Strategi Dakwah dan Perkembangan Islam di Sumatera
1. Strategi
Dakwah dan
Perkembang
an Islam di
Sumatera
Kelompok 5:
Brilliannisa Syahri Syahidna : 05
Dewi Susilowati : 07
Mira Febi Widya Sari : 17
Prista Cahyani : 25
Satriyo Ibnu Sumarjo : 28
Suci Indah Ricky Anjaya : 29
Tri Purwanti : 30
3. A. Sejarah Masuknya Islam di
Indonesia
Pendapat ini dikemukakan oleh beberapa ahli sejarah
berdasarkan para pedagang arab yang berdatangan melalui
perdagangan. Ini dikaitkan dengan argumen bahwa sejarah masuknya
islam ke indonesia telah terjadi pada saat kerajaan Sriwijaya tepat pada
abad ke 7 masehi. Para pedagang arab menyebarkan agama islam ke
Indonesia melalui wilayah Pulau Sumatera pada bagian Samudera
Pasai. Dari situ dimulailah melalui Selat Malaka lalu mendarat tepat di
area pulau jawa dalam penyebaran agama islam.
1) Masuknya Islam ke Indonesia sejak Abad ke
7 Masehi
4. Untuk ahli sejarah lainnya mengatakan bahwa sejarah
masuknya islam ke indonesia dimulai sejak abad ke 11 masehi.
Pendapat yang ini di dasarkan pada bukti adanya sebuah batu nisan
Fatimah binti Maimun yang berlokasi di Gresik Jawa Timur. Batu ini
berangka tahun 1082 Masehi.
2) Masuknya Islam ke Indonesia sejak Abad ke
11 Masehi
Di samping beberapa pendapat diatas, ada yang
mengungkapkan bahwa sejarah masuknya islam ke indonesia baru saja
di mulai pada abad ke 13 Masehi. Bukti yang kuat menyatakan bahwa
runtuhnya Dinasti Abbasiah di Bagdhad (1258), berita dari Marcopolo
tahun 1292, batu nisan kubur Sultan Malik As-Saleh tahun 1297, dan
berita oleh Ibnu Batuta tahun 1345. Pendapat ini diperkuat oleh adanya
ajaran tasawuf di Indonesia.
3) Masuknya Islam ke Indonesia sejak Abad ke 13
Masehi
5. Terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di
sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh,
Indonesia. Berdasarkan berita Marcopolo (th 1292) dan Ibnu
Batutah (abad 13). Pada tahun 1267 telah berdiri kerajaan
Islam di Indonesia, yaitu kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga
dibuktikan dengan adanya Batu nisan makam Sultan Malik Al
Saleh (th 1297) Raja pertama Samudra Pasai.
B. Perkembangan Islam di
Sumateraa) Kerajaan Samudera Pasai (Kesultanan Pasai atau Samudera
Darussalam)
Sejarah Kerajaan Samudera Pasai
6. Pada pemerintahan Sultan Malik Al Saleh masih belum terlihat
tanda-tanda kejayaan yang signifikan, namun pada
pemerintahannya setidaknya kerajaan Samudra pasai
merupakan kerajaan yang besar dari wilayah Aceh
sendiri.Diapit oleh sungai besar yaitu sungai Peusungan dan
sungai Jambo Aye letaknya yang sangat strategis membuat
Samudra pasai menjadi kerajaan yang besar dan berkembang
pesat pada zaman itu.
Berdiri sekitar abad 13 oleh Nazimuddin Al Kamil, seorang
laksamana laut Mesir. Pada tahun 1238 M, ia mendapat tugas
merebut pelabuhan Kambayat di Gujarat yang dijadikan tempat
pemasaran barang-barang perdagangan dari timur.
Nazimuddin al-Kamil juga mendirikan satu kerajaan di Pulau
Sumatera bagian utara. Tujuan utamanya adalah untuk dapat
menguasai hasil perdagangan rempah-rempah dan lada.
Beliau kemudian mengangkat Marah Silu menjadi Raja Pasai
pertama dengan gelar Sultan Malik Al Saleh (1285 – 1297).
7. Pemerintahan Sultan Malik as-Saleh kemudian dilanjutkan oleh
putranya Sultan Muhammad Malik az-Zahir dari perkawinannya
dengan Ganggang Sari putri Raja Perlak. Pada masa
pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, koin emas
sebagai mata uang telah diperkenalkan di Pasai, seiring dengan
berkembangnya Pasai menjadi salah satu kawasan perdagangan
sekaligus tempat pengembangan dakwah agama Islam.
Kemudian sekitar tahun 1326 ia meninggal dunia dan digantikan
oleh anaknya Sultan Mahmud Malik az-Zahir dan memerintah
sampai tahun 1345.
Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik az-Zahir, ia
dikunjungi oleh Ibnu Batuthah, kemudian menceritakan bahwa sultan
di negeri Samatrah (Samudera) menyambutnya dengan penuh
keramahan, dan penduduknya menganut Mazhab Syafi'i. Ibnu
Battutah menggambarkan Sultan Malikul Zhahir sebagai raja yang
sangat saleh, pemurah, rendah hati, dan mempunyai perhatian
kepada fakir miskin. Meskipun ia telah menaklukkan banyak kerajaan,
Malikul Dhahir tidak pernah bersikap jemawa. Kerendahan hatinya itu
ditunjukkan sang raja saat menyambut rombongan Ibnu Battutah.
8. Selanjutnya pada masa pemerintahan
Sultan Ahmad Malik az-Zahir putra Sultan
Mahmud Malik az-Zahir, datang serangan
dari Majapahit antara tahun 1345 dan
1350, dan menyebabkan Sultan Pasai
terpaksa melarikan diri dari ibukota
kerajaan.
Pada awal abad ke-16 mungkin masa
memuncaknya kerajaan Samudra Pasai
sebagaimana diberitakan oleh Tome Pires
(1512-1515) tengah mengalami berbagai
kemajuan dibidang politik pemerintahan,
di bidang keagamaan, terutama di bidang
pertanian dan perdagangan.
9. Kemajuan Kemajuan Kerajaan
Samudera Pasai Pada Masa Kejayaannya
• Yang merupakan perdagangan internasional,
Pasai mempunyai Bandar-bandar yang dapat
menjadi persinggahan para pedagang asing dan
mereka juga membayar uang pajak untuk Pasai
Perdagangan
• Sebagai kerajaan maritime, pastinya Pasai
mempunya keunggulan dalam bidang pelayaran
dan nelayan. Maka dari itu masyarakat Pasai,
mayoritas ialah nelayan.
Pelayaran
10. • Merupakan salah satu kemajuan
Pasai dalm meraih kejayaannya, dan
perekonomian Pasai telah terbantu
dengan adanya perdagangan dan
pelayaran, serta pajak dagang yang
dikenakan bagi pedagang,
Perekonomian
• Merupakan keterkaitan, yakni terjadi
pula politik pernikahan, yang
dilakukan oleh sultannya.
Hubungan
internasional
dan politik
11. – Kesultanan Pasai kembali bangkit dibawah pimpinan Sultan Zainal-
Abidin Malik az-Zahir tahun 1383, dan memerintah sampai tahun 1405.
Dalam kronik Cina ia juga dikenal dengan nama Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki,
dan disebutkan ia tewas oleh Raja Nakur. Selanjutnya pemerintahan
Kesultanan Pasai dilanjutkan oleh istrinya Sultanah Nahrasiyah.
Relasi dan Persaingan
12. Armada Cheng Ho
Kesultanan Pasai dideskripsikan memiliki batas wilayah dengan
pegunungan tinggi disebelah selatan dan timur, serta jika terus ke
arah timur berbatasan dengan Kerajaan Aru, sebelah utara dengan
laut, sebelah barat berbatasan dengan dua kerajaan, Nakur dan
Lide. Sedangkan jika terus ke arah barat berjumpa dengan kerajaan
Lambri (Lamuri) yang disebutkan waktu itu berjarak 3 hari 3 malam
dari Pasai.
208 kapal
mengunjungi
Pasai 1405 1408 1412
Sekitar tahun 1434 Sultan Pasai mengirim saudaranya yang dikenal
dengan Ha-li-zhi-han namun wafat di Beijing. Kaisar Xuande dari
Dinasti Ming mengutus Wang Jinhong ke Pasai untuk menyampaikan
berita tersebut.
Laporan perjalanan Cheng Ho
yang dicatat oleh para
pembantunya seperti Ma Huan
dan Fei Xin.
13. Pusat pemerintahan terletak antara Krueng Jambo Aye (Sungai Jambu
Air) dengan Krueng Pase (Sungai Pasai), Aceh Utara.
Pemerintahan
• kerajaan ini tidak memiliki benteng pertahanan dari
batu, namun telah memagari kotanya dengan kayu,
yang berjarak beberapa kilometer dari
pelabuhannya. Pada kawasan inti kerajaan ini
terdapat masjid, dan pasar serta dilalui oleh sungai
tawar yang bermuara ke laut.
Ibnu
Batuthah
• muaranya besar namun ombaknya menggelora
dan mudah mengakibatkan kapal terbalik.Ma Huan
14. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, Kerajaan
Perlak telah menjadi bagian dari kedaulatan Pasai, kemudian ia juga
menempatkan salah seorang anaknya yaitu Sultan Mansur di Samudera.
Pada masa Sultan Ahmad Malik az-Zahir, kawasan Samudera sudah
menjadi satu kesatuan dengan nama Samudera Pasai yang tetap berpusat
di Pasai.
Pada masa pemerintahan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir, Lide
(Kerajaan Pedir) disebutkan menjadi kerajaan bawahan dari Pasai.
Sementara itu Pasai juga disebutkan memiliki hubungan yang buruk
dengan Nakur, puncaknya kerajaan ini menyerang Pasai dan
mengakibatkan Sultan Pasai terbunuh.
Dalam struktur pemerintahan terdapat istilah menteri, syahbandar dan
kadi. Sementara anak-anak sultan baik lelaki maupun perempuan digelari
dengan Tun, begitu juga beberapa petinggi kerajaan. Kesultanan Pasai
memiliki beberapa kerajaan bawahan, dan penguasanya juga bergelar
sultan.
15. Selama abad 13 sampai awal abad 16, Samudera Pasai dikenal
sebagai salah satu kota di wilayah Selat Malaka dengan bandar
pelabuhan yang sangat sibuk. Bersamaan dengan Pidie, Pasai menjadi
pusat perdagangan internasional dengan lada sebagai salah satu
komoditas ekspor utama.
Saat itu Pasai diperkirakan mengekspor lada sekitar 8.000- 10.000
bahara setiap tahunnya. Dalam catatan Ma Huan disebutkan 100 kati
lada dijual dengan harga perak 1 tahil. Komoditas lain seperti sutra,
kapur barus, dan emas yang didatangkan dari daerah pedalaman.
Perekonomian
16. Sebagai bandar dagang yang maju, Samudera Pasai mengeluarkan mata
uang sebagai alat pembayaran. Salah satunya koin yang terbuat dari emas
dikenal sebagai Deureuham (dirham) yang dibuat 70% emas murni dengan
berat 0.60 gram, diameter 10 mm, mutu 17 karat.
Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa juga terjalin.
Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada. Pedagang-pedagang Jawa
mendapat kedudukan yang istimewa di pelabuhan Samudera Pasai.
Mereka dibebaskan dari pembayaran cukai.
Sementara masyarakat Pasai umumnya telah menanam padi di ladang,
yang dipanen 2 kali setahun, serta memilki sapi perah untuk menghasilkan
keju. Sedangkan rumah penduduknya memiliki tinggi rata-rata 2.5 meter
yang disekat menjadi beberapa bilik, dengan lantai terbuat dari bilah-bilah
kayu kelapa atau kayu pinang yang disusun dengan rotan, dan di atasnya
dihamparkan tikar rotan atau pandan.
17. Kehidupan masyarakat Samudera Pasai diwarnai oleh agama dan
kebudayaan Islam.
Pemerintahnya bersifat Theokrasi (berdasarkan ajaran Islam). Rakyatnya
sebagian besar memeluk agama Islam, walau pengaruh Hindu dan
Buddha juga turut mewarnai masyarakat ini.
Dari catatan Ma Huan dan Tomé Pires, telah membandingkan dan
menyebutkan bahwa sosial budaya masyarakat Pasai mirip dengan
Malaka, seperti bahasa, maupun tradisi pada upacara kelahiran,
perkawinan dan kematian. Kemungkinan kesamaan ini memudahkan
penerimaan Islam di Malaka dan hubungan yang akrab ini dipererat oleh
adanya pernikahan antara putri Pasai dengan raja Malaka sebagaimana
diceritakan dalam Sulalatus Salatin.
Agama dan Budaya
18. Akhir Pemerintahan
Menjelang masa-masa akhir pemerintahan Kesultanan Pasai,
terjadi beberapa pertikaian di Pasai yang mengakibatkan perang saudara.
Sulalatus Salatin menceritakan Sultan Pasai meminta bantuan kepada
Sultan Melaka untuk meredam pemberontakan tersebut. Namun
Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh Portugal
tahun 1521 yang sebelumnya telah menaklukan Melaka tahun 1511, dan
kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan
Kesultanan Aceh.
19. Daftar Penguasa Kerajaan Samudera Pasai
No Nama Catatan dan peristiwa penting periode
1. Sultan Malik as-Saleh Hikayat raja raja Pasai dan makam
raja
1297-1326
2. Sultan Muhammad Malik az-
Zahir
Koin emas telah mulai diperkenalkan 1326-1345
3. Sultan Mahmud Malik az-Zahir Dikunjungi Ibnu Batutah 1345-1383
4. Sultan Ahmad Malik az-Zahir Diserang Majapahit 1383-1405
5. Sultan Zainal ‘Abidin Ra-
Ubabdar
Dikunjungi Cheng Ho 1405-1412
6. Sultanah Nahrasiyah Raja perempuan 1405-1412
7. Sultan Sallah ad-Din Menikahi Sultanah Nahrasiyah 1412-1455
8. Sultan Abu Zaid Malik az-Zahir Mengirim utusan ke Cina 1455-1477
9. Sultan Mahmud Malik az-Zahir
II
1477-1500
10. Sultan Zain al-Abidin II 1500-1513
11. Sultan abd-Allah Malik az- 1513-1521
20. Kesultanan Aceh Darussalam memulai pemerintahannya ketika
Kerajaan Samudera Pasai sedang dalam masa keruntuhan. Sultan Ali
Mughayat mendirikan Kesultanan Aceh pada tahun 1496 yang pada
mulanya kerajaan ini berdiri atas wilayah kerajaan lamuri.
Pemerintahaan kesultanan Aceh kemudian menundukan dan
menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya mencakup Daya,
Pedir, Lidie, Nakur. Selanjutnya pada tahun 1524 wilayah Pasai sudah
menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh diikuti dengan Aru.
b) Kerajaan Aceh
Awal mula Berdiri
Kesultanan Aceh.
21. Pada masa Sultan Alaidin Righayat Syah Sayed Al-Mukammil
(kakek Sultan Iskandar Muda) didatangkan perutusan diplomatik ke
Belanda pada tahun 1602 dengan pimpinan Tuanku Abdul Hamid.
Sultan juga banyak mengirim surat ke berbagai pemimpin dunia
seperti ke Sultan Turki Selim II, Pangeran Maurit van Nassau, dan
Ratu Elizabeth I. Semua ini dilakukan untuk memperkuat posisi
kekuasaan Aceh.
Masa Kejayaan
Kesultanan Aceh mengalami masa ekspansi dan pengaruh terluas pada
masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607 - 1636) atau Sultan Meukuta
Alam. Pada masa kepemimpinannya, Aceh menaklukkan Pahang yang
merupakan sumber timah utama. Pada tahun 1629, kesultanan Aceh melakukan
penyerangan terhadap Portugis di Melaka dengan armada yang terdiri dari 500
buah kapal perang dan 60.000 tentara laut. Serangan ini dalam upaya
memperluas dominasi Aceh atas Selat Malaka dan semenanjung Melayu.
Sayangnya ekspedisi ini gagal, meskipun pada tahun yang sama Aceh
menduduki Kedah dan banyak membawa penduduknya ke Aceh.
22. Daerah-daerah yang menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh
Darussalam, mencakup antara lain hampir seluruh wilayah Aceh, termasuk
Tamiang, Pedir, Meureudu, Samalanga, Peusangan, Lhokseumawe, Kuala
Pase, serta Jambu Aye. Selain itu, Kesultanan Aceh Darussalam juga berhasil
menaklukkan seluruh negeri di sekitar Selat Malaka termasuk Johor dan
Malaka, kendati kemudian kejayaan pemerintahan Kesultanan Aceh
Darussalam di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda mulai mengalami
kemunduran pasca penyerangan ke Malaka pada 1629.
Selain itu, negeri-negeri yang berada di sebelah timur Malaya, seperti Haru
(Deli), Batu Bara, Natal, Paseman, Asahan, Tiku, Pariaman, Salida, Indrapura,
Siak, Indragiri, Riau, Lingga, hingga Palembang dan Jambi. Wilayah
Kesultanan Aceh Darussalam masih meluas dan menguasai seluruh Pantai
Barat Sumatra hingga Bengkulen (Bengkulu). Tidak hanya itu, Kesultanan
Aceh Darussalam bahkan mampu menaklukkan Pahang, Kedah, serta Patani.
Wilayah Kekuasaan
23. Pembagian wilayah kekuasaan Kesultanan
Aceh Darussalam pada masa Sultan Iskandar
Muda diuraikan sebagai berikut:
24. Wilayah Aceh Raja
Dibagi dalam tiga Sagoi (ukuran wilayah
administratif yang kira-kira setara dengan
kecamatan) yang masing-masing dipimpin
oleh seorang kepala dengan gelar Panglima
Sagoe, yaitu: Sagoe XXII Mukim, Sagoe XXV
Mukim, dan Sagoe XXVI Mukim.
Di bawah tiap-tiap Panglima Sagoe terdapat
beberapa Uleebalang dengan daerahnya yang
terdiri dari beberapa Mukim (ukuran wilayah
administratif yang kira-kira setara dengan
kelurahan/desa).
Di bawah Uleebalang terdapat beberapa
Mukim yang dipimpin oleh seorang kepala
yang bergelar Imeum. Mukim terdiri dari
beberapa kampung yang masing-masing
dipimpin oleh seorang kepala dengan gelar
Keutjhi.
25. Daerah Luar Aceh
Raja
Daerah ini terbagi dalam
daerah-daerah Uleebalang
yang dipimpin oleh seorang
kepala yang bergelar
Uleebalang Keutjhi. Wilayah-
wilayah di bawahnya diatur
sama dengan aturan wilayah
yang berlaku di Daerah Aceh
Raja.
Di dalam wilayah kekuasaan
Kesultanan Aceh Darussalam
terdapat juga daerah-daerah
yang tidak termasuk ke dalam
lingkup Daerah Aceh Raja
ataupun Daerah Luar Aceh
Raja. Daerah-daerah yang
berdiri di perintahkan oleh
uleebalang untuk tunduk
kepada Sultan Aceh
Darussalam.
Daerah yang
Berdiri Sendiri
26. Para ulama Aceh banyak terlibat dalam karya di bidang
keagamaan yang dipakai luas di Asia Tenggara. Syaikh Abdurrauf
menerbitkan terjemahan dari Tafsir Alqur'an Anwaarut Tanzil wa
Asrarut Takwil, karangan Abdullah bin Umar bin Muhammad
Syirazi Al Baidlawy ke dalam bahasa jawi.
Kemudian ada Syaikh Daud Rumy menerbitkan Risalah Masailal
Muhtadin li Ikhwanil Muhtadi yang menjadi kitab pengantar di
dayah sampai sekarang. Syaikh Nuruddin Ar-Raniry setidaknya
menulis 27 kitab dalam bahasa melayu dan arab. Yang paling
terkenal adalah Sirath al-Mustaqim, kitab fiqih pertama terlengkap
Karya Agama
27. Makin menguatnya kekuasaan Belanda di pulau Sumatera dan Selat
Malaka, ditandai dengan jatuhnya wilayah Minangkabau, Siak, Tiku,
Tapanuli, Mandailing, Deli, Barus (1840) serta Bengkulu kedalam
pangkuan penjajahan Belanda.
Faktor penting lainnya ialah adanya perebutan kekuasaan di antara
pewaris tahta kesultanan. Seperti:
Sekitar tahun 1870an. Dimana para bangsawan ingin mengurangi
kontrol ketat kekuasaan Sultan dengan mengangkat janda Iskandar Tsani
menjadi Sultanah. Beberapa sumber menyebutkan bahwa ketakutan akan
kembalinya Raja tiran (Sultan Iskandar Muda) yang melatar-belakangi
pengangkatan ratu.
Kemunduran
28. Sejak itu masa damai terasa di Aceh, para
Ulèëbalang bebas berdagang dengan pedagang
asing tanpa harus melalui pelabuhan sultan di
ibukota
Kadhi Malikul Adil (semacam mufti agung) Tgk. Syech Abdurrauf As-
Sinkily melakukan berbagai reformasi terutama perihal pembagian
kekuasaan dengan terbentuknya tiga sagoe. Hal ini mengakibatkan
kekuasaan sultanah/sultan sangat lemah dengan hanya berkuasa
penuh pada daerah Bibeueh (kekuasaan langsung) semata
Perang saudara pecah, Mesjid Raya
Dalam terbakar kota Bandar Aceh
dalam kegaduhan dan ketidak-
tentraman
beberapa masyarakat terutama dari
kaum wujudiyah menginginkan
penguasa nanti adalah seorang laki-
laki bergelar Sultan. Mereka
mengklaim bahwa pewaris sah
masih hidup dan tinggal bersama
mereka di pedalaman.
29. Perang saudara dalam hal perebutan kekuasaan turut berperan
besar dalam melemahnya Kesultanan Aceh. Pada masa Sultan Alauddin
Jauhar Alamsyah (1795-1824), seorang keturunan Sultan yang terbuang
Sayyid Hussain mengklaim mahkota kesultanan dengan mengangkat
anaknya menjadi Sultan Saif Al-Alam. Perang saudara kembali pecah
namun berkat bantuan Raffles dan Koh Lay Huan, seorang pedagang
dari Penang kedudukan Jauhar (yang mampu berbahasa Perancis,
Inggris dan Spanyol) dikembalikan.
30. Perebutan kekuasaan antara Tuanku Sulaiman dengan Tuanku
Ibrahim yang kelak bergelar Sultan Mansur Syah (1857-1870). Sultan
Mansyur Syah berusaha semampunya untuk memperkuat kembali
kesultanan yang sudah rapuh. Dia berhasil menundukkan para raja lada
untuk menyetor upeti ke sultan, hal yang sebelumnya tak mampu
dilakukan sultan terdahulu. Untuk memperkuat pertahanan wilayah
timur, sultan mengirimkan armada pada tahun 1854 dipimpin oleh
Laksamana Tuanku Usen dengan kekuatan 200 perahu. Ekspedisi ini
untuk meyakinkan kekuasaan Aceh terhadap Deli, Langkat dan
Serdang. Namun naas, tahun 1865 Aceh angkat kaki dari daerah itu
dengan ditaklukkannya benteng Pulau Kampai.
31. C. Saluran Penyebaran Agama
Islam
a. Proses Islamisasi Melalui Perdagangan
Para pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat memegang peranan
penting sebab di samping berdagang, mereka juga menyebarkan
agama Islam. Mereka mendirikan perkampungan sendiri
(perkampungan pedagang muslim di negeri asing ) yang disebut
Pekojan. Melalui perdagangan inilah Islam berkembang pesat. Hal ini
didukung oleh situasi politik saat itu, ketika para bupati pesisir
berusaha untuk melepaskan diri dari kekuasaan pusat yang sedang
mengalami kekacauan atau perpecahan.
32. b. Proses Islamisasi Melalui Perkawinan
Perkawinan putri bangsawan dengan pedagang muslim
dilakukan secara Islam dengan mengucapkan kalimat syahadat
(perkawinan antara pihak Islam dengan pihak yang belum
Islam). Dari perkawinan itu pula akan membentuk ikatan
kekerabatan antara pihak keluarga laki-laki dan perempuan.
Saluran lewat perkawinan antara pedagang, ulama, ataupun
golongan lain dengan anak bangsawan, bupati ataupun raja
akan lebih menguntungkan. Status sosial ekonomi ataupun
politik para bangsawan, bupati, atau raja akan mempercepat
proses islamisasi.
33. Perkawinan Putri Campa dengan Raja Brawijaya yang melahirkan
Raden Patah.Perkawinan Rara Santang (putri Prabu Siliwangi)
dengan Syarif Abdullah melahirkan Syarif Hidayatullah (Sunan
Gunung Jati)
Perkawinan Putri Blambangan dengan Maulana Ishak mempunyai
seorang putra bernama Raden Paku (Sunan Giri).Perkawinan
Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Gede Manila
melahirkan Sunan Bonang (Makdum Ibrahim) dan Sunan Drajat
(Syarifudin).
Contoh proses islamisasi melalui
perkawinan, antara lain sebagai berikut :
34. Ajaran tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistis atau
unsur-unsur magis. Ajaran tasawuf masuk ke Indonesia pada abad ke-13. Di Aceh
muncul ahli tasawuf yang terkenal, seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin as
Samatrani, dan Nuruddin ar Raniri. Di Jawa di antara Wali Sanga juga ada yang
mengajarkan tasawuf ialah Sunan Bonang dan Sunan Kudus.
c. Proses Islamisasi Melalui Tasawuf
Melalui pendidikan terutama dalam pesantren yang diselenggarakan oleh guru-
guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Pesantren merupakan lembaga yang
penting dalam penyebaran agama Islam karena merupakan tempat pembinaan
calon guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama.
d. Proses Islamisasi melalui Pendidikan
Proses masuknya islam di Indonesia melalui dakwah. Demikian halnya di Jawa
melalui dakwah dilakukan oleh kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan
Wali Sanga. Wali artinya wakil atau utusan. Mereka di samping memiliki
pengetahuan agama Islam juga memiliki kelebihan yang disebut karomah.
e. Proses Islamisasi Melalui Dakwah