2. Apa itu Feminisme?
Istilah 'feminisme' berasal dari kata Latin 'femina', yang
berarti 'wanita' dan dulu pertama kali digunakan berkaitan
dengan isu kesetaraan dan Gerakan Hak Perempuan.
Salah satu tujuan utamanya adalah hendak mengeluarkan
kaum perempuan dari kondisi ketidakbebasan dan
ketidakadilan.
Feminisme merupakan gerakan politik yang banyak
meninjau beragam macam aspek kehidupan manusia,
terutama aspek ketidakadilan yang sudah lama diderita
oleh kaum perempuan. Hal tersebut diperjuangkan oleh
kaum perempuan yang kemudian melahirkan feminisme ke
dalam beberapa gelombang.
3. Apa itu Feminisme?
Teori feminis saat ini bertujuan juga untuk menginterogasi
ketidaksetaraan dan ketidaksetaraan di sepanjang garis
interseksional seperti kelas, gender, ras, jenis kelamin,
dan seksualitas, dan feminis berusaha untuk melakukan
perubahan di area di mana interseksionalitas ini
menciptakan ketidaksetaraan kekuasaan.
4. Gelombang 1 Feminisme
• Pada feminisme gelombang pertama, aliran feminisme
mencakup di dalamnya lebih berfokus pada
kesenjangan politik, terutama dalam memperjuangkan
hak pilih perempuan atau emansipasi di bidang
politik.
• Aliran feminisme awal ini dimulai pada tahun 1792-
1960 yang bermula dari tulisan seorang filsuf dan
feminis abad 18 bernama Mary Wollstonecraft. Dalam
karyanya yang berjudul A Vindication of the Rights of
Women, Mary Wollstonecraft menginspirasi gerakan
dan perjuangan perempuan hingga berlanjut pada
abad ke-20 di mana kaum perempuan berhasil
mencapai hak pilihnya (hak politik).
5. Gelombang 1 Feminisme
• Dalam bukunya tersebut, ia menuliskan bahwa
perempuan secara alamiah tidak lebih rendah dari
laki-laki, tetapi terlihat seperti itu hanya karena
mereka tidak memperolah banyak pendidikan. Ia
mengusung supaya laki-laki dan perempuan dianggap
setara dalam setiap dimensi kehidupan, terutama
dalam hal sosial-politiknya.
• Dalam gerakan ini, mereka menghasilkan 12 resolusi
yang meminta hak khusus, seperti hak untuk memilih.
Hak reproduksi juga menjadi isu penting bagi para
feminis awal. Setelah bertahun-tahun aktivisme feminis,
Kongres akhirnya meloloskan amandemen ke-19 pada
tahun 1920 dan memberikan hak suara kepada
perempuan.
6. Gelombang 2 Feminisme
• Sedangkan feminisme gelombang kedua lebih
merupakan gerakan pembebasan perempuan atau
biasa dikenal dengan istilah Women Liberation.
• Gerakan ini adalah gerakan kolektif yang revolusioner,
sebagaimana nampak sejak kemunculannya pada
tahun 1960 – 1980. Bisa dikatakan, inilah masa yang
muncul sebagai reaksi kaum perempuan (feminis) atas
ketidakpuasannya terhadap berbagai praktik
diskriminasi. Terlebih diketahui bahwa secara hukum
dan politis, hal ini sebenarnya telah dicapai oleh
feminisme gelombang pertama tetapi dalam praktiknya
tidak terealisasi secara maksimal.
7. Gelombang 2 Feminisme
Dalam gelombang ini, terdapat tiga aliran feminisme yang
muncul: arus utama/liberal, radikal, dan budaya.
• Feminisme arus utama berfokus pada reformasi
kelembagaan, yang berarti mengurangi diskriminasi
gender, memberi perempuan akses ke ruang yang
didominasi laki-laki, dan mempromosikan kesetaraan.
• Feminisme radikal ingin membentuk kembali
masyarakat seluruhnya, dengan mengatakan bahwa
sistem itu secara inheren patriarkal dan hanya
perbaikan yang akan membawa pembebasan.
• Feminisme kultural adalah ragam feminisme yang
menekankan perbedaan esensial antara laki-laki dan
perempuan, berdasarkan perbedaan biologis dalam
kapasitas reproduksi. Feminisme kultural mengaitkan
perbedaan-perbedaan itu dengan kebajikan-kebajikan
yang khas dan unggul pada perempuan.
8. Gelombang 3 Feminisme
• Selanjutnya yaitu feminisme gelombang ketiga yang
dimulai pada tahun 1980. Aliran ini begitu populer
dan banyak dijadikan rujukan oleh para feminis
modern.
• Dilihat dari ide dan gagasannya misalnya, feminisme
gelombang ketiga mengusung keragaman dan
perubahan seperti globalisasi, postkolonialisme,
poststrukturalisme, dan postmodernisme.
• Dalam hal ini, feminisme gelombang ketiga sangat
dipengaruhi oleh postmodernisme yang merupakan
pencetus lahirnya feminisme gelombang ketiga.
9. Gelombang 3 Feminisme
• Menurut Lyotard dan Vattimo, pengaruh
postmodernisme terhadap feminisme gelombang ketiga
dapat dilihat dari empat ciri.
• Keempat ciri tersebut, seperti menawarkan
pendekatan revolusioner pada studi-studi sosial
(mempertanyakan validitas ilmu pengetahuan modern
dan anggapan adanya pengetahuan objektif),
mengabaikan sejarah (menolak humanisme dan
kebebasan tunggal), mempertanyakan rigiditas
pembacaan antara ilmu alam (humaniora, ilmu sosial,
seni dan sastra, fiksi dan teori, image, dan realitas),
serta berfokus pada wacana alternatif
(postmodernisme mencoba melihat kembali apa yang
telah dibuang, dilupakan dianggap irasional, tidak
penting, tradisional, ditolak, dimarginalkan dan
disunyikan).
10. Gelombang 3 Feminisme
• Feminisme gelombang ketiga juga menjadi lebih sadar
akan ras. Kimberle Crenshaw, seorang pakar gender
dan ras kritis, menciptakan frasa “interseksionalitas”
pada tahun 1989.
• Istilah ini mengacu pada bagaimana berbagai jenis
penindasan – seperti yang berdasarkan gender dan
ras – bersinggungan satu sama lain yang dulunya
kurang diperhatikan oleh feminisme arus utama
gelombang pertama dan kedua.
11. Gelombang 3 Feminisme
Telah disebutkan di awal bahwa gelombang ketiga
mencakup empat aliran feminisme, yakni feminisme
postmodern, feminisme multikultural, feminisme global, dan
ekofeminisme.
• Feminisme Modern
Feminisme postmodern bertitik tekan pada teks sebagai
dasar berpikirnya. Ia membangun suatu anggapan
mendasar bahwa realitas adalah teks, baik yang
berbentuk lisan, tulisan, maupun image, yang dalam
pengupayaannya nampak berusaha mengkritik cara laki-
laki yang diproduksi melalui bahasa laki-lakianihilasi
perempuan.
12. Gelombang 3 Feminisme
● Feminisme Multikultural
Feminisme multikultural senada dengan teori aliran
feminisme sebelumnya yang juga melihat individu sebagai
sesuatu yang terfragmentasi. Karenanya, feminisme
multikultural lebih menyoal ide bahwa ketertindasan
perempuan bersumber dari “satu definisi”, bukan dari
kelas dan ras, preferensi seksual, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, kesehatan, dan lain sebagainya.
13. Gelombang 3 Feminisme
● Feminisme Global
Aliran ini lebih menekankan pada pentingnya melihat
ketertindasan perempuan dari “sistem keterkaitan”
(interlocking system). Fokus feminisme aliran ini adalah
penindasan dunia pertama karena kebijaksanaan nasional
yang mengakibatkan penindasan bagi perempuan di dunia
ketiga. Hanya saja, jika feminisme multikultural fokus
pada rasisme, etnisitas dan kelasisme, feminisme global
justru lebih fokus pada isu kolonialisme, di samping soal
politik dan ekonomi skala nasional.
14. Gelombang 3 Feminisme
● Ekofeminisme
Aliran ini adalah sebuah gerakan yang berusaha
menciptakan dan menjaga kelestarian alam dan
lingkungan. Basis gerakan ini adalah
femininitas/perempuan.
Dalam gerakan ekofeminisme, perempuan dianggap
memainkan peran strategis. Semua peran dari perempuan
ini berupaya untuk mencegah atau setidaknya
menciptakan lingkungan alam yang nyaman dan asri.
Seperti halnya feminisme multikultural dan global,
ekofeminisme juga memberi pemahaman adanya
keterhubungan antara segala bentuk penindasan manusia.
Hal ini sebagaimana yang diungkap oleh Carolyn
Merchant bahwa ada empat hal yang saling berkaitan di
mana peran perempuan menjadi penting, yakni ekologi,
produksi, reproduksi dan kesadaran.
15. Gelombang 4 Feminisme
• Atribut utama gelombang keempat adalah
hubungannya dengan media dan advokasi online
untuk perubahan sosial.
• Hal ini berarti mempromosikan tujuan feminis di
internet, terutama di media sosial, dengan kampanye
seperti pada persoalan #MeToo atau #YesAllWomen
lebih membumi, semua orang bisa terlibat.
• Sementara gelombang keempat mendukung ciri-ciri
gelombang ketiga. Gelombang ini melangkah lebih
jauh dari sekadar topik mengenai body and sex
positivity, tetapi juga lebih memperkuat pemberdayaan
perempuan.
17. Gender Difference
● Dalam membicarakan gender kita tidak bisa lepas
dari aspek-aspek lain yang melekat pada seseorang
seperti kelas sosial, agama, usia, etnisitas, dan latar
belakang yang lainnya.
● Konsep gender difference dikemukakan oleh Chandra
Mohanty dalam bukunya Feminist Scholarship and
Colonial Discourses (1984) yang di dalamnya
mengkritisi feminisme Barat yang memandang bahwa
persoalan perempuan bersifat universal.
● Mohanty juga mengkritisi pandangan bahwa third
world woman adalah entitas yang homogen.
18. Gender Difference?
● Padahal dalam membicarakan persoalan gender,
khususnya ketidakadilan gender kita tidak bisa selalu
menyamaratakan di antara satu individu dengan
individu lainnya, tetapi akan selalu terkait dengan
latar belakang yang melekat di dirnya.
● Seringkali kita lupa bahwa tidak ada identitas yang
tunggal, selalu ada multiple identity di setiap individu.
● Persoalan ini juga tidak lepas dari konstruksi di
masyarakat.
● Letak geografis di mana individu tersebut berada,
dsb.
21. Gender Difference?
● Melalui konsep ini kita bisa menghubungkan antara
persoalan personal dan political (persoalan sosial).
● Seperti contoh gambar di atas tersebut, kita dapat
melihat bahwa meski selama ini secara general
perempuan selalu dianggap sebagai makhluk kelas
dua, tetapi kita harus melihat perempuan seperti
apa? Bagaimana latar belakangnya?
22. Gender Difference?
● Selalu ada interseksi gender dengan kategori sosial
yang ada.
● Misalnya perempuan/laki-laki dengan kelas sosial, usia,
dan etnis tertentu akan lebih banyak mendapatkan
keuntungan.
● Sebagai contoh: Politik etnisitas dalam sistem
apartment di Malaysia
24. Korelasi dalam Komunikasi?
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa studi
komunikasi dikhususkan pada interpersonal, organisasi,
dan media massa. Karena itu, studi mengenai kaitan
antara gender dan komunikasi juga dapat kita integrasikan
ke dalam wilayah yang menjadi spesialisasi komunikasi
tersebut, yaitu gender dan komunikasi interpersonal,
gender dan komunikasi organisasi, serta gender dan
media.