Mini proyek ini mengkaji pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan berbahan pangan lokal pada balita di dua desa di Kabupaten Batang. Studi deskriptif ini menggunakan data sekunder dari posyandu untuk mengetahui proses pemberian makanan tambahan dan menilai status gizi balita. Hasilnya diharapkan memberikan gambaran pelaksanaan program dan manfaat bagi masyarakat setempat.
1. KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
KABUPATEN BATANG
PUSKESMAS BLADO I
2023
Mini
Project
STUDI DESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) BERBAHAN PANGAN
LOKAL PADA BALITA DI DESA BLADO DAN DESA BAWANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLADO I
PERIODE OKTOBER – DESEMBER 2022
Presentan: dr. Andika Ridwan Nugraha Harahap
Dokter Pendamping PIDI: dr. Dian Putri Permaisuri
3. Latar Belakang
Balita rentan mengalami masalah gizi
terutama masalah kekurangan gizi (kurus,
pendek, gizi kurang)
Dampak kekurangan gizi pada balita:
1. Menurunnya kemampuan kognitif dan
kecerdasan anak
2. Penurunan daya tahan tubuh
meningkatkan angka kesakitan,
kecacatan, dan kematian
Intan WP. Evaluasi program pemberian makanan tambahan pemulihan terhadap status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Bukit Surungan Kota Padang Panjang tahun 2017
[Skripsi]. Padang: Universitas Andalas; 2018.
4. Masalah Gizi Balita di Indonesia
7,7%
21,6
%
Berdasarkan Survei Status Gizi
Indonesia (SSGI) tahun 2022
Prevalensi Balita
mengalami wasted
Prevalensi Balita
mengalami stunted
Bagaimana dengan masalah
gizi balita di Provinsi Jawa
Tengah?
Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
5. Masalah Gizi Balita di Jawa Tengah
Data dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
tahun 2021 menunjukkan:
6,2%
Balita gizi kurang
8,9%
Balita pendek
3,7%
Balita kurus
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil kesehatan Jawa Tengah tahun 2021. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah; 2022.
6. 02
04
03
01
Faktor Penyebab Masalah Gizi
Kekurangan
Asupan
Makanan Bergizi
Seringnya
Terinfeksi
Penyakit
Pola Asuh Tidak
Baik
Kurangnya
Pengetahuan
Rendahnya Akses
ke Pelayanan
Kesehatan
Kondisi Sosial
Ekonomi
05 06
Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
7. 55,7%
Balita angka asupan energi dan protein
kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Data Survei Diet Total tahun 2014
Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
8. Upaya Penanggulangan Masalah Gizi
Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
adalah program intervensi bagi balita yang
menderita gizi kurang yang bertujuan untuk
meningkatkan status gizi anak dan untuk
mencukupi kebutuhan zat gizi anak agar
tercapai status gizi dengan kondisi yang
baik sesuai dengan umur anak. Melalui
kegiatan PMT berbahan pangan lokal
diharapkan dapat mendorong kemandirian
keluarga dalam penyediaan pangan bergizi
dengan memanfaatkan potensi pangan
lokal secara berkelanjutan.
Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
9. Melihat kondisi tersebut, dipandang perlu dilakukan upaya pencegahan terjadinya
masalah gizi kurang atau gizi buruk dengan PMT bahan dasar lokal setempat
10. Rumusan Masalah
Bagaimana proses pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
berbahan pangan lokal di Desa Blado dan Desa Bawang di wilayah kerja
Puskesmas Blado I periode Oktober – Desember 2022?
Tujuan Penulisan
Mengetahui pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan
pangan lokal di Desa Blado dan Desa Bawang di wilayah kerja Puskesmas
Blado I periode Oktober – Desember 2022
13. Tumbuh Kembang
Pertumbuhan: bertambahnya ukuran dan
jumlah sel serta jaringan interselular, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
sebagian atau keseluruhan , sehingga dapat
diukur dengan satuan panjang dan berat
Bersifat dua:
• Linear menggambarkan status gizi
dihubungkan masa lampau co: tinggi
badan
• Massa jaringan menggambarkan status
gizi dihubungkan masa sekarang co:
berat badan
Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI; 2012
14. Barstow C dan Rerucha C. American Family Physician. 2015
15. Perkembangan
Perkembangan:
• bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan
sebagai hasil proses pematangan
• menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem
organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsi di dalamnya termasuk pula
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya
Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI; 2012
16. Aspek Perkembangan
1. Gerak kasar atau motorik kasar: berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri dan
sebagainya.
2. Gerak halus atau motorik halus: berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil,
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit,
menulis dan sebagainya.
3. Kemampuan bicara dan bahasa: berhubungan dengan kemampuan untuk
memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan
sebagainya.
4. Sosialisasi dan kemandirian: berhubungan dengan kemampuan mandiri anak
(makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan
ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya
Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI; 2012
17. Penilaian Status Gizi
Antropometri
• Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka
antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi.
• secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada
pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan
tubuh.
Supariasa IDN, Bakti B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016
18. Indeks Antropometri
Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
• Memberikan gambaran massa tubuh
• Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang
mendadak, misalnya terserang penyakit infeksi,
menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah
makanan yang dikonsumsi
• Menggambarkan status gizi seseorang saat ini
(current nutritional status).
Supariasa IDN, Bakti B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016
19. Indeks Antropometri
Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
• Menggambarkan keadaan pertumbuhan skletal
• Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan
akan nampak dalam waktu yang relatif lama
• Menggambarkan status gizi masa lalu
Supariasa IDN, Bakti B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016
20. Indeks Antropometri
Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
• Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan
akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan
dengan kecepatan tertentu
• Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk
menilai status gizi saat ini
Supariasa IDN, Bakti B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016
21. PMT Berbahan Pangan Lokal
• Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal merupakan salah
satu strategi penanganan masalah gizi pada balita dengan masalah gizi kurang
• Melalui kegiatan PMT berbahan pangan lokal diharapkan dapat mendorong
kemandirian keluarga dalam penyediaan pangan bergizi dengan memanfaatkan
potensi pangan lokal secara berkelanjutan
• Bertujuan untuk memperbaiki status gizi pada balita berat badan kurang
(underweight), balita gizi kurang (wasted) baik dengan atau tanpa stunting. Selain
itu, juga bertujuan untuk mencegah balita mengalami masalah gizi yang lebih berat
pada kasus balita tidak naik berat badan.
Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
22. 1. MT Lokal diberikan dalam bentuk makanan siap santap
berupa makanan lengkap atau makanan kudapan padat
gizi
2. MT hanya sebagai tambahan bukan pengganti makanan
utama/di luar konsumsi makanan utama
3. Pemberian MT dilakukan setiap hari dengan komposisi
minimal 1x makanan lengkap dan sisanya berupa makanan
kudapan
4. Pemberian MT untuk memenuhi gap kebutuhan gizi balita
gizi kurang
5. Pemberian MT dilakukan setiap hari sekurang-kurangnya
selama 90 hari disertai edukasi gizi
6. Pemberian MT lokal dibiayai dari dana DAK, namun dapat
juga dari bantuan lainnya
PRINSIP DASAR
PMT
BERBASIS PANGAN LOKAL
Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
23. Standar MT Lokal
Bagi Balita Gizi Kurang
Tambahan
Asupan
Gizi
Usia Balita
6 – 11
bulan
12-23
bulan
24-59
bulan
Kalori
(kkal)
175 – 200 225 – 275 300-450
Protein
(gr)
3.5 – 8 4.5 - 11 6 - 18
Lemak (gr) 4.4 – 13 5.6 – 17.9 7.5 – 29.3
WHO (2012) menyebutkan, balita gizi kurang membutuhkan asupan tambahan sebesar
25 kkal/kgBB ideal/hari dengan 8-16% dari total energi berasal protein
untuk mencapai penambahan BB sebesar 5 g/kg BB/hari.
Mempertimbangkan standar kebutuhan gizi usia 6-59 bulan yang berkisar antara 800-1400 kalori dan
protein 15-25 g (AKG, 2019) serta rekomendasi CMAM (2014) yang menyebutkan setidaknya 30% energi
dari lemak maka standar MT Lokal Balita Gizi Kurang seperti tersebut diatas.
Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
24. Dari Standar MT Balita Gizi Kurang yang telah ditetapkan, dapat
dipenuhi melalui komposisi MT sbb:
Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023
26. Rancangan Penelitian
Studi penelitian deskriptif
Tempat Penelitian
Posyandu Balita Desa Blado dan Desa Bawang, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, Jawa
Tengah
Waktu Penelitian
November 2022 – Desember 2022
Subjek Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah balita yang melakukan penimbangan bulanan di
Posyandu Balita Desa Blado dan Desa Bawang. Pemilihan besar sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik total sampling yaitu semua balita yang memenuhi kriteria dijadikan
menjadi sampel penelitian
Instrumen Penelitian & Pengambilan Data Penelitian
Data yang dihimpun merupakan data sekunder yang berasal dari hasil penimbangan berat
badan dan tinggi badan yang diukur setiap minggunya selama periode Pemberian Makan
Tambahan berbahan pangan lokal
Analisis Data
Analisis univariat yaitu analisis yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian dan
menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Analisis data menggunakan piranti
lunak Microsoft Excel.
28. Kondisi Lokasi Penelitian
Puskesmas Blado I
Luas wilayah kerja : 41,20 km²
Daerah wilayah terluas : Desa Keteleng (8,83
km²)
Daerah wilayah terkecil: Desa Blado (1,47 km²)
Jumlah Penduduk: 31.137 jiwa (755,75 jiwa/km²)
Daerah terpadat: Desa Blado (2992,52 jiwa/
km²)
Daerah terlapang: Desa Bismo (183,87 jiwa/
km²)
29. Pelaksanaan PMT Lokal di Wilayah
Kerja Puskesmas Blado I
• Dilakukan di Desa Blado dan Desa Bawang yang merupakan wilayah kerja
Puskesmas Blado I selama 72 hari (20 Oktober 2022 – 30 Desember 2022)
• Pengambilan sampel dilakukan dengan dilakukannya kegiatan PMT bersama di
rumah kader dengan kegiatan terdiri dari acara pengukuran dan makan bersama
setiap hari
• Makanan yang diberikan berupa makanan kudapan selama 6 hari dalam satu
minggu dan diberikan menu makanan lengkap di akhir minggu sekaligus dilakukan
penimbangan
• Jumlah sampel: 7 anak balita yang memenuhi kriteria pemberian PMT dari 2 desa
wilayah kerja Puskesmas Blado I, dengan jumlah masing-masing sampel per desa
sebanyak 5 balita untuk Desa Blado dan 2 balita untuk Desa Bawang
30. Desa Blado (sebelum kegiatan PMT)
No Inisial Balita JK Usia
(bulan)
BB (kg) TB (cm) Status Gizi (Kurva WHO 2006)
BB/U TB/U BB/TB
1 RAZ P 49 11,5 93 Underweight Stunted Normal
2 ASF P 37 10,7 87 Underweight Stunted Normal
3 AIS P 31 10,1 83 Underweight Stunted Normal
4 AA L 26 9,8 84 Underweight Normal Normal
5 FR L 19 8,3 75 Underweight Stunted Normal
31. Desa Blado (1 bulan berjalan Kegiatan PMT Lokal)
No Inisial Balita JK Usia (bulan) BB awal (kg) BB
sekarang
(kg)
TB awal (kg) TB akhir
(cm)
1 RAZ P 50 11,5 11,6 93 93,5
2 ASF P 38 10,7 11,0 87 87
3 AIS P 32 10,1 10,5 83 83,5
4 AA L 27 9,8 10,0 84 84,5
5 FR L 20 8,3 8,6 75 75
Rata-rata kenaikan berat badan: 0,26 kg (260 gram)
Rata-rata kenaikan tinggi badan: 0,3 cm
32. Desa Blado (setelah kegiatan PMT)
No Inisial
Balita
JK Usia
(bulan)
BB
awal
(kg)
BB akhir
(kg)
TB awal
(cm)
TB akhir
(cm)
Status Gizi (Kurva WHO 2006)
BB/U TB/U BB/TB
1 RAZ P 51 11,5 11,8 93 94 Underweight Stunted Normal
2 ASF P 39 10,7 11,4 87 88 Normal Stunted Normal
3 AIS P 33 10,1 11,1 83 84 Normal Stunted Normal
4 AA L 28 9,8 10,5 84 85 Normal Normal Normal
5 FR L 21 8,3 9,1 75 75 Normal Severely
stunted
Normal
Rata-rata kenaikan berat badan: 0,35 kg (350 gram)/bulan
Rata-rata kenaikan tinggi badan: 0,4 cm/bulan
33. Kenaikan BB setelah PMT Lokal Desa
Blado
Peningkatan BB Frekuensi Presentasi (%)
Naik 4 80
Tidak Naik 1 20
Total 5 100
34. Desa Bawang (sebelum kegiatan PMT)
No Inisial Balita JK Usia
(bulan)
BB (kg) TB (cm) Status Gizi (Kurva WHO 2006)
BB/U TB/U BB/TB
1 QQA P 31 9,5 84 Underweight Stunted Normal
2 SAO P 22 8,7 78 Underweight Stunted Normal
35. Desa Bawang (1 bulan berjalan Kegiatan PMT Lokal)
No Inisial Balita JK Usia (bulan) BB awal (kg) BB
sekarang
(kg)
TB awal (kg) TB akhir
(cm)
1 QQA P 32 9,5 10,3 84 85
2 SAO P 23 8,7 9,0 78 79
Rata-rata kenaikan berat badan: 0,55 kg (550 gram)
Rata-rata kenaikan tinggi badan: 1 cm
36. Desa Bawang (setelah kegiatan PMT)
No Inisial
Balita
JK Usia
(bulan)
BB
awal
(kg)
BB akhir
(kg)
TB awal
(cm)
TB akhir
(cm)
Status Gizi (Kurva WHO 2006)
BB/U TB/U BB/TB
1 QQA P 33 9,5 10,7 84 86 Normal Normal Normal
2 SAO P 24 8,7 9,4 78 80 Normal Normal Normal
Rata-rata kenaikan berat badan: 0,495 kg (495 gram)/bulan
Rata-rata kenaikan tinggi badan: 1 cm/bulan
37. Kenaikan BB setelah PMT Lokal Desa
Bawang
Peningkatan BB Frekuensi Presentasi (%)
Naik 2 100
Tidak Naik 0 0
Total 2 100
38. Pembahasan
Dalam menjalankan upaya pemulihan gizi pada balita yang mengalami masalah gizi,
Desa Blado dan Desa Bawang melaksanakan Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan
Lokal berbahan Pangan Lokal. Didapatkan 7 balita yang menjadi sasaran pemberian
PMT Lokal, masing-masing 5 balita di Desa Blado dan 2 balita di Desa Bawang. Dari
ketujuh balita tersebut, semuanya mengalami masalah gizi berupa berat badan kurang
(underweight), 6 balita mengalami masalah gizi berupa pendek (stunted). Masalah
kurang gizi terjadi karena asupan makanan yang tidak adekuat, pemberian ASI yang
tidak eksklusif, pengetahuan ibu yang kurang tentang gizi seimbang anak, sosial
ekonomi rendah dan budaya
Suantari NM. Hubungan pemberian makanan tambahan penyuluhan dengan peningkatan berat badan bayi usia 6–12 bulan [Skripsi]. Denpasar: Politeknik Kesehatan Kemenkes
Denpasar; 2021
39. Pembahasan
Tingkat pengetahuan dari orang tua (ibu dan ayah bayi) dipengaruhi oleh pendidikan.
Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
Seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan cenderung untuk mendapatkan
informasi, baik dari orang lain maupun dari media masa. Semakin banyak informasi
yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang
dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Pada dasarnya pengetahuan akan mempengaruhi sikap seseorang
untuk berperilaku. Kurangnya pengetahuan dan salah konsep tentang kebutuhan
pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan
dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam
masalah kurang gizi/lain sebab yang penting dari gangguan gizi adalah kekurangan
pengetahan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
Suantari NM. Hubungan pemberian makanan tambahan penyuluhan dengan peningkatan berat badan bayi usia 6–12 bulan [Skripsi]. Denpasar: Politeknik Kesehatan Kemenkes
Denpasar; 2021
40. Pembahasan
Secara umum pelaksanaan kegiatan PMT Lokal di Desa Blado dan Desa Bawang sudah
terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan status gizi balita di
Desa Blado yaitu dari 5 balita dengan berat badan kurang (underweight), 4 balita
mengalami kenaikan berat badan menjadi berat badan normal. Rata-rata kenaikan
berat badan balita yang diberikan PMT Lokal di Desa Blado mencapai 350 gram/bulan.
Sebanyak 80% balita juga mengalami kenaikan berat badan minimal yaitu 200
gram/bulan. Namun, sebanyak 20% balita tidak mengalami kenaikan berat badan
minimal.
41. Pembahasan
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi kenaikan berat badan:
1. Jumlah pemberian makanan
Beberapa balita saat pengamatan tidak menghabiskan PMT Lokal dan membawa
pulang PMT Lokal mempengaruhi jumlah makanan yang diberikan dan kurangnya
pengawasan apakah makanan PMT dihabiskan sesuai porsinya
Pemberian makanan tambahan tidak dilakukan secara benar maka dapat
mengakibatkan anak mengalami gangguan pertumbuhan. Pemberian yang salah
seperti dari segi porsi dan frekuensi dan pemilihan bahan makanan yang kurang tepat
atau kurang dari kebutuhan gizi anak dapat menyebabkan anak tidak tercukupi
kebutuhannya nutrisinya atau justru kelebihan sehingga berdampak pada grafik
pertumbuhan berat badannya yang dibawah normal
Suantari NM. Hubungan pemberian makanan tambahan penyuluhan dengan peningkatan berat badan bayi usia 6–12 bulan [Skripsi]. Denpasar: Politeknik Kesehatan Kemenkes
Denpasar; 2021
42. Pembahasan
2. Faktor eksternal: Kesalahan dalam pengukuran antropometri
Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi,
dan validitas pengukuran antropometri gizi. Sumber kesalahan biasanya berhubungan
dengan latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak ditera, dan
kesulitan pengukuran
• Supariasa IDN, Bakti B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016
• Wahyuni NKD. Gambaran pola konsumsi dan status gizi baduta. Denpasar: Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar; 2020.
• Utami NWA. Modul antropometri. Denpasar: Universitas Udayana; 2016
43. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan karena studi deskriptif adalah jenis penelitian yang
mendeskripsikan suatu populasi, situasi, atau fenomena yang sedang diteliti tidak
menentukan apakah ada hubungan sebab akibat
45. Simpulan
1. Secara umum pelaksanaan kegiatan PMT Lokal sudah terlaksana dengan baik
2. Sebanyak 4 balita di Desa Blado dan 2 balita di Desa Bawang mengalami perubahan
status gizi dari berat badan kurang menjadi berat badan normal setelah diberikan PMT
Lokal
3. Terjadi peningkatan berat badan minimal 200 gram/bulan pada 80% balita di Desa
Blado dan 100% balita di Desa Bawang setelah diberikan PMT Lokal
4. Rata-rata peningkatan berat badan balita di Desa Blado sebesar 350 gram/bulan dan
495 gram/bulan di Desa Bawang
5. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status gizi adalah jumlah dan frekuensi
pemberian makan dan kesalahan saat pengukuran antropometri
46. Meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang
standar pemberian makan pada anak baduta dan gizi
seimbang untuk meningkatkan status gizi anak melalui
edukasi seperti penyuluhan langsung seperti penyuluhan
dalam gedung, kelas ibu hamil atau kelas ibu balita, maupun
penyuluhan tidak langsung seperti melalui media cetak
berupa pamflet dan poster atau melalui media sosial
Bagi Institusi
(Puskesmas
Blado I)
Saran
47. Melakukan pelatihan kader tentang cara melakukan
antropometri yang benar untuk meminimalisasi kesalahan
dalam pengukuran yang dapat berakibat ketidakurasian data
penimbangan
Bagi Institusi
(Puskesmas
Blado I)
Saran
48. Memastikan apakah pemberian PMT Lokal diberikan sesuai
dengan porsinya dengan cara membuat grup Whatsapp dan
ibu dari anak yang mendapatkan PMT Lokal melaporkan
apakah anaknya menghabiskan PMT yang diberikan untuk
optimalisasi kegiatan PMT Lokal
Bagi
Masyarakat
Saran
49. Dapat mengembangkan penelitian ini menjadi penelitian
analitik untuk menilai adanya hubungan sebab akibat dan
menggunakan kelompok kontrol
Bagi Peneliti
Lain
Saran
50. Daftar Pustaka
1. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal untuk ibu hamil dan balita.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023.
2. Lestari P. Sistem pendukung keputusan penerima bantuan pemberian makanan tamabahan (PMT) pemulihan untuk balita menggunakan
metode simple additive weighting (SAW) [Skripsi]. Kudus: Universitas Muria Kudus; 2015.
3. Intan WP. Evaluasi program pemberian makanan tambahan pemulihan terhadap status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Bukit
Surungan Kota Padang Panjang tahun 2017 [Skripsi]. Padang: Universitas Andalas; 2018.
4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil kesehatan Jawa Tengah tahun 2021. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah;
2022.
5. Handayani L. Evaluasi program pemberian tambahan balita. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. 2008;11(1):20–26.
6. Arumsari W. Evaluasi pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) pada balita BGM tahun 2013. Jember: Universitas Jember; 2014.
7. Suantari NM. Hubungan pemberian makanan tambahan penyuluhan dengan peningkatan berat badan bayi usia 6–12 bulan [Skripsi].
Denpasar: Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar; 2021.
8. Dinas Kesehatan Kabupaten Batang. Profil kesehatan Kabupaten Batang tahun 2020. Batang: Dinas Kesehatan Kabupaten Batang; 2021.
9. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan
kesehatan dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012.
10. Supariasa IDN, Bakti B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016.
11. Ryadinency R, Hadju V, Syam A. Asupan gizi makro, penyakit infeksi, dan status pertumbuhan anak usia 6–7 tahun di Kawasan
Pembuangan Akhir Makassar. Makassar: Universitas Hasanudin; 2012.
12. Kementerian Kesehatan RI. Situasi balita pendek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2016.
13. Yuliana I. Faktor-faktor penentu disparitas prevalensi stunting pada balita di berbagai kabupaten/kota di Indonesia. Bogor: Institut
Pertanian Bogor; 2015.
14. Dewey KE, Begum K. Long-term consequences of stunting in early life. Department of Nutrition, University of California; 2011.
51. Daftar Pustaka
15. Black RE, Victoria CG, Walker SP, Bhutt ZA, Christian P, Onis MD, et al. Maternal and child undernutrition and overweight in low-income
and middle-income countries. Lancet. 2013; 382: 427–51.
16. Bosch AM, Baqui AH, Ginneken JKV. Early-life determinants of stunted adolescent girls and boys in Matlab, Bangladesh. J Health Popul
Nutr. 2008: 188–99.
17. Nasution D, Nurdiati DS, Huriyati E. Berat badan lahir rendah (BBLR) dengan kejadian stunting pada anak usia 6–24 bulan. Jurnal Gizi
Klinis Indonesia. 2014; 11: 317.
18. Zottarelli LK, Sunil TS, Rajaram S. Influence of parental and socioeconomic factors on stunting in children under 5 years in Egypt. La
Revue de la Mediterrance orientale. 2007; 13: 1330–42.
19. Welasasih BD, Wirjatmadi RB. Beberapa faktor yang berhubungan dengan status gizi balita stunting. Surabaya: Universitas Airlangga;
2012.
20. Dewi IAKC, Adhi KT. Pengaruh konsumsi protein dan seng serta riwayat penyakit infeksi terhadap kejadian stunting pada anak balita umur
24–59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Nusa Penida III. Arc Com Health. 2016; 3(1): 36–46.
21. Annan RA, Webb PBR. Management of moderate acute malnutrition (MAM). Current Knowledge and Practice. 2014; 37.
22. Irwan. Pemberian PMT modifikasi berbasis kearifan lokal pada balita stunting dan gizi kurang. Jurnal Sibermas (Sinergi Pemberdayaan
Masyarakat). 2019; 8(2): 140–50.
23. Wahyuni NKD. Gambaran pola konsumsi dan status gizi baduta. Denpasar: Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar; 2020.
24. Utami NWA. Modul antropometri. Denpasar: Universitas Udayana; 2016.
25. Nelista Y, Fembi DN. Pengaruh pemberian makanan tambahan pemulihan berbahan dasar lokal terhadap perubahan berat badan balita gizi
kurang. PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2021; 2(3): 1228–34.