00016)21468)(0,0((0,006064
0,20090,80073137277)((0,13)(0,0,004850,59902359((0,13)
2222










3) Kesalahan relatif pengukuran :
%100




KR
%100
9780,02157083
2930,00577527
KR
%26,77KR
4) Hasil yang dilaporkan
Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar
%26,42 maka hasil yang dilaporkan menggunakan 2 angka penting.
Sehingga hasil yang dilaporkan   Nm0,5)±(2,1 

More Related Content

What's hot

Fisika Zat Padat "Model Einstein"
Fisika Zat Padat "Model Einstein"Fisika Zat Padat "Model Einstein"
Fisika Zat Padat "Model Einstein"Hendra Trisurya
 
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegarDinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegarSuta Pinatih
 
02. RPP FISIKA KD. 3.3 MATERI VEKTOR KELAS X SEMESTER 1
02. RPP FISIKA KD. 3.3 MATERI VEKTOR KELAS X SEMESTER 102. RPP FISIKA KD. 3.3 MATERI VEKTOR KELAS X SEMESTER 1
02. RPP FISIKA KD. 3.3 MATERI VEKTOR KELAS X SEMESTER 1badri rahmatulloh
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantumHana Dango
 
Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)kemenag
 
Laporan Fisdas Resonansi
Laporan Fisdas ResonansiLaporan Fisdas Resonansi
Laporan Fisdas ResonansiWidya arsy
 
Model-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatModel-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatRisdawati Hutabarat
 
Fisika : Besaran dan Satuan
Fisika : Besaran dan SatuanFisika : Besaran dan Satuan
Fisika : Besaran dan SatuanDavid Kurniawan
 
Radiasi benda hitam
Radiasi benda hitamRadiasi benda hitam
Radiasi benda hitamAhmad Ilhami
 
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeterumammuhammad27
 
Susunan Inti dan Sifat Inti
Susunan Inti dan Sifat IntiSusunan Inti dan Sifat Inti
Susunan Inti dan Sifat IntiFita Permata
 
Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Rezki Amaliah
 
ATP fase E - kimia kelas x kurikulum merdeka.docx
ATP fase E - kimia kelas x kurikulum merdeka.docxATP fase E - kimia kelas x kurikulum merdeka.docx
ATP fase E - kimia kelas x kurikulum merdeka.docxWhenyDwiRatnawati
 
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasikRyzkha Gso
 
RPP USAHA DAN ENERGI.docx
RPP USAHA DAN ENERGI.docxRPP USAHA DAN ENERGI.docx
RPP USAHA DAN ENERGI.docxelvasellya1
 

What's hot (20)

Fisika Zat Padat "Model Einstein"
Fisika Zat Padat "Model Einstein"Fisika Zat Padat "Model Einstein"
Fisika Zat Padat "Model Einstein"
 
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegarDinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar
 
02. RPP FISIKA KD. 3.3 MATERI VEKTOR KELAS X SEMESTER 1
02. RPP FISIKA KD. 3.3 MATERI VEKTOR KELAS X SEMESTER 102. RPP FISIKA KD. 3.3 MATERI VEKTOR KELAS X SEMESTER 1
02. RPP FISIKA KD. 3.3 MATERI VEKTOR KELAS X SEMESTER 1
 
Rpp (impuls dan momentum)
Rpp (impuls dan momentum)Rpp (impuls dan momentum)
Rpp (impuls dan momentum)
 
Kinematika gerak rpp
Kinematika gerak rppKinematika gerak rpp
Kinematika gerak rpp
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
 
Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)
 
struktur kristal
struktur kristalstruktur kristal
struktur kristal
 
3. rpp gerak lurus
3. rpp gerak lurus3. rpp gerak lurus
3. rpp gerak lurus
 
Laporan Fisdas Resonansi
Laporan Fisdas ResonansiLaporan Fisdas Resonansi
Laporan Fisdas Resonansi
 
Model-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatModel-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat Padat
 
Fisika : Besaran dan Satuan
Fisika : Besaran dan SatuanFisika : Besaran dan Satuan
Fisika : Besaran dan Satuan
 
Radiasi benda hitam
Radiasi benda hitamRadiasi benda hitam
Radiasi benda hitam
 
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
 
Susunan Inti dan Sifat Inti
Susunan Inti dan Sifat IntiSusunan Inti dan Sifat Inti
Susunan Inti dan Sifat Inti
 
Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)
 
ATP fase E - kimia kelas x kurikulum merdeka.docx
ATP fase E - kimia kelas x kurikulum merdeka.docxATP fase E - kimia kelas x kurikulum merdeka.docx
ATP fase E - kimia kelas x kurikulum merdeka.docx
 
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik
 
RPP USAHA DAN ENERGI.docx
RPP USAHA DAN ENERGI.docxRPP USAHA DAN ENERGI.docx
RPP USAHA DAN ENERGI.docx
 
Percobaan hukum hooke
Percobaan hukum hookePercobaan hukum hooke
Percobaan hukum hooke
 

Viewers also liked

Pembuatan alat praktikum gaya sentripental
Pembuatan alat praktikum gaya sentripentalPembuatan alat praktikum gaya sentripental
Pembuatan alat praktikum gaya sentripentalSulistiyo Wibowo
 
Makalah pembuatan Alat praktikum Brachistocrone
Makalah pembuatan Alat praktikum BrachistocroneMakalah pembuatan Alat praktikum Brachistocrone
Makalah pembuatan Alat praktikum BrachistocroneSulistiyo Wibowo
 
Pembuatan alat peraga hubungan roda roda
Pembuatan alat peraga hubungan roda rodaPembuatan alat peraga hubungan roda roda
Pembuatan alat peraga hubungan roda rodaSulistiyo Wibowo
 
Makalah pembuatan alat praktikum modulus puntir
Makalah pembuatan alat praktikum modulus puntirMakalah pembuatan alat praktikum modulus puntir
Makalah pembuatan alat praktikum modulus puntirSulistiyo Wibowo
 
Buku alat peraga_fisika
Buku alat peraga_fisikaBuku alat peraga_fisika
Buku alat peraga_fisikaRenol Doang
 
Buku alat peraga_fisika
Buku alat peraga_fisikaBuku alat peraga_fisika
Buku alat peraga_fisikaRenol Doang
 
Smart solution limit fungsi
Smart solution limit fungsiSmart solution limit fungsi
Smart solution limit fungsiSulistiyo Wibowo
 
Pembahasan Prediksi Soal IPA UN 2017
Pembahasan Prediksi Soal IPA UN 2017Pembahasan Prediksi Soal IPA UN 2017
Pembahasan Prediksi Soal IPA UN 2017Sulistiyo Wibowo
 
Buku alat peraga_fisika
Buku alat peraga_fisikaBuku alat peraga_fisika
Buku alat peraga_fisikaRenol Doang
 
Laporan modulus puntir
Laporan modulus puntirLaporan modulus puntir
Laporan modulus puntirdedeknurhuda
 
momen gaya dan momen inersia
momen gaya dan momen inersiamomen gaya dan momen inersia
momen gaya dan momen inersiaFikri Irfandi
 
Kumpulan rumus Fisika Smp lengkap
Kumpulan rumus Fisika Smp lengkapKumpulan rumus Fisika Smp lengkap
Kumpulan rumus Fisika Smp lengkapSulistiyo Wibowo
 
Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)GGM Spektafest
 
Perc. 4 momen gaya pada gaya saling sejajar
Perc. 4 momen gaya pada gaya saling sejajarPerc. 4 momen gaya pada gaya saling sejajar
Perc. 4 momen gaya pada gaya saling sejajarSMA Negeri 9 KERINCI
 
Proyek Fisika Akhir Semester
Proyek Fisika Akhir SemesterProyek Fisika Akhir Semester
Proyek Fisika Akhir Semestermeiccamei
 

Viewers also liked (20)

Pembuatan alat praktikum gaya sentripental
Pembuatan alat praktikum gaya sentripentalPembuatan alat praktikum gaya sentripental
Pembuatan alat praktikum gaya sentripental
 
Makalah pembuatan Alat praktikum Brachistocrone
Makalah pembuatan Alat praktikum BrachistocroneMakalah pembuatan Alat praktikum Brachistocrone
Makalah pembuatan Alat praktikum Brachistocrone
 
Pembuatan alat peraga hubungan roda roda
Pembuatan alat peraga hubungan roda rodaPembuatan alat peraga hubungan roda roda
Pembuatan alat peraga hubungan roda roda
 
Ayunan balistik
Ayunan balistikAyunan balistik
Ayunan balistik
 
Makalah pembuatan alat praktikum modulus puntir
Makalah pembuatan alat praktikum modulus puntirMakalah pembuatan alat praktikum modulus puntir
Makalah pembuatan alat praktikum modulus puntir
 
Buku alat peraga_fisika
Buku alat peraga_fisikaBuku alat peraga_fisika
Buku alat peraga_fisika
 
25 Eksperimen Fisika Sederhana
25 Eksperimen Fisika Sederhana25 Eksperimen Fisika Sederhana
25 Eksperimen Fisika Sederhana
 
Alat Peraga Fisika
Alat Peraga FisikaAlat Peraga Fisika
Alat Peraga Fisika
 
Buku alat peraga_fisika
Buku alat peraga_fisikaBuku alat peraga_fisika
Buku alat peraga_fisika
 
Smart solution limit fungsi
Smart solution limit fungsiSmart solution limit fungsi
Smart solution limit fungsi
 
Pembahasan Prediksi Soal IPA UN 2017
Pembahasan Prediksi Soal IPA UN 2017Pembahasan Prediksi Soal IPA UN 2017
Pembahasan Prediksi Soal IPA UN 2017
 
Buku alat peraga_fisika
Buku alat peraga_fisikaBuku alat peraga_fisika
Buku alat peraga_fisika
 
Laporan modulus puntir
Laporan modulus puntirLaporan modulus puntir
Laporan modulus puntir
 
momen gaya dan momen inersia
momen gaya dan momen inersiamomen gaya dan momen inersia
momen gaya dan momen inersia
 
GERAK MELINGKAR BERATURAN SMA
GERAK MELINGKAR BERATURAN SMAGERAK MELINGKAR BERATURAN SMA
GERAK MELINGKAR BERATURAN SMA
 
Prediksi UN SMP 2017 IPA
Prediksi UN SMP 2017 IPAPrediksi UN SMP 2017 IPA
Prediksi UN SMP 2017 IPA
 
Kumpulan rumus Fisika Smp lengkap
Kumpulan rumus Fisika Smp lengkapKumpulan rumus Fisika Smp lengkap
Kumpulan rumus Fisika Smp lengkap
 
Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)
 
Perc. 4 momen gaya pada gaya saling sejajar
Perc. 4 momen gaya pada gaya saling sejajarPerc. 4 momen gaya pada gaya saling sejajar
Perc. 4 momen gaya pada gaya saling sejajar
 
Proyek Fisika Akhir Semester
Proyek Fisika Akhir SemesterProyek Fisika Akhir Semester
Proyek Fisika Akhir Semester
 

Similar to OPTIMALKAN

Power Point PR Fisika 10A Ed. 2020 perantiguru.com.pptx
Power Point PR Fisika 10A Ed. 2020 perantiguru.com.pptxPower Point PR Fisika 10A Ed. 2020 perantiguru.com.pptx
Power Point PR Fisika 10A Ed. 2020 perantiguru.com.pptxssuserc8ed61
 
1. besaran, satuan dan vektor
1. besaran, satuan dan vektor1. besaran, satuan dan vektor
1. besaran, satuan dan vektorFarhan Bahri
 
Modul Ajar Bagian vektor.pdf
Modul Ajar Bagian vektor.pdfModul Ajar Bagian vektor.pdf
Modul Ajar Bagian vektor.pdfSunariyoSunariyo1
 
DIKTAT_MKM_full.pdf
DIKTAT_MKM_full.pdfDIKTAT_MKM_full.pdf
DIKTAT_MKM_full.pdfLiyaIzinty
 
Ringkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasarRingkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasarMuhammad Irwan
 
Ringkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasarRingkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasarMuhammad Irwan
 
Ringkasanmaterifisikadasar 181021062137
Ringkasanmaterifisikadasar 181021062137Ringkasanmaterifisikadasar 181021062137
Ringkasanmaterifisikadasar 181021062137Rianrinaldi130700
 
KISI-KISI USP FISIKA YN 2024 untuk kelas XII.docx
KISI-KISI USP FISIKA YN 2024 untuk kelas XII.docxKISI-KISI USP FISIKA YN 2024 untuk kelas XII.docx
KISI-KISI USP FISIKA YN 2024 untuk kelas XII.docxDiaRatnaAjizah1
 
fisika dasar untuk kuliah silahkan download
fisika dasar untuk kuliah silahkan downloadfisika dasar untuk kuliah silahkan download
fisika dasar untuk kuliah silahkan downloadrahmat57fll
 
Bab 1 Pengukuran dan Besaran Fisika.pptx
Bab 1 Pengukuran dan Besaran Fisika.pptxBab 1 Pengukuran dan Besaran Fisika.pptx
Bab 1 Pengukuran dan Besaran Fisika.pptxCowe4
 

Similar to OPTIMALKAN (20)

Power Point PR Fisika 10A Ed. 2020 perantiguru.com.pptx
Power Point PR Fisika 10A Ed. 2020 perantiguru.com.pptxPower Point PR Fisika 10A Ed. 2020 perantiguru.com.pptx
Power Point PR Fisika 10A Ed. 2020 perantiguru.com.pptx
 
1. besaran, satuan dan vektor
1. besaran, satuan dan vektor1. besaran, satuan dan vektor
1. besaran, satuan dan vektor
 
Modul Ajar Bagian vektor.pdf
Modul Ajar Bagian vektor.pdfModul Ajar Bagian vektor.pdf
Modul Ajar Bagian vektor.pdf
 
DIKTAT_MKM_full.pdf
DIKTAT_MKM_full.pdfDIKTAT_MKM_full.pdf
DIKTAT_MKM_full.pdf
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
Besaran_Vektor_ppt.ppt
Besaran_Vektor_ppt.pptBesaran_Vektor_ppt.ppt
Besaran_Vektor_ppt.ppt
 
Ringkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasarRingkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasar
 
Ringkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasarRingkasan materi fisika_dasar
Ringkasan materi fisika_dasar
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluan
 
FISIKA X & XI SMA/SMK/MAN
FISIKA X & XI SMA/SMK/MANFISIKA X & XI SMA/SMK/MAN
FISIKA X & XI SMA/SMK/MAN
 
Cadangan rpt fizik f4 2015
Cadangan rpt fizik f4 2015Cadangan rpt fizik f4 2015
Cadangan rpt fizik f4 2015
 
EBOOK FISIKA PENGUKURAN.pptx
EBOOK FISIKA PENGUKURAN.pptxEBOOK FISIKA PENGUKURAN.pptx
EBOOK FISIKA PENGUKURAN.pptx
 
Ringkasanmaterifisikadasar 181021062137
Ringkasanmaterifisikadasar 181021062137Ringkasanmaterifisikadasar 181021062137
Ringkasanmaterifisikadasar 181021062137
 
KISI-KISI USP FISIKA YN 2024 untuk kelas XII.docx
KISI-KISI USP FISIKA YN 2024 untuk kelas XII.docxKISI-KISI USP FISIKA YN 2024 untuk kelas XII.docx
KISI-KISI USP FISIKA YN 2024 untuk kelas XII.docx
 
fisika dasar untuk kuliah silahkan download
fisika dasar untuk kuliah silahkan downloadfisika dasar untuk kuliah silahkan download
fisika dasar untuk kuliah silahkan download
 
02 bab 1
02 bab 102 bab 1
02 bab 1
 
02 bab 1
02 bab 102 bab 1
02 bab 1
 
02 bab 1
02 bab 102 bab 1
02 bab 1
 
02 bab 1
02 bab 102 bab 1
02 bab 1
 
Bab 1 Pengukuran dan Besaran Fisika.pptx
Bab 1 Pengukuran dan Besaran Fisika.pptxBab 1 Pengukuran dan Besaran Fisika.pptx
Bab 1 Pengukuran dan Besaran Fisika.pptx
 

More from Sulistiyo Wibowo

Seminar Fisika Tinjauan Fisis Sistem Pengangkutan Air dalam Pohon dan Paradok...
Seminar Fisika Tinjauan Fisis Sistem Pengangkutan Air dalam Pohon dan Paradok...Seminar Fisika Tinjauan Fisis Sistem Pengangkutan Air dalam Pohon dan Paradok...
Seminar Fisika Tinjauan Fisis Sistem Pengangkutan Air dalam Pohon dan Paradok...Sulistiyo Wibowo
 
Pembahasan prediksi un ipa smp 2019 paket 1
Pembahasan prediksi un ipa smp 2019 paket 1Pembahasan prediksi un ipa smp 2019 paket 1
Pembahasan prediksi un ipa smp 2019 paket 1Sulistiyo Wibowo
 
Pembahasan prediksi un matematika smp 2019 paket 4
Pembahasan prediksi un matematika smp 2019 paket 4Pembahasan prediksi un matematika smp 2019 paket 4
Pembahasan prediksi un matematika smp 2019 paket 4Sulistiyo Wibowo
 
Prediksi un matematika smp 2019 paket 4
Prediksi un matematika smp 2019 paket 4Prediksi un matematika smp 2019 paket 4
Prediksi un matematika smp 2019 paket 4Sulistiyo Wibowo
 
Prediksi un matematika smp 2019 paket 3
Prediksi un matematika smp 2019 paket 3Prediksi un matematika smp 2019 paket 3
Prediksi un matematika smp 2019 paket 3Sulistiyo Wibowo
 
Pembahasan prediksi un matematika smp 2019 paket 3
Pembahasan prediksi un matematika smp 2019 paket 3Pembahasan prediksi un matematika smp 2019 paket 3
Pembahasan prediksi un matematika smp 2019 paket 3Sulistiyo Wibowo
 
Soal latihan teks rekaman percobaan
Soal latihan teks rekaman percobaanSoal latihan teks rekaman percobaan
Soal latihan teks rekaman percobaanSulistiyo Wibowo
 
Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 2
Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 2Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 2
Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 2Sulistiyo Wibowo
 
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 2
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 2Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 2
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 2Sulistiyo Wibowo
 
Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 1
Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 1Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 1
Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 1Sulistiyo Wibowo
 
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 1
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 1Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 1
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 1Sulistiyo Wibowo
 
PEMBAHASAN PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKA Paket 2
PEMBAHASAN PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKA Paket 2PEMBAHASAN PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKA Paket 2
PEMBAHASAN PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKA Paket 2Sulistiyo Wibowo
 
PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKA
PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKAPREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKA
PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKASulistiyo Wibowo
 
PEMBAHASAN PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKA
PEMBAHASAN PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKAPEMBAHASAN PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKA
PEMBAHASAN PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKASulistiyo Wibowo
 
Prediksi UN MATEMATIKA SMA IPS 2018
Prediksi UN MATEMATIKA SMA IPS 2018Prediksi UN MATEMATIKA SMA IPS 2018
Prediksi UN MATEMATIKA SMA IPS 2018Sulistiyo Wibowo
 
Pembahasan Prediksi UN KIMIA SMA 2018
Pembahasan Prediksi UN KIMIA SMA 2018Pembahasan Prediksi UN KIMIA SMA 2018
Pembahasan Prediksi UN KIMIA SMA 2018Sulistiyo Wibowo
 
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMA IPA 2018 Paket 2
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMA IPA 2018 Paket 2Pembahasan Prediksi UN Matematika SMA IPA 2018 Paket 2
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMA IPA 2018 Paket 2Sulistiyo Wibowo
 
Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 3
Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 3Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 3
Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 3Sulistiyo Wibowo
 
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 3
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 3Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 3
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 3Sulistiyo Wibowo
 
Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 2
Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 2Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 2
Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 2Sulistiyo Wibowo
 

More from Sulistiyo Wibowo (20)

Seminar Fisika Tinjauan Fisis Sistem Pengangkutan Air dalam Pohon dan Paradok...
Seminar Fisika Tinjauan Fisis Sistem Pengangkutan Air dalam Pohon dan Paradok...Seminar Fisika Tinjauan Fisis Sistem Pengangkutan Air dalam Pohon dan Paradok...
Seminar Fisika Tinjauan Fisis Sistem Pengangkutan Air dalam Pohon dan Paradok...
 
Pembahasan prediksi un ipa smp 2019 paket 1
Pembahasan prediksi un ipa smp 2019 paket 1Pembahasan prediksi un ipa smp 2019 paket 1
Pembahasan prediksi un ipa smp 2019 paket 1
 
Pembahasan prediksi un matematika smp 2019 paket 4
Pembahasan prediksi un matematika smp 2019 paket 4Pembahasan prediksi un matematika smp 2019 paket 4
Pembahasan prediksi un matematika smp 2019 paket 4
 
Prediksi un matematika smp 2019 paket 4
Prediksi un matematika smp 2019 paket 4Prediksi un matematika smp 2019 paket 4
Prediksi un matematika smp 2019 paket 4
 
Prediksi un matematika smp 2019 paket 3
Prediksi un matematika smp 2019 paket 3Prediksi un matematika smp 2019 paket 3
Prediksi un matematika smp 2019 paket 3
 
Pembahasan prediksi un matematika smp 2019 paket 3
Pembahasan prediksi un matematika smp 2019 paket 3Pembahasan prediksi un matematika smp 2019 paket 3
Pembahasan prediksi un matematika smp 2019 paket 3
 
Soal latihan teks rekaman percobaan
Soal latihan teks rekaman percobaanSoal latihan teks rekaman percobaan
Soal latihan teks rekaman percobaan
 
Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 2
Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 2Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 2
Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 2
 
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 2
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 2Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 2
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 2
 
Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 1
Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 1Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 1
Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 1
 
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 1
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 1Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 1
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP/MTs 2019 Paket 1
 
PEMBAHASAN PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKA Paket 2
PEMBAHASAN PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKA Paket 2PEMBAHASAN PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKA Paket 2
PEMBAHASAN PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKA Paket 2
 
PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKA
PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKAPREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKA
PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKA
 
PEMBAHASAN PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKA
PEMBAHASAN PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKAPEMBAHASAN PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKA
PEMBAHASAN PREDIKSI SBMPTN 2018 TKD FISIKA
 
Prediksi UN MATEMATIKA SMA IPS 2018
Prediksi UN MATEMATIKA SMA IPS 2018Prediksi UN MATEMATIKA SMA IPS 2018
Prediksi UN MATEMATIKA SMA IPS 2018
 
Pembahasan Prediksi UN KIMIA SMA 2018
Pembahasan Prediksi UN KIMIA SMA 2018Pembahasan Prediksi UN KIMIA SMA 2018
Pembahasan Prediksi UN KIMIA SMA 2018
 
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMA IPA 2018 Paket 2
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMA IPA 2018 Paket 2Pembahasan Prediksi UN Matematika SMA IPA 2018 Paket 2
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMA IPA 2018 Paket 2
 
Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 3
Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 3Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 3
Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 3
 
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 3
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 3Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 3
Pembahasan Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 3
 
Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 2
Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 2Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 2
Prediksi UN Matematika SMP 2018 Paket 2
 

Recently uploaded

Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 

Recently uploaded (20)

Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 

OPTIMALKAN

  • 1. PEMBUATAN ALAT PRAKTIKUM PENENTUAN MOMEN GAYA (TORSI) Eksperimen Fisika II Oleh : Dwi Iswara Distributed by : Pakgurufisika www.pakgurufisika.blogspot.com FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014
  • 2. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar, karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda (Giancoli, 2001: 1). Fisika mempelajari tentang materi atau zat yang meliputi sifat fisis, komposisi, perubahan, dan energi yang dihasilkan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat saat ini tidak lepas dari Fisika sebagai ilmu dasar. Selain itu, konsep-konsep Fisika akan membantu memahami ilmu lainnya, seperti Kimia, Ilmu Kedokteran, Teknologi Industri, Teknologi Manufaktur, dan Teknologi Informasi. Mengingat begitu pentingnya peranan Fisika, sudah semestinya ilmu ini dipahami dengan baik oleh peserta didik. Upaya peserta didik dalam menguasai konsep Fisika sering menemui hambatan-hambatan. Sebagian peserta didik menganggap mata pelajaran Fisika sebagai mata pelajaran yang sulit. Hal ini disebabkan Fisika banyak tersusun dari konsep-konsep yang bersifat abstrak yang banyak menuntut intelektualitas yang relatif tinggi. Menurut beberapa penelitian, apabila konsep-konsep yang bersifat abstrak dapat dibuat konkret maka proses pembelajaran Fisika akan menjadi lebih menarik dan mudah dipahami. Proses pembelajaran Fisika dapat lebih menarik dan mudah dipahami dengan mengarahkan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan proses. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan proses dalam dunia Fisika dapat diperoleh dengan metode ilmiah, yaitu melalui praktikum dan pengamatan terhadap gejala-gejala alam. Melalui praktikum dan pengamatan terhadap gejala- gejala alam dapat menghasilkan hipotesis, teori, dan hukum-hukum. Sebaliknya praktikum berperan pula dalam menguji teori dan hukum-hukum Fisika serta memperbaiki praktikum-praktikum terdahulu. Oleh karena itu, dibuatlah media pembelajaran Fisika yang dapat digunakan untuk praktikum sehingga dapat menunjukkan gejala-gejala alam yang tidak bisa diamati dari dekat, dan sulit diamati karena waktunya cepat bagi mata.
  • 3. 2 Salah satu materi Fisika yang jarang dipraktikumkan adalah pembuktian syarat kesetimbangan benda tegar. Untuk itu penulis merancang alat untuk membuktikan syarat kesetimbangan benda tegar dan menulis Makalah ini sebagai sarana atau media pembelajaran Fisika yang digunakan untuk praktikum dan disesuaikan dengan keadaan dan dikontrol dengan sebaik-baiknya sehingga proses dan hasilnya dapat diamati dan diukur. Hasil pengukuran itu diolah untuk menarik kesimpulan apakah suatu teori memiliki kebenaran sesuai atau tidak dengan gejala alam. Pada Makalah Eksperimen Fisika II ini penulis akan menjelaskan tentang kesetimbangan benda tegar berdasarkan pengamatan dan praktikum.Sistem kerja alat ini akan menunjukkan hubungan antara momen gaya , besar gaya dan jarak titik tumpu ke gaya. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengambil judul Eksperimen Fisika II ”RANCANG BANGUN ALAT KESETIMBANGAN BENDA TEGAR”. A. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut : 1. Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang paling mendasar, karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda. 2. Peranan Fisika bagi ilmu yang lain sangatlah penting, sehingga Fisika perlu dipelajari terutama konsep. 3. Pemahaman konsep-konsep yang sifatnya abstrak dapat dibuat konkret dengan menggunakan metode ilmiah, salah satunya dengan metode eksperimen atau praktikum
  • 4. 3 B. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas pada Makalah Eksperimen Fisika II, sebagai berikut : 1. Materi yang akan dibuat dalam Eksperimen Fisika II adalah Momen Gaya. 2. Pembuktian Momen Gaya tersebut terbatas pada rumus: 𝜏 = 𝑟 𝐹 𝑠𝑖𝑛 𝜃 dengan: 𝜏 = besarnya momen gaya, F = besarnya gaya, r : panjang lengan 𝜃 : sudut yang dibentuk oleh lengan terhadap lengan gaya. C. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah rancangan alat yang digunakan untuk membuktikan syarat kesetimbangan benda tegar? 2. Bagaimana cara membuktikan syarat keseimbangan benda tegar dengan variasi beban dan posisi beban yang dibentuk ? D. Tujuan Dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan tujuan sebagai berikut: 1. Merancang suatu alat yang digunakan untuk membuktikan syarat kesetimbanagan benda tegar 2. Menjelaskan cara membuktikan syarat kesetimbangan benda tegar dengan variasi beban dan posisi benda yang berbeda.
  • 5. 4 E. Manfaat Hasil penelitian Eksperimen Fisika II ini diharapkan dapat: 1. Menambah alat praktikum Fisika Dasar di Laboratorium Fisika Dasar 2. Memberikan pengetahuan kepada siswa, guru dan dosen mengenai suatu alat yang dapat digunakan untuk membuktikan syrat kesetimbangan benda tegar. 3. Mengaplikasikan teori dan konsep Fisika ke dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk suatu alat.
  • 6. 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Vektor Ada beberapa besaran fisis yang cukup hanya dinyatakan dengan suatu angka dan satuan yang menyatakan besarnya saja. Ada juga besaran fisis yang tidak cukup hanya dinyatakan dengan besarnya saja, tetapi harus juga diberikan penjelasan tentang arahnya. a. Besaran skalar : Besaran skalar adalah besaran fisis yang hanya memiliki besar (kuantitas) saja atau satu dimensi yaitu nilai. Tidak diperlukan sistem koordinat dalam besaran scalar. Contoh besaran skalar : waktu, suhu, volume, laju, energi, usaha dll. b. Besaran vektor : Besaran vektor adalah besaran fisis yang mempunyai besar (kuantitas) dan arah (memiliki dua pengertian meliputi nilai dan arah) Contoh besaran vektor didalam Fisika adalah: kecepatan, percepatan, gaya, perpindahan, momentum dan lain-lain. Untuk menyatakan arah vektor diperlukan sistem koordinat. c. Penggambaran, penulisan (notasi) vektor Sebuah vektor digambarkan dengan sebuah anak panah yang terdiri dari pangkal (titik tangkap), ujung dan panjang anak panah. Panjang anak panah menyatakan nilai dari vektor dan arah panah menunjukkan arah vektor.Pada gambar (2.1) digambar vektor dengan titik pangkalnya A, titik ujungnya B serta sesuai arah panah dan nilai vektornya sebesar panjang dengan: Titik A : titik pangkal (titik tangkap) Titik B : ujung Panjang AB : nilai (besarnya) vektor tersebut = |𝐴𝐵| A B
  • 7. 6 Notasi (simbol) sebuah vektor dapat juga berupa huruf besar atau huruf kecil, biasanya berupa huruf tebal, atau berupa huruf yang diberi tanda panah di atasnya atau huruf miring. Contoh: Vektor A → (Berhuruf tebal) Vektor 𝐴 → (Huruf dengan tanda panah di atasnya) Vektor A → (Huruf miring) 2. Perkalian Vektor Untuk operasi perkalian dua buah vektor, ada dua macam operasi yaitu: a. Perkalian skalar dan vektor Sebuah besaran skalar dengan nilai sebesar k, dapat dikalikan dengan sebuah vektor A yang hasilnya sebuah vektor baru C yang nilainya sama dengan nilai k dikali nilai A. Jika nilai k positif, maka arah C searah dengan A dan jika nilai k bertanda negatif, maka arah C berlawanan dengan arah A. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: 𝐶 = k 𝐴 b. Perkalian vektor dengan vektor Ada dua jenis perkalian antara vektor dengan vektor. Pertama disebut perkalian titik (dot product) yang menghsilkan besaran skalar dan kedua disebut perkalian silang (cross product) yang menghasilkan besaran vektor. 1) Perkalian titik (dot product) antara dua buah vektor 𝐴 dan 𝐵 menghasilkan C, didefinisikan secara matematis sebagai berikut 𝐴 . 𝐵 = C dengan : 𝐴 dan 𝐵 adalah besaran vektor sedangkan C adalah besaran skalar. Gambar 2.1 Perkalian Titik (Dot Product) 𝐴 𝐵 𝜃 0
  • 8. 7 Berdasarkan gambar besarnya C didefinisikan sebagai : 𝐶 = 𝐴. 𝐵 𝑐𝑜𝑠 𝜃 dengan : A = |𝐴| : besarnya vektor 𝐴 B = |𝐵| : besarnya vektor 𝐵 𝜃 : sudut antara vektor 𝐴 dan vektor 𝐵 2) Perkalian silang (cross product) Perkalian silang (cross product) antara dua buah vektor A dan B akan menghasilkan C, didefinisikan sebagai berikut: 𝐴 × 𝐵 = 𝐶 𝐶 = 𝐴 𝐵 𝑠𝑖𝑛 𝜃 n 𝐶 = 𝐴. 𝐵 𝑠𝑖𝑛 𝜃 dengan: A = |𝐴| : besarnya vektor 𝐴 B = |𝐵| : besarnya vektor 𝐵 C = |𝐶| : besarnya vektor 𝐶 𝜃 : sudut antara vektor 𝐴 dan vektor 𝐵 n : vektor satuan Perkalian silang dua buah vektor dapat ditunjukkan pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Perkalian Vektor (Cross Product) 3. Perkalian Tiga Buah Vektor (Triple Product) Triple product adalah istilah yang digunakan untuk operasi perkalian tiga buah vektor. Ada dua macam triple product yaitu yang menghasilkan skalar (triple 𝐵 0 𝜃 𝐶 𝐴
  • 9. 8 scalar product ) dan yang menghasilkan vektor (triple vector product ). Triple scalar product dinyatakan sebagai: 𝐴 𝐵 × 𝐶 = 𝐴 𝑥 (𝐵 × 𝐶) 𝑥 + 𝐴 𝑦 (𝐵 × 𝐶) 𝑦 + 𝐴 𝑧 (𝐵 × 𝐶) 𝑧 Triple scalar product secara geometris menyatakan volume parallelepiped yang dibentuk oleh vektor-vektor A, B dan C, sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 2.3, Konsep triple scalar product banyak dijumpai pada persoalan crystallography. Sedangkan triple vector product dinyatakan dengan: 𝐴 × (𝐵 × 𝐶) = 𝐴 𝐶 𝐵 − 𝐴 𝐵 𝐶 Gambar 2.3 Interpretasi Geometris Dari Triple Product 4. Benda Tegar Benda tegar dipandang sebagai kelompok (sistem) partikel dengan posisi tiap partikelnya relatif tetap walaupun mereka dikenai gaya. Dengan demikian, benda tegar didefinisikan sebagai sistem partikel dengan jarak antar posisi partikel selalu tetap. Benda tegar dipertahankan oleh gaya internal yang disebut gaya pengendali (constraint). Posisi partikel benda tegar seolah-olah terhubung oleh batang-batang tanpa berat (diasumsikan massanya hanya massa partikelnya saja). Gerakan benda tegar bentuknya tetap dan dapat dianggap sebagai benda tunggal, yaitu sebagai gerak pusat massa benda tersebut. Benda tegar umumnya berupa benda padat. (Trustho Raharjo, Y. Radiyono. 2008 : 187) 0
  • 10. 9 5. Gerak Benda Tegar Gerak benda tegar ada dua macam, yaitu gerak translasi dan gerak rotasi. (Trustho Raharjo, Y. Radiyono. 2008 : 187) a. Gerak Translasi Benda tegar bergerak translasi jika posisi dua partikel penyusun benda selalu sejajar terhadap lintasannya. Dalam gerak translasi berlaku hukum Newton tentang gerak. F =         dt pd =   dt vmd = dt vd mv dt dm  Karena m konstan maka, 𝑑𝑚 𝑑𝑡 = 0 Sehingga, 𝐹 = 0 + 𝑚 𝑑𝑣 𝑑𝑡 𝐹 = 𝑚 𝑑 𝑑𝑡 𝑣 dengan : 𝐹 : gaya m : massa benda  v dt d : perubahan kecepatan tiap satuan waktu Seluruh partikel bergerak dengan kecepatan linier yang sama. Adapun gerak rotasi dapat dilihat pada Gambar 2.4.
  • 11. 10 Gambar 2.4. Gerak Translasi b. Gerak Rotasi Benda tegar bergerak rotasi jika semua partikel penyusun benda melakukan gerak melingkar terhadap titik tertentu. Titik tersebut posisinya tetap dan disebut pusat lingkaran. Dalam gerak rotasi juga berlaku formula hukum Newton . L = pr  =  vmr  =   rrm   =     r- rrrm   Nilai   rr  = 0, karena r tegak lurus dengan  , sehingga   0r  . Selain itu, nilai   2 r rr  , maka: L = 2 rm = dt d rm 2 Karena 2 mrI  , maka: L = I = 2 rm = dt d rm 2 Momentum sudut diturunkan terhadap t , maka, dt Ld =       dt d rm dt d 2 0 v v v
  • 12. 11 dt d rm dt d m dt dr dt d r dt dm  2 2 2 2  Karena m dan r konstan, maka, dt Ld = 2 rm Karena  2 rm , maka: 𝜏 = 𝑑 𝑑𝑡 𝐿 dengan : L : momentum sudut m : massa benda r : lengan momen  : percepatan sudut τ : momen gaya Semua partikel bergerak dengan kecepatan sudut yang sama terhadap sumbu tertentu. Gambar 2.5. Gerak Rotasi 6. Momen Gaya Gaya yang bekerja pada benda akan menimbulkan suatu efek gerakan. Besar dan arah efek yang ditimbulkan oleh gaya pada suatu benda bergantung pada letak garis kerja gaya tersebut. Contohnya adalah pada gambar 2.6 Gaya 𝐹l akan menimbulkan gerakan rotasi berlawanan dengan arah putaran jarum jam, dan gerakan translasi ke kanan. Adapun gaya 𝐹2 akan menimbulkan gerakan rotasi searah dengan putaran jarum jam, dan gerakan translasi ke kanan. 0 v - v
  • 13. 12 Gambar 2.6. Ilustrasi Benda yang Diberi Gaya Berbeda Untuk kedua contoh di atas, dapat dilihat bahwa disamping memiliki kecenderungan untuk menggerakkan benda searah dengan garis kerjanya, gaya juga memiliki kecenderungan untuk memutar (merotasikan) benda terhadap suatu sumbu. Kecenderungan merotasikan benda ini disebut sebagai momen dari gaya tersebut. Arah rotasi benda bergantung pada jarak titik tangkap gaya itu bekerja terhadap suatu sumbu, atau yang lebih dikenal dengan sebutan titik acuan. Hal terpenting untuk mempelajari gerak rotasi benda adalah memilih titik acuan. Jika suatu gaya bekerja pada benda kaku yang berpusat pada sebuah sumbu, benda itu cenderung berotasi pada benda tersebut. Kecenderungan suatu gaya untuk merotasi sebuah benda terhadap sumbu tertentu diukur dengan besaran vektor yang disebut torsi. Secara matematis momen sebuah gaya dituliskan sebagai: 𝜏 = 𝑟 × 𝐹 𝜏 = 𝑟 × 𝑚 𝑎 𝜏 = 𝑟 × 𝑚 𝑑𝑣 𝑑𝑡 𝜏 = 𝑚 𝑟 𝑑(𝜔 × 𝑟 ) 𝑑𝑡 𝜏 = 𝑚 𝑟 × 𝜔 × 𝑑𝑟 𝑑𝑡 + 𝑟 × 𝑑𝜔 𝑑𝑡 Karena          dt rd  = 0, maka, 𝐹2 𝐹1
  • 14. 13 𝜏 = 𝑚 𝑟 × 𝑟 × 𝑑𝜔 𝑑𝑡 𝜏 = 𝑚 𝑟 • 𝑑𝜔 𝑑𝑡 𝑟 − (𝑟 • 𝑟) 𝑑𝜔 𝑑𝑡 Karena r tegak lurus dengan dt d , maka r dt d r           = 0, sehingga: 𝜏 = 𝑚 − (𝑟 • 𝑟) 𝑑𝜔 𝑑𝑡 𝜏 = − 𝑚 𝑟2 ∝ 𝜏 = − 𝑚 𝑟2 ∝ merupakan persamaan pada gerak melingkar dan hasil persamaan bisa negatif atau positif tergantung dengan arah putarannya. Persamaan momen gaya biasa ditulis sebagai berikut: 𝜏 = 𝑟 × 𝐹 𝜏 = 𝑟 𝐹 𝑠𝑖𝑛 𝜃 n dengan : τ : momen gaya (Nm) 𝐹 : gaya (N)  : sudut yang dibentuk oleh gaya dengan lengan gaya r sin  : lengan momen n : normal satuan Gaya dapat menyebabkan perubahan dalam gerak linier, seperti yang dijelaskan oleh Hukum II Newton. Gaya juga, dapat menyebabkan perubahan dalarn gerak rotasi, tetapi efektifitas gaya dalam menyebabkan perubahan tergantung pada gaya dan lengan momen. Gabungan inilah yang disebut torsi. Torsi memiliki satuan gaya kali panjang-newton.meter (N.m). (Serway, 2010: 465). 7. Aplikasi Momen Gaya Untuk membuat sebuah benda mulai berotasi sekitar sumbu jelas diperlukan gaya. Arah gaya mempengaruhi sebuah benda melakukan rotasi. Sebagai contoh dalam Fisika yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah Pengungkit yang sering disebut dengan tuas .
  • 15. 14 Tuas atau pengungkit adalah salah satu pesawat sederhana yang digunakan untuk mengubah efek atau hasil dari suatu gaya. Hal ini dimungkinkan terjadi dengan adanya sebuah batang ungkit dengan titik tumpu, titik gaya, dan titik beban yang divariasikan letaknya. Tuas dibuat dari sebatang benda yang keras (seperti balok kayu, batang bambu, atau batang logam) yang digunakan untuk mengangkat atau mencongkel benda. Gambar 2.7. Tuas atau Pengungkit Kalau kita akan mengangkat benda dengan menggunakan tuas, maka kita harus meletakkan benda di salah satu ujung pengungkit (tuas) kemudian memasang batu atau benda apa saja sebagai penumpu dekat dengan benda seperti pada gambar. Selanjutnya tangan kita memegang ujung batang pengungkit dan menekan batang pengungkit tersebut secara perlahan-lahan sampai benda dapat diangkat atau bergeser. Dengan menggunakan tuas semakin jauh jarak kuasa terhadap titik tumpu, maka semakin kecil gaya yang diperlukan untuk mengangkat beban,dari penjelasan diatas tuas termasuk salah satu aplikasi momen gaya dalam Fisika B. Kerangka Berpikir Segala sesuatu yang telah diketahui tentang dunia Fisika dan tentang prinsip yang mengatur sifat-sifat yang dipelajari melalui percobaan atau praktikum, yaitu dengan pengamatan terhadap gejala-gejala alam. Gejala-gejala alam yang sukar ditemukan, yang tidak bisa diamati dari dekat dan sulit diamati dengan indera mata, dibuat modelnya dalarn laboratorium. Kondisi-kondisinya diatur sedemikian hingga sesuai dengan gejala alam yang sebenamya serta proses dan hasilnya diamati atau diukur kemudian hasil pengukuran itu diolah. Dari hasil pengolahan r 𝜃
  • 16. 15 inilah dapat ditarik kesimpulan apakah suatu teori memiliki kebenaran sesuai dengan gejala alam atau tidak. Untuk dapat memberikan penjelasan yang lebih baik mengenai praktikum "Momen Gaya" dapat digunakan bantuan praktikum.. Kerangka berfikir dari eksperimen ini dapat dilihat pada Gambar 2.8. Gambar 2.8 Bagan Kerangka Berpikir τ = r F sin θ Materi Fisika Momen Gaya Pembuatan Alat Praktikum Momen Gaya Alat Praktikum Fisika Momen Gaya Pengujian Alat Praktikum Fisika Momen Gaya Materi Fisika Gerak Benda Tegar Materi Fisika Vektor Materi Fisika Benda Tegar
  • 17. 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bengkel Program Studi Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September tahun 2012. B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian mata kuliah Eksperimen Fisika II ini adalah metode eksperimen. Metode ekperimen ini ini untuk menunjukkan momen gaya, gaya, dan sudut dengan beban tertentu C. Alat dan Bahan Alat, bahan, beserta fungsinya yang digunakan dalam eksperimen penentuan besarnya momen gaya terdapat dalam Tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1 Alat, Bahan, dan Fungsi Alat Eksperimen Penentuan Besarnya Momen Gaya. No. Nama Bahan Gambar Fungsi a. Papan kayu Tempat merangkai alat. b. Cakram derajat Menunjukan besar sudut yang dibentuk.
  • 18. 17 c. Balok kayu Menunjukan besar sudut yang dibentuk. d. Ruji motor Lengan gaya. e. Neraca Pegas Mengukur besarnya gaya yang dihasilkan benda f. Benang Penghubung antara neraca pegas dengan lengan gaya g. Katrol Mengurangi gaya gesek pada benang h. Pengait beban Mengaitkan beban i. Beban Variabel beban. j. laker Memutar lengan gaya.
  • 19. 18 1. Desain Alat Penentuan Momen Gaya Gambar 3.1 Desain Alat Penentuan Momen Gaya. D. Prosedur Pembuatan Alat Praktikum Langkah-langkah pembuatan alat praktikum untuk menentukan besarnya momen gaya (torsi) sebagai berikut : 1. Sediakan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan alat eksperimen penentuan besarnya momen gaya ! 2. Merangkai papan kayu dengan balok kayu agar papan kayu berdiri horisontal dengan balok kayu sebagai tumpuan ! 3. Melubangi papan kayu untuk tempat laker yang berfungsi memutar ruji sebagai lengan gaya! 4. Memasang laker tepat pada papan kayu yang sudah dilubangi! 5. Menempelkan cakram derajat pada papan kayu dengan lubang laker sebagai pusat cakram derajat 6. Memasang ruji pada papan kayu tepat pada laker yang sudah dipasang. 7. Memasang katrol sejajar horisontal sebelah kanan dengan jarak 15 cm dari ruji yang sudah dipasang horisotal ! 8. Memasang neraca pegas sejajar vertikal sebelah atas dengan jarak 15 cm dari katrol yang sudah dipasang ! 1 2 3 4 5 6 7 Keterangan : 1. Neraca Pegas 2. Katrol 3. Benang 4. Cakram Derajat 5. Pengungkit 6. Pengait Beban 7. Papan Kayu
  • 20. 19 9. Dari langkah diatas akan menghasilkan alat seperti gambar berikut. Gambar 3.2 Alat Penentuan Momen Gaya E. Prosedur Praktikum Langkah-langkah praktikum untuk menentukan besarnya momen gaya (torsi) sebagai berikut : 1. Sediakan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk eksperimen penentuan besarnya momen gaya! 2. Susunlah alat seperti pada Gambar 3.2! 3. Pasang beban yang ditentukan pada pengait beban yang sudah dirangkai pada alat! 4. Amati sudut yang terbentuk oleh lengan gaya dengan melihat busur derajat dan besar gaya yang dihasilkan oleh beban dengan membaca pada neraca pegas yang terangkai di alat! 5. Ulangi percobaan 3-4 sampai 10 kali
  • 21. 20 6. Catatlah hasil eksperimen dalam data pengamatan ! Tabel 3.2 Data Pengamatan Percobaan Penentuan Besarnya Momen Gaya No. r (cm) m (gram) F (N) 𝜃 (°) γ =(90-θ) 1. 2. 3. 4. 5. dst. 7. Ulangi langkah 3-5 dengan beban yang berbeda! 8. Masukkan data pengamatan seperti pada Tabel 3.2 ! F. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, teknik analisis data menggunakan standar deviasi berdasarkan data pengamatan kemudian dibandingkan secara teori dengan menggunakan perumusan Fisika. Analisis data percobaan dengan standar deviasi dan diferensial parsial, berdasarkan data pengamatan sebagai berikut : 1. Menetukan gaya yang diberikan beban pada lengan gaya. a. Untuk menentukan besarnya gaya yang diberikan beban pada lengan dilakukan pengukuran berulang-ulang sehingga datanya dapat dicari dengan reratanya dengan menggunakan rumus : dengan : 𝐹1, 𝐹2, … , 𝐹𝑛 = besarnya gaya yang diberikan beban pada lengan gaya data ke-1,2,..n (N) F = besarnya gaya yang diberikan beban pada lengan gaya rata-rata (N) Σ 𝐹 = jumlah gaya yang diberikan beban pada lengan gaya (N) n = banyaknya data penelitian (N) n F n FFFF F n    ......321
  • 22. 21 b. Selanjutnya menghitung simpangan dari pengukuran gaya yang diberikan beban pada lengan gaya dengan standar deviasi dengan menggunakan rumus berikut :   1 1 22      n FFn n F c. Menghitung kesalahan relatif pengukuran yaitu dengan perumusan sebagai berikut : %100   F F KR d. Hasil pengukuran gaya yang diberikan beban pada lengan gaya yang dilaporkan:  mFF  2. Menentukan sudut yang dibentuk lengan gaya akibat diberi beban a. Untuk sudut yang dibentuk lengan gaya akibat diberi beban dilakukan pengukuran berulang-ulang sehingga datanya dapat dicari dengan reratanya dengan menggunakan rumus : nn n      ......321 dengan : 321 .,..,,  = sudut yang dibentuk lengan gaya akibat diberi beban data ke-1,2,..n (0 )  = sudut yang dibentuk lengan gaya akibat diberi beban rata-rata (0 )  = jumlah sudut yang dibentuk lengan gaya akibat diberi beban (°) n = banyaknya data penelitian (°) b. Selanjutnya menghitung simpangan dari pengukuran sudut yang dibentuk lengan gaya akibat diberi beban dengan standar deviasi dengan menggunakan rumus berikut :   1 1 22      n n n  
  • 23. 22 c. Menghitung kesalahan relatif pengukuran yaitu dengan perumusan sebagai berikut : %100     KR d. Hasil pengukuran simpangan dari pengukuran sudut yang dibentuk lengan gaya akibat diberi beban yang dilaporkan:  0   3. Menghitung besarnya momen gaya benda dengan perumusan: a. Menghitung besarnya momen gaya yang diberi beban tertentu dengan perumusan :  sinFr dengan :  = besarnya momen gaya (Nm) 𝐹 = besarnya gaya (N) r = lengan gaya (m) 𝜃 = sudut yang dibentuk lengan gaya (0 ) b. Mencari nilai ∆τ dengan penurunan perumusan momen gaya benda dengan menggunakan persamaan diferensial parsial sebagai berikut :      2 2 2 2 2 2                              F F F r r karena 𝑟 konstan, maka 𝛥𝑟 = 0. Maka untuk :       2 22 sin sin Fr F F Fr F F                   Sedangkan untuk:       2 2 cos sin                      Fr Fr F
  • 24. 23 Jadi,                      2222 2222 2 2 2 2 2 2 cossin cossin0                                  FrFr FrFr F F r r c. Menghitung kesalahan relatif pengukuran yaitu dengan perumusan sebagai berikut : %100     KR d. Hasil pengukuran besarnya momen gaya yang diberi beban tertentu yang dilaporkan:    Nm
  • 25. 24 BAB IV HASIL PRAKTIKUM A. Deskripsi Data Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditabulasikan datanya sebagai berikut : 1. Beban 1, m = 11,98 gram, r = 13 cm Tabel 4.1 Data Percobaan untuk Beban 1 No. 𝑭 (N) 𝜽 (0 ) )90(   1 0,125 23 67 2 0,125 24 66 3 0,125 23 67 4 0,125 22 68 5 0,125 23 67 6 0,125 22 68 7 0,125 23 67 8 0,125 23 67 9 0,125 23 67 10 0,150 23 67 2. Beban 2, m = 16,98 gram, r = 13 cm Tabel 4.2 Data Percobaan untuk Beban 2 No 𝑭 (N) 𝛉 (0 ) )90(   1 0,150 26 64 2 0,175 27 63 3 0,175 26 64 4 0,175 27 63 5 0,175 27 63 6 0,175 27 63 7 0,175 27 63 8 0,175 28 62 9 0,200 26 64 10 0,200 27 63
  • 26. 25 3. Beban 3, m = 21,98 gram, r = 13 cm Tabel 4.3 Data Percobaan untuk Beban 3 No 𝐅 (N) 𝛉 (0 ) )90(   1 0,225 31 59 2 0,225 32 58 3 0,225 31 59 4 0,225 31 59 5 0,225 31 59 6 0,225 31 59 7 0,225 31 59 8 0,225 32 58 9 0,250 32 58 10 0,250 32 58 4. Beban 4, m = 26,98 gram, r = 13 cm Tabel 4.4 Data Percobaan untuk Beban 4 No 𝐅 (N) 𝛉 (0 ) )90(   1 0,250 37 53 2 0,250 37 53 3 0,275 38 52 4 0,275 37 53 5 0,275 37 53 6 0,275 37 53 7 0,275 37 53 8 0,275 36 54 9 0,275 36 54 10 0,300 36 54 B. Analisis Data Dari data penelitian dilakukan analisis data secara kuantitatif untuk mengetahui besar gaya, sudut dan momen gaya benda. Analisis data yang digunakan adalah standar deviasi dan persamaan diferensial parsial, sebagaimana telah dituliskan pada BAB III. Analisis data selengkapnya ada pada lampiran analisis data.
  • 27. 26 Dari hasil data pengamatan kemudian data dihitung dengan persamaan yang telah ditentukan dan mendapat hasil seperti Tabel 4.5 berikut : Tabel 4.5 Data Perhitungan m (gram) r (m) Hasil penelitian F (N) )(0  τ (Nm) 11,98 0,13 )0025,01275,0(  )36,010,67(  -2 10)1,05,1(  16,98 0,13 )004,0177,0(  )200,0200,63(  -2 10)1,01,2(  21,98 0,13 )003,0230,0(  10)5,09,5(  -2 10)3,06,2(  26,98 0,13 )004,0277,0(  )200,0200,53(  -2 10)5,09,2(  C. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan maka, pembahasan dalam penelitian ini adalah : 1. Desain alat yang digunakan untuk menghitung besarnya momen gaya pada posisi sudut tertentu adalah sebagai berikut : Gambar 4.1 Desain Alat Percobaan 2. Dari data yang diperoleh dari hasil perhitungan dimasukkan ke dalam rumus berikut : 𝜏 = 𝑟 𝐹 𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝑛
  • 28. 27 Dari persamaan di atas, dapat dihitung besarnya momen gaya (torsi) benda tersebut. 3. Percobaan dilakukan dengan variasi beban, beban yang digunakan sebanyak empat beban yang berbeda. Setelah itu dilakukan perhitungan yang menghasilkan momen gaya (torsi) seperti pada Tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6 Data Perhitungan Torsi Beban Massa (gram) Torsi (Nm) 1 11,98 -2 10)1,05,1(  2 16,98 -2 10)1,01,2(  3 21,98 -2 10)3,06,2(  4 26,98 -2 10)5,09,2(  Berdasarkan data pengamatan dan analisis data yang telah diperoleh, ada nilai momen gaya menghasilkan kesalahan relatif yang cukup besar, Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : 1. Kekurang tepatan peneliti saat melakukan pengukuran sehingga diperlukan kecermatan dan ketepatan dalam pengambilan data. 2. Kesalahan paralaks dalam pembacaan skala pengukuran sehingga diperlukan kecermatan dan ketepatan dalam pembacaan skala pengukuran. 3. Skala pada neraca pegas yang terlalu besar sehingga membuat gaya yang dihasilkan benda kurang teliti 4. Adanya gesekan pada pada laker yang menyebabkan lengan gaya pada alat kurang bekerja dengan baik
  • 29. 28 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Desain alat yang digunakan untuk menghitung momen gaya pada posisi sudut tertentu yaitu dengan mengetahui panjang lengan gaya, gaya yang dihasilkan beban tertentu dan yang dibentuk oleh lengan gaya yang di beri beban. 2. Untuk mengetahui cara menentukan momen gaya dengan variasi beban dan posisi sudut yang dibentuk dari data yang diperoleh dari hasil perhitungan dimasukkan ke dalam rumus berikut: 𝜏 = 𝑟 𝐹 𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝑛 Dari persamaan di atas, diperoleh momen gaya (torsi) benda tersebut. 3. Percobaan dilakukan dengan variasi beban, beban yang digunakan sebanyak empat beban yang berbeda. dan setelah itu dilakukan perhitungan yang menghasilkan momen gaya (torsi) sebagai berikut: Beban Massa (gram) Torsi (Nm) 1 11,98 -2 10)1,05,1(  2 16,98 -2 10)1,01,2(  3 21,98 -2 10)3,06,2(  4 26,98 -2 10)5,09,2( 
  • 30. 29 B. Saran Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan ”Penentuan Momen Gaya” maka disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Alat yang telah di buat sebaiknya digunakan untuk alat demonstrasi karena apabila digunakan sebagai alat praktikum kurang cocok dengan hasil kesalahan relatif yang cukup besar. 2. Alat ini hanya dapat digunakan untuk mengukur momen gaya saja. 3. Bagi mahasiswa yang lain dapat membuat alat penentuan momen gaya yang lain yang hasilnya dapat lebih akurat.
  • 31. 30 DAFTAR PUSTAKA Aturan Angka Penting. 2011. Diperoleh 6 November 2012, dari http://www.pendfisikaunlam.blogspot.com/aturan-angka-penting.html Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1 Edisi Kelima (diterjemahkan oleh Dra. Yuhilza Hanum, M.Eng). Jakarta: Erlangga Raharjo,T., Radiyono,Y. 2008. Fisika Mekanika. Surakarta : UNS Press. Serway, Raymond A. dan John W. Jewett. 2004. Physics for Scientists and Engineers (6th Edition). USA: Thompson Brooks/Cole Tim Praktikum Fisika Dasar II. 2012. Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar II. Surakarta : UNS Press.
  • 32. 31 LAMPIRAN Lampiran 1 ATURAN ANGKA PENTING A. Penulisan Angka Penting Penulisan angka penting ternyata memberikan implikasi yang amat berharga. Untuk mengidentifikasi apakah suatu angka tertentu termasuk angka penting atau bukan, dapat diikuti beberapa kriteria di bawah ini: 1. Semua angka bukan nol termasuk angka penting. Contoh: 2,45 memiliki 3 angka penting. 2. Semua angka nol yang tertulis setelah titik desimal termasuk angka penting. Contoh: 2,60 memiliki 3 angka penting 16,00 memiliki 4 angka penting. 3. Angka nol yang tertulis di antara angka-angka penting (angka-angka bukan nol), juga termasuk angka penting. Contoh: 305 memiliki 3 angka penting. 20,60 memiliki 4 angka penting. 4. Angka nol yang tertulis sebelum angka bukan nol dan hanya berfungsi sebagai penunjuk titik desimal, tidak termasuk angka penting. Contoh: 0,5 memiliki 1 angka penting. 0,0860 memiliki 3 angka penting. B. Perhitungan dengan Angka Penting Setelah mencatat hasil pengukuran dengan tepat, diperoleh data-data kuantitatif yang mengandung sejumlah angka-angka penting. Sering kali, angka-angka tersebut harus dijumlahkan, dikurangkan, dibagi, atau dikalikan. Ketika mengoperasikan angka-angka penting hasil pengukuran, hasil yang didapatkan melalui perhitungan tidak mungkin memiliki ketelitian melebihi ketelitian hasil pengukuran. 1. Penjumlahan dan pengurangan Bila angka-angka penting dijumlahkan atau dikurangkan, maka hasil penjumlahan atau pengurangan tersebut memiliki ketelitian sama dengan
  • 33. 32 ketelitian angka-angka yang dijumlahkan atau dikurangkan, yang paling tidak teliti. Contoh: 24,681 ketelitian hingga seperseribu 2,34 ketelitian hingga seperseratus 3,2 ketelitian hingga sepersepuluh 2. Perkalian dan pembagian Bila angka-angka penting dibagi atau dikalikan, maka jumlah angka penting pada hasil operasi pembagian atau perkalian tersebut paling banyak sama dengan jumlah angka penting terkecil dari bilangan-bilangan yang dioperasikan. Contoh: 3,22 cm x 2,1 cm = 6,762 cm2 , maka ditulis 6,8 cm2 C. Aturan pembulatan angka-angka penting Pada perhitungan yang melibatkan angka penting tidak dapat diperlakukan sama seperti operasi matematik biasa. Ada beberapa aturan yang harus diperhatikan, sehingga hasil perhitungannya tidak memiliki ketelitian melebihi ketelitian hasil pengukuran yang dioperasikan. Ketika hasil perhitungan memiliki ketelitian melebihi hasil pengukuran maka perlu adanya pembulatan angka-angka penting. Aturan pembulatan angka-angka penting antara lain: 1. Angka kurang dari 5, dibulatkan ke bawah (ditiadakan) Contoh: 12,74 dibulatkan menjadi 12,7 2. Angka lebih dari 5, dibulatkan ke atas Contoh: 12,78 dibulatkan menjadi 12,8 3. Angka 5, dibulatkan ke atas bila angka sebelumnya ganjil dan ditiadakan bila angka sebelumnya genap. Contoh: 12,75 dibulatkan menjadi 12,8 12,65 dibulatkan menjadi 12,6 (www.pendfisikaunlam.blogspot.com)
  • 34. 33 Lampiran 2 PERHITUNGAN GAYA YANG DIPEROLEH AKIBAT LENGAN GAYA DIBERI BEBAN (F) a. Beban 1, m = 11,98 gram Tabel 1.1. Data Pengamatan F Penelitian momen gaya dengan Sudut tertentu No. F (N) F2 (N 2 ) 1. 0,125 0,015625 2. 0,125 0,015625 3. 0,150 0,0225 4. 0,125 0,015625 5. 0,125 0,015625 6. 0,125 0,015625 7. 0,125 0,015625 8. 0,125 0,015625 9. 0,125 0,015625 10. 0,125 0,015625 N=5 F =1,275 F2 =0,163125 a. Menghitung gaya benda rata-rata ( F ) N1275,0 10 275,1     F F N F F b. Menghitung simpangan gaya benda ( F )   1 1 2 2    n FFn n F
  • 35. 34   110 275,1)163125,0(10 10 1 2   F 9 (1,625625)63125,1 10 1  F 9 005625,0 10 1 F ,0006250 10 1 F ,0250 10 1 F N0025,0F c. Menghitung kesalahan relatif (KR) %100   F F KR %100 1275,0 0025,0 KR %909090,0KR d. Hasil yang dilaporkan Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar %909090,0 maka hasil yang dilaporkan menggunakan 4 angka penting. Sehingga hasil yang dilaporkan   N0,0025)±(0,1275 FF b. Beban = 16,98 gram Tabel 1.1. Data Pengamatan F Penelitian momen gaya dengan Sudut tertentu No. F (N) F2 (N2 ) 1. 0,175 0,030625 2. 0,175 0,030625 3. 0,175 0,030625 4. 0,175 0,030625
  • 36. 35 5. 0,150 0,0225 6. 0,175 0,030625 7. 0,175 0,030625 8. 0,200 0,04 9. 0,200 0,04 10. 0,175 0,030625 N=5 F =1,775 F2 =0,316875 a. Menghitung gaya benda rata-rata ( F ) N1775,0 10 775,1     F F N F F b. Menghitung simpangan gaya benda ( F )   1 1 2 2    n FFn n F   110 775,1)316875,0(10 10 1 2   F 9 (3,150625)16875,3 10 1  F 9 0,018125 10 1 F 0,00201388 10 1 F 0,044876 10 1 F N0,0044876F c. Menghitung kesalahan relatif (KR) %100   F F KR
  • 37. 36 %100 1775,0 0044976,0 KR %2,52822KR d. Hasil yang dilaporkan Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar %2,52822 maka hasil yang dilaporkan menggunakan 3 angka penting. Sehingga hasil yang dilaporkan   N0,004)±(0,177 FF c. Beban 3= 21,98 gram Tabel 1.3. Data Pengamatan F Penelitian Gerak Parabola dengan Semburan Air No. F (N) F2 (N2 ) 1. 0,225 0,050625 2. 0,225 0,050625 3. 0,225 0,050625 4. 0,225 0,050625 5. 0,250 0,0625 6. 0,225 0,050625 7. 0,250 0, 0625 8. 0,225 0,050625 9. 0,225 0,050625 10. 0,225 0,050625 N=5 F =2,30 F2 =0,53 a. Menghitung gaya benda rata-rata ( F ) N23,0 10 3,2     F F N F F
  • 38. 37 b. Menghitung simpangan gaya benda ( F )   1 1 2 2    n FFn n F   110 3,2)53,0(10 10 1 2   F 9 (5,29)3,5 10 1  F 9 01,0 10 1 F ,0011110 10 1 F 16670,03333333 10 1 F N316670,00333333F c. Menghitung kesalahan relatif (KR) %100   F F KR %100 23,0 316670,00333333 KR 1,44927%KR d. Hasil yang dilaporkan Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar 1,44927% maka hasil yang dilaporkan menggunakan 3 angka penting. Sehingga hasil yang dilaporkan   N0,003)±(0,230 FF
  • 39. 38 d. Beban = 26,98 gram Tabel 1.1. Data Pengamatan F Penelitian momen gaya dengan Sudut tertentu No. F (N) F2 (N2 ) 1. 0,275 0,075625 2. 0,275 0,075625 3. 0,275 0,075625 4. 0,250 0,0625 5. 0,250 0,0625 6. 0,275 0,075625 7. 0,300 0,090 8. 0,275 0,075625 9. 0,275 0,075625 10. 0,275 0,075625 N=10 F =2,775 F2 =0,744375 a. Menghitung gaya benda rata-rata ( F ) NF F N F F 2775,0 10 775,2     b. Menghitung simpangan gaya benda ( F )     9 0,018125 10 1 9 7,425625-7,44375 10 1 110 775,2)743775,0(10 10 1 1 1 2 2 2         F F F n FFn n F
  • 40. 39 N73290,00448763 3290,04487637 10 1 8880,00201388 10 1    F F F c. Menghitung kesalahan relatif (KR) %100   F F KR %100 2775,0 73290,00448763 KR 1,646839%KR d. Hasil yang dilaporkan Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar 1,646839% maka hasil yang dilaporkan menggunakan 3 angka penting. Sehingga hasil yang dilaporkan   N0,004)±(0,277 FF
  • 41. 40 Lampiran 3 PERHITUNGAN SUDUT YANG DIPEROLEH AKIBAT LENGAN GAYA DIBERI BEBAN (𝜃) a. Beban 1 = 11,98 gram Tabel 1.1. Data Pengamatan θ Penelitian momen gaya dengan Sudut tertentu No. θ (0 ) θ2 (0 ) 1. 23 529 2. 24 576 3. 23 529 4. 22 484 5. 23 529 6. 22 484 7. 23 529 8. 23 529 9. 23 529 10. 23 529 N=5 θ =229 θ2 =5247 a. Menghitung sudut yang diperoleh akibat lengan gaya diberi beban rata- rata ( ) 0 22,9 10 229         n b. Menghitung simpangan sudut yang diperoleh akibat lengan gaya diberi beban (  )   1 1 22    n n n  
  • 42. 41   110 229)5247(10 10 1 2    9 5244152470 10 1   9 29 10 1  3,2222222 10 1  51,79505493 10 1  3500,17950549 c. Menghitung kesalahan relatif (KR) %100     KR %100 22,9 350,17950549 KR 39%0,78386678KR d. Hasil yang dilaporkan Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar 39%0,78386678 maka hasil yang dilaporkan menggunakan 4 angka penting. Sehingga hasil yang dilaporkan   0 0,17)±(22,90  b. Beban = 16,98 gram Tabel 1.1. Data Pengamatan θ Penelitian momen gaya dengan Sudut tertentu No. θ (0 ) θ2 (0 ) 1. 27 729 2. 26 676 3. 27 729 4. 27 729
  • 43. 42 5. 26 676 6. 27 729 7. 28 784 8. 26 676 9. 27 729 10. 27 729 N=5 θ =268 θ2 =7184 a. Menghitung sudut yang diperoleh akibat lengan gaya diberi beban rata- rata ( ) n     10 268  0 26,8 b. Menghitung simpangan sudut yang diperoleh akibat lengan gaya diberi beban (  ).   1 1 22    n n n     110 229)1847(10 10 1 2    9 7182471840 10 1   9 16 10 1  1,7777778 10 1  42)(1,3333333 10 1  0 420,13333333
  • 44. 43 c. Menghitung kesalahan relatif (KR) %0,49251244=KR %100 26,8 420,13333333 %100     KR KR   d. Hasil yang dilaporkan Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar %0,49251244 maka hasil yang dilaporkan menggunakan 4 angka penting. Sehingga hasil yang dilaporkan   0 0,133)±(26,800  c. Beban = 21,98 gram Tabel 1.1. Data Pengamatan θ Penelitian momen gaya dengan Sudut tertentu No. θ (0 ) θ2 (0 ) 1. 31 961 2. 32 1024 3. 31 961 4. 31 961 5. 32 1024 6. 31 961 7. 32 1024 8. 31 961 9. 31 961 10. 32 1024 N=5 θ =314 θ2 =9862 a. Menghitung sudut yang diperoleh akibat lengan gaya diberi beban rata- rata ( ) . N    
  • 45. 44 10 314  0 4,13 b. Menghitung simpangan sudut yang diperoleh akibat lengan gaya diberi beban (  ).   1 1 22    n n n     110 314)9862(10 10 1 2    9 9859698620 10 1   9 24 10 1  2,66666667 10 1  21,63299316 10 1  0 620,16329931 c. Menghitung kesalahan relatif (KR) %100     KR %100 31,4 620,16329931 KR 65%0,52006151=KR d. Hasil yang dilaporkan Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar 39%0,78386678 maka hasil yang dilaporkan menggunakan 4 angka penting. Sehingga hasil yang dilaporkan   0 0,16)±(31,40 
  • 46. 45 d. Beban = 26,98 gram Tabel 1.1. Data Pengamatan θ Penelitian Gerak Parabola dengan Semburan Air No. θ (0 ) θ2 (0 ) 11. 38 1444 12. 37 1369 13. 37 1369 14. 37 1369 15. 37 1369 16. 37 1369 17. 36 1296 18. 37 1369 19. 36 1296 20. 36 1296 N=5 θ =368 θ2 =13546 a. Menghitung Sudut yang diperoleh akibat lengan gaya diberi beban rata- rata ( ) . n     10 368  0 36,8 b. Menghitung simpangan sudut yang diperoleh akibat lengan gaya diberi beban (  ).   1 1 22    n n n     110 368)13546(10 10 1 2    9 135424135460 10 1  
  • 47. 46 9 36 10 1  4 10 1  (2) 10 1  0 0,2 c. Menghitung kesalahan relatif (KR) %100     KR %100 36,8 0,2 KR %0,54347876=KR d. Hasil yang dilaporkan Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar %0,54347876 maka hasil yang dilaporkan menggunakan 4 angka penting. Sehingga hasil yang dilaporkan   0 0,20)±(36,80 
  • 48. 47 Lampiran 4 PERHITUNGAN BESAR MOMEN GAYA BENDA a. Torsi pada Beban 1 0 0,17)±(22,90= N0,0025)±(0,1275= m130,=cm13= gram11,98=m  F r 1) Besar momen gaya benda : 940,00644972 01),389812395(0,1275)(0)13,0( 22,90)(sin(0,1275))13,0( sin         Fr 2) Nilai  :      2 2 2 2 2 2                                       F F r r        2222 cossin0   FrFr        2222 cossin   FrFr        2222 0,1722,90cos1275)((0,13)(0,+0,002522,90sin((0,13) 89)3131)(0,02(0,0000023+000625)8954)(0,00(0,0000255 37)(0,0000067+)(1,559)(10-10  52)(0,0000067 131)(0,0028872 3) Kesalahan relatif pengukuran %100     KR
  • 49. 48 %100 940,00644972 310,00288721 KR %44,76KR 4) Hasil yang dilaporkan Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar %44,76 maka hasil yang dilaporkan menggunakan 2 angka penting. Sehingga hasil yang dilaporkan   Nm102,9)±(6,4 -1   b. Torsi pada Beban 2 0 0,133)±(26,800= N0,004)±(0,177= m130,=cm13= gram16,98=m  F r 1) Besar momen gaya benda :  sinFr 26,80)(sin(0,177))13,0( )4508775407(0,177)(0,)13,0( 070,45087754 2) Nilai  :      2 2 2 2 2 2                                       F F r r        2222 cossin0   FrFr        2222 cossin   FrFr        2222 0,13326,8cos177)((0,13)(0,+0,00426,80sin((0,13)        2222 0,133850,89258581177)((0,13)(0,0,004070,45087754((0,13)  7689)2586)(0,01(0,0004218+016)104)(0,000(0,0034356 6167))(0,0000074+5496)(0,0000000
  • 50. 49 1663)(0,0000075 4731)(0,0027416 3) Kesalahan relatif pengukuran : %100     KR %100 2210,01037469 7310,00274164 KR %26,42KR 4) Hasil yang dilaporkan Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar %26,42 maka hasil yang dilaporkan menggunakan 2 angka penting. Sehingga hasil yang dilaporkan   Nm0,2)±((1,0  c. Torsi pada Beban 3 0 0,16)±(31,40= N0,003)±(0,230= m130,=cm13= gram21,98=m  F r 1) Besar momen gaya benda :  sinFr 31,40)(sin(0,230))13,0( )5210096318(0,230)(0,)13,0( 2) Nilai  :      2 2 2 2 2 2                                       F F r r        2222 cossin0   FrFr        22 2 2 cossin   FrFr        2222 0,1631,4cos230((0,13)(0,+0,00331,4sin((0,13)
  • 51. 50         )0,16730,85355079230)((0,13)(0,)0,003180,52100963((0,13) 2222  )6)305)(0,025(0,0006513+00009)52251)(0,0((0,004587 7406)(0,0000166+4128)(0,0000000 1534)(0,0000167 398)(0,0040884 3) Kesalahan relatif pengukuran : %22,46 %100 7990,01557818 980,00408843 %100      KR KR KR   4) Hasil yang dilaporkan Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar %22,46 maka hasil yang dilaporkan menggunakan 2 angka penting. Sehingga hasil yang dilaporkan   Nm0,4)±((1,5  d. Torsi pada Beban 4 gram16,98=m m130,=cm13=r N0,004)±(0,277=F 0 0,20)±(36,80= 1) Besar momen gaya benda :  sinFr 36,8)(sin(0,277))(0,13 985)(0,5990235(0,277))(0,13 9780,02157083
  • 52. 51 2) Nilai  :      2 2 2 2 2 2                                       F F r r        2222 cossin0   FrFr        2222 cossin   FrFr        2222 0,2036,8cos277)((0,13)(0,+0,00436,8sin((0,13)         7293)(0,0057752 5377)(0,0000333 5675)(0,0000332+9702)(0,0000000 ))1897)(0,04(0,0008314+00016)21468)(0,0((0,006064 0,20090,80073137277)((0,13)(0,0,004850,59902359((0,13) 2222           3) Kesalahan relatif pengukuran : %100     KR %100 9780,02157083 2930,00577527 KR %26,77KR 4) Hasil yang dilaporkan Berdasarkan aturan angka penting, untuk kesalahan relatif sebesar %26,42 maka hasil yang dilaporkan menggunakan 2 angka penting. Sehingga hasil yang dilaporkan   Nm0,5)±(2,1 