Isu-isu global kontemporer merupakan ancaman baru seperti terorisme dan kejahatan transnasional yang mengancam keamanan negara-negara Dunia Ketiga yang masih menghadapi berbagai persoalan seperti ketidakstabilan politik dan ekonomi. Islam liberal menekankan kebebasan individu dan memisahkan otoritas agama dari politik. Ushuliyah dalam pemikiran Islam merujuk pada prinsip-prinsip dasar syariat yang diambil dari Al-Quran dan Had
3. • Isu-isu global kontemporer adalah isu yang berkembang serta
meluas setelah Perang Dingin berakhir padaera 1990-an.Isu-isu
global kontemporer merupakan isu yang lahir sebagai bentuk baru
ancaman keamanan yang mengalami transformasi sejak berakhirnya
Perang Dingin menjadi suatu “Agenda Global Baru” (New Global
Agenda). Ancaman dalam bentuk baru ini bukan berupa “serangan
militer” yang dilakukan oleh suatu negara terhadap negara lain
tetapi tindakan kejahatan yang dilakukan oleh non-state actor dan
ditujukan kepada state actor maupun individu atau warga negara
yang mengancam keamanan manusia (Human Security). Ancaman
tersebut dapat berupa tindakan terorisme atau kejahatan
transnasional yang teroganisir, kesejahteraan, degradasi
lingkungan, konflik etnis dan konflik manual yang berdimensi
internasional, hutang luar negeri, dsb.
4. Bagi negara-negara Dunia Ketiga, isu-isu yang terkait dengan
ancaman keamanan dalam bentuk baru ini merupakan “ancaman keamanan
yang nyata” karena memiliki relevansi dengan dengan kondisi
dosmetik negara-negara Dunia Ketiga yang masih disibukkan oleh
berbagai persoalan mengenai:
Situasi transisi politik
Lemahnya kekuasaan pemerintah
akibat tidak maksimalnya upaya
penegakan hukum
Ketidakpastian politik
Krisis ekonomi
Masalah konflik di wilayah
perbatasan
Persoalan disintegrasi bangsa
Peningkatan jumlah pelaku terorisme
5. Islam satu-satunya agama universal dan memiliki kesempurnaan
di segala aspek yang dapat diaplikasikan oleh manusia dalam
kehidupannya. Islam satu-satunya ideologi yang dapat menuntun
manusia untuk mencari kesempurnaan yang menjadi idamannya.
Walaupun agama Islam merupakan agama terakhir tetapi di
sinilah letak keutamaan dan kesempurnaan agama ini
dibandingkan dengan agama-agama lainnya, baik itu agama
samawi yang turun dari Allah maupun agama atau jalan hidup
yang lahir dari ide dan pengalaman spiritual seseorang.
6. Islam datang sebagai penyempurna bagi agama-agama yang telah
datang sebelumnya. Dan Rasulullah sebagai pembawa dan
pengemban risalah Ilahi merupakan nabi terakhir yang
setelahnya tidak akan ada lagi Nabi dan Rasul. Allah
berfirman dalam surat al-Maidah yang masyhur sebagai ayat
yang terakhir turun:
َر َو يِتَمْعِن ْمُكْيَلَع ُتْمَمْتَأ َو ْمُكَنِيد ْمُكَل ُتْلَمْكَأ َم ْوَيْالاًنِيد َم ََلْسِ ْاْل ُمُكَل ُيت ِض(المائدة:3)
“Hari ini telah aku sempurnankan bagi kamu agamamu (Islam) dan telah aku
sempurnakan segala nikmatku kepadamu dan akupun ridha Islam sebagai agamamu.” Al-
Maidah (5): 3
7. • “Liberal” dalam istilah itu, menurut Luthfi Assyaukanie, ideologi JIL, harus
dibedakan dengan liberalisme Barat. Istilah tersebut hanya nomenklatur (tata
kata) untuk memudahkan merujuk kecenderungan pemikiran Islam modern yang
kritis, progresif, dan dinamis. Dalam pengertian ini, “Islam liberal” bukan
hal baru. “Fondasinya telah ada sejak awal abad ke-19, ketika gerakan
kebangkitan dan pembaruan Islam dimulai,” tulis Luthfi.Ada dua kelompok yang
dikategorikan “musuh” utama Islam liberal. Pertama, konservatisme yang telah
ada sejak gerakan liberalisme Islam pertama kali muncul. Kedua,
fundamentalisme yang muncul akibat pergesekan Islam dan politik setelah
negara-negara muslim meraih kemerdekaannya.
8. NAMA “Islam liberal” menggambarkan prinsip yang kami anut, yaitu Islam yang menekankan
kebebasan pribadi dan pembebasan dari struktur sosial-politik yang menindas. Kami percaya,
Islam selalu dilekati kata sifat, sebab kenyataannya Islam ditafsirkan berbeda-beda sesuai
dengan kebutuhan penafsirnya. Kami memilih satu jenis tafsir –dengan demikian juga memilih
satu kata sifat– yaitu “liberal”. Untuk mewujudkan Islam liberal, kami membentuk “Jaringan
Islam Liberal”. Landasan penafsiran kami adalah:
Membuka pintu ijtihad pada semua
dimensi Islam
Mengutamakan semangat religio-etik,
bukan makna literal teks
Mempercayai kebenaran yang relatif,
terbuka dan plural
Memihak pada yang minoritas dan
tertindas
Meyakini kebebasan beragama
Memisahkan otoritas duniawi dan
ukhrawi, otoritas keagamaan dan politik
9. Istilah modern kemudian menjadi istilah sakti bagi masyarakat
abad ini. orang yang tidak bisa menjadi modern disebut sebagai
orang yang kolot dan terbelakang. kerena itu, tiap orang seakan
dituntut menjadi manusia modern. Namun yang tidak disadari bahwa
bagaimana sebenarnya manusia modern tersebut. Sebagai cendekiawan
muslim kita meyakini terdapat kesalahan dalam memahami
modernitas. Di antara pemahaman yang salah itu adalah anggapan
bahwa modernitas adalah mengikuti pola hidup ala barat. Pada
kenyataanya anggapan ini tidak bisa dinafikan begitu saja. sebab
memang di era sekarang kemajuan di banyak bidang telah dicapai
oleh orang-orang barat.
10. Dalam visi Arab dan dalam wacana pemikiran Islam, kita tidak menemukan
dalam kamus-kamus lama, baik kamus bahasa maupun kamus istilah,
disebutnya istilah ushuliyah “fundamentalisme”. Kita hanya menemukan
kata dasar istilah itu yaitu al-ashlu dengan makna ‘dasar sesuatu’ dan
‘kehormatan’. Al-ashlu juga disebut bagi undang-undang atau kaidah
yang berkaitan dengan furu’ (parsial-parsial) dan masa yang telah
lalu. Seperti yang diungkapkan dalam rediaksional ulama ushul fikih,
“Asal segala sesuatu adalah boleh atau suci.” Dan, “ushul” adalah
prinsip-prinsip yang telah disepakati atau diterima.Bagi ulama ushul
fikih, kata al-ashlu disebut dengan beberapa makna. Pertama, ‘dalil’.
Dikatakan bahwa asal masalah ini adalah Al-Kitab dan Sunnah. Kedua,
‘kaidah umum’. Dan ketiga, ‘yang rajih’ atau ‘yang paling kuat’ dan
‘yang paling utama’.
11. Dalam pemikiran Islam kontemporer yang sebagian ulamanya
menggunakan istilah ushuliyah dalam kajian-kajian ilmu
fikih, kita dapati ia bermakna, “Kaidah-kaidah pokok-pokok
syari’at yang diambil oleh ulama ushul fikih dari teks-teks
yang menetapkan dasar-dasar tasyri’iyah (legislasi) umum,
serta pokok-pokok tasyri’iyah general seperti :
(1)tujuan umum syari’at,
(2)apa hak Allah dan apa hak mukalaf,
(3)apa yang menjadi obyek ijtihad,
(4)nasakh hukum, serta
(5)ta’arud (pertentangan) dan tarjih
(pemilihan salah satu probabilitas
hukum)
12. • Kata jender berasal dari bahasa Inggris gender yang
berarti jenis kelamin. Dalam encyclopedia, bahwa jender
adalah konsep yang bersifat budaya (cultural) yang
berupaya membuat perbedaan dalam peran, perilaku,
mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki
dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.
• Pengertian jender sama artinya dengan hubungan pria dan
wanita. Berbicara hubungan wanita dan pria dalam islam
pada prinsipnya dapat disebut sama artinya dengan
berbicara kemitrasejajaran pria dan wanita, sebab dalam
islam secara prinsip hubungan kedua jenis kelamin ini
adalah sejajar dihadapan Allah (khaliq).