Masyarakat Indonesia menolak feminisme bukan karena gerakannya tetapi karena ketidaktahuan mereka tentang arti sebenarnya dari feminisme. Feminisme bertujuan mendukung kesetaraan gender bukan mendukung dominasi perempuan atas laki-laki.
2. Apa itu feminisme?
Feminisme (tokohnya disebut Feminis) adalah sebuah
gerakan yang menuntut emansipasi atau kesetaraan dan keadilan
hak dengan pria. Feminisme berasal dari bahasa Latin, femina atau
perempuan. Istilah ini mulai digunakan pada tahun 1890-an,
mengacu pada teori kesetaraan laki-laki dan perempuan serta
pergerakan untuk memperoleh hak-hak perempuan. Secara luas
pendefinisian feminisme adalah advokasi kesetaraan hak-hak
perempuan dalam hal politik, sosial, dan ekonomi
3. Sejarah singkat feminisme
Gerakan feminisme dimulai sejak akhir abad ke-18 dan
berkembang pesat sepanjang abad ke-20 yang dimulai dengan
penyuaraan persamaan hak politik bagi perempuan. Tulisan Mary
Wollstonecraft yang berjudul A Vindication of The Rights of Woman
dianggap sebagai salah satu karya tulis feminis awal yang berisi kritik
terhadap Revolusi Prancis yang hanya berlaku untuk laki-laki namun
tidak untuk perempuan. Satu abad setelahnya di Indonesia, Raden
Ajeng Kartini ikut membuahkan pemikirannya mengenai kritik
keadaan perempuan Jawa yang tidak diberikan kesempatan
mengecap pendidikan yang setara dengan laki-laki, selain dari kritik
terhadap kolonialisme Belanda. Di akhir abad 20, gerakan feminis
banyak dipandang sebagai sempalan gerakan Critical Legal Studies,
yang pada intinya banyak memberikan kritik terhadap logika hukum
yang selama ini digunakan, sifat manipulatif dan ketergantungan
hukum terhadap politik, ekonomi, peranan hukum dalam membentuk
pola hubungan sosial, dan pembentukan hierarki oleh ketentuan
hukum secara tidak mendasar.
4. Lanjutan...
Walaupun pendapat feminis bersifat pluralistik, namun satu hal yang menyatukan
mereka adalah keyakinan mereka bahwa masyarakat dan tatanan hukum bersifat patriaki. Aturan
hukum yang dikatakan netral dan objektif sering kali hanya merupakan kedok terhadap
pertimbangan politis dan sosial yang dikemudikan oleh idiologi pembuat keputusan, dan idiologi
tersebut tidak untuk kepentingan wanita. Patriaki dalam masyarakat dan ketentuan hukum
merupakan penyebab ketidakadilan, dominasi dan subordinasi terhadap wanita, sehingga
sebagai konsekuensinya adalah tuntutan terhadap kesederajatan gender. Kesederajatan gender
tidak akan dapat tercapai dalam struktur institusional ideologis yang saat ini berlaku.
Feminis menitikberatkan perhatian pada analisis peranan hukum terhadap bertahannya
hegemoni patriaki. Segala analisis dan teori yang kemudian dikemukakan oleh feminis diharapkan
dapat secara nyata diberlakukan, karena segala upaya feminis bukan hanya untuk menghiasi
lembaran sejarah perkembangan manusia, melainkan lebih kepada upaya manusia untuk
bertahan hidup. Timbulnya gerakan feminis merupakan gambaran bahwa ketentuan yang abstrak
tidak dapat menyelesaikan ketidaksetaraan.
5. Feminisme di Indonesia
Awal mula kemunculan semangat feminisme di Indonesia dapat
dikatakan sejak penerapan politik etis pada masa Belanda. Penerapan politik etis
di Indonesia bagaikan sebuah pedang bermata dua. Pada awalnya, politik etis
dimaksudkan untuk meningkatkan daya beli masyarakat Hindia Belanda, serta
buruh murah yang cukup terdidik dari daerah jajahannya. Namun, ternyata
pembukaan sekolah-sekolah Belanda untuk elite pribumi dan para ningrat justru
menghasilkan orang-orang muda berpendidikan barat yang nantinya akan
menjadi tulang punggung gerakan pembebasan nasional. Para pemuda Indonesia
berbondong-bondong memasuki Sekolah Rakyat, HIS, MULO, HBS, hingga sekolah
dokter (STOVIA) dan sekolah guru (Kweekschool). Masa pencerahan pun datang.
Buku-buku berbahasa Belanda membuka mata dan hati mengenai perjuangan
pembebasan nasional. Pemikiran ini memotivasi pemuda untuk berkumpul,
berdiskusi dan menetapkan sikap hingga lahirlah sebuah organisasi Budi Utomo
pada 1908.
6. Perjuangan melawan Belanda sendiri telah ada jauh
sebelum sejumlah priyayi Jawa membentuk Budi Utomo. Bukan
untuk membebaskan Indonesia, namun untuk membebaskan tanah
leluhur, gunung-gunung, sungai, pulau, dan rakyatnya. Di akhir abad
ke-19, perempuan-perempuan muda terlibat dalam perjuangan
bersenjata melawan penjajah. Pada awalnya hanya sebatas
membantu suami atau ayahnya, lalu perlahan-lahan menjadi
pemimpin bagi pasukan dan rakyatnya. Cut Meutia dan Cuk Nyak
Dhien, misalnya, Christina Martha Tiahahu bersama Kapitan
Pattimura, Emmy Saelan bersama Monginsidi, serta Wolanda
maramis dan Nyi Ageng Serang. Pada saat itu, konsep bahkan
kesadaran mengenai kesetaraan gender belum ada. Namun, yang
menarik adalah karena perempuan-perempuan ini yang kebanyakan
merupakan kaum bangsawan justru mau mempertaruhkan nyawa
bersama dengan prajurit dan rakyat biasa dalam melawan kompeni.
7. Kenapa feminis sangat ditolak di
Indonesia
Menurut Julia Suryakusuma, penulis Ibuisme Negara, kemunculan akun ini sudah lagu
lama yang hanya menemukan platform baru, yakni lewat media sosial. Pada tahun-tahun
sebelumnya, gerakan serupa bermunculan dari kelompok konservatif, seperti penentang pacaran,
atau anti asing. Sebelum dibubarkan, Muslimah HTI bahkan secara terang-terangan menolak
feminisme dalam demonstrasi mereka, seperti diberitakan Republika Online, Maret 2015. Julia
menuturkan kampanye yang dilakukan Indonesia Tanpa Feminis menunjukkan ketidakpahaman
akun tersebut. Feminisme disederhanakan sebagai liberalisme Barat, dianggap membenci lelaki,
suka bakar bra, lesbian, dan membenci kegiatan domestik. “Mau disodori fakta tentang
feminisme, mereka tidak akan berubah karena tidak mau tahu,” kata Julia kepada Historia. Selain
mispersepsi tentang feminisme, menururt Julia, nalar kampanye akun tersebut, yang
membenturkan Islam dan feminisme, amat keliru. Pasalnya, keduanya sama-sama membuka
kesempatan bagi perempuan. Islam hadir membela hak perempuan ketika orang-orang di negara
Arab masih menggangap perempuan sebelah mata. Soal hak waris, misalnya, semula tak ada,
setelah Islam datang perempuan mendapat 1/3 bagian.
8. Masyarakat indonesia menolak feminis bukan karena gerakannya, melainkan
karena ketidak tahuan mereka tentang apa itu feminisme, apa tujuan
feminisme. Dan juga, mereka tidak mau tahu walaupun sudah ada pihak
yang dengan senang hati menjelaskan.
Masyarakat indonesia masih beranggapan bahwa, feminis adalah
perempuan yang tidak membutuhkan laki laki. Padahal dalam arti
sebenarnya feminisme mendukung kesetaraan gender antara laki laki dna
perempuan, bukan mengatakan bahwa perempuan harus lebih tinggi
derajatnya dari laki laki.
9. Akhir kata...
Feminis tidak pernah meminta derajatnya ditinggikan dari lelaki, karena pada faktanya
feminisme juga melindungi laki laki yang tidak menerima keadilan dikehidupannya. Feminis hanya
menginginkan kesetaraan gender yang sejak dahulu sangat jauh dari wanita. Tidak semua feminis
perempuan, dan tidak semua perempuan mau menjadi feminis. Hargai sesama, karena kita
semua sama.
10. Tell me yout story. I want to hear your
voice and i want to hear your conviction.
No matter who you are, your skin color,
your gender identity, speak yourself. Find
your name, find your voice by speak
yourself.
KIM NAM JOON OF BTS