Dokumen tersebut membahas tentang kerang hijau, kadmium, dan proses destruksi asam untuk menentukan kadar kadmium pada kerang hijau menggunakan spektrofotometer serapan atom. Kerang hijau dapat mengakumulasi logam berat kadmium melalui rantai makanan dan dapat berbahaya bagi kesehatan manusia. Destruksi asam digunakan untuk memecah senyawa menjadi unsur-unsurnya sehingga dapat dianalis
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
ANALISIS KADAR KADMIUM PADA KERANG
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum kerang merupakan kelompok hewan tidak bertulang
belakang dan bentuknya mudah untuk dikenali. Sebagian besar dicirikan dengan
adanya cangkang yang melindungi tubuhnya dan hanya sebagian kecil jenis yang
tidak bercangkang. Cangkang merupakan alat pelindung diri, terdiri atas lapisan
karbonat (crystalline calcium carbonate), dipisahkan oleh lapisan tipis (lembaran)
protein di antara cangkang dan bagian tubuh (otot dan daging).1
Logam berat jika terserap ke dalam tubuh maka tidak dapat
dihancurkan, bersifat toksik dan mengganggu kehidupan mikroorganisme. Pada
manusia logam berat dapat menimbulkan efek kesehatan tergantung pada
bagian mana logam berat tersebut terikat di dalam tubuh. Daya racun yang
dimiliki akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses
metabolisme tubuh terputus.2
Kadmium adalah logam berat yang termasuk dlam golongan II B dalam
periodik sistem. Logam-logam ini akan mudah bereaksi dengan ligan-ligan yang
mengandung unsur-unsur O,S dan N. dalam tubuh logam-logam ini bersifat
toksik, karena bereaksi dengan ligan-ligan yang penting untuk fungsi normal
tubuh.3
1Dwi Eny Djoko Setyono, “Karakteristik Biologi dan Produk Kekerangan Laut” Jurnal
Oceana XXXI, No. 1 (2006)
http://www.oseanografi.lipi.go.id/sites/default/files/oseana_xxxi%281%291-7.pdf (Diakses 08
November 2014).
2Bustanul Arifin, Deswati Umiati dan Loekman, “Analisis Kandungan Logam Cd, Cu,
Cr Dan Pb dalam Air Laut di Sekitar Perairan Bungus Teluk Kabung Kota Padang” Jurnal Teknik
Lingkungan, h. 140.
3Zul Alfian, Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd2+) dari Kerang yang Diperoleh dari
Daerah Belawan Secara Spektrofotometer Serapan Atom “Jurnal Sains Kimia”, h. 73.
1
2. 2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu berapa kadar kadmium (Cd)
pada kerang hijau secara destruksi asam dengan menggunakan spektrofotometer
serapan atom (SSA)?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan berapa kadar kadmium
(Cd) pada kerang hijau secara destruksi asam dengan menggunakan
spektrofotometer serapan atom (SSA).
3. 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerang Hijau
Kerang hijau (P.viridis) mempunyai mucus atau lendir yang penyusun
utamanya adalah glikoprotein. Logam tersebut terikat menjadi metallothienin
karena penyusun utamanya adalah sistein yaitu protein yang tergolong dalam
gugus sulfidril (-SH) yang mampu mengikat logam. Oleh karena sifat mucus
insang yang mengalami regenerasi, maka logam berat (termasuk kadmium) yang
telah terikat pada mucus insang turut terlepas dari tubuhnya.1
Kerang merupakan salah satu bahan makan tambahan hasil laut yang
memperoleh makananya juga berasal dari laut, yaitu berupa plankton alga.
Senyawa organik akan terserap oleh plankton alga, selanjutnya plankton alga ini
merupakan makanan dari kerang dan binatang laut lainnya. Akibatnya, melalui
rantai makanan ini dalam tubuh kerang terdapat kadmium (Cd). Apabila kerang
tersebut dimakan oleh manusia, akan merupakan racun yang berbahaya karena
terjadi penumpukan kadmium (Cd) dalam tubuh manusia.2
B. Kadmium (Cd)
Sering kali dijumpai makanan di indonesia yang tumbuh di pinggir jalan
raya yang banyak dilalui oleh kendaraan bermotor. Hal ini dapat menyebabkan
logam berat yang berasal dari asap kendaraan bermotor dapat menempel pada
1Nurlita Abdulgani, Aunurohim dan Anita Wijaya Indarto, Konsentrasi Kadmium (Cd)
pada Kerang Hijau (Perna Viridis) di Surabaya Dan Madura “Jurusan Biologi FMIPA ITS”.
http://aunurohim-bio-konsentrasikasdmium_Cd_padakeranghijau_Nurlita.et.al.hayati.edisi.khusus -
revisi2.pdf (06 November 2014).
2Zul Alfian, Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd2+) dari Kerang yang Diperoleh dari
Daerah Belawan Secara Spektrofotometer Serapan Atom “Jurnal Sains Kimia” 9, No. 2
(2005).http://analisis.kadar.logam.kadmium.pada.kerang.pdf (06 November 2014).
4. 4
tanaman teh tersebut, misalnya logam timbal atau kadmium. logam tersebut
merupakan mineral non esensial yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dan dapat
menimbulkan efek toksik.3
Logam-logam yang mudah diuapkan seperti tembaga (Cu), timbal (Pb),
zink (Zn), kadmium (Cd), umumnya ditentukan pada suhu rendah sedangkan
untuk unsur-unsur yang tak mudah diatomisasi diperlukan suhu tinggi. Suhu
tinggi dapat dicapai dengan menggunakan suatu oksidator bersamaan dengan gas
pembakaran, contohnya atomisasi unsur seperti aluminium (Al), talium (Ti),
berilium (Be).4
Afinitas yang kuat dari kadmium dengan gugus sulfhidril, menyebabkan
inaktivasi enzim yang mengandung gugusan sulfhidril sehingga hal ini akan
menggangu funsi normal tubuh. Kadmium sangat sedikit diabsorbsi disaluran
cerna, yaitu paling banyak ± 5 %, sedangkan absorbsinya melalui saluran napas
lebih sempurna. Setelah diabsorbsi, kadmium akan terikat kuat dalam hati dan
ginjal, pada pemberian suntikan Kadmium secara intravena terhadap binatang
percobaan, ekskresinya lebih banyak melalui empedu dari pada melalui urin.5
Keracunan akut kadmium dapat disebabkan karena pemasukannya baik
melalui pernafasan maupun melalui oral. Efek keracunan yang umum adalah
iritasi saluran pernafasan bagian atas, mual, muntah, salivasi, mencret dan kejang
pada perut. Kadmium lebih bersifat toksis bila terhirup melalui pernafasan.
Keracunan kronis timbul bila konsentrasi kadmium dalam ginjal mencapai 200 μg
3Faizah Utami dan Yunahara Farida. “Analisis Kandungan Mineral dan Logam Berat
dalam Teh Hitam yang Beredar di Pasar Jakarta Selatan Secara Spektofometri Serapan Atom”
Jurnal Farmasi. http://dosen. univpancasila.ac.id/ (30 Oktober 2014).
4S.M. Khopkar, Basic Comcepts Of Analytical Chemistry, terj. A. Saptoraharjordjo,
Konsep Dasar Kimia Analitik (Jakarta: UI-Press, 1990), h. 290.
5Zul Alfian, Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd2+) dari Kerang yang Diperoleh dari
Daerah Belawan Secara Spektrofotometer Serapan Atom “Jurnal Sains Kimia”, h. 73-74.
5. 5
per gram terjadi kerusakan ginjal. Efek keracunan kronis yang lain yaitu:
emphysema, hipertensi dan osteomalacia.6
C. Destruksi
Destruksi merupakan suatu perlakuan pemecahan senyawa menjadi
unsurnya sehingga dapat dianalisis. Istilah destruksi ini disebut juga perombakan,
yaitu dari bentuk organik logam menjadi bentuk logam-logam anorganik, pada
dasarnya ada dua jenis destruksi yang dikenal dalam ilmu kimia yaitu destruksi
basah (oksida basah) dan destruksi kering (oksida kering). Kedua destruksi ini
memiliki teknik pengerjaan dan lama pemanasan atau pendestruksian yang
berbeda.7
Destruksi basah adalah perombakan sampel dengan asam-asam kuat baik
tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi dengan menggunakan zat
oksidator. Pelarut-pelarut yang dapat digunakan untuk destruksi basah antara lain
asam nitrat (HNO3), asam sulfat (H2SO4), asam perklorat (HClO4), dan asam
klorida (HCl). Kesemua pelarut tersebut dapat digunakan baik tunggal maupun
campuran. Kesempurnaan destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih
pada larutan destruksi, yang menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah
larut sempurna atau perombakan senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan
baik. Senyawa garam yang terbentuk setelah destruksi merupakan senyawa garam
yang stabil dan disimpan selama beberapa hari, pada umumnya pelaksanaan kerja
6Zul Alfian, Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd2+) dari Kerang yang Diperoleh dari
Daerah Belawan Secara Spektrofotometer Serapan Atom “Jurnal Sains Kimia”, h. 74.
7Susila Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal
Seminar Nasional Penelitian,, 2 no. 1 (Juni)
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Susila%20Kristianingrum,%20Dra.,%20M.Si./B
%2032.pdf (31 Oktober 2014).
6. 6
destruksi basah dilakukan secara metode Kjeldhal, dalam usaha pengembangan
metode telah dilakukan modifikasi dari peralatan yang digunakan.8
Destruksi kering merupakan perombakan organik logam di dalam sampel
menjadi logam-logam anorganik dengan jalan pengabuan sampel dalam muffle
furnace dan memerlukan suhu pemanasan tertentu. Pada umumnya dalam
destruksi kering ini dibutuhkan suhu pemanasan antara 400-800oC, tetapi suhu ini
sangat tergantung pada jenis sampel yang akan dianalisis.9
D. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
Spektroskopi atom merupakan teknik analisis kuantitatif dari unsur-unsur,
dimana sekitar 70 unsur dapat dianalisis. Pemakaiannya luas pada berbagai bidang
karena prosedurnya paling selektif, spesifik, sensitivitasnya tinggi yaitu kisaran
ppm sampai ppb, waktu yang diperlukan cepat dan mudah dilakukan.10
Prinsip dasar dari spektrofotometer serapan atom (SSA) adalah
penyerapan energi secara eksklusif oleh atom dalam keadaan dasar dan berada
dalam bentuk gas. Sebuah larutan yang terdiri dari spesi logam tertentu ketika
disedot ke dalam nyala, maka akan berubah menjadi uap sesuai dengan spesi
logam. Beberapa logam akan naik langsung ke tingkat energi eksitasi sedemikian
rupa untuk memancarkan radiasi logam tertentu. Titik kritis dari atom logam
dengan energi kuantum yang cukup besar dari unsure tertentu akan tetap berada
dalam keadaan dasar dan tidak teremisi. Atom tersebut yang akan menerima
8Susila Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal
Seminar Nasional Penelitian, h. 4-5.
9Susila Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal
Seminar Nasional Penelitian, h. 4-5.
10Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 196.
7. 7
radiasi cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu yang sesuai dengan
atom logam.11
Spektroskopi absorpsi atom pada metodenya radiasinya dari suatu sumber
yang sesuai (lampu katoda cekung) dilewatkan kedalam nyala api yang berisi
sampel yang telah teratomisasi, kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detektor
melalui monokromator, untuk membedakan antara radiasi yang berasal dari
sumber radiasi dan radiasi dari nyala api, biasanya digunakan chopper yang
dipasang sebelum radiasi dari sumber radiasi mencapai nyala api. Detektor disini
akan menolak arus searah (DC) dari emisi nyala dan hanya mengukur arus bolak
balik (sinyal absorpsi) dari sumber radiasi dan sampel. Konsentrasi unsur
berdasarkan perbedaan intensitas radiasi pada saat ada atau tidaknya unsur yang
diukur (sampel) dalam nyala api.12
Pelarut digunakan dalam prosedur dalam spektrofotometrik menimbulkan
permasalahan dalam beberapa daerah spektrum. Pelarut tidak hanya harus
melarutkan sampel tetapi juga tidak boleh menyerap cukup banyak dalam daerah
itu dibuat.13
Spektrofotometer serapan atom (SSA) dapat mengukur kadar unsur
tertentu dengan baik meskipun dengan adanya unsur-unsur yang lain, sama sekali
tidak ada keharusan untuk memisahkan unsure uji dari yang lain sehingga tidak
hanya menghemat waktu, tetapi juga menghilangkan berbagai sumber kesalahan
yang mungkin muncul selama proses ini. selain itu, Spektrofotometer serapan
atom (SSA) dapat juga digunakan untuk menentukan larutan berair dan larutan
berair. Kenyataannya, Spektrofotometer serapan atom (SSA) bebas dari segala
11Nursalam Hamzah, Analisis Kimia Metode Spektrofotometer (Makassar: Alauddin
University Press, 2013), h. 88-89.
12Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian, h. 197.
13R. A. Day, Jr. Dan A. L. Underwood, Quantitative Analysis Sixth Edition, terj. Hilarius
Wibi H dkk, Analisis Kimia Kuantitatif (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 416.
8. 8
kerumitan persiapan sampel, telah terbukti sebagai alat analisis yang ideal dan
serbaguna, walaupun bukan ahli kimia, misalnya ahli biologi, dokter dan insinyur
yang lebih berorientasi pada pentingnya hasil.14
Kandungan logam berat dapat ditentukan dengan metode Spektrofotometer
serapan atom (AAS). Metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry)
merupakan salah satu metode analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui
keberadaan dan kadar logam berat dalam berbagai bahan, namun terlebih dahulu
dilakukan tahap pendestruksi cuplikan. Pada metode destruksi basah dekomposisi
sampel dilakukan dengan cara menambahkan pereaksi asam tertentu ke dalam
suatu bahan yang dianalisis. Asam-asam yang digunakan adalah asam-asam
pengoksidasi seperti asam sulfat (H2SO4), asam nitrat (HNO)3, H2O2, perklorat
(HClO4) atau campurannya. Pemilihan jenis asam untuk mendestruksi suatu
bahan akan mempengaruhi hasil analisis.15
14Nursalam hamzah, Analisis Kimia Metode Spektrofotometer, h. 88.
15Susila Kristianingrum, ”Kajian Berbagai Proses Destruksi sampel dan Efeknya” Jurnal
Kimia, h.2.
9. 9
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
Hari/ Tanggal : Jumat/ 07 November 2014
Pukul : 13.00-19.00 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Anorganik dan Kimia Instrumen
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin
Makassar.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah rangkaian alat
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) varian AA240F, penangas listrik, pipet
skala 10 mL dan 1 mL, labu takar 500 mL, 100 mL dan 50 mL, erlenmeyer 100
mL, bulp, botol semprot, batang pengaduk, corong, pingset dan gunting.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aluminium foil,
asam nitrat (HNO3) p.a asam nitrat (HNO3) 1 N, asam perklorat (HClO4) p.a,
aquabides (H2O), kertas saring whatman no.42, larutan induk Cd(N03)2 1000 ppm,
dan sampel (kerang hijau).
9
10. 10
C. Prosedur kerja
1. Persiapan contoh uji kadmium total
Prosedur kerja pada persiapan contoh uji timbal total yaitu menimbang
5,0028 gr dan 5,0058 gr sampel ke erlenmeyer 100 mL. Menambahkan aquabides
(H2O) 25 mL dan asam nitrat (HNO3) pekat sebanyak 5 mL. Memanaskan hingga
larutan menjadi 10 mL. Mendinginkan dan menambahkan 1 mL HClO4.
Memanaskan kembali hingga larutan menjadi jernih. Menyaring larutan hasil sisa
destruksi ke dalam labu takar 100 mL. Mengencerkan dengan aquabides (H2O)
dan menghomogenkan. Melakukan duplo.
2. Pembuatan larutan pengencer asam nitrat (HNO3)
Prosedur kerja pada pembuatan larutan pengencer yaitu HNO3 65%
dipipet sebanyak 35 mL ke dalam labu takar 500 mL yang telah berisi aquabides
(H2O) 40 mL kemudian diencerkan hingga tanda batas dan dihomogenkan.
3. Pembuatan larutan baku kadmium (Cd) 100 ppm
Prosedur kerja pada pembuatan larutan baku kadmium (Cd) 100 ppm yaitu
memipet 5 mL larutan induk kadmium (Cd) 1000 ppm ke dalam labu takar 50 mL.
Mengencerkan dengan aquabides (H2O) dan homogenkan.
4. Pembuatan larutan baku kadmium (Cd) 10 ppm
Prosedur kerja pada pembuatan larutan baku kadmium (Cd) 10 ppm yaitu
terlebih dahulu memipet 5 mL larutan induk kadmium (Cd) 100 ppm ke dalam
labu takar 50 mL. Mengencerkan dengan aquabides (H2O) dan homogenkan.
5. Pembuatan larutan standar
Prosedur kerja pada pembuatan larutan standar yaitu memipet larutan baku
10 ppm sebanyak 0,25 mL, 0,5 mL, 1,0 mL, 2,0 mL dan 3,0 mL ke dalam 5 labu
takar 50 mL yang berbeda. Mengencerkannya dengan aquabides (H2O) dan
homogenkan.
11. 11
6. Pengoperasian Alat Spektrofotometer (SSA)
Pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu
ducting, main unit, dan komputer secara berurutan. Di buka program SAA
(Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul perintah “apakah ingin
mengganti lampu katoda, jika ingin mengganti klik Yes dan jika tidak No. Dipilih
yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan nomor lampu katoda
yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian diklik setup, kemudian soket
lampu katoda akan berputar menuju posisi paling atas supaya lampu katoda yang
baru dapat diganti atau ditambahkan dengan mudah. Dipilih No jika tidak ingin
mengganti lampu katoda yang baru. Pada program SAS 3.0, dipilih menu select
element and working mode.Dipilih unsur yang akan dianalisis dengan mengklik
langsung pada symbol unsur yang diinginkan Jika telah selesai klik ok, kemudian
muncul tampilan condition settings. Diatur parameter yang dianalisis dengan
mensetting fuel flow :1,2 ; measurement; concentration ; number of sample: 2 ;
unit concentration : ppm ; number of standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9
ppm. Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up. Diklik icon
bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu menyala alat siap
digunakan untuk mengukur logam. Pada menu measurements pilih measure
sample. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian
dipindahkan ke standar 1 ppm hingga data keluar. Dimasukkan blanko untuk
meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang sama untuk standar 3 ppm dan 9
ppm. Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang, dilakukan
pengukuran blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan lurus. Dimasukkan ke
sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan pengukuran. Dimasukkan
blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2. Setelah pengukuran
selesai, data dapat diperoleh dengan mengklik icon print atau pada baris menu
12. 12
dengan mengklik file lalu print. Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air
deionisasi untuk membilas burner selama 10 menit, api dan lampu burner
dimatikan, program pada komputer dimatikan, lalu main unit AAS, kemudian
kompresor, setelah itu ducting dan terakhir gas.
13. 13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
Tabel IV.1 Larutan Standar dan Sampel
2. Reaksi
∆
No. Larutan
Konsentrasi (x)
(ppm)
Absorbansi (y)
1. Blanko 0 0.0 0.0008
2. 1 0.05 0.0622
3. 2 0.1 0.0754
4. 3 0.2 0.1154
5. 4 0.4 0.1979
6. 5 0.6 0.3050
7. Sampel 1 Uncal 0.0018
8. Sampel 2 Uncal 0.0006
13
CH C OH
O
CH2
CH2
S
Cd
S
CH2
NH2-CH2-C-OH
H2N
n
+ 2HNO3
O
CH
CH2
CH2
SH
H2N C OH
O
n
+ Cd(NO3)2
14. 14
3. Grafik
a. Grafik Komputer
Grafik IV. 1. Hubungan Konsentrasi terhadap absorbansi larutan standar .
b. Grafik Manual
Grafik IV. 1. Hubungan Konsentrasi terhadap absorbansi larutan standar .
y = 0,467x + 0,020
R² = 0,984
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
0 0.5 1 1.5
Asbsorbansi(y)
Konsentrasi (x)
y
Linear (y)
15. 15
B. Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kandungan kadar kadmium
(Cd) yang terdapat pada kerang hijau. Kerang hijau yang akan diuji didestruksi
dengan metode basah. Pengukuran kandungan kadmium (Cd) dilakukan dengan
menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS).
Pertama-tama membuat larutan standar dengan memipet larutan induk
kadmium Cd(NO3)2 1000 ppm sebanyak 10 mL dan diencerkan dalam labu takar.
Memipet larutan standar kadmium (Cd) masing-masing 0,05 ppm, 0,1 ppm, 0,2
ppm, 0,4 ppm dan 0,6 ppm deret standar yang digunakan berbeda-beda bertujuan
untuk membedakan absorbansi dari masing-masing deret standar.
Pembuatan larutan sampel dilakukan dengan menimbang sampel kerang
hijau. Menambahkan aquabides sebagai pelarut bebas mineral dan akan
membersihkan sampel dari pengotor. Menambahkan asam nitrat (HNO3) yang
berfungsi sebagai asam yang mendeteksi kadar logam berat yang rendah dalam
sampel. Selanjutnya dipanaskan untuk mempercepat terjadinya proses destruksi
karena pada suhu tinggi destruksi berlangsung cepat yang artinya perombakan
logam organik dapat cepat menjadi logam-logam anorganik, kemudian larutan
didinginkan. Menambahkan HClO4 sebagai asam kuat yang akan membantu
perombakan pada daging kerang. Memanaskan kembali hingga munculnya uap
putih yang menandakan perombakan senyawa organik telah berjalan dengan baik
dan larutan menjadi jernih, mendinginkan dan menyaring larutan ke dalam labu
takar dan selanjutnya mengencerkan untuk memperkecil konsentrasi lautannya.
Mengidentifikasi larutan menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA).
Larutan yang telah dihimpitkan di uji kadar kadmiumnya dengan alat
spektrofotometer serapan atom dengan panjang gelombang 228,8 nm, dari kurva
kalibrasi dapat diketahui bahwa, persamaan garis yang menyatakan hubungan
16. 16
antara konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 0,467x + 0,020 dengan R² = 0,98.
Kelayakan suatu kurva kalibrasi diuji dengan uji kelinieran kurva. Uji ini
diperoleh dengan penentuan koefisien korelasi (R) yang merupakan ukuran
kesempurnaan hubungan antara konsentrasi larutan standar dengan absorbansi
larutan. Nilai R menyatakan bahwa terdapat korelasi yang linier antara konsentrasi
dan absorbansi dan hampir semua titik terletak pada 1garis lurus dengan gradien
yang positif. Nilai R2 yang baik terletak pada kisaran 0,9 ≤ R2≤1.
Nilai R2 kurva kalibrasi larutan standar pada penelitian ini adalah 0,98,
sehingga berdasarkan nilai korelasi tersebut maka kurva kalibrasi ini layak
digunakan karena berada dalam kisaran 0,9 ≤ R2≤ 1. Kurva kalibrasi dapat
diketahui bahwa, persamaan garis yang menyatakan hubung anantara konsentrasi
dan absorbansi yaitu y = 0,467x + 0,020, dalam hal ini y adalah absorbansi, x
adalah konsentrasi. Nilai 0,467 menyatakan kemiringan kurva (m), sedangkan
nilai 0,020 menunjukkan intersep yaitu titik potong antara kurva dengan sumbu y,
dengan mengetahui persamaan linear kurva kalibrasi dan adsorbansi sampel
didapatkan sampel (kerang hijau I) sebesar -0,038 mg/L dan sampel (kerang hijau
II) sebesar -0,041 mg/L sehingga diperoleh rata-ratanya sebesar -0,039 mg/L,
diperoleh hasil konsentrasi sampel negatif karena konsentrasi larutan standar
terlalu besar atau tinggi sehingga konsentrasi sampel tidak masuk kedalam
konsentrasi larutan standar.
Menurut teori (Standar Nasional Indonesia) batas maksimum cemaran
kadmium (Cd) dalam pangan sebesar 1,0 mg/kg, sedangkan menurut badan POM
RI batas maksimum cemaran kadmium (Cd) dalam makanan sebesar 0,01 mg/kg –
1,0 mg/kg, sehingga dapat disimpulkan sampel tersebut masih aman untuk
dipergunakan.
17. 17
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah kandungan kadar kadmium (Cd)
dalam sampel kerang hijau dengan menggunakan alat spektrofotometer serapan
atom adalah -0,0395 mg/L.
B. Saran
Saran yang diberikan untuk percobaan selanjutnya yaitu sebaiknya
dilakukan pula uji kandungan Arsen (As) dalam kerang hijau sehingga dapat
diketahui kendungan logam tersebut dalam kerang hijau menggunakan
spektrofotometr serapan atom.
17
18. 18
DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani, Nurlita, Aunurohim dan Anita Wijaya Indarto. Konsentrasi Kadmium
(Cd) pada Kerang Hijau (Perna Viridis) di Surabaya Dan Madura
“Jurusan Biologi FMIPA ITS”. http://aunurohim-bio-
konsentrasikasdmium_Cd_padakeranghijau_Nurlita.et.al.hayati.edisi.khus
us-revisi2.pdf (06 November 2014).
Alfian, Zul. Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd2+) dari Kerang yang Diperoleh
dari Daerah Belawan Secara Spektrofotometer Serapan Atom “Jurnal
Sains Kimia” Vol. 9 no. 2
(2005).http://analisis.kadar.logam.kadmium.pada.kerang.pdf. Diakses pada
06 November 2014).
Arifin, Bustanul, Deswati Umiati dan Loekman. “Analisis Kandungan Logam Cd,
Cu, Cr Dan Pb dalam Air Laut di Sekitar Perairan Bungus Teluk Kabung
Kota Padang” Jurnal Teknik Lingkungan UNAND Vol. 9 No. 2 (2012).
http://lingkungan.ft.unand.ac.id/images/fileTL/Dampak9-2/6-DES.pdf
Diakses pada 06 November 2014.
Bintang, Maria. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga, 2010.
Day, Jr., R. A. dan A. L. Underwood, Quantitative Analysis Sixth Edition, terj.
Hilarius Wibi H dkk, Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga, 2002.
Hamzah, Nursalam. Analisis Kimia Metode Spektrofotometer. Makassar:
Alauddin University Press, 2013.
Khopkar,S.M. Basic Comcepts Of Analytical Chemistry, terj. A.Saptoraharjordjo,
Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press, 1990.
Kristianingrum, Susila.”Kajian Berbagai Proses Destruksi sampel dan
Efeknya”.JurnalKimia, Vol. 2 no. 1 (Juni).
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Susila%20Kristianingrum
,%20Dra.,%20M.Si./B%2032.pdf. Diakses pada 06 Novemberr 2014.
Setyono, Dwi Eny Djoko, “Karakteristik Biologi dan Produk Kekerangan Laut”
Jurnal Oceana XXXI, No. 1 (2006)
http://www.oseanografi.lipi.go.id/sites/default/files/oseana_xxxi%281%
291-7.pdf . Diakses 08 November 2014.
Utami, Faizah dan Yunahara Farida. “Analisis Kandungan Mineral dan Logam
Berat dalam Teh Hitam yang Beredar di Pasar Jakarta Selatan Secara
Spektofometri Serapan Atom” Jurnal Farmasi. http://dosen.
univpancasila.ac.id/pdf (30 Oktober 2014).
19. 19
LAMPIRAN
Analisis Data
Tabel VI.3. Absorbansi
No. Sampel Konsentrasi (x) Absorbansi (y) x.y x2
y2
1 Blanko 0 0,0008 0 0 0,00000064
2 Standar 1 0,05 0,0622 0,00311 0,0025 0,00386884
3 Standar 2 0,1 0,0754 0,00754 0,01 0,00568516
4 Standar 3 0,2 0,1154 0,02308 0,04 0,01331716
5 Standar 4 0,4 0,1979 0,07916 0,16 0,03916441
6 Standar 5 0,6 0,305 0,183 0,36 0,093025
N=6 Σx=1,35 Σy=0,7567 Σxy=0,29589 Σx2
=0,5725 Σ y2
=0,15506121
Diketahui:
x rata-rata = 0,225
y rata-rata = 0,1261
N = 6
Σx = 1,35
Σy = 0,7567
Σxy = 0,29589
Σx2 = 0,5725
Σ y2 = 0,15506121
Ditanyakan:
a. b = .............?
b. a = .............?
c. garis regresi y = a + bx
d. R2 = ...........?
20. 20
Penyelesaian:
a. Persamaan garis linier (b)
𝑏 =
Σxy −
(Σx)(Σy)
N
𝛴 𝑥2−
(𝛴𝑥)2
N
=
0,29589 −
(1,35)(0,7567)
6
0,5725 −
(1,8225)
6
=
0,29589 −
(1,021545)
6
0,5725 −
(1,8225)
6
=
0,29589 − 0,1702575
0,5725 − 0,30375
=
0,1256325
0,26875
= 0,467
b. Nilai a
a = y rata-rata – b (x rata-rata)
= 0,1261 – 0,467 (0,225)
= 0,126116 – 0,105075
= 0,020
c. Konsentrasi (x) kadmium (Cd) dalam kerang hijau
1. Konsentrasi (x) kerang hijau I
y = a + bx
0,0018 = 0,020+ 0,467x
0,0018 - 0,020= 0,467x
-0,0002 = 0,467x
x =
−0,0182
0,467
x = -0,038
21. 21
2. Konsentrasi (x) kerang hijau II
y = a + bx
0,0006 = 0,020 + 0,467x
0,0006 - 0,020 = 0,467x
0,0206 = 0.467x
x =
−0,0194
0,467
x= -0,041
d. Konsentrasi blanko
x =
𝑦 − 𝑎
𝑏
x =
0,0008 − 0,020
0,467
x =
−0,0192
0,467
x = −0,04
e. konsentrasi deret standar
Standar 1 :
x =
𝑦 − 𝑎
𝑏
x =
0,0622 − 0,020
0,467
x =
0,0422
0,467
x = 0,09
Standar 2:
x =
𝑦 − 𝑎
𝑏
x =
0,0754−0,020
0,467
x =
0,0554
0,467
x = 0,12
22. 22
Standar 3 :
x =
𝑦 − 𝑎
𝑏
x =
0,1154 − 0,020)
0,467
x =
0.1154 − 0,020
0,467
x =
0,0954
0,467
x = 0,20
Standar 4:
x =
𝑦 − 𝑎
𝑏
x =
0,1979 − 0,020
0,467
x =
0,1779
0,467
x = 0,38
Standar 5:
x =
𝑦 − 𝑎
𝑏
x =
0,3050 − 0,020
0,467
x =
0,285
0,467
x = 0,61
f. kadar rata-rata kadmium dalam kerang
(-0,038) + (-0,041) = -0,039 mg/L
2
24. 24
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktikum Kimia Instrumen dengan judul “Cara Uji Kadmium
(Cd) Secara Destruksi Asam dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)”
yang disusun oleh:
Nama : Riskayanti
Nim : 60500112028
Kelompok : II (Dua)
telah diperiksa secara teliti oleh Asisten atau Koordinator asisten dan dinyatakan
diterima.
Samata, November 2014
Koordinator Asisten Asisten
Asrijal, S.Si. Wa Nirmala
NIM: 60500110044
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
Dra. Sitti Chadijah., M.Si.
Nip. 19680216 199903 2 001
25. 25
LAMPIRAN
Pembuatan larutan Cd(NO3)2 1000 ppm kemudian di encerkan menjadi
100 ppm 10 ppm larutan standar
1. Larutan Baku
a. Larutan Cd(NO3)2 1000 ppm
mg = ppm x L x Mr Cd(NO3)2
Ar Cd
= 100 ppm x 1 L x 236,4
112,40
= 23,640 = 210,32 mg = 0,21 gr
112,40
b. Larutan Cd(NO3)2 100 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 1000 ppm = 100 mL . 100 ppm
V1 = 10.000 mL.ppm
100 ppm
V1 = 10 mL
c. Larutan Pb(NO3)2 10 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 100 ppm = 100 mL . 10 ppm
V1 = 1000 mL.ppm
100 ppm
V1 = 10 mL
26. 26
2. Larutan Deret standar dari 10 ppm
a. Larutan Pb(NO3)2 0,05 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 ppm = 50 mL . 0,05 ppm
V1 = 2,5 mL.ppm
10 ppm
V1 = 0,25 mL
b. Larutan Pb(NO3)2 0,1 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 ppm = 50 mL . 0,1 ppm
V1 = 5 mL.ppm
10 ppm
V1 = 0,5 mL
c. Larutan Pb(NO3)2 0,2 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 ppm = 50 mL . 0,2 ppm
V1 = 10 mL.ppm
10 ppm
V1 = 1 mL
d. Larutan Pb(NO3)2 0,4 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 ppm = 50 mL . 0,4 ppm
V1 = 20 mL.ppm
10 ppm
V1 = 2 mL
e. Larutan Pb(NO3)2 0,6 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 ppm = 50 mL . 0,6 ppm
V1 = 30 mL.ppm
10 ppm
V1 = 3 mL