Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Ā
Komunikasi Gender 8_Media dan Politik Representasi (II).pptx
1. Komunikasi Gender #8
Rinta Arina Manasikana, M.A.
Representasi Gender
dalam Media: Media dan
Politik Representasi (II)
2. ā¢ Pada pertemuan ini kita akan melihat bagaimana kuasa
dipraktikkan oleh media dan dalam media.
ā¢ Kita perlu melihat media bukan sebagai institusi yang netral,
tetapi sebagai aparatus yang bekerja secara idelogis.
ā¢ Media adalah agen dalam memproduksi makna. Institusi
yang memiliki orientasi kepada kepentingan-kepentingan
tertentu.
Media dan Politik Representasi
4. ā¢ Dari contoh teks berita tersebut, kita bisa melihat bahwa satu
teks berita bisa merekrut satu kelompok, tetapi di waktu
yang sama bisa menyingkirkan kelompok yang lainnya.
ā¢ Ada mekanisme inklusi (sikap mengajak masuk,
mengikutsertakan) dan sikap eksklusi (menghalangi,
menghambat, mengeluarkan) seseorang maupun satu
kelompok dalam teks ini.
ā¢ Di sini kita bisa melihat bahwa ada ākuasaā yang digerakkan
dan dipraktikkan dalam media.
ā¢ Terdapat pemilihan-pemilihan kata yang tidak netralļ
menunjukkan adanya kuasa media dalam menggiring opini
masyarakat.
Media dan Politik Representasi
5. Ketika teman-teman mendengar kata representasi, apa
yang pertama kali teman-teman pikirkan?
āPolitisi DPR Nilai Erick Thohir Cawapres Representasi
Kaum Mudaā
āNasi Tumpeng sebagai Bentuk Representasi
Hubungan antara Tuhan dengan Manusiaā
Kata yang sama merujuk pada pengertian yang
berbeda. Di mana yang pertama menunjukkan arti
āmewakiliā dan pada kalimat kedua menunjukkan
āmenggambarkanā = Representasi
Memahami Konsep Representasi
6. Memahami Konsep Representasi
Vertreten
-menjadi proksi
-menjadi agen
Darstellen
-menggambarkan
-mendeskripsikan
reprƤsentieren
(memiliki arti yang lebih
dekat dengan vetreten,
penggunaan lebih formal)
-mewakili, bertindak
sebagai agen
Vertreten merupakan konsep representasi yang merujuk pada tindakan mewakili, menyubstitusi,
dan berbicara atas nama orang lain (to speak for), seperti dalam konteks representasi politik.
Sementara darstellen adalah konsep re-presentasi yang merujuk pada tindakan menampilkan
atau menghadirkan kembali, menggambarkan, mendeskripsikan, memotret, atau mementaskan.
7. ā¢ Representasi ļ bisa dijelaskan sebagai menggambarkan,
menghadirkan kembali.
Yang dihadirkan di media sudah ada seleksi, parsial: realitas yang
ditunjukkan itu by selection oleh media. Misalnya membicarakan
bencana alam, yang dihighlight/diekspose oleh media adalah bagian
yang āpentingā dan sudah pasti bersifat parsial karena tidak
semuanya ditunjukkan/menjadi topik utama.
Konsep representasi yang menghadirkan kembali, tidak pernah
netral, ada bingkai dan pilihan perspektifļ kasus korupsi, yang
dihighlight adalah kemewahan/hedonisme istri.
Representasi adalah praktik pemberian makna (giving meaning) yang
tidak netral dan tidak bebas nilai (Stuart Hall)ļ sifatnya politis,
karena ada usaha untuk mempengaruhi orang lain.
Representation is Political
Media dan Politik Representasi
8. āThe Production of The Meaning of The Concepts in our Mind
Through Languageā
Dengan definisi ini, Hall mengkritik pemahaman bahwa
representasi sekadar menangkap dan menampilkan kembali
makna-makna yang sudah ada sebelumnya.
Pemahaman seperti ini meyakini bahwa sesuatu (objek, orang,
peristiwa) memiliki true meaning yang stabil, yang tidak pernah
berubah dan bersifat final.
Representasi tidak bekerja seperti cermin, yang hanya
merefleksikan atau menghadirkan kembali makna yang sudah
fixed tadi.
Media dan Politik Representasi
9. Representasi yang dipahami sebagai proses menghadirkan
kembali, pada dasarnya ada praktik pemberian makna.
Misalnya: seperti saat ada sebuah bencana, stasiun tv
merepresentasikan bencana dalam liputan beritanya. Bencana
tidak dengan sendirinya memiliki makna yang bersifat tetap dan
final, yang menunggu untuk ditangkap dan dihadirkan kembali
dalam bentuk berita di layar tv. Namun, bencana baru punya
makna ketika direpresentasikan dalam bentuk berita, fotografi
dsb.
Makna bencana yang dihadirkan kembali oleh tv, bisa jadi
berbeda dengan yang dihadirkan oleh fotografi atau dalam film,
karena tidak ada true meaning yang melekat pada bencana tsb.
Lalu apakah setiap individu memproduksi maknanya sendiri
tentang sesuatu?
Media dan Politik Representasi
10. Jawabannyaļ Tidak.
Karena makna bukanlah milik personal, melainkan milik
bersama karena terkait dengan peta konseptual yang kita
pelajari dari kultur tempat kita hidup.
Representasi dalam hal ini dibagi dalam 2 tahap oleh Hall,
yaitu:
1. Representasi Mental: ketika kita menghubungkan
konsep-konsep yang ada dalam pikiran kita dengan
objek, orang, atau peristiwa yang ada di sekitar kita. Kita
bisa memberi makna terhadap berbagai hal, berangkat
dari konsep yang kita pelajari dan internalisasi dari
budaya yang kita hidupi.
Media dan Politik Representasi
11. 2. Praktik Penandaan: tahap kedua ini adalah tahap ketika kita
menghubungkan konsep yang ada di pikiran kita dengan
tanda-tanda seperti suara, kata-kata, gambar, dll agar
makna tentang berbagai objek, orang, dan peristiwa bisa
kita komunikasikan dan pertukarkan dengan orang lain (yang
terorganisir dalam bahasa)ļ linguistik, citra, visual.
Media dan Politik Representasi
12. ā¢ Meminjam konsep Karl Marx dan Gayatri Spivak,
Representasi juga bisa dipahami sebagai mewakili.
ā¢ Tetapi pada kenyataannya, suara dan kepentingan subjek
yang diwakili cenderung tidak bisa dikenali dan didengar.
ā¢ Kita harus peka. Ketika seorang subjek yang tadinya tidak
pernah dimunculkan di media, tiba-tiba muncul di media,
apakah representasinya sudah mewakili? Atau justru
sebaliknya hanya mereproduksi stereotipe/menegaskan
kembali stigma yang ada?
Media dan Politik Representasi
14. Problem Representasi
primitif/priĀ·miĀ·tif/ a 1 dalam keadaan yang sangat sederhana; belum maju
(tentang peradaban; terbelakang): kebudayaan --; 2 sederhana; kuno (tidak
modern tentang peralatan): senjata-senjata --
17. Representasi memang selalu bersifat politis.
Persoalannya, kita cenderung menerima segala hal
tersebut secara taken for granted.
Kita harus kritis. Misalnya, ketika seorang hadir di ruang
representasi, hadir saja tidak cukup. Representasi bukan
sekadar muncul, melainkan juga mengapa dan bagaimana
ia dimunculkan.
Ketika seorang dihadirkan di ruang representasi, kita harus
menanyakan hal-hal berikut:
ā¢ Siapa/apa yang dibicarakan?
ā¢ Siapa yang berbicara dalam/melalui teks?
ā¢ Perspektif siapa/apa yang digunakan untuk berbicara?
ā¢ Bagaimana cara membicarakannya?
ā¢ Moda sapaan?
ā¢ Dalam kontes apa subjek tersebut dihadirkan?
ā¢ Mengapa?
Politik Representasi