SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Artikel PPh 21 (Pemotongan dan Pemungutan)
Pendahuluan
Didalam System perpajakan terdapat tiga system yaitu :
1. Official Assesment System yaitu : Sistem perpajakan yang memberikan
wewenang kepada pemerintah (petugas pajak) untuk menentukan besarnya pajak
terutang kepada wajib pajak. Sistem ini sudah tidak berlaku lagi sejak reformasi
perpajakan tahun 1984.
2. Self Assesment System yaitu : Sistem perpajakan yang memberikan wewenang
kapada wajib pajak untuk menghitung sendiri, melaporkan sendiri, dan membayar
sendiri pajak terutang atau besarnya pajak yang timbul.
3. Withholding System yaitu : Sistem perpajakan yang memberikan wewenang
kepada pihak lain atau pihak ketiga untuk memotong dan memungut besarnya
pajak terutang wajib pajak. Pihak ketiga adalah Pihak lain selain pemerintah dan
Wajib Pajak.
Sistem pemungutan pajak Indonesia sesuai dengan asas pemungutan pajak menganut
sistem Self Assesment System dan Withholding System.
Secara umum, mekanisme pemotongan/pemungutan (Withholding System) adalah
sebagai berikut:
1) Pemotong/pemungut pajak memotong/memungut pajak atas pemberian penghasilan
dari suatu transaksi tertentu dengan tarif yang ditentukan.
2) Pemotong/pemungut pajak menyetorkan dan melaporkan pelaksanaan
pemotongan/pemungutan pajak ini dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP)
dan Surat Pemberitahuan (SPT).
3) Bagi WP yang dipotong/dipungut pajaknya, nilai tersebut merupakan cicilan pajak
yang terutang (kredit pajak) pada akhir tahun apabila atas penghasilannya
dikenakan PPh dengan tarif umum (Pasal 17 UU PPh).
Tarif Umum Pasal 17 UU PPh
Lapisan Penghasilan Kena Pajak (Rp) Tarif Pajak
Sampai dengan 50.000.000,00 5%
Diatas 50.000.000,00 sampai dengan 250.000.000 15%
Diatas 250.000.000,00 sampai dengan 500.000.000 25%
Diatas 500.000.000,00 30%
4) Untuk WP yang atas penghasilannya dikenakan PPh yang bersifat Final, nilai
yang dipotong/dipungut oleh pihak lain merupakan pelunasan PPh yang terutang.
PPh Final yaitu : PPh yang dikenakan, baik yang dipotong pihak lain maupun yang
disetor sendiri, merupakan pelunasan langsung terhadap PPh terutang untuk
penghasilan tersebut. Dengan demikian, penghasilan yang dikenakan PPh final ini
tidak dihitung lagi PPh nya di SPT Tahunan. PPh yang sudah dipotong atau dibayar
tersebut juga bukan merupakan kredit pajak di SPT Tahunan.
Secara garis besar, pemotongan/pemungutan pajak ini terdiri dari:
1) Pemotongan PPh Pasal 21
2) Pemungutan PPh Pasal 22
3) Pemotongan PPh Pasal 23
4) Pemotongan PPh Pasal 26
5) Pemotongan PPh Final lainnya
Pada artikel ini kami akan menjelaskan tentang Withholding System atas PPh 21
PPh Pasal 21 adalah: pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang diterima atau diperoleh oleh WP orang pribadi
dalam negeri.
A. Pemotong PPh 21 yaitu :
1) Pemberi Kerja yang terdiri dari Badan atau Orang Pribadi yang membayar gaji,
tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan dan jasa
2) Bendahara atau pemegang kas Pemerintah, termasuk bendahara atau
pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/Polri, Pemerintah
Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya dan
Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri.
3) Dana pensiun, badan penyelenggara Jamsostek, dan badan-badan lain yang
membayar uang pensiun dan Tabungan Hari Tua (THT) atau Jaminan Hari Tua
(JHT).
4) Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
serta Badan yang membayar:
a) honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
jasa dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status
Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan
pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan
untuk dan atas nama persekutuannya.
b) honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek
Pajak luar negeri.
c) honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan
magang
5) Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat
nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya
yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau
penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib pajak orang pribadi dalam
negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.
(-) Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk
melakukan pemotongan pajak adalah:
a. kantor perwakilan Negara asing;
b. organisasi-organisasi internasional sebagaiman dimaksud dalam Pasal 3ayat (1)
huruf c UU PPh, yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan;
c. organisasi-organisasi internasional yang ketentuan pajak penghasilannya
didasarkan pada ketentuan perjanjian internasional dan dalam perjanjian
tersebut mengecualikan kewajiban pemotongan pajak, serta serta telah
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
d. pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan
pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
B. Penerima Penghasilan yang dipotong PPh 21
1) Pegawai
Yang dmaksud dengan pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada
pemberi kerja, baik sebagai pegawai tetap atau pegawai tidak tetap/tenaga
kerja lepas berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara
tertulis maupun tidak tertulis.
2) Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, Tunjangan
Hari Tua (THT), atau Jaminan Hari Tua (JHT), termasuk ahli warisnya.
3) Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan,meliputi :
a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.
b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan
seniman lainnya.
c. Olahragawan, penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan
moderator;Pengarang, peneliti, penterjemah.
d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
e. dll.
4) Anggotan Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas yang tidak merangkap
sebagai Pegawai Tetap yang bekerja pada perusahaan yang sama.
5) Mantan Pegawai.
6) Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi :
a. peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan
olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan
lainnya;
b. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
c. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara
kegiatan tertentu;
d. peserta pendidikan, pelatihan, dan magang;
e. peserta kegiatan lainnya.
(-) Tidak termasuk dalam Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
a. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing,
dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara
Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di
luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta Negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik;
b. Pejabat perwakilan organisasi internasional, yang telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, dengan syarat bukan Warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan
usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia.
c. Pegawai yg bekerja di badan-badan PBB baik WNI maupun WNA
(-) Penghasilan yang tidak dipotong PPh 21 yaitu:
a. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
b. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk
apapun diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali penghasilan
natura yang menjadi objek PPh 21;
c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan
hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja;
d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga
amal zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia
yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;
e. Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (3) huruf l UU PPh baik di dalam
maupun di luar negeri.
C. Cara Menghitung PPh 21
Penghitungan PPh Pasal 21 secara garis besarnya dapat dijelaskan dalam tabel
berikut ini :
No. Penerima Penghasilan Tarif PPh 21
1. Pegawai Tetap yang mempunyai NPWP
:
Penghasilan Tidak Teratur ditambah dengan
Penghasilan Bruto Teratur disetahunkan
s.d. Rp 50.000.000
> 50.000.000 - 250.000.000
> 250.000.000 - 500.000.000
> 500.000.000
5 %
15 %
25 %
30 %
dikurangi dengan :
a). Biaya Jabatan (5% of Penghasilan Bruto,
maksimum Rp500.000 per bulan atau
6.000.000 per tahun);
b) Iutan pensiun, Jaminan Hari Tua (JHT),
Tabungan Hari Tua (THT), yang dibayar oleh
pegawai;
c) PTKP
2. Penerima pensiun yang dibayar bulanan
yang mempunyai NPWP :
Penghasilan bruto disetahunkan dikurangi
dengan :
s.d. Rp 50.000.000
> 50.000.000 - 250.000.000
> 250.000.000 - 500.000.000
> 500.000.000
5 %
15 %
25 %
30 %
a) Biaya Pensiun (5% Penghasilan Bruto,
maksimum Rp200.000 per bulan atau Rp
2.400.000 per tahun);
b) PTKP.
3. Pegawai tidak tetap yang dibayar
bulanan atau Jumlah Kumulatif yang
diterima dalam 1 bulan Kalender telah
melebihi Rp 4.500.000,- dan
mempunyai NPWP :
Penghasilan bruto disetahunkan setelah
dikurangi dengan PTKP
s.d. Rp 50.000.000
> 50.000.000 - 250.000.000
> 250.000.000 - 500.000.000
5 %
15 %
25 %
30 %
PPh 21 sebulan adalah hasil perhitungan
tersebut dibagi 12
4. Untuk pesangon, tebusan pensiun dan
THT dan JHT yang dibayar sekaligus
(PP 68 Tahun 2009 dan
PMK 16/PMK.03/2010)
5. Komisaris/Dewan Pengawas bukan
pegawai tetap, mantan pegawai, dan
pegawai yang menarik uang tebusan
pensiun yang mempunyai NPWP
s.d. Rp 50.000.000
> 50.000.000 - 250.000.000
> 250.000.000 - 500.000.000
> 500.000.000
5 %
15 %
25 %
30 %
Akumulasi Penghasilan Bruto
6. Bukan Pegawai : yang menerima atau
memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan
bebas lainnya seperti : tenaga ahli
pemain musik (memiliki NPWP)
(Penghasilan Bruto x 50 % )- PTKP perbulan s.d. Rp 50.000.000
> 50.000.000 - 250.000.000
> 250.000.000 - 500.000.000
> 500.000.000
5 %
15 %
25 %
30 %
7. Distributor multilevel marketing, direct
selling dan agen asuransi yang
mempunyai NPWP
PER-57/PJ./2009 jo.
SE-100/PJ./2009
8. Peserta Kegiatan yang mempunyai
NPWP :
Penghasilan Bruto
s.d. Rp 50.000.000
> 50.000.000 - 250.000.000
> 250.000.000 - 500.000.000
> 500.000.000
5 %
15 %
25 %
30 %
9.
Tarif Untuk penerima penghasilan yang
tidak mempunyai NPWP
120% dari tarif progresif (tidak berlaku
untuk PPh Final)
10. Tarif untuk WPLN
Penghasilan Bruto 20%, atau sesuai dengan tarif tax treaty
11. Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja
lepas yang menerima upah harian,
mingguan, upah satuan, atau borongan
yang penghasilannya melebihi Rp
450.000 per Hari atau penghasilan
kumulatif yang diterima 1 bulan belum
melebihi Rp 4.500.000,- (yang
mempunyai NPWP)
Penghasilan Bruto – PTKP (PTKP:360 hari)
 Yang dimaksud dengan Akumulasi Penghasilan Bruto (kumulatif) adalah jumlah bruto
yang terus diakumulasi selama satu tahun kalender, sehingga pengenaan tarifnya
bisa menggunakan lapisan tarif hingga 30%
Berdasarkan PMK No. 101/PMK.010/2016 tertanggal 22 Juni 2016. Di bawah ini
disandingkan PTKP lama dan yang baru yang akan mulai berlaku 1 Januari 2016 :
No.
Jan 2015
s.d Des 2015
(PTKP Rp)
Jan 2016
dan seterusnya
(PTKP Rp)
Keterangan
a. 36.000.000 54.000.000 Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi
b. 3.000.000 4.500.000 Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
c. 36.000.000 54.000.000 Tambahan untuk seorang istri yang
penghasilanya digabung dengan
penghasilan suami
d. 3.000.000 4.500.000 Tambahan untuk setiap anggota keluarga
sedarah dan keluarga semenda dalam
garis keturunan lurus serta anak angkat,
yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap
keluarga.
Berikut ini disajikan tabel PTKP yang baru yang akan mulai 1 Januari 2016, berdasarkan
status perkawinan WP :
Status Wajib Pajak WP Kawin Tanggungan Total
K/- 54.000.000 4.500.000 0 58.500.000
K/1 54.000.000 4.500.000 4.500.000 63.000.000
K/2 54.000.000 4.500.000 9.000.000 67.500.000
K/3 54.000.000 4.500.000 13.500.000 72.000.000
TK/- 54.000.000 0 0 54.000.000
TK/1 54.000.000 0 4.500.000 58.500.000
TK/2 54.000.000 0 9.000.000 63.000.000
TK/3 54.000.000 0 13.500.000 67.500.000
Dalam menghitung PPh 21 besarnya PTKP maksimal Rp 72.000.000, sedangkan dalam
menghitung PPh Orang Pribadi besarnya PTKP maksimal menjadi Rp 126.000.000 untuk
WP dengan status kawin dengan istri yang mempunyai penghasilan yang digabung
dengan suaminya (K/I/3).
Yang termasuk keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus adalah orang tua kakek dst,
dan anak kandung cucu dst. Yang termasuk keluarga semenda dalam garis keturunan
lurus adalah mertua dan anak tiri. Yang dimaksud dengan anggota keluarga yang menjadi
tanggungan sepenuhnya adalah anggota keluarga yang tidak mempunyai penghasilan dan
seluruh biaya hidupnya ditanggung oleh Wajib Pajak.
Penerapan ketentuan di atas ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak
Catatan: TK/1=K/-; TK/2=K/1; TK/3=K/2; HB=TK
TK=Tidak Kawin; K=Kawin; HB=Hidup Berpisah
 Status K/I/… adalah PTKP atas penghasilan isteri yang digabung dengan
penghasilan suami. Status ini tidak ada dalam penghitungan PPh Pasal 21
karena perusahaan tidak diperkenankan menggabungkan penghasilan isteri
pegawai, baik dari usaha maupun dari pekerjaan.
 Karyawati kawin hanya berhak atas PTKP hanya untuk diri sendiri sehingga
statusnya adalah TK/- dan tidak boleh ada tanggungan.
 Karyawati tidak kawin berhak atas PTKP untuk dirinya sendiri dan boleh
menanggung anggota keluarga sehingga statusnya adalah TK/-, TK/1, TK/2,
atau TK/3.
 Karyawati yang menunjukkan keterangan tertulis dari pemerintah
daerah setempat (serendah-rendahnya kecamatan)yang menyatakan
bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan berhak atas
tambahan PTKP sebesar tambahan untuk WP kawin, dan boleh menanggung
keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya sehingga statusnya adalah K/-
, K/1, K/2, atau atau K/3
 Status PTKP ditentukan pada awal tahun per 1 Januari, sedangkan status
PTKP untuk orang asing yang menjadi WPDN pada tahun berjalan ditentukan
pada keadaan awal bulan menjadi WPDN.
Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 Bulanan dengan penyesuaian PTKP terbaru
(mulai 1 Januari 2016)
Rodi mulai bekerja sejak tanggal 2 Desember 2012 pada PT Lanang Sejati. Pada
bulan Januari 2016, dia memperoleh gaji sebulan sebesar Rp5.650.000. Selain itu, Dodi
juga menerima tunjangan transpor Rp500.000, tunjangan makan berupa uang
Rp750.000, dan tunjangan perumahan Rp500.000. Perusahaan juga memberikan premi
asuransi kesehatan (bukan Jamsostek) Rp70.000 dan Tunjangan Hari Tua Rp100.000
serta mendapat seragam kerja seharga Rp250.000. Premi asuransi kesehatan yang
dibayar sendiri Rp50.000 dan iuran pensiun yg dibayar sendiri sebesar Rp250.000. Dodi
sudah menikah dan mempunyai satu orang anak yang lahir pada tanggal 3 Januari
2016. Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari 2016 adalah sebagai berikut :
- Penghasilan bruto sebulan:
- Gaji Rp 5.650.000
- Tunjangan transpor Rp 500.000
- Tunjangan makan Rp 750.000
- Tunjangan perumahan Rp 500.000
- Premi Asuransi Rp 70.000
- Total penghasilan bruto sebulan Rp 7.470.000
-
- Pengurangan:
- 1. Biaya jabatan = 5% X Rp5.470.000 Rp 373.500
- 2. Iuran pensiun Rp 250.000
- ----------------
(Rp 623.500)
- ----------------
- Penghasilan neto sebulan Rp 6.846.500
-
- Penghasilan neto setahun = 12 x Rp 6.846.500 = Rp 82.158.000
- PTKP setahun (K/0)(berdasarkan PTKP terbaru,mulai 1 Januari 2016)
- untuk WP sendiri Rp (54.000.000)
- tambahan WP kawin Rp (4.500.000)
- -------------------
- (Rp 58.500.000)
-
- Penghasilan kena pajak Rp 23.658.000
- PPh 21 terutang setahun Rp 1.182.900
- PPh 21 terutang sebulan Rp 98.575
- (Rp 1.182.900 :12)
Kewajiban Pemotong
1. Pemotong pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor
Penyuluhan Pajak setempat;
2. Pemotong Pajak mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlukan dalam
rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya pada Kantor Pelayanan Pajak atau
Kantor Penyuluhan Pajak setempat;
3. Pemotong Pajak wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh Pasal 21
dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan takwim;
4. Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 atau PPh
Pasal 26 baik diminta maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan pajak
kepada orang pribadi bukan pegawai tetap, penerima uang tebusan pensiun,
penerima Jaminan Hari Tua, penerima uang pesangon, dan penerima dana
pensiun;
5. Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Tahunan
kepada pegawai tetap, termasuk penerima pensiun bulanan, dengan
menggunakan formulir yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam waktu
2 (dua) bulan setelah tahun takwim berakhir;
6. Apabila pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun pada bagian tahun takwim,
Bukti Pemotongan diberikan oleh pemberi kerja selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan setelah pegawai yang bersangkutan berhenti bekerja atau pensiun;
7. Dalam waktu 2 (dua) bulan setelah tahun takwim berakhir, Pemotong Pajak
berkewajiban menghitung kembaii jumlah PPh Pasal 21 yang terutang oleh
pegawai tetap dan penerima pensiun bulanan menurut tarif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor
17 Tahun 2000;
8. Pemotong Pajak wajib membuat catatan atau kertas kerja perhitungan PPh Pasal
21 dan atau PPh Pasal 26 untuk masing-masing penerima penghasilan, yang
menjadi dasar pelaporan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, dan wajib
menyimpan catatan atau kertas kerja tersebut selama 10 (sepuluh) tahun sejak
berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan;
Demikianlah sekilas penjelasan tentang Pemotongan atau pemungutan atas PPH pasal
21. Semoga berguna. Terimakasih.

More Related Content

What's hot

RASIO KEUANGAN BANK.pptx
RASIO KEUANGAN BANK.pptxRASIO KEUANGAN BANK.pptx
RASIO KEUANGAN BANK.pptxluth14
 
RPP Perbankan Dasar Kelas X SMK Kompetensi Keahlian Perbankan Syariah
RPP Perbankan Dasar Kelas X SMK Kompetensi Keahlian Perbankan SyariahRPP Perbankan Dasar Kelas X SMK Kompetensi Keahlian Perbankan Syariah
RPP Perbankan Dasar Kelas X SMK Kompetensi Keahlian Perbankan SyariahSiti Masitoh
 
Pengertian siklus akuntansi, alur, dan urutan prosesnya
Pengertian siklus akuntansi, alur, dan urutan prosesnyaPengertian siklus akuntansi, alur, dan urutan prosesnya
Pengertian siklus akuntansi, alur, dan urutan prosesnyaWADIYO .
 
Konsep Ekuitas (Teori Akuntansi)
Konsep Ekuitas (Teori Akuntansi)Konsep Ekuitas (Teori Akuntansi)
Konsep Ekuitas (Teori Akuntansi)Dyah A Fitria
 
Materi Akuntansi : Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang
Materi Akuntansi : Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang Materi Akuntansi : Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang
Materi Akuntansi : Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang 25 34
 
Makalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isiMakalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isianisa_13
 
Karakteristik laba
Karakteristik labaKarakteristik laba
Karakteristik labaAmy Cuex
 
PPT Mapel Akuntansi Pemerintah Daerah Kelas XI Pertemuan ke 1.pptx
PPT Mapel Akuntansi Pemerintah Daerah Kelas XI Pertemuan ke 1.pptxPPT Mapel Akuntansi Pemerintah Daerah Kelas XI Pertemuan ke 1.pptx
PPT Mapel Akuntansi Pemerintah Daerah Kelas XI Pertemuan ke 1.pptxRetnoAW1
 
Akuntansi keuangan lanjutan 2 (laporan konsolidasi)
Akuntansi keuangan lanjutan 2 (laporan konsolidasi)Akuntansi keuangan lanjutan 2 (laporan konsolidasi)
Akuntansi keuangan lanjutan 2 (laporan konsolidasi)Annisa Galih Sarasati
 
ppt Pengendalian Internal.pptx
ppt Pengendalian Internal.pptxppt Pengendalian Internal.pptx
ppt Pengendalian Internal.pptxagustriyani2
 
Pembubaran Persekutuan oleh pemilik
Pembubaran Persekutuan oleh pemilikPembubaran Persekutuan oleh pemilik
Pembubaran Persekutuan oleh pemilikphatar_augrah
 

What's hot (20)

Akuntansi komparatif
Akuntansi komparatifAkuntansi komparatif
Akuntansi komparatif
 
RASIO KEUANGAN BANK.pptx
RASIO KEUANGAN BANK.pptxRASIO KEUANGAN BANK.pptx
RASIO KEUANGAN BANK.pptx
 
TAX PLANNING PAJAK
TAX PLANNING PAJAKTAX PLANNING PAJAK
TAX PLANNING PAJAK
 
RPP Perbankan Dasar Kelas X SMK Kompetensi Keahlian Perbankan Syariah
RPP Perbankan Dasar Kelas X SMK Kompetensi Keahlian Perbankan SyariahRPP Perbankan Dasar Kelas X SMK Kompetensi Keahlian Perbankan Syariah
RPP Perbankan Dasar Kelas X SMK Kompetensi Keahlian Perbankan Syariah
 
Rerangka konseptual sak (kdpplk)
Rerangka konseptual sak (kdpplk)Rerangka konseptual sak (kdpplk)
Rerangka konseptual sak (kdpplk)
 
Pengertian siklus akuntansi, alur, dan urutan prosesnya
Pengertian siklus akuntansi, alur, dan urutan prosesnyaPengertian siklus akuntansi, alur, dan urutan prosesnya
Pengertian siklus akuntansi, alur, dan urutan prosesnya
 
Konsep Ekuitas (Teori Akuntansi)
Konsep Ekuitas (Teori Akuntansi)Konsep Ekuitas (Teori Akuntansi)
Konsep Ekuitas (Teori Akuntansi)
 
Materi Akuntansi : Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang
Materi Akuntansi : Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang Materi Akuntansi : Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang
Materi Akuntansi : Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang
 
Auditing 1
Auditing 1Auditing 1
Auditing 1
 
Makalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isiMakalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isi
 
Karakteristik laba
Karakteristik labaKarakteristik laba
Karakteristik laba
 
AUDITING 2
AUDITING 2AUDITING 2
AUDITING 2
 
Letter of Credit
Letter of CreditLetter of Credit
Letter of Credit
 
PPT Mapel Akuntansi Pemerintah Daerah Kelas XI Pertemuan ke 1.pptx
PPT Mapel Akuntansi Pemerintah Daerah Kelas XI Pertemuan ke 1.pptxPPT Mapel Akuntansi Pemerintah Daerah Kelas XI Pertemuan ke 1.pptx
PPT Mapel Akuntansi Pemerintah Daerah Kelas XI Pertemuan ke 1.pptx
 
Siklus akuntansi
Siklus akuntansiSiklus akuntansi
Siklus akuntansi
 
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
 
PPh PASAL 24
PPh PASAL 24PPh PASAL 24
PPh PASAL 24
 
Akuntansi keuangan lanjutan 2 (laporan konsolidasi)
Akuntansi keuangan lanjutan 2 (laporan konsolidasi)Akuntansi keuangan lanjutan 2 (laporan konsolidasi)
Akuntansi keuangan lanjutan 2 (laporan konsolidasi)
 
ppt Pengendalian Internal.pptx
ppt Pengendalian Internal.pptxppt Pengendalian Internal.pptx
ppt Pengendalian Internal.pptx
 
Pembubaran Persekutuan oleh pemilik
Pembubaran Persekutuan oleh pemilikPembubaran Persekutuan oleh pemilik
Pembubaran Persekutuan oleh pemilik
 

Viewers also liked

Akuntansi pasca tax amnesty (psak 70)
Akuntansi pasca tax amnesty (psak 70) Akuntansi pasca tax amnesty (psak 70)
Akuntansi pasca tax amnesty (psak 70) Prie Yono
 
Tax planning dan pengendalian atas unsur unsur objek withholding tax (selain ...
Tax planning dan pengendalian atas unsur unsur objek withholding tax (selain ...Tax planning dan pengendalian atas unsur unsur objek withholding tax (selain ...
Tax planning dan pengendalian atas unsur unsur objek withholding tax (selain ...Lutfi Ardhani
 
Tinjauan Pustaka Penelitian
Tinjauan Pustaka PenelitianTinjauan Pustaka Penelitian
Tinjauan Pustaka PenelitianOpissen Yudisyus
 
Asas-Asas Pemungutan Pajak
Asas-Asas Pemungutan PajakAsas-Asas Pemungutan Pajak
Asas-Asas Pemungutan PajakRizka Lubis
 
PPN Pengantar & Karakter
PPN  Pengantar  & KarakterPPN  Pengantar  & Karakter
PPN Pengantar & Karakterkaromah95
 
PPN Saat & Tempat Terutang
PPN   Saat & Tempat TerutangPPN   Saat & Tempat Terutang
PPN Saat & Tempat Terutangkaromah95
 
PPN Pemungutan PPN
 PPN   Pemungutan PPN PPN   Pemungutan PPN
PPN Pemungutan PPNkaromah95
 
Tata Cara Pemungutan dan Tarif Pajak
Tata Cara Pemungutan dan Tarif PajakTata Cara Pemungutan dan Tarif Pajak
Tata Cara Pemungutan dan Tarif Pajakgadis sriyamti
 
KKP (Kertas Kerja Perorangan) muhamad riadi
KKP (Kertas Kerja Perorangan) muhamad riadiKKP (Kertas Kerja Perorangan) muhamad riadi
KKP (Kertas Kerja Perorangan) muhamad riadiMuhamad Riadi
 
PPN Faktur Pajak
PPN   Faktur PajakPPN   Faktur Pajak
PPN Faktur Pajakkaromah95
 
PPN tentang PPnBM
PPN tentang PPnBMPPN tentang PPnBM
PPN tentang PPnBMkaromah95
 
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri Saputra
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri SaputraPAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri Saputra
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri SaputraIndah Mawarni
 
Psak 25-kebijakan-akuntansi-perusahaan-estimasi-akuntansi-dan-kesalahan-ias-18
Psak 25-kebijakan-akuntansi-perusahaan-estimasi-akuntansi-dan-kesalahan-ias-18Psak 25-kebijakan-akuntansi-perusahaan-estimasi-akuntansi-dan-kesalahan-ias-18
Psak 25-kebijakan-akuntansi-perusahaan-estimasi-akuntansi-dan-kesalahan-ias-18Sri Apriyanti Husain
 
Tax Planning atas PPN
Tax Planning atas PPNTax Planning atas PPN
Tax Planning atas PPNpuspa
 
PPN Fasilitas
PPN  FasilitasPPN  Fasilitas
PPN Fasilitaskaromah95
 
TUTORIAL APLIKASI ESPT PPH 21
TUTORIAL APLIKASI ESPT PPH 21TUTORIAL APLIKASI ESPT PPH 21
TUTORIAL APLIKASI ESPT PPH 21Ernie Lestari
 
PPN Objek & hubungan istimewa
PPN Objek & hubungan istimewaPPN Objek & hubungan istimewa
PPN Objek & hubungan istimewakaromah95
 

Viewers also liked (20)

Akuntansi pasca tax amnesty (psak 70)
Akuntansi pasca tax amnesty (psak 70) Akuntansi pasca tax amnesty (psak 70)
Akuntansi pasca tax amnesty (psak 70)
 
Tax planning dan pengendalian atas unsur unsur objek withholding tax (selain ...
Tax planning dan pengendalian atas unsur unsur objek withholding tax (selain ...Tax planning dan pengendalian atas unsur unsur objek withholding tax (selain ...
Tax planning dan pengendalian atas unsur unsur objek withholding tax (selain ...
 
Pajak
PajakPajak
Pajak
 
Tinjauan Pustaka Penelitian
Tinjauan Pustaka PenelitianTinjauan Pustaka Penelitian
Tinjauan Pustaka Penelitian
 
Asas-Asas Pemungutan Pajak
Asas-Asas Pemungutan PajakAsas-Asas Pemungutan Pajak
Asas-Asas Pemungutan Pajak
 
PPN Pengantar & Karakter
PPN  Pengantar  & KarakterPPN  Pengantar  & Karakter
PPN Pengantar & Karakter
 
PPN Saat & Tempat Terutang
PPN   Saat & Tempat TerutangPPN   Saat & Tempat Terutang
PPN Saat & Tempat Terutang
 
PPN Pemungutan PPN
 PPN   Pemungutan PPN PPN   Pemungutan PPN
PPN Pemungutan PPN
 
Tata Cara Pemungutan dan Tarif Pajak
Tata Cara Pemungutan dan Tarif PajakTata Cara Pemungutan dan Tarif Pajak
Tata Cara Pemungutan dan Tarif Pajak
 
KKP (Kertas Kerja Perorangan) muhamad riadi
KKP (Kertas Kerja Perorangan) muhamad riadiKKP (Kertas Kerja Perorangan) muhamad riadi
KKP (Kertas Kerja Perorangan) muhamad riadi
 
PPN Faktur Pajak
PPN   Faktur PajakPPN   Faktur Pajak
PPN Faktur Pajak
 
Tata cara pemungutan pajak
Tata cara pemungutan pajakTata cara pemungutan pajak
Tata cara pemungutan pajak
 
PPN tentang PPnBM
PPN tentang PPnBMPPN tentang PPnBM
PPN tentang PPnBM
 
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri Saputra
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri SaputraPAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri Saputra
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPn) by Andri Saputra
 
Psak 25-kebijakan-akuntansi-perusahaan-estimasi-akuntansi-dan-kesalahan-ias-18
Psak 25-kebijakan-akuntansi-perusahaan-estimasi-akuntansi-dan-kesalahan-ias-18Psak 25-kebijakan-akuntansi-perusahaan-estimasi-akuntansi-dan-kesalahan-ias-18
Psak 25-kebijakan-akuntansi-perusahaan-estimasi-akuntansi-dan-kesalahan-ias-18
 
PPT Perpajakan
PPT PerpajakanPPT Perpajakan
PPT Perpajakan
 
Tax Planning atas PPN
Tax Planning atas PPNTax Planning atas PPN
Tax Planning atas PPN
 
PPN Fasilitas
PPN  FasilitasPPN  Fasilitas
PPN Fasilitas
 
TUTORIAL APLIKASI ESPT PPH 21
TUTORIAL APLIKASI ESPT PPH 21TUTORIAL APLIKASI ESPT PPH 21
TUTORIAL APLIKASI ESPT PPH 21
 
PPN Objek & hubungan istimewa
PPN Objek & hubungan istimewaPPN Objek & hubungan istimewa
PPN Objek & hubungan istimewa
 

Similar to PPh21

Pengenaan PPh 21 Dan Contoh Perhitungannya - RIKI ARDONI
Pengenaan PPh 21 Dan Contoh Perhitungannya - RIKI ARDONIPengenaan PPh 21 Dan Contoh Perhitungannya - RIKI ARDONI
Pengenaan PPh 21 Dan Contoh Perhitungannya - RIKI ARDONIRiki Ardoni
 
Modul pajak smt 1-kelas xii
Modul pajak smt 1-kelas xiiModul pajak smt 1-kelas xii
Modul pajak smt 1-kelas xiiEka Dharma
 
Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26Icha Icha
 
makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21Fitri Bersahabat
 
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docx
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docxPert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docx
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docxLidyaYuni
 
Slide-ACC-411-Slide-7.pptx
Slide-ACC-411-Slide-7.pptxSlide-ACC-411-Slide-7.pptx
Slide-ACC-411-Slide-7.pptxIrwanMusic
 
Pajak Penghasilan.pptx
Pajak Penghasilan.pptxPajak Penghasilan.pptx
Pajak Penghasilan.pptxEka Meiyanti
 
6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.ppt
6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.ppt6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.ppt
6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pptCesiliaArum1
 
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdfPPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdfNathaniaAprillya
 
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.ppt
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.pptMATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.ppt
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.pptHandiPurnomo8
 
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.ppt
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.pptPAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.ppt
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.pptBesarArdhiNugraha
 

Similar to PPh21 (20)

Pengenaan PPh 21 Dan Contoh Perhitungannya - RIKI ARDONI
Pengenaan PPh 21 Dan Contoh Perhitungannya - RIKI ARDONIPengenaan PPh 21 Dan Contoh Perhitungannya - RIKI ARDONI
Pengenaan PPh 21 Dan Contoh Perhitungannya - RIKI ARDONI
 
P ph pasal 21 new
P ph pasal 21 newP ph pasal 21 new
P ph pasal 21 new
 
Pph pasal 21
Pph pasal 21Pph pasal 21
Pph pasal 21
 
Makalah pph21
Makalah pph21Makalah pph21
Makalah pph21
 
Modul pajak smt 1-kelas xii
Modul pajak smt 1-kelas xiiModul pajak smt 1-kelas xii
Modul pajak smt 1-kelas xii
 
Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26
 
P ph pasal 21 26
P ph pasal 21 26P ph pasal 21 26
P ph pasal 21 26
 
makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21
 
Pajak Penghasilan
Pajak PenghasilanPajak Penghasilan
Pajak Penghasilan
 
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docx
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docxPert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docx
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docx
 
Slide-ACC-411-Slide-7.pptx
Slide-ACC-411-Slide-7.pptxSlide-ACC-411-Slide-7.pptx
Slide-ACC-411-Slide-7.pptx
 
Pajak Penghasilan.pptx
Pajak Penghasilan.pptxPajak Penghasilan.pptx
Pajak Penghasilan.pptx
 
kelompok 3.pptx
kelompok 3.pptxkelompok 3.pptx
kelompok 3.pptx
 
kelompok 3.pptx
kelompok 3.pptxkelompok 3.pptx
kelompok 3.pptx
 
Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21
 
6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.ppt
6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.ppt6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.ppt
6 dan 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.ppt
 
Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21
 
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdfPPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
 
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.ppt
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.pptMATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.ppt
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.ppt
 
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.ppt
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.pptPAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.ppt
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.ppt
 

Recently uploaded

V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxBayuUtaminingtyas
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.pptsantikalakita
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IAccIblock
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptAchmadHasanHafidzi
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptxfitriamutia
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptximamfadilah24062003
 
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdfIde dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdfPerkuliahanDaring
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptAchmadHasanHafidzi
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerjamonikabudiman19
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 

Recently uploaded (16)

V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
 
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdfIde dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 

PPh21

  • 1. Artikel PPh 21 (Pemotongan dan Pemungutan) Pendahuluan Didalam System perpajakan terdapat tiga system yaitu : 1. Official Assesment System yaitu : Sistem perpajakan yang memberikan wewenang kepada pemerintah (petugas pajak) untuk menentukan besarnya pajak terutang kepada wajib pajak. Sistem ini sudah tidak berlaku lagi sejak reformasi perpajakan tahun 1984. 2. Self Assesment System yaitu : Sistem perpajakan yang memberikan wewenang kapada wajib pajak untuk menghitung sendiri, melaporkan sendiri, dan membayar sendiri pajak terutang atau besarnya pajak yang timbul. 3. Withholding System yaitu : Sistem perpajakan yang memberikan wewenang kepada pihak lain atau pihak ketiga untuk memotong dan memungut besarnya pajak terutang wajib pajak. Pihak ketiga adalah Pihak lain selain pemerintah dan Wajib Pajak. Sistem pemungutan pajak Indonesia sesuai dengan asas pemungutan pajak menganut sistem Self Assesment System dan Withholding System. Secara umum, mekanisme pemotongan/pemungutan (Withholding System) adalah sebagai berikut: 1) Pemotong/pemungut pajak memotong/memungut pajak atas pemberian penghasilan dari suatu transaksi tertentu dengan tarif yang ditentukan. 2) Pemotong/pemungut pajak menyetorkan dan melaporkan pelaksanaan pemotongan/pemungutan pajak ini dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) dan Surat Pemberitahuan (SPT). 3) Bagi WP yang dipotong/dipungut pajaknya, nilai tersebut merupakan cicilan pajak yang terutang (kredit pajak) pada akhir tahun apabila atas penghasilannya dikenakan PPh dengan tarif umum (Pasal 17 UU PPh). Tarif Umum Pasal 17 UU PPh Lapisan Penghasilan Kena Pajak (Rp) Tarif Pajak Sampai dengan 50.000.000,00 5% Diatas 50.000.000,00 sampai dengan 250.000.000 15%
  • 2. Diatas 250.000.000,00 sampai dengan 500.000.000 25% Diatas 500.000.000,00 30% 4) Untuk WP yang atas penghasilannya dikenakan PPh yang bersifat Final, nilai yang dipotong/dipungut oleh pihak lain merupakan pelunasan PPh yang terutang. PPh Final yaitu : PPh yang dikenakan, baik yang dipotong pihak lain maupun yang disetor sendiri, merupakan pelunasan langsung terhadap PPh terutang untuk penghasilan tersebut. Dengan demikian, penghasilan yang dikenakan PPh final ini tidak dihitung lagi PPh nya di SPT Tahunan. PPh yang sudah dipotong atau dibayar tersebut juga bukan merupakan kredit pajak di SPT Tahunan. Secara garis besar, pemotongan/pemungutan pajak ini terdiri dari: 1) Pemotongan PPh Pasal 21 2) Pemungutan PPh Pasal 22 3) Pemotongan PPh Pasal 23 4) Pemotongan PPh Pasal 26 5) Pemotongan PPh Final lainnya Pada artikel ini kami akan menjelaskan tentang Withholding System atas PPh 21 PPh Pasal 21 adalah: pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh oleh WP orang pribadi dalam negeri. A. Pemotong PPh 21 yaitu : 1) Pemberi Kerja yang terdiri dari Badan atau Orang Pribadi yang membayar gaji, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan dan jasa 2) Bendahara atau pemegang kas Pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/Polri, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri. 3) Dana pensiun, badan penyelenggara Jamsostek, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan Tabungan Hari Tua (THT) atau Jaminan Hari Tua (JHT). 4) Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta Badan yang membayar: a) honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status
  • 3. Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya. b) honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak luar negeri. c) honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan magang 5) Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan. (-) Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak adalah: a. kantor perwakilan Negara asing; b. organisasi-organisasi internasional sebagaiman dimaksud dalam Pasal 3ayat (1) huruf c UU PPh, yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan; c. organisasi-organisasi internasional yang ketentuan pajak penghasilannya didasarkan pada ketentuan perjanjian internasional dan dalam perjanjian tersebut mengecualikan kewajiban pemotongan pajak, serta serta telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan. d. pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. B. Penerima Penghasilan yang dipotong PPh 21 1) Pegawai Yang dmaksud dengan pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai pegawai tetap atau pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis.
  • 4. 2) Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, Tunjangan Hari Tua (THT), atau Jaminan Hari Tua (JHT), termasuk ahli warisnya. 3) Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan,meliputi : a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris. b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya. c. Olahragawan, penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;Pengarang, peneliti, penterjemah. d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator; e. dll. 4) Anggotan Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap yang bekerja pada perusahaan yang sama. 5) Mantan Pegawai. 6) Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi : a. peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya; b. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja; c. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu; d. peserta pendidikan, pelatihan, dan magang; e. peserta kegiatan lainnya. (-) Tidak termasuk dalam Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 a. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di
  • 5. luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik; b. Pejabat perwakilan organisasi internasional, yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan Warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia. c. Pegawai yg bekerja di badan-badan PBB baik WNI maupun WNA (-) Penghasilan yang tidak dipotong PPh 21 yaitu: a. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa; b. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali penghasilan natura yang menjadi objek PPh 21; c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja; d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amal zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah; e. Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (3) huruf l UU PPh baik di dalam maupun di luar negeri. C. Cara Menghitung PPh 21 Penghitungan PPh Pasal 21 secara garis besarnya dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini : No. Penerima Penghasilan Tarif PPh 21 1. Pegawai Tetap yang mempunyai NPWP : Penghasilan Tidak Teratur ditambah dengan Penghasilan Bruto Teratur disetahunkan s.d. Rp 50.000.000 > 50.000.000 - 250.000.000 > 250.000.000 - 500.000.000 > 500.000.000 5 % 15 % 25 % 30 %
  • 6. dikurangi dengan : a). Biaya Jabatan (5% of Penghasilan Bruto, maksimum Rp500.000 per bulan atau 6.000.000 per tahun); b) Iutan pensiun, Jaminan Hari Tua (JHT), Tabungan Hari Tua (THT), yang dibayar oleh pegawai; c) PTKP 2. Penerima pensiun yang dibayar bulanan yang mempunyai NPWP : Penghasilan bruto disetahunkan dikurangi dengan : s.d. Rp 50.000.000 > 50.000.000 - 250.000.000 > 250.000.000 - 500.000.000 > 500.000.000 5 % 15 % 25 % 30 % a) Biaya Pensiun (5% Penghasilan Bruto, maksimum Rp200.000 per bulan atau Rp 2.400.000 per tahun); b) PTKP. 3. Pegawai tidak tetap yang dibayar bulanan atau Jumlah Kumulatif yang diterima dalam 1 bulan Kalender telah melebihi Rp 4.500.000,- dan mempunyai NPWP : Penghasilan bruto disetahunkan setelah dikurangi dengan PTKP s.d. Rp 50.000.000 > 50.000.000 - 250.000.000 > 250.000.000 - 500.000.000 5 % 15 % 25 % 30 % PPh 21 sebulan adalah hasil perhitungan tersebut dibagi 12 4. Untuk pesangon, tebusan pensiun dan THT dan JHT yang dibayar sekaligus (PP 68 Tahun 2009 dan PMK 16/PMK.03/2010) 5. Komisaris/Dewan Pengawas bukan
  • 7. pegawai tetap, mantan pegawai, dan pegawai yang menarik uang tebusan pensiun yang mempunyai NPWP s.d. Rp 50.000.000 > 50.000.000 - 250.000.000 > 250.000.000 - 500.000.000 > 500.000.000 5 % 15 % 25 % 30 % Akumulasi Penghasilan Bruto 6. Bukan Pegawai : yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan bebas lainnya seperti : tenaga ahli pemain musik (memiliki NPWP) (Penghasilan Bruto x 50 % )- PTKP perbulan s.d. Rp 50.000.000 > 50.000.000 - 250.000.000 > 250.000.000 - 500.000.000 > 500.000.000 5 % 15 % 25 % 30 % 7. Distributor multilevel marketing, direct selling dan agen asuransi yang mempunyai NPWP PER-57/PJ./2009 jo. SE-100/PJ./2009 8. Peserta Kegiatan yang mempunyai NPWP : Penghasilan Bruto s.d. Rp 50.000.000 > 50.000.000 - 250.000.000 > 250.000.000 - 500.000.000 > 500.000.000 5 % 15 % 25 % 30 % 9. Tarif Untuk penerima penghasilan yang tidak mempunyai NPWP 120% dari tarif progresif (tidak berlaku untuk PPh Final) 10. Tarif untuk WPLN Penghasilan Bruto 20%, atau sesuai dengan tarif tax treaty 11. Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang menerima upah harian,
  • 8. mingguan, upah satuan, atau borongan yang penghasilannya melebihi Rp 450.000 per Hari atau penghasilan kumulatif yang diterima 1 bulan belum melebihi Rp 4.500.000,- (yang mempunyai NPWP) Penghasilan Bruto – PTKP (PTKP:360 hari)  Yang dimaksud dengan Akumulasi Penghasilan Bruto (kumulatif) adalah jumlah bruto yang terus diakumulasi selama satu tahun kalender, sehingga pengenaan tarifnya bisa menggunakan lapisan tarif hingga 30% Berdasarkan PMK No. 101/PMK.010/2016 tertanggal 22 Juni 2016. Di bawah ini disandingkan PTKP lama dan yang baru yang akan mulai berlaku 1 Januari 2016 : No. Jan 2015 s.d Des 2015 (PTKP Rp) Jan 2016 dan seterusnya (PTKP Rp) Keterangan a. 36.000.000 54.000.000 Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi b. 3.000.000 4.500.000 Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin c. 36.000.000 54.000.000 Tambahan untuk seorang istri yang penghasilanya digabung dengan penghasilan suami d. 3.000.000 4.500.000 Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga. Berikut ini disajikan tabel PTKP yang baru yang akan mulai 1 Januari 2016, berdasarkan status perkawinan WP :
  • 9. Status Wajib Pajak WP Kawin Tanggungan Total K/- 54.000.000 4.500.000 0 58.500.000 K/1 54.000.000 4.500.000 4.500.000 63.000.000 K/2 54.000.000 4.500.000 9.000.000 67.500.000 K/3 54.000.000 4.500.000 13.500.000 72.000.000 TK/- 54.000.000 0 0 54.000.000 TK/1 54.000.000 0 4.500.000 58.500.000 TK/2 54.000.000 0 9.000.000 63.000.000 TK/3 54.000.000 0 13.500.000 67.500.000 Dalam menghitung PPh 21 besarnya PTKP maksimal Rp 72.000.000, sedangkan dalam menghitung PPh Orang Pribadi besarnya PTKP maksimal menjadi Rp 126.000.000 untuk WP dengan status kawin dengan istri yang mempunyai penghasilan yang digabung dengan suaminya (K/I/3). Yang termasuk keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus adalah orang tua kakek dst, dan anak kandung cucu dst. Yang termasuk keluarga semenda dalam garis keturunan lurus adalah mertua dan anak tiri. Yang dimaksud dengan anggota keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya adalah anggota keluarga yang tidak mempunyai penghasilan dan seluruh biaya hidupnya ditanggung oleh Wajib Pajak. Penerapan ketentuan di atas ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak Catatan: TK/1=K/-; TK/2=K/1; TK/3=K/2; HB=TK TK=Tidak Kawin; K=Kawin; HB=Hidup Berpisah  Status K/I/… adalah PTKP atas penghasilan isteri yang digabung dengan penghasilan suami. Status ini tidak ada dalam penghitungan PPh Pasal 21 karena perusahaan tidak diperkenankan menggabungkan penghasilan isteri pegawai, baik dari usaha maupun dari pekerjaan.  Karyawati kawin hanya berhak atas PTKP hanya untuk diri sendiri sehingga statusnya adalah TK/- dan tidak boleh ada tanggungan.
  • 10.  Karyawati tidak kawin berhak atas PTKP untuk dirinya sendiri dan boleh menanggung anggota keluarga sehingga statusnya adalah TK/-, TK/1, TK/2, atau TK/3.  Karyawati yang menunjukkan keterangan tertulis dari pemerintah daerah setempat (serendah-rendahnya kecamatan)yang menyatakan bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan berhak atas tambahan PTKP sebesar tambahan untuk WP kawin, dan boleh menanggung keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya sehingga statusnya adalah K/- , K/1, K/2, atau atau K/3  Status PTKP ditentukan pada awal tahun per 1 Januari, sedangkan status PTKP untuk orang asing yang menjadi WPDN pada tahun berjalan ditentukan pada keadaan awal bulan menjadi WPDN. Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 Bulanan dengan penyesuaian PTKP terbaru (mulai 1 Januari 2016) Rodi mulai bekerja sejak tanggal 2 Desember 2012 pada PT Lanang Sejati. Pada bulan Januari 2016, dia memperoleh gaji sebulan sebesar Rp5.650.000. Selain itu, Dodi juga menerima tunjangan transpor Rp500.000, tunjangan makan berupa uang Rp750.000, dan tunjangan perumahan Rp500.000. Perusahaan juga memberikan premi asuransi kesehatan (bukan Jamsostek) Rp70.000 dan Tunjangan Hari Tua Rp100.000 serta mendapat seragam kerja seharga Rp250.000. Premi asuransi kesehatan yang dibayar sendiri Rp50.000 dan iuran pensiun yg dibayar sendiri sebesar Rp250.000. Dodi sudah menikah dan mempunyai satu orang anak yang lahir pada tanggal 3 Januari 2016. Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari 2016 adalah sebagai berikut : - Penghasilan bruto sebulan: - Gaji Rp 5.650.000 - Tunjangan transpor Rp 500.000 - Tunjangan makan Rp 750.000 - Tunjangan perumahan Rp 500.000 - Premi Asuransi Rp 70.000 - Total penghasilan bruto sebulan Rp 7.470.000 - - Pengurangan: - 1. Biaya jabatan = 5% X Rp5.470.000 Rp 373.500 - 2. Iuran pensiun Rp 250.000 - ---------------- (Rp 623.500) - ----------------
  • 11. - Penghasilan neto sebulan Rp 6.846.500 - - Penghasilan neto setahun = 12 x Rp 6.846.500 = Rp 82.158.000 - PTKP setahun (K/0)(berdasarkan PTKP terbaru,mulai 1 Januari 2016) - untuk WP sendiri Rp (54.000.000) - tambahan WP kawin Rp (4.500.000) - ------------------- - (Rp 58.500.000) - - Penghasilan kena pajak Rp 23.658.000 - PPh 21 terutang setahun Rp 1.182.900 - PPh 21 terutang sebulan Rp 98.575 - (Rp 1.182.900 :12) Kewajiban Pemotong 1. Pemotong pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat; 2. Pemotong Pajak mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlukan dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya pada Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat; 3. Pemotong Pajak wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan takwim; 4. Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 atau PPh Pasal 26 baik diminta maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan pajak kepada orang pribadi bukan pegawai tetap, penerima uang tebusan pensiun, penerima Jaminan Hari Tua, penerima uang pesangon, dan penerima dana pensiun; 5. Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Tahunan kepada pegawai tetap, termasuk penerima pensiun bulanan, dengan menggunakan formulir yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam waktu 2 (dua) bulan setelah tahun takwim berakhir; 6. Apabila pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun pada bagian tahun takwim, Bukti Pemotongan diberikan oleh pemberi kerja selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah pegawai yang bersangkutan berhenti bekerja atau pensiun; 7. Dalam waktu 2 (dua) bulan setelah tahun takwim berakhir, Pemotong Pajak berkewajiban menghitung kembaii jumlah PPh Pasal 21 yang terutang oleh pegawai tetap dan penerima pensiun bulanan menurut tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
  • 12. Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000; 8. Pemotong Pajak wajib membuat catatan atau kertas kerja perhitungan PPh Pasal 21 dan atau PPh Pasal 26 untuk masing-masing penerima penghasilan, yang menjadi dasar pelaporan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, dan wajib menyimpan catatan atau kertas kerja tersebut selama 10 (sepuluh) tahun sejak berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan; Demikianlah sekilas penjelasan tentang Pemotongan atau pemungutan atas PPH pasal 21. Semoga berguna. Terimakasih.