SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
Download to read offline
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pajak.
Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani
yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo, S.H. dalam buku
Pengantar Ilmu Hukum (1991:2). “Pajak adalah iuran kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali,
yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintahan.”(Waluyo, 2008:2).
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H, pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian disempurnakam menjadi
“pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara
untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus” nya digunakan untuk
public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
investment.”(Siti Resmi, 2005:1).
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan ciri-ciri yang
melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut :
13
1) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya
yang sifatnya dapat dipaksakan.
2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan kontraprestasi langsung
secara individual yang diberikan oleh pemerintah.
3) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
4) Pajak diperuntukkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah, yang bila
ada surplus akan dipergunakan untuk membiayai public investment.
Pajak juga dapat ditinjau dari berbagai aspek. Dari aspek ekonomi,
pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan yang digunakan
untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Pajak
juga sebagai motor penggerak kehidupan ekonomi masyarakat. Dari aspek
hukum, pajak merupakan masalah keuangan negara, sehingga diperlukan
peraturan-peraturan yang digunakan pemerintah untuk mengatur masalah
keuangan negara tersebut. Dari aspek keuangan, pajak dipandang bagian
yang sangat penting dalam penerimaan negara. Dari aspek sosiologi, pajak
ditinjau dari segi masyarakat yaitu menyangkut akibat atau dampak
terhadap masyarakat atas pungutan dan hasil apakah yang dapat
disampaikan kepada masyarakat (Waluyo, 2008:3).
a. Fungsi Pajak
Menurut Waluyo (2008:6) fungsi pajak dibedakan menjadi dua
fungsi yaitu :
14
1) Fungsi Penerimaan (budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh :
dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.
2) Fungsi Mengatur (Regulerrend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan dibidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya
pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan.
b. Asas-asas Pemungutan pajak
Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana dikemukakan oleh
Adam Smith yang dikutip oleh Waluyo dalam buku Perpajakan Indonesia
(2008:13) adalah sebagai berikut :
1) Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak
dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan
kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan
manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak
menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding
dengan kepentingannya dan manfaat yang diminta.
2) Certainty
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenag-wenang. Oleh karena
itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya
15
pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu
pembayaran.
3) Convenience
Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan
saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak; sebagai contoh : pada
saat Wajib Pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini
disebut Pay as You Earn.
4) Economy
Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan
kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin,
demikian pula beban yang dipikul Wajib Pajak.
c. Prinsip Pengenaan Pajak
Suatu sistem pajak yang baik haruslah memenuhi beberapa kriteria,
diantaranya adalah sebagai berikut (Mangkoesoebroto, 2010 : 214) :
1) Distribusi dari beban pajak harus adil, setiap orang harus membayar
sesuai dengan “bagiannya yang wajar”. Prinsip keadilan sistem pajak
yaitu, prinsip manfaat (benefit principle) dan prinsip kemampuan
membayar (ability to pay).
2) Pajak-pajak harus sedikit mungkin mencampuri keputusan-keputusan
ekonomi, apabila keputusan-keputusan ekonomi tersebut telah
memungkinkan tercapainya sistem pasar yang efisien.
16
3) Pajak-pajak haruslah memperbaiki ketidakefisienan yang terjadi
disektor swasta, apabila instrumen pajak dapat melakukannya.
4) Struktur pajak haruslah mampu digunakan dalam kebijakan fiskal
untuk tujuan stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi.
5) Sistem pajak harus dimengerti oleh wajib pajak.
6) Administrasi pajak dan biaya pelaksanaannya haruslah sesedikit
mungkin.
7) Kepastian.
8) Dapat dilaksanakan.
9) Dapat diterima.
d. Teori Pemungutan Pajak
Teori pungutan pajak atau teori pajak digunakan sebagai dasar
konseptual bagi negara untuk memungut pajak. Adanya teori pajak juga
digunakan untuk menyatakan keadilan kepada hak negara untuk
memungut pajak dari rakyatnya. Beberapa teori tersebut antara lain:
1) Teori asuransi. Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan
hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang
diibaratkan sebagai premi asuransi karena memperoleh perlindungan
tersebut.
2) Teori kepentingan. Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan
pada kepentingan masing-masing orang. Semakin tinggi kepentingan
seseorang terhadap Negara, semakin tinggi pajak yang harus dibayar.
17
3) Teori daya pikul. Beban untuk semua orang harus sama beratnya,
artinya pajak yang harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-
masing orang. Untuk mengukur daya pikul dilakukan dua pendekatan
yaitu:
a. Objektif yaitu dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan
seseorang.
b. Subjektif yaitu dengan memperhatikan besarnya kebutuhan
materiil yang harus dipenuhi.
4) Teori bakti. Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan
rakyat dengan negaranya. Sebagai warga Negara yang berbakti, rakyat
harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu
kewajiban.
5) Teori asas daya beli. Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan
pajak, maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli rumah
tangga masyarakat untuk rumah tangga Negara.
e. Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Waluyo (2008:17), sistem pemungutan pajak dapat dibagi
menjadi tiga yaitu :
1) Official Assesment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang. Ciri-cirinya sebagai berikut :
18
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada
fiskus.
b) Wajib Pajak bersifat pasif.
c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
2) Self Assesment System
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang,
kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayar.
3) Witholding System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut
besarnya pajak yang terutang oleh Wajib pajak.
Beberapa sistem pajak di atas dapat diterapkan negara dalam
memungut pajak. sistem pajak yang baik akan mampu menjalankan
fungsinya untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem pajak yang memiliki
kinerja yang baik harus memenuhi:
a. Penerimaan dari pajak diharapkan cukup untuk membiayai
pengeluaran rutin dan pembangunan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
tax ratio yaitu rasio antara penerimaan pajak dengan pendapatan
nasional (GDP).
b. Pajak harus bersifat elastic, artinya peka terhadap perubahan tax base.
19
c. Pajak harus memiliki kemampuan untuk dapat diprediksi dengan baik
(predictable).
d. Pajak harus efisien
e. Pajak harus efektif
f. Pajak harus memiliki dipersion index yang tinggi, artinya jika
penerimaan Negara dari pajak berasal dari berbagai tax base, harus ada
tax base yang dominan atau diandalkan. Pajak harus memiliki low
collection lay, artinya penerimaan pajak yang lebih baik memiliki
tingkat kelambanan yang rendah, tidak memiliki tunggakkan panjang.
f. Syarat Pemungutan Pajak
Pungutan pajak pada dasarnya adalah pengurangan hak rakyat oleh
pemerintah. Oleh karena itu dalam pemungutannya tidak boleh adanya
diskriminasi dan harus diupayakan bersifat adil. Untuk dapat mencapai
kondisi ideal tersebut maka pemungutan pajak harus memenuhi beberapa
syarat berikut ini:
a. Syarat keadilan, pemungutan pajak harus sesuai dengan tujuan hukum
yaitu mencapai keadilan.
b. Syarat yuridis, pemungutan pajak harus didasarkan pada undang-
undang untuk memberi jaminan hukum.
c. Syarat ekonomis, pemungutan pajak tidak sampai menggangu
perekonomian khususnya pada kegiatan perdagangan, sehingga tidak
menimbulkan kelesuan ekonomi.
20
d. Syarat financial, pemungutan pajak harus efisien dan harus didasarkan
pada fungsi budgeter dalam artian bahwa biaya pemungutan pajak
harus ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pungutannya
Sistem pemungutan pajak harus sederhana, yang akan
memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban
pajaknya.
g. Tarif Pajak
Tarif pajak merupakan alat ukur untuk menilai tingkatan besarnya
pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak. Tarif pajak juga merupakan
manifestasi bentuk operasional untuk menciptakan pemungutan pajak
yang adil. Ada 4 macam tarif pajak (Mardiasmo,1997), yaitu:
a. Tarif proporsional/sebanding
Tarif dalam bentuk persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah
yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang
proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.
b. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah
yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
c. Tarif progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar jika jumlah yang
dikenai pajak semakin besar.
d. Pajak degresif
21
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil jika jumlah yang
dikenai pajak semakin besar.
h. Cara Pemungutan Pajak
Menurut Waluyo (2008:16) dan Resmi (2005:8), cara pemungutan
pajak dapat dilakukan berdasarkan tiga stelsel, yaitu antara lain:
1) Stelsel nyata (rill stelsel)
Penggenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata
atau yang sesungguhnya terjadi, sehingga pemungutannya baru dapat
dilakukan pada akhir tahun pajak , yakni setelah penghasilan yang
sesungguhnya telah dapat diketahui. Kelebihan stelsel ini adalah pajak
yang dikenakan lebih realitis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat
dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui)
sehingga Wajib Pajak akan dibebani jumlah pemabayaran pajak tinggi
pada akhir tahun sementara pada waktu tersebut belum tentu tersedia
jumlah kas yang memadai dan semua Wajib Pajak akan membayar
pajak pada akhir tahun sehingga jumlah uang beredar secaara makro
akan terpengaruh.
2) Stelsel anggapan (fictive stelsel)
Penggenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
undang-undang, misalnya ; penghasilan suatu tahun dianggap sama
dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat
ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.
22
Kelebihan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan,
tanpa harus menunggu sampai akhir tahun. Kelemahannya adalah
pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang
sesungguhnya.
3) Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel
anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu
anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan
dengan keadaan yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut
kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan, maka Wajib
Pajak harus menambah kekurangannya. Demikian pula sebaliknya,
apabila lebih kecil, maka kelebihannya dapat diterima kembali.
i. Jenis Pajak
Menurut Waluyo (2008:12) dan Resmi (2005:6), jenis pajak dapat
dikelompokkan menjadi tiga, antara lain sebagai berikut :
1) Menurut Golongan
Menurut golongannya pajak dapat dibagi menjadi dua yaitu pajak
langsung dan pajak tidak langsung.
a. Pajak Langsung, adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung
sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau
dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Contoh : Pajak
Penghasilan.
23
b. Pajak tidak Langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan kepada pihak lain. Pajak tidak langsung terjadi jika
terdapat suatu kegiatan, peristiwa, perbuatan yang menyebabkan
terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.
2) Menurut Sifat
Menurut sifatnya pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Pajak
Subjektif dan Pajak Objektif.
a. Pajak Subjektif, adalah pajak yang penggenaannya memerhatikan
pada keadaan pribadi Wajib Pajak atau penggenaan pajak yang
memerhatikan keadaan sebenarnya. Contoh Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif, adalah pajak yang penggenaannya memerhatikan
pada objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau
peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar
pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib
Pajak) maupun tempat tinggal. Contoh Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3) Menurut Pemungut dan Pengelolanya
Menurut pemungut dan pengelolanya pajak dikelompokkan menjadi
dua yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah.
a. Pajak Pusat, adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah
Pusat yang dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat
Jenderal Pajak – Kementrian Keuangan. Pajak-pajak pusat meliputi
24
Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah, adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah
Daerah baik ditingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota. Pajak-
pajak daerah meliputi Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Air
Permukaan, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame dan lain-
lain.
2. Sumber – Sumber Pendapatan Daerah.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, pendapatan
daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
Adapun sumber pendapatan daerah terdiri atas :
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu :
1) Hasil pajak daerah
2) Hasil retribusi daerah
3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
4) Lain-lain PAD yang sah
b. Dana Perimbangan, yaitu :
1) Dana bagi hasil
2) Dana alokasi umum
3) Dana alokasi khusus
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah, yaitu meliputi :
1) Hibah
25
2) Dana darurat
3) Lain-lain pendapatan yang ditetapkan pemerintah
3. Pendapatan Asli Daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh
daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber
penerimaan daerah perlu terus ditingkatkan agar dapat menanggung
sebagian belanja yang diperlukan untuk penyelenggaraan pemerintahan
dan kegiatan pembangunan yang setiap tahun meningkat sehingga
kemandirian otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab
dapat dilaksanakan (Nurlan Darise, 2006:43).
Adapun sumber-sumber pendapatan asli daerah yaitu, pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan, dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Lain – lain pendapatan asli
daerah yang sah yang dimaksud adalah:
1) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan,
2) Jasa giro,
3) Pendapatan bunga,
4) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,
5) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan atau pengadaan.
26
4. Pajak Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah
kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak daerah terdiri
atas :
a. Pajak provinsi terdiri atas :
1) Pajak Kendaraan Bermotor
2) Bea Balik Nama Kendaraan Motor
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4) Pajak Air Permukaan
5) Pajak Rokok
b. Pajak Kabupaten/kota terdiri atas :
1) Pajak Hotel
2) Pajak Restoran
3) Pajak Hiburan
4) Pajak Reklame
5) Pajak Penerangan Jalan
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
7) Pajak Parkir
8) Pajak Air Tanah
9) Pajak Sarang Burung Walet
27
10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Dalam pengelolaan pemungutan pajak daerah, Kota Yogyakarta
berpedoman pada peraturan perundangan-undangan, peraturan daerah dan
peraturan walikota. Menurut Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011
tentang Pajak Daerah dan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 2 Tahun
2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah, menyebutkan jenis-
jenis pajak yang diatur terdiri dari :
1) Pajak Hotel
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan
hotel. Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel
dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengakapan
hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan,
termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Besarnya tarif pajak hotel
ditetapkan sebesar 10%.
2) Pajak Restoran
Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
restoran. Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang
membeli makanan dan atau minuman dari restoran. Objek pajak
restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran meliputi
pelayanan penjualan makanan dan atau minuman yang dikonsumsi
28
oleh pembeli, baik dikonsumsi ditempat pelayanan maupun ditempat
lain. Besarnya tarif yang ditetapkan sebesar 10%.
3) Pajak Hiburan
Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan
adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan dan atau
keramaian yang dinikmati dengan dipungut biaya. Subjek pajak
hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang menikmati hiburan.
Objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan
dipungut bayaran.
4) Pajak Reklame
Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame
adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak
ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan,
menganjurkan, mempromosikan atau untuk menarik perhatian umum
terhadap barang, jasa, orang atau badan, yang dapat dilihat, dibaca,
didengar, dirasakan dan atau dinikmati oleh umum. Subjek pajak
reklame adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan reklame.
Objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame. Tarif
pajak ini ditetapkan sebesar 25% dari nilai sewa reklame.
5) Pajak Penerangan Jalan
Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik,
baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.
Subjek pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau Badan yang
29
menggunakan tenaga listrik dari sumber lain. Objek pajak penerangan
jalan adalah penggunaan tenaga listrik dari sumber lain.
6) Pajak Parkir
Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir diluar
badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha
maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan
tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir adalah keadaan tidak
bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Subjek pajak
parkir adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan parkir
kendaraan bermotor. Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan
tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan
dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,
termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Tarif
pajak parkir ditetapkan sebesar 20%.
7) Pajak Air Tanah
Pajak air tanah adalah pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan
air tanah. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau
batuan di bawah permukaan tanah. Subjek pajak air tanah adalah orang
pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan atau
pemanfaatan air tanah. Objek pajak air tanah adalah pengambilan dan
atau pemanfaatan air tanah. Tarif pajak tanah ditetapkan sebesar 20%.
8) Pajak Sarang Burung Walet
30
Pajak sarang burung walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan
atau pengusahaan sarang burung walet. Subjek pajak sarang burung
walet adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan
dan atau pengusahaan sarang burung walet. Objek pajak sarang burung
walet adalah pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung walet.
Tarif pajak sarang burung walet ditetapkan sebesar 10%.
5. Pajak Reklame
a. Pengertian Pajak Reklame.
Menurut Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun
2011 tentang Pajak Daerah, pajak reklame adalah pajak atas
penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau
media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan
komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan atau
untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang atau
badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan dan atau
dinikmati oleh umum. Penyelenggara reklame menurut Peraturan
Walikota Yogyakarta Nomor 74 Tahun 2009 tentang Pajak Reklame,
adalah perorangan atau badan yang menyelenggarakan reklame baik
untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain
yang menjadi tanggungannya.
Adapun yang dimaksud dengan jenis naskah adalah jenis
reklame yang memuat isi naskah dari reklame. Lokasi status tanah
adalah status kepemilikan atau pengelolaan tanah tempat
31
diselenggarakannya reklame. Sementara yang dimaksud reklame nama
usaha adalah reklame yang semata-mata mencantumkan naskah nama
usaha yang dimiliki penyelenggara reklame sendiri, dan ditempatkan
pada tanah persil atau tanah negara di muka tempat usaha tersebut
dilaksanakan.
b. Objek, Subyek, dan Wajib Pajak Reklame.
Objek pajak reklame menurut Peraturan Daerah Kota
Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah, adalah semua
penyelenggaraan reklame. Objek pajak reklame meliputi hal-hal
seebagai berikut (Marihot P. Siahaan,2005:326) :
a) Reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya.
Reklame papan/billboard, yaitu reklame yang terbuat dari
papan, kayu termasuk seng atau bahan lain yang sejenis, dipasang atau
digantungkan atau dibuat pada bangunan, tembok, dinding, pagar,
pohon, tiang, dan sebagainya baik bersinar maupun yang disinari.
Reklame megatron/videotron adalah reklame yang menggunakan layar
monitor besar berupa program reklame atau iklan bersinar dengan
gambar dan atau tulisan berwarna yang dapat berubah-ubah,
terprogram, dan difungsikan dengan tenaga listrik.
b) Reklame kain.
32
Reklame kain adalah reklame yang diselenggarakan dengan
menggunakan bahan kain, termasuk kertas, plastik, karet, atau bahan
lain yang sejenis dengan itu.
c) Reklame melekat (stiker).
Reklame melekat (stiker) adalah reklame yang berbentuk
lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, dipasang,
digantungkan pada suatu benda dengan ketentuan luasnya tidak lebih
dari 200 cm2
per lembar.
d) Reklame selebaran.
Reklame selebaran adalah reklame yang berbentuk lembaran
lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan,diberikan, atau dapat
diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, diletakkan,
dipasang, atau digantungkan pada suatu benda lain.
e) Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan.
Rekalme berjalan, termasuk pada kendaraan adalah reklame
yang ditempatkan atau ditempelkan pada kendaraan yang
diselenggarakan dengan menggunakan kendaraan atau dengan cara
dibawa oleh orang.
f) Reklame udara.
33
Reklame udara adalah reklame yang diselenggarakan di udara
dengan menggunakan gas, laser, pesawat, atau alat lain yang sejenis.
g) Reklame apung.
h) Reklame suara.
Reklame suara adalah reklame yang diselenggarakan dengan
menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang
ditimbulkan dari atau oleh perantaraan alat.
i) Reklame film/slide.
Reklame film/slide adalah reklame yang diselenggarakan
dengan menggunakan klise berupa kaca atau film, ataupun bahan-
bahan yang sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan dan atau
dipancarkan pada layar atau benda lain yang ada diruangan.
j) Reklame peragaan.
Reklame peragaan adalah reklame yang diselenggarakan
dengan cara memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai
suara.
Beberapa bukan objek pajak reklame menurut Peraturan
Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah
adalah :
34
1) Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta
harian, warta mingguan, warta bulanan dan sejenisnya.
2) Label/merek produk yang melekat pada barang yang
diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan dari produk
sejenis lainnya.
3) Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada
bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan dengan
ukuran kurang dari atau sama dengan 1 (satu) m2
.
4) Reklame yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah
daerah.
Pada pajak reklame subjek pajak adalah orang pribadi atau
badan yang menggunakan reklame. Sementara itu, wajib pajak reklame
adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame.
Apabila reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh orang
pribadi atau badan, wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau
badan tersebut. Apabila reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga,
wajib pajak reklame adalah pihak ketiga tersebut.
c. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Reklame.
Dasar hukum pemungutan Pajak Reklame di Kota Yogyakarta
adalah sebagai berikut :
1) Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 yang merupakan
perubahan atas Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
35
3) Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Pajak Daerah.
4) Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Perubahan atas Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 51 Tahun
2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota
Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.
5) Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 26 Tahun 2010 tentang
Masterplan Reklame dan Alat Peraga di Kota Yogyakarta.
6) Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 74 Tahun 2009 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kotamadya daerah Tingkat
II Yogyakarta Nomor 9 Tahun 1998 tentang Pajak Reklame.
d. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Penghitungan Pajak
Menurut Peraturan Walikota Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun
2012 tentang Pajak Daerah, ada beberapa dasar perhitungan nilai sewa
reklame, yakni :
a. Perhitungan Nilai Sewa Reklame (NSR) ditentukan oleh jenis, bahan
yang digunakan, lokasi penempatan, jangka waktu penyelenggaraan,
jumlah dan ukuran media reklame.
b. Apabila reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, Nilai Sewa
Reklame ditetapkan berdasarkan nilai kontrak reklame.
c. Apabila reklame diselenggarakan sendiri, Nilai Sewa Reklame
dihitung dengan memperhatikan faktor jenis, bahan yang digunakan,
36
lokasi penempatan, jangka waktu penyelenggaraan, jumlah dan
ukuran media reklame.
d. Apabila Nilai Sewa Reklame tidak diketahui dan atau dianggap tidak
wajar, Nilai Sewa Reklame ditetapkan dengan menggunakan faktor-
faktor jenis, bahan yang digunakan, lokasi penempatan, jangka
waktu penyelenggaraan, jumlah dan ukuran media reklame.
e. Nilai Strategis diperoleh dengan cara :
NS = (Bobot Kawasan Jalan x Skor Kawasan Jalan) + (Bobot Sudut
Pandang x Skor Sudut Pandang) + (Bobot Ketinggian x Skor
Ketinggian)
f. Perhitungan Nilai Sewa Reklame diperoleh dengan cara :
NSR = Nilai Strategis x satuan media reklame x jangka waktu x
Harga Satuan Reklame
g. Jangka waktu sebagaimana sewa reklame adalah lamanya
penyelenggaraan reklame antara lain harian, bulanan dan tahunan.
h. Tarif pajak sebesar 25% dari nilai sewa reklame.
6. Hubungan Antara PDRB dengan Pajak Reklame
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu
tahun. Untuk menghitung nilai seluruh produksi yang dihasilkan suatu
perekonomian dalam suatu tahun tertentu dapat digunakan 3 cara
penghitungan. Tiga cara penghitungan tersebut adalah sebagai berikut
(Sadono Sukirno, 2011) :
37
1) Cara Produksi (Produk Neto)
Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan
nilai produksi barang dan jasa yang diwujudkan oleh berbagai sektor
(lapangan usaha) dalam perekonomian. Penggunaan cara ini
mempunyai dua tujuan, yaitu a) untuk mengetahui besarnya
sumbangan berbagai sektor ekonomi di dalam mewujudkan
pendapatan nasional, b) sebagai salah satu cara untuk menghindari
penghitungan dua kali, yaitu dengan hanya menghitung nilai produksi
neto yang diwujudkan pada berbagai tahap proses produksi.
2) Cara Pengeluaran
Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan
nilai pengeluaran/perbelanjaan ke atas barang-barang dan jasa yang
diproduksikan di dalam negara tersebut. Penghitungan dengan cara
pengeluaran akan dapat memberi gambaran tentang (a) sampai di mana
buruknya masalah ekonomi yang dihadapi atau sampai di mana
baiknya tingkat pertumbuhan yang dicapai dan tingkat kemakmuran
yang sedang dinikmati, dan (b) memberikan informasi dan data yang
dibutuhkan dalam analisis makroekonomi sehingga dapat digunakan
sebagai landasan untuk mengambil langkah-langkah dalam mengatasi
masalah-masalah ekonomi yang dihadapi.
38
3) Cara Pendapatan
Dalam penghitungan ini pendapatan nasional diperoleh dengan cara
menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi
yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional.
Dari penghitungan PDRB dengan salah satu dari tiga cara diatas
akan diperoleh nilai PDRB. Semakin besar PDRB maka pertumbuhan
ekonomi suatu daerah semakin tinggi. Pertumbuhan ekonomi berhubungan
dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan
ekonomi masyarakat. Jadi dapat dikatakan bahwa pertumbuhan adalah
proses dimana terjadi kenaikan PDRB. Semakin tinggi nilai kenaikann
PDRB suatu daerah, maka semakin besar pula potensi sumber penerimaan
daerah tersebut.
7. Hubungan Antara Penduduk dengan Pajak Reklame
Penduduk melakukan permintaan atas sesuatu barang dalam rangka
memenuhi atau memuaskan kebutuhan hidup. Semakin meningkat jumlah
penduduk maka kebutuhan akan barang-barang pemuas kebutuhan akan
mengalami peningkatan. Pertambahan jumlah penduduk yang tidak seiring
dengan perkembangan kesempatan kerja, akan mengakibatkan
meningkatkan pengangguran (Sadono Soekirno, 2011).
Menurut Syuhada Sofyan (1997, dalam Nurmayasari, 2010)
penduduk merupakan salah satu faktor yang signifikan berpengaruh
terhadap jumlah penerimaan pajak reklame. Pertumbuhan penduduk
dianggap sebagai salah satu faktor yang positif dalam memacu
39
pertumbuhan ekonomi. Penduduk dianggap sebagai pemacu
pembangunan.
Jumlah penduduk yang besar oleh para perencana pembangunan
dipandang sebagai asset modal dasar pembangunan tetapi sekaligus juga
sebagai beban pembangunan. Sebagai asset apabila dapat meningkatkan
kualitas maupun keahlian atau keterampilannya sehingga akan
meningkatkan produksi nasional. Jumlah penduduk yang besar akan
menjadi beban jika struktur, persebaran dan mutunya hanya menuntut
pelayanan sosial dan tingkat produksinya rendah sehingga menjadi
tanggungan penduduk yang bekerja secara efektif.
Penambahan penduduk tinggi yang diiringi dengan perubahan
teknologi akan mendorong tabungan dan juga penggunaan skala ekonomi
di dalam produksi. Penambahan penduduk merupakan satu hal yang
dibutuhkan dan bukan suatu masalah, melainkan sebagai unsur penting
yang dapat memacu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Besarnya
pendapatan dapat mempengaruhi penduduk. Jika jumlah penduduk
meningkat maka pendapatan yang didapat juga meningkat ( Santosa dan
Rahayu, 2005).
8. Hubungan Antara Industri dengan Pajak Reklame
Jumlah industri adalah jumlah usaha industri baik industri kecil,
sedang maupun besar. Jumlah industri merupakan salah satu faktor positif
pemicu pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan apabila suatu industri
yang ingin memasarkan produknya dapat menggunakan atau memasang
40
reklame agar dapat diketahui dan dikenal oleh masyarakat. Bertambahnya
jumlah industri yang memasang reklame mengakibatkan obyek pajak
bertambah luas, sehingga penerimaan daerah pun meningkat.
Jumlah industri berpengaruh terhadap penerimaan pajak reklame.
Peniliaian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Devas,
dkk (1989), bahwa sebagian besar pemerintah daerah tingkat II (sekarang
Kabupaten/Kota) menarik pajak atas benda papan reklame di daerah. Pajak
ini cocok untuk sumber penerimaan daerah, karena tempat objek pajak
dapat mudah diketahui (Sutrisno, 2002 dalam Nurmayasari, 2010).
9. Hubungan Antara Panjang Jalan dengan Pajak Reklame
Penggunaan ruas jalan disetiap daerah untuk pemasangan reklame
pada dasarnya disesuaikan dengan posisi dari ruas jalan tersebut. Setiap
ruas jalan yang ditetapkan sebagai jalan protokol, yang mana di setiap ruas
jalan tersebut merupakan akses jalan untuk kegiatan vital masyarakat
umum, seperti aktivitas perkantoran, aktivitas perdagangan dan aktivitas
hiburan secara tidak langsung akan mempengaruhi tinggi rendahnya suatu
barang, jasa maupun orang untuk diketahui, dilihat dan dikenal.
Sementara ruas jalan yang berhubungan dengan kegiatan pemerintahan
daerah, pinggiran kota, jalur alternatif dan kawasan tertentu memiliki
pengaruh yang relatif rendah untuk diketahui, dilihat dan dikenal.
Pemilihan tempat yang strategis untuk pemasangan objek reklame
merupakan faktor penentu kesuksesan dalam hal promosi, pemasaran
maupun himbauan. Maka panjang jalan mempunyai andil dalam hal ini,
41
semakin panjang ruas jalan semakin banyak tempat strategis untuk
pemasangan objek reklame. Sesuai dengan sifatnya, reklame selalu
memilih lokasi yang strategis. Hal ini dimaksudkan untuk menarik
perhatian orang sebanyak mungkin dan meningkatkan kejelasan dari
pesan-pesan yang disampaikan.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian mengenai pajak reklame telah banyak
dilakukan, antara lain :
1. Dini Nurmayasari (2010) melakukan penelitian yang disusun dalam
bentuk skripsi dengan judul “Analisis Penerimaan Pajak Reklame
Kota Semarang”. Penelitian ini menggunakan model regresi linear
berganda dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square
(OLS). Variabel yang digunakan adalah penerimaan pajak reklame
kota semarang, jumlah penduduk, jumlah industri dan jumlah PDRB
perkapita. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa variabel
jumlah penduduk (PDDK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penerimaan Pajak Reklame (PJK_REKL), variabel jumlah industri
(INDUST) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan
Pajak Reklame (PJK_REKL), variabel jumlah PDRB perkapita
(PDRB) berpengaruh positif dan signifikan terjadap penerimaan Pajak
Reklame (PJK_REKL) dan variabel jumlah penduduk, jumlah industri
dan PDRB perkapita berpengaruh positif dan signifikan secara
simultan terhadap penerimaan pajak reklaem di Kota Semarang.
42
2. Penelitian yang dilakukan oleh Lintan Gupita P, Nugroho SBM (2012)
tentang “Analisis Penerimaan Pajak Reklame di Kota Semarang
Tahun 1990 – 2011”, menyatakan untuk mengetahui besarnya
pengaruh dari suatu variabel maka digunakan model regresi linear
berganda dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square
(OLS). Adapun variabel yang digunakan Penerimaan Pajak Reklame,
jumlah penduduk, jumlah industri, dan PDRB. Hasil dari penelitian
tersebut menyimpulkan secara bersama-sama bahwa jumlah
penduduk, jumlah industri, dan PDRB berpengaruh terhadap
penerimaan pajak reklame Kota Semarang. Secara parsial hasil
penelitian menunjukkan bahwa jumlah penduduk berpengaruh
terhadap penerimaan pajak reklame Kota Semarang, sedangkan jumlah
industri dan PDRB tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak
reklame Kota Semarang.
3. Vera Fransisca Pesik (2013) melakukan penelitian tentang “Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Reklame di Kota
Manado”. Penelitian tersebut menggunakan metode analisis deskriptif
dengan menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil
wawancara. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa peraturan
daerah, kebijakan pemerintah, reklame rokok dan minuman
beralkohol, reklame videotron, reklame yang diadakaan oleh
43
pemerintah, event-event internasional dan nasional serta kelas jalan
mempengaruhi penerimaan pajak reklame di Kota Manado.
4. Altim Setiawan (2009) melakukan penelitian tentang “Kajian Faktor
Nilai Strategis Lokasi dalam Penempatan Reklame di Kota Palu”.
Penelitian tersebut menggunakan metode kajian literatur dan
penyebaran kuesioner. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
klasifikasi jalan, sudut pandang panel reklame, ketinggian reklame dan
pemanfaatan/guna lahan berpengaruh terhadap nilai strategis lokasi
dalam penempatan reklame.
5. Purbayu Budi Santosa dan Retno Puji Rahayu (2005) melakukan
penelitian tentang “Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhinya dalam Upaya Pelaksanaan
Otonomi Daerah di Kabupaten Kediri”. Penelitian ini menggunakan
model regresi berganda dengan variabel bebas pengeluaran
pembangunan, penduduk dan PDRB dengan data yang diamati periode
1989-2002. Hasil penelitian menunjukkan ketiga variabel bebas secara
parsial mempunyai pengaruh dengan variabel penduduk yang
mempunyai pengaruh paling besar yaitu 8,049.
C. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku,
fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi
44
(Mudrajad, 2009:59). Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Diduga PDRB berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak reklame
Kota Yogyakarta pada tahun 2003:Q1 – 2012:Q4
2. Diduga jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap penerimaan
pajak reklame Kota Yogyakarta pada tahun 2003:Q1 – 2012:Q4
3. Diduga jumlah industri berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak
reklame Kota Yogyakarta pada tahun 2003:Q1 – 2012:Q4
4. Diduga panjang jalan berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak
reklame Kota Yogyakarta pada tahun 2003:Q1 – 2012:Q4

More Related Content

What's hot

Penerimaan perikatan dan perencanaan audit
Penerimaan perikatan dan perencanaan auditPenerimaan perikatan dan perencanaan audit
Penerimaan perikatan dan perencanaan auditCecylia Preketeg
 
Biaya overhead-pabrik
Biaya overhead-pabrikBiaya overhead-pabrik
Biaya overhead-pabrikliishaque
 
Penentuan harga transfer
Penentuan harga transferPenentuan harga transfer
Penentuan harga transfervitalfrans
 
Akuntansi kewajiban
Akuntansi kewajibanAkuntansi kewajiban
Akuntansi kewajibanAdi Jauhari
 
Kuliah 4 audit laporan keuangan dan tanggungjawab auditor
Kuliah 4 audit laporan keuangan dan tanggungjawab auditorKuliah 4 audit laporan keuangan dan tanggungjawab auditor
Kuliah 4 audit laporan keuangan dan tanggungjawab auditorRose Meea
 
Makalah cairan tubuh
Makalah cairan tubuhMakalah cairan tubuh
Makalah cairan tubuhdwimank
 
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
Hubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti auditHubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti audit
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti auditSyafdinal Ncap
 
Makalah Hukbis kel 6.docx
Makalah Hukbis kel 6.docxMakalah Hukbis kel 6.docx
Makalah Hukbis kel 6.docxRezaNugraha49
 
Sistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer Pricing
Sistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer PricingSistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer Pricing
Sistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer PricingFergieta Prahasdhika
 
teori akuntansi
teori akuntansiteori akuntansi
teori akuntansiEl Loen
 
konsep dasar sistem informasi akuntansi
konsep dasar sistem informasi akuntansikonsep dasar sistem informasi akuntansi
konsep dasar sistem informasi akuntansiajengkartikasari
 

What's hot (20)

Penerimaan perikatan dan perencanaan audit
Penerimaan perikatan dan perencanaan auditPenerimaan perikatan dan perencanaan audit
Penerimaan perikatan dan perencanaan audit
 
Biaya overhead-pabrik
Biaya overhead-pabrikBiaya overhead-pabrik
Biaya overhead-pabrik
 
Akl bab 02
Akl bab 02Akl bab 02
Akl bab 02
 
Teori Akuntansi
Teori AkuntansiTeori Akuntansi
Teori Akuntansi
 
Mineral Mikro
Mineral MikroMineral Mikro
Mineral Mikro
 
Penentuan harga transfer
Penentuan harga transferPenentuan harga transfer
Penentuan harga transfer
 
Bahan kuliah pengantar akuntansi ii utang obligasi
Bahan kuliah pengantar akuntansi ii  utang obligasiBahan kuliah pengantar akuntansi ii  utang obligasi
Bahan kuliah pengantar akuntansi ii utang obligasi
 
Akuntansi kewajiban
Akuntansi kewajibanAkuntansi kewajiban
Akuntansi kewajiban
 
Kuliah 4 audit laporan keuangan dan tanggungjawab auditor
Kuliah 4 audit laporan keuangan dan tanggungjawab auditorKuliah 4 audit laporan keuangan dan tanggungjawab auditor
Kuliah 4 audit laporan keuangan dan tanggungjawab auditor
 
Makalah cairan tubuh
Makalah cairan tubuhMakalah cairan tubuh
Makalah cairan tubuh
 
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
Hubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti auditHubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti audit
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
 
Bab 21 Management Letter
Bab 21 Management LetterBab 21 Management Letter
Bab 21 Management Letter
 
Makalah Hukbis kel 6.docx
Makalah Hukbis kel 6.docxMakalah Hukbis kel 6.docx
Makalah Hukbis kel 6.docx
 
Makalah sistem muskuloskeletal
Makalah sistem muskuloskeletalMakalah sistem muskuloskeletal
Makalah sistem muskuloskeletal
 
Fraud auditing
Fraud auditingFraud auditing
Fraud auditing
 
Bukti audit
Bukti auditBukti audit
Bukti audit
 
Sistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer Pricing
Sistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer PricingSistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer Pricing
Sistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer Pricing
 
teori akuntansi
teori akuntansiteori akuntansi
teori akuntansi
 
Analisis aktivitas operasi
Analisis aktivitas operasiAnalisis aktivitas operasi
Analisis aktivitas operasi
 
konsep dasar sistem informasi akuntansi
konsep dasar sistem informasi akuntansikonsep dasar sistem informasi akuntansi
konsep dasar sistem informasi akuntansi
 

Viewers also liked

Asas-Asas Pemungutan Pajak
Asas-Asas Pemungutan PajakAsas-Asas Pemungutan Pajak
Asas-Asas Pemungutan PajakRizka Lubis
 
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)Prie Yono
 
Tata Cara Pemungutan dan Tarif Pajak
Tata Cara Pemungutan dan Tarif PajakTata Cara Pemungutan dan Tarif Pajak
Tata Cara Pemungutan dan Tarif Pajakgadis sriyamti
 
PENGELOLAAN KURIKULUM
PENGELOLAAN KURIKULUM PENGELOLAAN KURIKULUM
PENGELOLAAN KURIKULUM Wiwin Utami
 
Surat berharga (1)
Surat berharga (1)Surat berharga (1)
Surat berharga (1)fuad1295
 
Tax planning dan pengendalian atas unsur unsur objek withholding tax (selain ...
Tax planning dan pengendalian atas unsur unsur objek withholding tax (selain ...Tax planning dan pengendalian atas unsur unsur objek withholding tax (selain ...
Tax planning dan pengendalian atas unsur unsur objek withholding tax (selain ...Lutfi Ardhani
 
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengelolaan Sarana dan Prasarana PendidikanPengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengelolaan Sarana dan Prasarana PendidikanSherly Anggraini
 
Bagian 1 slide - pengantar perpajakan-revisi
Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisiBagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi
Bagian 1 slide - pengantar perpajakan-revisiAsep suryadi
 
Forum SDM Bali -- PHR Online - Presentasi Dipenda Denpasar
Forum SDM Bali -- PHR Online - Presentasi Dipenda DenpasarForum SDM Bali -- PHR Online - Presentasi Dipenda Denpasar
Forum SDM Bali -- PHR Online - Presentasi Dipenda DenpasarGunawan Wicaksono
 
Forum SDM Bali - Presentasi Dispenda Badung 14 april 2016
Forum SDM Bali - Presentasi Dispenda Badung 14 april 2016Forum SDM Bali - Presentasi Dispenda Badung 14 april 2016
Forum SDM Bali - Presentasi Dispenda Badung 14 april 2016Gunawan Wicaksono
 

Viewers also liked (15)

Asas-Asas Pemungutan Pajak
Asas-Asas Pemungutan PajakAsas-Asas Pemungutan Pajak
Asas-Asas Pemungutan Pajak
 
tinjauan pustaka penelitian
tinjauan pustaka penelitiantinjauan pustaka penelitian
tinjauan pustaka penelitian
 
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
 
Tata Cara Pemungutan dan Tarif Pajak
Tata Cara Pemungutan dan Tarif PajakTata Cara Pemungutan dan Tarif Pajak
Tata Cara Pemungutan dan Tarif Pajak
 
Tata cara pemungutan pajak
Tata cara pemungutan pajakTata cara pemungutan pajak
Tata cara pemungutan pajak
 
PPT Perpajakan
PPT PerpajakanPPT Perpajakan
PPT Perpajakan
 
PENGELOLAAN KURIKULUM
PENGELOLAAN KURIKULUM PENGELOLAAN KURIKULUM
PENGELOLAAN KURIKULUM
 
Surat berharga (1)
Surat berharga (1)Surat berharga (1)
Surat berharga (1)
 
Tax planning dan pengendalian atas unsur unsur objek withholding tax (selain ...
Tax planning dan pengendalian atas unsur unsur objek withholding tax (selain ...Tax planning dan pengendalian atas unsur unsur objek withholding tax (selain ...
Tax planning dan pengendalian atas unsur unsur objek withholding tax (selain ...
 
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengelolaan Sarana dan Prasarana PendidikanPengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
 
Pengelolaan Kurikulum
Pengelolaan KurikulumPengelolaan Kurikulum
Pengelolaan Kurikulum
 
Bagian 1 slide - pengantar perpajakan-revisi
Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisiBagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi
Bagian 1 slide - pengantar perpajakan-revisi
 
Pajak
PajakPajak
Pajak
 
Forum SDM Bali -- PHR Online - Presentasi Dipenda Denpasar
Forum SDM Bali -- PHR Online - Presentasi Dipenda DenpasarForum SDM Bali -- PHR Online - Presentasi Dipenda Denpasar
Forum SDM Bali -- PHR Online - Presentasi Dipenda Denpasar
 
Forum SDM Bali - Presentasi Dispenda Badung 14 april 2016
Forum SDM Bali - Presentasi Dispenda Badung 14 april 2016Forum SDM Bali - Presentasi Dispenda Badung 14 april 2016
Forum SDM Bali - Presentasi Dispenda Badung 14 april 2016
 

Similar to OPTIMASI PENGETAHUAN PAJAK

Materi pajak
Materi pajakMateri pajak
Materi pajakJogo Hera
 
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomianPajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomianMulyana Natsir
 
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...Annez Fathia
 
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...dhanny deswita
 
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...enggar fajri hasti
 
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...Rahma Naulita
 
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Nanda Dwi Ferbiana
 
1.Perpajakan umum
1.Perpajakan umum1.Perpajakan umum
1.Perpajakan umumBella Tiffa
 
PPT Perpajakan [TM1].pdf
PPT Perpajakan [TM1].pdfPPT Perpajakan [TM1].pdf
PPT Perpajakan [TM1].pdfBosku2
 
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...dhanny deswita
 
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...enggar fajri hasti
 
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Nanda Dwi Ferbiana
 
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...Rahma Naulita
 
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...Annez Fathia
 

Similar to OPTIMASI PENGETAHUAN PAJAK (20)

Materi pajak
Materi pajakMateri pajak
Materi pajak
 
HUKUM PAJAK
HUKUM PAJAKHUKUM PAJAK
HUKUM PAJAK
 
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomianPajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
 
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
 
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
 
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...
 
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
 
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
 
perpajakan
perpajakanperpajakan
perpajakan
 
1.Perpajakan umum
1.Perpajakan umum1.Perpajakan umum
1.Perpajakan umum
 
PPT Perpajakan [TM1].pdf
PPT Perpajakan [TM1].pdfPPT Perpajakan [TM1].pdf
PPT Perpajakan [TM1].pdf
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
 
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...
 
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
 
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
 
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 

More from Opissen Yudisyus

Uji error correction model (ecm) dengan eviews
Uji error correction model (ecm) dengan eviewsUji error correction model (ecm) dengan eviews
Uji error correction model (ecm) dengan eviewsOpissen Yudisyus
 
Khutbah idul fitri ramadhan mengajarkan komitmen 2017
Khutbah idul fitri ramadhan mengajarkan komitmen 2017Khutbah idul fitri ramadhan mengajarkan komitmen 2017
Khutbah idul fitri ramadhan mengajarkan komitmen 2017Opissen Yudisyus
 
Khutbah idul fitri ramadhan membentuk kepribadian yang shalih
Khutbah idul fitri  ramadhan membentuk kepribadian yang shalihKhutbah idul fitri  ramadhan membentuk kepribadian yang shalih
Khutbah idul fitri ramadhan membentuk kepribadian yang shalihOpissen Yudisyus
 
Afta ancaman atau tantangan
Afta ancaman atau tantanganAfta ancaman atau tantangan
Afta ancaman atau tantanganOpissen Yudisyus
 
Pemikiran ekonomi al ghazali
Pemikiran ekonomi al ghazaliPemikiran ekonomi al ghazali
Pemikiran ekonomi al ghazaliOpissen Yudisyus
 
Uji asumsi klasik dengan data panel
Uji asumsi klasik dengan data panelUji asumsi klasik dengan data panel
Uji asumsi klasik dengan data panelOpissen Yudisyus
 
Analisis Uji asumsi klasik dengan Eviews
Analisis Uji asumsi klasik dengan EviewsAnalisis Uji asumsi klasik dengan Eviews
Analisis Uji asumsi klasik dengan EviewsOpissen Yudisyus
 
Tutorial pool data dengan eviews
Tutorial pool data dengan eviewsTutorial pool data dengan eviews
Tutorial pool data dengan eviewsOpissen Yudisyus
 
Regresi data panel dengan eviews
Regresi data panel dengan eviewsRegresi data panel dengan eviews
Regresi data panel dengan eviewsOpissen Yudisyus
 
Human capital ( mutu modal manusia)
Human capital ( mutu modal manusia)Human capital ( mutu modal manusia)
Human capital ( mutu modal manusia)Opissen Yudisyus
 
keberlanjutan & kelangkaan Sumber daya alam
 keberlanjutan & kelangkaan Sumber daya alam keberlanjutan & kelangkaan Sumber daya alam
keberlanjutan & kelangkaan Sumber daya alamOpissen Yudisyus
 
Strategi dominan & keseimbangan nash
Strategi dominan & keseimbangan nashStrategi dominan & keseimbangan nash
Strategi dominan & keseimbangan nashOpissen Yudisyus
 
analisis bcg ( Boston consulting group)
analisis bcg ( Boston consulting group)analisis bcg ( Boston consulting group)
analisis bcg ( Boston consulting group)Opissen Yudisyus
 
Pengertian nilai dan penilaian aset
Pengertian nilai dan penilaian asetPengertian nilai dan penilaian aset
Pengertian nilai dan penilaian asetOpissen Yudisyus
 
Penetapan harga dan penggunaan faktor produksi
Penetapan harga dan penggunaan faktor produksiPenetapan harga dan penggunaan faktor produksi
Penetapan harga dan penggunaan faktor produksiOpissen Yudisyus
 
Pasar Oligopoli game theory
Pasar Oligopoli   game theoryPasar Oligopoli   game theory
Pasar Oligopoli game theoryOpissen Yudisyus
 
krisis moneter perspektif moneter islam
krisis moneter perspektif moneter islamkrisis moneter perspektif moneter islam
krisis moneter perspektif moneter islamOpissen Yudisyus
 
Fungsi & peranan uang dalam perekonomian
Fungsi & peranan uang dalam perekonomianFungsi & peranan uang dalam perekonomian
Fungsi & peranan uang dalam perekonomianOpissen Yudisyus
 
Instruksi permainan outbound
Instruksi permainan outboundInstruksi permainan outbound
Instruksi permainan outboundOpissen Yudisyus
 

More from Opissen Yudisyus (20)

Uji error correction model (ecm) dengan eviews
Uji error correction model (ecm) dengan eviewsUji error correction model (ecm) dengan eviews
Uji error correction model (ecm) dengan eviews
 
Khutbah idul fitri ramadhan mengajarkan komitmen 2017
Khutbah idul fitri ramadhan mengajarkan komitmen 2017Khutbah idul fitri ramadhan mengajarkan komitmen 2017
Khutbah idul fitri ramadhan mengajarkan komitmen 2017
 
Khutbah idul fitri ramadhan membentuk kepribadian yang shalih
Khutbah idul fitri  ramadhan membentuk kepribadian yang shalihKhutbah idul fitri  ramadhan membentuk kepribadian yang shalih
Khutbah idul fitri ramadhan membentuk kepribadian yang shalih
 
Afta ancaman atau tantangan
Afta ancaman atau tantanganAfta ancaman atau tantangan
Afta ancaman atau tantangan
 
Pemikiran ekonomi al ghazali
Pemikiran ekonomi al ghazaliPemikiran ekonomi al ghazali
Pemikiran ekonomi al ghazali
 
Uji asumsi klasik dengan data panel
Uji asumsi klasik dengan data panelUji asumsi klasik dengan data panel
Uji asumsi klasik dengan data panel
 
Analisis Uji asumsi klasik dengan Eviews
Analisis Uji asumsi klasik dengan EviewsAnalisis Uji asumsi klasik dengan Eviews
Analisis Uji asumsi klasik dengan Eviews
 
Tutorial pool data dengan eviews
Tutorial pool data dengan eviewsTutorial pool data dengan eviews
Tutorial pool data dengan eviews
 
Regresi data panel dengan eviews
Regresi data panel dengan eviewsRegresi data panel dengan eviews
Regresi data panel dengan eviews
 
Human capital ( mutu modal manusia)
Human capital ( mutu modal manusia)Human capital ( mutu modal manusia)
Human capital ( mutu modal manusia)
 
keberlanjutan & kelangkaan Sumber daya alam
 keberlanjutan & kelangkaan Sumber daya alam keberlanjutan & kelangkaan Sumber daya alam
keberlanjutan & kelangkaan Sumber daya alam
 
Strategi dominan & keseimbangan nash
Strategi dominan & keseimbangan nashStrategi dominan & keseimbangan nash
Strategi dominan & keseimbangan nash
 
analisis bcg ( Boston consulting group)
analisis bcg ( Boston consulting group)analisis bcg ( Boston consulting group)
analisis bcg ( Boston consulting group)
 
Pengertian nilai dan penilaian aset
Pengertian nilai dan penilaian asetPengertian nilai dan penilaian aset
Pengertian nilai dan penilaian aset
 
Penetapan harga dan penggunaan faktor produksi
Penetapan harga dan penggunaan faktor produksiPenetapan harga dan penggunaan faktor produksi
Penetapan harga dan penggunaan faktor produksi
 
Pasar Oligopoli game theory
Pasar Oligopoli   game theoryPasar Oligopoli   game theory
Pasar Oligopoli game theory
 
krisis moneter perspektif moneter islam
krisis moneter perspektif moneter islamkrisis moneter perspektif moneter islam
krisis moneter perspektif moneter islam
 
Fungsi & peranan uang dalam perekonomian
Fungsi & peranan uang dalam perekonomianFungsi & peranan uang dalam perekonomian
Fungsi & peranan uang dalam perekonomian
 
Ketenagakerjaan Indonesia
Ketenagakerjaan IndonesiaKetenagakerjaan Indonesia
Ketenagakerjaan Indonesia
 
Instruksi permainan outbound
Instruksi permainan outboundInstruksi permainan outbound
Instruksi permainan outbound
 

Recently uploaded

PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptwxmnxfm57w
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptatiakirana1
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 

Recently uploaded (17)

PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 

OPTIMASI PENGETAHUAN PAJAK

  • 1. 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak. Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo, S.H. dalam buku Pengantar Ilmu Hukum (1991:2). “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.”(Waluyo, 2008:2). Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian disempurnakam menjadi “pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus” nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.”(Siti Resmi, 2005:1). Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut :
  • 2. 13 1) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan. 2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan kontraprestasi langsung secara individual yang diberikan oleh pemerintah. 3) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 4) Pajak diperuntukkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah, yang bila ada surplus akan dipergunakan untuk membiayai public investment. Pajak juga dapat ditinjau dari berbagai aspek. Dari aspek ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Pajak juga sebagai motor penggerak kehidupan ekonomi masyarakat. Dari aspek hukum, pajak merupakan masalah keuangan negara, sehingga diperlukan peraturan-peraturan yang digunakan pemerintah untuk mengatur masalah keuangan negara tersebut. Dari aspek keuangan, pajak dipandang bagian yang sangat penting dalam penerimaan negara. Dari aspek sosiologi, pajak ditinjau dari segi masyarakat yaitu menyangkut akibat atau dampak terhadap masyarakat atas pungutan dan hasil apakah yang dapat disampaikan kepada masyarakat (Waluyo, 2008:3). a. Fungsi Pajak Menurut Waluyo (2008:6) fungsi pajak dibedakan menjadi dua fungsi yaitu :
  • 3. 14 1) Fungsi Penerimaan (budgeter) Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh : dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. 2) Fungsi Mengatur (Regulerrend) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan. b. Asas-asas Pemungutan pajak Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana dikemukakan oleh Adam Smith yang dikutip oleh Waluyo dalam buku Perpajakan Indonesia (2008:13) adalah sebagai berikut : 1) Equality Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan manfaat yang diminta. 2) Certainty Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenag-wenang. Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya
  • 4. 15 pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran. 3) Convenience Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak; sebagai contoh : pada saat Wajib Pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut Pay as You Earn. 4) Economy Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul Wajib Pajak. c. Prinsip Pengenaan Pajak Suatu sistem pajak yang baik haruslah memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah sebagai berikut (Mangkoesoebroto, 2010 : 214) : 1) Distribusi dari beban pajak harus adil, setiap orang harus membayar sesuai dengan “bagiannya yang wajar”. Prinsip keadilan sistem pajak yaitu, prinsip manfaat (benefit principle) dan prinsip kemampuan membayar (ability to pay). 2) Pajak-pajak harus sedikit mungkin mencampuri keputusan-keputusan ekonomi, apabila keputusan-keputusan ekonomi tersebut telah memungkinkan tercapainya sistem pasar yang efisien.
  • 5. 16 3) Pajak-pajak haruslah memperbaiki ketidakefisienan yang terjadi disektor swasta, apabila instrumen pajak dapat melakukannya. 4) Struktur pajak haruslah mampu digunakan dalam kebijakan fiskal untuk tujuan stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi. 5) Sistem pajak harus dimengerti oleh wajib pajak. 6) Administrasi pajak dan biaya pelaksanaannya haruslah sesedikit mungkin. 7) Kepastian. 8) Dapat dilaksanakan. 9) Dapat diterima. d. Teori Pemungutan Pajak Teori pungutan pajak atau teori pajak digunakan sebagai dasar konseptual bagi negara untuk memungut pajak. Adanya teori pajak juga digunakan untuk menyatakan keadilan kepada hak negara untuk memungut pajak dari rakyatnya. Beberapa teori tersebut antara lain: 1) Teori asuransi. Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai premi asuransi karena memperoleh perlindungan tersebut. 2) Teori kepentingan. Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan masing-masing orang. Semakin tinggi kepentingan seseorang terhadap Negara, semakin tinggi pajak yang harus dibayar.
  • 6. 17 3) Teori daya pikul. Beban untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak yang harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing- masing orang. Untuk mengukur daya pikul dilakukan dua pendekatan yaitu: a. Objektif yaitu dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan seseorang. b. Subjektif yaitu dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang harus dipenuhi. 4) Teori bakti. Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. Sebagai warga Negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban. 5) Teori asas daya beli. Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak, maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga Negara. e. Sistem Pemungutan Pajak Menurut Waluyo (2008:17), sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga yaitu : 1) Official Assesment System Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya sebagai berikut :
  • 7. 18 a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus. b) Wajib Pajak bersifat pasif. c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. 2) Self Assesment System Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. 3) Witholding System Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib pajak. Beberapa sistem pajak di atas dapat diterapkan negara dalam memungut pajak. sistem pajak yang baik akan mampu menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem pajak yang memiliki kinerja yang baik harus memenuhi: a. Penerimaan dari pajak diharapkan cukup untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai tax ratio yaitu rasio antara penerimaan pajak dengan pendapatan nasional (GDP). b. Pajak harus bersifat elastic, artinya peka terhadap perubahan tax base.
  • 8. 19 c. Pajak harus memiliki kemampuan untuk dapat diprediksi dengan baik (predictable). d. Pajak harus efisien e. Pajak harus efektif f. Pajak harus memiliki dipersion index yang tinggi, artinya jika penerimaan Negara dari pajak berasal dari berbagai tax base, harus ada tax base yang dominan atau diandalkan. Pajak harus memiliki low collection lay, artinya penerimaan pajak yang lebih baik memiliki tingkat kelambanan yang rendah, tidak memiliki tunggakkan panjang. f. Syarat Pemungutan Pajak Pungutan pajak pada dasarnya adalah pengurangan hak rakyat oleh pemerintah. Oleh karena itu dalam pemungutannya tidak boleh adanya diskriminasi dan harus diupayakan bersifat adil. Untuk dapat mencapai kondisi ideal tersebut maka pemungutan pajak harus memenuhi beberapa syarat berikut ini: a. Syarat keadilan, pemungutan pajak harus sesuai dengan tujuan hukum yaitu mencapai keadilan. b. Syarat yuridis, pemungutan pajak harus didasarkan pada undang- undang untuk memberi jaminan hukum. c. Syarat ekonomis, pemungutan pajak tidak sampai menggangu perekonomian khususnya pada kegiatan perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan ekonomi.
  • 9. 20 d. Syarat financial, pemungutan pajak harus efisien dan harus didasarkan pada fungsi budgeter dalam artian bahwa biaya pemungutan pajak harus ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pungutannya Sistem pemungutan pajak harus sederhana, yang akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban pajaknya. g. Tarif Pajak Tarif pajak merupakan alat ukur untuk menilai tingkatan besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak. Tarif pajak juga merupakan manifestasi bentuk operasional untuk menciptakan pemungutan pajak yang adil. Ada 4 macam tarif pajak (Mardiasmo,1997), yaitu: a. Tarif proporsional/sebanding Tarif dalam bentuk persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak. b. Tarif tetap Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap. c. Tarif progresif Persentase tarif yang digunakan semakin besar jika jumlah yang dikenai pajak semakin besar. d. Pajak degresif
  • 10. 21 Persentase tarif yang digunakan semakin kecil jika jumlah yang dikenai pajak semakin besar. h. Cara Pemungutan Pajak Menurut Waluyo (2008:16) dan Resmi (2005:8), cara pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan tiga stelsel, yaitu antara lain: 1) Stelsel nyata (rill stelsel) Penggenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata atau yang sesungguhnya terjadi, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak , yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realitis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui) sehingga Wajib Pajak akan dibebani jumlah pemabayaran pajak tinggi pada akhir tahun sementara pada waktu tersebut belum tentu tersedia jumlah kas yang memadai dan semua Wajib Pajak akan membayar pajak pada akhir tahun sehingga jumlah uang beredar secaara makro akan terpengaruh. 2) Stelsel anggapan (fictive stelsel) Penggenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang, misalnya ; penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.
  • 11. 22 Kelebihan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu sampai akhir tahun. Kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya. 3) Stelsel Campuran Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah kekurangannya. Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil, maka kelebihannya dapat diterima kembali. i. Jenis Pajak Menurut Waluyo (2008:12) dan Resmi (2005:6), jenis pajak dapat dikelompokkan menjadi tiga, antara lain sebagai berikut : 1) Menurut Golongan Menurut golongannya pajak dapat dibagi menjadi dua yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung. a. Pajak Langsung, adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Contoh : Pajak Penghasilan.
  • 12. 23 b. Pajak tidak Langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai. 2) Menurut Sifat Menurut sifatnya pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Pajak Subjektif dan Pajak Objektif. a. Pajak Subjektif, adalah pajak yang penggenaannya memerhatikan pada keadaan pribadi Wajib Pajak atau penggenaan pajak yang memerhatikan keadaan sebenarnya. Contoh Pajak Penghasilan. b. Pajak Objektif, adalah pajak yang penggenaannya memerhatikan pada objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal. Contoh Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 3) Menurut Pemungut dan Pengelolanya Menurut pemungut dan pengelolanya pajak dikelompokkan menjadi dua yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah. a. Pajak Pusat, adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak – Kementrian Keuangan. Pajak-pajak pusat meliputi
  • 13. 24 Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Bea Materai. b. Pajak Daerah, adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah baik ditingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota. Pajak- pajak daerah meliputi Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame dan lain- lain. 2. Sumber – Sumber Pendapatan Daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Adapun sumber pendapatan daerah terdiri atas : a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu : 1) Hasil pajak daerah 2) Hasil retribusi daerah 3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 4) Lain-lain PAD yang sah b. Dana Perimbangan, yaitu : 1) Dana bagi hasil 2) Dana alokasi umum 3) Dana alokasi khusus c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah, yaitu meliputi : 1) Hibah
  • 14. 25 2) Dana darurat 3) Lain-lain pendapatan yang ditetapkan pemerintah 3. Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber penerimaan daerah perlu terus ditingkatkan agar dapat menanggung sebagian belanja yang diperlukan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan pembangunan yang setiap tahun meningkat sehingga kemandirian otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab dapat dilaksanakan (Nurlan Darise, 2006:43). Adapun sumber-sumber pendapatan asli daerah yaitu, pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Lain – lain pendapatan asli daerah yang sah yang dimaksud adalah: 1) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, 2) Jasa giro, 3) Pendapatan bunga, 4) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, 5) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan atau pengadaan.
  • 15. 26 4. Pajak Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak daerah terdiri atas : a. Pajak provinsi terdiri atas : 1) Pajak Kendaraan Bermotor 2) Bea Balik Nama Kendaraan Motor 3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 4) Pajak Air Permukaan 5) Pajak Rokok b. Pajak Kabupaten/kota terdiri atas : 1) Pajak Hotel 2) Pajak Restoran 3) Pajak Hiburan 4) Pajak Reklame 5) Pajak Penerangan Jalan 6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 7) Pajak Parkir 8) Pajak Air Tanah 9) Pajak Sarang Burung Walet
  • 16. 27 10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Dalam pengelolaan pemungutan pajak daerah, Kota Yogyakarta berpedoman pada peraturan perundangan-undangan, peraturan daerah dan peraturan walikota. Menurut Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah, menyebutkan jenis- jenis pajak yang diatur terdiri dari : 1) Pajak Hotel Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel. Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengakapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Besarnya tarif pajak hotel ditetapkan sebesar 10%. 2) Pajak Restoran Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan dan atau minuman dari restoran. Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran meliputi pelayanan penjualan makanan dan atau minuman yang dikonsumsi
  • 17. 28 oleh pembeli, baik dikonsumsi ditempat pelayanan maupun ditempat lain. Besarnya tarif yang ditetapkan sebesar 10%. 3) Pajak Hiburan Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan dan atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut biaya. Subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang menikmati hiburan. Objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran. 4) Pajak Reklame Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan dan atau dinikmati oleh umum. Subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan reklame. Objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame. Tarif pajak ini ditetapkan sebesar 25% dari nilai sewa reklame. 5) Pajak Penerangan Jalan Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Subjek pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau Badan yang
  • 18. 29 menggunakan tenaga listrik dari sumber lain. Objek pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik dari sumber lain. 6) Pajak Parkir Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Subjek pajak parkir adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor. Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Tarif pajak parkir ditetapkan sebesar 20%. 7) Pajak Air Tanah Pajak air tanah adalah pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Subjek pajak air tanah adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah. Objek pajak air tanah adalah pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah. Tarif pajak tanah ditetapkan sebesar 20%. 8) Pajak Sarang Burung Walet
  • 19. 30 Pajak sarang burung walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung walet. Subjek pajak sarang burung walet adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung walet. Objek pajak sarang burung walet adalah pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung walet. Tarif pajak sarang burung walet ditetapkan sebesar 10%. 5. Pajak Reklame a. Pengertian Pajak Reklame. Menurut Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah, pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan dan atau dinikmati oleh umum. Penyelenggara reklame menurut Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 74 Tahun 2009 tentang Pajak Reklame, adalah perorangan atau badan yang menyelenggarakan reklame baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya. Adapun yang dimaksud dengan jenis naskah adalah jenis reklame yang memuat isi naskah dari reklame. Lokasi status tanah adalah status kepemilikan atau pengelolaan tanah tempat
  • 20. 31 diselenggarakannya reklame. Sementara yang dimaksud reklame nama usaha adalah reklame yang semata-mata mencantumkan naskah nama usaha yang dimiliki penyelenggara reklame sendiri, dan ditempatkan pada tanah persil atau tanah negara di muka tempat usaha tersebut dilaksanakan. b. Objek, Subyek, dan Wajib Pajak Reklame. Objek pajak reklame menurut Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah, adalah semua penyelenggaraan reklame. Objek pajak reklame meliputi hal-hal seebagai berikut (Marihot P. Siahaan,2005:326) : a) Reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya. Reklame papan/billboard, yaitu reklame yang terbuat dari papan, kayu termasuk seng atau bahan lain yang sejenis, dipasang atau digantungkan atau dibuat pada bangunan, tembok, dinding, pagar, pohon, tiang, dan sebagainya baik bersinar maupun yang disinari. Reklame megatron/videotron adalah reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa program reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan atau tulisan berwarna yang dapat berubah-ubah, terprogram, dan difungsikan dengan tenaga listrik. b) Reklame kain.
  • 21. 32 Reklame kain adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kain, termasuk kertas, plastik, karet, atau bahan lain yang sejenis dengan itu. c) Reklame melekat (stiker). Reklame melekat (stiker) adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, dipasang, digantungkan pada suatu benda dengan ketentuan luasnya tidak lebih dari 200 cm2 per lembar. d) Reklame selebaran. Reklame selebaran adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan,diberikan, atau dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, diletakkan, dipasang, atau digantungkan pada suatu benda lain. e) Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan. Rekalme berjalan, termasuk pada kendaraan adalah reklame yang ditempatkan atau ditempelkan pada kendaraan yang diselenggarakan dengan menggunakan kendaraan atau dengan cara dibawa oleh orang. f) Reklame udara.
  • 22. 33 Reklame udara adalah reklame yang diselenggarakan di udara dengan menggunakan gas, laser, pesawat, atau alat lain yang sejenis. g) Reklame apung. h) Reklame suara. Reklame suara adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dari atau oleh perantaraan alat. i) Reklame film/slide. Reklame film/slide adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan klise berupa kaca atau film, ataupun bahan- bahan yang sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan dan atau dipancarkan pada layar atau benda lain yang ada diruangan. j) Reklame peragaan. Reklame peragaan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara. Beberapa bukan objek pajak reklame menurut Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah adalah :
  • 23. 34 1) Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan dan sejenisnya. 2) Label/merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya. 3) Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan dengan ukuran kurang dari atau sama dengan 1 (satu) m2 . 4) Reklame yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah. Pada pajak reklame subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame. Sementara itu, wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame. Apabila reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh orang pribadi atau badan, wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau badan tersebut. Apabila reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, wajib pajak reklame adalah pihak ketiga tersebut. c. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Reklame. Dasar hukum pemungutan Pajak Reklame di Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut : 1) Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 yang merupakan perubahan atas Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
  • 24. 35 3) Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. 4) Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 51 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. 5) Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 26 Tahun 2010 tentang Masterplan Reklame dan Alat Peraga di Kota Yogyakarta. 6) Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 74 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kotamadya daerah Tingkat II Yogyakarta Nomor 9 Tahun 1998 tentang Pajak Reklame. d. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Penghitungan Pajak Menurut Peraturan Walikota Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah, ada beberapa dasar perhitungan nilai sewa reklame, yakni : a. Perhitungan Nilai Sewa Reklame (NSR) ditentukan oleh jenis, bahan yang digunakan, lokasi penempatan, jangka waktu penyelenggaraan, jumlah dan ukuran media reklame. b. Apabila reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, Nilai Sewa Reklame ditetapkan berdasarkan nilai kontrak reklame. c. Apabila reklame diselenggarakan sendiri, Nilai Sewa Reklame dihitung dengan memperhatikan faktor jenis, bahan yang digunakan,
  • 25. 36 lokasi penempatan, jangka waktu penyelenggaraan, jumlah dan ukuran media reklame. d. Apabila Nilai Sewa Reklame tidak diketahui dan atau dianggap tidak wajar, Nilai Sewa Reklame ditetapkan dengan menggunakan faktor- faktor jenis, bahan yang digunakan, lokasi penempatan, jangka waktu penyelenggaraan, jumlah dan ukuran media reklame. e. Nilai Strategis diperoleh dengan cara : NS = (Bobot Kawasan Jalan x Skor Kawasan Jalan) + (Bobot Sudut Pandang x Skor Sudut Pandang) + (Bobot Ketinggian x Skor Ketinggian) f. Perhitungan Nilai Sewa Reklame diperoleh dengan cara : NSR = Nilai Strategis x satuan media reklame x jangka waktu x Harga Satuan Reklame g. Jangka waktu sebagaimana sewa reklame adalah lamanya penyelenggaraan reklame antara lain harian, bulanan dan tahunan. h. Tarif pajak sebesar 25% dari nilai sewa reklame. 6. Hubungan Antara PDRB dengan Pajak Reklame Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun. Untuk menghitung nilai seluruh produksi yang dihasilkan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu dapat digunakan 3 cara penghitungan. Tiga cara penghitungan tersebut adalah sebagai berikut (Sadono Sukirno, 2011) :
  • 26. 37 1) Cara Produksi (Produk Neto) Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi barang dan jasa yang diwujudkan oleh berbagai sektor (lapangan usaha) dalam perekonomian. Penggunaan cara ini mempunyai dua tujuan, yaitu a) untuk mengetahui besarnya sumbangan berbagai sektor ekonomi di dalam mewujudkan pendapatan nasional, b) sebagai salah satu cara untuk menghindari penghitungan dua kali, yaitu dengan hanya menghitung nilai produksi neto yang diwujudkan pada berbagai tahap proses produksi. 2) Cara Pengeluaran Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai pengeluaran/perbelanjaan ke atas barang-barang dan jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut. Penghitungan dengan cara pengeluaran akan dapat memberi gambaran tentang (a) sampai di mana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi atau sampai di mana baiknya tingkat pertumbuhan yang dicapai dan tingkat kemakmuran yang sedang dinikmati, dan (b) memberikan informasi dan data yang dibutuhkan dalam analisis makroekonomi sehingga dapat digunakan sebagai landasan untuk mengambil langkah-langkah dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi.
  • 27. 38 3) Cara Pendapatan Dalam penghitungan ini pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional. Dari penghitungan PDRB dengan salah satu dari tiga cara diatas akan diperoleh nilai PDRB. Semakin besar PDRB maka pertumbuhan ekonomi suatu daerah semakin tinggi. Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Jadi dapat dikatakan bahwa pertumbuhan adalah proses dimana terjadi kenaikan PDRB. Semakin tinggi nilai kenaikann PDRB suatu daerah, maka semakin besar pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut. 7. Hubungan Antara Penduduk dengan Pajak Reklame Penduduk melakukan permintaan atas sesuatu barang dalam rangka memenuhi atau memuaskan kebutuhan hidup. Semakin meningkat jumlah penduduk maka kebutuhan akan barang-barang pemuas kebutuhan akan mengalami peningkatan. Pertambahan jumlah penduduk yang tidak seiring dengan perkembangan kesempatan kerja, akan mengakibatkan meningkatkan pengangguran (Sadono Soekirno, 2011). Menurut Syuhada Sofyan (1997, dalam Nurmayasari, 2010) penduduk merupakan salah satu faktor yang signifikan berpengaruh terhadap jumlah penerimaan pajak reklame. Pertumbuhan penduduk dianggap sebagai salah satu faktor yang positif dalam memacu
  • 28. 39 pertumbuhan ekonomi. Penduduk dianggap sebagai pemacu pembangunan. Jumlah penduduk yang besar oleh para perencana pembangunan dipandang sebagai asset modal dasar pembangunan tetapi sekaligus juga sebagai beban pembangunan. Sebagai asset apabila dapat meningkatkan kualitas maupun keahlian atau keterampilannya sehingga akan meningkatkan produksi nasional. Jumlah penduduk yang besar akan menjadi beban jika struktur, persebaran dan mutunya hanya menuntut pelayanan sosial dan tingkat produksinya rendah sehingga menjadi tanggungan penduduk yang bekerja secara efektif. Penambahan penduduk tinggi yang diiringi dengan perubahan teknologi akan mendorong tabungan dan juga penggunaan skala ekonomi di dalam produksi. Penambahan penduduk merupakan satu hal yang dibutuhkan dan bukan suatu masalah, melainkan sebagai unsur penting yang dapat memacu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Besarnya pendapatan dapat mempengaruhi penduduk. Jika jumlah penduduk meningkat maka pendapatan yang didapat juga meningkat ( Santosa dan Rahayu, 2005). 8. Hubungan Antara Industri dengan Pajak Reklame Jumlah industri adalah jumlah usaha industri baik industri kecil, sedang maupun besar. Jumlah industri merupakan salah satu faktor positif pemicu pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan apabila suatu industri yang ingin memasarkan produknya dapat menggunakan atau memasang
  • 29. 40 reklame agar dapat diketahui dan dikenal oleh masyarakat. Bertambahnya jumlah industri yang memasang reklame mengakibatkan obyek pajak bertambah luas, sehingga penerimaan daerah pun meningkat. Jumlah industri berpengaruh terhadap penerimaan pajak reklame. Peniliaian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Devas, dkk (1989), bahwa sebagian besar pemerintah daerah tingkat II (sekarang Kabupaten/Kota) menarik pajak atas benda papan reklame di daerah. Pajak ini cocok untuk sumber penerimaan daerah, karena tempat objek pajak dapat mudah diketahui (Sutrisno, 2002 dalam Nurmayasari, 2010). 9. Hubungan Antara Panjang Jalan dengan Pajak Reklame Penggunaan ruas jalan disetiap daerah untuk pemasangan reklame pada dasarnya disesuaikan dengan posisi dari ruas jalan tersebut. Setiap ruas jalan yang ditetapkan sebagai jalan protokol, yang mana di setiap ruas jalan tersebut merupakan akses jalan untuk kegiatan vital masyarakat umum, seperti aktivitas perkantoran, aktivitas perdagangan dan aktivitas hiburan secara tidak langsung akan mempengaruhi tinggi rendahnya suatu barang, jasa maupun orang untuk diketahui, dilihat dan dikenal. Sementara ruas jalan yang berhubungan dengan kegiatan pemerintahan daerah, pinggiran kota, jalur alternatif dan kawasan tertentu memiliki pengaruh yang relatif rendah untuk diketahui, dilihat dan dikenal. Pemilihan tempat yang strategis untuk pemasangan objek reklame merupakan faktor penentu kesuksesan dalam hal promosi, pemasaran maupun himbauan. Maka panjang jalan mempunyai andil dalam hal ini,
  • 30. 41 semakin panjang ruas jalan semakin banyak tempat strategis untuk pemasangan objek reklame. Sesuai dengan sifatnya, reklame selalu memilih lokasi yang strategis. Hal ini dimaksudkan untuk menarik perhatian orang sebanyak mungkin dan meningkatkan kejelasan dari pesan-pesan yang disampaikan. B. Hasil Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai pajak reklame telah banyak dilakukan, antara lain : 1. Dini Nurmayasari (2010) melakukan penelitian yang disusun dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Penerimaan Pajak Reklame Kota Semarang”. Penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Variabel yang digunakan adalah penerimaan pajak reklame kota semarang, jumlah penduduk, jumlah industri dan jumlah PDRB perkapita. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa variabel jumlah penduduk (PDDK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan Pajak Reklame (PJK_REKL), variabel jumlah industri (INDUST) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan Pajak Reklame (PJK_REKL), variabel jumlah PDRB perkapita (PDRB) berpengaruh positif dan signifikan terjadap penerimaan Pajak Reklame (PJK_REKL) dan variabel jumlah penduduk, jumlah industri dan PDRB perkapita berpengaruh positif dan signifikan secara simultan terhadap penerimaan pajak reklaem di Kota Semarang.
  • 31. 42 2. Penelitian yang dilakukan oleh Lintan Gupita P, Nugroho SBM (2012) tentang “Analisis Penerimaan Pajak Reklame di Kota Semarang Tahun 1990 – 2011”, menyatakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari suatu variabel maka digunakan model regresi linear berganda dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Adapun variabel yang digunakan Penerimaan Pajak Reklame, jumlah penduduk, jumlah industri, dan PDRB. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan secara bersama-sama bahwa jumlah penduduk, jumlah industri, dan PDRB berpengaruh terhadap penerimaan pajak reklame Kota Semarang. Secara parsial hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah penduduk berpengaruh terhadap penerimaan pajak reklame Kota Semarang, sedangkan jumlah industri dan PDRB tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak reklame Kota Semarang. 3. Vera Fransisca Pesik (2013) melakukan penelitian tentang “Faktor- faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Reklame di Kota Manado”. Penelitian tersebut menggunakan metode analisis deskriptif dengan menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa peraturan daerah, kebijakan pemerintah, reklame rokok dan minuman beralkohol, reklame videotron, reklame yang diadakaan oleh
  • 32. 43 pemerintah, event-event internasional dan nasional serta kelas jalan mempengaruhi penerimaan pajak reklame di Kota Manado. 4. Altim Setiawan (2009) melakukan penelitian tentang “Kajian Faktor Nilai Strategis Lokasi dalam Penempatan Reklame di Kota Palu”. Penelitian tersebut menggunakan metode kajian literatur dan penyebaran kuesioner. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa klasifikasi jalan, sudut pandang panel reklame, ketinggian reklame dan pemanfaatan/guna lahan berpengaruh terhadap nilai strategis lokasi dalam penempatan reklame. 5. Purbayu Budi Santosa dan Retno Puji Rahayu (2005) melakukan penelitian tentang “Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Kediri”. Penelitian ini menggunakan model regresi berganda dengan variabel bebas pengeluaran pembangunan, penduduk dan PDRB dengan data yang diamati periode 1989-2002. Hasil penelitian menunjukkan ketiga variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh dengan variabel penduduk yang mempunyai pengaruh paling besar yaitu 8,049. C. Hipotesis Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi
  • 33. 44 (Mudrajad, 2009:59). Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Diduga PDRB berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak reklame Kota Yogyakarta pada tahun 2003:Q1 – 2012:Q4 2. Diduga jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak reklame Kota Yogyakarta pada tahun 2003:Q1 – 2012:Q4 3. Diduga jumlah industri berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak reklame Kota Yogyakarta pada tahun 2003:Q1 – 2012:Q4 4. Diduga panjang jalan berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak reklame Kota Yogyakarta pada tahun 2003:Q1 – 2012:Q4