SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang
disebabkan oleh sumbatan mekanik. Terjadinya kelainan pada usus karena
disebabkan oleh beberapa kasus antara lain; Hernia Inkarserata, Invaginasi,
Adhesi/Perlengketan, Volvulus/Puntiran, Tumor, Keganasan, Bolus cacing.
Sehingga terjadi penyumbatan pada saluran usus.1
Ileus Obstruktif merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang
sering dijumpai, merupakan 60–70% dari seluruh kasus akut abdomen yang
bukan appendicitis akuta. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus
adalah adhesi/streng, sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan
operasi obstetri-ginekologik makin sering dilaksanakan yang terutama
didukung oleh kemajuan di bidang diagnostik kelainan abdominalis.1
Hambatan atau gangguan pasase usus yang sering juga disebut ileus
dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh gangguan peristaltik
usus akibat pemakaian obat-obatan atau kelainan sistemik seperti gagal ginjal
dengan uremia sehingga terjadi paralisis. Penyebab lain ialah adanya
sumbatan/hambatan lumen usus akibat perlekatan atau massa tumor. Akan
terjadi peningkatan peristaltik usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan.
Obstruksi usus juga disebut obstruksi mekanik misalnya oleh strangulasi,
invaginasi, atau sumbatan di dalam lumen usus. Ileus dinamik dapat
disebakan oleh paralisis pada peritonitis umum.1,2
Obstruksi usus dapat terjadi akut (dalam jam) atau kronis (dalam
minggu). Pada obstruksi harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan
obstruksi strangulasi. Obstruksi sederhana ialah obstruksi yang tidak disertai
terjepitnya pembuluh darah. Pada strangulasi ada pembuluh darah terjepit
sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren
yang ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari
2
jaringan gangren. Jadi strangulasi memperlihatkan kombinasi gejala obstruksi
dan gejala sistemik akibat adanya toksin dan sepsis.1,3
Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan
jaringan, sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma
lainnya. Dari laporan terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali
operasi intra abdomen, akan berkembang adhesi satu hingga lebih dari
sepuluh kali. Obstruksi usus merupakan salah satu konsekuensi klinik yang
penting. Di negara maju, adhesi intraabdomen merupakan penyebab
terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada pasien digestif yang memerlukan
tindakan reoperasi, 30-41% disebabkanobstruksi usus akibat adhesi. Untuk
obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-75%. Ileus adalah
keadaan dari gerakan dan pasase usus yang normal tidak terjadi. Ileus timbul
saat udara dan cairan sekresi tidak dapat keluar kearah distal karena berbagai
sebab baik karena faktor intrinsik maupun ekstrinsik (mechanical
obstruction) atau paralisis (non mechanical obstruction atau pseudo ileus).4
3
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
NAMA : Ny. I
UMUR : 50 tahun
JENIS KELAMIN : Wanita
PEKERJAAN : IRT
ALAMAT : Karimun
SUKU : Melayu
AGAMA : Islam
MRS : 21 Juni 2017
ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :
Tidak bisa buang air besar (BAB) sejak 4 hari yang lalu
B. Keluhan Tambahan :
Kembung, mual, muntah, dan belum buang angin sejak 4 hari yang lalu.
C. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD Karimun dengan keluhan tidak bisa bab, perut
kembung,nyeri perut dan susah buang angin 4 hari yang lalu.
Terkadang os mengeluh muntah dan disertakan tidak ada napsu
makan.kentut (-) demam (-) merasa badan bertambah kurus.
Keluhan sering di rasakan pasien sekitar 2th yang lalu, os sering berobat
kedokter dan di beri obat pencahar yang di masukan melalui anus dan
keluhan berkurang selang beberapa minggu keluhan muncul lagi.
4
Sekitar setahun yang lalu os pernah berobat kebatam dan didiagnosa ca
rectum dan akan dilakukan operasi di RS Batam, namun os dan keluarga
menolak dan meminta pulang dan berobat jalan.
D. Riwayat Penyakit keluarga :
Pasien mengaku belum ada keluarga yang mengeluh gejala seperti ini
E. Riwayat Penyakit Dahulu :
Os mengaku pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalisata
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital : TD : 140/90 mmHg
Nadi : 97x/menit
Pernapasan : 24x/menit
Suhu : 36,20 C
Kepala : Normocephal, simetris
Mata : Pupil isokor, CA anemis (+/+), SI (-/-). RC (+/+)
THT : DBN
Leher : DBN
Thorak : DBN
Jantung : DBN
Abdomen :
Inspeksi : membuncit, tidak terlihat benjolan, warna kulit sama
dengan sekitar, tidak ada tanda peradangan, darm
contour (+), darm steifung (+).
Auskultasi : BU (+) meningkat, borborigmi (+).
5
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, Nyeri tekan (+)
seluruh lapang abdomen, distensi perut (+), tidak
teraba massa dan benjolan, nyeri lepas (-).
Perkusi : Hipertimpani.
Ektrimitas : Akral hangat
B. Rectal Taucer : spingter ani menjepit kuat, tidak teraba massa dan
benjolan pada mukosa, nyeri tekan (-), sarung tangan: feses (-), darah (-).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. LABORATORIUM
 Leukosit : 12.600/mm3 ( 2.0-10.0.103/mm3).
 Eritrosit : - (3,80-5,80.106/mm3).
 Hemoglobin : 10,7 g/dl (11,0-16,5 g/dl).
 Hematokrit : 32,3% (41-54%).
 Trombosit : 337.000 (150-450.103)
 GDS : 136 mg/dl (70-110 mg/dl)
B. ELEKTROLIT
 Pottasium : 3.7
 Sodiu :132
 Kalsium : 2.00
 Chlorida : 97
 Albumin : 3.0
C. Foto polos abdomen proyeksi AP :
Susgestif gambaran obstruksi level usus besar.
D. USG :
- Massa di intraluminal rectum sugestif massa maligna rectum dengan
gambran ileus obstruksi total level rectum
- Metastasis hepar
6
DIAGNOSA KERJA
Ileus obstruksi parsial et causa ca rectum
DIAGNOSA BANDING
 Adhesi
 Volvulus
 Tumor usus halus
PENATALAKSANAAN
 IFVD 20 gtt/menit
 Ceftriaxon 2x1 gram
 Ketorolac 3x1 amp
 Ksr 3x1
 Ranitidine 2x1 ampul
 Ketorolax 2x1 ampul
 Pasang dc dan NGT
Laparatomi dan colostomy
7
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad fungsional : dubia ad malam
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Hambatan atau gangguan pasase usus yang sering juga disebut ileus
dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh gangguan peristaltik
usus akibat pemakaian obat-obatan atau kelainan sistemik seperti gagal ginjal
dengan uremia sehingga terjadi paralisis. Penyebab lain ialah adanya
sumbatan/hambatan lumen usus akibat perlekatan atau massa tumor.1,2
Ileus adalah keadaan dari gerakan dan pasase usus yang normal tidak
terjadi. Ileus timbul saat udara dan cairan sekresi tidak dapat keluar kearah
distal karena berbagai sebab baik karena faktor intrinsik maupun ekstrinsik
(mechanical obstruction) atau paralisis (non mechanical obstruction atau
pseudo ileus).4
Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang
disebabkan oleh sumbatan mekanik. Terjadinya kelainan pada usus karena
disebabkan oleh beberapa kasus antara lain; Hernia Inkarserata, Invaginasi,
Adhesi/Perlengketan,Volvulus/Puntiran, Tumor, Keganasan, Bolus cacing.
Sehingga terjadi penyumbatan pada saluran usus.5
2.2. ANATOMI
Usus halus ( Intestinum Tenue) dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan
ileum. Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang
membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang
usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini
mengisi bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung proksimalnya bergaris
tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis tengahnya
berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm. Duodenum merupakan bagian
pertama intestinum tenue, Duodenum sebagian besar terletak dalam pada
dinding posterior abdomen. Duodenum terletak pada regio epigastrica dan
9
umbilicalis. Duodenum berbentuk huruf C yang terbentang dari gaster di
sekitar caput pancreas sampai jejunum.7,8 Kira-kira di pertengahan panjang
duodenum bermuara ductus choledochus dan ductus pancreaticus. Duodenum
panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai kepada jejenum.
Pemisahan duodenum dan jejunum ditandai oleh ligamentum treitz, suatu pita
muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus
esofagus dan berinsersio pada perbatasan duodenum dan jejenum.
Ligamentum ini berperan sebagai ligamentum suspensorium (penggantung).
Kira-kira duaperlima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga perlima
terminalnya adalah ileum. Jejenum terletak di region abdominalis media
sebelah kiri, sedangkan ileum cenderung terletak di region abdominalis
bawah kanan. Jejunum mulai pada juncture denojejunalis dan ileum berakhir
pada junctura ileocaecalis. Lekukan-lekukan jejenum dan ileum melekat pada
dinding posterior abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang
berbentuk kipas yang dikenal sebagai messenterium usus halus. Pangkal
lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai peritoneum parietal pada
dinding posterior abdomen sepanjang garis berjalan ke bawah dan ke kenan
dari kiri vertebra lumbalis kedua ke daerah articulatio sacroiliaca kanan. Akar
mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri vena
mesenterica superior antara kedua lapisan peritoneum yang memgbentuk
messenterium.7,8
10
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang
sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani.
Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata
sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus semakin kecil. Usus
besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup
ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati
dekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal
mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi
kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid.
Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior
lobus kanan hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah
mencapai hati, kolon ascendens membelok ke kiri, membentuk fleksura koli
dekstra (fleksura hepatik).
Kolon transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari
fleksura koli dekstra sampai fleksura koli sinistra. Kolon transversum, waktu
mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah, membentuk fleksura koli
sinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon descendens. Kolon
sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan lanjutan
kolon descendens. Ia tergantung ke bawah dalam rongga pelvis dalam bentuk
lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum
menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh
kolon sigmoid danberjalan turun di depan sekum, meninggalkan pelvis
dengan menembus dasar pelvis. Disisni rektum melanjutkan diri sebagai anus
dalan perineum
11
Sekum, kolon asendens, dan bagian kanan kolon transversum
dipendarahi oleh cabang arteri mesenterika superior, yaitu arteri ileokolika,
arteri kolika dekstra, dan arteri kolika media. Kolon transversum bagian kiri,
kolon desendens, kolon sigmoid, dan sebagian besar rektum dipendarahi oleh
arteri mesenterika inferior melalui arteri kolika sinistra, arteri sigmoid, dan
arteri hemoroidalis superior.
Saraf-saraf duodenum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis
(vagus) dari pleksus mesentericus superior dan pleksus coeliacus. Sedangkan
saraf untuk jejenum dan ileum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis
(nervus vagus) dari pleksus mesentericus superior. Rangsangan parasimpatis
merangasang aktivitas sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan
simpatis menghambat pergerakan usus. Serabut-serabut sensorik sistem
simpatis menghantarkan nyeri, sedangkan serabut-serabut parasimpatis
mengatur refleks usus. Suplai saraf intrinsik, yang menimbulkan fungsi
motorik, berjalan melalui pleksus Auerbach yang terletak dalam lapisan
muskularis, dan pleksus Meissner di lapisan submukosa. Persarafan usus
besar dilakukan oleh sistem saraf ototonom dengan perkecualian sfingter
eksterna yang berada dibawah kontrol voluntar. Sekum, appendiks dan kolon
ascendens dipersarafi oleh serabut saraf simpatis dan parasimpatis nervus
vagus dari pleksus saraf mesentericus superior. Pada kolon transversum
12
dipersarafi oleh saraf simpatis nervus vagus dan saraf parasimpatis nervus
pelvikus. Serabut simpatis berjalan dari pleksus mesentericus superior dan
inferior. Serabut-serabut nervus vagus hanya mempersarafi dua pertiga
proksimal kolon transversum; sepertiga distal dipersarafi oleh saraf
parasimpatis nervus pelvikus. Sedangkan pada kolon descendens dipersarafi
serabut-serabut simpatis dari pleksus saraf mesentericus inferior dan saraf
parasimpatis nervus pelvikus . Perangsangan simpatis menyebabkan
penghambatan sekresi dan kontraksi, serta perangsangan sfingter rektum,
sedangkan perangsangan parasimpatis mempunyai efek berlawanan.
2.3. FISIOLOGI
Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorpsi
bahan- bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan
lambung oleh kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap makanan
masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-
enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi
zat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas
membantu menetralkan asam dan member ikan pH optimal untuk kerja
enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan
mengemulsikan lemak sehimgga memberikan permukaan lebih luas bagi
kerja lipase pankreas. Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumnlah
enzimdalam getah usus (sukus enterikus). Banyak di antara enzim-enzim ini
terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat-zat makanan sambil
diabsorpsi. Isi usus digerakkan oleh peristalsis yang terdiri atas dua jenis
gerakan, yaitu segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom
dan hormon. Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang
dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus,dan
pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain
dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai kontinu isi
lambung.10
13
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan
dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah
mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon
bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung
massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung.10
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai
pendek serta mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu
menjaga keseimbangan air dan elektrolit dan mencegah dehidrasi. Menerima
900-1500 ml/hari, semua, kecuali 100-200 ml diabsorpsi, paling banyak di
proksimal. Kapasitas sekitar 5 l/hari. Gerakan ret rograd dari kolon memper
lambat transit materi dar i kolon kanan,meningkatkan absorpsi. Kontraksi
segmental merupakan pola yang paling umum, mengisolasisegmen pendek
dari kolon, kontraksi ini menurun oleh anti kolinergik, meningkat oleh
makanan, kolinergik. Gerakan massa merupakan pola yang kurang umum,
pendorong antegrad melibatkan segmen panjang 0,5-1,0 cm/detik, 20-30detik
panjang, tekanan 100-200 mmHg,tiga sampai empat.10
14
2.4. EPIDEMIOLOGI
Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering
dijumpai oleh dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus
terbanyak. Sekitar 44% dari obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia
eksterna yang mengalami strangulasi.10
Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan
jaringan, sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma
lainnya. Dari laporan terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali
operasi intra abdomen, akan berkembang adhesi satu hingga lebih dari
sepuluh kali. Obstruksi usus merupakan salah satu konsekuensi klinik yang
penting. Di negara maju, adhesi intraabdomen merupakan penyebab
terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada pasien digestif yang memerlukan
tindakan reoperasi, 30-41% disebabkanobstruksi usus akibat adhesi. Untuk
obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-75%.10
2.5. KLASIFIKASI
Klasifikasi ileus ada bermacam-macam antara lain;1,4,8,10
 Berdasarkan sumbatannya ileus dibagi menjadi total dan parsial :
 Ileus obstruksi parsial terjadi apabila lumen usus menyempit tapi
masih dapat sebagian isi usus masih dapat lewat ke arah distal.
 Ileus obstruksi total terjadi akibat lumen usus tersumbat total
sehingga tidak ada isi usus yang dapat lewat ke arah distal. Ileus
obstruksi total menyebabkan peningkatan risiko gangguan
vaskular atau strangulasi dan bila ini terjadi maka membutuhkan
penanganan operatif segera.4
 Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga
kelompok :
 Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu
empedu.
 Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
15
 Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau
intususepsi.8
 Untuk keperluan klinis, ileus obstruktif dibagi dua :
 Ileus obstruktif usus halus, termasuk duodenum
 Ileus obstruktif usus besar
 Ileus obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar :
 Ileus obstruktif sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan
terjepitnya pembuluh darah.
 Ileus obstruktif strangulasi, dimana obstruksi yang disertai adanya
penjepitan pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan
berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan
gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan
gangren.1
 Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, dimana terjadi bila jalan
masuk dan keluar suatu gelung usu tersumbat, dimana paling
sedikit terdapat dua tempat obstruksi.
 Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif atau ileus mekanik
dibedakan menjadi,antara lain:
 Ileus obs t rukti f letak t inggi : obs t ruks i mengenai usus halus
(dar i gas ter sampai ileumterminal).
 Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari
ileum terminal sampairectum).
2.6. ETIOLOGI
a. Adhesi (perlekatan usus halus), ileus karena adhesi umumnya tidak
disertai strangulasi. Adhesi umumnya berasal dari rangsangan
peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum, atau pascaoperasi.
adhesi dapat berupa perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal
maupun multipel, mungkin setempat maupun luas. Sering juga
ditemukan bentuk pita. Pada operasi, perlengketan dilepaskan dan pita
16
dipotong agar pasase usus pulih kembali. adhesi yang kambuh ungkin
akan menjadi masalah besar. Setelah berulang tiga kali, risiko kambuh
menjadi 50%. Adhesi merupakan penyebab tersering ileus obstruktif,
sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat
operasi intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi
intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang
sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam
hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus
obstruktif di dalam masa anak-anak. Pada kasus seperti ini, diadakan
pendekatan konservatif karena walaupun pembedahan akan
memberikan perbaikan pasase, kemungkinan besar obstruksi akan
kambuh lagi dalam waktu singkat.1
b. Hernia inkarserata. Obstruksi akibat hernia inkaserata pada anak dapat
dikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Jika
percobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus
diadakan herniotomi segera. Hernia inkaserata eksternal (inguinal,
femoral, umbilikal, insisional, atau parastomal) merupakan yang
terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif , dan merupakan
penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi
abdomen.1 Hernia interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan
hernia foramen Winslow) juga bisa menyebabkan hernia.
c. Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi
intralumen, sedangkan tumor metastase atau tumor intraabdominal
dapat menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal.
d. Invaginasi. Invaginsi atau Intususepsi usus halus sering ditemukan pada
anak-anak dan agak jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi
pada anak biasanya bersifat idiopatik. invaginasi menimbulkan
obstruksi dan nekrosis iskhemia terhadap bagian usus yang mengalami
intususepsi dengan komplikasi perforasi dan peritonitis. Tumor, polip,
atau pembesaran limphanodus mesentericus dapat sebagai petunjuk
awal adanya intususepsi.
17
e. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai
inflamasi akut selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
f. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong
empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau
usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus
gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus,
umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang
menyebabkan obstruksi.
g. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi,
terapi radiasi, atau trauma operasi.
h. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau
penumpukan cairan.
i. Benda asing, seperti bezoar.
j. Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi,
atau hernia Littre.
k. Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum
distalis dan kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium.
l. Askariasis. Kebanyakan cacing askaris hidup di usus halus bagian
yeyunum. Biasanya ada puluhan hingga lebih seratus, tetapi mungkin
terdapat ratusan ekor. Yang jantan berukuran antara 15-30 cm
sedangkan yang betina antara 25-35 cm. Obstruksi bisa terjadi dimana-
mana usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal, tempat lumen paling
sempit.1
18
Gambar. Penyebab ileus obstruktif
2.7. PATOFISIOLOGI
Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi
karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus
yang nantiya menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal
tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akibatnya tersumbat,
akan terjadi pengumpulan isi lumen usus berupa gas dan cairan, khususnya di
daerah proximal. hal itu akan menyebabkan rangsangan terjadinya
hipersekresi kelenjar pencernaan, yang membuat cairan dan gas tersebut akan
meningkat dan menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).5
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya
hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas
makin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat
sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal
sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat
(hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti
peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen dan muntah-
muntah.5
Gejala utama dari illeus obstruksi ialah mual muntah, umumnya pada
obstruksi letak tinggi. obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti
19
nyeri perut sekitar umbilikus / bagian epigastrium. Sedangkan Obstruksi pada
kolon biasanya mempunyai gejala klinis yang lebih ringan dibanding
obstruksi pada usus halus. Umumnya gejala berupa konstipasi yang berakhir
pada obstipasi dan distensi abdomen. Muntah jarang terjadi. Pada tahap awal,
tanda vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan dan elektrolit, maka
akan terjadi dehidrasi. Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut,
peristaltic akan melemah dan hilang. Adanya feces bercampur darah pada
pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai adanya keganasan dan intusepsi.5
2.8. MANIFESTASI KLINIS
 Mual, Muntah, nyeri kolik abdomen, distensi abdomen, konstipasi
absolut (baik feses ataupun tidak ada flatus).
 Dehidrasi dan hilangnya turgor kulit.
 Hipotensi, takikardi.
 Distensi abdomen dan peningkatan bising usus.
 Rektum kosong pada pemeriksaan rectal toucher.
 Nyeri tekan atau nyeri lepas menandakan peritonitis.1,3
Gejala Klinis
 Subyektif
Pasien datang dengan keluhan perut kembung, muntah, tidak bisa
flatus dan buang air besar. Adanya riwayat laparotomi sebelumnya
dapat menjadi penyebab sumbatan karena adhesi pasca laparotomi.
Riwayat gangguan pola defekasi, buang air besar darah/lendir, berat
badan yang menurun atau anemia dipikirkan kemungkinan sumbatan
oleh neoplasma. Riwayat pemakaian obat-obatan atau penyakit ginjal
kronis.2
 Obyektif
Abdomen membuncit, adanya gambaran usus atau gerakan
peristaltik pada dinding usus. Bising usus yang meninggi sampai metalic
sound atau bising usus yang negatif. Pada pemeriksaan rektal/colok
20
dubur dijumpai ampula rekti kolaps pada obstruksi rendah atau ampula
rekti yang kembung karena paralisis. Pada wanita tua jangan lupa untuk
memeriksa daerah inguinal karena sering obstruksi usus akibat hernia
femoralis inkarserata.2
2.9. KOMPLIKASI
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang
berakhir dengan perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut
dengan akibat peritonitis umum.
2.10. PEMERIKSAAN
2.10.1. Pemeriksaan fisik
Pada ileus obstruksi, pemeriksaan abdomen sangat memegang
peranan.
 Pada inspeksi dapat terlihat kontur usus/darm contour dan
gerakan usus yang terlihat dari luar/darm steifung.
 Pada auskultasi bising usus akan meningkat dan biasanya akan
terdengar suara tinggi (metallic sound) dan menyerupai suara
tetes air yang jatuh ke dalam penampungan yang besar.
 Pada palpasi dapat dijumpai tanda-tanda rangsang peritoneal
seperti nyeri lepas dan defans muskuler.
21
 Pemeriksaan colok dubur juga harus dilakukan untuk menilai
total atau tidaknya suatu obstruksi dengan menilai kollaps
tidaknya ampulla rekti. Bila pasien telah mengalami peritonitis
maka akan ditemukan nyeri tekan pada pemeriksaan ini.4
2.10.2. Pemeriksaan Penunjang
2.10.2.1. Data laboratorium
Data laboratorium tidak dapat membantu diagnostik
tetapi dapat membantu dalam menentukan kondisi dari
pasien dan memandu resusitasi. Pemeriksaan darah lengkap
dan hitung jenis, disertai elektrolit darah, kadar ureum dan
kreatinin serta urinalisis harus dilakukan untuk menilai
status hidrasi dan menyingkirkan sepsis.4
Gangguan pasase menyebabkan terjadinya gangguan
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa.
Pemeriksaan Hb/Ht dapat memperlihatkan adanya
hemokonsentrasi akibat defisit cairan. Analisa gas darah dan
pemeriksaan elektrolit untuk menilai gangguan
keseimbangan elektrolit dan asam-basa.2
2.10.2.2. Pencitraan Ileus Obstruksi
Foto toraks tegak dikombinasikan dengan foto
abdomen tegak dan datar dapat menjadi alat bantu diagnostik
pasien yang dicurigai ileus obstruksi. Foto toraks tegak dapat
membantu untuk mendeteksi kondisi di luar abdomen yang
dapat menyerupai ileus obstruksi, misalnya proses
pneumonia. Adanya udara bebas intraabdomen yang
mengindikasikan adanya perforasi organ berongga dan dapat
terlihat pada foto toraks tegak.4
Foto polos abdomen tiga posisi sangat membantu
menentukan ada tidaknya sumbatan. Pelebaran usus dengan
tanda-tanda air fluid level dan bagian distal kolon tidak
terisis udara menunjukkan adanya sumbatan.Penemuan khas
22
untuk ileus obstruksi pada foto abdomen adalah beberapa
loop usu halus yang terdilatasi dengan air-fluid level. Pola
gas dalam usus juga membantu untuk menentukan tipe dan
lokasi dari obstruksi. Usus halus dianggap dilatasi bila
diameter lumennya berukuran lebih dari 3 cm.2,4
Selain foto toraks dan abdomen, dapat dilakukan
pemeriksaan USG, CT-Scan atau MRI untuk membantu
diagnosis ileus obstruksi. Pada pemeriksaan dengan USG
untuk obstruksi usus halus dan usus besar didapatkan
gambaran:
 pada pemeriksaan simultan akan tampak bagian usus
yang distensi dan bagian usus yang kolap,
 cairan peritoneal bebas,
 tampak isi dari usus,
 peristaltic pendulating paradoksical,
 cairan pada lumen usus
 edema dinding usus antara serosa dan mukosa
 tampak gambaran massa tanpa perstaltik, terisi cairan
 usus yang berdilatasi.
Pemeriksaan dengan CT-Scan memiliki beberapa
keuntungan dibandingkan dengan pemeriksaan rontgen
dengan kontras, antara lain :
 dapat menentukan dengan pasti letak obstruksi
 dapat menentukan berapa besar lumen yang tersumbat
dan penyebabnya
 dapat mengetahui adanya closed loop obstruction dan
adanya strangulasi
 dapat mengetahui adanya proses inflamasi atau tumor
baik didalam maupun diluar rongga abdomen
23
 dapat melihat adanya pneumoperitonium yang
minimal dan pneumatosis cystoides intestinalis yang
tidak tampak pada foto polos abdomen biasa.
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa keakuratan
CT-Scan dalam mendiagnosis obstruksi usus > 95%.
Spesifik dan sensitifitasnya > 94%. MRI jauh lebih baik
daripada CTScan dalam menentukan lokasi dan penyebab
obstruksi.
Menurut Guidelines for Management for Small Bowel
Obstruction 2008 semua pasien yang dicurigai ileus
obstruksi harus diperiksa foto polos abdomen. Semua pasien
dengan foto polos yang tidak mendukung ileus obstruksi
letak tinggi atau total harus diperiksa CT-Scan (dengan
kontras oral maupun intravena ) karena CT-scan
memberikan informasi lebih jelas dibandingkan foto polos.
Tanda-tanda pada CT scan yang mengindikasikan adanya
strangulasi merupakan indikasi mutlak untuk pembedahan.4
Gambaran khas :9 Ada gambaran air fluid level dengan pola step leader
(bertingkat).dinilai pada foto LLD. Jika masi terlihat distribusi udara dalam
24
rektum disebut sebagai ileus obstuktif parsial. Dan jika tidak tampak udara
sampai ke rektum berarti ileus obstruktif total.
Ekpertise :
 Pre peritonial fat line jelas
 Distribusi udara usus tidak merata
 Tampak pelebaran usus dengan hearing bone appearance
 Tampak air fluid level bertingkat(step leader)
 Tidak tampak gambaran udara bebas di intra peritoneal
Kesan: ileus obstruktif total letak tinggi
2.11. PENATALAKSANAAN
 Dekompresi usus yang mengalami obstruksi, pasang selang nasogastrik
(NGT). Pemasangan pipa lambung sangat membantu mengurangi
tekanan intra-abdominal yang menekan diafragma, sehingga
menggangu pernapasan. Pipa lambung juga mencegah muntah sehingga
tidak terjadi aspirasi.2,3
 Ganti kehilangan cairan dan elektrolit, berikan ringer laktat atau NaCl
dengan suplemen K+. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi
elektrolit/asam-basa segera dilakukan.
25
 Pantau pasien, diagram keseimbangan cairan, kateter urin atau tekanan
vena sentral (CVP), diagram suhu, nadi, dan napas regular, pemeriksaan
darah.
 Minta pemeriksaan penunjang sesuai dengan penyebab yang penting.
 Hilangkan obstruksi dengan pembedahan jika:
 Penyebab dasar membutuhkan pembedahan (misalnya hernia,
karsinoma kolon);
 Pasien tidak menunjukkan perbaikan dengan terapi konservatif
(misalnya obstruksi akibat adhesi); atau
 Terdapat tanda-tanda strangulasi atau peritonitis.
Paralisis usus bukan kasus bedah, harus dicari penyebabnya dan
pengobatan ditunjukan pada penyebabnya. Puasa, pemasangan pipa lambung
dan pemberian cairan parenteral dapat mengatasi masalah akibat paralisis
sampai usus dapat berfungsi kembali. pemberian obata-obatan yang
merangsang peristaltik tidak dianjurkan.
Bila jelas disebabkan oleh obstruksi penanganan selanjutnya adalah
dengan tindakan laparotomi untuk menghilangkan penyebab sumbatan atau
melakukan tindakan by pass bila tidak mungkin untuk diangkat
penyebabnya.2,3
Operatif pada ileus;
1. Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan
bedah sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada
hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada
volvulus ringan.
2. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang “melewati”
bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn
disease, dan sebagainya.
3. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat
obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
26
4. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis
ujung-ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus,
misalnya pada carcinomacolon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya.
Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan
operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena
keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula
dilakukan kolostomi saja, lalu dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
27
2.12. PROGNOSIS
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur,
etiologi, tempatdan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda
ataupun tua maka toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif
yang dilakukan sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas. Pada
obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus halus.
28
BAB IV
KESIMPULAN
 Hambatan atau gangguan pasase usus yang sering juga disebut ileus dapat
disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh gangguan peristaltik usus.
 Ileus adalah keadaan dari gerakan dan pasase usus yang normal tidak terjadi.
Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang
disebabkan oleh sumbatan mekanik. Terjadinya kelainan pada usus karena
disebabkan oleh beberapa kasus antara lain; Hernia Inkarserata, Invaginasi,
Adhesi/Perlengketan,Volvulus/Puntiran, Tumor, Keganasan, Bolus cacing.
Sehingga terjadi penyumbatan pada saluran usus.
 Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi
karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus
yang nantiya menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal
tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu.
 Manifestasi klinis pada ileus obstruktif adalah mual, muntah, nyeri kolik
abdomen, distensi abdomen, konstipasi absolut (baik feses ataupun tidak ada
flatus), dehidrasi dan hilangnya turgor kulit, hipotensi, takikardi, distensi
abdomen dan peningkatan bising usus, rektum kosong pada pemeriksaan
rectal toucher, nyeri tekan atau nyeri lepas menandakan peritonitis.
 Pada inspeksi dapat terlihat kontur usus/darm contour dan gerakan usus yang
terlihat dari luar/darm steifung, Pada auskultasi bising usus akan meningkat
dan biasanya akan terdengar suara tinggi (metallic sound) Pada palpasi dapat
dijumpai tanda-tanda rangsang peritoneal seperti nyeri lepas dan defans
muskuler. Pemeriksaan colok dubur juga harus dilakukan untuk menilai total
atau tidaknya suatu obstruksi dengan menilai kollaps tidaknya ampulla rekti.
Bila pasien telah mengalami peritonitis maka akan ditemukan nyeri tekan
pada pemeriksaan ini.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. De Jong Wim, R. Sjamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Usus
halus, apendiks, kolon, dan anorektum. Hambatan Pasase Usus. Jakarta.
Penerbit : Buku Kedokteran EGC. 2005. Hal. 623-629.
2. Kartono. D, Reksopradjo. Kumpulan kuliah Ilmu Bedah. Digestiv. Gangguan
Pasase Usus. Jakarta. Penerbit: Staf Pengajar Ilmu Bedah FKUI. Hal.70-71.
3. Borley. R Neil, Grace A. Pierce. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ketiga.
Obstruksi Usus. Jakarta. Penerbit : Erlangga. IKAPI. 2007. Hal. 116-117.
4. Halim Susana F. Tingkat Keberhasilan Terapi Non Operatif pada Ileus
Obstruksi karena Adhesi Pascaoperasi di Sub-bagian Bedah Digestif RSHS
Bandung Tahun 2003-2008. RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung. PPDS
UNPAD.Tesis.2008.
5. Handaya Yuda. Penanganan Penyumbatan Usus/ Ileus Obstruktif. (Serial
online) 24 oktober 2010. (diakses Maret 2013). Di unduh dari URL:
http://dokteryudabedah.com/ileus-obstruktif/limufita.
6. Ashari Irwan. Ileus Obstruksi. (Serial online) 8 Juli 2011. (diakses Maret
2013). Diunduh dari. URL: http://www.dokterirga.com/ileus-obstruktif.
7. Snell. S. Richard. Anatomi Klinik. Abdomen. Cavitas Abdominalis. Jakarta.
Penerbit : Buku Kedokteran EGC. 2006.
8. Rakkas.slideshare.Ileus Obstruksi. (Serial online) 2013. (diakses Maret
2013). Diunduh dari URL:http://www.slideshare.net/rakkas/ileus.
9. Denny.I. Klasifikasi Ileus Obstruksi. Tutorial Sakit Perut. (Serial online) 15
November 2011. (diakses Maret 2013). Diunduh dari URL:
http://www.slideshare.net/intadenny/presentation/kel.
10. Novi Margaretha I. Diagnosis dan tatalaksana ileus obstruktif. FKUNUD.
Denpasar

More Related Content

What's hot

Ppt apendisitis ppt
Ppt apendisitis pptPpt apendisitis ppt
Ppt apendisitis pptkas mulyadi
 
Laporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisLaporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisHerlan Boga
 
118936363 ppt-hemoroid
118936363 ppt-hemoroid118936363 ppt-hemoroid
118936363 ppt-hemoroidsohapi
 
Tatalaksana Gawat Nafas Pada Neonatus
Tatalaksana Gawat Nafas Pada NeonatusTatalaksana Gawat Nafas Pada Neonatus
Tatalaksana Gawat Nafas Pada NeonatusDokter Tekno
 
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKSulistia Rini
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHKharima SD
 
Fisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normalFisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normalDokter Tekno
 
Gawat napas-pada-neonatus
Gawat napas-pada-neonatusGawat napas-pada-neonatus
Gawat napas-pada-neonatusregiregene
 
Caput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaCaput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaFuji Astuti
 
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratTrauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratAris Rahmanda
 

What's hot (20)

Ppt apendisitis ppt
Ppt apendisitis pptPpt apendisitis ppt
Ppt apendisitis ppt
 
Laporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisLaporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasis
 
118936363 ppt-hemoroid
118936363 ppt-hemoroid118936363 ppt-hemoroid
118936363 ppt-hemoroid
 
Kista Bartholini
Kista BartholiniKista Bartholini
Kista Bartholini
 
Tatalaksana Gawat Nafas Pada Neonatus
Tatalaksana Gawat Nafas Pada NeonatusTatalaksana Gawat Nafas Pada Neonatus
Tatalaksana Gawat Nafas Pada Neonatus
 
Manuver leopold
Manuver leopoldManuver leopold
Manuver leopold
 
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Materi Nifas
Materi NifasMateri Nifas
Materi Nifas
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
Kolesistitis
KolesistitisKolesistitis
Kolesistitis
 
Fisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normalFisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normal
 
Gawat napas-pada-neonatus
Gawat napas-pada-neonatusGawat napas-pada-neonatus
Gawat napas-pada-neonatus
 
Caput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaCaput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematoma
 
Ileus obstruktif
Ileus obstruktifIleus obstruktif
Ileus obstruktif
 
Referat low back pain
Referat low back painReferat low back pain
Referat low back pain
 
Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratTrauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
 
Cairan infuse
Cairan infuseCairan infuse
Cairan infuse
 
Asma pada anak
Asma pada anakAsma pada anak
Asma pada anak
 

Similar to Ileus obstruksi final

Similar to Ileus obstruksi final (20)

Presentation1 kel
Presentation1 kelPresentation1 kel
Presentation1 kel
 
304906675 referat-intususepsi
304906675 referat-intususepsi304906675 referat-intususepsi
304906675 referat-intususepsi
 
Soal ileus
Soal ileusSoal ileus
Soal ileus
 
Laporan pendahuluan ileus
Laporan pendahuluan ileusLaporan pendahuluan ileus
Laporan pendahuluan ileus
 
Asuhan keperawatan dispepsia
Asuhan keperawatan dispepsiaAsuhan keperawatan dispepsia
Asuhan keperawatan dispepsia
 
Analisis kasus gastroschisis
Analisis kasus gastroschisisAnalisis kasus gastroschisis
Analisis kasus gastroschisis
 
Ileus
IleusIleus
Ileus
 
Ileus AKPER PEMKAB MUNA
Ileus AKPER PEMKAB MUNA Ileus AKPER PEMKAB MUNA
Ileus AKPER PEMKAB MUNA
 
Appendiks kmb
Appendiks kmbAppendiks kmb
Appendiks kmb
 
ILEUS.pdf
ILEUS.pdfILEUS.pdf
ILEUS.pdf
 
Invaginasi. sqs ppt
Invaginasi.            sqs           pptInvaginasi.            sqs           ppt
Invaginasi. sqs ppt
 
kebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatan
kebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatankebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatan
kebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatan
 
ELIMINASI_FEKAL.pptx
ELIMINASI_FEKAL.pptxELIMINASI_FEKAL.pptx
ELIMINASI_FEKAL.pptx
 
dokumen.tips_ppt-gastroschisis.ppt
dokumen.tips_ppt-gastroschisis.pptdokumen.tips_ppt-gastroschisis.ppt
dokumen.tips_ppt-gastroschisis.ppt
 
Colic abdomen
Colic abdomenColic abdomen
Colic abdomen
 
Makalah hisprong
Makalah hisprongMakalah hisprong
Makalah hisprong
 
TRAUMA_NONTRAUMA_MEI_2020.pptx
TRAUMA_NONTRAUMA_MEI_2020.pptxTRAUMA_NONTRAUMA_MEI_2020.pptx
TRAUMA_NONTRAUMA_MEI_2020.pptx
 
Biologi - Kolon
Biologi - KolonBiologi - Kolon
Biologi - Kolon
 
Kongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinalKongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinal
 
Laporan pendahuluan hernia
Laporan pendahuluan herniaLaporan pendahuluan hernia
Laporan pendahuluan hernia
 

Ileus obstruksi final

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. Terjadinya kelainan pada usus karena disebabkan oleh beberapa kasus antara lain; Hernia Inkarserata, Invaginasi, Adhesi/Perlengketan, Volvulus/Puntiran, Tumor, Keganasan, Bolus cacing. Sehingga terjadi penyumbatan pada saluran usus.1 Ileus Obstruktif merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai, merupakan 60–70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis akuta. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah adhesi/streng, sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi obstetri-ginekologik makin sering dilaksanakan yang terutama didukung oleh kemajuan di bidang diagnostik kelainan abdominalis.1 Hambatan atau gangguan pasase usus yang sering juga disebut ileus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh gangguan peristaltik usus akibat pemakaian obat-obatan atau kelainan sistemik seperti gagal ginjal dengan uremia sehingga terjadi paralisis. Penyebab lain ialah adanya sumbatan/hambatan lumen usus akibat perlekatan atau massa tumor. Akan terjadi peningkatan peristaltik usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. Obstruksi usus juga disebut obstruksi mekanik misalnya oleh strangulasi, invaginasi, atau sumbatan di dalam lumen usus. Ileus dinamik dapat disebakan oleh paralisis pada peritonitis umum.1,2 Obstruksi usus dapat terjadi akut (dalam jam) atau kronis (dalam minggu). Pada obstruksi harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulasi. Obstruksi sederhana ialah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah. Pada strangulasi ada pembuluh darah terjepit sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari
  • 2. 2 jaringan gangren. Jadi strangulasi memperlihatkan kombinasi gejala obstruksi dan gejala sistemik akibat adanya toksin dan sepsis.1,3 Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan, sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya. Dari laporan terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra abdomen, akan berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi usus merupakan salah satu konsekuensi klinik yang penting. Di negara maju, adhesi intraabdomen merupakan penyebab terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada pasien digestif yang memerlukan tindakan reoperasi, 30-41% disebabkanobstruksi usus akibat adhesi. Untuk obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-75%. Ileus adalah keadaan dari gerakan dan pasase usus yang normal tidak terjadi. Ileus timbul saat udara dan cairan sekresi tidak dapat keluar kearah distal karena berbagai sebab baik karena faktor intrinsik maupun ekstrinsik (mechanical obstruction) atau paralisis (non mechanical obstruction atau pseudo ileus).4
  • 3. 3 BAB II LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN NAMA : Ny. I UMUR : 50 tahun JENIS KELAMIN : Wanita PEKERJAAN : IRT ALAMAT : Karimun SUKU : Melayu AGAMA : Islam MRS : 21 Juni 2017 ANAMNESIS A. Keluhan Utama : Tidak bisa buang air besar (BAB) sejak 4 hari yang lalu B. Keluhan Tambahan : Kembung, mual, muntah, dan belum buang angin sejak 4 hari yang lalu. C. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke RSUD Karimun dengan keluhan tidak bisa bab, perut kembung,nyeri perut dan susah buang angin 4 hari yang lalu. Terkadang os mengeluh muntah dan disertakan tidak ada napsu makan.kentut (-) demam (-) merasa badan bertambah kurus. Keluhan sering di rasakan pasien sekitar 2th yang lalu, os sering berobat kedokter dan di beri obat pencahar yang di masukan melalui anus dan keluhan berkurang selang beberapa minggu keluhan muncul lagi.
  • 4. 4 Sekitar setahun yang lalu os pernah berobat kebatam dan didiagnosa ca rectum dan akan dilakukan operasi di RS Batam, namun os dan keluarga menolak dan meminta pulang dan berobat jalan. D. Riwayat Penyakit keluarga : Pasien mengaku belum ada keluarga yang mengeluh gejala seperti ini E. Riwayat Penyakit Dahulu : Os mengaku pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. PEMERIKSAAN FISIK A. Status Generalisata Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis Tanda-tanda vital : TD : 140/90 mmHg Nadi : 97x/menit Pernapasan : 24x/menit Suhu : 36,20 C Kepala : Normocephal, simetris Mata : Pupil isokor, CA anemis (+/+), SI (-/-). RC (+/+) THT : DBN Leher : DBN Thorak : DBN Jantung : DBN Abdomen : Inspeksi : membuncit, tidak terlihat benjolan, warna kulit sama dengan sekitar, tidak ada tanda peradangan, darm contour (+), darm steifung (+). Auskultasi : BU (+) meningkat, borborigmi (+).
  • 5. 5 Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, Nyeri tekan (+) seluruh lapang abdomen, distensi perut (+), tidak teraba massa dan benjolan, nyeri lepas (-). Perkusi : Hipertimpani. Ektrimitas : Akral hangat B. Rectal Taucer : spingter ani menjepit kuat, tidak teraba massa dan benjolan pada mukosa, nyeri tekan (-), sarung tangan: feses (-), darah (-). PEMERIKSAAN PENUNJANG A. LABORATORIUM  Leukosit : 12.600/mm3 ( 2.0-10.0.103/mm3).  Eritrosit : - (3,80-5,80.106/mm3).  Hemoglobin : 10,7 g/dl (11,0-16,5 g/dl).  Hematokrit : 32,3% (41-54%).  Trombosit : 337.000 (150-450.103)  GDS : 136 mg/dl (70-110 mg/dl) B. ELEKTROLIT  Pottasium : 3.7  Sodiu :132  Kalsium : 2.00  Chlorida : 97  Albumin : 3.0 C. Foto polos abdomen proyeksi AP : Susgestif gambaran obstruksi level usus besar. D. USG : - Massa di intraluminal rectum sugestif massa maligna rectum dengan gambran ileus obstruksi total level rectum - Metastasis hepar
  • 6. 6 DIAGNOSA KERJA Ileus obstruksi parsial et causa ca rectum DIAGNOSA BANDING  Adhesi  Volvulus  Tumor usus halus PENATALAKSANAAN  IFVD 20 gtt/menit  Ceftriaxon 2x1 gram  Ketorolac 3x1 amp  Ksr 3x1  Ranitidine 2x1 ampul  Ketorolax 2x1 ampul  Pasang dc dan NGT Laparatomi dan colostomy
  • 7. 7 PROGNOSIS Quo ad vitam : dubia ad malam Quo ad fungsional : dubia ad malam
  • 8. 8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI Hambatan atau gangguan pasase usus yang sering juga disebut ileus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh gangguan peristaltik usus akibat pemakaian obat-obatan atau kelainan sistemik seperti gagal ginjal dengan uremia sehingga terjadi paralisis. Penyebab lain ialah adanya sumbatan/hambatan lumen usus akibat perlekatan atau massa tumor.1,2 Ileus adalah keadaan dari gerakan dan pasase usus yang normal tidak terjadi. Ileus timbul saat udara dan cairan sekresi tidak dapat keluar kearah distal karena berbagai sebab baik karena faktor intrinsik maupun ekstrinsik (mechanical obstruction) atau paralisis (non mechanical obstruction atau pseudo ileus).4 Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. Terjadinya kelainan pada usus karena disebabkan oleh beberapa kasus antara lain; Hernia Inkarserata, Invaginasi, Adhesi/Perlengketan,Volvulus/Puntiran, Tumor, Keganasan, Bolus cacing. Sehingga terjadi penyumbatan pada saluran usus.5 2.2. ANATOMI Usus halus ( Intestinum Tenue) dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum. Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm. Duodenum merupakan bagian pertama intestinum tenue, Duodenum sebagian besar terletak dalam pada dinding posterior abdomen. Duodenum terletak pada regio epigastrica dan
  • 9. 9 umbilicalis. Duodenum berbentuk huruf C yang terbentang dari gaster di sekitar caput pancreas sampai jejunum.7,8 Kira-kira di pertengahan panjang duodenum bermuara ductus choledochus dan ductus pancreaticus. Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai kepada jejenum. Pemisahan duodenum dan jejunum ditandai oleh ligamentum treitz, suatu pita muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus esofagus dan berinsersio pada perbatasan duodenum dan jejenum. Ligamentum ini berperan sebagai ligamentum suspensorium (penggantung). Kira-kira duaperlima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga perlima terminalnya adalah ileum. Jejenum terletak di region abdominalis media sebelah kiri, sedangkan ileum cenderung terletak di region abdominalis bawah kanan. Jejunum mulai pada juncture denojejunalis dan ileum berakhir pada junctura ileocaecalis. Lekukan-lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding posterior abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang dikenal sebagai messenterium usus halus. Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai peritoneum parietal pada dinding posterior abdomen sepanjang garis berjalan ke bawah dan ke kenan dari kiri vertebra lumbalis kedua ke daerah articulatio sacroiliaca kanan. Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri vena mesenterica superior antara kedua lapisan peritoneum yang memgbentuk messenterium.7,8
  • 10. 10 Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus semakin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati dekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid. Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati, kolon ascendens membelok ke kiri, membentuk fleksura koli dekstra (fleksura hepatik). Kolon transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai fleksura koli sinistra. Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah, membentuk fleksura koli sinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon descendens. Ia tergantung ke bawah dalam rongga pelvis dalam bentuk lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid danberjalan turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Disisni rektum melanjutkan diri sebagai anus dalan perineum
  • 11. 11 Sekum, kolon asendens, dan bagian kanan kolon transversum dipendarahi oleh cabang arteri mesenterika superior, yaitu arteri ileokolika, arteri kolika dekstra, dan arteri kolika media. Kolon transversum bagian kiri, kolon desendens, kolon sigmoid, dan sebagian besar rektum dipendarahi oleh arteri mesenterika inferior melalui arteri kolika sinistra, arteri sigmoid, dan arteri hemoroidalis superior. Saraf-saraf duodenum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (vagus) dari pleksus mesentericus superior dan pleksus coeliacus. Sedangkan saraf untuk jejenum dan ileum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) dari pleksus mesentericus superior. Rangsangan parasimpatis merangasang aktivitas sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis menghambat pergerakan usus. Serabut-serabut sensorik sistem simpatis menghantarkan nyeri, sedangkan serabut-serabut parasimpatis mengatur refleks usus. Suplai saraf intrinsik, yang menimbulkan fungsi motorik, berjalan melalui pleksus Auerbach yang terletak dalam lapisan muskularis, dan pleksus Meissner di lapisan submukosa. Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf ototonom dengan perkecualian sfingter eksterna yang berada dibawah kontrol voluntar. Sekum, appendiks dan kolon ascendens dipersarafi oleh serabut saraf simpatis dan parasimpatis nervus vagus dari pleksus saraf mesentericus superior. Pada kolon transversum
  • 12. 12 dipersarafi oleh saraf simpatis nervus vagus dan saraf parasimpatis nervus pelvikus. Serabut simpatis berjalan dari pleksus mesentericus superior dan inferior. Serabut-serabut nervus vagus hanya mempersarafi dua pertiga proksimal kolon transversum; sepertiga distal dipersarafi oleh saraf parasimpatis nervus pelvikus. Sedangkan pada kolon descendens dipersarafi serabut-serabut simpatis dari pleksus saraf mesentericus inferior dan saraf parasimpatis nervus pelvikus . Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi dan kontraksi, serta perangsangan sfingter rektum, sedangkan perangsangan parasimpatis mempunyai efek berlawanan. 2.3. FISIOLOGI Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorpsi bahan- bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap makanan masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim- enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan asam dan member ikan pH optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehimgga memberikan permukaan lebih luas bagi kerja lipase pankreas. Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumnlah enzimdalam getah usus (sukus enterikus). Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat-zat makanan sambil diabsorpsi. Isi usus digerakkan oleh peristalsis yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon. Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus,dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai kontinu isi lambung.10
  • 13. 13 Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung.10 Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga keseimbangan air dan elektrolit dan mencegah dehidrasi. Menerima 900-1500 ml/hari, semua, kecuali 100-200 ml diabsorpsi, paling banyak di proksimal. Kapasitas sekitar 5 l/hari. Gerakan ret rograd dari kolon memper lambat transit materi dar i kolon kanan,meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling umum, mengisolasisegmen pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh anti kolinergik, meningkat oleh makanan, kolinergik. Gerakan massa merupakan pola yang kurang umum, pendorong antegrad melibatkan segmen panjang 0,5-1,0 cm/detik, 20-30detik panjang, tekanan 100-200 mmHg,tiga sampai empat.10
  • 14. 14 2.4. EPIDEMIOLOGI Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering dijumpai oleh dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak. Sekitar 44% dari obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang mengalami strangulasi.10 Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan, sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya. Dari laporan terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra abdomen, akan berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi usus merupakan salah satu konsekuensi klinik yang penting. Di negara maju, adhesi intraabdomen merupakan penyebab terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada pasien digestif yang memerlukan tindakan reoperasi, 30-41% disebabkanobstruksi usus akibat adhesi. Untuk obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-75%.10 2.5. KLASIFIKASI Klasifikasi ileus ada bermacam-macam antara lain;1,4,8,10  Berdasarkan sumbatannya ileus dibagi menjadi total dan parsial :  Ileus obstruksi parsial terjadi apabila lumen usus menyempit tapi masih dapat sebagian isi usus masih dapat lewat ke arah distal.  Ileus obstruksi total terjadi akibat lumen usus tersumbat total sehingga tidak ada isi usus yang dapat lewat ke arah distal. Ileus obstruksi total menyebabkan peningkatan risiko gangguan vaskular atau strangulasi dan bila ini terjadi maka membutuhkan penanganan operatif segera.4  Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga kelompok :  Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu.  Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
  • 15. 15  Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.8  Untuk keperluan klinis, ileus obstruktif dibagi dua :  Ileus obstruktif usus halus, termasuk duodenum  Ileus obstruktif usus besar  Ileus obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar :  Ileus obstruktif sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan terjepitnya pembuluh darah.  Ileus obstruktif strangulasi, dimana obstruksi yang disertai adanya penjepitan pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren.1  Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, dimana terjadi bila jalan masuk dan keluar suatu gelung usu tersumbat, dimana paling sedikit terdapat dua tempat obstruksi.  Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif atau ileus mekanik dibedakan menjadi,antara lain:  Ileus obs t rukti f letak t inggi : obs t ruks i mengenai usus halus (dar i gas ter sampai ileumterminal).  Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum terminal sampairectum). 2.6. ETIOLOGI a. Adhesi (perlekatan usus halus), ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adhesi umumnya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum, atau pascaoperasi. adhesi dapat berupa perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multipel, mungkin setempat maupun luas. Sering juga ditemukan bentuk pita. Pada operasi, perlengketan dilepaskan dan pita
  • 16. 16 dipotong agar pasase usus pulih kembali. adhesi yang kambuh ungkin akan menjadi masalah besar. Setelah berulang tiga kali, risiko kambuh menjadi 50%. Adhesi merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak. Pada kasus seperti ini, diadakan pendekatan konservatif karena walaupun pembedahan akan memberikan perbaikan pasase, kemungkinan besar obstruksi akan kambuh lagi dalam waktu singkat.1 b. Hernia inkarserata. Obstruksi akibat hernia inkaserata pada anak dapat dikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Jika percobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi segera. Hernia inkaserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau parastomal) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif , dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen.1 Hernia interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa menyebabkan hernia. c. Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen, sedangkan tumor metastase atau tumor intraabdominal dapat menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal. d. Invaginasi. Invaginsi atau Intususepsi usus halus sering ditemukan pada anak-anak dan agak jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak biasanya bersifat idiopatik. invaginasi menimbulkan obstruksi dan nekrosis iskhemia terhadap bagian usus yang mengalami intususepsi dengan komplikasi perforasi dan peritonitis. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
  • 17. 17 e. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik. f. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi. g. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi radiasi, atau trauma operasi. h. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan cairan. i. Benda asing, seperti bezoar. j. Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia Littre. k. Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum distalis dan kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium. l. Askariasis. Kebanyakan cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum. Biasanya ada puluhan hingga lebih seratus, tetapi mungkin terdapat ratusan ekor. Yang jantan berukuran antara 15-30 cm sedangkan yang betina antara 25-35 cm. Obstruksi bisa terjadi dimana- mana usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal, tempat lumen paling sempit.1
  • 18. 18 Gambar. Penyebab ileus obstruktif 2.7. PATOFISIOLOGI Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus yang nantiya menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akibatnya tersumbat, akan terjadi pengumpulan isi lumen usus berupa gas dan cairan, khususnya di daerah proximal. hal itu akan menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan, yang membuat cairan dan gas tersebut akan meningkat dan menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).5 Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen dan muntah- muntah.5 Gejala utama dari illeus obstruksi ialah mual muntah, umumnya pada obstruksi letak tinggi. obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti
  • 19. 19 nyeri perut sekitar umbilikus / bagian epigastrium. Sedangkan Obstruksi pada kolon biasanya mempunyai gejala klinis yang lebih ringan dibanding obstruksi pada usus halus. Umumnya gejala berupa konstipasi yang berakhir pada obstipasi dan distensi abdomen. Muntah jarang terjadi. Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan dan elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi. Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut, peristaltic akan melemah dan hilang. Adanya feces bercampur darah pada pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai adanya keganasan dan intusepsi.5 2.8. MANIFESTASI KLINIS  Mual, Muntah, nyeri kolik abdomen, distensi abdomen, konstipasi absolut (baik feses ataupun tidak ada flatus).  Dehidrasi dan hilangnya turgor kulit.  Hipotensi, takikardi.  Distensi abdomen dan peningkatan bising usus.  Rektum kosong pada pemeriksaan rectal toucher.  Nyeri tekan atau nyeri lepas menandakan peritonitis.1,3 Gejala Klinis  Subyektif Pasien datang dengan keluhan perut kembung, muntah, tidak bisa flatus dan buang air besar. Adanya riwayat laparotomi sebelumnya dapat menjadi penyebab sumbatan karena adhesi pasca laparotomi. Riwayat gangguan pola defekasi, buang air besar darah/lendir, berat badan yang menurun atau anemia dipikirkan kemungkinan sumbatan oleh neoplasma. Riwayat pemakaian obat-obatan atau penyakit ginjal kronis.2  Obyektif Abdomen membuncit, adanya gambaran usus atau gerakan peristaltik pada dinding usus. Bising usus yang meninggi sampai metalic sound atau bising usus yang negatif. Pada pemeriksaan rektal/colok
  • 20. 20 dubur dijumpai ampula rekti kolaps pada obstruksi rendah atau ampula rekti yang kembung karena paralisis. Pada wanita tua jangan lupa untuk memeriksa daerah inguinal karena sering obstruksi usus akibat hernia femoralis inkarserata.2 2.9. KOMPLIKASI Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang berakhir dengan perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut dengan akibat peritonitis umum. 2.10. PEMERIKSAAN 2.10.1. Pemeriksaan fisik Pada ileus obstruksi, pemeriksaan abdomen sangat memegang peranan.  Pada inspeksi dapat terlihat kontur usus/darm contour dan gerakan usus yang terlihat dari luar/darm steifung.  Pada auskultasi bising usus akan meningkat dan biasanya akan terdengar suara tinggi (metallic sound) dan menyerupai suara tetes air yang jatuh ke dalam penampungan yang besar.  Pada palpasi dapat dijumpai tanda-tanda rangsang peritoneal seperti nyeri lepas dan defans muskuler.
  • 21. 21  Pemeriksaan colok dubur juga harus dilakukan untuk menilai total atau tidaknya suatu obstruksi dengan menilai kollaps tidaknya ampulla rekti. Bila pasien telah mengalami peritonitis maka akan ditemukan nyeri tekan pada pemeriksaan ini.4 2.10.2. Pemeriksaan Penunjang 2.10.2.1. Data laboratorium Data laboratorium tidak dapat membantu diagnostik tetapi dapat membantu dalam menentukan kondisi dari pasien dan memandu resusitasi. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis, disertai elektrolit darah, kadar ureum dan kreatinin serta urinalisis harus dilakukan untuk menilai status hidrasi dan menyingkirkan sepsis.4 Gangguan pasase menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa. Pemeriksaan Hb/Ht dapat memperlihatkan adanya hemokonsentrasi akibat defisit cairan. Analisa gas darah dan pemeriksaan elektrolit untuk menilai gangguan keseimbangan elektrolit dan asam-basa.2 2.10.2.2. Pencitraan Ileus Obstruksi Foto toraks tegak dikombinasikan dengan foto abdomen tegak dan datar dapat menjadi alat bantu diagnostik pasien yang dicurigai ileus obstruksi. Foto toraks tegak dapat membantu untuk mendeteksi kondisi di luar abdomen yang dapat menyerupai ileus obstruksi, misalnya proses pneumonia. Adanya udara bebas intraabdomen yang mengindikasikan adanya perforasi organ berongga dan dapat terlihat pada foto toraks tegak.4 Foto polos abdomen tiga posisi sangat membantu menentukan ada tidaknya sumbatan. Pelebaran usus dengan tanda-tanda air fluid level dan bagian distal kolon tidak terisis udara menunjukkan adanya sumbatan.Penemuan khas
  • 22. 22 untuk ileus obstruksi pada foto abdomen adalah beberapa loop usu halus yang terdilatasi dengan air-fluid level. Pola gas dalam usus juga membantu untuk menentukan tipe dan lokasi dari obstruksi. Usus halus dianggap dilatasi bila diameter lumennya berukuran lebih dari 3 cm.2,4 Selain foto toraks dan abdomen, dapat dilakukan pemeriksaan USG, CT-Scan atau MRI untuk membantu diagnosis ileus obstruksi. Pada pemeriksaan dengan USG untuk obstruksi usus halus dan usus besar didapatkan gambaran:  pada pemeriksaan simultan akan tampak bagian usus yang distensi dan bagian usus yang kolap,  cairan peritoneal bebas,  tampak isi dari usus,  peristaltic pendulating paradoksical,  cairan pada lumen usus  edema dinding usus antara serosa dan mukosa  tampak gambaran massa tanpa perstaltik, terisi cairan  usus yang berdilatasi. Pemeriksaan dengan CT-Scan memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan pemeriksaan rontgen dengan kontras, antara lain :  dapat menentukan dengan pasti letak obstruksi  dapat menentukan berapa besar lumen yang tersumbat dan penyebabnya  dapat mengetahui adanya closed loop obstruction dan adanya strangulasi  dapat mengetahui adanya proses inflamasi atau tumor baik didalam maupun diluar rongga abdomen
  • 23. 23  dapat melihat adanya pneumoperitonium yang minimal dan pneumatosis cystoides intestinalis yang tidak tampak pada foto polos abdomen biasa. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa keakuratan CT-Scan dalam mendiagnosis obstruksi usus > 95%. Spesifik dan sensitifitasnya > 94%. MRI jauh lebih baik daripada CTScan dalam menentukan lokasi dan penyebab obstruksi. Menurut Guidelines for Management for Small Bowel Obstruction 2008 semua pasien yang dicurigai ileus obstruksi harus diperiksa foto polos abdomen. Semua pasien dengan foto polos yang tidak mendukung ileus obstruksi letak tinggi atau total harus diperiksa CT-Scan (dengan kontras oral maupun intravena ) karena CT-scan memberikan informasi lebih jelas dibandingkan foto polos. Tanda-tanda pada CT scan yang mengindikasikan adanya strangulasi merupakan indikasi mutlak untuk pembedahan.4 Gambaran khas :9 Ada gambaran air fluid level dengan pola step leader (bertingkat).dinilai pada foto LLD. Jika masi terlihat distribusi udara dalam
  • 24. 24 rektum disebut sebagai ileus obstuktif parsial. Dan jika tidak tampak udara sampai ke rektum berarti ileus obstruktif total. Ekpertise :  Pre peritonial fat line jelas  Distribusi udara usus tidak merata  Tampak pelebaran usus dengan hearing bone appearance  Tampak air fluid level bertingkat(step leader)  Tidak tampak gambaran udara bebas di intra peritoneal Kesan: ileus obstruktif total letak tinggi 2.11. PENATALAKSANAAN  Dekompresi usus yang mengalami obstruksi, pasang selang nasogastrik (NGT). Pemasangan pipa lambung sangat membantu mengurangi tekanan intra-abdominal yang menekan diafragma, sehingga menggangu pernapasan. Pipa lambung juga mencegah muntah sehingga tidak terjadi aspirasi.2,3  Ganti kehilangan cairan dan elektrolit, berikan ringer laktat atau NaCl dengan suplemen K+. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit/asam-basa segera dilakukan.
  • 25. 25  Pantau pasien, diagram keseimbangan cairan, kateter urin atau tekanan vena sentral (CVP), diagram suhu, nadi, dan napas regular, pemeriksaan darah.  Minta pemeriksaan penunjang sesuai dengan penyebab yang penting.  Hilangkan obstruksi dengan pembedahan jika:  Penyebab dasar membutuhkan pembedahan (misalnya hernia, karsinoma kolon);  Pasien tidak menunjukkan perbaikan dengan terapi konservatif (misalnya obstruksi akibat adhesi); atau  Terdapat tanda-tanda strangulasi atau peritonitis. Paralisis usus bukan kasus bedah, harus dicari penyebabnya dan pengobatan ditunjukan pada penyebabnya. Puasa, pemasangan pipa lambung dan pemberian cairan parenteral dapat mengatasi masalah akibat paralisis sampai usus dapat berfungsi kembali. pemberian obata-obatan yang merangsang peristaltik tidak dianjurkan. Bila jelas disebabkan oleh obstruksi penanganan selanjutnya adalah dengan tindakan laparotomi untuk menghilangkan penyebab sumbatan atau melakukan tindakan by pass bila tidak mungkin untuk diangkat penyebabnya.2,3 Operatif pada ileus; 1. Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan. 2. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang “melewati” bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya. 3. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
  • 26. 26 4. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, lalu dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
  • 27. 27 2.12. PROGNOSIS Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi, tempatdan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus halus.
  • 28. 28 BAB IV KESIMPULAN  Hambatan atau gangguan pasase usus yang sering juga disebut ileus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh gangguan peristaltik usus.  Ileus adalah keadaan dari gerakan dan pasase usus yang normal tidak terjadi. Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. Terjadinya kelainan pada usus karena disebabkan oleh beberapa kasus antara lain; Hernia Inkarserata, Invaginasi, Adhesi/Perlengketan,Volvulus/Puntiran, Tumor, Keganasan, Bolus cacing. Sehingga terjadi penyumbatan pada saluran usus.  Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus yang nantiya menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu.  Manifestasi klinis pada ileus obstruktif adalah mual, muntah, nyeri kolik abdomen, distensi abdomen, konstipasi absolut (baik feses ataupun tidak ada flatus), dehidrasi dan hilangnya turgor kulit, hipotensi, takikardi, distensi abdomen dan peningkatan bising usus, rektum kosong pada pemeriksaan rectal toucher, nyeri tekan atau nyeri lepas menandakan peritonitis.  Pada inspeksi dapat terlihat kontur usus/darm contour dan gerakan usus yang terlihat dari luar/darm steifung, Pada auskultasi bising usus akan meningkat dan biasanya akan terdengar suara tinggi (metallic sound) Pada palpasi dapat dijumpai tanda-tanda rangsang peritoneal seperti nyeri lepas dan defans muskuler. Pemeriksaan colok dubur juga harus dilakukan untuk menilai total atau tidaknya suatu obstruksi dengan menilai kollaps tidaknya ampulla rekti. Bila pasien telah mengalami peritonitis maka akan ditemukan nyeri tekan pada pemeriksaan ini.
  • 29. 29 DAFTAR PUSTAKA 1. De Jong Wim, R. Sjamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Usus halus, apendiks, kolon, dan anorektum. Hambatan Pasase Usus. Jakarta. Penerbit : Buku Kedokteran EGC. 2005. Hal. 623-629. 2. Kartono. D, Reksopradjo. Kumpulan kuliah Ilmu Bedah. Digestiv. Gangguan Pasase Usus. Jakarta. Penerbit: Staf Pengajar Ilmu Bedah FKUI. Hal.70-71. 3. Borley. R Neil, Grace A. Pierce. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ketiga. Obstruksi Usus. Jakarta. Penerbit : Erlangga. IKAPI. 2007. Hal. 116-117. 4. Halim Susana F. Tingkat Keberhasilan Terapi Non Operatif pada Ileus Obstruksi karena Adhesi Pascaoperasi di Sub-bagian Bedah Digestif RSHS Bandung Tahun 2003-2008. RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung. PPDS UNPAD.Tesis.2008. 5. Handaya Yuda. Penanganan Penyumbatan Usus/ Ileus Obstruktif. (Serial online) 24 oktober 2010. (diakses Maret 2013). Di unduh dari URL: http://dokteryudabedah.com/ileus-obstruktif/limufita. 6. Ashari Irwan. Ileus Obstruksi. (Serial online) 8 Juli 2011. (diakses Maret 2013). Diunduh dari. URL: http://www.dokterirga.com/ileus-obstruktif. 7. Snell. S. Richard. Anatomi Klinik. Abdomen. Cavitas Abdominalis. Jakarta. Penerbit : Buku Kedokteran EGC. 2006. 8. Rakkas.slideshare.Ileus Obstruksi. (Serial online) 2013. (diakses Maret 2013). Diunduh dari URL:http://www.slideshare.net/rakkas/ileus. 9. Denny.I. Klasifikasi Ileus Obstruksi. Tutorial Sakit Perut. (Serial online) 15 November 2011. (diakses Maret 2013). Diunduh dari URL: http://www.slideshare.net/intadenny/presentation/kel. 10. Novi Margaretha I. Diagnosis dan tatalaksana ileus obstruktif. FKUNUD. Denpasar