Kepemimpinan karismatik sangat dibutuhkan dalam era digital saat ini. Pemimpin karismatik mampu menangkap peluang dan mengantisipasi perubahan dengan cepat serta tepat, sehingga dapat mengarahkan organisasi untuk mencapai tujuan.
1. ISSN: 2614-6754 (print)
ISSN: 2614-3097(online)
Halaman 5059-5066
Volume 7 Nomor 2 Tahun 2023
Jurnal Pendidikan Tambusai 5059
Kepemimpinan Karismatik Era Digital
Hetwi Marselina Saerang1*, Shelty Deity Meity Sumual2, Paulus Robert Tuerah3
1,2,3 Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri Manado, Indonesia
e-mail: hetwimarselinasaerang06@gmail.com1, sumualshelty7@gmail.com2,
paulustuerah@unima.ac.id3
Abstrak
Ungkapan bijak “setiap masa ada pemimpinnya, setiap pemimpin ada masanya”. Kita dapat
mengartikannya bahwa tidak ada model atau karakteristik kepemimpinan yang berlaku abadi
atau selamanya sepanjang masa. Maksudnya pada situasi tertentu dibutuhkan model atau
karakteristik pemimpin tertentu yang boleh jadi berbeda pada situasi yang lain. Secara historis
sudah banyak riset yang mengungkap karakteristik pemimpin yang baik (good leader) atau
pemimpin efektif (effective leader). Disebutkan beberapa karakteristik tersebut di antaranya
adalah kejujuran, integritas, kompeten, menginspirasi, visioner, kapasitas pengambil
keputusan, komunikatif, penyelesai masalah, berpikir strategis, dan karismatik. Namun, pada
era digital saat ini di mana perubahan terjadi begitu cepat, dinamis dan sukar ditebak, ada
beberapa karakteristik tertentu yang lebih dibutuhkan agar pemimpin sukses menghadapi
tantangan yang ada. Profil kepemimpinan yang dibutuhkan dalam situasi ini adalah
kepemimpinan yang berkarismatis. Pemimpin karismatik yang mampu menangkap peluang
dan mengantisipasi perubahan dengan cepat dan tepat.
Kata kunci: Kepemimpinan, Karsimatik, Digital
Abstract
The wise saying "every time has its leader, every leader has its time". We can mean that there
is no leadership model or characteristic that applies eternally or forever. This means that in
certain situations certain models or characteristics of leaders are needed which may be
different in other situations. Historically, there has been a lot of research that reveals the
characteristics of good leaders or effective leaders. Some of these characteristics include
honesty, integrity, competence, inspiration, visionary, decision-making capacity,
communicative, problem solving, strategic thinking, and charismatic. However, in today's
digital era where change occurs so fast, dynamic and unpredictable, there are certain
characteristics that are more needed for successful leaders to face the challenges that exist.
The leadership profile needed in this situation is charismatic leadership. Charismatic leaders
who can seize opportunities and anticipate changes quickly and precisely.
Keywords : Leadership, Charismatic, Digital
PENDAHULUAN
Kepemimpinan merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan
manusia. Setiap manusia memiliki jiwa pemimpin didalam dirinya, namun tergantung
bagaimana ia menggali dan melatih jiwa kepemimpinannya tersebut. Di era digital ini, banyak
bermunculan pemimpin yang di gandrungi oleh para generasi milenial, baik itu karena
ketampanannya, kepintarannya dalam memecahkan persoalan di tengah masyarakat.
Generasi modern lebih dominan kepada pemimpin yang memiliki kharismatik karena
mereka menganggap pemimpin kharismatik mampu mempengaruhi siapa saja yang
melihatnya. Walaupun ada sebagian kalangan yang mengungkapkan dengan penuh
2. ISSN: 2614-6754 (print)
ISSN: 2614-3097(online)
Halaman 5059-5066
Volume 7 Nomor 2 Tahun 2023
Jurnal Pendidikan Tambusai 5060
kekaguman bahwa "orang itu memiliki kharisma yang sangat tinggi". Tanpa disadari ungkapan
itu sebenarnya berbentuk ketakjuban seseorang terhadap tokoh atau pribadi-pribadi publik.
Dari segi leksikal, kata kharisma berasal dari bahasa Yunani berarti berkat yang
terinspirasi secara agung, seperti kemampuan untuk melakukan keajaiban atau
memprediksikan peristiwa yang bersifat futuristik. Atau bisa diartikan keadaan atau bakat yang
dihubungkan dengan kemampuan luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk
membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya dan
kepemimpinan yang didasarkan pada kualitas kepribadian individu.
Model kepemimpinan kharismatik memiliki daya tarik, energi dan pembawaan yang luar
biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia memiliki pengikut yang luar biasa
jumlahnya. Disinilah interaksi kepemimpinan karismatik bersifat informal, karena dia tidak
perlu diangkat secara formal dan tidak ditentukan oleh kekayaan, tingkat usia, bentuk fisik dan
sebagainya.
Seseorang memiliki kharisma dalam kepemimpinannya harus memanfaatkan peluang
untuk memperjuangkan kesejahteraan masyarakat. Kepemimpinan karismatik memiliki
pengikut relatif banyak, membuktikan eksistensi pemimpin kharismatik sangat kuat di tengah
masyarakat dan dapat memperoleh dukungan yang besar dalam melakukan suatu
tindakannya.
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sebuah proses dimana seseorang mempengaruhi orang lain agar
memiliki visi misi yang sama dan kemudian berupaya bersama dalam mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan
Kepemimpinan menurut Stoner (1996:10): sebuah proses dalam mengarahkan atau
memengaruhi kegiatan terkait sebuah organisasi atau kelompok demi mencapai tujuan
tertentu. Kepemimpinan menurut Stoner ini dapat saya jelaskan menjadi empat elemen yaitu:
1. Proses.
Seorang pemimpin akan menjalani proses untuk mencapai tujuan dalam suatu organisasi.
Proses dimaksud adalah bagaimana ia mampu memberikan pengaruh kepada orang yang
dipengaruhinya.
2. Memengaruhi/mengarahkan
Seorang pemimpin tidak bisa terpisahkan dari orang yang akan dipimpin. Ada pemimpin
berarti harus ada orang yang di pimpin. Pemimpin yang baik akan memberikan pengaruh
yang positif untuk mengarahkan orang yang dipimpinnya supaya tujuan bisa tercapai.
3. Organisasi
Organisasi adalah tempat seorang pemimpin menjalankan aktivitasnya untuk memimpin.
Organisasi merupakan wadah untuk menjalankan kepemimpinan.
4. Tujuan tertentu
Pada dasarnya apa pun yang dibangun pasti memiliki tujuan tertentu, demikian pula dengan
organisasi. Dalam menjalankan sebuah organisasi pasti sudah dirancang dan ditentukan
tujuan apa yang akan dicapai dan ditargetkan.
Kepemimpinan menurut Wahjosumidjo, (2010:83): kemampuan dalam diri seseorang
dan mencakup sifat-sifat, seperti kepribadian, kemampuan, dan kesanggupan. Kepemimpinan
tidak dapat dipisahkan dari gaya, perilaku, dan kedudukan pemimpin bersangkutan dan
interaksinya dengan para pengikut serta situasi. Di sini Wahjosumidjo mengartikan
kepemimpinan dari sudut pandang kemampuan dan kesanggupan serta sifat-sifat seorang
pemimpin. Seorang pemimpin harus pertama-tama membangun karakter serta kepribadian.
Karakter dan kepribadian seseorang sangat berpengaruh terhadap orang lain, meskipun
kharisma bawaan menjadi salah satu hal yang melekat dan sangat berpengaruh terhadap
bagaimana orang tersebut memimpin. Jika kemampuan menjadi tolak ukur seseorang untuk
menjadi pemimpin maka kemampuan itu perlu dipelajari. Untuk memperoleh kemampuan,
seorang pemimpin harus belajar karena kemampuan diperoleh dari belajar. Cara belajar untuk
memperoleh kemampuan ialah melalui pendidikan dan pelatihan baik secara formal maupun
non formal. Selain itu, seorang pemimpin juga bisa mendapatkan kemampuan memimpin
melalui pengalaman.
3. ISSN: 2614-6754 (print)
ISSN: 2614-3097(online)
Halaman 5059-5066
Volume 7 Nomor 2 Tahun 2023
Jurnal Pendidikan Tambusai 5061
Kepemimpinan menurut Sondang P. Siagian, (1989:17): kemampuan seseorang saat
menjabat sebagai pimpinan organisasi tertentu dalam memengaruhi orang lain, khususnya
bawahannya. Ini dilakukan supaya mereka mampu bertindak dan berpikir sesuai dengan
arahan tertentu supaya tujuan dapat tercapai dengan mudah. Di sini Sondang P Siagian
mengartikan kepemimpinan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain
dalam hal ini bawahannya. Kepemimpinan mengarahkan bawahannya supaya mereka
mampu bertindak dan berpikir seperti apa yang diarahkan supaya tujuan dapat tercapai
dengan mudah. Seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi dan mengarahkan
bawahannya. Jika pemimpin tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan
mengarahkan maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Oleh karena itu, menjadi
pemimpin tidaklah mudah karena tidak semua orang bisa dan punya kemampuan memimpin.
Kepemimpinan menurut Hemhiel dan Coons, (1957:7): perilaku individu ketika
memimpin aktivitas dalam kelompok atau organisasi untuk mencapai tujuan bersama atau
shared goal. Hemhiel dan Coons berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan perilaku
individu ketika memimpin aktivitas dalam kelompok supaya tujuan bisa tercapai. Hal utama
dari seorang pemimpin menurut Hemhiel dan Coons adalah perilaku. Perilaku menjadi faktor
penentu seseorang dalam memimpin. Perilaku dapat diartikan juga sebagai attitude. Hal ini
berarti untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu organisasi ditentukan oleh bagaimana
perilaku pemimpin tersebut.
Kepemimpinan Karismatik
Kepemimpinan karismatik (charismatic leadership) adalah gaya kepemimpinan dengan
menonjolkan karisma untuk menarik dan menginspirasi pengabdian oleh orang lain. Pemimpin
lebih percaya pada visi dan kemampuannya sendiri daripada para pengikut. Pemimpin
karismatik lebih banyak berkomunikasi dengan para pengikut.
Pemimpin karismatik menginspirasi dan memotivasi pengikut untuk berkomitmen
terhadap tujuan. Mereka cocok di lingkungan di mana orang membutuhkan kehadiran individu
yang mampu menggerakkan dan mengubah status quo.
Gaya kepemimpinan karismatik bekerja dengan baik selama pergantian organisasi yang
mendesak. Mereka juga penting ketika organisasi mengalami perubahan yang fundamental.
Mereka sangat baik dalam memotivasi pengikut untuk melakukan apa pun yang diperlukan.
Para pemimpin karismatik sangat peduli dengan citra mereka. Untuk itu, mereka akan
menggunakan berbagai cara untuk memikat dan menginspirasi pengikutnya. Ciri-ciri
pemimpin karismatik (Yukl, 2017:12):
1. Visioner. Pemimpin memikirkan atau merencanakan masa depan dengan kebijaksanaan
dan imaginasi.
2. Kreatif. Mereka berpikir di luar kotak, menerima tantangan dan melihatnya sebagai
peluang.
3. Memiliki kepribadian yang kuat. Pemimpin memancarkan kepercayaan diri, memiliki rasa
diri yang kuat dan jarang mengungkapkan keraguan diri. Itu membuat banyak orang
tertarik untuk mengikuti dan melaksanakan perintah mereka.
4. Kerendahan hati (humility). Pemimpin peka terhadap lingkungan mereka dan kebutuhan
pengikut. Mereka berhati-hati agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan atau melukai
orang lain.
5. Risk taker. Pemimpin berani untuk mengambil risiko pribadi demi mewujudkan visi dan
menuju kondisi yang lebih baik.
6. Komunikator ulung. Mereka mahir menggunakan perilaku tidak konvensional. Mereka
mampu menggerakkan banyak orang hanya dengan kata-kata, pidato atau perilaku.
7. Self-monitoring. Mereka membanggakan diri mereka sendiri yang tanpanya mereka tidak
mendapatkan kegembiraan.
8. Agen perubahan. Mereka mengubah status quo untuk menuju masa depan yang lebih
baik.
9. Pantang menyerah. Mereka tidak putus asa untuk mewujudkan cita-cita. Mereka tidak
takut gagal meski harus menghadapi perjuangan dan tantangan yang sulit, bahkan
berisiko kematian.
4. ISSN: 2614-6754 (print)
ISSN: 2614-3097(online)
Halaman 5059-5066
Volume 7 Nomor 2 Tahun 2023
Jurnal Pendidikan Tambusai 5062
Digital
Kepemimpinan digital atau digital leadership diperlukan dalam proses transformasi
digital yang tengah berjalan saat ini untuk mengawal perubahan dan pemanfaatan teknologi
dengan cepat di berbagai sektor, termasuk sektor pemerintahan. Hadirnya pemimpin digital
dapat mendorong percepatan transformasi.
Seorang digital leader harus mampu menggunakan aset digital untuk membuat
keputusan yang cepat dan tepat, serta mampu berinovasi dan berkolaborasi dengan unsur
organisasi atau stakeholder lain untuk menemukan solusi. "Digital leader mempunyai
tanggung jawab dalam membimbing dan menginisiasi rekan kerjanya agar dapat
memanfaatkan teknologi informasi dalam rangka mewujudkan transformasi digital.
Digital leadership atau e-Leadership merupakan kepemimpinan digital yang timbul
akibat dari berkembangnya lingkungan berbasis elektronik atau e-Environment. Terdapat
empat karakteristik yang membedakan kepemimpinan biasa dengan e-Leadership. Pertama,
terkait dengan kemampuan komunikasi, dimana digital leader telah mampu berkomunikasi
secara efektif menggunakan perangkat media sosial untuk terus terkoneksi dengan anggota
di dalam maupun luar organisasi. Kedua, digital leader harus mampu memiliki kemampuan
berpikir dan bekerja sama tanpa adanya batasan waktu, ruang, dan rintangan budaya dimana
pengawasan dan interaksi tatap muka tidak lagi diperlukan. Ketiga, digital leader memiliki
kemampuan dalam memantau dan mengelola pekerjaan dengan efektif secara virtual.
Keempat, kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan teknologi. Pesatnya
perkembangan teknologi menuntut penyesuaian perubahan yang berjalan dengan cepat agar
tujuan organisasi dapat tetap tercapai.
“Digital leader harus dibentuk dengan pola pikir dan kemampuan untuk memecahkan
masalah dan kemampuan untuk menjaga hubungan antar-anggota dan antar-tim. Suatu
tantangan tersendiri juga bagi digital leader untuk mengelola generasi yang berbeda, generasi
milenial dan baby boomers dalam satu organisasi agar tujuan organisasi dapat tetap tercapai.
Digital leadership membutuhkan sumber daya manusia yang tepat untuk menyukseskan
perubahan teknologi yang dilanjutkan dengan perubahan budaya kerja berbasis teknologi.
Perubahan digital dapat dilakukan secara berkelanjutan dengan menumbuhkan budaya
inovasi dan kolaborasi dengan komunitas digital.
Skill Digital Leadership
1. Teknologi Dunia Digital
Kemampuan pertama yang mutlak dikuasai oleh seorang pemimpin di era digital ialah
memiliki skill atau pemahaman mengenai teknologi yang terus berkembang. Seorang
pemimpin harus mengerti dan peka akan teknologi apa saja yang dibutuhkan oleh
perusahaan untuk mencapai target, termasuk membiasakan para pegawai generasi tua
untuk mulai beradaptasi dengan keberadaan teknologi.
2. Komunikasi
Skill yang satu ini memang sudah terkenal harus dimiliki oleh seorang pemimpin, apalagi
jika berbasis digital leadership yang menuntut komunikasi secara intens melalui teknologi
mutakhir yang hadir. Akibatnya, komunikasi secara langsung terhadap karyawan akan
semakin berkurang dan digantikan dengan cara virtual, sehingga seorang pemimpin harus
mampu mempunyai kemampuan menyampaikan pesan yang efektif agar bisa dipahami
oleh para karyawan.
3. Inovatif
Pemimpin yang melek teknologi pun harus selalu inovatif dalam mengembangkan ide bagi
produk atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen, serta mendorong karyawan agar
terus kreatif dalam menghasilkan ide-ide yang cemerlang. Tanpa adanya inovasi, sebuah
perusahaan akan dengan mudah ditinggalkan oleh para pelanggannya, sehingga
dibutuhkan sosok pemimpin yang selalu inovatif dan mau berkembang di tengah
persaingan dunia digital yang semakin ketat.
4. Visioner
Pemimpin yang memiliki digital leadership harus selalu memiliki visi yang kuat dan jelas
agar mampu mempengaruhi para karyawan untuk percaya akan tujuan dan rencana yang
5. ISSN: 2614-6754 (print)
ISSN: 2614-3097(online)
Halaman 5059-5066
Volume 7 Nomor 2 Tahun 2023
Jurnal Pendidikan Tambusai 5063
dibangun oleh perusahaan. Menularkan keyakinan yang kuat terhadap karyawan akan visi
perusahaan merupakan tugas seorang digital leader agar bisa menyatukan visi bersama
antara karyawan dan perusahaan menjadi sebuah kesatuan yang solid.
5. Mampu Beradaptasi
Pemimpin yang memiliki kiblat digital leadership harus mampu beradaptasi terhadap
perubahan sistem kerja yang semakin dipengaruhi oleh perkembangan teknologi digital.
Kemampuan beradaptasi yang kuat menjadikan sosok pemimpin di era digital mampu
menangkap momen dan membuat strategi serta keputusan yang tepat di tengah pesatnya
perkembangan dunia digital.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian studi dokumen.
Studi dokumen merupakan teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, hasil karya, maupun elektronik. Dokumen
yang diperoleh kemudian dianalisis, dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu
kajian yang sistematis, terpadu dan utuh.
Peneliti menggunakan penelitian tersebut untuk menggali dokumen tentang kebijakan
pendidikan. Oleh karena itu, proses penelitian ini akan bercorak metode membaca dokumen,
mengumpulkan, mengklasifikasi dan menganalisis dokumen sebagai acuan datanya.
Dokumentasi menjadi aktor utama dalam kehidupan pendidikan. Penelitian ini melihat
kebijakan pendidikan inovatif dalam penggunaan teknologi pembelajaran.
Studi dokumen sebagai cara peneliti menelusuri data historis yang sudah berlalu yang
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Data-data
kebanyakan tersimpan dalam bentuk dokumen dan artefak, sehingga penggalian sumber data
lewat studi dokumen menjadi utama. Dengan demikian, tingkat kredibilitas suatu hasil
penelitian kualitatif sedikit banyaknya ditentukan pula oleh penggunaan dan pemanfaatan
dokumen yang ada.
Analisa dokumen merupakan suatu tahap mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar agar memudahkan dalam menentukan tema
kerja yang sesuai dengan data. Tahap ini dapat digunakan untuk menganalisa data dengan
tujuan menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan. Data ini juga dimanfaatkan dengan baik agar dapat menjawab masalah yang
diajukan dalam penelitian. Analisis ini dilakukan berdasarkan dokumentasi yang telah
dilakukan, lalu disusun untuk menarik kesimpulan. Oleh karena itu, analisis data menjadi
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam riset dokumentasi tentang kepemimpinan karismatik era digital ditemukan empat
karakteristik pemimpin karismatik. Empat kepemimpinan karakteristik ialah humble (rendah
hati), adaptable (mudah beradaptasi), visionary (visioner), engaged (terlibat). Pola
kepemimpinan karistamatik sangat konsisten ditemukan di seluruh dinamika kepemimpinan
pendidikan.
Humble
Dalam riset dokumentasi kepemimpinan pendidikan ditemukan bahwa sikap humble
memiliki kemampuan untuk menerima umpan balik dan mengakui pemimpinnya. Pada era di
mana teknologi berkembang pesat dan keterbukaan informasi mengalir deras, akses terhadap
pengetahuan menjadi dekat, mudah dan murah. Pengetahuan tidak lagi menjadi hak istimewa
segelintir orang. Pengetahuan menjadi terdemokratisasi di mana setiap orang bisa mengakses
pengetahuan dan belajar apa saja semaunya, kapan pun, dimana pun dan kepada siapa pun.
Maka dapat dipastikan ada orang lain yang lebih mengetahui dan lebih ahli tentang sesuatu
“apa pun” dibanding kita.
Seorang pemimpin karismatik harus terbuka dan mau belajar sesuatu yang baru. Mereka
perlu proaktif untuk mencari umpan balik dari dalam dan luar organisasi mereka. Pemimpin
6. ISSN: 2614-6754 (print)
ISSN: 2614-3097(online)
Halaman 5059-5066
Volume 7 Nomor 2 Tahun 2023
Jurnal Pendidikan Tambusai 5064
harus percaya bahwa orang lain mengetahui lebih banyak daripada dirinya. Pemimpin perlu
mendorong individu dan tim untuk berbagi dan menyumbangkan pengetahuan mereka,
sehingga pengetahuan dapat terdistribusi secara efektif dalam organisasi. Pemimpin
karismatik harus bersikap rendah hati dengan belajar menerima dan memanfaatkan
pengetahuan anggota tim, rekan sejawat, karyawan dan pelanggan demi kepentingan
organisasi. Bersikap rendah hati dimaksudkan menyambut dengan terbuka setiap
pengetahuan, pendapat, perspektif dan ide-ide baru serta memastikan orang merasa terlibat
dan berkontribusi.
Kerendahan hati pemimpin ternyata memiliki dampak yang besar bagi pertumbuhan dan
transformasi pendidikan. Jim Collins dalam bukunya Good To Great menyampaikan hasil
risetnya yang luar biasa mengenai perusahaan baik menjadi hebat. Di sana dikatakan bahwa
perusahan baik yang mampu bertransformasi menjadi hebat (great), semuanya memiliki
kepemimpinan tingkat 5. Apa itu kepemimpinan tingkat 5? Karakteristik kepemimpinan yang
merupakan perpaduan antara kerendahan hati dan kemauan profesional.
Adaptable
pemimpin karismatik mudah untuk beradaptasi (adaptable). Pemimpin karsimatik
meyakini perubahan itu sebuah keniscayaan, sesuatu yang konstan terjadi. Mereka meyakini
bahwa tidak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri. Pemimpin karismatik akan
mengubah pikiran berdasarkan informasi baru dalam membuat keputusan dan bertindak
dengan cepat. Mereka melihat itu sebagai kekuatan, apalagi dalam menghadapi lingkungan
yang kompleks dan terus berubah.
Jangkauan teknologi digital pun telah membuka batas baru bagi organisasi menjadi lebih
global dan menghapus batas-batas tradisional antara pendidikan dan negara. Perkembangan
teknologi juga mengubah perilaku masyarakat dan konsumen dalam menikmati layanan
sebuah produk pendidikan atau pun jasa tertentu.
Pendidikan perlu cermat dan teliti mengamati perubahan perilaku konsumen. Kondisi
demikian membutuhkan kemampuan adaptasi dari para pemimpinnya dari level manajemen
puncak sampai dengan pemimpin tingkat pertama. Beradaptasi menjadi kunci kesuksesan
organisasi mencapai cita-citanya. Sebagaimana ungkapan bijak Kalam Ilahi bahwa Tuhan
tidak mengubah sebuah masyarakat sampai masyarakat itu sendiri yang berubah
(beradaptasi).
Beradaptasi menjadi kunci bertahan sebagaimana teori Darwin mengatakan hanya
mereka yang mampu beradaptasi dengan lingkungan, yang mampu bertahan hidup. Pemimpin
karismatik dapat menyesuaikan perilaku mereka dalam jangka pendek berdasarkan
kemampuan mereka untuk membuat keputusan berbasis fakta dan bukti yang ada. Pemimpin
karismatik berani untuk berkomitmen pada tindakan baru ketika situasi membutuhkannya.
Visionary
Dalam sebuah organisasi yang sukses dan hebat selalu ditemui adanya seorang
pemimpin dengan visi yang kuat (visioner). Pemimpin selalu memiliki pribadi dengan
pandangan jauh ke depan. Ia memiliki gambaran dan imajinasi yang kuat tentang bagaimana
masa depan akan terjadi. Pemimpin karismatik menggunakan visi yang dimilikinya untuk
menggugah dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan bersama yang diidam-
idamkan.
Dalam riset ditemukan pemimpin karismatik memiliki karakteristik berpikir jauh ke depan
atau visioner. Menjadi visioner bermakna pemimpin memiliki pandangan yang jelas mengenai
arah jangka panjang bahkan dalam menghadapai situasi ketidakpastian jangka pendek.
Sangat penting bagi pemimpin karismatik memiliki visi jelas tentang masa depan
organisasinya.
Di era teknologi yang serba cepat di mana ancaman terbuka, dibutuhkan visi yang
semakin penting. Visi menjadi pedoman bersama dalam menentukan langkah kritis yang harus
dilakukan. Visi dapat menjadi pegangan dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia
agar cepat tiba di masa depan dengan efisien dan efektif.
7. ISSN: 2614-6754 (print)
ISSN: 2614-3097(online)
Halaman 5059-5066
Volume 7 Nomor 2 Tahun 2023
Jurnal Pendidikan Tambusai 5065
Pemimpin karismatik mampu mengartikulasikan visi dengan sangat baik hingga
karyawan memiliki imajinasi masa depan yang sama persis dengan imajinasi yang tergambar
dalam pikiran pemimpinnya. Mereka juga lihai memecah visi menjadi strategi dan aksi nyata
yang dapat dieksekusi.
Pemimpin karismatik mampu menjelaskan kepada setiap karyawan apa arti visi
organisasi bagi pekerjaan mereka, sehingga terbentuk koneksi yang kuat antara pekerjaan
setiap karyawan dengan imajinasi cita-cita besar organisasi. Setiap karyawan dapat
memahami dan merasakan dampak yang bisa diberikan bagi kemajuan organisasi dan
masyarakat luas.
Engaged
Seorang pemimpin karismatik harus keterlibatan (engaged). Dalam riset ditemukan
bahwa pemimpin karismatik selalu melibatkan dirinya untuk beinteraksi dan berkolaborasi
dengan seluruh pemangku kepentingan. Mereka bersedia untuk mendengarkan, berinteraksi,
dan berkomunikasi dengan pemangku kepentingan internal dan eksternal, dikombinasikan
dengan minat dan keingintahuan yang kuat pada tren-tren yang muncul.
Kecepatan perubahan baik karena percepatan teknologi, pengembangan model bisnis,
dan dinamika persaingan menuntut para pemimpin harus selalu mendengarkan. Pemimpin
harus sadar bahwa apa yang diketahuinya hari ini mungkin sudah tidak relevan lagi besok.
Pemimpin karismatik menjadi pendengar dan komunikator.
Pemimpin karismatik menghabiskan banyak waktu untuk berinteraksi dengan dunia luar.
Pemimpin karismatik selalu berinteraksi dan terlibat, baik dengan pelanggan, mitra, pemasok,
anggota tim, karyawan, industri mereka dan ekosistem sosial mereka yang lebih luas.
Keinginan untuk mengeksplorasi, menemukan, belajar dan berdiskusi dengan orang lain
merupakan prasyarat penting bagi kesuksesan pemimpin tangkas.
Akhirnya pemimpin karismatik yang dengan kerendahan hati (humble), mengetahui
batas kemampuannya sendiri, namun tetap terlibat (engaged), membuat pemimpin karismatik
selalu uptodate dan menjadikannya tetap relevan dengan lingkungan pendidikan.
SIMPULAN
Kepemimpinan merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan
manusia. Setiap manusia memiliki jiwa pemimpin didalam dirinya, namun tergantung
Bagaimana ia menggali dan melatih jiwa kepemimpinannya tersebut. Di era digital ini, banyak
bermunculan pemimpin namun yang tetap relevan ilah kepemimpinan karismatik.
Kepemimpinan karismatik memiliki kepintaran dan kepandaiannya dalam memecahkan
persoalan yang ada di tengah masyarakat.
Kepemimpinan karismatik lebih dominan karena mereka menganggap bahwa pemimpin
yang kharismatik mampu mempengaruhi siapa saja yang melihatnya. Terkadang, ada
sebagian kalangan yang mengungkapkan dengan penuh kekaguman bahwa "orang itu
memiliki kharisma yang sangat tinggi". Tanpa disadari ungkapan itu sebenarnya merupakan
bentuk ketakjuban seseorang terhadap tokoh atau pribadi-pribadi publik.
Dari segi leksikal, kata kharisma berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti berkat
yang terinspirasi secara agung, seperti kemampuan untuk melakukan keajaiban atau
memprediksikan peristiwa yang bersifat futuristik. Ada juga yang mengartikan keadaan atau
bakat yang dihubungkan dengan kemampuan luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang
untuk membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya dan
kepemimpinan yang didasarkan pada kualitas kepribadian individu.
Model kepemimpinan kharismatik ini memiliki daya Tarik, energi dan pembawaan yang
luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia memiliki pengikut yang luar biasa
jumlahnya. Dengan demikian, interaksi jenis kepemimpinan ini adalah lebih banyak bersifat
informal, karena dia tidak perlu diangkat secara formal dan tidak ditentukan oleh kekayaan,
tingkat usia, bentuk fisik dan sebagainya
8. ISSN: 2614-6754 (print)
ISSN: 2614-3097(online)
Halaman 5059-5066
Volume 7 Nomor 2 Tahun 2023
Jurnal Pendidikan Tambusai 5066
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. (2017). Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa. Edureligia
Arif, Rohman. (2009). Memahami pendidikan & ilmu pendidikan. Yogyakarta: Laks Bang
Mediatama.
A’zham, K. S. (2021). Strategi dan Gaya Kepemimpinan Elon Reeve Musk. Arsip Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Bolden, R., J. Gosling, A. Marturano, & P Dennison. (2003). A Review of Leadership Theory
and Competence Framework. University of Exester: Centre for Leadership Studies.
Briggs, Leslie J. (1977). Instructional design, educational technology publications. Inc. New
Jersey : Englewood Cliffs.
Febianti, Yopi Nisa. (2018). Peningkatan motivasi belajar dengan pemberian reward and
punishment yang positif. Jurnal Edunomic.
Goleman, D. (2016). Kecerdasan emosional, mengapa EI lebih penting dari IQ. Jakarta: PT
Gramedia Utama.
Gunawan, I. 2018. Kepemimpinan Pendidikan: Suatu Pengantar. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Gredler, M. E. (2013). Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana.
Idrus, L. (2019). Evaluasi Dalam Proses Pembelajaran. Adaara: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, https://doi.org/ajmpi
Kellen, Roy. (1998). Effective teaching strategies- lesson from research and practice. Second
edition. Australia: Social Science Perss.
Munif Chatib dan Alamsyah Said. (2012). Sekolah anak-anak Juara Berbasis Kecerdasan
Jamak dan Pendidikan Berkeadilan. Bandung: Mizan Media Utama.
Nurul, Fithriyah Hidayati dan Novianni Anggraini. (2015). Perkembangan peserta didik.
Kartasura: Fataba Press.
Oktawirawan, D.H. (2020). Faktor Pemicu Kecemasan Siswa dalam Melakukan Pembelajaran
Daring di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi,
https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i2.932
Reza, Justinus Prasetyo dan Yeny Andriani. (2009). Multiply your multiple intelligences
(melatih 8 kecerdasan majemuk pada anak dan dewasa).
Sugiyono. (2015).Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Tafonao, Talizaro. (2018). Peranan media pembelajaran dalam meningkatkan minat belajar
mahasiswa. Jurnal Komunikasi Pendidikan
Webb, N. L. (1992). Assessment of Students’ Knowledge of Mathematics: Step Toward
A Theory. University of Wisconsin, Madison
Zamroni. (2000). Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.