Dokumen tersebut membahas konsep kepemimpinan dalam pelatihan. Pemimpin didefinisikan sebagai individu yang mempengaruhi kelompok untuk mencapai tujuan bersama, sedangkan kepemimpinan adalah sifat yang diterapkan oleh pemimpin. Pelatihan kepemimpinan bertujuan mengembangkan sifat dan keahlian seseorang sebagai pemimpin. Ada berbagai gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan tergantung
1. KEPEMIMPINAN DALAM PELATIHAN
Disusun oleh: dr. H. Eddy Siswanto, M.P.H.M., -ALT
Kepemimpinan menjadi hal yang penting di era informasi sekarang ini. Bahkan, terkait komunitas,
organisasi bahkan masyarakat, sudah pasti tidak akan terlepas dari konsep sebuah kepemimpinan. Suatu
komunitas memerlukan sosok pemimpin untuk dapat mengarahkan tujuan mereka bersama untuk
kepentingan yang telah disepakati bersama.Menurut OrdwayTeod dalam bukunya ”The Art of Leadership”
(Kartono 1998), kepemimpinan ditujukan pada kegiatan mempengaruhi orang-orang bekerja sama untuk
mencapaitujuan yang mereka inginkan. Kepemimpinan dapat terjadi dimana saja, dan dilakukan siapa saja,
asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang lain ke arah tercapainya
suatu tujuan tertentu. Dalam rangka mempengaruhi orang lain, seorang pemimpin mempunyai banyak
pilihan gaya kepemimpinan yang akan digunakannya. Tentunya banyak hal membuat seseorang mampu
memimpin orang lain atau organisasi, salah satunya sangat terkait dengan pelatihan.
1. KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM PELATIHAN
Pemimpin adalah individu yang melakukan proses mempengaruhi sebuah kelompok atau organisasi
untuk mencapai sesuatu tujuan yang telah disepakati bersama, sedangkan kepemimpinan adalah sifat
yang diterapkan individu yang bertindak sebagai pemimpin untuk mempengaruhi anggota
kelompoknya untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah disepakati bersama.
Setidaknya ada 3 teori tentang asal-usul terbentuk seorang pemimpin, diantaranya sebagai berikut:
a. Teori Genetik – menyatakan bahwa pemimpin itu terlahir dengan bakat yang yang sudah terpendam
di dalam diri seseorang.
b. Teori Sosial – menyatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin melalui latihan, kesempatan
dan pendidikan.
c. Teori Ekologis – teori ini merupakan gabungan dari 2 teori di atas.
Terlepas dari ketiga teori kepemimpinan tersebut, ternyata kepemimpinan berbeda dengan jenjang
kepangkatan atau jabatan seseorang. Kepemimpinan sejati selalu muncul dari dalam dan merupakan
buah dari keputusan seseorang untuk mau mejadi seorang pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi
keluarganya, bagi lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi
negerinya. Kepemimpinan lebih merupakan sebuah keputusan yang merupakan hasil proses perubahan
karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Sehingga, kepemimpinan bukanlah jabatan
atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika
2. seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan
membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan
pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaanya mendorong perubahan dalam
organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Namun demikian, seringkali
seseorang pemimpin sejati tidak dikenal atau dihargai keberadaanya oleh mereka yang dipimpinnya.
Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa
merekalah yang melakukannya sendiri.
Sepertiyang dikatakan oleh penulis buku terkenal,Kenneth Blanchard, bahwa “kepemimpinan dimulai
dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya”. Perubahan karakter adalah
segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri,
tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan
tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati. Kita
hidup dalam dunia yang serba berubah – politik, ekonomi yang selalu berubah dengan begitu cepat
dan terus berlangsung. Oleh sebab itu kesuksesan kita akan selalu bergantung pada kemampuan serta
tekad untuk mengembangkan sebuah pemahaman yang menyangkut bagaimana kita menghadapi dan
berinisiatif dengan perubahan itu.
“The only way that I can keep leading is to keep growing. The day I stop growing, somebody else
takes the leadership baton. That is way it always it.” – Jhon Maxwell –
(Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa berkembang.
Ketika saya berhenti berkembang, orang lain akan mengambil alih kepemimpinan tersebut)
Dalam melatih seseorang menjadi pemimpin, tentunya perlu teknik-teknik fasilitasi yang
memungkinkan orang yang dilatih menggali dan mengembangkan sendiri potensi-potensi positif dari
dalam dirinya, atau dapat mengubah perilaku dan mentalnya menjadi positif sesuai dengan konsep
kepemimpinan itu sendiri. Potensi-potensi positif tersebut terkait dengan karakter pemimpin,
keputusan untuk berubah, kedamaian diri, kerendahan hati, integritas yang kokoh, daya tahan
menghadapi kesulitan dan tantangan, serta visi dan misi yang jelas.
Terkait dengan karakter pemimpin, maka beberapa sifat yang biasanya melekat pada diri seorang
pemimpin, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Intelejensi: Kemampuan bicara, menafsir,dan bernalar yang lebih kuat daripada para anggota yang
dipimpin.
b. Kepercayaan Diri: Keyakinan akan kompetensi dan keahlian yang dimiliki
3. c. Determinasi: Hasrat untuk menyelesaikan pekerjaan yang meliputi ciri seperti berinisiatif,
kegigihan, mempengaruhi, dan cenderung menyetir
d. Integritas: Kualitas kejujuran dan dapat dipercaya oleh para anggota
e. Sosiabilitas: Kecenderunganpemimpin untuk menjalin hubungan yang menyenangkan, bersahabat,
ramah, sopan, bijaksana, dan diplomatis. Menunjukkan rasa sensitif terhadap kebutuhan orang lain
dan perhatian atas kehidupan mereka.
Berbeda dengan sifat pemimpin, maka kemampuan dasar (keahlian yang harus dimiliki) seorang
pemimpin terdiri dari:
1. Keahlian Teknis – Kompetensi khusus tertentu, kemampuan analitis dan menggunakan alat serta
teknik yang tepat.
2. Keahlian Manusia – Kemampuan bekerja sama dengan orang lain.
3. Keahlian Konseptual – Kemampuan bekerja dengan berbagai gagasan dan konsep.
Keahlian tersebut dapat merupakan suatu bakat yang hanya perlu digali dan dilatih dari diri seseorang,
atau merupakan hal yang baru, sehingga perlu diperkenalkan dan dilatihkan menjadi perilaku tertentu
pada diri seseorang agar menjadi pemimpin.
Pelatihan kepemimpinan tentunya harus dapat menggali sifat-sifat dan keahlian/ bakat dari diri
seseorang untuk dikembangkan, atau memperkenalkan serta melatih berbagai keahlian dasar
kepemimpinan sehingga seseorang dapat menjadi pemimpin di komunitasnya.
2. Peranan Kepemimpinan
Tiap komunitas yang memerlukan kerjasama antar manusia dan menyadari bahwa masalah manusia
yang utama adalah masalah kepemimpinan. Kepemimpinan mengalami perkembangan mulai dari
kepemimpinan pra ilmiah kepada kepemimpinan yang ilmiah. Dalam tingkatan ilmiah kepemimpinan
itu disandarkan kepada pengalaman intuisi, dan kecakapan praktis. Kepemimpinan itu dipandang
sebagai pembawaan seseorang sebagai anugerah Tuhan. Karena itu dicarilah orang yang mempunyai
sifat-sifat istimewa yang dipandang sebagai syarat suksesnya seorang pemimpin. Dalam tingkatan
ilmiah kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi, bukan sebagai kedudukan atau pembawaan
pribadi seseorang. Maka diadakanlah suatu analisa tentang unsur-unsur dan fungsi yang dapat
menjelaskan kepada kita, syarat-syaratapa yangdiperlukan agarpemimpin dapat bekerja secara efektif
dalam situasi yang berbeda-beda. Pandangan baru ini membawa pembahasan besar. Cara bekerja dan
sikap seorang pemimpin yang dipelajari. Konsepsi baru tentang kepemimpinan melahirkan peranan
baru yang harus dimainkan oleh seorang pemimpin. Titik berat beralihkan dari pemimpin sebagai
4. orang yang membuat rencana, berfikir dan mengambil tanggung jawab untuk kelompok serta
memberikan arah kepada orang-orang lain. Kepada anggapan, bahwa pemimpin itu pada tingkatan
pertama adalah pelatih dan koordinator bagi kelompoknya. Fungsi yang utama adalah membantu
kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja secara lebih efisien dalam peranannya sebagai
pelatih seorang pemimpin dapat memberikan bantuan-bantuan yang khas. Yaitu:
• Pemimpin membantu akan terciptanya suatu iklim sosial yang baik.
• Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur-prosedur kerja.
• Pemimpim membantu kelompok untuk mengorganisasi diri.
• Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan sama dengan kelompok.
• Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman.
3. Gaya Kepemimpinan
Dalam memimpin, seseorangdapatmempraktikkan salah satuatau kombinasi darigaya kepemimpinan
yang lazim. Tentunya gaya kepemimpinan sangat tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi
pemimpin tersebut, sehingga tidak ada yang mengharuskan seseorang mengikuti atau menggunakan
gaya kepemimpinan tertentu dalam menghadapi masalah atau menjadi pemimpin di komunitasnya.
a. Kepemimpinan Otokratis
Pemimpin berperan sangat dominan dalam setiap pengambilan keputusan. Setiap kebijakan,
peraturan, prosedur diambil dari idenya sendiri. Kepemimpinan jenis ini memusatkan kekuasaan
pada dirinya sendiri. Ia membatasi inisiatif dan daya pikir dari para anggotanya. Pemimpin yang
otoriter tidak akanmemperhatikan kebutuhan daribawahannya dan cenderung berkomunikasi satu
arah yaitu dari atas (pemimpin) ke bawah (anggota). Jenis kepemimpinan ini biasanya dapat kita
temukan di akademi kemiliteran dan kepolisian.
b. Kepemimpinan Birokrasi
Gaya kepemimpinan ini biasa diterapkan dalam sebuah perusahaan dan akan efektif apabila setiap
karyawan mengikuti setiap alur prosedur dan melakukan tanggung jawab rutin setiap hari. Tetap
saja dalam gaya kepemimpinan ini tidak ada ruang bagi para anggota untuk melakukan inovasi
karena semuanya sudah diatur dalam sebuah tatanan prosedur yang harus dipatuhi oleh setiap
lapisan.
c. Kepemimpinan Partisipatif
Dalam gaya kepemimpinan partisipatif, ide dapat mengalir dari bawah (anggota) karena posisi
kontrol atas pemecahan suatu masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian.
5. Pemimpin memberikan ruang gerak bagi para bawahan untuk dapat berpartisipasi dalam
pembuatan suatu keputusan serta adanya suasana persahabatan dan hubungan saling percaya antar
pimpinan dan anggota.
d. Kepemimpinan Delegatif
Gaya kepemimpinan ini biasa disebut Laissez-faire dimana pemimpin memberikan kebebasan
secara mutlak kepada para anggota untuk melakukan tujuan dan cara mereka masing-masing.
Pemimpin cenderung membiarkan keputusan dibuat oleh siapa saja dalam kelompok sehingga
terkadang membuat semangat kerja tim pada umumnya menjadi rendah. Jenis kepemimpinan ini
akan sangat merugikan apabila para anggota belum cukup matang dalam melaksanakan tanggung
jawabnya dan memiliki motivasi tinggi terhadap pekerjaan. Namun sebaliknya dapat menjadi
boomerang bagi perusahaan bila memiliki karyawan yang bertolak belakang dari pernyataan
sebelumnya.
e. Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan jenis ini cenderung berupa transaksi antara pemimpin dan bawahan dimana
pemimpin akan memberikan reward ketika bawahan berhasil melaksanakan tugas yang telah
diselesaikan sesuai kesepakatan. Pemimpin dan bawahan memiliki tujuan, kebutuhan dan
kepentingan masing-masing.
f. Kepemimpinan Transformasional
Para pemimpin jenis ini memperhatikan dan terlibat langsung dalam proses termasuk dalam hal
membantu para anggota kelompok untuk berhasil menyelesaikan tugas mereka. Pemimpin
cenderung memiliki semangatyang positif untuk para bawahannya sehingga semangatnya tersebut
dapat berpengaruh pada para anggotanya untuk lebih energik. Pemimpin akan sangat
mempedulikan kesejahteraan dan kemajuan setiap anak buahnya.
Konsep kepemimpinan transformasional pertama kali dikemukakan oleh James McGregor Burns
dalam bukunya dengan tebal lebih dari 350 halaman “Leadership” New York: Harper & Row,
1978. James McGregor Burns adalah seorang yang menekuni bidang kepemimpinan dan juga
seorang ahli dalam ilmu politik yang sudah terkenal sepanjang kariernya di ranah politik nasional
di Amerika.
6. Ada dua unsur yang saling terkait dan bersifat hakiki dalam kepemimpinan transformasional, yaitu
“relasional” dan “berurusan dengan perubahan riil”. James McGregor Burns menjelaskan dalam
bukunya bahwa kepemimpinan transformasional terjadi ketika seorang (atau lebih) berhubungan
dengan orang-orang lain sedemikian rupa sehingga para pemimpin dan pengikut saling
mengangkat diri untuk sampai pada tingkat-tingkat motivasi dan moralitas yang lebih tinggi.
Seorang pemimpin transformasional memiliki kemampuan dalam membingkai kembali setiap isu
yang pernah terkuak, dimana mereka menunjukkan bagaimana masalah-masalah atau isu-isu yang
dihadapi para pengikutnya dapat dipecahkan apabila mereka mendukung dan mewujudkan visi
sang pemimpin tentang masa depan.
Seorang pemimpin transformasional juga tidak enggan untuk mengajarkan para pengikutnya
bagaimana mereka sendiri memiliki potensi yang dapat dikembangkan serta mampu menjadi
pemimpin-pemimpin. Selain itu juga, para pemimpin transformasional mendorong para
pengikutnya untuk memainkan peranan yang aktif dalam gerakan perubahan.
g. Kepemimpinan Melayani
Hubungan yang terjalin antara pemimpin yang melayani dengan para anggota berorientasi pada
sifat melayani dengan standar moral spiritual. Pemimpin yang melayani lebih mengutamakan
kebutuhan, kepentingan dan aspirasi dari para anggota daripada kepentingan pribadinya.
h. Kepemimpinan Kharismatik
Pemimpin yang karismatik memiliki pengaruh yang kuat atas para pengikut oleh karena karisma
dan kepercayaan diri yang ditampilkan. Para pengikut cenderung mengikuti pemimpin karismatik
karena kagum dan secara emosional percaya dan ingin berkontribusi bersama dengan pemimpin
karismatik. Karisma tersebut timbul dari setiap kemampuan yang mempesona yang ia miliki
terutama dalam meyakinkan setiap anggotanya untuk mengikuti setiap arahan yang ia inginkan.
i. Kepemimpinan Situasional
Pemimpin yang menerapkan jenis kepemimpinan situasional lebih sering menyesuaikan setiap
gaya kepemimpinan yang ada dengan tahap perkembangan para anggota yakni sejauh mana
kesiapan dari para anggota melaksanakan setiap tugas. Gaya kepemimpinan situasional mencoba
mengkombinasikan proses kepemimpinan dengan situasi dan kondisi yang ada.
7. Beberapa teknik diterapkan oleh pemimpin jenis ini, diantaranya:
1) Telling-Directing (memberitahu, menunjukkan, memimpin, menetapkan),
2) Selling-Coaching (menjual, menjelaskan, memperjelas, membujuk),
3) Participating-Supporting (mengikutsertakan, memberi semangat, kerja sama),
4) Delegating (mendelegasi, pengamatan, mengawasi, penyelesaian).
4. Membangun Kepemimpinan Diri
Dalam membangun kepemimpinan dalam diri seseorang,tentunya tidak berjalan secara instant,namun
harus melewati beberapa tahap. Masing-masing tahap memerlukan latihan yang perlu dilakukan
dengan sungguh-sungguh.
Berikut adalah ke-4 tahap tersebut :
a. Memimpin diri Sendiri.
Walaupun terlihat sepele, namun hal ini menjadi sangat penting sebelum menuju ke tahap
selanjutnya. Memimpin diri sendiri menjadi sangat penting dan mendasar. Banyak orang sangat
pandai berbicara dan meletupkan Ide,namun ketika sedang sendiri, seringkali orang tersebutmalah
dipimpin oleh kemalasan, kecerobohan, dan ketidakpeduliannya sendiri.
Salah satu hal yang paling konkret sebagai pengingat bagaimana memimpin diri sendiri adalah
ketika menentukan Komitmen terhadap diri sendiri. Nilai Komitmen terhadap diri sendiri adalah
sama dengan peraturan dalam organisasi, jika seseorang melanggarnya maka harus ada
konsekuensinya. Namun demikian celakanya seringkali lalai dalam hal ini. Contoh paling
sederhana adalah sebagaiberikut: Kita berjanji kepada diri kita sendiri bahwa mulai besok kita akan
olah raga pagi rutin demi menjaga kebugaran tubuh. Hari pertama,kedua ketiga mungkin tidak
masalah. namun memasuki hari ke delapan maka rasa malas menyelimuti diri kita untuk beranjak
dari tempat tidur padahal kita sudah terbangun, dan berbagai alasan di dalam hati mulai membantu
kemalasan kita untuk melanggar komitmen. akhirmya kita tidak jadi berolahraga. nah inilah yang
saya katakan sebagai kita dipimpin oleh kemalasan kita, sehingga kita melanggar komitmen tadi,
dan ini sama artinya bahwa kita belum mampu memimpin diri kita sendiri.
Gagal dalam memimpin diri sendiri masih lebih enak daripada gagal menjadi pemimpin
sesungguhnya, karna paling tidak ketika kita gagal dalam memimpin diri sendiri, orang lain tidak
akan ada yang mengkomplain diri kita.
8. b. Memimpin orang lain
Poin Kedua setelah mampu memimpin diri sendiri adalah bagaimana caranya memimpin orang
lain, yang di maksud memimpin orang lain disini sebetulnya lebih kepada kemampuan dalam
mempengaruhi atau memberikan pengaruh kepada orang lain untuk melakukan apa yang kita
perintahkan, atau menyetujui apa yang kita usulkan.
Bagi para Pria terutama yang sudah menikah, excercise yang bagus adalah bagaimana dapat
memimpin pasangan Anda sendiri, bagaimana Anda sebagai laki-laki dapat mempengaruhi dan
meyakinkan pasangan Anda untuk menerima pendapat Anda dan memintamya untuk melakukan
apa yang kita perintahkan. Atau dalam kehidupan sehari-hari, ketika kita bisa meyakinkan orang
lain baik itu teman sejawat, atasan atu juga pelanggan kita maka kita sudah bisa dikatakan
memimpin orang lain, kemampuan kita dalam memberikanpengaruh kepada orang lain sangat
menentukan disini.
Untuk dapat melakukan hal ini, Anda Wajib punya mental pemenang, apa itu? yaitu suatu sikap
percaya terhadap diri sendiri yang kuat baik dalam perkataan, perbuatam maupun sikap yang
ditunjukan kepada orang lain bahwa Anda adalah orang yang mampu mempengaruhi dan
berpengaruh terhadap orang lain. Untuk dapat memiliki mental pemenang tentunya perlu di latih
dan di biasakan, salah satu caranya adalah dengan selalu berani mengemukakan pendapat dan
mempertahankannya di hadapan orang lain, terutama orang-orang yang ingin kita pimpin.
c. Memimpin Team
Memimpin team berarti memimpin sekelompok orang atau memimpin orang lain lebih dari satu
orang.yang pasti berbeda dengan poin kedua diatas memimpin orang lain. Tantangan pada tahap
ini menjadi lebih menarik lagi, karena akan berhadapan dengan lebih dari satu orang, dan tentunya
punya latar belakang dan kepentingan yang berbeda-beda. Memimpin banyak kepala juga berarti
ada tanggung jawab yang lebih besar karena berhubungan dengan orang-orang yang lebih banyak.
Kemampuan dalam menilai dan menyimpulkan tiap-tiap individu juga menjadi sangat penting,
karena ini berhubungan langsung dengan cara berhadapan dan melakukan pendekatan kepada
anggota team secara individual. Disinilah faktor kepemimpinan seungguhnya mulai di uji, mulai
dari cara menilai tiap-tiap Anggota team, bagaimana cara bersikap, merumuskan tujuan/visi,
melakukan perencanaan,mengarahkan,meyakinkan sampai dengan bagaimana mencontohkan dan
9. bertanggung jawab atas semua keputusan yang diambil. Semua faktor-faktor tersebut diatas akan
sangat menentukan kualitas kepemimpinan team ini.
d. Memimpin Organisasi
Nah, tahapan ini adalah tahapan yang tertinggi dalam kepemimpinan, yaitu memimpin Organisasi.
sebetulnya ketika dapat memimpin sebuah Team dengan baik, harusnya orang tersebut sudah bisa
dan cakap dalam memimpin organisasi, namun demikian realitanya tetap saja banyak yang gagal
dalam memimpin organisasi walaupun dirinya sudah sukses dalam memimpin sebuah team.
Apa yang salah sesungguhnya?, sebetulnya kesalahannya sangat simple yaitu pada perspektif
dalam memandang Organisasi yang di samakan dengan team. banyak orang mengira hal tersebut
adalah sama padahal jelas-jelas dua hal yang berbeda. Sebagai contoh di kehidupan nyata.
Seseorang sebelumnya cukup sukses dalam memimpin departemen Marketing kemudian di
promosi menjadi GM yang membawahi berbagai departemen baik dari Dept. Marketing, Sales,
Acounting dan Logistik. Karena merasa sebelumnya cukup mampu membawahi teamnya di Dept
Marketing dengan banyak Ide-ide yang menumbuhkan penjualan yang tinggi, maka ketika menjadi
GM, dirinya berfikir bahwa dengan Ide-ide “kreatif” yang terus ditumbuhkan di semua Departemen
maka organisasi akan berjalan dengan baik, dirinya lupa bahwa ada dept Akunting yang memang
harus tetap di jalur yang semestinya sebagai bagian dari kontrol organisasi, dan ini kemudian
memunculkan benturan-benturan yang tidak semestinya.
Selain kesalahan dalam perspektif pandangan, hal lain yang perlu diperhatikan oleh dalam
memimpin organisasi juga adalah faktor-faktor kepentingan dalam organisasi itu sendiri. Dalam
organisasi biasanya terdiri dari sekelompok bagian organisasi-organisasi kecil atau team-team
didalamnya yang mana pemimpin Organisasi memiliki tugas untuk melakukan sinkronisasi dari
team-team tersebut untuk mencapai tujuan organisasinya.
Tantangan lain dalam memimpin organisasi yang perlu diketahui juga adalah dalam hal tatanan
sistem dan peraturan yang berlaku. Dua hal ini juga menjadi tantangan tersendiri dalam tahap
kepemimpinan ini, yaitu bagaimana seorang Pemimpin organisasi dapat membuat, menentukan
sistem dan peraturan dalam oragnisasinya, yang mana sistem dan peraturan ini merupakan tools
yang sangat penting dalam menjalankan roda organisasi.
10. Keempat tahapan diatas adalah tahapan-tahapan yang wajib dipahami dan dikuasai jika benar- benar
ingin menjadi pemimpin yang baik. Tentunya hal tersebut dapat difasilitasi melalui pelatihan
kepemipinan yang baik ditunjang dengan proses pelatihan yang sistematik dan terukur, baik oleh
penyelenggara pelatihan, pelatih, dan peserta pelatihan.
5. Kesimpulan
Menjadi pemimpin memang tidak mudah, karena begitu banyak yang perlu dipersiapkan, baik fisik,
mental, teknik-teknik, dan bahkan spiritual. Proses pelatihan yang baik menjadi sangat penting dalam
membentuk kepemimpinan pada diri seseorang, terutama bagi orang yang memang belum berbakat
menjadi pemimpin. Beberapa teknik dapat digunakan dalam melatih seseorang menjadi pemimpin
yang baik meliputi penggalian bakat dan potensi diri, pemenuhan kemampuan dasar pemimpin, dan
penguatan mental spiritual. Tentunya teknik-teknik tersebut harusmelalui tahapan-tahapan yang lazim
sebagai pemimpin, mulai dari memimpin diri sendiri sampai memimpin organisasi.
6. Kepustakaan
a. Rudi Salam Sinulingga. 14 April 2014. Gaya-gaya Kepemimpinan. Kompasiana.com –
https://goo.gl/2RDY1J
b. Frans Indrapadja. 31 Maret 2014. Kepemimpinan Transformasional. Kompasiana.com –
https://goo.gl/7a4t14
c. Muhammad Fauzan Irvan. 25 Mei 2016. Kepemimpinan Karismatik. Dakwatuna.com –
https://goo.gl/y3e284
d. Admin. 19 November 2016. Gaya Kepemimpinan Transformasional. Apa Itu Dan Seperti Apa
Contohnya? Psikoma.com- https://goo.gl/niwTuk
e. Admin. Pengertian Kepemimpinan, Gaya dan Teori Kepemimpinan. Informasiana.com –
https://goo.gl/dg33Ax
f. Benita Pramasari. 16 Juni 2016. Gaya-Gaya Kepemimpinan. Linkedin.com –
https://goo.gl/eW9zAQ
g. Frans Indrapadja. 30 November 2015. Kepemimpinan Transformasional (Transformational
Leadership). com – https://goo.gl/I8SJmk
h. Feea. 11 April 2013. Teori Kepemimpinan Transformasional. https://goo.gl/J3ZEeT
i. http://abisha.co.id/notes/arti-tipe-leadership-kepemimpinan/ diunduh 15 Agustus 2017
j. Wikipedia, diunduh 15 Agustus 2017