SlideShare a Scribd company logo
1 of 52
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
KABUPATEN BATANG
PUSKESMAS BLADO I
2023
Mini
Project
STUDI DESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) BERBAHAN PANGAN
LOKAL PADA BALITA DI DESA BLADO DAN DESA BAWANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLADO I
PERIODE OKTOBER – DESEMBER 2022
Presentan: dr. Andika Ridwan Nugraha Harahap
Dokter Pendamping PIDI: dr. Dian Putri Permaisuri
Pendahuluan
Latar Belakang
Balita  rentan mengalami masalah gizi
terutama masalah kekurangan gizi (kurus,
pendek, gizi kurang)
Dampak kekurangan gizi pada balita:
1. Menurunnya kemampuan kognitif dan
kecerdasan anak
2. Penurunan daya tahan tubuh 
meningkatkan angka kesakitan,
kecacatan, dan kematian
Intan WP. Evaluasi program pemberian makanan tambahan pemulihan terhadap status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Bukit Surungan Kota Padang Panjang tahun 2017
[Skripsi]. Padang: Universitas Andalas; 2018.
Masalah Gizi Balita di Indonesia
7,7%
21,6
%
Berdasarkan Survei Status Gizi
Indonesia (SSGI) tahun 2022
Prevalensi Balita
mengalami wasted
Prevalensi Balita
mengalami stunted
Bagaimana dengan masalah
gizi balita di Provinsi Jawa
Tengah?
Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
Masalah Gizi Balita di Jawa Tengah
Data dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
tahun 2021 menunjukkan:
6,2%
Balita gizi kurang
8,9%
Balita pendek
3,7%
Balita kurus
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil kesehatan Jawa Tengah tahun 2021. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah; 2022.
02
04
03
01
Faktor Penyebab Masalah Gizi
Kekurangan
Asupan
Makanan Bergizi
Seringnya
Terinfeksi
Penyakit
Pola Asuh Tidak
Baik
Kurangnya
Pengetahuan
Rendahnya Akses
ke Pelayanan
Kesehatan
Kondisi Sosial
Ekonomi
05 06
Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
55,7%
Balita angka asupan energi dan protein
kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Data Survei Diet Total tahun 2014
Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
Upaya Penanggulangan Masalah Gizi
Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
adalah program intervensi bagi balita yang
menderita gizi kurang yang bertujuan untuk
meningkatkan status gizi anak dan untuk
mencukupi kebutuhan zat gizi anak agar
tercapai status gizi dengan kondisi yang
baik sesuai dengan umur anak. Melalui
kegiatan PMT berbahan pangan lokal
diharapkan dapat mendorong kemandirian
keluarga dalam penyediaan pangan bergizi
dengan memanfaatkan potensi pangan
lokal secara berkelanjutan.
Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
Melihat kondisi tersebut, dipandang perlu dilakukan upaya pencegahan terjadinya
masalah gizi kurang atau gizi buruk dengan PMT bahan dasar lokal setempat
Rumusan Masalah
Bagaimana proses pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
berbahan pangan lokal di Desa Blado dan Desa Bawang di wilayah kerja
Puskesmas Blado I periode Oktober – Desember 2022?
Tujuan Penulisan
Mengetahui pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan
pangan lokal di Desa Blado dan Desa Bawang di wilayah kerja Puskesmas
Blado I periode Oktober – Desember 2022
Manfaat Penulisan
Bagi Penulis
Bagi Institusi
Bagi Masyarakat
01
03
02
Tinjauan Pustaka
Tumbuh Kembang
Pertumbuhan: bertambahnya ukuran dan
jumlah sel serta jaringan interselular, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
sebagian atau keseluruhan , sehingga dapat
diukur dengan satuan panjang dan berat
Bersifat dua:
• Linear  menggambarkan status gizi
dihubungkan masa lampau  co: tinggi
badan
• Massa jaringan  menggambarkan status
gizi dihubungkan masa sekarang  co:
berat badan
Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI; 2012
Barstow C dan Rerucha C. American Family Physician. 2015
Perkembangan
Perkembangan:
• bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan
sebagai hasil proses pematangan
• menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem
organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsi di dalamnya termasuk pula
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya
Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI; 2012
Aspek Perkembangan
1. Gerak kasar atau motorik kasar: berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri dan
sebagainya.
2. Gerak halus atau motorik halus: berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil,
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit,
menulis dan sebagainya.
3. Kemampuan bicara dan bahasa: berhubungan dengan kemampuan untuk
memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan
sebagainya.
4. Sosialisasi dan kemandirian: berhubungan dengan kemampuan mandiri anak
(makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan
ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya
Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI; 2012
Penilaian Status Gizi
Antropometri
• Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka
antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi.
• secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada
pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan
tubuh.
Supariasa IDN, Bakti B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016
Indeks Antropometri
Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
• Memberikan gambaran massa tubuh
• Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang
mendadak, misalnya terserang penyakit infeksi,
menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah
makanan yang dikonsumsi
• Menggambarkan status gizi seseorang saat ini
(current nutritional status).
Supariasa IDN, Bakti B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016
Indeks Antropometri
Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
• Menggambarkan keadaan pertumbuhan skletal
• Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan
akan nampak dalam waktu yang relatif lama
• Menggambarkan status gizi masa lalu
Supariasa IDN, Bakti B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016
Indeks Antropometri
Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
• Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan
akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan
dengan kecepatan tertentu
• Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk
menilai status gizi saat ini
Supariasa IDN, Bakti B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016
PMT Berbahan Pangan Lokal
• Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal merupakan salah
satu strategi penanganan masalah gizi pada balita dengan masalah gizi kurang
• Melalui kegiatan PMT berbahan pangan lokal diharapkan dapat mendorong
kemandirian keluarga dalam penyediaan pangan bergizi dengan memanfaatkan
potensi pangan lokal secara berkelanjutan
• Bertujuan untuk memperbaiki status gizi pada balita berat badan kurang
(underweight), balita gizi kurang (wasted) baik dengan atau tanpa stunting. Selain
itu, juga bertujuan untuk mencegah balita mengalami masalah gizi yang lebih berat
pada kasus balita tidak naik berat badan.
Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
1. MT Lokal diberikan dalam bentuk makanan siap santap
berupa makanan lengkap atau makanan kudapan padat
gizi
2. MT hanya sebagai tambahan bukan pengganti makanan
utama/di luar konsumsi makanan utama
3. Pemberian MT dilakukan setiap hari dengan komposisi
minimal 1x makanan lengkap dan sisanya berupa makanan
kudapan
4. Pemberian MT untuk memenuhi gap kebutuhan gizi balita
gizi kurang
5. Pemberian MT dilakukan setiap hari sekurang-kurangnya
selama 90 hari disertai edukasi gizi
6. Pemberian MT lokal dibiayai dari dana DAK, namun dapat
juga dari bantuan lainnya
PRINSIP DASAR
PMT
BERBASIS PANGAN LOKAL
Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
Standar MT Lokal
Bagi Balita Gizi Kurang
Tambahan
Asupan
Gizi
Usia Balita
6 – 11
bulan
12-23
bulan
24-59
bulan
Kalori
(kkal)
175 – 200 225 – 275 300-450
Protein
(gr)
3.5 – 8 4.5 - 11 6 - 18
Lemak (gr) 4.4 – 13 5.6 – 17.9 7.5 – 29.3
WHO (2012) menyebutkan, balita gizi kurang membutuhkan asupan tambahan sebesar
25 kkal/kgBB ideal/hari dengan 8-16% dari total energi berasal protein
untuk mencapai penambahan BB sebesar 5 g/kg BB/hari.
Mempertimbangkan standar kebutuhan gizi usia 6-59 bulan yang berkisar antara 800-1400 kalori dan
protein 15-25 g (AKG, 2019) serta rekomendasi CMAM (2014) yang menyebutkan setidaknya 30% energi
dari lemak maka standar MT Lokal Balita Gizi Kurang seperti tersebut diatas.
Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
Dari Standar MT Balita Gizi Kurang yang telah ditetapkan, dapat
dipenuhi melalui komposisi MT sbb:
Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Studi penelitian deskriptif
Tempat Penelitian
Posyandu Balita Desa Blado dan Desa Bawang, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, Jawa
Tengah
Waktu Penelitian
November 2022 – Desember 2022
Subjek Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah balita yang melakukan penimbangan bulanan di
Posyandu Balita Desa Blado dan Desa Bawang. Pemilihan besar sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik total sampling yaitu semua balita yang memenuhi kriteria dijadikan
menjadi sampel penelitian
Instrumen Penelitian & Pengambilan Data Penelitian
Data yang dihimpun merupakan data sekunder yang berasal dari hasil penimbangan berat
badan dan tinggi badan yang diukur setiap minggunya selama periode Pemberian Makan
Tambahan berbahan pangan lokal
Analisis Data
Analisis univariat yaitu analisis yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian dan
menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Analisis data menggunakan piranti
lunak Microsoft Excel.
Hasil dan
Pembahasan
Kondisi Lokasi Penelitian
Puskesmas Blado I
Luas wilayah kerja : 41,20 km²
Daerah wilayah terluas : Desa Keteleng (8,83
km²)
Daerah wilayah terkecil: Desa Blado (1,47 km²)
Jumlah Penduduk: 31.137 jiwa (755,75 jiwa/km²)
Daerah terpadat: Desa Blado (2992,52 jiwa/
km²)
Daerah terlapang: Desa Bismo (183,87 jiwa/
km²)
Pelaksanaan PMT Lokal di Wilayah
Kerja Puskesmas Blado I
• Dilakukan di Desa Blado dan Desa Bawang yang merupakan wilayah kerja
Puskesmas Blado I selama 72 hari (20 Oktober 2022 – 30 Desember 2022)
• Pengambilan sampel dilakukan dengan dilakukannya kegiatan PMT bersama di
rumah kader dengan kegiatan terdiri dari acara pengukuran dan makan bersama
setiap hari
• Makanan yang diberikan berupa makanan kudapan selama 6 hari dalam satu
minggu dan diberikan menu makanan lengkap di akhir minggu sekaligus dilakukan
penimbangan
• Jumlah sampel: 7 anak balita yang memenuhi kriteria pemberian PMT dari 2 desa
wilayah kerja Puskesmas Blado I, dengan jumlah masing-masing sampel per desa
sebanyak 5 balita untuk Desa Blado dan 2 balita untuk Desa Bawang
Desa Blado (sebelum kegiatan PMT)
No Inisial Balita JK Usia
(bulan)
BB (kg) TB (cm) Status Gizi (Kurva WHO 2006)
BB/U TB/U BB/TB
1 RAZ P 49 11,5 93 Underweight Stunted Normal
2 ASF P 37 10,7 87 Underweight Stunted Normal
3 AIS P 31 10,1 83 Underweight Stunted Normal
4 AA L 26 9,8 84 Underweight Normal Normal
5 FR L 19 8,3 75 Underweight Stunted Normal
Desa Blado (1 bulan berjalan Kegiatan PMT Lokal)
No Inisial Balita JK Usia (bulan) BB awal (kg) BB
sekarang
(kg)
TB awal (kg) TB akhir
(cm)
1 RAZ P 50 11,5 11,6 93 93,5
2 ASF P 38 10,7 11,0 87 87
3 AIS P 32 10,1 10,5 83 83,5
4 AA L 27 9,8 10,0 84 84,5
5 FR L 20 8,3 8,6 75 75
Rata-rata kenaikan berat badan: 0,26 kg (260 gram)
Rata-rata kenaikan tinggi badan: 0,3 cm
Desa Blado (setelah kegiatan PMT)
No Inisial
Balita
JK Usia
(bulan)
BB
awal
(kg)
BB akhir
(kg)
TB awal
(cm)
TB akhir
(cm)
Status Gizi (Kurva WHO 2006)
BB/U TB/U BB/TB
1 RAZ P 51 11,5 11,8 93 94 Underweight Stunted Normal
2 ASF P 39 10,7 11,4 87 88 Normal Stunted Normal
3 AIS P 33 10,1 11,1 83 84 Normal Stunted Normal
4 AA L 28 9,8 10,5 84 85 Normal Normal Normal
5 FR L 21 8,3 9,1 75 75 Normal Severely
stunted
Normal
Rata-rata kenaikan berat badan: 0,35 kg (350 gram)/bulan
Rata-rata kenaikan tinggi badan: 0,4 cm/bulan
Kenaikan BB setelah PMT Lokal Desa
Blado
Peningkatan BB Frekuensi Presentasi (%)
Naik 4 80
Tidak Naik 1 20
Total 5 100
Desa Bawang (sebelum kegiatan PMT)
No Inisial Balita JK Usia
(bulan)
BB (kg) TB (cm) Status Gizi (Kurva WHO 2006)
BB/U TB/U BB/TB
1 QQA P 31 9,5 84 Underweight Stunted Normal
2 SAO P 22 8,7 78 Underweight Stunted Normal
Desa Bawang (1 bulan berjalan Kegiatan PMT Lokal)
No Inisial Balita JK Usia (bulan) BB awal (kg) BB
sekarang
(kg)
TB awal (kg) TB akhir
(cm)
1 QQA P 32 9,5 10,3 84 85
2 SAO P 23 8,7 9,0 78 79
Rata-rata kenaikan berat badan: 0,55 kg (550 gram)
Rata-rata kenaikan tinggi badan: 1 cm
Desa Bawang (setelah kegiatan PMT)
No Inisial
Balita
JK Usia
(bulan)
BB
awal
(kg)
BB akhir
(kg)
TB awal
(cm)
TB akhir
(cm)
Status Gizi (Kurva WHO 2006)
BB/U TB/U BB/TB
1 QQA P 33 9,5 10,7 84 86 Normal Normal Normal
2 SAO P 24 8,7 9,4 78 80 Normal Normal Normal
Rata-rata kenaikan berat badan: 0,495 kg (495 gram)/bulan
Rata-rata kenaikan tinggi badan: 1 cm/bulan
Kenaikan BB setelah PMT Lokal Desa
Bawang
Peningkatan BB Frekuensi Presentasi (%)
Naik 2 100
Tidak Naik 0 0
Total 2 100
Pembahasan
Dalam menjalankan upaya pemulihan gizi pada balita yang mengalami masalah gizi,
Desa Blado dan Desa Bawang melaksanakan Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan
Lokal berbahan Pangan Lokal. Didapatkan 7 balita yang menjadi sasaran pemberian
PMT Lokal, masing-masing 5 balita di Desa Blado dan 2 balita di Desa Bawang. Dari
ketujuh balita tersebut, semuanya mengalami masalah gizi berupa berat badan kurang
(underweight), 6 balita mengalami masalah gizi berupa pendek (stunted). Masalah
kurang gizi terjadi karena asupan makanan yang tidak adekuat, pemberian ASI yang
tidak eksklusif, pengetahuan ibu yang kurang tentang gizi seimbang anak, sosial
ekonomi rendah dan budaya
Suantari NM. Hubungan pemberian makanan tambahan penyuluhan dengan peningkatan berat badan bayi usia 6–12 bulan [Skripsi]. Denpasar: Politeknik Kesehatan Kemenkes
Denpasar; 2021
Pembahasan
Tingkat pengetahuan dari orang tua (ibu dan ayah bayi) dipengaruhi oleh pendidikan.
Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
Seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan cenderung untuk mendapatkan
informasi, baik dari orang lain maupun dari media masa. Semakin banyak informasi
yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang
dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Pada dasarnya pengetahuan akan mempengaruhi sikap seseorang
untuk berperilaku. Kurangnya pengetahuan dan salah konsep tentang kebutuhan
pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan
dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam
masalah kurang gizi/lain sebab yang penting dari gangguan gizi adalah kekurangan
pengetahan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
Suantari NM. Hubungan pemberian makanan tambahan penyuluhan dengan peningkatan berat badan bayi usia 6–12 bulan [Skripsi]. Denpasar: Politeknik Kesehatan Kemenkes
Denpasar; 2021
Pembahasan
Secara umum pelaksanaan kegiatan PMT Lokal di Desa Blado dan Desa Bawang sudah
terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan status gizi balita di
Desa Blado yaitu dari 5 balita dengan berat badan kurang (underweight), 4 balita
mengalami kenaikan berat badan menjadi berat badan normal. Rata-rata kenaikan
berat badan balita yang diberikan PMT Lokal di Desa Blado mencapai 350 gram/bulan.
Sebanyak 80% balita juga mengalami kenaikan berat badan minimal yaitu 200
gram/bulan. Namun, sebanyak 20% balita tidak mengalami kenaikan berat badan
minimal.
Pembahasan
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi kenaikan berat badan:
1. Jumlah pemberian makanan
Beberapa balita saat pengamatan tidak menghabiskan PMT Lokal dan membawa
pulang PMT Lokal  mempengaruhi jumlah makanan yang diberikan dan kurangnya
pengawasan apakah makanan PMT dihabiskan sesuai porsinya
Pemberian makanan tambahan tidak dilakukan secara benar maka dapat
mengakibatkan anak mengalami gangguan pertumbuhan. Pemberian yang salah
seperti dari segi porsi dan frekuensi dan pemilihan bahan makanan yang kurang tepat
atau kurang dari kebutuhan gizi anak dapat menyebabkan anak tidak tercukupi
kebutuhannya nutrisinya atau justru kelebihan sehingga berdampak pada grafik
pertumbuhan berat badannya yang dibawah normal
Suantari NM. Hubungan pemberian makanan tambahan penyuluhan dengan peningkatan berat badan bayi usia 6–12 bulan [Skripsi]. Denpasar: Politeknik Kesehatan Kemenkes
Denpasar; 2021
Pembahasan
2. Faktor eksternal: Kesalahan dalam pengukuran antropometri
Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi,
dan validitas pengukuran antropometri gizi. Sumber kesalahan biasanya berhubungan
dengan latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak ditera, dan
kesulitan pengukuran
• Supariasa IDN, Bakti B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016
• Wahyuni NKD. Gambaran pola konsumsi dan status gizi baduta. Denpasar: Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar; 2020.
• Utami NWA. Modul antropometri. Denpasar: Universitas Udayana; 2016
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan karena studi deskriptif adalah jenis penelitian yang
mendeskripsikan suatu populasi, situasi, atau fenomena yang sedang diteliti tidak
menentukan apakah ada hubungan sebab akibat
Penutup
Simpulan
1. Secara umum pelaksanaan kegiatan PMT Lokal sudah terlaksana dengan baik
2. Sebanyak 4 balita di Desa Blado dan 2 balita di Desa Bawang mengalami perubahan
status gizi dari berat badan kurang menjadi berat badan normal setelah diberikan PMT
Lokal
3. Terjadi peningkatan berat badan minimal 200 gram/bulan pada 80% balita di Desa
Blado dan 100% balita di Desa Bawang setelah diberikan PMT Lokal
4. Rata-rata peningkatan berat badan balita di Desa Blado sebesar 350 gram/bulan dan
495 gram/bulan di Desa Bawang
5. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status gizi adalah jumlah dan frekuensi
pemberian makan dan kesalahan saat pengukuran antropometri
Meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang
standar pemberian makan pada anak baduta dan gizi
seimbang untuk meningkatkan status gizi anak melalui
edukasi seperti penyuluhan langsung seperti penyuluhan
dalam gedung, kelas ibu hamil atau kelas ibu balita, maupun
penyuluhan tidak langsung seperti melalui media cetak
berupa pamflet dan poster atau melalui media sosial
Bagi Institusi
(Puskesmas
Blado I)
Saran
Melakukan pelatihan kader tentang cara melakukan
antropometri yang benar untuk meminimalisasi kesalahan
dalam pengukuran yang dapat berakibat ketidakurasian data
penimbangan
Bagi Institusi
(Puskesmas
Blado I)
Saran
Memastikan apakah pemberian PMT Lokal diberikan sesuai
dengan porsinya dengan cara membuat grup Whatsapp dan
ibu dari anak yang mendapatkan PMT Lokal melaporkan
apakah anaknya menghabiskan PMT yang diberikan untuk
optimalisasi kegiatan PMT Lokal
Bagi
Masyarakat
Saran
Dapat mengembangkan penelitian ini menjadi penelitian
analitik untuk menilai adanya hubungan sebab akibat dan
menggunakan kelompok kontrol
Bagi Peneliti
Lain
Saran
Daftar Pustaka
1. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023.
2. Lestari P. Sistem pendukung keputusan penerima bantuan pemberian makanan tamabahan (PMT) pemulihan untuk balita menggunakan
metode simple additive weighting (SAW) [Skripsi]. Kudus: Universitas Muria Kudus; 2015.
3. Intan WP. Evaluasi program pemberian makanan tambahan pemulihan terhadap status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Bukit
Surungan Kota Padang Panjang tahun 2017 [Skripsi]. Padang: Universitas Andalas; 2018.
4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil kesehatan Jawa Tengah tahun 2021. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah;
2022.
5. Handayani L. Evaluasi program pemberian tambahan balita. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. 2008;11(1):20–26.
6. Arumsari W. Evaluasi pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) pada balita BGM tahun 2013. Jember: Universitas Jember; 2014.
7. Suantari NM. Hubungan pemberian makanan tambahan penyuluhan dengan peningkatan berat badan bayi usia 6–12 bulan [Skripsi].
Denpasar: Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar; 2021.
8. Dinas Kesehatan Kabupaten Batang. Profil kesehatan Kabupaten Batang tahun 2020. Batang: Dinas Kesehatan Kabupaten Batang; 2021.
9. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan
kesehatan dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012.
10. Supariasa IDN, Bakti B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016.
11. Ryadinency R, Hadju V, Syam A. Asupan gizi makro, penyakit infeksi, dan status pertumbuhan anak usia 6–7 tahun di Kawasan
Pembuangan Akhir Makassar. Makassar: Universitas Hasanudin; 2012.
12. Kementerian Kesehatan RI. Situasi balita pendek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2016.
13. Yuliana I. Faktor-faktor penentu disparitas prevalensi stunting pada balita di berbagai kabupaten/kota di Indonesia. Bogor: Institut
Pertanian Bogor; 2015.
14. Dewey KE, Begum K. Long-term consequences of stunting in early life. Department of Nutrition, University of California; 2011.
Daftar Pustaka
15. Black RE, Victoria CG, Walker SP, Bhutt ZA, Christian P, Onis MD, et al. Maternal and child undernutrition and overweight in low-income
and middle-income countries. Lancet. 2013; 382: 427–51.
16. Bosch AM, Baqui AH, Ginneken JKV. Early-life determinants of stunted adolescent girls and boys in Matlab, Bangladesh. J Health Popul
Nutr. 2008: 188–99.
17. Nasution D, Nurdiati DS, Huriyati E. Berat badan lahir rendah (BBLR) dengan kejadian stunting pada anak usia 6–24 bulan. Jurnal Gizi
Klinis Indonesia. 2014; 11: 317.
18. Zottarelli LK, Sunil TS, Rajaram S. Influence of parental and socioeconomic factors on stunting in children under 5 years in Egypt. La
Revue de la Mediterrance orientale. 2007; 13: 1330–42.
19. Welasasih BD, Wirjatmadi RB. Beberapa faktor yang berhubungan dengan status gizi balita stunting. Surabaya: Universitas Airlangga;
2012.
20. Dewi IAKC, Adhi KT. Pengaruh konsumsi protein dan seng serta riwayat penyakit infeksi terhadap kejadian stunting pada anak balita umur
24–59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Nusa Penida III. Arc Com Health. 2016; 3(1): 36–46.
21. Annan RA, Webb PBR. Management of moderate acute malnutrition (MAM). Current Knowledge and Practice. 2014; 37.
22. Irwan. Pemberian PMT modifikasi berbasis kearifan lokal pada balita stunting dan gizi kurang. Jurnal Sibermas (Sinergi Pemberdayaan
Masyarakat). 2019; 8(2): 140–50.
23. Wahyuni NKD. Gambaran pola konsumsi dan status gizi baduta. Denpasar: Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar; 2020.
24. Utami NWA. Modul antropometri. Denpasar: Universitas Udayana; 2016.
25. Nelista Y, Fembi DN. Pengaruh pemberian makanan tambahan pemulihan berbahan dasar lokal terhadap perubahan berat badan balita gizi
kurang. PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2021; 2(3): 1228–34.
Terima
Kasih

More Related Content

What's hot

Edukasi dan Pencegahan Respiratory Distress Syndrome
Edukasi dan Pencegahan  Respiratory Distress SyndromeEdukasi dan Pencegahan  Respiratory Distress Syndrome
Edukasi dan Pencegahan Respiratory Distress Syndromeandikabudiarto
 
Deteksi dini gangguan tumbuh kembang
Deteksi dini gangguan tumbuh kembangDeteksi dini gangguan tumbuh kembang
Deteksi dini gangguan tumbuh kembangJoni Iswanto
 
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponiblecase report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponiblemuhammad ikhlas yakin
 
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus MalariaBuku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus Malariahersu12345
 
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKSulistia Rini
 
penyakit jantung bawaan
penyakit jantung bawaanpenyakit jantung bawaan
penyakit jantung bawaanDina Yanti
 
PEMERIKSAAN BAYI DAN RESUSITASI
PEMERIKSAAN BAYI DAN RESUSITASIPEMERIKSAAN BAYI DAN RESUSITASI
PEMERIKSAAN BAYI DAN RESUSITASIMuhammad Nasrullah
 
Perubahan persalinan, 3 pP f
Perubahan persalinan, 3 pP fPerubahan persalinan, 3 pP f
Perubahan persalinan, 3 pP fharry christama
 
Bedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavusBedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavusAsep Hermana
 
Ppt hipospadia
Ppt hipospadiaPpt hipospadia
Ppt hipospadiaMidwife
 
Juknis HIV: Panduan VCT
Juknis HIV: Panduan VCTJuknis HIV: Panduan VCT
Juknis HIV: Panduan VCTIrene Susilo
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialisfikri asyura
 

What's hot (20)

Low back pain, flags
Low back pain, flagsLow back pain, flags
Low back pain, flags
 
Edukasi dan Pencegahan Respiratory Distress Syndrome
Edukasi dan Pencegahan  Respiratory Distress SyndromeEdukasi dan Pencegahan  Respiratory Distress Syndrome
Edukasi dan Pencegahan Respiratory Distress Syndrome
 
Deteksi dini gangguan tumbuh kembang
Deteksi dini gangguan tumbuh kembangDeteksi dini gangguan tumbuh kembang
Deteksi dini gangguan tumbuh kembang
 
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponiblecase report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
 
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus MalariaBuku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
 
Radiology pada urolithiasis
Radiology pada urolithiasisRadiology pada urolithiasis
Radiology pada urolithiasis
 
Keluarga.revisi 2011
Keluarga.revisi 2011Keluarga.revisi 2011
Keluarga.revisi 2011
 
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
 
penyakit jantung bawaan
penyakit jantung bawaanpenyakit jantung bawaan
penyakit jantung bawaan
 
PEMERIKSAAN BAYI DAN RESUSITASI
PEMERIKSAAN BAYI DAN RESUSITASIPEMERIKSAAN BAYI DAN RESUSITASI
PEMERIKSAAN BAYI DAN RESUSITASI
 
Perubahan persalinan, 3 pP f
Perubahan persalinan, 3 pP fPerubahan persalinan, 3 pP f
Perubahan persalinan, 3 pP f
 
Bedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavusBedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavus
 
Px neurologi fix
Px neurologi fixPx neurologi fix
Px neurologi fix
 
Ppt hipospadia
Ppt hipospadiaPpt hipospadia
Ppt hipospadia
 
Invaginasi
InvaginasiInvaginasi
Invaginasi
 
Ileus obstruksi final
Ileus obstruksi finalIleus obstruksi final
Ileus obstruksi final
 
Juknis HIV: Panduan VCT
Juknis HIV: Panduan VCTJuknis HIV: Panduan VCT
Juknis HIV: Panduan VCT
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
Ensefalitis tb
Ensefalitis tbEnsefalitis tb
Ensefalitis tb
 
Letak lintang
Letak lintangLetak lintang
Letak lintang
 

Similar to MINI PROJECT ANDIKA.pptx

pdf-tor-pmt-lokal_compress.docx
pdf-tor-pmt-lokal_compress.docxpdf-tor-pmt-lokal_compress.docx
pdf-tor-pmt-lokal_compress.docxsukraini
 
STUNTING ARYA COMPLETE.pptx
STUNTING ARYA COMPLETE.pptxSTUNTING ARYA COMPLETE.pptx
STUNTING ARYA COMPLETE.pptxSieningsih
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...Anisa Imaniar
 
357837265-Kerangka-Acuan-Tata-Laksana-Gizi-Buruk.pdf
357837265-Kerangka-Acuan-Tata-Laksana-Gizi-Buruk.pdf357837265-Kerangka-Acuan-Tata-Laksana-Gizi-Buruk.pdf
357837265-Kerangka-Acuan-Tata-Laksana-Gizi-Buruk.pdfAhmadSyaifudin54
 
357837265-Kerangka-Acuan-Tata-Laksana-Gizi-Buruk.pdf
357837265-Kerangka-Acuan-Tata-Laksana-Gizi-Buruk.pdf357837265-Kerangka-Acuan-Tata-Laksana-Gizi-Buruk.pdf
357837265-Kerangka-Acuan-Tata-Laksana-Gizi-Buruk.pdfAhmadSyaifudin54
 
PERAN PKK DALAM PEMBIASAAN MAKANAN SEHAT DAN BERGIZI.pptx
PERAN PKK DALAM PEMBIASAAN MAKANAN SEHAT DAN BERGIZI.pptxPERAN PKK DALAM PEMBIASAAN MAKANAN SEHAT DAN BERGIZI.pptx
PERAN PKK DALAM PEMBIASAAN MAKANAN SEHAT DAN BERGIZI.pptxRendyPerdanaSamosir
 
MAKALAH STANTING.docx
MAKALAH STANTING.docxMAKALAH STANTING.docx
MAKALAH STANTING.docxanwarsyarif
 
1. Masalah Gizi di Indonesia.pptx
1. Masalah Gizi di Indonesia.pptx1. Masalah Gizi di Indonesia.pptx
1. Masalah Gizi di Indonesia.pptxOktoviaKaka
 
Triple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfTriple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfMursidTriSusilo2
 
Materi_Paparan_Wagub__HGN_tahun_2024.pptx
Materi_Paparan_Wagub__HGN_tahun_2024.pptxMateri_Paparan_Wagub__HGN_tahun_2024.pptx
Materi_Paparan_Wagub__HGN_tahun_2024.pptxRitaSahara12
 
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdf
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdfscribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdf
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdfHerman673394
 
PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptx
PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptxPENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptx
PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptxMiraMarianaUlfah1
 

Similar to MINI PROJECT ANDIKA.pptx (20)

pdf-tor-pmt-lokal_compress.docx
pdf-tor-pmt-lokal_compress.docxpdf-tor-pmt-lokal_compress.docx
pdf-tor-pmt-lokal_compress.docx
 
Kelompok Sasaran Intervensi
Kelompok Sasaran IntervensiKelompok Sasaran Intervensi
Kelompok Sasaran Intervensi
 
STUNTING ARYA COMPLETE.pptx
STUNTING ARYA COMPLETE.pptxSTUNTING ARYA COMPLETE.pptx
STUNTING ARYA COMPLETE.pptx
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
 
CEGAH STUNTING PENTING.pptx
CEGAH STUNTING PENTING.pptxCEGAH STUNTING PENTING.pptx
CEGAH STUNTING PENTING.pptx
 
357837265-Kerangka-Acuan-Tata-Laksana-Gizi-Buruk.pdf
357837265-Kerangka-Acuan-Tata-Laksana-Gizi-Buruk.pdf357837265-Kerangka-Acuan-Tata-Laksana-Gizi-Buruk.pdf
357837265-Kerangka-Acuan-Tata-Laksana-Gizi-Buruk.pdf
 
357837265-Kerangka-Acuan-Tata-Laksana-Gizi-Buruk.pdf
357837265-Kerangka-Acuan-Tata-Laksana-Gizi-Buruk.pdf357837265-Kerangka-Acuan-Tata-Laksana-Gizi-Buruk.pdf
357837265-Kerangka-Acuan-Tata-Laksana-Gizi-Buruk.pdf
 
PERAN PKK DALAM PEMBIASAAN MAKANAN SEHAT DAN BERGIZI.pptx
PERAN PKK DALAM PEMBIASAAN MAKANAN SEHAT DAN BERGIZI.pptxPERAN PKK DALAM PEMBIASAAN MAKANAN SEHAT DAN BERGIZI.pptx
PERAN PKK DALAM PEMBIASAAN MAKANAN SEHAT DAN BERGIZI.pptx
 
Modul 2
Modul 2Modul 2
Modul 2
 
Modul 2
Modul 2Modul 2
Modul 2
 
MAKALAH STANTING.docx
MAKALAH STANTING.docxMAKALAH STANTING.docx
MAKALAH STANTING.docx
 
MAKALAH STANTING.docx
MAKALAH STANTING.docxMAKALAH STANTING.docx
MAKALAH STANTING.docx
 
1. Masalah Gizi di Indonesia.pptx
1. Masalah Gizi di Indonesia.pptx1. Masalah Gizi di Indonesia.pptx
1. Masalah Gizi di Indonesia.pptx
 
Juknis pmt-2017
Juknis pmt-2017Juknis pmt-2017
Juknis pmt-2017
 
Triple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfTriple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdf
 
mpasi idai.pdf
mpasi idai.pdfmpasi idai.pdf
mpasi idai.pdf
 
Materi_Paparan_Wagub__HGN_tahun_2024.pptx
Materi_Paparan_Wagub__HGN_tahun_2024.pptxMateri_Paparan_Wagub__HGN_tahun_2024.pptx
Materi_Paparan_Wagub__HGN_tahun_2024.pptx
 
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdf
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdfscribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdf
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdf
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptx
PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptxPENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptx
PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptx
 

Recently uploaded

Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptxAyu Rahayu
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxPuskesmasTete
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfSeruniArdhia
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 

Recently uploaded (20)

Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 

MINI PROJECT ANDIKA.pptx

  • 1. KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA KABUPATEN BATANG PUSKESMAS BLADO I 2023 Mini Project STUDI DESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) BERBAHAN PANGAN LOKAL PADA BALITA DI DESA BLADO DAN DESA BAWANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLADO I PERIODE OKTOBER – DESEMBER 2022 Presentan: dr. Andika Ridwan Nugraha Harahap Dokter Pendamping PIDI: dr. Dian Putri Permaisuri
  • 3. Latar Belakang Balita  rentan mengalami masalah gizi terutama masalah kekurangan gizi (kurus, pendek, gizi kurang) Dampak kekurangan gizi pada balita: 1. Menurunnya kemampuan kognitif dan kecerdasan anak 2. Penurunan daya tahan tubuh  meningkatkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian Intan WP. Evaluasi program pemberian makanan tambahan pemulihan terhadap status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Bukit Surungan Kota Padang Panjang tahun 2017 [Skripsi]. Padang: Universitas Andalas; 2018.
  • 4. Masalah Gizi Balita di Indonesia 7,7% 21,6 % Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 Prevalensi Balita mengalami wasted Prevalensi Balita mengalami stunted Bagaimana dengan masalah gizi balita di Provinsi Jawa Tengah? Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
  • 5. Masalah Gizi Balita di Jawa Tengah Data dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2021 menunjukkan: 6,2% Balita gizi kurang 8,9% Balita pendek 3,7% Balita kurus Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil kesehatan Jawa Tengah tahun 2021. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah; 2022.
  • 6. 02 04 03 01 Faktor Penyebab Masalah Gizi Kekurangan Asupan Makanan Bergizi Seringnya Terinfeksi Penyakit Pola Asuh Tidak Baik Kurangnya Pengetahuan Rendahnya Akses ke Pelayanan Kesehatan Kondisi Sosial Ekonomi 05 06 Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
  • 7. 55,7% Balita angka asupan energi dan protein kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) Data Survei Diet Total tahun 2014 Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
  • 8. Upaya Penanggulangan Masalah Gizi Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah program intervensi bagi balita yang menderita gizi kurang yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi anak dan untuk mencukupi kebutuhan zat gizi anak agar tercapai status gizi dengan kondisi yang baik sesuai dengan umur anak. Melalui kegiatan PMT berbahan pangan lokal diharapkan dapat mendorong kemandirian keluarga dalam penyediaan pangan bergizi dengan memanfaatkan potensi pangan lokal secara berkelanjutan. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
  • 9. Melihat kondisi tersebut, dipandang perlu dilakukan upaya pencegahan terjadinya masalah gizi kurang atau gizi buruk dengan PMT bahan dasar lokal setempat
  • 10. Rumusan Masalah Bagaimana proses pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal di Desa Blado dan Desa Bawang di wilayah kerja Puskesmas Blado I periode Oktober – Desember 2022? Tujuan Penulisan Mengetahui pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal di Desa Blado dan Desa Bawang di wilayah kerja Puskesmas Blado I periode Oktober – Desember 2022
  • 11. Manfaat Penulisan Bagi Penulis Bagi Institusi Bagi Masyarakat 01 03 02
  • 13. Tumbuh Kembang Pertumbuhan: bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan , sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat Bersifat dua: • Linear  menggambarkan status gizi dihubungkan masa lampau  co: tinggi badan • Massa jaringan  menggambarkan status gizi dihubungkan masa sekarang  co: berat badan Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012
  • 14. Barstow C dan Rerucha C. American Family Physician. 2015
  • 15. Perkembangan Perkembangan: • bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan • menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsi di dalamnya termasuk pula perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012
  • 16. Aspek Perkembangan 1. Gerak kasar atau motorik kasar: berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya. 2. Gerak halus atau motorik halus: berhubungan dengan kemampuan anak melakukan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya. 3. Kemampuan bicara dan bahasa: berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya. 4. Sosialisasi dan kemandirian: berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012
  • 17. Penilaian Status Gizi Antropometri • Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. • secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh. Supariasa IDN, Bakti B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016
  • 18. Indeks Antropometri Berat Badan Menurut Umur (BB/U) • Memberikan gambaran massa tubuh • Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi • Menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status). Supariasa IDN, Bakti B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016
  • 19. Indeks Antropometri Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) • Menggambarkan keadaan pertumbuhan skletal • Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama • Menggambarkan status gizi masa lalu Supariasa IDN, Bakti B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016
  • 20. Indeks Antropometri Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) • Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu • Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini Supariasa IDN, Bakti B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016
  • 21. PMT Berbahan Pangan Lokal • Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal merupakan salah satu strategi penanganan masalah gizi pada balita dengan masalah gizi kurang • Melalui kegiatan PMT berbahan pangan lokal diharapkan dapat mendorong kemandirian keluarga dalam penyediaan pangan bergizi dengan memanfaatkan potensi pangan lokal secara berkelanjutan • Bertujuan untuk memperbaiki status gizi pada balita berat badan kurang (underweight), balita gizi kurang (wasted) baik dengan atau tanpa stunting. Selain itu, juga bertujuan untuk mencegah balita mengalami masalah gizi yang lebih berat pada kasus balita tidak naik berat badan. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
  • 22. 1. MT Lokal diberikan dalam bentuk makanan siap santap berupa makanan lengkap atau makanan kudapan padat gizi 2. MT hanya sebagai tambahan bukan pengganti makanan utama/di luar konsumsi makanan utama 3. Pemberian MT dilakukan setiap hari dengan komposisi minimal 1x makanan lengkap dan sisanya berupa makanan kudapan 4. Pemberian MT untuk memenuhi gap kebutuhan gizi balita gizi kurang 5. Pemberian MT dilakukan setiap hari sekurang-kurangnya selama 90 hari disertai edukasi gizi 6. Pemberian MT lokal dibiayai dari dana DAK, namun dapat juga dari bantuan lainnya PRINSIP DASAR PMT BERBASIS PANGAN LOKAL Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
  • 23. Standar MT Lokal Bagi Balita Gizi Kurang Tambahan Asupan Gizi Usia Balita 6 – 11 bulan 12-23 bulan 24-59 bulan Kalori (kkal) 175 – 200 225 – 275 300-450 Protein (gr) 3.5 – 8 4.5 - 11 6 - 18 Lemak (gr) 4.4 – 13 5.6 – 17.9 7.5 – 29.3 WHO (2012) menyebutkan, balita gizi kurang membutuhkan asupan tambahan sebesar 25 kkal/kgBB ideal/hari dengan 8-16% dari total energi berasal protein untuk mencapai penambahan BB sebesar 5 g/kg BB/hari. Mempertimbangkan standar kebutuhan gizi usia 6-59 bulan yang berkisar antara 800-1400 kalori dan protein 15-25 g (AKG, 2019) serta rekomendasi CMAM (2014) yang menyebutkan setidaknya 30% energi dari lemak maka standar MT Lokal Balita Gizi Kurang seperti tersebut diatas. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
  • 24. Dari Standar MT Balita Gizi Kurang yang telah ditetapkan, dapat dipenuhi melalui komposisi MT sbb: Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
  • 26. Rancangan Penelitian Studi penelitian deskriptif Tempat Penelitian Posyandu Balita Desa Blado dan Desa Bawang, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, Jawa Tengah Waktu Penelitian November 2022 – Desember 2022 Subjek Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah balita yang melakukan penimbangan bulanan di Posyandu Balita Desa Blado dan Desa Bawang. Pemilihan besar sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu semua balita yang memenuhi kriteria dijadikan menjadi sampel penelitian Instrumen Penelitian & Pengambilan Data Penelitian Data yang dihimpun merupakan data sekunder yang berasal dari hasil penimbangan berat badan dan tinggi badan yang diukur setiap minggunya selama periode Pemberian Makan Tambahan berbahan pangan lokal Analisis Data Analisis univariat yaitu analisis yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian dan menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Analisis data menggunakan piranti lunak Microsoft Excel.
  • 28. Kondisi Lokasi Penelitian Puskesmas Blado I Luas wilayah kerja : 41,20 km² Daerah wilayah terluas : Desa Keteleng (8,83 km²) Daerah wilayah terkecil: Desa Blado (1,47 km²) Jumlah Penduduk: 31.137 jiwa (755,75 jiwa/km²) Daerah terpadat: Desa Blado (2992,52 jiwa/ km²) Daerah terlapang: Desa Bismo (183,87 jiwa/ km²)
  • 29. Pelaksanaan PMT Lokal di Wilayah Kerja Puskesmas Blado I • Dilakukan di Desa Blado dan Desa Bawang yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Blado I selama 72 hari (20 Oktober 2022 – 30 Desember 2022) • Pengambilan sampel dilakukan dengan dilakukannya kegiatan PMT bersama di rumah kader dengan kegiatan terdiri dari acara pengukuran dan makan bersama setiap hari • Makanan yang diberikan berupa makanan kudapan selama 6 hari dalam satu minggu dan diberikan menu makanan lengkap di akhir minggu sekaligus dilakukan penimbangan • Jumlah sampel: 7 anak balita yang memenuhi kriteria pemberian PMT dari 2 desa wilayah kerja Puskesmas Blado I, dengan jumlah masing-masing sampel per desa sebanyak 5 balita untuk Desa Blado dan 2 balita untuk Desa Bawang
  • 30. Desa Blado (sebelum kegiatan PMT) No Inisial Balita JK Usia (bulan) BB (kg) TB (cm) Status Gizi (Kurva WHO 2006) BB/U TB/U BB/TB 1 RAZ P 49 11,5 93 Underweight Stunted Normal 2 ASF P 37 10,7 87 Underweight Stunted Normal 3 AIS P 31 10,1 83 Underweight Stunted Normal 4 AA L 26 9,8 84 Underweight Normal Normal 5 FR L 19 8,3 75 Underweight Stunted Normal
  • 31. Desa Blado (1 bulan berjalan Kegiatan PMT Lokal) No Inisial Balita JK Usia (bulan) BB awal (kg) BB sekarang (kg) TB awal (kg) TB akhir (cm) 1 RAZ P 50 11,5 11,6 93 93,5 2 ASF P 38 10,7 11,0 87 87 3 AIS P 32 10,1 10,5 83 83,5 4 AA L 27 9,8 10,0 84 84,5 5 FR L 20 8,3 8,6 75 75 Rata-rata kenaikan berat badan: 0,26 kg (260 gram) Rata-rata kenaikan tinggi badan: 0,3 cm
  • 32. Desa Blado (setelah kegiatan PMT) No Inisial Balita JK Usia (bulan) BB awal (kg) BB akhir (kg) TB awal (cm) TB akhir (cm) Status Gizi (Kurva WHO 2006) BB/U TB/U BB/TB 1 RAZ P 51 11,5 11,8 93 94 Underweight Stunted Normal 2 ASF P 39 10,7 11,4 87 88 Normal Stunted Normal 3 AIS P 33 10,1 11,1 83 84 Normal Stunted Normal 4 AA L 28 9,8 10,5 84 85 Normal Normal Normal 5 FR L 21 8,3 9,1 75 75 Normal Severely stunted Normal Rata-rata kenaikan berat badan: 0,35 kg (350 gram)/bulan Rata-rata kenaikan tinggi badan: 0,4 cm/bulan
  • 33. Kenaikan BB setelah PMT Lokal Desa Blado Peningkatan BB Frekuensi Presentasi (%) Naik 4 80 Tidak Naik 1 20 Total 5 100
  • 34. Desa Bawang (sebelum kegiatan PMT) No Inisial Balita JK Usia (bulan) BB (kg) TB (cm) Status Gizi (Kurva WHO 2006) BB/U TB/U BB/TB 1 QQA P 31 9,5 84 Underweight Stunted Normal 2 SAO P 22 8,7 78 Underweight Stunted Normal
  • 35. Desa Bawang (1 bulan berjalan Kegiatan PMT Lokal) No Inisial Balita JK Usia (bulan) BB awal (kg) BB sekarang (kg) TB awal (kg) TB akhir (cm) 1 QQA P 32 9,5 10,3 84 85 2 SAO P 23 8,7 9,0 78 79 Rata-rata kenaikan berat badan: 0,55 kg (550 gram) Rata-rata kenaikan tinggi badan: 1 cm
  • 36. Desa Bawang (setelah kegiatan PMT) No Inisial Balita JK Usia (bulan) BB awal (kg) BB akhir (kg) TB awal (cm) TB akhir (cm) Status Gizi (Kurva WHO 2006) BB/U TB/U BB/TB 1 QQA P 33 9,5 10,7 84 86 Normal Normal Normal 2 SAO P 24 8,7 9,4 78 80 Normal Normal Normal Rata-rata kenaikan berat badan: 0,495 kg (495 gram)/bulan Rata-rata kenaikan tinggi badan: 1 cm/bulan
  • 37. Kenaikan BB setelah PMT Lokal Desa Bawang Peningkatan BB Frekuensi Presentasi (%) Naik 2 100 Tidak Naik 0 0 Total 2 100
  • 38. Pembahasan Dalam menjalankan upaya pemulihan gizi pada balita yang mengalami masalah gizi, Desa Blado dan Desa Bawang melaksanakan Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan Lokal berbahan Pangan Lokal. Didapatkan 7 balita yang menjadi sasaran pemberian PMT Lokal, masing-masing 5 balita di Desa Blado dan 2 balita di Desa Bawang. Dari ketujuh balita tersebut, semuanya mengalami masalah gizi berupa berat badan kurang (underweight), 6 balita mengalami masalah gizi berupa pendek (stunted). Masalah kurang gizi terjadi karena asupan makanan yang tidak adekuat, pemberian ASI yang tidak eksklusif, pengetahuan ibu yang kurang tentang gizi seimbang anak, sosial ekonomi rendah dan budaya Suantari NM. Hubungan pemberian makanan tambahan penyuluhan dengan peningkatan berat badan bayi usia 6–12 bulan [Skripsi]. Denpasar: Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar; 2021
  • 39. Pembahasan Tingkat pengetahuan dari orang tua (ibu dan ayah bayi) dipengaruhi oleh pendidikan. Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media masa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Pada dasarnya pengetahuan akan mempengaruhi sikap seseorang untuk berperilaku. Kurangnya pengetahuan dan salah konsep tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi/lain sebab yang penting dari gangguan gizi adalah kekurangan pengetahan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Suantari NM. Hubungan pemberian makanan tambahan penyuluhan dengan peningkatan berat badan bayi usia 6–12 bulan [Skripsi]. Denpasar: Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar; 2021
  • 40. Pembahasan Secara umum pelaksanaan kegiatan PMT Lokal di Desa Blado dan Desa Bawang sudah terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan status gizi balita di Desa Blado yaitu dari 5 balita dengan berat badan kurang (underweight), 4 balita mengalami kenaikan berat badan menjadi berat badan normal. Rata-rata kenaikan berat badan balita yang diberikan PMT Lokal di Desa Blado mencapai 350 gram/bulan. Sebanyak 80% balita juga mengalami kenaikan berat badan minimal yaitu 200 gram/bulan. Namun, sebanyak 20% balita tidak mengalami kenaikan berat badan minimal.
  • 41. Pembahasan Beberapa faktor yang dapat memengaruhi kenaikan berat badan: 1. Jumlah pemberian makanan Beberapa balita saat pengamatan tidak menghabiskan PMT Lokal dan membawa pulang PMT Lokal  mempengaruhi jumlah makanan yang diberikan dan kurangnya pengawasan apakah makanan PMT dihabiskan sesuai porsinya Pemberian makanan tambahan tidak dilakukan secara benar maka dapat mengakibatkan anak mengalami gangguan pertumbuhan. Pemberian yang salah seperti dari segi porsi dan frekuensi dan pemilihan bahan makanan yang kurang tepat atau kurang dari kebutuhan gizi anak dapat menyebabkan anak tidak tercukupi kebutuhannya nutrisinya atau justru kelebihan sehingga berdampak pada grafik pertumbuhan berat badannya yang dibawah normal Suantari NM. Hubungan pemberian makanan tambahan penyuluhan dengan peningkatan berat badan bayi usia 6–12 bulan [Skripsi]. Denpasar: Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar; 2021
  • 42. Pembahasan 2. Faktor eksternal: Kesalahan dalam pengukuran antropometri Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi. Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak ditera, dan kesulitan pengukuran • Supariasa IDN, Bakti B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016 • Wahyuni NKD. Gambaran pola konsumsi dan status gizi baduta. Denpasar: Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar; 2020. • Utami NWA. Modul antropometri. Denpasar: Universitas Udayana; 2016
  • 43. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan karena studi deskriptif adalah jenis penelitian yang mendeskripsikan suatu populasi, situasi, atau fenomena yang sedang diteliti tidak menentukan apakah ada hubungan sebab akibat
  • 45. Simpulan 1. Secara umum pelaksanaan kegiatan PMT Lokal sudah terlaksana dengan baik 2. Sebanyak 4 balita di Desa Blado dan 2 balita di Desa Bawang mengalami perubahan status gizi dari berat badan kurang menjadi berat badan normal setelah diberikan PMT Lokal 3. Terjadi peningkatan berat badan minimal 200 gram/bulan pada 80% balita di Desa Blado dan 100% balita di Desa Bawang setelah diberikan PMT Lokal 4. Rata-rata peningkatan berat badan balita di Desa Blado sebesar 350 gram/bulan dan 495 gram/bulan di Desa Bawang 5. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status gizi adalah jumlah dan frekuensi pemberian makan dan kesalahan saat pengukuran antropometri
  • 46. Meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang standar pemberian makan pada anak baduta dan gizi seimbang untuk meningkatkan status gizi anak melalui edukasi seperti penyuluhan langsung seperti penyuluhan dalam gedung, kelas ibu hamil atau kelas ibu balita, maupun penyuluhan tidak langsung seperti melalui media cetak berupa pamflet dan poster atau melalui media sosial Bagi Institusi (Puskesmas Blado I) Saran
  • 47. Melakukan pelatihan kader tentang cara melakukan antropometri yang benar untuk meminimalisasi kesalahan dalam pengukuran yang dapat berakibat ketidakurasian data penimbangan Bagi Institusi (Puskesmas Blado I) Saran
  • 48. Memastikan apakah pemberian PMT Lokal diberikan sesuai dengan porsinya dengan cara membuat grup Whatsapp dan ibu dari anak yang mendapatkan PMT Lokal melaporkan apakah anaknya menghabiskan PMT yang diberikan untuk optimalisasi kegiatan PMT Lokal Bagi Masyarakat Saran
  • 49. Dapat mengembangkan penelitian ini menjadi penelitian analitik untuk menilai adanya hubungan sebab akibat dan menggunakan kelompok kontrol Bagi Peneliti Lain Saran
  • 50. Daftar Pustaka 1. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023. 2. Lestari P. Sistem pendukung keputusan penerima bantuan pemberian makanan tamabahan (PMT) pemulihan untuk balita menggunakan metode simple additive weighting (SAW) [Skripsi]. Kudus: Universitas Muria Kudus; 2015. 3. Intan WP. Evaluasi program pemberian makanan tambahan pemulihan terhadap status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Bukit Surungan Kota Padang Panjang tahun 2017 [Skripsi]. Padang: Universitas Andalas; 2018. 4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil kesehatan Jawa Tengah tahun 2021. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah; 2022. 5. Handayani L. Evaluasi program pemberian tambahan balita. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. 2008;11(1):20–26. 6. Arumsari W. Evaluasi pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) pada balita BGM tahun 2013. Jember: Universitas Jember; 2014. 7. Suantari NM. Hubungan pemberian makanan tambahan penyuluhan dengan peningkatan berat badan bayi usia 6–12 bulan [Skripsi]. Denpasar: Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar; 2021. 8. Dinas Kesehatan Kabupaten Batang. Profil kesehatan Kabupaten Batang tahun 2020. Batang: Dinas Kesehatan Kabupaten Batang; 2021. 9. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012. 10. Supariasa IDN, Bakti B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016. 11. Ryadinency R, Hadju V, Syam A. Asupan gizi makro, penyakit infeksi, dan status pertumbuhan anak usia 6–7 tahun di Kawasan Pembuangan Akhir Makassar. Makassar: Universitas Hasanudin; 2012. 12. Kementerian Kesehatan RI. Situasi balita pendek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2016. 13. Yuliana I. Faktor-faktor penentu disparitas prevalensi stunting pada balita di berbagai kabupaten/kota di Indonesia. Bogor: Institut Pertanian Bogor; 2015. 14. Dewey KE, Begum K. Long-term consequences of stunting in early life. Department of Nutrition, University of California; 2011.
  • 51. Daftar Pustaka 15. Black RE, Victoria CG, Walker SP, Bhutt ZA, Christian P, Onis MD, et al. Maternal and child undernutrition and overweight in low-income and middle-income countries. Lancet. 2013; 382: 427–51. 16. Bosch AM, Baqui AH, Ginneken JKV. Early-life determinants of stunted adolescent girls and boys in Matlab, Bangladesh. J Health Popul Nutr. 2008: 188–99. 17. Nasution D, Nurdiati DS, Huriyati E. Berat badan lahir rendah (BBLR) dengan kejadian stunting pada anak usia 6–24 bulan. Jurnal Gizi Klinis Indonesia. 2014; 11: 317. 18. Zottarelli LK, Sunil TS, Rajaram S. Influence of parental and socioeconomic factors on stunting in children under 5 years in Egypt. La Revue de la Mediterrance orientale. 2007; 13: 1330–42. 19. Welasasih BD, Wirjatmadi RB. Beberapa faktor yang berhubungan dengan status gizi balita stunting. Surabaya: Universitas Airlangga; 2012. 20. Dewi IAKC, Adhi KT. Pengaruh konsumsi protein dan seng serta riwayat penyakit infeksi terhadap kejadian stunting pada anak balita umur 24–59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Nusa Penida III. Arc Com Health. 2016; 3(1): 36–46. 21. Annan RA, Webb PBR. Management of moderate acute malnutrition (MAM). Current Knowledge and Practice. 2014; 37. 22. Irwan. Pemberian PMT modifikasi berbasis kearifan lokal pada balita stunting dan gizi kurang. Jurnal Sibermas (Sinergi Pemberdayaan Masyarakat). 2019; 8(2): 140–50. 23. Wahyuni NKD. Gambaran pola konsumsi dan status gizi baduta. Denpasar: Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar; 2020. 24. Utami NWA. Modul antropometri. Denpasar: Universitas Udayana; 2016. 25. Nelista Y, Fembi DN. Pengaruh pemberian makanan tambahan pemulihan berbahan dasar lokal terhadap perubahan berat badan balita gizi kurang. PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2021; 2(3): 1228–34.