SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
Relasi Kuasa
dan
Perbedaan
Gender
dalam
Komunikasi
Antarpribadi
Rinta Arina Manasikana, M.A.
Pendahuluan
● Kekuasaan (power) adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi apa yang orang lain pikirkan atau lakukan.
Anda memiliki kekuasaan atas orang lain sejauh Anda
dapat memengaruhi apa yang orang ini pikirkan atau apa
yang orang ini lakukan. Dan sebaliknya, orang lain
memiliki kekuasaan atas Anda sejauh dia dapat
memengaruhi apa yang Anda pikirkan atau lakukan.
● Aspek kekuasaan yang paling penting dikenali adalah
bahwa kekuatan itu asimetris: Jika satu orang memiliki
kekuatan yang lebih besar, orang lain (biasanya) memiliki
kekuasaan yang lebih sedikit. Jika Anda lebih kuat dari
orang lain, maka orang lainnya lebih lemah dari Anda.
● Di sini kita akan melihat beberapa prinsip kekuasaan yang
paling penting dalam komunikasi dan hubungan
interpersonal. Prinsip-prinsip ini menjelaskan bagaimana
kekuasaan beroperasi secara interpersonal dan
menawarkan wawasan tentang bagaimana Anda dapat
mengelola kekuasaan dengan lebih efektif.
Prinsip Kekuasaan dan Pengaruh
1. Beberapa Orang Lebih Kuat Dari Orang Lain
Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat semua orang dianggap
sama di bawah hukum dan karena itu mereka memiliki hak yang
sama atas pendidikan, perlindungan hukum, dan kebebasan
berbicara. Tetapi semua orang tidak sama dalam hal-hal lainnya.
Sebagai contoh beberapa orang dilahirkan dalam kekayaan, yang
lain dalam kemiskinan, dll. Singkatnya, beberapa orang memiliki
kekuatan dan yang lainnya tidak.
Tentu saja, dunia tidak sesederhana itu. Banyak orang pun
berusaha untuk mendapatkan kekuasaan dengan cara-cara lainnya
yang bisa mereka upayakan seperti melalui pendidikan, pekerjaan,
maupun upaya lainnya.
Prinsip Kekuasaan dan Pengaruh
2. Kekuasaan dapat Dibagikan
Beberapa orang berpendapat bahwa kekuasaan harus dijaga dan
bahwa dengan membaginya dengan orang lain, Anda melemahkan
kekuatan Anda sendiri.
Padahal dengan memberdayakan orang lain memungkinkan kita
untuk mendapatkan kekuatan dan kendali atas diri mereka sendiri
dan atas lingkungan kita. Memberdayakan orang lain memiliki
banyak keuntungan; misalnya, orang yang diberdayakan lebih
proaktif dan lebih bertanggung jawab. Memberdayakan orang lain
melibatkan strategi seperti menjadi positif, menghindari agresivitas
verbal dan kasar, dan mendorong pertumbuhan.
Prinsip Kekuasaan dan Pengaruh
3. Kekuasaan Tidak Pernah Statis
Meskipun orang sangat berbeda dalam jumlah kekuasaan yang
berbeda, tetapi setiap orang dapat meningkatkan kekuatan
untuk memperoleh kekuasaan mereka dalam beberapa cara.
Di sisi lain, kekuasaan juga bisa berkurang. Dalam komunikasi
antarpribadi, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti hilangnya kepercayaan, ketidakkonsistenan, perbedaan
kepentingan, dll.
Prinsip Kekuasaan dan Pengaruh
4. Power Follows the Principle of Less Interest
Konsep ini menyatakan bahwa dalam sebuah hubungan, pihak
yang lebih tidak tertarik atau memiliki minat yang lebih sedikit
memiliki kekuasaan atau pengaruh yang lebih besar dalam
hubungan tersebut. Dalam arti lain, semakin seseorang
menunjukkan minat yang lebih sedikit atau semakin dia tidak
memperlihatkan kebutuhannya dalam hubungan tersebut,
semakin besar kemungkinan dia memiliki kekuasaan atau
pengaruh yang lebih besar.
Contohnya, jika seseorang terlalu terlihat terlalu memerlukan
atau bergantung pada pasangannya dalam suatu hubungan,
maka pasangannya mungkin memiliki kekuasaan atau
pengaruh yang lebih besar dalam hubungan tersebut.
Sebaliknya, jika seseorang menunjukkan bahwa dia tidak
terlalu memerlukan pasangannya atau tidak bergantung pada
pasangannya, maka dia mungkin memiliki kekuasaan atau
pengaruh yang lebih besar dalam hubungan tersebut.
Prinsip Kekuasaan dan Pengaruh
5. Kekuasaan Menghasilkan Privilege (Hak Istimewa)
Konsep ini menyatakan bahwa kekuasaan atau pengaruh yang
dimiliki seseorang dalam sebuah hubungan dapat menghasilkan
keuntungan atau hak istimewa dalam hubungan tersebut.
Dalam arti lain, semakin besar kekuasaan atau pengaruh
seseorang dalam hubungan, semakin besar kemungkinan dia
memperoleh hak istimewa atau keuntungan dalam hubungan
tersebut.
Contohnya, seseorang yang memiliki kekuasaan atau pengaruh
yang besar dalam suatu organisasi mungkin memiliki hak
istimewa seperti mendapatkan gaji yang lebih tinggi, memiliki
kantor yang lebih besar, atau mendapatkan promosi yang lebih
cepat daripada anggota organisasi lainnya. Hal ini disebabkan
karena kekuasaan atau pengaruh yang dimiliki oleh orang
tersebut memungkinkan dia untuk mempengaruhi keputusan
dan tindakan dalam organisasi tersebut.
Prinsip Kekuasaan dan Pengaruh
6. Power Has a Cultural Dimension
Konsep ini menyatakan bahwa kekuasaan atau pengaruh dalam
sebuah hubungan dipengaruhi oleh dimensi budaya yang berbeda-
beda, seperti norma, nilai, bahasa, dan kebiasaan yang dianut oleh
masyarakat atau kelompok tertentu. Dalam arti lain, kekuasaan atau
pengaruh seseorang dalam suatu hubungan tidak hanya ditentukan
oleh karakteristik pribadi dan situasi hubungan, tetapi juga
dipengaruhi oleh konteks budaya yang lebih luas.
Contohnya, dalam beberapa budaya, kekuasaan atau pengaruh dalam
hubungan cenderung diberikan pada orang yang lebih tua, laki-laki,
atau orang dengan status sosial yang lebih tinggi. Di lain sisi, dalam
budaya lain, kekuasaan atau pengaruh dalam hubungan dapat
diberikan pada orang yang lebih muda, perempuan, atau orang
dengan status sosial yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
kekuasaan atau pengaruh dalam hubungan tidak dapat dipahami
tanpa memperhatikan dimensi budaya yang berbeda-beda.
Jenis-jenis Kekuasaan dalam Hubungan
● Referent Power (Kekuasaan Rujukan)
Ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk mempengaruhi
orang lain karena orang tersebut menghargai atau menghormati
individu tersebut.
Referent power terkait erat dengan karakteristik kepribadian
individu, seperti kepercayaan diri, kejujuran, ketulusan, dan
kemampuan untuk menginspirasi dan memotivasi orang lain. Orang
yang memiliki referent power biasanya dihormati, disegani, dan
dianggap sebagai role model oleh orang-orang di sekitarnya.
Joseph A. DeVito menekankan bahwa referent power tidak terbatas
pada figur yang memiliki status sosial atau kekuasaan yang tinggi.
Seseorang bisa memperoleh referent power dengan membangun
hubungan interpersonal yang positif dan sehat dengan orang lain,
bahkan dalam situasi yang kurang menguntungkan atau dalam
posisi yang kurang dominan.
Jenis-jenis Kekuasaan dalam Hubungan
● Legitimate Power
Legitimate power merujuk pada kekuasaan yang diberikan kepada
seseorang berdasarkan posisi atau jabatan yang dipegang dalam
suatu organisasi atau struktur sosial.
Dalam konteks organisasi, contohnya adalah seorang manajer yang
memiliki legitimate power karena dia memiliki otoritas yang diberikan
oleh perusahaan untuk memimpin, mengarahkan, dan mengambil
keputusan terkait operasi bisnis.
DeVito menekankan bahwa seseorang yang memiliki legitimate
power harus menggunakan kekuasaannya dengan bertanggung jawab
dan dalam batas-batas yang ditetapkan oleh hukum atau aturan
organisasi. Kekuasaan yang diberikan melalui posisi atau jabatan
tidak selalu menghasilkan kepatuhan atau pengaruh yang kuat, dan
keberhasilan dalam menggunakan legitimate power tergantung pada
kemampuan individu untuk mengelola hubungan interpersonal
dengan orang lain dan menghasilkan hasil yang diinginkan secara
efektif.
Jenis-jenis Kekuasaan dalam Hubungan
● Expert Power
Expert power merujuk pada kekuasaan yang diberikan kepada
seseorang karena keahlian atau pengetahuan khusus yang
dimilikinya. Individu yang memiliki expert power dihargai dan
dihormati karena mereka dianggap memiliki pengetahuan atau
keterampilan yang lebih tinggi dari orang lain di bidang
tertentu. Orang yang memiliki expert power dapat
mempengaruhi orang lain dan memperoleh pengaruh karena
kemampuan mereka untuk memberikan saran, informasi, atau
pandangan yang dipercayai dan dihargai oleh orang lain.
Jenis-jenis Kekuasaan dalam Hubungan
DeVito menekankan bahwa expert power hanya efektif jika
dipadukan dengan kemampuan untuk berkomunikasi dengan
baik dan membawa informasi atau saran yang relevan dan
berguna bagi orang lain. Selain itu, individu yang memiliki
expert power harus tetap mengembangkan keahlian dan
pengetahuan mereka agar tetap memiliki pengaruh dan
relevansi di bidangnya.
Contohnya adalah seorang profesor yang memiliki
pengetahuan yang luas di bidangnya dan dapat mempengaruhi
mahasiswa-mahasiswanya dengan pengetahuannya.
Jenis-jenis Kekuasaan dalam Hubungan
● Information and Persuasion Power
Seseorang memiliki kekuatan ini atas orang lain ketika ia dilihat
oleh orang lain sebagai orang yang memiliki komunikasi yang baik
dan logis, serta secara efektif persuasif. Ini berarti ia mampu
mengajukan argumen yang dipikirkan dengan matang untuk
menyatakan kasus yang ada.
● Reward Power
Ini adalah kekuatan yang seseorang miliki ketika ia menghargai
orang lain. Misalnya, guru yang memiliki kekuasaan memberi
penghargaan atas siswa karena ia dapat memberi penghargaan
kepada siswa dengan nilai bagus. Siswa juga memiliki kekuatan
penghargaan atas guru karena mereka memberikan evaluasi
kepada guru, dan mereka juga memiliki kendali atas persetujuan
sosial dari mulut ke mulut.
Jenis-jenis Kekuasaan dalam Hubungan
● Coercive Power
Ini adalah saat seseorang memiliki kemampuan untuk
menghukum orang lain jika mereka tidak melakukan apa yang
ia minta. Sebagai contoh guru juga memiliki kekuatan
memaksa karena mereka dapat memberikan nilai buruk
kepada siswa. Kekuatan ini tergantung pada (1) besarnya
hukuman yang dapat diberikan, dan (2) kemungkinan
hukuman akan diberikan ketika seseorang tidak melakukan
apa yang diminta.
● Competence
Menurut DeVito, ini adalah pengetahuan dan keahlian yang
menurut orang lain seseorang miliki. Semakin banyak orang
percaya bahwa ia memiliki pengetahuan dan keahlian, maka
semakin mudah pula orang lain dipengaruhi.
Jenis-jenis Kekuasaan in Person
● Character
Ini melibatkan motif dan niat di balik pengaruh seseorang.
Inilah mengapa penting untuk jujur, dan menunjukkan kepada
orang-orang bahwa Anda dapat dipercaya tanpa harus
mendapatkan keuntungan pribadi dari situasi tersebut.
● Charisma
Ini adalah pandangan orang lain tentang kepribadian Anda.
Jika Anda ramah, asertif, dan dinamis, orang akan cenderung
menganggap Anda karismatik. Namun, orang akan berpikir
sebaliknya jika Anda menyendiri, pendiam, ragu-ragu, dan
tidak tegas.
Komunikasi dan Gender
• Komunikasi gender mengacu pada cara-cara di mana
individu berkomunikasi berdasarkan jenis kelamin mereka.
Ini mencakup perilaku, sikap, dan ekspektasi budaya verbal
dan nonverbal yang terkait dengan gender yang dapat
memengaruhi cara individu berkomunikasi satu sama lain.
Komunikasi gender dibentuk oleh berbagai faktor,
termasuk norma budaya, pengalaman sosial, identitas
pribadi, terpaan konten media, dan lain sebagainya.
• Komunikasi gender adalah salah satu bidang studi
komunikasi yang menitikberatkan pada bagaimana manusia
sebagai makhluk gender berkomunikasi. Ivy dan Backlund
mendefinisikan komunikasi gender sebagai komunikasi
tentang dan antara laki-laki dan perempuan (Gender
communication is communication about and between men
and women).
Perbedaan Komunikasi Berdasarkan Gender
• Banyak sekali sumber yang menyatakan bahwa laki-laki dan
perempuan memiliki pola pemikiran dan komunikasi yang
berbeda. Salah satu karya yang paling terkenal yang membahas
mengenai hal ini adalah buku karya John Gray yang berjudul
“Men are from Mars, Women are from Venus” (1992).
• Konsep “Man from Mars, Women from Venus” digunakan untuk
menggambarkan perbedaan komunikasi antara laki-laki dan
perempuan dalam hubungan asmara (khususnya). Buku ini
berpendapat bahwa laki-laki dan perempuan memiliki cara
berpikir dan berkomunikasi yang berbeda.
• Menurut Gray, laki-laki cenderung berpikir dan berkomunikasi
secara logis dan fokus pada masalah yang harus dipecahkan.
Sementara perempuan cenderung berpikir dan berkomunikasi
secara emosional dan fokus pada kebutuhan dan perasaan yang
perlu dipenuhi. Oleh karena itu, Gray menyatakan bahwa
perbedaan komunikasi antara laki-laki dan perempuan dapat
menyebabkan konflik dan kesalahpahaman dalam hubungan.
Realitanya?
• Realitanya, baik laki-laki maupun perempuan berasal dari
planet yang sama. Meskipun demikian karena dipengaruhi
oleh ekspektasi gender, pengalaman sosial, budaya, dan juga
faktor-faktor lainnya, laki-laki dan perempuan memiliki cara
berbicara, berpikir, dan berkomunikasi yang berbeda.
• Setiap manusia pada dasarnya adalah makhluk yang
emosional. Tetapi laki-laki dan perempuan memiliki
kecenderungan yang berbeda dalam mengungkapkan emosi
tersebut.
Realitanya?
• Berbicara mengenai masalah intelegensi, laki-laki dan
perempuan memiliki otak yang berbeda. Dalam studi yang
dilakukan oleh sekelompok peneliti di Universitas
Pennsylvania pada tahun 2013, ditemukan bahwa
perempuan memiliki rasio antara white brain matter dan
grey brain matter yang lebih tinggi pada area otak yang
terlibat dalam pemrosesan informasi verbal dan semantik,
sementara laki-laki memiliki rasio yang lebih tinggi pada area
otak yang terlibat dalam pengolahan informasi visual-
motorik.
• Bukan berarti laki-laki lebih pintar daripada perempuan
maupun sebaliknya, tetapi hal ini merepresentasikan bahwa
laki-laki dan perempuan cenderung melakukan hal yang
berbeda.
Pentingnya Memahami Komunikasi Gender
• Baik laki-laki maupun perempuan dapat belajar banyak
mengenai satu sama lain jika mampu memahami komunikasi
antar gender dan mengerti bahwa dalam berkomunikasi
antara individu dari jenis kelamin yang berbeda dapat
mempengaruhi bagaimana sebuah pesan dikirim, diterima
dan diinterpretasikan oleh lawan bicara.
• Hambatan yang terjadi akan menghilang dengan adanya
pemahaman satu sama lain.
• Salah satu teori yang dapat dipelajari untuk memahami hal
ini adalah teori Genderlect.
Genderlect Theory
• “Male–female conversation is cross-cultural
communication.” Pernyataan sederhana ini adalah premis
dasar dari You Just Don't Understand karya Deborah
Tannen, sebuah buku yang berusaha menjelaskan mengapa
laki-laki dan perempuan memiliki gaya yang berbeda dalam
berkomunikasi.
• Teori genderlect adalah konsep komunikasi yang
menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki gaya
bahasa atau bahasa yang berbeda, yang terbentuk karena
perbedaan budaya, sosialisasi, dan pola pikir yang berbeda
antara kedua jenis kelamin.
• Teori ini diusulkan oleh Deborah Tannen, seorang ahli
linguistik, pada tahun 1990. Menurut Tannen, laki-laki
cenderung menggunakan bahasa yang lebih dominan dan
otoritatif, sementara perempuan cenderung menggunakan
bahasa yang lebih kooperatif dan berfokus pada interaksi
sosial.
Genderlect Theory
• Tannen berpendapat bahwa kesalahpahaman dalam
komunikasi antara laki-laki dan perempuan sering terjadi
karena perbedaan dalam gaya bahasa, sehingga perlu ada
upaya untuk memahami dan menghargai gaya bahasa yang
berbeda tersebut agar dapat terjadi komunikasi yang efektif.
• Teori genderlect juga memberikan pemahaman yang lebih
luas tentang konsep gender dalam komunikasi dan
memungkinkan individu untuk lebih memahami perbedaan
dan keunikan komunikasi antara laki-laki dan perempuan.
Komponen Genderlect Theory
1. Women’s Desire For Connection Vs. Men’s Desire For Status
Tannen mengatakan bahwa perempuan mencari hubungan
(connection), sedangkan laki-laki lebih mementingkan status.
Sementara perempuan fokus untuk menumbuhkan rasa bahwa
mereka sedang berhubungan, laki-laki bekerja keras untuk
mempertahankan kemandirian mereka saat mereka berebut posisi
pada hierarki pencapaian kompetitif.
Bukti empiris untuk pernyataan Tannen muncul kembali pada
tahun 1979 dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Buletin
Psikologis, salah satu jurnal psikologi paling bergengsi. Adelaide
Haas, menemukan bahwa laki-laki menggunakan lebih banyak
ucapan direktif, berbicara tentang olahraga, uang, dan bisnis,
sedangkan perempuan seringkali lebih suportif, sopan, dan
ekspresif, berbicara tentang rumah dan keluarga dan
menggunakan lebih banyak kata yang menyiratkan perasaan (guna
membangun koneksi).
Komponen Genderlect Theory
2. Rapport Talk vs Report Talk
Rapport talk mengacu pada gaya komunikasi yang
mengutamakan membangun hubungan, membangun kesamaan,
dan mengungkapkan empati. Jenis pembicaraan ini sering
diasosiasikan dengan perempuan dan ditandai dengan
penggunaan pertanyaan, ungkapan persetujuan, dan berbagi
pengalaman pribadi.
Report talk, sebaliknya, adalah komunikasi yang mengutamakan
penyampaian informasi, penegasan dominasi, dan penetapan
status. Jenis pembicaraan ini sering diasosiasikan dengan laki-
laki dan dicirikan oleh keterusterangan, ketegasan, dan
penggunaan fakta dan opini untuk mendukung suatu posisi.
Komponen Genderlect Theory
a. Private Speaking vs Public Speaking
Tannen menyatakan bahwa dalam budaya Barat, laki-laki sering
dipandang lebih terampil dalam situasi publik dan formal,
seperti pidato dan presentasi, sementara perempuan lebih
terampil dalam situasi pribadi dan informal, seperti percakapan
sehari-hari dengan keluarga dan teman-teman.
Hal ini menurut Tannen karena laki-laki lebih sering didorong
untuk menonjolkan diri dan memimpin dalam situasi publik,
sementara perempuan lebih sering didorong untuk bersikap
kooperatif dan empatik dalam situasi pribadi.
Namun, Tannen menekankan bahwa perbedaan ini tidak bersifat
absolut dan tidak harus dijadikan sebagai patokan untuk menilai
kemampuan seseorang dalam berkomunikasi. Setiap individu
memiliki keunikan dan kecenderungan masing-masing dalam
berkomunikasi, dan penting untuk menghargai dan
memperhatikan preferensi komunikasi orang lain saat
berinteraksi.
Komponen Genderlect Theory
b. Telling a Story
Tannen mencatat bahwa laki-laki bercerita lebih banyak daripada
perempuan—terutama lelucon (jokes). Menceritakan lelucon
adalah cara maskulin untuk menegosiasikan status. Cerita lucu
yang diutarakan laki-laki memiliki tujuan untuk menarik perhatian
dan mengangkat statusnya sebagai “storyteller” dibandingkan
dengan audiens lainnya. Ketika laki-laki tidak mencoba untuk
melucu, mereka bercerita di mana mereka adalah seorang
pahlawan, sering kali bertindak sendiri untuk mengatasi hambatan
besar.
Di sisi lain, perempuan cenderung mengungkapkan keinginan
mereka untuk berkomunitas dengan bercerita tentang orang lain.
Pada kesempatan langka ketika seorang perempuan adalah
karakter dalam narasinya sendiri, dia biasanya menggambarkan
dirinya melakukan sesuatu yang bodoh daripada bertindak dengan
cara yang cerdas. Meremehkan diri ini menempatkannya pada
level yang sama dengan para pendengarnya, sehingga memperkuat
jaringan dukungannya.
Komponen Genderlect Theory
c. Listening
Seorang perempuan mendengarkan cerita atau penjelasan cenderung
melakukan kontak mata, menawarkan anggukan kepala, dan bereaksi
dengan ya, uh-huh, mmm, benar, atau tanggapan lain yang
menunjukkan saya sedang mendengarkan Anda.
Bagi seorang laki-laki yang peduli dengan status, gaya mendengarkan
aktif yang terbuka itu bisa berarti menandakan bahwa dia setuju
dengan argumen yang ada, jadi dia menghindari menempatkan
dirinya dalam posisi tunduk, atau rendah hati.
d. Asking Questions
Perempuan mengajukan pertanyaan untuk menjalin hubungan
dengan orang lain. Tannen mencatat bahwa ketika perempuan
menyatakan pendapat seperti "Itu film yang bagus, bukan begitu?"
Hal ini melunakkan potensi ketidaksepakatan yang mungkin
membuat orang berselisih. Dengan begini, lawan bicara juga
diundang untuk berpartisipasi dalam dialog yang terbuka dan
bersahabat. Tapi bagi laki-laki, hal ini membuatnya tampak plin-plan.
Komponen Genderlect Theory
e. Conflict
Karena laki-laki melihat hidup sebagai kontes, banyak laki-laki lebih
nyaman dengan konflik dan karena itu cenderung tidak menahan diri.
Sedangkan bagi sebagian besar perempuan, konflik merupakan
ancaman terhadap hubungan—yang harus dihindari dengan cara apa
pun.
Kritik pada Genderlect Theory
Meskipun teori ini telah diterima secara luas dan telah menjadi
dasar untuk penelitian tentang perbedaan gender dalam
komunikasi, namun beberapa kritik telah diajukan terhadap
Genderlect Theory, di antaranya:
1. Generalisasi yang Berlebihan
Kritik terhadap Genderlect Theory adalah bahwa teori ini
cenderung mengeneralisasi perbedaan gender dalam
komunikasi dan membuat klaim umum yang tidak dapat
diterapkan pada individu secara spesifik. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa perbedaan dalam gaya komunikasi dapat
terjadi dalam kelompok gender yang sama, sehingga membuat
teori ini terlalu menyederhanakan kompleksitas komunikasi
manusia.
Kritik pada Genderlect Theory
2. Reduksi Kompleksitas
Genderlect Theory cenderung menyederhanakan perbedaan
gender menjadi dua kategori yang berlawanan (laki-laki vs.
perempuan), tanpa mempertimbangkan variasi dalam kelompok
gender tersebut. Teori ini juga cenderung mengabaikan faktor-
faktor lain seperti agama, etnis, dan latar belakang sosial yang
dapat memengaruhi gaya komunikasi seseorang.
3. Kesalahan Interpretasi
Kesalahan Interpretasi: Teori ini seringkali disalahartikan atau
digunakan untuk membenarkan stereotip gender. Beberapa orang
menggunakan teori ini untuk mengklaim bahwa perempuan lebih
"lemah lembut" dan cenderung berbicara lebih banyak daripada
laki-laki, sementara laki-laki lebih "tertutup" dan cenderung
bersikap lebih agresif. Padahal, stereotip seperti ini tidak selalu
berlaku dan dapat menyebabkan kesalahpahaman dan
ketidakadilan dalam komunikasi dan interaksi sosial.
Power Distance dalam Komunikasi Gender?
● Power Distance atau jarak kekuasaan adalah konsep yang
mengacu pada perbedaan dalam cara manusia memandang
dan memperlakukan kekuasaan dalam kehidupan sosial dan
budaya mereka. Dalam konteks komunikasi gender, power
distance dapat mempengaruhi cara individu memandang dan
memperlakukan perbedaan gender dalam hubungan
interpersonal.
● Dalam budaya yang memiliki power distance tinggi, perbedaan
gender dapat menjadi lebih menonjol dalam hubungan
interpersonal. Laki-laki seringkali dianggap lebih berkuasa dan
dihormati, sementara perempuan diharapkan untuk patuh dan
tunduk terhadap keinginan laki-laki. Hal ini dapat
mempengaruhi cara individu memandang dan berkomunikasi
dengan pasangan mereka, di mana pihak yang dianggap lebih
berkuasa dapat memanipulasi atau mengendalikan komunikasi
dengan cara yang tidak sehat atau tidak seimbang.
Power Distance dalam Komunikasi Gender?
● Dalam konteks hubungan yang sama, perbedaan gender
dapat menciptakan power distance yang tidak sehat jika
tidak ditangani dengan benar. Sebagai contoh, dalam
hubungan heterosexual, laki-laki sering kali diharapkan
untuk lebih aktif dalam memulai dan memimpin
percakapan, sementara perempuan diharapkan untuk
lebih pasif dan menerima. Hal ini dapat menyebabkan
perempuan merasa kurang memiliki kendali dalam
hubungan mereka, dan memperburuk kesenjangan
kekuasaan antara pasangan.
Power Distance dalam Komunikasi Gender?
● Untuk mengurangi power distance dalam komunikasi
gender, penting untuk meningkatkan kesadaran dan
pemahaman tentang perbedaan gender dan kesetaraan
gender dalam hubungan interpersonal. Hal ini dapat
dilakukan melalui komunikasi yang terbuka, empatik, dan
responsif, serta dengan mengakui dan menghargai
perspektif dan kebutuhan pasangan masing-masing secara
merata. Selain itu, membangun hubungan yang sehat dan
merata dalam hubungan interpersonal dapat membantu
mengurangi power distance dan menciptakan hubungan
yang lebih seimbang dan adil.

More Related Content

Similar to Komunikasi Antarpribadi 6_Relasi Kuasa dan Perbedaan Gender dalam Komunikasi Antarpribadi.pptx

ASSERTING AND INFLUENCING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL B
ASSERTING AND INFLUENCING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL BASSERTING AND INFLUENCING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL B
ASSERTING AND INFLUENCING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL BSyahraniAdrianty
 
ASSERTING AND INFLUENCING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL B
ASSERTING AND INFLUENCING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL BASSERTING AND INFLUENCING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL B
ASSERTING AND INFLUENCING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL BSyahraniAdrianty
 
Asserting and influencing_Interpersonal Skill B_Utami Setyaningtyas_4520210071
Asserting and influencing_Interpersonal Skill B_Utami Setyaningtyas_4520210071Asserting and influencing_Interpersonal Skill B_Utami Setyaningtyas_4520210071
Asserting and influencing_Interpersonal Skill B_Utami Setyaningtyas_4520210071UtamiSetyaningtyas
 
Asserting and influencing_Interpersonal Skill B_Utami Setyaningtyas_4520210071
Asserting and influencing_Interpersonal Skill B_Utami Setyaningtyas_4520210071Asserting and influencing_Interpersonal Skill B_Utami Setyaningtyas_4520210071
Asserting and influencing_Interpersonal Skill B_Utami Setyaningtyas_4520210071UtamiSetyaningtyas
 
Asserting and influencing
Asserting and influencingAsserting and influencing
Asserting and influencingShakaMutaqin
 
Asserting and influencing
Asserting and influencingAsserting and influencing
Asserting and influencingShakaMutaqin
 
OB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politik
OB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politikOB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politik
OB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politikAndi Iswoyo
 
OB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politik
OB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politikOB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politik
OB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politikAndi Iswoyo
 
Ppt pengantar manajemen kekuasaan, wewenang tanggung jawab dan delegasi
Ppt pengantar manajemen kekuasaan, wewenang tanggung jawab dan delegasiPpt pengantar manajemen kekuasaan, wewenang tanggung jawab dan delegasi
Ppt pengantar manajemen kekuasaan, wewenang tanggung jawab dan delegasiHikmah Siti Nazwah
 
Ppt pengantar manajemen kekuasaan, wewenang tanggung jawab dan delegasi
Ppt pengantar manajemen kekuasaan, wewenang tanggung jawab dan delegasiPpt pengantar manajemen kekuasaan, wewenang tanggung jawab dan delegasi
Ppt pengantar manajemen kekuasaan, wewenang tanggung jawab dan delegasiHikmah Siti Nazwah
 
Asserting and Influencing-Interpersonal Skill-Tasya Ilmelia Sabarwati Sianturi
Asserting and Influencing-Interpersonal Skill-Tasya Ilmelia Sabarwati SianturiAsserting and Influencing-Interpersonal Skill-Tasya Ilmelia Sabarwati Sianturi
Asserting and Influencing-Interpersonal Skill-Tasya Ilmelia Sabarwati SianturiTasyailmelia
 
Asserting and Influencing-Interpersonal Skill-Tasya Ilmelia Sabarwati Sianturi
Asserting and Influencing-Interpersonal Skill-Tasya Ilmelia Sabarwati SianturiAsserting and Influencing-Interpersonal Skill-Tasya Ilmelia Sabarwati Sianturi
Asserting and Influencing-Interpersonal Skill-Tasya Ilmelia Sabarwati SianturiTasyailmelia
 
adila apriliani - asserting and influencing
adila apriliani - asserting and influencingadila apriliani - asserting and influencing
adila apriliani - asserting and influencingAdilaApriliani1
 
adila apriliani - asserting and influencing
adila apriliani - asserting and influencingadila apriliani - asserting and influencing
adila apriliani - asserting and influencingAdilaApriliani1
 

Similar to Komunikasi Antarpribadi 6_Relasi Kuasa dan Perbedaan Gender dalam Komunikasi Antarpribadi.pptx (20)

ASSERTING AND INFLUENCING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL B
ASSERTING AND INFLUENCING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL BASSERTING AND INFLUENCING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL B
ASSERTING AND INFLUENCING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL B
 
ASSERTING AND INFLUENCING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL B
ASSERTING AND INFLUENCING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL BASSERTING AND INFLUENCING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL B
ASSERTING AND INFLUENCING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL B
 
Asserting and influencing_Interpersonal Skill B_Utami Setyaningtyas_4520210071
Asserting and influencing_Interpersonal Skill B_Utami Setyaningtyas_4520210071Asserting and influencing_Interpersonal Skill B_Utami Setyaningtyas_4520210071
Asserting and influencing_Interpersonal Skill B_Utami Setyaningtyas_4520210071
 
Asserting and influencing_Interpersonal Skill B_Utami Setyaningtyas_4520210071
Asserting and influencing_Interpersonal Skill B_Utami Setyaningtyas_4520210071Asserting and influencing_Interpersonal Skill B_Utami Setyaningtyas_4520210071
Asserting and influencing_Interpersonal Skill B_Utami Setyaningtyas_4520210071
 
Konsep Kekuasaan
Konsep KekuasaanKonsep Kekuasaan
Konsep Kekuasaan
 
Konsep Kekuasaan
Konsep KekuasaanKonsep Kekuasaan
Konsep Kekuasaan
 
Asserting and influencing
Asserting and influencingAsserting and influencing
Asserting and influencing
 
Asserting and influencing
Asserting and influencingAsserting and influencing
Asserting and influencing
 
Bab 13
Bab 13Bab 13
Bab 13
 
Bab 13
Bab 13Bab 13
Bab 13
 
OB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politik
OB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politikOB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politik
OB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politik
 
OB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politik
OB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politikOB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politik
OB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politik
 
Ppt pengantar manajemen kekuasaan, wewenang tanggung jawab dan delegasi
Ppt pengantar manajemen kekuasaan, wewenang tanggung jawab dan delegasiPpt pengantar manajemen kekuasaan, wewenang tanggung jawab dan delegasi
Ppt pengantar manajemen kekuasaan, wewenang tanggung jawab dan delegasi
 
Ppt pengantar manajemen kekuasaan, wewenang tanggung jawab dan delegasi
Ppt pengantar manajemen kekuasaan, wewenang tanggung jawab dan delegasiPpt pengantar manajemen kekuasaan, wewenang tanggung jawab dan delegasi
Ppt pengantar manajemen kekuasaan, wewenang tanggung jawab dan delegasi
 
Asserting and Influencing-Interpersonal Skill-Tasya Ilmelia Sabarwati Sianturi
Asserting and Influencing-Interpersonal Skill-Tasya Ilmelia Sabarwati SianturiAsserting and Influencing-Interpersonal Skill-Tasya Ilmelia Sabarwati Sianturi
Asserting and Influencing-Interpersonal Skill-Tasya Ilmelia Sabarwati Sianturi
 
Asserting and Influencing-Interpersonal Skill-Tasya Ilmelia Sabarwati Sianturi
Asserting and Influencing-Interpersonal Skill-Tasya Ilmelia Sabarwati SianturiAsserting and Influencing-Interpersonal Skill-Tasya Ilmelia Sabarwati Sianturi
Asserting and Influencing-Interpersonal Skill-Tasya Ilmelia Sabarwati Sianturi
 
Asserting and influencing_Tugas 11
Asserting and influencing_Tugas 11Asserting and influencing_Tugas 11
Asserting and influencing_Tugas 11
 
Asserting and influencing_Tugas 11
Asserting and influencing_Tugas 11Asserting and influencing_Tugas 11
Asserting and influencing_Tugas 11
 
adila apriliani - asserting and influencing
adila apriliani - asserting and influencingadila apriliani - asserting and influencing
adila apriliani - asserting and influencing
 
adila apriliani - asserting and influencing
adila apriliani - asserting and influencingadila apriliani - asserting and influencing
adila apriliani - asserting and influencing
 

More from RintaArina

Semester 7 Pertemuan 5_Teknik Presentasi dan Poster Penelitian.pptx
Semester 7 Pertemuan 5_Teknik Presentasi dan Poster Penelitian.pptxSemester 7 Pertemuan 5_Teknik Presentasi dan Poster Penelitian.pptx
Semester 7 Pertemuan 5_Teknik Presentasi dan Poster Penelitian.pptxRintaArina
 
Semester 5 Pertemuan 3-4_Jurnalisme Investigasi Mengenal Jurnalisme Investiga...
Semester 5 Pertemuan 3-4_Jurnalisme Investigasi Mengenal Jurnalisme Investiga...Semester 5 Pertemuan 3-4_Jurnalisme Investigasi Mengenal Jurnalisme Investiga...
Semester 5 Pertemuan 3-4_Jurnalisme Investigasi Mengenal Jurnalisme Investiga...RintaArina
 
Semester 5: Pertemuan 2_Jurnalisme Investigasi: Sejarah Jurnalisme Investigas...
Semester 5: Pertemuan 2_Jurnalisme Investigasi: Sejarah Jurnalisme Investigas...Semester 5: Pertemuan 2_Jurnalisme Investigasi: Sejarah Jurnalisme Investigas...
Semester 5: Pertemuan 2_Jurnalisme Investigasi: Sejarah Jurnalisme Investigas...RintaArina
 
Semester 3 Pertemuan 5_Komunikasi Antarbudaya Idemtitas Budaya dalam Komunika...
Semester 3 Pertemuan 5_Komunikasi Antarbudaya Idemtitas Budaya dalam Komunika...Semester 3 Pertemuan 5_Komunikasi Antarbudaya Idemtitas Budaya dalam Komunika...
Semester 3 Pertemuan 5_Komunikasi Antarbudaya Idemtitas Budaya dalam Komunika...RintaArina
 
Semester 3 Pertemuan 3_Komunikasi Antarbudaya Model Komunikasi Antarbudaya.pptx
Semester 3 Pertemuan 3_Komunikasi Antarbudaya Model Komunikasi Antarbudaya.pptxSemester 3 Pertemuan 3_Komunikasi Antarbudaya Model Komunikasi Antarbudaya.pptx
Semester 3 Pertemuan 3_Komunikasi Antarbudaya Model Komunikasi Antarbudaya.pptxRintaArina
 
Semester 3 Pertemuan 4_Komunikasi Antarbudaya Pendekatan dalam Komunikasi Ant...
Semester 3 Pertemuan 4_Komunikasi Antarbudaya Pendekatan dalam Komunikasi Ant...Semester 3 Pertemuan 4_Komunikasi Antarbudaya Pendekatan dalam Komunikasi Ant...
Semester 3 Pertemuan 4_Komunikasi Antarbudaya Pendekatan dalam Komunikasi Ant...RintaArina
 
Semester 1 Pertemuan 4_Dasar-Dasar Logika Penalaran (Penalaran Langsung dan T...
Semester 1 Pertemuan 4_Dasar-Dasar Logika Penalaran (Penalaran Langsung dan T...Semester 1 Pertemuan 4_Dasar-Dasar Logika Penalaran (Penalaran Langsung dan T...
Semester 1 Pertemuan 4_Dasar-Dasar Logika Penalaran (Penalaran Langsung dan T...RintaArina
 
Semester 1 Pertemuan 2-3_Dasar-Dasar Logika Asas Logika.pptx.pptx
Semester 1 Pertemuan 2-3_Dasar-Dasar Logika Asas Logika.pptx.pptxSemester 1 Pertemuan 2-3_Dasar-Dasar Logika Asas Logika.pptx.pptx
Semester 1 Pertemuan 2-3_Dasar-Dasar Logika Asas Logika.pptx.pptxRintaArina
 
Semester 1 Pertemuan 1_Dasar-Dasar Logika Pengertian, Sejarah, dan Manfaat Me...
Semester 1 Pertemuan 1_Dasar-Dasar Logika Pengertian, Sejarah, dan Manfaat Me...Semester 1 Pertemuan 1_Dasar-Dasar Logika Pengertian, Sejarah, dan Manfaat Me...
Semester 1 Pertemuan 1_Dasar-Dasar Logika Pengertian, Sejarah, dan Manfaat Me...RintaArina
 
Semester 5 Pertemuan 1_Jurnalisme Investigasi Kontrak Belajar dan Pengantar.pptx
Semester 5 Pertemuan 1_Jurnalisme Investigasi Kontrak Belajar dan Pengantar.pptxSemester 5 Pertemuan 1_Jurnalisme Investigasi Kontrak Belajar dan Pengantar.pptx
Semester 5 Pertemuan 1_Jurnalisme Investigasi Kontrak Belajar dan Pengantar.pptxRintaArina
 
Semester 3 Pertemuan 1_Komuniaksi Antarbudaya.pptx
Semester 3 Pertemuan 1_Komuniaksi Antarbudaya.pptxSemester 3 Pertemuan 1_Komuniaksi Antarbudaya.pptx
Semester 3 Pertemuan 1_Komuniaksi Antarbudaya.pptxRintaArina
 
Creative Thinking 11_Hambatan dalam Creative Thinking.pptx
Creative Thinking 11_Hambatan dalam Creative Thinking.pptxCreative Thinking 11_Hambatan dalam Creative Thinking.pptx
Creative Thinking 11_Hambatan dalam Creative Thinking.pptxRintaArina
 
Komunikasi Gender 10_Male Gaze dalam Media (II).pptx
Komunikasi Gender 10_Male Gaze dalam Media (II).pptxKomunikasi Gender 10_Male Gaze dalam Media (II).pptx
Komunikasi Gender 10_Male Gaze dalam Media (II).pptxRintaArina
 
Komunikasi Gender 9_Male Gaze dalam Media (I) Sebuah Pengantar.pptx
Komunikasi Gender 9_Male Gaze dalam Media (I) Sebuah Pengantar.pptxKomunikasi Gender 9_Male Gaze dalam Media (I) Sebuah Pengantar.pptx
Komunikasi Gender 9_Male Gaze dalam Media (I) Sebuah Pengantar.pptxRintaArina
 
Creative Thinking 9_Peran Emosi dalam Creative Thinking.pptx
Creative Thinking 9_Peran Emosi dalam Creative Thinking.pptxCreative Thinking 9_Peran Emosi dalam Creative Thinking.pptx
Creative Thinking 9_Peran Emosi dalam Creative Thinking.pptxRintaArina
 
Komunikasi Gender 8_Media dan Politik Representasi (II).pptx
Komunikasi Gender 8_Media dan Politik Representasi (II).pptxKomunikasi Gender 8_Media dan Politik Representasi (II).pptx
Komunikasi Gender 8_Media dan Politik Representasi (II).pptxRintaArina
 
Creative Thinking 8_Teknik Pluses, Potentials, dan Concerns.pptx
Creative Thinking 8_Teknik Pluses, Potentials, dan Concerns.pptxCreative Thinking 8_Teknik Pluses, Potentials, dan Concerns.pptx
Creative Thinking 8_Teknik Pluses, Potentials, dan Concerns.pptxRintaArina
 
Komunikasi Antarpribadi 4_Persepsi dan Membangun Impresi Positif dalam Komuni...
Komunikasi Antarpribadi 4_Persepsi dan Membangun Impresi Positif dalam Komuni...Komunikasi Antarpribadi 4_Persepsi dan Membangun Impresi Positif dalam Komuni...
Komunikasi Antarpribadi 4_Persepsi dan Membangun Impresi Positif dalam Komuni...RintaArina
 
Komunikasi Antarpribadi 3_Komunikasi Antarpribadi Komunikasi dan Pesan Verbal...
Komunikasi Antarpribadi 3_Komunikasi Antarpribadi Komunikasi dan Pesan Verbal...Komunikasi Antarpribadi 3_Komunikasi Antarpribadi Komunikasi dan Pesan Verbal...
Komunikasi Antarpribadi 3_Komunikasi Antarpribadi Komunikasi dan Pesan Verbal...RintaArina
 
Komunikasi Antarpribadi 5_Komunikasi Antarpribadi Budaya, Stereotipe, dan Pra...
Komunikasi Antarpribadi 5_Komunikasi Antarpribadi Budaya, Stereotipe, dan Pra...Komunikasi Antarpribadi 5_Komunikasi Antarpribadi Budaya, Stereotipe, dan Pra...
Komunikasi Antarpribadi 5_Komunikasi Antarpribadi Budaya, Stereotipe, dan Pra...RintaArina
 

More from RintaArina (20)

Semester 7 Pertemuan 5_Teknik Presentasi dan Poster Penelitian.pptx
Semester 7 Pertemuan 5_Teknik Presentasi dan Poster Penelitian.pptxSemester 7 Pertemuan 5_Teknik Presentasi dan Poster Penelitian.pptx
Semester 7 Pertemuan 5_Teknik Presentasi dan Poster Penelitian.pptx
 
Semester 5 Pertemuan 3-4_Jurnalisme Investigasi Mengenal Jurnalisme Investiga...
Semester 5 Pertemuan 3-4_Jurnalisme Investigasi Mengenal Jurnalisme Investiga...Semester 5 Pertemuan 3-4_Jurnalisme Investigasi Mengenal Jurnalisme Investiga...
Semester 5 Pertemuan 3-4_Jurnalisme Investigasi Mengenal Jurnalisme Investiga...
 
Semester 5: Pertemuan 2_Jurnalisme Investigasi: Sejarah Jurnalisme Investigas...
Semester 5: Pertemuan 2_Jurnalisme Investigasi: Sejarah Jurnalisme Investigas...Semester 5: Pertemuan 2_Jurnalisme Investigasi: Sejarah Jurnalisme Investigas...
Semester 5: Pertemuan 2_Jurnalisme Investigasi: Sejarah Jurnalisme Investigas...
 
Semester 3 Pertemuan 5_Komunikasi Antarbudaya Idemtitas Budaya dalam Komunika...
Semester 3 Pertemuan 5_Komunikasi Antarbudaya Idemtitas Budaya dalam Komunika...Semester 3 Pertemuan 5_Komunikasi Antarbudaya Idemtitas Budaya dalam Komunika...
Semester 3 Pertemuan 5_Komunikasi Antarbudaya Idemtitas Budaya dalam Komunika...
 
Semester 3 Pertemuan 3_Komunikasi Antarbudaya Model Komunikasi Antarbudaya.pptx
Semester 3 Pertemuan 3_Komunikasi Antarbudaya Model Komunikasi Antarbudaya.pptxSemester 3 Pertemuan 3_Komunikasi Antarbudaya Model Komunikasi Antarbudaya.pptx
Semester 3 Pertemuan 3_Komunikasi Antarbudaya Model Komunikasi Antarbudaya.pptx
 
Semester 3 Pertemuan 4_Komunikasi Antarbudaya Pendekatan dalam Komunikasi Ant...
Semester 3 Pertemuan 4_Komunikasi Antarbudaya Pendekatan dalam Komunikasi Ant...Semester 3 Pertemuan 4_Komunikasi Antarbudaya Pendekatan dalam Komunikasi Ant...
Semester 3 Pertemuan 4_Komunikasi Antarbudaya Pendekatan dalam Komunikasi Ant...
 
Semester 1 Pertemuan 4_Dasar-Dasar Logika Penalaran (Penalaran Langsung dan T...
Semester 1 Pertemuan 4_Dasar-Dasar Logika Penalaran (Penalaran Langsung dan T...Semester 1 Pertemuan 4_Dasar-Dasar Logika Penalaran (Penalaran Langsung dan T...
Semester 1 Pertemuan 4_Dasar-Dasar Logika Penalaran (Penalaran Langsung dan T...
 
Semester 1 Pertemuan 2-3_Dasar-Dasar Logika Asas Logika.pptx.pptx
Semester 1 Pertemuan 2-3_Dasar-Dasar Logika Asas Logika.pptx.pptxSemester 1 Pertemuan 2-3_Dasar-Dasar Logika Asas Logika.pptx.pptx
Semester 1 Pertemuan 2-3_Dasar-Dasar Logika Asas Logika.pptx.pptx
 
Semester 1 Pertemuan 1_Dasar-Dasar Logika Pengertian, Sejarah, dan Manfaat Me...
Semester 1 Pertemuan 1_Dasar-Dasar Logika Pengertian, Sejarah, dan Manfaat Me...Semester 1 Pertemuan 1_Dasar-Dasar Logika Pengertian, Sejarah, dan Manfaat Me...
Semester 1 Pertemuan 1_Dasar-Dasar Logika Pengertian, Sejarah, dan Manfaat Me...
 
Semester 5 Pertemuan 1_Jurnalisme Investigasi Kontrak Belajar dan Pengantar.pptx
Semester 5 Pertemuan 1_Jurnalisme Investigasi Kontrak Belajar dan Pengantar.pptxSemester 5 Pertemuan 1_Jurnalisme Investigasi Kontrak Belajar dan Pengantar.pptx
Semester 5 Pertemuan 1_Jurnalisme Investigasi Kontrak Belajar dan Pengantar.pptx
 
Semester 3 Pertemuan 1_Komuniaksi Antarbudaya.pptx
Semester 3 Pertemuan 1_Komuniaksi Antarbudaya.pptxSemester 3 Pertemuan 1_Komuniaksi Antarbudaya.pptx
Semester 3 Pertemuan 1_Komuniaksi Antarbudaya.pptx
 
Creative Thinking 11_Hambatan dalam Creative Thinking.pptx
Creative Thinking 11_Hambatan dalam Creative Thinking.pptxCreative Thinking 11_Hambatan dalam Creative Thinking.pptx
Creative Thinking 11_Hambatan dalam Creative Thinking.pptx
 
Komunikasi Gender 10_Male Gaze dalam Media (II).pptx
Komunikasi Gender 10_Male Gaze dalam Media (II).pptxKomunikasi Gender 10_Male Gaze dalam Media (II).pptx
Komunikasi Gender 10_Male Gaze dalam Media (II).pptx
 
Komunikasi Gender 9_Male Gaze dalam Media (I) Sebuah Pengantar.pptx
Komunikasi Gender 9_Male Gaze dalam Media (I) Sebuah Pengantar.pptxKomunikasi Gender 9_Male Gaze dalam Media (I) Sebuah Pengantar.pptx
Komunikasi Gender 9_Male Gaze dalam Media (I) Sebuah Pengantar.pptx
 
Creative Thinking 9_Peran Emosi dalam Creative Thinking.pptx
Creative Thinking 9_Peran Emosi dalam Creative Thinking.pptxCreative Thinking 9_Peran Emosi dalam Creative Thinking.pptx
Creative Thinking 9_Peran Emosi dalam Creative Thinking.pptx
 
Komunikasi Gender 8_Media dan Politik Representasi (II).pptx
Komunikasi Gender 8_Media dan Politik Representasi (II).pptxKomunikasi Gender 8_Media dan Politik Representasi (II).pptx
Komunikasi Gender 8_Media dan Politik Representasi (II).pptx
 
Creative Thinking 8_Teknik Pluses, Potentials, dan Concerns.pptx
Creative Thinking 8_Teknik Pluses, Potentials, dan Concerns.pptxCreative Thinking 8_Teknik Pluses, Potentials, dan Concerns.pptx
Creative Thinking 8_Teknik Pluses, Potentials, dan Concerns.pptx
 
Komunikasi Antarpribadi 4_Persepsi dan Membangun Impresi Positif dalam Komuni...
Komunikasi Antarpribadi 4_Persepsi dan Membangun Impresi Positif dalam Komuni...Komunikasi Antarpribadi 4_Persepsi dan Membangun Impresi Positif dalam Komuni...
Komunikasi Antarpribadi 4_Persepsi dan Membangun Impresi Positif dalam Komuni...
 
Komunikasi Antarpribadi 3_Komunikasi Antarpribadi Komunikasi dan Pesan Verbal...
Komunikasi Antarpribadi 3_Komunikasi Antarpribadi Komunikasi dan Pesan Verbal...Komunikasi Antarpribadi 3_Komunikasi Antarpribadi Komunikasi dan Pesan Verbal...
Komunikasi Antarpribadi 3_Komunikasi Antarpribadi Komunikasi dan Pesan Verbal...
 
Komunikasi Antarpribadi 5_Komunikasi Antarpribadi Budaya, Stereotipe, dan Pra...
Komunikasi Antarpribadi 5_Komunikasi Antarpribadi Budaya, Stereotipe, dan Pra...Komunikasi Antarpribadi 5_Komunikasi Antarpribadi Budaya, Stereotipe, dan Pra...
Komunikasi Antarpribadi 5_Komunikasi Antarpribadi Budaya, Stereotipe, dan Pra...
 

Recently uploaded

Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 

Komunikasi Antarpribadi 6_Relasi Kuasa dan Perbedaan Gender dalam Komunikasi Antarpribadi.pptx

  • 2. Pendahuluan ● Kekuasaan (power) adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi apa yang orang lain pikirkan atau lakukan. Anda memiliki kekuasaan atas orang lain sejauh Anda dapat memengaruhi apa yang orang ini pikirkan atau apa yang orang ini lakukan. Dan sebaliknya, orang lain memiliki kekuasaan atas Anda sejauh dia dapat memengaruhi apa yang Anda pikirkan atau lakukan. ● Aspek kekuasaan yang paling penting dikenali adalah bahwa kekuatan itu asimetris: Jika satu orang memiliki kekuatan yang lebih besar, orang lain (biasanya) memiliki kekuasaan yang lebih sedikit. Jika Anda lebih kuat dari orang lain, maka orang lainnya lebih lemah dari Anda. ● Di sini kita akan melihat beberapa prinsip kekuasaan yang paling penting dalam komunikasi dan hubungan interpersonal. Prinsip-prinsip ini menjelaskan bagaimana kekuasaan beroperasi secara interpersonal dan menawarkan wawasan tentang bagaimana Anda dapat mengelola kekuasaan dengan lebih efektif.
  • 3. Prinsip Kekuasaan dan Pengaruh 1. Beberapa Orang Lebih Kuat Dari Orang Lain Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat semua orang dianggap sama di bawah hukum dan karena itu mereka memiliki hak yang sama atas pendidikan, perlindungan hukum, dan kebebasan berbicara. Tetapi semua orang tidak sama dalam hal-hal lainnya. Sebagai contoh beberapa orang dilahirkan dalam kekayaan, yang lain dalam kemiskinan, dll. Singkatnya, beberapa orang memiliki kekuatan dan yang lainnya tidak. Tentu saja, dunia tidak sesederhana itu. Banyak orang pun berusaha untuk mendapatkan kekuasaan dengan cara-cara lainnya yang bisa mereka upayakan seperti melalui pendidikan, pekerjaan, maupun upaya lainnya.
  • 4. Prinsip Kekuasaan dan Pengaruh 2. Kekuasaan dapat Dibagikan Beberapa orang berpendapat bahwa kekuasaan harus dijaga dan bahwa dengan membaginya dengan orang lain, Anda melemahkan kekuatan Anda sendiri. Padahal dengan memberdayakan orang lain memungkinkan kita untuk mendapatkan kekuatan dan kendali atas diri mereka sendiri dan atas lingkungan kita. Memberdayakan orang lain memiliki banyak keuntungan; misalnya, orang yang diberdayakan lebih proaktif dan lebih bertanggung jawab. Memberdayakan orang lain melibatkan strategi seperti menjadi positif, menghindari agresivitas verbal dan kasar, dan mendorong pertumbuhan.
  • 5. Prinsip Kekuasaan dan Pengaruh 3. Kekuasaan Tidak Pernah Statis Meskipun orang sangat berbeda dalam jumlah kekuasaan yang berbeda, tetapi setiap orang dapat meningkatkan kekuatan untuk memperoleh kekuasaan mereka dalam beberapa cara. Di sisi lain, kekuasaan juga bisa berkurang. Dalam komunikasi antarpribadi, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti hilangnya kepercayaan, ketidakkonsistenan, perbedaan kepentingan, dll.
  • 6. Prinsip Kekuasaan dan Pengaruh 4. Power Follows the Principle of Less Interest Konsep ini menyatakan bahwa dalam sebuah hubungan, pihak yang lebih tidak tertarik atau memiliki minat yang lebih sedikit memiliki kekuasaan atau pengaruh yang lebih besar dalam hubungan tersebut. Dalam arti lain, semakin seseorang menunjukkan minat yang lebih sedikit atau semakin dia tidak memperlihatkan kebutuhannya dalam hubungan tersebut, semakin besar kemungkinan dia memiliki kekuasaan atau pengaruh yang lebih besar. Contohnya, jika seseorang terlalu terlihat terlalu memerlukan atau bergantung pada pasangannya dalam suatu hubungan, maka pasangannya mungkin memiliki kekuasaan atau pengaruh yang lebih besar dalam hubungan tersebut. Sebaliknya, jika seseorang menunjukkan bahwa dia tidak terlalu memerlukan pasangannya atau tidak bergantung pada pasangannya, maka dia mungkin memiliki kekuasaan atau pengaruh yang lebih besar dalam hubungan tersebut.
  • 7. Prinsip Kekuasaan dan Pengaruh 5. Kekuasaan Menghasilkan Privilege (Hak Istimewa) Konsep ini menyatakan bahwa kekuasaan atau pengaruh yang dimiliki seseorang dalam sebuah hubungan dapat menghasilkan keuntungan atau hak istimewa dalam hubungan tersebut. Dalam arti lain, semakin besar kekuasaan atau pengaruh seseorang dalam hubungan, semakin besar kemungkinan dia memperoleh hak istimewa atau keuntungan dalam hubungan tersebut. Contohnya, seseorang yang memiliki kekuasaan atau pengaruh yang besar dalam suatu organisasi mungkin memiliki hak istimewa seperti mendapatkan gaji yang lebih tinggi, memiliki kantor yang lebih besar, atau mendapatkan promosi yang lebih cepat daripada anggota organisasi lainnya. Hal ini disebabkan karena kekuasaan atau pengaruh yang dimiliki oleh orang tersebut memungkinkan dia untuk mempengaruhi keputusan dan tindakan dalam organisasi tersebut.
  • 8. Prinsip Kekuasaan dan Pengaruh 6. Power Has a Cultural Dimension Konsep ini menyatakan bahwa kekuasaan atau pengaruh dalam sebuah hubungan dipengaruhi oleh dimensi budaya yang berbeda- beda, seperti norma, nilai, bahasa, dan kebiasaan yang dianut oleh masyarakat atau kelompok tertentu. Dalam arti lain, kekuasaan atau pengaruh seseorang dalam suatu hubungan tidak hanya ditentukan oleh karakteristik pribadi dan situasi hubungan, tetapi juga dipengaruhi oleh konteks budaya yang lebih luas. Contohnya, dalam beberapa budaya, kekuasaan atau pengaruh dalam hubungan cenderung diberikan pada orang yang lebih tua, laki-laki, atau orang dengan status sosial yang lebih tinggi. Di lain sisi, dalam budaya lain, kekuasaan atau pengaruh dalam hubungan dapat diberikan pada orang yang lebih muda, perempuan, atau orang dengan status sosial yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan atau pengaruh dalam hubungan tidak dapat dipahami tanpa memperhatikan dimensi budaya yang berbeda-beda.
  • 9. Jenis-jenis Kekuasaan dalam Hubungan ● Referent Power (Kekuasaan Rujukan) Ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain karena orang tersebut menghargai atau menghormati individu tersebut. Referent power terkait erat dengan karakteristik kepribadian individu, seperti kepercayaan diri, kejujuran, ketulusan, dan kemampuan untuk menginspirasi dan memotivasi orang lain. Orang yang memiliki referent power biasanya dihormati, disegani, dan dianggap sebagai role model oleh orang-orang di sekitarnya. Joseph A. DeVito menekankan bahwa referent power tidak terbatas pada figur yang memiliki status sosial atau kekuasaan yang tinggi. Seseorang bisa memperoleh referent power dengan membangun hubungan interpersonal yang positif dan sehat dengan orang lain, bahkan dalam situasi yang kurang menguntungkan atau dalam posisi yang kurang dominan.
  • 10. Jenis-jenis Kekuasaan dalam Hubungan ● Legitimate Power Legitimate power merujuk pada kekuasaan yang diberikan kepada seseorang berdasarkan posisi atau jabatan yang dipegang dalam suatu organisasi atau struktur sosial. Dalam konteks organisasi, contohnya adalah seorang manajer yang memiliki legitimate power karena dia memiliki otoritas yang diberikan oleh perusahaan untuk memimpin, mengarahkan, dan mengambil keputusan terkait operasi bisnis. DeVito menekankan bahwa seseorang yang memiliki legitimate power harus menggunakan kekuasaannya dengan bertanggung jawab dan dalam batas-batas yang ditetapkan oleh hukum atau aturan organisasi. Kekuasaan yang diberikan melalui posisi atau jabatan tidak selalu menghasilkan kepatuhan atau pengaruh yang kuat, dan keberhasilan dalam menggunakan legitimate power tergantung pada kemampuan individu untuk mengelola hubungan interpersonal dengan orang lain dan menghasilkan hasil yang diinginkan secara efektif.
  • 11. Jenis-jenis Kekuasaan dalam Hubungan ● Expert Power Expert power merujuk pada kekuasaan yang diberikan kepada seseorang karena keahlian atau pengetahuan khusus yang dimilikinya. Individu yang memiliki expert power dihargai dan dihormati karena mereka dianggap memiliki pengetahuan atau keterampilan yang lebih tinggi dari orang lain di bidang tertentu. Orang yang memiliki expert power dapat mempengaruhi orang lain dan memperoleh pengaruh karena kemampuan mereka untuk memberikan saran, informasi, atau pandangan yang dipercayai dan dihargai oleh orang lain.
  • 12. Jenis-jenis Kekuasaan dalam Hubungan DeVito menekankan bahwa expert power hanya efektif jika dipadukan dengan kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik dan membawa informasi atau saran yang relevan dan berguna bagi orang lain. Selain itu, individu yang memiliki expert power harus tetap mengembangkan keahlian dan pengetahuan mereka agar tetap memiliki pengaruh dan relevansi di bidangnya. Contohnya adalah seorang profesor yang memiliki pengetahuan yang luas di bidangnya dan dapat mempengaruhi mahasiswa-mahasiswanya dengan pengetahuannya.
  • 13. Jenis-jenis Kekuasaan dalam Hubungan ● Information and Persuasion Power Seseorang memiliki kekuatan ini atas orang lain ketika ia dilihat oleh orang lain sebagai orang yang memiliki komunikasi yang baik dan logis, serta secara efektif persuasif. Ini berarti ia mampu mengajukan argumen yang dipikirkan dengan matang untuk menyatakan kasus yang ada. ● Reward Power Ini adalah kekuatan yang seseorang miliki ketika ia menghargai orang lain. Misalnya, guru yang memiliki kekuasaan memberi penghargaan atas siswa karena ia dapat memberi penghargaan kepada siswa dengan nilai bagus. Siswa juga memiliki kekuatan penghargaan atas guru karena mereka memberikan evaluasi kepada guru, dan mereka juga memiliki kendali atas persetujuan sosial dari mulut ke mulut.
  • 14. Jenis-jenis Kekuasaan dalam Hubungan ● Coercive Power Ini adalah saat seseorang memiliki kemampuan untuk menghukum orang lain jika mereka tidak melakukan apa yang ia minta. Sebagai contoh guru juga memiliki kekuatan memaksa karena mereka dapat memberikan nilai buruk kepada siswa. Kekuatan ini tergantung pada (1) besarnya hukuman yang dapat diberikan, dan (2) kemungkinan hukuman akan diberikan ketika seseorang tidak melakukan apa yang diminta. ● Competence Menurut DeVito, ini adalah pengetahuan dan keahlian yang menurut orang lain seseorang miliki. Semakin banyak orang percaya bahwa ia memiliki pengetahuan dan keahlian, maka semakin mudah pula orang lain dipengaruhi.
  • 15. Jenis-jenis Kekuasaan in Person ● Character Ini melibatkan motif dan niat di balik pengaruh seseorang. Inilah mengapa penting untuk jujur, dan menunjukkan kepada orang-orang bahwa Anda dapat dipercaya tanpa harus mendapatkan keuntungan pribadi dari situasi tersebut. ● Charisma Ini adalah pandangan orang lain tentang kepribadian Anda. Jika Anda ramah, asertif, dan dinamis, orang akan cenderung menganggap Anda karismatik. Namun, orang akan berpikir sebaliknya jika Anda menyendiri, pendiam, ragu-ragu, dan tidak tegas.
  • 16. Komunikasi dan Gender • Komunikasi gender mengacu pada cara-cara di mana individu berkomunikasi berdasarkan jenis kelamin mereka. Ini mencakup perilaku, sikap, dan ekspektasi budaya verbal dan nonverbal yang terkait dengan gender yang dapat memengaruhi cara individu berkomunikasi satu sama lain. Komunikasi gender dibentuk oleh berbagai faktor, termasuk norma budaya, pengalaman sosial, identitas pribadi, terpaan konten media, dan lain sebagainya. • Komunikasi gender adalah salah satu bidang studi komunikasi yang menitikberatkan pada bagaimana manusia sebagai makhluk gender berkomunikasi. Ivy dan Backlund mendefinisikan komunikasi gender sebagai komunikasi tentang dan antara laki-laki dan perempuan (Gender communication is communication about and between men and women).
  • 17. Perbedaan Komunikasi Berdasarkan Gender • Banyak sekali sumber yang menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki pola pemikiran dan komunikasi yang berbeda. Salah satu karya yang paling terkenal yang membahas mengenai hal ini adalah buku karya John Gray yang berjudul “Men are from Mars, Women are from Venus” (1992). • Konsep “Man from Mars, Women from Venus” digunakan untuk menggambarkan perbedaan komunikasi antara laki-laki dan perempuan dalam hubungan asmara (khususnya). Buku ini berpendapat bahwa laki-laki dan perempuan memiliki cara berpikir dan berkomunikasi yang berbeda. • Menurut Gray, laki-laki cenderung berpikir dan berkomunikasi secara logis dan fokus pada masalah yang harus dipecahkan. Sementara perempuan cenderung berpikir dan berkomunikasi secara emosional dan fokus pada kebutuhan dan perasaan yang perlu dipenuhi. Oleh karena itu, Gray menyatakan bahwa perbedaan komunikasi antara laki-laki dan perempuan dapat menyebabkan konflik dan kesalahpahaman dalam hubungan.
  • 18. Realitanya? • Realitanya, baik laki-laki maupun perempuan berasal dari planet yang sama. Meskipun demikian karena dipengaruhi oleh ekspektasi gender, pengalaman sosial, budaya, dan juga faktor-faktor lainnya, laki-laki dan perempuan memiliki cara berbicara, berpikir, dan berkomunikasi yang berbeda. • Setiap manusia pada dasarnya adalah makhluk yang emosional. Tetapi laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan yang berbeda dalam mengungkapkan emosi tersebut.
  • 19. Realitanya? • Berbicara mengenai masalah intelegensi, laki-laki dan perempuan memiliki otak yang berbeda. Dalam studi yang dilakukan oleh sekelompok peneliti di Universitas Pennsylvania pada tahun 2013, ditemukan bahwa perempuan memiliki rasio antara white brain matter dan grey brain matter yang lebih tinggi pada area otak yang terlibat dalam pemrosesan informasi verbal dan semantik, sementara laki-laki memiliki rasio yang lebih tinggi pada area otak yang terlibat dalam pengolahan informasi visual- motorik. • Bukan berarti laki-laki lebih pintar daripada perempuan maupun sebaliknya, tetapi hal ini merepresentasikan bahwa laki-laki dan perempuan cenderung melakukan hal yang berbeda.
  • 20. Pentingnya Memahami Komunikasi Gender • Baik laki-laki maupun perempuan dapat belajar banyak mengenai satu sama lain jika mampu memahami komunikasi antar gender dan mengerti bahwa dalam berkomunikasi antara individu dari jenis kelamin yang berbeda dapat mempengaruhi bagaimana sebuah pesan dikirim, diterima dan diinterpretasikan oleh lawan bicara. • Hambatan yang terjadi akan menghilang dengan adanya pemahaman satu sama lain. • Salah satu teori yang dapat dipelajari untuk memahami hal ini adalah teori Genderlect.
  • 21. Genderlect Theory • “Male–female conversation is cross-cultural communication.” Pernyataan sederhana ini adalah premis dasar dari You Just Don't Understand karya Deborah Tannen, sebuah buku yang berusaha menjelaskan mengapa laki-laki dan perempuan memiliki gaya yang berbeda dalam berkomunikasi. • Teori genderlect adalah konsep komunikasi yang menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki gaya bahasa atau bahasa yang berbeda, yang terbentuk karena perbedaan budaya, sosialisasi, dan pola pikir yang berbeda antara kedua jenis kelamin. • Teori ini diusulkan oleh Deborah Tannen, seorang ahli linguistik, pada tahun 1990. Menurut Tannen, laki-laki cenderung menggunakan bahasa yang lebih dominan dan otoritatif, sementara perempuan cenderung menggunakan bahasa yang lebih kooperatif dan berfokus pada interaksi sosial.
  • 22. Genderlect Theory • Tannen berpendapat bahwa kesalahpahaman dalam komunikasi antara laki-laki dan perempuan sering terjadi karena perbedaan dalam gaya bahasa, sehingga perlu ada upaya untuk memahami dan menghargai gaya bahasa yang berbeda tersebut agar dapat terjadi komunikasi yang efektif. • Teori genderlect juga memberikan pemahaman yang lebih luas tentang konsep gender dalam komunikasi dan memungkinkan individu untuk lebih memahami perbedaan dan keunikan komunikasi antara laki-laki dan perempuan.
  • 23. Komponen Genderlect Theory 1. Women’s Desire For Connection Vs. Men’s Desire For Status Tannen mengatakan bahwa perempuan mencari hubungan (connection), sedangkan laki-laki lebih mementingkan status. Sementara perempuan fokus untuk menumbuhkan rasa bahwa mereka sedang berhubungan, laki-laki bekerja keras untuk mempertahankan kemandirian mereka saat mereka berebut posisi pada hierarki pencapaian kompetitif. Bukti empiris untuk pernyataan Tannen muncul kembali pada tahun 1979 dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Buletin Psikologis, salah satu jurnal psikologi paling bergengsi. Adelaide Haas, menemukan bahwa laki-laki menggunakan lebih banyak ucapan direktif, berbicara tentang olahraga, uang, dan bisnis, sedangkan perempuan seringkali lebih suportif, sopan, dan ekspresif, berbicara tentang rumah dan keluarga dan menggunakan lebih banyak kata yang menyiratkan perasaan (guna membangun koneksi).
  • 24. Komponen Genderlect Theory 2. Rapport Talk vs Report Talk Rapport talk mengacu pada gaya komunikasi yang mengutamakan membangun hubungan, membangun kesamaan, dan mengungkapkan empati. Jenis pembicaraan ini sering diasosiasikan dengan perempuan dan ditandai dengan penggunaan pertanyaan, ungkapan persetujuan, dan berbagi pengalaman pribadi. Report talk, sebaliknya, adalah komunikasi yang mengutamakan penyampaian informasi, penegasan dominasi, dan penetapan status. Jenis pembicaraan ini sering diasosiasikan dengan laki- laki dan dicirikan oleh keterusterangan, ketegasan, dan penggunaan fakta dan opini untuk mendukung suatu posisi.
  • 25. Komponen Genderlect Theory a. Private Speaking vs Public Speaking Tannen menyatakan bahwa dalam budaya Barat, laki-laki sering dipandang lebih terampil dalam situasi publik dan formal, seperti pidato dan presentasi, sementara perempuan lebih terampil dalam situasi pribadi dan informal, seperti percakapan sehari-hari dengan keluarga dan teman-teman. Hal ini menurut Tannen karena laki-laki lebih sering didorong untuk menonjolkan diri dan memimpin dalam situasi publik, sementara perempuan lebih sering didorong untuk bersikap kooperatif dan empatik dalam situasi pribadi. Namun, Tannen menekankan bahwa perbedaan ini tidak bersifat absolut dan tidak harus dijadikan sebagai patokan untuk menilai kemampuan seseorang dalam berkomunikasi. Setiap individu memiliki keunikan dan kecenderungan masing-masing dalam berkomunikasi, dan penting untuk menghargai dan memperhatikan preferensi komunikasi orang lain saat berinteraksi.
  • 26. Komponen Genderlect Theory b. Telling a Story Tannen mencatat bahwa laki-laki bercerita lebih banyak daripada perempuan—terutama lelucon (jokes). Menceritakan lelucon adalah cara maskulin untuk menegosiasikan status. Cerita lucu yang diutarakan laki-laki memiliki tujuan untuk menarik perhatian dan mengangkat statusnya sebagai “storyteller” dibandingkan dengan audiens lainnya. Ketika laki-laki tidak mencoba untuk melucu, mereka bercerita di mana mereka adalah seorang pahlawan, sering kali bertindak sendiri untuk mengatasi hambatan besar. Di sisi lain, perempuan cenderung mengungkapkan keinginan mereka untuk berkomunitas dengan bercerita tentang orang lain. Pada kesempatan langka ketika seorang perempuan adalah karakter dalam narasinya sendiri, dia biasanya menggambarkan dirinya melakukan sesuatu yang bodoh daripada bertindak dengan cara yang cerdas. Meremehkan diri ini menempatkannya pada level yang sama dengan para pendengarnya, sehingga memperkuat jaringan dukungannya.
  • 27. Komponen Genderlect Theory c. Listening Seorang perempuan mendengarkan cerita atau penjelasan cenderung melakukan kontak mata, menawarkan anggukan kepala, dan bereaksi dengan ya, uh-huh, mmm, benar, atau tanggapan lain yang menunjukkan saya sedang mendengarkan Anda. Bagi seorang laki-laki yang peduli dengan status, gaya mendengarkan aktif yang terbuka itu bisa berarti menandakan bahwa dia setuju dengan argumen yang ada, jadi dia menghindari menempatkan dirinya dalam posisi tunduk, atau rendah hati. d. Asking Questions Perempuan mengajukan pertanyaan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Tannen mencatat bahwa ketika perempuan menyatakan pendapat seperti "Itu film yang bagus, bukan begitu?" Hal ini melunakkan potensi ketidaksepakatan yang mungkin membuat orang berselisih. Dengan begini, lawan bicara juga diundang untuk berpartisipasi dalam dialog yang terbuka dan bersahabat. Tapi bagi laki-laki, hal ini membuatnya tampak plin-plan.
  • 28. Komponen Genderlect Theory e. Conflict Karena laki-laki melihat hidup sebagai kontes, banyak laki-laki lebih nyaman dengan konflik dan karena itu cenderung tidak menahan diri. Sedangkan bagi sebagian besar perempuan, konflik merupakan ancaman terhadap hubungan—yang harus dihindari dengan cara apa pun.
  • 29. Kritik pada Genderlect Theory Meskipun teori ini telah diterima secara luas dan telah menjadi dasar untuk penelitian tentang perbedaan gender dalam komunikasi, namun beberapa kritik telah diajukan terhadap Genderlect Theory, di antaranya: 1. Generalisasi yang Berlebihan Kritik terhadap Genderlect Theory adalah bahwa teori ini cenderung mengeneralisasi perbedaan gender dalam komunikasi dan membuat klaim umum yang tidak dapat diterapkan pada individu secara spesifik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perbedaan dalam gaya komunikasi dapat terjadi dalam kelompok gender yang sama, sehingga membuat teori ini terlalu menyederhanakan kompleksitas komunikasi manusia.
  • 30. Kritik pada Genderlect Theory 2. Reduksi Kompleksitas Genderlect Theory cenderung menyederhanakan perbedaan gender menjadi dua kategori yang berlawanan (laki-laki vs. perempuan), tanpa mempertimbangkan variasi dalam kelompok gender tersebut. Teori ini juga cenderung mengabaikan faktor- faktor lain seperti agama, etnis, dan latar belakang sosial yang dapat memengaruhi gaya komunikasi seseorang. 3. Kesalahan Interpretasi Kesalahan Interpretasi: Teori ini seringkali disalahartikan atau digunakan untuk membenarkan stereotip gender. Beberapa orang menggunakan teori ini untuk mengklaim bahwa perempuan lebih "lemah lembut" dan cenderung berbicara lebih banyak daripada laki-laki, sementara laki-laki lebih "tertutup" dan cenderung bersikap lebih agresif. Padahal, stereotip seperti ini tidak selalu berlaku dan dapat menyebabkan kesalahpahaman dan ketidakadilan dalam komunikasi dan interaksi sosial.
  • 31. Power Distance dalam Komunikasi Gender? ● Power Distance atau jarak kekuasaan adalah konsep yang mengacu pada perbedaan dalam cara manusia memandang dan memperlakukan kekuasaan dalam kehidupan sosial dan budaya mereka. Dalam konteks komunikasi gender, power distance dapat mempengaruhi cara individu memandang dan memperlakukan perbedaan gender dalam hubungan interpersonal. ● Dalam budaya yang memiliki power distance tinggi, perbedaan gender dapat menjadi lebih menonjol dalam hubungan interpersonal. Laki-laki seringkali dianggap lebih berkuasa dan dihormati, sementara perempuan diharapkan untuk patuh dan tunduk terhadap keinginan laki-laki. Hal ini dapat mempengaruhi cara individu memandang dan berkomunikasi dengan pasangan mereka, di mana pihak yang dianggap lebih berkuasa dapat memanipulasi atau mengendalikan komunikasi dengan cara yang tidak sehat atau tidak seimbang.
  • 32. Power Distance dalam Komunikasi Gender? ● Dalam konteks hubungan yang sama, perbedaan gender dapat menciptakan power distance yang tidak sehat jika tidak ditangani dengan benar. Sebagai contoh, dalam hubungan heterosexual, laki-laki sering kali diharapkan untuk lebih aktif dalam memulai dan memimpin percakapan, sementara perempuan diharapkan untuk lebih pasif dan menerima. Hal ini dapat menyebabkan perempuan merasa kurang memiliki kendali dalam hubungan mereka, dan memperburuk kesenjangan kekuasaan antara pasangan.
  • 33. Power Distance dalam Komunikasi Gender? ● Untuk mengurangi power distance dalam komunikasi gender, penting untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang perbedaan gender dan kesetaraan gender dalam hubungan interpersonal. Hal ini dapat dilakukan melalui komunikasi yang terbuka, empatik, dan responsif, serta dengan mengakui dan menghargai perspektif dan kebutuhan pasangan masing-masing secara merata. Selain itu, membangun hubungan yang sehat dan merata dalam hubungan interpersonal dapat membantu mengurangi power distance dan menciptakan hubungan yang lebih seimbang dan adil.