(A) Rencana persiapan dan manajemen perawatan luka korban bencana meliputi pencegahan risiko darurat, penilaian kondisi luka, pembersihan dan perawatan luka, evaluasi, serta kolaborasi tim medis multidisiplin untuk memastikan penanganan yang tepat.
2. Konsep Luka
Definisi :
Luka a/ terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera
atau proses pembedahan (Agustina, 2009).
Etiologi :
1. Luka insisi, terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam
2. Luka memar, terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan
bengkak.
3. Luka lecet, terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yg biasanya
dengan benda yg tidak tajam
4. Luka tusuk, terjadi akibat adanya benda seperti peluru atau pisau yg masuk
ke dlm kulit dgn diameter kecil
5. Luka gores, terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau kawat
6. Luka tembus, yaitu luka yg menembus organ tubuh biasanya pada bagian
awal masuk diameternya kecil tapi pada bagian ujung lukanya melebar
7. Luka bakar, yaitu luka yg diakibatkan oleh paparan panas, misal api dan
bahan kimia
8. Luka gigitan hewan, disebabkan adanya gigitan hewan liar atau piaraan.
3. Konsep Perawatan Luka
1. Pembersihan Luka
Meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan
luka.
Menghindari terjadinya infeksi.
Membuang jaringan nekrosis.
Langkah-Langkah pembersihan luka yaitu :
a. Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan utk membuang
jaringan mati dan benda asing.
b. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
c. Berikan antiseptic.
d. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian
anastesi local.
e. Bila perlu lakukan penutupan luka.
4. Lanjutan………
2. Penutupan Luka
Mengupayakan kondisi lingkungan bersih sehingga proses
penyembuhan berlangsung optimal.
Hindari penutupan primer pada luka terinfeksi dan meradang, luka kotor.
3. Pembalutan
Pertimbangan dlm menutup dan membalut luka sangat tergantung pada
penilaian kondisi luka.
Memilih balutan :
A. Permukaan lembab yg sedang dan seimbang.
B. Sesuai dengan kondisi luka.
C. Manajemen luka yg benar.
5. Lanjutan……..
Tujuan pembalutan :
a. Melindungi luka dari kontaminasi mikroorganisme.
b. Membantu hemostasis.
c. Mempercepat penyembuhan dengan cara menyerap drainase dan
untuk melakukan debridement luka.
d. Menyangga atau mengencangkan tepi luka.
e. Melindungi klien agar tdk melihat keadaan luka.
f. Meningkatkan isolasi suhu pada permukaan luka.
g. Sebagai fiksasi dan efek penekanan yg mencegah berkumpulnya
rembesan darah yang menyebabkan hematom.
h. Mempertahankan kelembaban yang tinggi diantara luka dengan
balutan.
6. Klasifikasi Luka Berdasarkan Sifatnya :
Luka Akut :
Luka baru terjadi dan pada penyembuhannya sesuai periode waktu yg
diharapkan atau sesuai konsep penyembuhan luka akut, dengan
kategori luka akut pembedahan dan luka akut bukan pembedahan.
Prinsip manajemen luka akut :
1. Luka akut mrpkn luka trauma yg biasanya segera mendapat
penanganan dan dapat sembuh dengan baik.
2. Tdk terjadi komplikasi serta sembuh sesuai konsep proses
penyembuhan.
3. Re-Epitelisasi terjadi dalam 24-48 jam pertama.
4. Tdk melakukan penggantian balutan berulang-ulang.
5. Luka operasi dapat dianggap luka akut yang dibuat oleh ahli
bedah.
6. Contoh : luka sayat, luka bakar, luka tusuk, crush injury.
7. Lanjutan………….
Luka kronis :
Luka yg proses penyembuhannya mengalami keterlambatan atau
bahkan kegagalan.
Prinsip perawatan luka kronik :
1. Pengkajian berkelanjutan.
2. Persiapan dasar luka.
3. Prinsip penanganan dengan steril dan bersih.
4. Peningkatan kualitas hidup pasien.
5. Pendidikan kesehatan pasien dan keluarga.
6. Perbaikan aktivitas kesehatan pasien sehari-hari hingga
kemampuan optimal.
8. Perawatan Luka Korban Bencana
Tsunami dan Gempa
Jika seseorang mengalami luka akibat bencana, yang pertama harus
diperhatikan adalah melihat jenis lukanya.
Selain itu perlu juga menentukan apakah luka tersebut membutuhkan
pengobatan khusus dari tenaga medis atau tidak.
Jika luka yang dialami adalah luka tertutup berupa luka lecet atau gores,
bagian tubuh yang luka dapat digerakkan seperti biasa, dan tidak ada
nyeri hebat pada luka, kemungkinan besar luka tersebut dapat diobati
sendiri.
Meski begitu, luka seperti itu tak boleh dianggap sepele. Perawatan
lukanya harus sangat diperhatikan agar tak terjadi infeksi.
9. Lanjutan…………
Berikut ini yang harus dilakukan segera bila ada luka korban tsunami:
1. Hindarkan luka terkena air dari tsunami. Kondisi air yang kotor sisa tsunami
rentan membawa kuman yang bisa mengakibatkan infeksi.
2. Sebisa mungkin, segera cari air mengalir yang bersih (misalnya air minum
dalam botol) dan sabun. Lalu cuci luka dengan air mengalir dan sabun.
Bersihkan luka dari pasir atau kotoran lainnya. Bila perlu, gunakan sikat
gigi yang lembut untuk membantu membersihkan luka.
3. Jika berada dalam lingkungan yang aman dan bersih, luka boleh dibiarkan
terbuka dan sembuh dengan sendirinya.
10. Lanjutan………….
Jenis luka berikut ini membutuhan pertolongan khusus tenaga medis:
1. Luka terbuka (terlihat jaringan lunak, otot, atau banyak darah di daerah
luka).
2. Terdapat kemerahan, bengkak, atau nanah di bagian tubuh yang
mengalami luka.
3. Bagian tubuh yang mengalami luka sulit digerakkan karena amat nyeri.
4. Luka disertai adanya demam tinggi.
5. Luka disertai adanya kaku otot atau kejang otot.
6. Terdapat sesak napas, berdebar-debar, atau gangguan kesadaran.
11. Lanjutan………….
Pertolongan pertama yang harus dilakukan adalah:
Cegah infeksi pada luka
Untuk mencegah infeksi pada luka, orang yang akan merawat luka harus mencuci tangannya dengan air bersih
dan sabun terlebih dahulu. Jika tak ada air bersih, Anda bisa menggunakan hand sanitizer. Sebisa mungkin,
hindari menyentuh luka terbuka dengan tangan.
Hentikan perdarahan pada luka
Lihat dengan saksama, apakah darah terus menerus mengalir pada luka tersebut. Jika ya, carilah kain pembalut
luka (perban) atau kain bersih lainnya. Selanjutnya, letakkan perban pada daerah luka dan tekan bagian
tersebut dengan tangan selama setidaknya 3-5 menit terus menerus untuk menghentikan perdarahan. Setelah
itu, amati apakah perdarahannya sudah berhenti. Jika belum, lakukan hal yang sama selama lima menit lagi.
Begitu seterusnya.
Cegah tetanus
Untuk mencegah tetanus, nantinya tim medis akan memberikan vaksinasi dan imunoglobulin antitetanus.
Namun sebelum itu dilakukan, hal yang tak kalah penting untuk mencegah tetanus adalah dengan mencuci luka
dengan air mengalir dan sabun. Alirkan air (misalnya air minum) ke daerah luka, lalu secara lembut dan
perlahan, gosok luka dengan air dan sabun hingga tak ada kotoran menempel pada luka.
Tutup luka dengan perban tahan air (waterproof)
Jika yakin bahwa luka bisa dibersihkan dengan optimal, maka luka sebaiknya ditutup setelah pencucian luka
selesai. Idealnya, luka ditutup dengan perban tahan air. Namun jika ini tak tersedia, sementara waktu bisa juga
luka ditutup dengan plastik yang bersih. Namun demikian, jika tak semua kotoran di daerah luka bisa
dibersihkan, justru sebaiknya luka tak ditutup. Penutupan luka justru akan ”menjebak” bakteri untuk berkembang
biak di daerah luka.
Konsumsi obat anti nyeri
Jika rasa nyeri pada luka mulai terasa mengganggu, boleh mengonsumsi untuk membantu meredakan nyeri.
Obat antinyeri yang dijual bebas - misalnya parasetamol – bisa menjadi pilihan.
12. Penangan luka pada situasi Bencana
Pencegahan Risiko Situasi Darurat – Risk Emergency Situation (A)
Rencana persiapan dan manajemen perawatan luka (B), (C), (D), (E)
Langkah Evaluasi (F)
Kolaborasi multidisiplin (G)
13. Lanjutan……….
Pencegahan Risiko Situasi Darurat
Fase pertama difokuskan pada pencegahan risiko situasi darurat
sebelum melakukan manajemen perawatan luka.
Kode A – Airway and Manajement (Bersihkan jalan napas dan
manajemen ABC – Airway Breathing Circulasi).
Lakukan Survey Primer.
Apabila Kode A selesai, lanjutkan pengkajian sekunder.
14. Lanjutan……….
Persiapan perencanaan dan manajemen perawatan luka.
Tahap kedua a/ rencana persiapan dan prosedur perawatan luka yg
memiliki 4 tahap tugas, yaitu Kode B, C, D dan E yg efisien dan
bermanfaat utk mengukur kondisi luka dan proses penyembuhan luka,
serta utk meminimalkan risiko infeksi.
Kode B – base line wound assessment (pengkajian luka utama),
Dalam kondisi bencana luka akut setidaknya harus dikaji setiap 48
jam utk melihat perkembangan penyembuhan luka dan
mengevaluasi hasil dari dressing yang digunakan.
Hasil pengkajian harus dilaporkan dan didokumentasikan meliputi
karakteristik luka, termasuk lokasi, bentuk, ukuran, kedalaman, tepi,
undermining (destruksi jaringan yg terjadi dibawah kulit) dan
tunneling (saluran dari suatu luka yg menghubungkan subcutan atau
otot), karakteristik jaringan nekrotik, karakteristik drainase atau
eksudat, warna kulit disekitarnya, edema jaringan perifer dan
indurasi dan adanya jaringan granulasi dan epitelisasi.
15. Lanjutan………..
Kode C – Cleaning - Pembersihan Luka
Irigasi yg tepat (menuangkan cairan ke luka) dapat secara signifikan
menurunkan risiko infeksi.
Cairan pembersih haruskan cairan mudah digunakan dan non sitotoksik
seperti normal saline atau air keran. Membuang jaringan mati atau
benda asing, jika tdk dpt menghindari infeksi maka harus lakukan
debridement.
Kode D - Dressing dan Dokumentasi
Luka yg dirawat dengan dressing modern dan aplikasi penyerap cairan
dari penyerapan moderate sampai banyak seperti hidrokoloid, calcium
alginate, zinc cream, foam.
Dokumentasi utk penilaian luka harus menjadi bagian dari kebijakan
dan prosedur.
16. Lanjutan………..
Kode E - Evaluasi dan Transfer
Fase ini adalah kondisi unik tentang evakuasi, transfer antra triase
dan mengirim pasien setelah luka dibalut.
Pasien akan dikirim ke 3 pilihan yaitu antara basecamp, posko
rumah sakit atau RSUD.
Manajemen ABC harus dilakukan sebelum transport pasien.
17. Lanjutan………
Evaluasi
Evaluasi penggantian balutan luka atau perawatan lanjutan adalah fase
yang sangat penting antara 3 hingga 5 hari karena merupakan
pergantian dari proses inflamasi ke tahap proliferasi.
Kode F - Follow Up.
Follow up care atau re evaluasi adalah proses utk melihat
perkembangan atau dampak dari balutan topical yang diberikan.
Perawat luka menggunakan skor indicator performance utk
mengevaluasi dan menilai perkembangan pasien terhadap outcame
pasien dalam kerangka tujuan.
Pengkajian ulang luka dan pengkajian adanya inflamasi atau infeksi
yg persistent adalah focus dari evaluasi yang menunjukkan bahwa
luka membaik atau memburuk.
Jika infeksi terjadi dan penggunaan balutan topical tdk tepat
diiindikasikan dengan adanya kegagalan perkembangan
penyembuhan luka, maka rujuk pasien ke rumah sakit.
18. Lanjutan…………..
Kolaborasi
Pendekatan kolaborasi interprofesional atau multidisipin selama
perawatan sejak awal hingga fase rehabilitasi yg kurang lebih akan
membutuhkan waktu 0-3 minggu akan membantu utk menyelamatkan
nyawa pasien dan mencegah dari kerusakan atau cidera lebih lanjut.
Pasien luka akan dikirim ke RS utk memperoleh perawatan intensif.
Kode G - Kolaborasi dan Pendekatan Multidisiplin.
Jika luka bertambah buruk dan terinfeksi, surgical debridement dan
antibiotic sistemik sangat dibutuhkan utk mengatasi infeksi secara
signifikan.
Buatlah rujukan segera apabila menemukan luka yg membutuhkan
perawatan lebih kepada praktisi yg lebih terampil dan memiliki
pengetahuan lebih.