Modul ini membahas tentang kalimat verbal dan nominal Arab. Materi dibahas dalam empat bagian yaitu struktur dan pola kalimat verbal, kategori dan fungsi sintaksis kalimat verbal, struktur dan pola kalimat nominal, serta kategori dan fungsi kalimat nominal."
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
Struktur Kalimat Verbal
1. 1
A. PENDAHULUAN
Para Pejuang Bahasa Arab yang saya banggakan. Pembahasan qawa‟id
terkait dengan jumlah fi‟liyah sangatlah beragam karena materi qawa‟id sangat
luas dan mendalam. Oleh karena itu guru harus bisa memilah dan memilih bagian
mana dan sejauh mana tingkat kesulitan materi yang harus disajikan kepada siswa.
Bukankah salah satu tugas guru adalah menyederhanakan materi atau bahan ajar,
sehingga materi yang disajikan itu menurut hipotesis input hanya 0+1 atau 1+1
atau 2+1 dan seterusnya. Sebab kalau siswa diberi materi 0+3 maka akan
kesulitan. Terkait dengan itu, penulis berusaha untuk memilih dan memilah materi
qawa‟id yang sesuai untuk keperluan PPG ini.
Modul 6 ini membahas tema besar Kalimat Verbal dan Nominal Arab.
Tema besar ini disajikan di dalam empat kegiatan belajar (KB) yang meliputi:
KB 1: Sruktur dan Pola Kalimat Verbal Arab.
KB 2: Kategori dan Fungsi Sintaksis Kalimat Verbal Arab.
KB 3: Struktur dan Pola Kalimat Nominal.
KB 4: Kategori dan Fungsi Kalimat Nominal Arab.
Sajian materi pada masing-masing KB, termasuk KB 1 ini diawali dengan
sajian cerita singkat (paragraf) yang memuat contoh-contoh jumlah (kalimat) yang
memuat tema qawa‟id yang dibahas. Sajian berikutnya adalah pembahasan contoh
dikaitkan dengan qawa‟id. Tahap berikutnya disajikan qawa‟id sesuai tema yang
dibahas. Pada tahap akhir disajikan beberapa contoh analisis jumlah mufidah
(kalimat sempurna) berdasarkan kedudukan masing kalimah (kata) dalam jumlah
mufidah dan I‟rab-nya.
Strategi pembelajaran qawa‟id sebagaimana dipaparkan oleh (Khasairi,
2017) dapat dipilah menjadi 2, yaitu strategi deduktif dan Induktif. Strategi
deduktif adalah strategi yang di dalam mengajar guru terlebih dahulu menyajikan
qawa‟id. Dari kaidah itu, siswa diajak menerapkannya dalam berbahasa lisan
maupun tulis dengan menganalisis dan mensintesa bahan ajar. Sedangkan strategi
induktif adalah strategi yang dalam mengajarkan qawa‟id guru terlebih dahulu
menyajikan jumlah mufidah atau paragraph yang memuat contoh lafal-lafal atau
tarkib yang sesuai dengan qawa‟id yang akan diajarkan. Berdasarkan bahan itu
guru bersama siswa membahas contoh tersebut untuk selanjutnya menyusun
2. 2
kaidah bersama siswa. Kegiatan berikutnya tentu menganalisis atau mengsintesa
bahan ajar sesuai kaidah.
Dari kedua macam strategi itu yang sebaiknya Anda gunakan dalam
mengajar qawa‟id adalah strategi induktif. Langkah-langkah pembelajarannya
diawali dengan (1) penayangan contoh-contoh berupa tarkib (struktur) dalam
kalimat, (2) pelafalan contoh-contoh tersebut dengan membaca nyaring, (3)
menandai secara khusus struktur-struktur dalam kalimat, (4) membahas struktur-
struktur tersebut dengan mengenali kekhususannya, dan (5) menyusun kaidah (Al
Naqah dan Thu‟aimah dalam Khasairi, 2017)
Pemahaman tentang kaidah tersebut diperkuat dengan pemberian latihan-
latihan penerapannya yang cukup. Thu‟aimah (dalam Khasairi, 2017)
menyarankan 11 macam latihan dalam tarkib yang sering digunakan. Sebelas
macam latihan dalam tarkib tersebut meliputi (1) pengulangan, (2) substitusi, (3)
tanya jawab, (4) membuat pertanyaan, (5) mengubah tarkib, (6) latihan piramida,
(7) latihan berantai, (8) menyempurnakan, (9) menyusun kalimat, (10)
menjodohkan, dan (11) menerjemah. Berbagai macam bentuk latihan itu
hendaknya diterapkan dengan berbagai variasi yang antara lain meliputi latihan
lisan, tulis, individual, dan kelompok.
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Menguasai materi ajar bidang studi Bahasa Arab yang meliputi konsep
teoritis ilmu kebahasaaraban (aswat, nahwu, sharf, dalalah), dan kesustraan Arab,
serta mampu mengaplikasikannya dalam kemahiran berbahasa Arab baik lisan
maupun tulis dalam lingkup aspek kehidupan sehari-hari di rumah, di sekolah, di
masyarakat, dan dunia kerja, termasuk advance materials secara bermakna yang
dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana”
(penerapan) dalam kehidupan sehari-hari.
3. 3
C. POKOK-POKOK MATERI
Pokok-pokok materi kegiatan belajar 1 ini meliputi: (1) konsep jumlah
fi‟liyah, (2) Struktur jumlah fi‟liyah, dan (3) pola jumlah fi‟liyah.
D. URAIAN MATERI
Selamat belajar wahai pejuang Bahasa Arab! Semoga Anda selalu sehat
dan sukses. Kali ini Anda akan menyegarkan kembali penguasaan tentang kalimat
verbal (untuk selanjutnya disebut jumlah fi‟liyah). Poin-poin penting di dalam
bagian ini meliputi konsep jumlah fi‟liyah, Struktur jumlah fi‟liyah, dan Pola
jumlah fi‟liyah.
4. 4
Ulasan masing-masing poin tersebut diawali dengan sajian cerita pendek
yang memuat jumlah fi‟liyah. Sajian berikutnya adalah paparan jumlah fi‟liyah
yang terkait dengan poin yang dibahas. Sajian dilanjutkan dengan ulasan terhadap
komponen jumlah fi‟liyah berdasarkan kebutuhan masing-masing poin. Ulasan
diakhiri dengan merumuskan simpulan yang hasilnya berupa kaidah gramatika
jumlah fi‟liyah.
1. Konsep Kalimat Verbal (Jumlah Fi’liyah)
a. Pengertian Jumlah Fi’liyah
Bacalah alinea berikut dengan seksama!
جحخجب و ،العماء في السحب جىدشش عىذما
ىًنز و ،البرد ٌشخذ و ،الشمغالخجاس ٌغلق ،املطش
الشىاسع وجقفش ،بيىتهم إلى الىاط وٍشحع ،مخاحشَم
املهان ٌعىد و َاسأوما إلى الطيىس يجأو و العابلت ًم
فئ .املطش خشٍش إال فيه ٌعمع الصمذاملطش لف ما را
واحذمل رَب و يهاسمجاإلى الحياة عادث النزوى ًع
عمله إلى.
Di dalam alinea tersebut didapati bentuk-bentuk jumlah fi‟liyah, antara lain
yaitu:
1-السحبجنتشر،العماء في
2-الشمسجحتجب،
3-البرد يشتد،
4-املطرلينز،
5-التجار يغلقمخاحش،َم
6-الناسيرجع،بيىتهم إلى
7-الشىارعجقفرالعابلت ًم
8-الطيىريجأوَاسأوما إلى
9-املكانيسىدصمذ
5. 5
Kalau Anda perhatikan secara seksama contoh (1—9) maka Anda akan
menemukan bahwa semua contoh 1—9 diawali dengan fi‟il (kata kerja), yang
dalam hal ini adalah fi‟il mudhari‟ (fi‟il yang diawali dengan huruf mudhara‟ah)
dilanjutkan dengan isim (fa‟il). Jumlah yang berstruktur seperti contoh-contoh itu
dinamakan jumlah fi‟liyah atau kalimat verbal. Dengan kata lain jumlah fi‟liyah
adalah jumlah yang terdiri atas fi‟il dan fa‟il. Di dalam jumlah fi‟liyah, fi‟il harus
di depan dan fa‟il di belakang. Kalau fi‟il tidak didahulukan maka namanya
jumlah ismiyah.
Jumlah fi‟liyah sering disamakan dengan kalimat verbal. Penyamaan
tersebut memang beralasan, karena kalimat verbal adalah kalimat yang
predikatnya berupa kata kerja. Jumlah fi‟liyah, fa‟il-nya menjadi subjek dan fi‟il-
nya menjadi predikat, dengan pola DM (Diterangkan Menerangkan). Pada konteks
ini memang jumlah fi‟liyah sama dengan kalimat verbal. Akan tetapi jika fa‟il
tersebut didahulukan dan fi‟il diakhirkan maka sesuai ketentuan di dalam kaidah
bahasa Arab kalimat yang demikian adalah jumlah ismiyah (kalimat nominal)
karena didahului isim (nomina), walaupun dalam bahasa Indonesia dinamakan
kalimat verbal.
Unsur pokok jumlah fi‟liyah adalah fi‟il dan fa‟il (dua lafadz yang bercetak
tebal). Fi‟il adalah verba (kata kerja), sedangkan fa‟il adalah isim (nomina) ber-
i‟rab rafa‟ yang terletak setelah fi‟il mabni ma‟lum. Susunan kalimat dalam
bahasa Arab: fi`il (predikat) dan fa`il (subjek) berubah menjadi subjek (fa`il) dan
Predikat (fi‟il) dalam bahasa Indonesia
Fa’il adalah isim ber-i’rab rafa’ yang
melakukan aktivitas terletak setelah
fi’il mabni ma’lum
6. 6
b. Jenis Fi’il dalam Jumlah fi’liyah
Jenis fi‟il di dalam Jumlah fi‟liyah bisa berupa fi‟il mudhari‟, atau fi‟il
madhi, atau fi‟il amar. Penggunaan masing-masing jenis didasarkan pada
kebutuhan. Untuk menyatakan sesuatu yang sedang atau akan terjadi digunakan
fi‟il mudhari‟; sedangkan untuk menyatakan sesuatu yang telah (selesai) terjadi
digunakan fi‟il madhi. Fi‟il amar digunakan untuk menyatakan perintah.
Kalau Anda perhatikan dari jenis fi‟il-nya maka contoh 1—9 semuanya
diawali dengan fi‟il Mudhari‟. Memang semua contoh itu diawali dengan fi‟il
mudhari‟, akan tetapi sesungguhnya Jumlah fi‟liyah bisa pula diawali dengan Fi‟il
Madhi dan Fi‟il Amar. Contoh-contoh berikut merupakan Jumlah fi‟liyah yang
diawali dengan Fi‟il Madhi.
10-املطركفالنزوى ًع
11-الحياة عادثيهاسمجاإلى
12-واحد كل ذهبعمله إلى.
Yang bercetak tebal pada contoh 10—12 terdiri atas fi‟il madhi dan fa‟il.
Sedangkan Jumlah fi‟liyah yang fi‟ilnya berupa fi‟il amar adalah sebagaimana
yang terdapat pada contoh 13—15 berikut.
13-أحمذ ًااجلسي النشس على
14-وعلي أحمذ ًااجلساي النشس على
15-فشٍذ و وعلي أحمذ ًااجلسىاي النشس على
Lafadz yang bercetak tebal pada contoh 13—15 adalah Jumlah fi‟liyah
yang terdiri atas Fi‟il Amar dan Fa‟il-Nya. Fa‟il pada contoh 13 berupa dhamir
mustatir (kata ganti persona yang tersimpan), pada contoh 14 berupa dhamir alif
tatsniyah, dan pada 15 berupa dhamir wawu jamak.
c. Jenis Fa’il di dalam Jumlah fi’liyah
Fi`il (kata kerja/Predikat) dalam bahasa Arab ada 3 jenis, yaitu fi`il madhi,
fi`il mudhari`, dan fi`il amar. Sebagaimana telah Anda maklumi bahwa Fa‟il itu
adalah isim dan isim itu banyak ragamnya. Ditinjau dari segi bilangannya isim
terdiri atas isim mufrad (tunggal), tatsniyah (dual), dan jamak. Isim jamak terdiri
7. 7
atas tiga macam, yaitu jamak mudzakkar salim, jamak muannats salim, dan jamak
taksir. Dari segi status ketakrifan isim dipilah menjadi dua, yaitu isim nakirah dan
isim ma‟rifah. Dari segi jenisnya isim dipilah menjadi isim mudzakkar dan isim
muannats. Selain itu, juga masih ada isim jenis lain seperti isim isyarah, isim
maushul, isim dhamir dan lain. Semua jenis itu bisa menduduki posisi Fa‟il di
dalam Jumlah fi‟liyah.
Jenis isim yang menjadi Fa‟il dalam contoh 1—15 di atas dapat
dideskripsikan sebagaimana dalam tabel berikut.
Tabel 1 Macam Fi‟il dan Fa‟il di dalam jumlah fi‟liyah
ال هىعفاعل الفاعل الفعل هىع الفعل الشقم
معشفتيمجاص مؤهث مفشد السحب مضاسع جىدشش 1
مفشفتيمجاص مؤهث مفشد الشمغ مضاسع جحخجب 2
معشفتمزلش مفشد البرد مضاسع ٌشخذ 3
معشفتمزلش مفشد املطش مضاسع ىًنز 4
معشفت جنعير حمع الخجاس مضاسع ٌغلق 5
معشفت جنعير حمع الىاط مضاسع ًشحع 6
معشفت جنعير حمع الشىاسع مضاسع جقىس 7
معشفت جنعير حمع الطيىس مضاسع يجأو 8
معشفتمزلش مفشد املهان مضاسع ٌعىد 9
معشفتمزلش مفشد املطش ماض لف 10
معشفت مؤهث مفشد الحياة ماض عادث 11
هنشة مزلش مفشد واحذ مل ماض رَب 12
أهذ ٍجقذًش معخترضمير - لل أمشمخاطب احلغ 13
مىهثت ًاء مخصلضمير
مخاطبت
- للمخاطبت أمش ي احلس 14
جثييت ألف مخصلضمير ألالف أمشللمخاطبين
واللمخاطبخين
احلعا 15
حمع واو مخصل ضمير الىاو للمخاطبين أمش احلعىا 16
اليعىة نهى مخصلضمير نالىى للمخاطباث أمش ًاحلع 17
8. 8
Jelas bukan, bahwa Fa‟il itu macam-macam; ada yang berupa isim dzahir
seperti pada contoh 1—12 ada yang berupa isim dhamir seperti pada contoh 13—
17, ada pula yang berupa isim isyarah dan isim maushul.
Fail yang berupa isim dhamir pun tidak terbatas pada contoh tersebut
(pada fi‟il amar). Berikut ini disajikan Fa‟il berupa isim dhamir pada fi‟il madhi
sebagaimana dimuat dalam tabel berikut.
Tabel 2 Macam isim dhamir yang menjadi fa‟il dari fi‟il madhi
الفاعل هىع الفعل
ي املاض
ألامثلت*) الرقم
َىٍجقذًش معخترضمير ضحو ضحو َى 18
ضمنالعهى علىمبني جثييت ألف مخصلير ضحو ضحها َما 19
نالعهى علىمبني الجمع واومخصلضمير ضحو ضحهىا َم 20
في الخأهيث عالمت (الخاء هي ٍجقذًش معختر ضمير
)ي املاض الفعل
ضحو ضحنذ هي 21
نالعهى علىمبني جثييت ألف مخصلضمير ضحو ضحنخا َما 22
الي ن"هىمخحشك فعسضميرالفخح على مبني "عىة ضحو ًضحن ًَ 23
الفخح على مبني"مخاطب "جاءمخحشك فعسضمير ضحو ضحنذ أهذ 24
على مبني "للمخاطبين "جما مخحشك فعس ضمير
نالعهى
ضحو أهخما
ضحنخما
25
نالعهى علىمبني "مخاطبين "جممخحشك فعسضمير ضحو ضحنخم أهخم 26
مب"مخاطبت "جاءمخحشك فعسضميرالنعش على ني ضحو ِضحنذ ِأهذ 27
على مبني "للمخاطبخين "جما مخحشك فعس ضمير
نالعهى
ضحو أهخما
ضحنخما
28
الفخح علىمبني "مخاطباث "جممخحشك فعسضمير ضحو ضحنتن أهتن 29
الضم علىمبني"مخهلم "جاءمخحشك فعسضمير ضحو ضحنذأها 30
الغير مع مخهلم "ها مخحشك فعس ضميرعلى مبني "
نالعهى
ضحو ضحنىا ًهح 31
*) Contoh-contoh tersebut berpola Jumlah Ismiyah yang terdiri atas mubtada
dan khabar (berupa Jumlah fi‟liyah).
9. 9
Fi‟il madhi termasuk lafadz yang mabni (tidak mengalami perubahan di
akhirnya walau berubah posisinya dalam kalimat). Kemabniyah fi‟il madhi dipilah
menjadi tiga, yaitu mabni fathah, mabni dhommah dan mabni sukun. Fi‟il madhi
mabni fathah jika tidak bersambung dengan dhamir rafa‟ mutaharrik (dhamir
mahal rafa‟ yang berharakat, seperti contoh 18, 19, 21, dan 22. Fi‟il madhi mabni
dhammah jika bersambung dengan dhamir wawu jamak, seperti contoh 20.
Selebihnya mabni sukun, yaitu ketika bersambung dengan dhamir rafa‟
mutaharrik.
Fa‟il isim dhamir juga digunakan pada fi‟il mudhari‟ sebagaimana
dipaparkan pada tabel berikut.
Tabel 3 Macam isim dhamir yang menjadi fa‟il dari fi‟il mudhari‟
الفاعل هىع الفعل
املضارع
ألامثلت الرقم
َىٍجقذًش معخترضمير ًضحو ًضحو َى 32
ال على مبني جثييت ألف مخصلضميرنعهى ًضحهان ًضحهان َما 33
نالعهى علىمبني الجمع واومخصلضمير نًضحهى نًضحهى َم 34
هي ٍجقذًش معخترضمير جضحو جضحو هي 35
نالعهى علىمبني جثييت ألف مخصلضمير جضحهان جضحهان َما 36
الفخح علىمبني "اليعىة ن"هىضمير ًًضحن ًًضحن ًَ 37
جقذًش وحىبا معخترضميرأهذ ٍ جضحو جضحو أهذ 38
نالعهى علىمبنيجثييت ألف ضمير جضحهان جضحهان أهخما 39
نالعهى علىمبني حمع واوضمير نجضحهى نجضحهى أهخم 40
نالعهى علىمبني "مخاطبتمؤهثت"ًاءضمير جضحنين جضحنين ِأهذ 41
نالعهى علىمبنيجثييت ألف ضمير جضحهان جضحهان أهخما 42
ه ضميرالفخح علىمبني مخاطبتمؤهثتحمع نى ًجضحن ًجضحن أهتن 43
أها ٍجقذًش وحىبا معخترضمير أضحو أضحو أها 44
ًهح ٍجقذًش وحىبا معخترضمير هضحو هضحو ًهح 45
Pada dasarnya fi‟il mudhari‟ itu mu‟rab (mengalami perubahan pada akhir
lafalz karena ada sebabnya). Hanya sedikit fi‟il mudhari‟ yang mabni. Di dalam
tabel di atas fi‟il mudhari‟ yang mabni hanya pada contoh 37 dan 43. Masing-
10. 10
masing mabni sukun. Selain dua contoh itu, semua fi‟il mudhari‟ di dalam tabel
mu‟rab. I‟rabnya fi‟il mudhari itu pada dasarnya adalah rafa‟, kecuali kalau ada
„amil yang menashabkan atau men-jazamkan.
d. I’rab Fa’il
Setiap fa‟il ber-i‟rab rafa‟, tidak ada satupun fa‟il yang ber-i‟rab selain
rafa‟. Tanda rafa‟-nya fa‟il berbeda-beda, tergantung macam isim yang menjadi
Fa‟il tersebut. Tabel berikut memuat contoh-contohnya:
Tabel 4 Tanda Rafa‟ Isim (nominal)
الشقمألامثلتالفاعلالشفع عالمت)*العبب
46الطالب ًفىصالطالبضمتمفشداظم
47الطالبان ًفىصالطالبانألفاظمجثييت/مثنى
48الطالب ًفىصالطالبضمتجنعير حمع
49الطالبت جفىصالطالبتضمتمفشداظم
50الطالبخان جفىصالطالبخانألفجثييت اظممثنى
51الطالباث جفىصالطالباثضمتظالم مؤهث حمع
52أحمذ أخى ٌعترًحأحمذ أخىواوخمعت أظماء ًم
53ناملعلمى ًصليناملعلمىواوظالممزلش حمع
*) Tanda-tanda tersebut berlaku untuk semua isim yang ber-i‟rab rafa‟ apapun
kedudukannya.
Jika fa‟il berupa isim dhamir, isim isyarah, atau isim maushul maka tentu
tetap mabni (tidak memiliki i‟rab), namun menduduki mahal i‟rab tertentu.
Deskripsi untuk masing-masing sebagaimana dipaparkan berikut ini.
e. Kesesuaian antara Fi’il dan Fa’il
Walaupun dari sisi letak fi‟il mendahului fa‟il tetapi fi‟il harus sesuai
dengan fa‟il-nya dalam mudzakkar dan muannatsnya. Dalam tradisi ilmu nahwu
jenis mudzakkar adalah „asal‟ sedangkan jenis muannats adalah „cabang‟. Artinya
isim-isim muannats biasanya berasal dari isim mudzakkar yang diberi tanda
khusus muannats. Fi‟il yang fa‟il-nya muannats harus memuat (diberi) tanda
11. 11
muaannats. Jika fa‟il mudzakkar maka fi‟il tidak perlu diberi tanda tertentu dan
jika fa‟il-nya muannats maka fi‟ilnya harus diberi tanda muannats.
Di dalam jumlah fi‟liyah, fi‟il tidak perlu disesuaikan dengan fa‟il
tatsniyah atau jamak. Berbeda dengan jumlah ismiyah; di dalam jumlah ismiyah,
khabar harus sesuai dengan mubtada‟-nya dalam „adadnya dan jenisnya. Contoh:
54-الطالبان ًجلغ
55-الطالب ًجلغ
56-جالطالب جلغخان
57-ججلغالطالباث
Contoh yang salah:
58الطالبان ًجلعان )(أ
59الطالب نًجلعى )(أ
60ججلع )(أانالطالبخان
61الطالباث ًًجلع )(أ
Contoh analisis (meng-i‟rab)
1-العامل اشخغل
اشخغلالفخح على مبني ماضفعل :
العاملمفشداظم ألهه ضمت فعهس وعالمتمشفىع فاعل :
2-العامالث حشخغل
حشخغلبالضمت مشفىع مضاسع فعل :
م فاعل : العامالثالعالم املؤهث حمع ألهه ضمت فعهسوعالمتشفىع
3-الطفال ًىامنالعشٍش على
ًىام:بالضمت مشفىع مضاسع فعل
:الطفالنألهه ضمت فعهسوعالمتمشفىعفاعلمثنى
علىنالعهى علىمبني حاس حشف :
العشٍشمفشداظم آلهه لعشة ٍحش وعالمتبعلى مجشوس:
4-!احتهذ ،ًاطالب
ًاح :نالعهى علىمبني الىذاء شف
طالبالضم على مبني مفشد علم وَى مىادي:
احتهذ.أهذ ٍجقذًش وحىبا معختر ضمير وفاعلهنالعهى علىمبني أمش فعل :
12. 12
2. Struktur Kalimat Verbal
Kalimat Verbal yang dikenal di dalam bahasa Indonesia adalah kalimat
yang predikatnya berupa kata kerja. Dalam pengertian yang demikian maka di
dalam tatabahasa Arab, kalimat verbal termasuk jumlah ismiyah, yaitu jumlah
ismiyah yang khabar-nya berupa kata kerja (fi‟il). Mayoritas ahli nahwu
menamakan fi‟il yang menjadi khabar ini dengan nama “khabar jumlah fi‟liyah”.
Dinamakan demikian karena menurut mayoritas ahli nahwu semua fi‟il memiliki
atau memuat fa‟il baik dzahir (tampak) atau muqaddar (dikira-kirakan). Uraian
lebih lanjut disajikan pada modul 4.
Struktur di sini diartikan susunan atau urutan. Dalam hal ini susunan atau
berdasarkan urutan kata yang membentuknya, jumlah fi‟liyah diawali fi‟il lalu
diikuti isim (berkedudukan sebagai fa‟il). Fi‟il dalam jumlah fi‟liyah harus selalu
berada di depan isim (fa‟il). Jika isim mendahului fi‟il maka tidak lagi dinamakan
jumlah fi‟liyah namun dinamakan jumlah ismiyah. Isim yang mendahului fi‟il
tersebut dinamakan mubtada‟ dan fi‟il-nya dinamakan khabar.
3. Pola Kalimat Verbal
Secara garis besar kalimat verbal memiliki tiga macam pola (model
urutan/susunan), yaitu Fi‟il + Fa‟il, Fi‟il + Fa‟il + Maf‟ul Bih, dan Fi‟il + Naibul
Fa‟il. Berikut diulas penjelasan masing-masing.
a. Fi’il + Fa’il
Unsur utama jumlah fi‟liyah adalah fi‟il dan fa‟il. Dengan kata lain jumlah
fi‟liyah setidaknya harus terdiri atas fi‟il dan fa‟il. Contoh 2—4 adalah jumlah
fi‟liyah yang berstruktur fi‟il + fail tersebut. Ketiga contoh itu terdiri atas dua
unsur utama (pokok) jumlah fi‟liyah. Sedangkan contoh-contoh yang lain sudah
memperoleh tambahan unsur lain, baik berupa objek (maf‟ul bih) maupun
keterangan lainnya.
b. Fi’il + Fa’il + Maf’ul Bih
Pola kedua di dalam jumlah fi‟liyah terdiri atas fi‟il + fa‟il + maf‟ul bih.
Sebelum pola ini diulas lebih lanjut, hal penting yang harus Anda fahami lebih
dulu adalah konsep maf‟ul bih, i‟rab maf‟ul bih, macam isim yang menjadi maf‟ul
13. 13
bih, dan pola jumlah fi‟liyah dengan unsur maf‟ul bih. Keempat hal tersebut
dipaparkan sebagai berikut.
1) Konsep Maf’ul Bih
Maf‟ul bih itu identik dengan objek di dalam bahasa Indonesia. Maf‟ul bih
muncul di dalam tuturan bahasa Arab karena digunakannya fi‟il muta‟addi (kata
kerja transitif). Fi‟il muta‟addi dapat dikenali dari makna liksikal yang
dikandungnya. Berikut dikemukakan contoh penggunaan maf‟ul bih dalam jumlah
fi‟liyah:
الزواجفيالشعىبعادة من
الشاب ادسأ فئرا .ًىغىظالفيا وظط في الضواج في بهم خاصت عادة الىاط ًدبع
ألاظشة حعطي ال الحذًث نهاًت وفي .الضواج أمىس معهم وبحث أظشتها إلى رَب فخاة خطبت
بل ،ال أو بىعم احتشص فيه أيهاسٍقبلى أنهم رلو فمعنى حلىة ماهذ فئرا .قهىة له جقذم
في ًأحع حظا ًجذ أن وعليه الطلب ألاظشة فضذس فقذ مشة ماهذ وإرا .للفخاة صوحا
،الشيخ و ،العيذ ،(صيني آخش مهان1990:91. )
Penjelasan sebagian kalimat yang memuat maf‟ul bih dalam alinea tersebut
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 5 Deskripsi pola Fi‟il + Fa‟il + Maf‟ul Bih.
به ىاملفعى الفاعل املخعذي الفعل الفعليت الجملت الشقم
عادة الىاط ًدبع بهم خاصت عادة الىاط ًدبع 1-
خطبت الشاب ادسأ فخاة خطبت الشاب ادسأ إرا 2-
أمىس معخترضمير بحث الضواج أمىس معهمبحث 3-
هاأيس ألاظشة حعطي فيه هاأيسألاظشة حعطي ال 4-
قهىة معخترضمير جقذم .قهىة له جقذم 5-
Jika diperhatikan maka semua lafadz yang menjadi maf‟ul bih pada
paragraf di atas berada setelah fi‟il dan fa‟il. Jika diperhatikan lebih lanjut maka
maf‟ul bih-maf‟ul bih tersebut menjadi objek fi‟il muta‟addi yang dilakukan oleh
fa‟il. Dari segi harakatnya maka semua lafadz yang menjadi maf‟ul bih berharakat
14. 14
fathah. Fathah tersebut merupakan salah satu tanda i‟rab nashab. Dengan kata
lain maf‟ul bih pada kelima contoh tersebut beri‟rab nashab dengan tanda fathah
karena berupa isim mufrad (contoh 1,2,4, dan 5) dan jamak taksir (contoh 3). Atas
dasar itu semua maka bisa dirumuskan bahwa maf‟ul bih adalah isim yang ber-i‟rab
nashab yang terkena pekerjaan fa‟il.
2) I’rab Maf’ul Bih
Semua maf‟ul bih ber-i‟rab nashab. Tanda i‟rab nashab sebagaimana
pada contoh-contoh yang menjadi maf‟ul bih tersebut adalah fathah. Fathah
bukanlah satu-satunya tanda isim yang beri‟rab nashab. Berikut ini contoh-contoh
jumlah fi‟liyah yang tanda i‟rab maf‟ul bih-nya bukan fathah.
6-ِنْيضيف عثمانألشم
7-ًطيعٍأبا الىلذ
8-املخقين هللا ًحب
9-ِاملعلماث ناملعلمى حمس
11-الطالب طساملذ ٌعلم
Semua kalimah yang terakhir pada empat contoh tersebut adalah maf‟ul
bih. Maf‟ul bih pada contoh 6 berupa isim tatsniyah dengan tanda nashab “ya”,
pada contoh 7 berupa asma‟ khamsah dengan tanda nashab “alif”, pada contoh 8
berupa jamak mudzakkar salim dengan tanda nashab “ya” dan pada contoh 9
berupa jamak muannats salim dengan tanda nashab “kasrah”, pada contoh 10
berupa jamak taksir dengan tanda nashab “fathah”. Berdasarkan paparan tersebut
dapat disimpulkan bahwa tanda i‟rab nashab pada isim itu sebagaimana sajian
dalam tabel berikut.
Maf’ul bih adalah isim yang ber-
I’rab nashab yang terkena
pekerjaan fa’il.
15. 15
Tabel 6 Tanda I‟rab Nashab
No Jenis Isim Tanda I’rab Nashab Keterangan
1- Isim mufrad Fathah Tanda nashab
ini berlaku
untuk setiap
isim yang
beri‟rab nashab
karena menjadi
maf‟ul bih atau
menjadi lainnya
2- Asma‟ khamsah Alif
3- Isim tatsniyah Ya‟
4- Jamak mudzakkar salim Ya‟
5- Jamak muannats salim Kasrah
6- Jamak taksir Fathah
Fi‟il yang bukan muta‟addi dinamakan fi‟il lazim. Jadi, pada dasarnya
jumlah fi‟liyah yang fi‟ilnya lazim tidak memiliki maf‟ul bih. Fi‟il-fi‟il lazim
tersebut sudah disajikan penggunaannya pada jumlah fi‟liyah berpola fi‟il + fa‟il.
3) Macam Isim yang menjadi Maf’ul Bih
Di depan sudah diutarakan macam isim yang menjadi maf‟ul bih, yang
meliputi isim mufrad, isim tasniyah, jamak mudzakkar salim, jamak muanants
salim, jamak taksir, dan asma‟ khamsah. Semua itu dinamakan dengan isim
dzahir. Selain maf‟ul bih isim dzahir ada pula yang berupa isim dhamir.
Perhatikan contoh-contoh pada tabel berikut.
Tabel 7 Maf‟ul bih berupa dhamir muttashil
صىرجه به لاملفعى ألامثلت الرقم
هصب محل في الضم على مبني مخصل "ٌ"ضمير طساملذ ًحبه الطالب 11
هصب محل في نالعهى علىمبنيمخصل ض
""َما مير
طساملذ ًحبهما الطالبان 12
هصب محل في نالعهى علىمبنيمخصل ""َمضمير طساملذ ًحبهم الطالب 13
هصب محل في نالعهى علىمبنيمخصل ""َا ضمير طساملذ ًحبها الطالبت 14
هصب محل في نالعهى علىمبنيمخصل ""َماضمير طساملذ ًحبهما الطالبخان 15
في الفخحت على مبني مخصلهصب محل "ًَ"ضمير طساملذ ًًحبه الطالباث 16
16. 16
هصب محل في الفخحت على مبني مخصل ""كضمير طساملذ ًحبو 17
هصب محل في نالعهى علىمبنيمخصل "ما"لضمير طساملذ ماًحبن 18
هصب محل في نالعهى علىمبنيمخصل "م"لضمير طساملذ مًحبن 19
ه محل في النعش على مبني مخصلصب " ِ"كضمير طساملذ ًِحبو 20
هصب محل في نالعهى علىمبنيمخصل "ما"لضمير طساملذ ماًحبن 21
هصب محل في الفخح على مبني مخصل " ًّ"لضمير طساملذ ًًَّحبن 22
هصب محل في نالعهى علىمبنيمخصل ""ًاء ضمير طساملذ ًحبني 23
هصب محل في نالعهى علىمبنيمخصل "ها ضمير" طساملذ ًحبىا 24
Dhamir-dhamir yang menjadi maf‟ul bih sebagaimana yang baru Anda
telaah adalah dhamir muttashil. Dhamir-dhamir yang demikian terletak di antara
fi‟il dan fa‟il. Ada pula maf‟ul bih yang berupa dhamir Munaibul fa‟ilashil mahal
nashab. Maf‟ul bih yang berupa dhamir Munaibul fa‟ilashil mahal nashab banyak
dijumpai pada jumlah fi‟liyah yang berpola maf‟ul bih + fi‟il + fail (dhamir
mustatir), seperti pada 2 contoh berikut.
25-وعبذ إًاك
26-وعخعين إًاك
Pada dua contoh itu anda hanya menjumpai sagtu bentuk dhamir Munaibul
fa‟ilashil mahal nashab yang menjadi maf‟ul bih. Keseluruhan bentuk dhamir
tersebut dapat anda telaah pada tabel berikut.
Tabel 8 Maf‟ul bih berupa dhamir muNaibul Fa‟ilashil
صىرجه به لاملفعى ألامثلت الرقم
هصب محل في الضم على مبني مخصل "ٌ"ضمير حىسأ ٍإًا 27
هصب محل في نالعهى علىمبنيمخصل ""َماضمير حىسأ إًاَما 28
هصب محل في نالعهى علىمبنيمخصل ""َمضمير حىسأ إًاَم 29
هصب محل في نالعهى علىمبنيمخصل ""َا ضمير حىسأ إًاَا 30
هص محل في نالعهى علىمبنيمخصلب ""َماضمير حىسأ إًاَما 31
هصب محل في الفخحت على مبني مخصل "ًَ"ضمير حىسأ ًَإًا 32
هصب محل في الفخحت على مبني مخصل ""كضمير حىسأ إًاك 33
هصب محل في نالعهى علىمبنيمخصل "ما"لضمير حىسإًالماأ 34
17. 17
هصب محل في نالعهى علىمبنيمخصل "م"لضمير حىسأ إًالم 35
هصب محل في النعش على مبني مخصل " ِ"كضمير حىسأ ِإًاك 36
هصب محل في نالعهى علىمبنيمخصل "ما"لضمير حىسإًالماأ 37
هصب محل في الفخح على مبني مخصل " ًّ"لضمير حىسأ ًإًال 38
هصب محل في نالعهى علىمبنيمخصل ""ًاء ضمير ًشحى إًاي 39
ف نالعهى علىمبنيمخصلهصب محل ي ""ها ضمير ًشحى إًاها 40
4) Pola Jumlah fi’liyah dengan unsur maf’ul bih
Berdasarkan paparan di depan maka pola jumlah fi‟liyah dengan unsur
maf‟ul bih bisa dipilah menjadi 3, yaitu (1) fi‟il + fa‟il + maf‟ul bih (lihat contoh
1--10, fi‟il + maf‟ul bih + fa‟il (lihat tabel 7), dan maf‟ul bih + fi‟il + fa‟il (seperti
pada tabel 8).
Untuk melengkapi paparan di depan berikut ini diberikan contoh-contoh
analisis dalam bentuk mengi‟rab kalimah-kalimah yang membentuk jumlah
mufidah yang terkait dengan maf‟ul bih.
1-عمله ًمخق هللا ًحب
ًحببالضمت مشفىع مضاسع فعل :
هللابالضمت مشفىع فاعله:
ًمخقمضاف وَىبالفخحت مىصىببه ىمفعى:
عملهإليه مضاف الهاء و مضاف وَى بالنعشة مجشوس إليه مضافعمل:
2-املعلم شذويسأ
شذسأعلى مبني ماضفعل :الفخح
ويمحل في الفخح أو نالعهى على مبني مخصل ضمير والياء للىقاًت نالىى :
.به ىمفعىهصب
املعلمبالضمت مشفىع فاعل :
3-ىوالشظى هللا ألشم املخقين
املخقينالعالم املزلش حمع ألهه بالياء مىصىببه ىمفعى:
ألشمالفخح على مبني ماضفعل :
هللافاع :بالضمت مشفىع ل
18. 18
ظىلهسولل الىاو :بالضمت مشفىعمعطىف ىالشظى ،عطف
4-!ألاشقياء دمىعامسح
.نالعهى علىمبني أمش فعل : امسح
.أهذ ٍجقذًش وحىبا معختر ضمير فاعله
دمىعمضاف وَىبالفخحت مىصىببه ىمفعى:
بالنعشة مجشوسإليه مضاف:ألاشقياء
c. Fi’il + Naibul Fa’il
Pola ketiga dari jumlah fi‟liyah adalah fi‟il (mabni majhul) + naibul fa‟il.
Sebelum ulasan mengenai pola ketiga dari jumlah fi‟liyah akan lebih baik kalau
anda terlebih dahulu memperhatikan paparan tentang konsep na‟ibul fa‟il, i‟rab
naibul fa‟il, dan kesesuaian antara fi‟il dengan naibul fa‟ilnya sebagai berikut.
1) Konsep Na’ibul Fa’il
Sebelum konsep naibul fa‟il dibahas secara menyeluruh terlebih dahulu
perhatikan tuturan dalam alinea berikut.
(أ)غشفت في املائذة هظمذ الحفلت اهتهاء قبيلوأحضشث عليها الطعام وَيئ ألامل
فأمل ألامل غشفت إلى الضيىف دعي الحفلت اهتهذ وبعذما .والقهىة الفالهت
.املضيف وشنش القهىة وششبذ الطعام
(ب)ٌعصش ثم ّالعنش وٍىضع باملاء الهىب ًمأل : العصير صىع عمليت ماهذ
.العصير ٌششب ثم املاء وٍحشك نالليمى،وآخشون (باسوم1981:101)
بالخصشف
Jumlah fi‟liyah yang memuat naibul fa‟il pada kedua alinea tersebut
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 9 Pola Jumlah fi‟liyah Fi‟il Madhi Majhul + Naibul Fa‟il
الفاعلهائب هىع الفاعلهائب الفعلهىع
لللمجهى مبني
ألامثلت الرقم
مؤ مفشداظمهث املائذة ماضفعل املائذة هظمذ 1
مزلشمفشداظم الطعام ماضفعل الطعام َيئ 2
مؤهث مفشداظم الفالهت ماضفعل الفالهت أحضشث 3
19. 19
الخنعير حمع الضيىف ماضفعل الضيىف دعي 4
مزلشمفشداظم الطعام ماضفعل الطعام أمل 5
مؤهث مفشداظم القهىة ماضفعل القهىة ششبذ 6
اظمزلشمفشدم املضيف ماضفعل املضيف شنش 7
مزلشمفشداظم الهىب مضاسع فعل الهىب ًمأل 8
مزلشمفشداظم العنش مضاسع فعل ّالعنش ًىضع 9
مزلشمفشداظم نالليمى مضاسع فعل نالليمى ٌعصش 10
مزلشمفشداظم املاء مضاسع فعل املاء ًحشك 11
مزلشمفشداظم العصير مضاس فعلع العصير ٌششب 12
Kalau Anda perhatikan maka setiap naibul fa‟il didahului oleh fi‟il yang
didhammah awalnya dan dikasrah huruf sebelum huruf akhirnya (jika berupa fi‟il
madhi) dan didhammah huruf awalnya dan difathah huruf sebelum huruf akhirnya
(jika berupa fi‟il mudhari‟). Fi‟il yang demikian dinamakan fi‟il mabni majhul
atau fi‟il majhulul fa‟il (tidak diketahui fa‟ilnya). Ketiadaan atau tidak
diketahuinya fa‟il ini bisa disebabkan oleh sebab yang berbeda-beda; ada kalanya
karena memang tidak diketahui, atau karena mutakalim enggan menyebutnya atau
karena takut menyebut fa‟il tersebut.
Jika anda perhatikan fi‟il-fi‟il mabni maklum tersebut maka anda ketahui
bahwa fi‟il-fi‟il tersebut adalah fi‟il muta‟addi yang membutuhkan maf‟ul bih;
sedangkan naibul fa‟il-nya seharusnya menjadi maf‟ul bih. Dalam hal ini, dapat
dijelaskan bahwa maf‟ul bih menggantikan posisi fa‟il setelah mutakallim
(penutur) tidak mengetahui fa‟ilnya atau enggan menyebutnya. Penggeseran
maf‟ul bih menjadi na‟ibul fa‟il mempersyaratkan berubahnya fi‟il muta‟addi dari
mabni maklum menjadi mabni majhul. Dengan demikian, kalau contoh 1--4 diberi
fa‟il maka jumlah fi‟liyah tersebut menjadi sebagai berikut.
1املائذة الخادم هظم )(أ
2الخ َيأ)(أالطعام ادم
3)(أالفالهت الخادم أحضش
4الضيىف املضيف دعا )(أ
20. 20
Dari paparan di depan dapat disimpulkan bahwa naibul fa‟il adalah isim
yang beri‟rab rafa‟ yang terletak setelah fi‟il mabni majhul. Penamaan na‟ibul
fa‟il sejalan dengan tradisi pemikiran mayoritas ahli nahwu yang menyatakan
bahwa pola ketiga ini merupakan turunan dari pola kedua.
2) I’rab Na’ibul Fa’il
Di depan telah dipaparkan bahwa i‟rab naibul fa‟il adalah rafa‟. Ini
artinya bahwa isim apa saja yang menjadi naibul fa‟il asalkan mu‟rab (tidak
mabni) i‟rab-nya harus rafa‟ sama dengan i‟rab fa‟il. Jika naibul fa‟il berupa isim
dhamir, isim isyarah, atau isim maushul maka tentu tetap mabni. Setiap isim
mabni yang menempati posisi naibul fa‟il maka memiliki i‟rab mahalli yang para
ahli nahwu mendeskripsikannya dengan “fi mahalli raf‟in naibu fa‟ilin”.
3) Naibul Fa’il berupa Dhamir
Di depan sudah dipaparkan bahwa fi‟il mabni majhul bisa berupa fi‟il
madhi bisa pula berupa fi‟il mudhari‟. Pada tabel berikut disajikan contoh pola
fi‟il madhi mabni majhul + na‟ibul fa‟il yang berupa dhamir.
Tabel 10 Pola Jumlah fi‟liyah Fi‟il Madhi‟ Majhul + Naibul Fa‟il Dhamir
الفاعل هائب ي املاض الفعل
ىللمجهى املبني
ألامثلت الشقم
َىٍجقذًش معخترضمير ذِمح ذِمح َى 13
نالعهى علىمبني جثييت ألف مخصلضمير ذِمح اذِمح َما 14
نالعهى علىمبني الجمع واومخصلضمير ذِمح واذِمح َم 15
معختر ضميرفي الخأهيث عالمت (الخاء هي ٍجقذًش ذِمح ْثذِمح هي 16
Na’ibul Fa’il adalah isim yang ber-
I’rab rafa’ yang terletak setelah fi’il
mabni majhul.
22. 22
الفخح علىمبني "اليعىة ن"هىضمير ًًضحن ً ْنشمً ًَ 32
ٍجقذًش وحىبا معخترضميرأهذ جضحو مش
ْ
نج أهذ 33
نالعهى علىمبنيجثييت ألف ضمير جضحهان مانش
ْ
نج أهخما 34
نالعهى علىمبني حمع واوضمير نجضحهى نمىنشج أهخم 35
نالعهى علىمبني "مخاطبتمؤهثت"ًاءضمير جضحنين ميننشج ِأهذ 36
نالعهى علىمبنيجثييت ألف ضمير جضحهان مانش
ْ
نج أهخما 37
الفخح علىمبني مخاطبتمؤهثتحمع نهى ضمير ًجضحن ًمنشج أهتن 38
أها ٍجقذًش وحىبا معخترضمير ملشأ ألشم أها 39
ًهح ٍجقذًش وحىبا معخترضمير منشه هنشو ًهح 40
4) Kesesuaian Fi’il dengan Na’ibul Fa’il
Sebagai naibul fa‟il, maf‟ul bih mengalami yang semula ber-i‟rab nashab
berubah menjadi beri‟rab rafa‟ (karena fa‟il beri‟rab rafa‟). Selain itu, fi‟il juga
mengalami perubahan dari mabni ma‟lum menjadi mabni majhul. Lebih lanjut fi‟il
juga harus disesuaikan dengan naibul fa‟ilnya dalam mudzakkar dan
muannatsnya. Fi‟il mabni ma‟lum tidak terpengaruh oleh bilangan na‟ibul fa‟il.
Dalam pembelajaran anda bisa melatih para siswa untuk mengubah jumlah
fi‟liyah yang fi‟il-nya mabni ma‟lum menjadi mabni majhul atau sebaliknya
(mengubah jumlah fi‟liyah dengan fi‟il mabni majhul menjadi mabni ma‟lum.
Contoh pengubahan mabni ma‟lum ke mabni majhul.
13-ّساملذ الطالب ًنشمظت-------<جّساملذ نشمظت
14-جطساملذ الطالبت نشم-------<ًطساملذ نشم
15-البيخين الىالذ ًحب-------<البيخان جحب
16-بىتهما الىلذان ًحب-------<البيذ جحب
17-املعلمين هللا ىظىسًشحم-----<ناملعلمى ًشحم
18-املعلم هللا ىظىسًشحماث----<املعلماث جشحم
5) Pola Fi’il + Naibul Fa’il dan Kalimat Pasif.
Jika disandingkan dengan kalimat bahasa Indonesia, pola ketiga ini seolah
identik dengan kalimat pasif, karena terjemahan kalimat pola ketiga ini ke dalam
bahasa Indonesia sama-sama diawali „awalan di‟. Tetapi sesungguhnya keduanya
23. 23
sangat berbeda, karena kalimat pasih dalam bahasa Indonesia pelaku (fa‟il)-nya
masih disebutkan, sedangkan dalam bahasa Arab tidak disebutkan.
Untuk melengkapi paparan di depan berikut ini diberikan contoh-contoh
analisis dalam bentuk mengi‟rab kalimah-kalimah yang membentuk jumlah
mufidah yang terkait dengan naibul fa‟il.
1-الضَشة قطفذ
قطفذالخأهيث عالمت والخاء ،الفخح على مبني ماضفعل :
الضَشةبالضمت مشفىع الفاعل هائب :
2-البقشة جحلب
جحلببالضمت مشفىع مضاسع فعل :
البقشةبالضمت مشفىع الفاعل هائب :
3-ناملجتهذو ًنشم
ًنشمفعل :بالضمت مشفىع مضاسع
العالم املزلش حمع ألهه بالىاو مشفىع الفاعل هائب :ناملجتهذو
4-املجتهذجان جنشم
جنشمبالضمت مشفىع مضاسع فعل :
مثنى ألهه باأللف مشفىع الفاعل هائب :املجتهذجان
E. RANGKUMAN
Saudara-saudara para pejuang bahasa Arab yang saya banggakan, ulasan
di depan dapat dirangkum sebagai berikut.
1. Kalimat verbal atau jumlah fi‟liyah adalah susunan dua kata atau lebih
yang setidaknya terdiri atas fi‟il (predikat) dan fa‟il (subjek).
2. Jumlah fi‟liyah selalu didahului oleh fi‟il (verba) dan diikuti isim
(nomina).
3. Pola jumlah fi‟liyah setidaknya ada tiga macam, yaitu:
a. Fi‟il + Fa‟il
b. Fi‟il + Fa‟il + Maf‟ul bih
c. Fi‟il + Naibul Fa‟il
4. Fi‟il di dalam jumlah fi‟liyah bisa berupa fi‟il madhi, fi‟il mudhari‟, atau
fi‟il amar sesuai kebutuhan.
24. 24
5. Fa‟il adalah isim yang beri‟rab rafa‟ yang menerangkan tentang seseorang
atau sesuatu yang melakukan aktifitas dan terletak setelah fi‟il mabni
ma‟lum.
6. Fa‟il bisa berupa isim dzahir (mufrad, tatsniyah, jamak (mudzakkar Salim,
muannats salim, taksir)), isim dhamir, isim isyarah, isim maushul.
7. Fi‟il harus sesuai dengan fa‟il-nya dalam jenisnya (mudzakkar dan
muannats-nya), penyesuaian itu dilakukan dengan pemberian tanda pada
fi‟il yang fail-nya muannats .
8. Fi‟il tidak boleh disesuaikan dengan fa‟il-nya dalam bilangannya (mufrad,
tatsniyah, dan jamak).
9. Maf‟ul bih adalah isim yang ber-i‟rab nashab (dinashabkan oleh fi‟il
Muta‟addi) yang terkena pekerjaan fa‟il.
10. Maf‟ul bih bisa berupa isim Dzahir yang terdiri atas isim mufrad, isim
tasniyah, dan jamak.
11. Maf‟ul bih bisa berupa isim dhamir yang terdiri dari dua belas isim
dhamir muttashil dan dua belas dari isim dhamir munfashil.
12. Tanda i‟rab maf‟ul bih isim dzahir yaitu isim mufrad dan jamak taksir
dengan fathah, isim tasniyah dan jamak mudzakar salim dengan ya‟,
jamak muannats salim dengan kasrah, dan asma‟ khamsah dengan alif.
13. Semua maf‟ul bih yang berupa isim dhamir adalah mabni.
14. Letak maf‟ul bih di dalam jumlah mufidah meliputi:
a. Fi‟il + Fa‟il + Maf‟ul Bih
b. Fi‟il + Maf‟ul Bih + Fa‟il
c. Maf‟ul Bih + Fi‟il + Fa‟il
15. Naibul fa‟il adalah isim ber-i‟rab rafa‟ yang terletak setelah fi‟il mabni
Majhul.
16. Fi‟il mabni majhul adalah fi‟il madhi yang huruf awalnya di-dhammah
dan huruf sebelum akhirnya di-kasrah atau fi‟il mudhari‟ huruf
mudharaah-nya di-dhammah dan huruf sebelum akhirnya di-fathah.
17. Fi‟il mabni majhul harus selalu mendahului naibul fa‟il.
18. Fi‟il mabni majhul harus sesuai dengan naibul fa‟il-nya dalam jenisnya
(mudzakkar dan muannats-nya), penyesuaian itu dilakukan dengan
pemberian tanda pada fi‟il yang naibul fa‟il-nya muannats .
25. 25
19. Fi‟il mabni majhul tidak boleh disesuaikan dengan naibul fa‟il-nya dalam
bilangannya (mufrad, tatsniyah, dan jamak).
20. Naibul fa‟il ada yang berupa isim dzahir dan ada yang berupa isim
dhamir.
F. DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Dahdah, Anthoni. 1987. Mu‟jam Qawa‟id al-Lughoh al-„Arabiyyah fi
Jadawil wa Lauhat. Beirut: Maktabah Lubnan.
2. Al-Fauzan, Abdurrahman bin Ibrahim. 2002. Al-Arabiyyah Baina Yadaik,
al-Kitab al-Awwal. Riyadl: Muassasah al-Waqf al-Islami.
3. Al-Gholayain, Musthofa. 1987. Jami‟ al-Durus al-„Arabiyyah. Beirut: al-
Maktabah al-„Ashriyyah.
4. Al-Jarim, Ali dan Musthofa Amin. Tanpa Tahun. al-Nahwu al-Wadhih fi
Qawa‟id al-Lughoh al-„Arabiyyah. Surabaya: al-Hidayah.
5. Al-Naqah, Ahmad Kamis dan Thu‟aimah, Rusydi Ahmad. 2003. Tharaiq
al Lu Lughat al Arabiyyah li Ghairi Nathiqina biha. Al Ribath: Esesco.
6. Al-Saqa, Al-Malik, Shalih dkk. 1982. Qawa‟id al-lughoh al-„Arabiyyah.
Riyadl: Wizarah al-Ma‟arif.
7. Musthofa dkk. 1982. Al-Wadhih fi Qawa‟id al-Lughoh al-„Arabiyyah.
Riyadl: Wizarah al-Ma‟arif.
8. Barum, al-Sayyid Muhsin Ahmad dkk. 1981. Mabadi‟ Qawa‟id al-Lughoh
al-„Arabiyyah. Riyadl: Wizarah al-Ma‟arif.
9. Khairani, Ahmad Shohib. 2008. Audhoh al-Manahij. Jatibening: WCM
Press.
10. Khasairi, Moh. 2011. Al Mawad al Dirasiyah fi Tathbiq al Nahwi al Tsani.
Malang: Misykat
11. Khasairi, Moh. 2018. Al Mawad al Ta‟limiyah fi Tathbiq al Nahwi al
Awwal. Malang: Bintang Sejahtera.
12. Shaleh, al Malik; Hanafi Abdullah al Hanafi; Abdullah As Sa‟d al Madhi.
1982. Qawa‟id al-Lughoh al-„Arabiyyah li Shaffi al Tsani al Mutawassith.
Al Mamlakah al Arabiyyah al Saudiyyah: Wizarah al-Ma‟arif.
26. 26
13. Thu‟aimah, Rusydi Ahmad. 1989. Ta‟limi al Lu Lughat al Arabiyyah li
Ghairi Nathiqina biha Manahijuh wa Asalibuh. Al Ribath: Esesco.
14. Syamsuddin, Ibrahim. 2000. Marja‟ al-Thullab fi Qawa‟id al-Nahwi.
Lebanon: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah.