SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
Download to read offline
1
A. PENDAHULUAN
Para Pejuang Bahasa Arab yang saya banggakan. Pembahasan qawa‟id
terkait dengan jumlah fi‟liyah sangatlah beragam karena materi qawa‟id sangat
luas dan mendalam. Oleh karena itu guru harus bisa memilah dan memilih bagian
mana dan sejauh mana tingkat kesulitan materi yang harus disajikan kepada siswa.
Bukankah salah satu tugas guru adalah menyederhanakan materi atau bahan ajar,
sehingga materi yang disajikan itu menurut hipotesis input hanya 0+1 atau 1+1
atau 2+1 dan seterusnya. Sebab kalau siswa diberi materi 0+3 maka akan
kesulitan. Terkait dengan itu, penulis berusaha untuk memilih dan memilah materi
qawa‟id yang sesuai untuk keperluan PPG ini.
Modul 6 ini membahas tema besar Kalimat Verbal dan Nominal Arab.
Tema besar ini disajikan di dalam empat kegiatan belajar (KB) yang meliputi:
KB 1: Sruktur dan Pola Kalimat Verbal Arab.
KB 2: Kategori dan Fungsi Sintaksis Kalimat Verbal Arab.
KB 3: Struktur dan Pola Kalimat Nominal.
KB 4: Kategori dan Fungsi Kalimat Nominal Arab.
Sajian materi pada masing-masing KB, termasuk KB 1 ini diawali dengan
sajian cerita singkat (paragraf) yang memuat contoh-contoh jumlah (kalimat) yang
memuat tema qawa‟id yang dibahas. Sajian berikutnya adalah pembahasan contoh
dikaitkan dengan qawa‟id. Tahap berikutnya disajikan qawa‟id sesuai tema yang
dibahas. Pada tahap akhir disajikan beberapa contoh analisis jumlah mufidah
(kalimat sempurna) berdasarkan kedudukan masing kalimah (kata) dalam jumlah
mufidah dan I‟rab-nya.
Strategi pembelajaran qawa‟id sebagaimana dipaparkan oleh (Khasairi,
2017) dapat dipilah menjadi 2, yaitu strategi deduktif dan Induktif. Strategi
deduktif adalah strategi yang di dalam mengajar guru terlebih dahulu menyajikan
qawa‟id. Dari kaidah itu, siswa diajak menerapkannya dalam berbahasa lisan
maupun tulis dengan menganalisis dan mensintesa bahan ajar. Sedangkan strategi
induktif adalah strategi yang dalam mengajarkan qawa‟id guru terlebih dahulu
menyajikan jumlah mufidah atau paragraph yang memuat contoh lafal-lafal atau
tarkib yang sesuai dengan qawa‟id yang akan diajarkan. Berdasarkan bahan itu
guru bersama siswa membahas contoh tersebut untuk selanjutnya menyusun
2
kaidah bersama siswa. Kegiatan berikutnya tentu menganalisis atau mengsintesa
bahan ajar sesuai kaidah.
Dari kedua macam strategi itu yang sebaiknya Anda gunakan dalam
mengajar qawa‟id adalah strategi induktif. Langkah-langkah pembelajarannya
diawali dengan (1) penayangan contoh-contoh berupa tarkib (struktur) dalam
kalimat, (2) pelafalan contoh-contoh tersebut dengan membaca nyaring, (3)
menandai secara khusus struktur-struktur dalam kalimat, (4) membahas struktur-
struktur tersebut dengan mengenali kekhususannya, dan (5) menyusun kaidah (Al
Naqah dan Thu‟aimah dalam Khasairi, 2017)
Pemahaman tentang kaidah tersebut diperkuat dengan pemberian latihan-
latihan penerapannya yang cukup. Thu‟aimah (dalam Khasairi, 2017)
menyarankan 11 macam latihan dalam tarkib yang sering digunakan. Sebelas
macam latihan dalam tarkib tersebut meliputi (1) pengulangan, (2) substitusi, (3)
tanya jawab, (4) membuat pertanyaan, (5) mengubah tarkib, (6) latihan piramida,
(7) latihan berantai, (8) menyempurnakan, (9) menyusun kalimat, (10)
menjodohkan, dan (11) menerjemah. Berbagai macam bentuk latihan itu
hendaknya diterapkan dengan berbagai variasi yang antara lain meliputi latihan
lisan, tulis, individual, dan kelompok.
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Menguasai materi ajar bidang studi Bahasa Arab yang meliputi konsep
teoritis ilmu kebahasaaraban (aswat, nahwu, sharf, dalalah), dan kesustraan Arab,
serta mampu mengaplikasikannya dalam kemahiran berbahasa Arab baik lisan
maupun tulis dalam lingkup aspek kehidupan sehari-hari di rumah, di sekolah, di
masyarakat, dan dunia kerja, termasuk advance materials secara bermakna yang
dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana”
(penerapan) dalam kehidupan sehari-hari.
3
C. POKOK-POKOK MATERI
Pokok-pokok materi kegiatan belajar 1 ini meliputi: (1) konsep jumlah
fi‟liyah, (2) Struktur jumlah fi‟liyah, dan (3) pola jumlah fi‟liyah.
D. URAIAN MATERI
Selamat belajar wahai pejuang Bahasa Arab! Semoga Anda selalu sehat
dan sukses. Kali ini Anda akan menyegarkan kembali penguasaan tentang kalimat
verbal (untuk selanjutnya disebut jumlah fi‟liyah). Poin-poin penting di dalam
bagian ini meliputi konsep jumlah fi‟liyah, Struktur jumlah fi‟liyah, dan Pola
jumlah fi‟liyah.
4
Ulasan masing-masing poin tersebut diawali dengan sajian cerita pendek
yang memuat jumlah fi‟liyah. Sajian berikutnya adalah paparan jumlah fi‟liyah
yang terkait dengan poin yang dibahas. Sajian dilanjutkan dengan ulasan terhadap
komponen jumlah fi‟liyah berdasarkan kebutuhan masing-masing poin. Ulasan
diakhiri dengan merumuskan simpulan yang hasilnya berupa kaidah gramatika
jumlah fi‟liyah.
1. Konsep Kalimat Verbal (Jumlah Fi’liyah)
a. Pengertian Jumlah Fi’liyah
Bacalah alinea berikut dengan seksama!
‫جحخجب‬ ‫و‬ ،‫العماء‬ ‫في‬ ‫السحب‬ ‫جىدشش‬ ‫عىذما‬
‫ى‬‫ًنز‬ ‫و‬ ،‫البرد‬ ‫ٌشخذ‬ ‫و‬ ،‫الشمغ‬‫الخجاس‬ ‫ٌغلق‬ ،‫املطش‬
‫الشىاسع‬ ‫وجقفش‬ ،‫بيىتهم‬ ‫إلى‬ ‫الىاط‬ ‫وٍشحع‬ ،‫مخاحشَم‬
‫املهان‬ ‫ٌعىد‬ ‫و‬ ‫َا‬‫س‬‫أوما‬ ‫إلى‬ ‫الطيىس‬ ‫ي‬‫جأو‬ ‫و‬ ‫العابلت‬ ً‫م‬
‫فئ‬ .‫املطش‬ ‫خشٍش‬ ‫إال‬ ‫فيه‬ ‫ٌعمع‬ ‫ال‬‫صمذ‬‫املطش‬ ‫لف‬ ‫ما‬ ‫را‬
‫واحذ‬‫مل‬ ‫رَب‬ ‫و‬ ‫يها‬‫س‬‫مجا‬‫إلى‬ ‫الحياة‬ ‫عادث‬ ‫النزوى‬ ً‫ع‬
‫عمله‬ ‫إلى‬.
Di dalam alinea tersebut didapati bentuk-bentuk jumlah fi‟liyah, antara lain
yaitu:
1-‫السحب‬‫جنتشر‬،‫العماء‬ ‫في‬
2-‫الشمس‬‫جحتجب‬،
3-‫البرد‬ ‫يشتد‬،
4-‫املطر‬‫ل‬‫ينز‬،
5-‫التجار‬ ‫يغلق‬‫مخاحش‬،‫َم‬
6-‫الناس‬‫يرجع‬،‫بيىتهم‬ ‫إلى‬
7-‫الشىارع‬‫جقفر‬‫العابلت‬ ً‫م‬
8-‫الطيىر‬‫ي‬‫جأو‬‫َا‬‫س‬‫أوما‬ ‫إلى‬
9-‫املكان‬‫يسىد‬‫صمذ‬
5
Kalau Anda perhatikan secara seksama contoh (1—9) maka Anda akan
menemukan bahwa semua contoh 1—9 diawali dengan fi‟il (kata kerja), yang
dalam hal ini adalah fi‟il mudhari‟ (fi‟il yang diawali dengan huruf mudhara‟ah)
dilanjutkan dengan isim (fa‟il). Jumlah yang berstruktur seperti contoh-contoh itu
dinamakan jumlah fi‟liyah atau kalimat verbal. Dengan kata lain jumlah fi‟liyah
adalah jumlah yang terdiri atas fi‟il dan fa‟il. Di dalam jumlah fi‟liyah, fi‟il harus
di depan dan fa‟il di belakang. Kalau fi‟il tidak didahulukan maka namanya
jumlah ismiyah.
Jumlah fi‟liyah sering disamakan dengan kalimat verbal. Penyamaan
tersebut memang beralasan, karena kalimat verbal adalah kalimat yang
predikatnya berupa kata kerja. Jumlah fi‟liyah, fa‟il-nya menjadi subjek dan fi‟il-
nya menjadi predikat, dengan pola DM (Diterangkan Menerangkan). Pada konteks
ini memang jumlah fi‟liyah sama dengan kalimat verbal. Akan tetapi jika fa‟il
tersebut didahulukan dan fi‟il diakhirkan maka sesuai ketentuan di dalam kaidah
bahasa Arab kalimat yang demikian adalah jumlah ismiyah (kalimat nominal)
karena didahului isim (nomina), walaupun dalam bahasa Indonesia dinamakan
kalimat verbal.
Unsur pokok jumlah fi‟liyah adalah fi‟il dan fa‟il (dua lafadz yang bercetak
tebal). Fi‟il adalah verba (kata kerja), sedangkan fa‟il adalah isim (nomina) ber-
i‟rab rafa‟ yang terletak setelah fi‟il mabni ma‟lum. Susunan kalimat dalam
bahasa Arab: fi`il (predikat) dan fa`il (subjek) berubah menjadi subjek (fa`il) dan
Predikat (fi‟il) dalam bahasa Indonesia
Fa’il adalah isim ber-i’rab rafa’ yang
melakukan aktivitas terletak setelah
fi’il mabni ma’lum
6
b. Jenis Fi’il dalam Jumlah fi’liyah
Jenis fi‟il di dalam Jumlah fi‟liyah bisa berupa fi‟il mudhari‟, atau fi‟il
madhi, atau fi‟il amar. Penggunaan masing-masing jenis didasarkan pada
kebutuhan. Untuk menyatakan sesuatu yang sedang atau akan terjadi digunakan
fi‟il mudhari‟; sedangkan untuk menyatakan sesuatu yang telah (selesai) terjadi
digunakan fi‟il madhi. Fi‟il amar digunakan untuk menyatakan perintah.
Kalau Anda perhatikan dari jenis fi‟il-nya maka contoh 1—9 semuanya
diawali dengan fi‟il Mudhari‟. Memang semua contoh itu diawali dengan fi‟il
mudhari‟, akan tetapi sesungguhnya Jumlah fi‟liyah bisa pula diawali dengan Fi‟il
Madhi dan Fi‟il Amar. Contoh-contoh berikut merupakan Jumlah fi‟liyah yang
diawali dengan Fi‟il Madhi.
10-‫املطر‬‫كف‬‫النزوى‬ ً‫ع‬
11-‫الحياة‬ ‫عادث‬‫يها‬‫س‬‫مجا‬‫إلى‬
12-‫واحد‬ ‫كل‬ ‫ذهب‬‫عمله‬ ‫إلى‬.
Yang bercetak tebal pada contoh 10—12 terdiri atas fi‟il madhi dan fa‟il.
Sedangkan Jumlah fi‟liyah yang fi‟ilnya berupa fi‟il amar adalah sebagaimana
yang terdapat pada contoh 13—15 berikut.
13-‫أحمذ‬ ‫ًا‬‫اجلس‬‫ي‬ ‫النشس‬ ‫على‬
14-‫وعلي‬ ‫أحمذ‬ ‫ًا‬‫اجلسا‬‫ي‬ ‫النشس‬ ‫على‬
15-‫فشٍذ‬ ‫و‬ ‫وعلي‬ ‫أحمذ‬ ‫ًا‬‫اجلسىا‬‫ي‬ ‫النشس‬ ‫على‬
Lafadz yang bercetak tebal pada contoh 13—15 adalah Jumlah fi‟liyah
yang terdiri atas Fi‟il Amar dan Fa‟il-Nya. Fa‟il pada contoh 13 berupa dhamir
mustatir (kata ganti persona yang tersimpan), pada contoh 14 berupa dhamir alif
tatsniyah, dan pada 15 berupa dhamir wawu jamak.
c. Jenis Fa’il di dalam Jumlah fi’liyah
Fi`il (kata kerja/Predikat) dalam bahasa Arab ada 3 jenis, yaitu fi`il madhi,
fi`il mudhari`, dan fi`il amar. Sebagaimana telah Anda maklumi bahwa Fa‟il itu
adalah isim dan isim itu banyak ragamnya. Ditinjau dari segi bilangannya isim
terdiri atas isim mufrad (tunggal), tatsniyah (dual), dan jamak. Isim jamak terdiri
7
atas tiga macam, yaitu jamak mudzakkar salim, jamak muannats salim, dan jamak
taksir. Dari segi status ketakrifan isim dipilah menjadi dua, yaitu isim nakirah dan
isim ma‟rifah. Dari segi jenisnya isim dipilah menjadi isim mudzakkar dan isim
muannats. Selain itu, juga masih ada isim jenis lain seperti isim isyarah, isim
maushul, isim dhamir dan lain. Semua jenis itu bisa menduduki posisi Fa‟il di
dalam Jumlah fi‟liyah.
Jenis isim yang menjadi Fa‟il dalam contoh 1—15 di atas dapat
dideskripsikan sebagaimana dalam tabel berikut.
Tabel 1 Macam Fi‟il dan Fa‟il di dalam jumlah fi‟liyah
‫ال‬ ‫هىع‬‫فاعل‬ ‫الفاعل‬ ‫الفعل‬ ‫هىع‬ ‫الفعل‬ ‫الشقم‬
‫معشفت‬‫ي‬‫مجاص‬ ‫مؤهث‬ ‫مفشد‬ ‫السحب‬ ‫مضاسع‬ ‫جىدشش‬ 1
‫مفشفت‬‫ي‬‫مجاص‬ ‫مؤهث‬ ‫مفشد‬ ‫الشمغ‬ ‫مضاسع‬ ‫جحخجب‬ 2
‫معشفت‬‫مزلش‬ ‫مفشد‬ ‫البرد‬ ‫مضاسع‬ ‫ٌشخذ‬ 3
‫معشفت‬‫مزلش‬ ‫مفشد‬ ‫املطش‬ ‫مضاسع‬ ‫ى‬‫ًنز‬ 4
‫معشفت‬ ‫جنعير‬ ‫حمع‬ ‫الخجاس‬ ‫مضاسع‬ ‫ٌغلق‬ 5
‫معشفت‬ ‫جنعير‬ ‫حمع‬ ‫الىاط‬ ‫مضاس‬‫ع‬ ‫ًشحع‬ 6
‫معشفت‬ ‫جنعير‬ ‫حمع‬ ‫الشىاسع‬ ‫مضاسع‬ ‫جقىس‬ 7
‫معشفت‬ ‫جنعير‬ ‫حمع‬ ‫الطيىس‬ ‫مضاسع‬ ‫ي‬‫جأو‬ 8
‫معشفت‬‫مزلش‬ ‫مفشد‬ ‫املهان‬ ‫مضاسع‬ ‫ٌعىد‬ 9
‫معشفت‬‫مزلش‬ ‫مفشد‬ ‫املطش‬ ‫ماض‬ ‫لف‬ 10
‫معشفت‬ ‫مؤهث‬ ‫مفشد‬ ‫الحياة‬ ‫ماض‬ ‫عادث‬ 11
‫هنشة‬ ‫مزلش‬ ‫مفشد‬ ‫واحذ‬ ‫مل‬ ‫ماض‬ ‫رَب‬ 12
‫أهذ‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ - ‫لل‬ ‫أمش‬‫مخاطب‬ ‫احلغ‬ 13
‫مىهثت‬ ‫ًاء‬ ‫مخصل‬‫ضمير‬
‫مخاطبت‬
- ‫للمخاطبت‬ ‫أمش‬ ‫ي‬ ‫احلس‬ 14
‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫ألالف‬ ‫أمش‬‫للمخاطبين‬
‫واللمخاطبخين‬
‫احلعا‬ 15
‫حمع‬ ‫واو‬ ‫مخصل‬ ‫ضمير‬ ‫الىاو‬ ‫للمخاطبين‬ ‫أمش‬ ‫احلعىا‬ 16
‫اليعىة‬ ‫ن‬‫هى‬ ‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫ن‬‫الىى‬ ‫للمخاطباث‬ ‫أمش‬ ً‫احلع‬ 17
8
Jelas bukan, bahwa Fa‟il itu macam-macam; ada yang berupa isim dzahir
seperti pada contoh 1—12 ada yang berupa isim dhamir seperti pada contoh 13—
17, ada pula yang berupa isim isyarah dan isim maushul.
Fail yang berupa isim dhamir pun tidak terbatas pada contoh tersebut
(pada fi‟il amar). Berikut ini disajikan Fa‟il berupa isim dhamir pada fi‟il madhi
sebagaimana dimuat dalam tabel berikut.
Tabel 2 Macam isim dhamir yang menjadi fa‟il dari fi‟il madhi
‫الفاعل‬ ‫هىع‬ ‫الفعل‬
‫ي‬ ‫املاض‬
‫ألامثلت‬*) ‫الرقم‬
‫َى‬ٍ‫جقذًش‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫ضحو‬ ‫ضحو‬ ‫َى‬ 18
‫ضم‬‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫مخصل‬‫ير‬ ‫ضحو‬ ‫ضحها‬ ‫َما‬ 19
‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫الجمع‬ ‫واو‬‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫ضحو‬ ‫ضحهىا‬ ‫َم‬ 20
‫في‬ ‫الخأهيث‬ ‫عالمت‬ ‫(الخاء‬ ‫هي‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫معختر‬ ‫ضمير‬
)‫ي‬ ‫املاض‬ ‫الفعل‬
‫ضحو‬ ‫ضحنذ‬ ‫هي‬ 21
‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫ضحو‬ ‫ضحنخا‬ ‫َما‬ 22
‫الي‬ ‫ن‬‫"هى‬‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬‫ضمير‬‫الفخح‬ ‫على‬ ‫مبني‬ "‫عىة‬ ‫ضحو‬ ً‫ضحن‬ ًَ 23
‫الفخح‬ ‫على‬ ‫مبني‬"‫مخاطب‬ ‫"جاء‬‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬‫ضمير‬ ‫ضحو‬ ‫ضحنذ‬ ‫أهذ‬ 24
‫على‬ ‫مبني‬ "‫للمخاطبين‬ ‫"جما‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬
‫ن‬‫العهى‬
‫ضحو‬ ‫أهخما‬
‫ضحنخما‬
25
‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ "‫مخاطبين‬ ‫"جم‬‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬‫ضمير‬ ‫ضحو‬ ‫ضحنخم‬ ‫أهخم‬ 26
‫مب‬"‫مخاطبت‬ ‫"جاء‬‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬‫ضمير‬‫النعش‬ ‫على‬ ‫ني‬ ‫ضحو‬ ِ‫ضحنذ‬ ِ‫أهذ‬ 27
‫على‬ ‫مبني‬ "‫للمخاطبخين‬ ‫"جما‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬
‫ن‬‫العهى‬
‫ضحو‬ ‫أهخما‬
‫ضحنخما‬
28
‫الفخح‬ ‫على‬‫مبني‬ "‫مخاطباث‬ ‫"جم‬‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬‫ضمير‬ ‫ضحو‬ ‫ضحنتن‬ ‫أهتن‬ 29
‫الضم‬ ‫على‬‫مبني‬"‫مخهلم‬ ‫"جاء‬‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬‫ضمير‬ ‫ضحو‬ ‫ضحنذ‬‫أها‬ 30
‫الغير‬ ‫مع‬ ‫مخهلم‬ ‫"ها‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬‫على‬ ‫مبني‬ "
‫ن‬‫العهى‬
‫ضحو‬ ‫ضحنىا‬ ً‫هح‬ 31
*) Contoh-contoh tersebut berpola Jumlah Ismiyah yang terdiri atas mubtada
dan khabar (berupa Jumlah fi‟liyah).
9
Fi‟il madhi termasuk lafadz yang mabni (tidak mengalami perubahan di
akhirnya walau berubah posisinya dalam kalimat). Kemabniyah fi‟il madhi dipilah
menjadi tiga, yaitu mabni fathah, mabni dhommah dan mabni sukun. Fi‟il madhi
mabni fathah jika tidak bersambung dengan dhamir rafa‟ mutaharrik (dhamir
mahal rafa‟ yang berharakat, seperti contoh 18, 19, 21, dan 22. Fi‟il madhi mabni
dhammah jika bersambung dengan dhamir wawu jamak, seperti contoh 20.
Selebihnya mabni sukun, yaitu ketika bersambung dengan dhamir rafa‟
mutaharrik.
Fa‟il isim dhamir juga digunakan pada fi‟il mudhari‟ sebagaimana
dipaparkan pada tabel berikut.
Tabel 3 Macam isim dhamir yang menjadi fa‟il dari fi‟il mudhari‟
‫الفاعل‬ ‫هىع‬ ‫الفعل‬
‫املضارع‬
‫ألامثلت‬ ‫الرقم‬
‫َى‬ٍ‫جقذًش‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫ًضحو‬ ‫ًضحو‬ ‫َى‬ 32
‫ال‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫مخصل‬‫ضمير‬‫ن‬‫عهى‬ ‫ًضحهان‬ ‫ًضحهان‬ ‫َما‬ 33
‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫الجمع‬ ‫واو‬‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫ن‬‫ًضحهى‬ ‫ن‬‫ًضحهى‬ ‫َم‬ 34
‫هي‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫جضحو‬ ‫جضحو‬ ‫هي‬ 35
‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫جضحهان‬ ‫جضحهان‬ ‫َما‬ 36
‫الفخح‬ ‫على‬‫مبني‬ "‫اليعىة‬ ‫ن‬‫"هى‬‫ضمير‬ ً‫ًضحن‬ ً‫ًضحن‬ ًَ 37
‫جقذًش‬ ‫وحىبا‬ ‫معختر‬‫ضمير‬‫أهذ‬ ٍ ‫جضحو‬ ‫جضحو‬ ‫أهذ‬ 38
‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫ضمير‬ ‫جضحهان‬ ‫جضحهان‬ ‫أهخما‬ 39
‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫حمع‬ ‫واو‬‫ضمير‬ ‫ن‬‫جضحهى‬ ‫ن‬‫جضحهى‬ ‫أهخم‬ 40
‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ "‫مخاطبت‬‫مؤهثت‬‫"ًاء‬‫ضمير‬ ‫جضحنين‬ ‫جضحنين‬ ِ‫أهذ‬ 41
‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫ضمير‬ ‫جضحهان‬ ‫جضحهان‬ ‫أهخما‬ 42
‫ه‬ ‫ضمير‬‫الفخح‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫مخاطبت‬‫مؤهثت‬‫حمع‬ ‫ن‬‫ى‬ ً‫جضحن‬ ً‫جضحن‬ ‫أهتن‬ 43
‫أها‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫وحىبا‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫أضحو‬ ‫أضحو‬ ‫أها‬ 44
ً‫هح‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫وحىبا‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫هضحو‬ ‫هضحو‬ ً‫هح‬ 45
Pada dasarnya fi‟il mudhari‟ itu mu‟rab (mengalami perubahan pada akhir
lafalz karena ada sebabnya). Hanya sedikit fi‟il mudhari‟ yang mabni. Di dalam
tabel di atas fi‟il mudhari‟ yang mabni hanya pada contoh 37 dan 43. Masing-
10
masing mabni sukun. Selain dua contoh itu, semua fi‟il mudhari‟ di dalam tabel
mu‟rab. I‟rabnya fi‟il mudhari itu pada dasarnya adalah rafa‟, kecuali kalau ada
„amil yang menashabkan atau men-jazamkan.
d. I’rab Fa’il
Setiap fa‟il ber-i‟rab rafa‟, tidak ada satupun fa‟il yang ber-i‟rab selain
rafa‟. Tanda rafa‟-nya fa‟il berbeda-beda, tergantung macam isim yang menjadi
Fa‟il tersebut. Tabel berikut memuat contoh-contohnya:
Tabel 4 Tanda Rafa‟ Isim (nominal)
‫الشقم‬‫ألامثلت‬‫الفاعل‬‫الشفع‬ ‫عالمت‬)*‫العبب‬
46‫الطالب‬ ‫ًفىص‬‫الطالب‬‫ضمت‬‫مفشد‬‫اظم‬
47‫الطالبان‬ ‫ًفىص‬‫الطالبان‬‫ألف‬‫اظم‬‫جثييت‬/‫مثنى‬
48‫الطالب‬ ‫ًفىص‬‫الطالب‬‫ضمت‬‫جنعير‬ ‫حمع‬
49‫الطالبت‬ ‫جفىص‬‫الطالبت‬‫ضمت‬‫مفشد‬‫اظم‬
50‫الطالبخان‬ ‫جفىص‬‫الطالبخان‬‫ألف‬‫جثييت‬ ‫اظم‬‫مثنى‬
51‫الطالباث‬ ‫جفىص‬‫الطالباث‬‫ضمت‬‫ظالم‬ ‫مؤهث‬ ‫حمع‬
52‫أحمذ‬ ‫أخى‬ ‫ٌعترًح‬‫أحمذ‬ ‫أخى‬‫واو‬‫خمعت‬ ‫أظماء‬ ً‫م‬
53‫ن‬‫املعلمى‬ ‫ًصلي‬‫ن‬‫املعلمى‬‫واو‬‫ظالم‬‫مزلش‬ ‫حمع‬
*) Tanda-tanda tersebut berlaku untuk semua isim yang ber-i‟rab rafa‟ apapun
kedudukannya.
Jika fa‟il berupa isim dhamir, isim isyarah, atau isim maushul maka tentu
tetap mabni (tidak memiliki i‟rab), namun menduduki mahal i‟rab tertentu.
Deskripsi untuk masing-masing sebagaimana dipaparkan berikut ini.
e. Kesesuaian antara Fi’il dan Fa’il
Walaupun dari sisi letak fi‟il mendahului fa‟il tetapi fi‟il harus sesuai
dengan fa‟il-nya dalam mudzakkar dan muannatsnya. Dalam tradisi ilmu nahwu
jenis mudzakkar adalah „asal‟ sedangkan jenis muannats adalah „cabang‟. Artinya
isim-isim muannats biasanya berasal dari isim mudzakkar yang diberi tanda
khusus muannats. Fi‟il yang fa‟il-nya muannats harus memuat (diberi) tanda
11
muaannats. Jika fa‟il mudzakkar maka fi‟il tidak perlu diberi tanda tertentu dan
jika fa‟il-nya muannats maka fi‟ilnya harus diberi tanda muannats.
Di dalam jumlah fi‟liyah, fi‟il tidak perlu disesuaikan dengan fa‟il
tatsniyah atau jamak. Berbeda dengan jumlah ismiyah; di dalam jumlah ismiyah,
khabar harus sesuai dengan mubtada‟-nya dalam „adadnya dan jenisnya. Contoh:
54-‫الطالبان‬ ‫ًجلغ‬
55-‫الطالب‬ ‫ًجلغ‬
56-‫ج‬‫الطالب‬ ‫جلغ‬‫خ‬‫ان‬
57-‫ججلغ‬‫الطالباث‬
Contoh yang salah:
58‫الطالبان‬ ‫ًجلعان‬ )‫(أ‬
59‫الطالب‬ ‫ن‬‫ًجلعى‬ )‫(أ‬
60‫ججلع‬ )‫(أ‬‫ان‬‫الطالبخان‬
61‫الطالباث‬ ً‫ًجلع‬ )‫(أ‬
Contoh analisis (meng-i‟rab)
1-‫العامل‬ ‫اشخغل‬
‫اشخغل‬‫الفخح‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫ماض‬‫فعل‬ :
‫العامل‬‫مفشد‬‫اظم‬ ‫ألهه‬ ‫ضمت‬ ‫فعه‬‫س‬ ‫وعالمت‬‫مشفىع‬ ‫فاعل‬ :
2-‫العامالث‬ ‫حشخغل‬
‫حشخغل‬‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫مضاسع‬ ‫فعل‬ :
‫م‬ ‫فاعل‬ : ‫العامالث‬‫العالم‬ ‫املؤهث‬ ‫حمع‬ ‫ألهه‬ ‫ضمت‬ ‫فعه‬‫س‬‫وعالمت‬‫شفىع‬
3-‫الطفال‬ ‫ًىام‬‫ن‬‫العشٍش‬ ‫على‬
‫ًىام‬:‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫مضاسع‬ ‫فعل‬
:‫الطفالن‬‫ألهه‬ ‫ضمت‬ ‫فعه‬‫س‬‫وعالمت‬‫مشفىع‬‫فاعل‬‫مثنى‬
‫على‬‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫حاس‬ ‫حشف‬ :
‫العشٍش‬‫مفشد‬‫اظم‬ ‫آلهه‬ ‫لعشة‬ ٍ‫حش‬ ‫وعالمت‬‫بعلى‬ ‫مجشوس‬:
4-!‫احتهذ‬ ،‫ًاطالب‬
‫ًا‬‫ح‬ :‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫الىذاء‬ ‫شف‬
‫طالب‬‫الضم‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مفشد‬ ‫علم‬ ‫وَى‬ ‫مىادي‬:
‫احتهذ‬.‫أهذ‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫وحىبا‬ ‫معختر‬ ‫ضمير‬ ‫وفاعله‬‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫أمش‬ ‫فعل‬ :
12
2. Struktur Kalimat Verbal
Kalimat Verbal yang dikenal di dalam bahasa Indonesia adalah kalimat
yang predikatnya berupa kata kerja. Dalam pengertian yang demikian maka di
dalam tatabahasa Arab, kalimat verbal termasuk jumlah ismiyah, yaitu jumlah
ismiyah yang khabar-nya berupa kata kerja (fi‟il). Mayoritas ahli nahwu
menamakan fi‟il yang menjadi khabar ini dengan nama “khabar jumlah fi‟liyah”.
Dinamakan demikian karena menurut mayoritas ahli nahwu semua fi‟il memiliki
atau memuat fa‟il baik dzahir (tampak) atau muqaddar (dikira-kirakan). Uraian
lebih lanjut disajikan pada modul 4.
Struktur di sini diartikan susunan atau urutan. Dalam hal ini susunan atau
berdasarkan urutan kata yang membentuknya, jumlah fi‟liyah diawali fi‟il lalu
diikuti isim (berkedudukan sebagai fa‟il). Fi‟il dalam jumlah fi‟liyah harus selalu
berada di depan isim (fa‟il). Jika isim mendahului fi‟il maka tidak lagi dinamakan
jumlah fi‟liyah namun dinamakan jumlah ismiyah. Isim yang mendahului fi‟il
tersebut dinamakan mubtada‟ dan fi‟il-nya dinamakan khabar.
3. Pola Kalimat Verbal
Secara garis besar kalimat verbal memiliki tiga macam pola (model
urutan/susunan), yaitu Fi‟il + Fa‟il, Fi‟il + Fa‟il + Maf‟ul Bih, dan Fi‟il + Naibul
Fa‟il. Berikut diulas penjelasan masing-masing.
a. Fi’il + Fa’il
Unsur utama jumlah fi‟liyah adalah fi‟il dan fa‟il. Dengan kata lain jumlah
fi‟liyah setidaknya harus terdiri atas fi‟il dan fa‟il. Contoh 2—4 adalah jumlah
fi‟liyah yang berstruktur fi‟il + fail tersebut. Ketiga contoh itu terdiri atas dua
unsur utama (pokok) jumlah fi‟liyah. Sedangkan contoh-contoh yang lain sudah
memperoleh tambahan unsur lain, baik berupa objek (maf‟ul bih) maupun
keterangan lainnya.
b. Fi’il + Fa’il + Maf’ul Bih
Pola kedua di dalam jumlah fi‟liyah terdiri atas fi‟il + fa‟il + maf‟ul bih.
Sebelum pola ini diulas lebih lanjut, hal penting yang harus Anda fahami lebih
dulu adalah konsep maf‟ul bih, i‟rab maf‟ul bih, macam isim yang menjadi maf‟ul
13
bih, dan pola jumlah fi‟liyah dengan unsur maf‟ul bih. Keempat hal tersebut
dipaparkan sebagai berikut.
1) Konsep Maf’ul Bih
Maf‟ul bih itu identik dengan objek di dalam bahasa Indonesia. Maf‟ul bih
muncul di dalam tuturan bahasa Arab karena digunakannya fi‟il muta‟addi (kata
kerja transitif). Fi‟il muta‟addi dapat dikenali dari makna liksikal yang
dikandungnya. Berikut dikemukakan contoh penggunaan maf‟ul bih dalam jumlah
fi‟liyah:
‫الزواج‬‫في‬‫الشعىب‬‫عادة‬ ‫من‬
‫الشاب‬ ‫اد‬‫س‬‫أ‬ ‫فئرا‬ .‫ًىغىظالفيا‬ ‫وظط‬ ‫في‬ ‫الضواج‬ ‫في‬ ‫بهم‬ ‫خاصت‬ ‫عادة‬ ‫الىاط‬ ‫ًدبع‬
‫ألاظشة‬ ‫حعطي‬ ‫ال‬ ‫الحذًث‬ ‫نهاًت‬ ‫وفي‬ .‫الضواج‬ ‫أمىس‬ ‫معهم‬ ‫وبحث‬ ‫أظشتها‬ ‫إلى‬ ‫رَب‬ ‫فخاة‬ ‫خطبت‬
‫بل‬ ،‫ال‬ ‫أو‬ ‫بىعم‬ ‫احت‬‫ش‬‫ص‬ ‫فيه‬ ‫أيها‬‫س‬ٍ‫قبلى‬ ‫أنهم‬ ‫رلو‬ ‫فمعنى‬ ‫حلىة‬ ‫ماهذ‬ ‫فئرا‬ .‫قهىة‬ ‫له‬ ‫جقذم‬
‫في‬ ً‫أحع‬ ‫حظا‬ ‫ًجذ‬ ‫أن‬ ‫وعليه‬ ‫الطلب‬ ‫ألاظشة‬ ‫فضذ‬‫س‬ ‫فقذ‬ ‫مشة‬ ‫ماهذ‬ ‫وإرا‬ .‫للفخاة‬ ‫صوحا‬
،‫الشيخ‬ ‫و‬ ،‫العيذ‬ ،‫(صيني‬ ‫آخش‬ ‫مهان‬1990:91. )
Penjelasan sebagian kalimat yang memuat maf‟ul bih dalam alinea tersebut
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 5 Deskripsi pola Fi‟il + Fa‟il + Maf‟ul Bih.
‫به‬ ‫ى‬‫املفعى‬ ‫الفاعل‬ ‫املخعذي‬ ‫الفعل‬ ‫الفعليت‬ ‫الجملت‬ ‫الشقم‬
‫عادة‬ ‫الىاط‬ ‫ًدبع‬ ‫بهم‬ ‫خاصت‬ ‫عادة‬ ‫الىاط‬ ‫ًدبع‬ 1-
‫خطبت‬ ‫الشاب‬ ‫اد‬‫س‬‫أ‬ ‫فخاة‬ ‫خطبت‬ ‫الشاب‬ ‫اد‬‫س‬‫أ‬ ‫إرا‬ 2-
‫أمىس‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫بحث‬ ‫الضواج‬ ‫أمىس‬ ‫معهم‬‫بحث‬ 3-
‫ها‬‫أي‬‫س‬ ‫ألاظشة‬ ‫حعطي‬ ‫فيه‬ ‫ها‬‫أي‬‫س‬‫ألاظشة‬ ‫حعطي‬ ‫ال‬ 4-
‫قهىة‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫جقذم‬ .‫قهىة‬ ‫له‬ ‫جقذم‬ 5-
Jika diperhatikan maka semua lafadz yang menjadi maf‟ul bih pada
paragraf di atas berada setelah fi‟il dan fa‟il. Jika diperhatikan lebih lanjut maka
maf‟ul bih-maf‟ul bih tersebut menjadi objek fi‟il muta‟addi yang dilakukan oleh
fa‟il. Dari segi harakatnya maka semua lafadz yang menjadi maf‟ul bih berharakat
14
fathah. Fathah tersebut merupakan salah satu tanda i‟rab nashab. Dengan kata
lain maf‟ul bih pada kelima contoh tersebut beri‟rab nashab dengan tanda fathah
karena berupa isim mufrad (contoh 1,2,4, dan 5) dan jamak taksir (contoh 3). Atas
dasar itu semua maka bisa dirumuskan bahwa maf‟ul bih adalah isim yang ber-i‟rab
nashab yang terkena pekerjaan fa‟il.
2) I’rab Maf’ul Bih
Semua maf‟ul bih ber-i‟rab nashab. Tanda i‟rab nashab sebagaimana
pada contoh-contoh yang menjadi maf‟ul bih tersebut adalah fathah. Fathah
bukanlah satu-satunya tanda isim yang beri‟rab nashab. Berikut ini contoh-contoh
jumlah fi‟liyah yang tanda i‟rab maf‟ul bih-nya bukan fathah.
6-ِ‫ن‬ْ‫ي‬‫ضيف‬ ‫عثمان‬‫ألشم‬
7-‫ًطيع‬ٍ‫أبا‬ ‫الىلذ‬
8-‫املخقين‬ ‫هللا‬ ‫ًحب‬
9-ِ‫املعلماث‬ ‫ن‬‫املعلمى‬ ‫حم‬‫س‬
11-‫الطالب‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ٌعلم‬
Semua kalimah yang terakhir pada empat contoh tersebut adalah maf‟ul
bih. Maf‟ul bih pada contoh 6 berupa isim tatsniyah dengan tanda nashab “ya”,
pada contoh 7 berupa asma‟ khamsah dengan tanda nashab “alif”, pada contoh 8
berupa jamak mudzakkar salim dengan tanda nashab “ya” dan pada contoh 9
berupa jamak muannats salim dengan tanda nashab “kasrah”, pada contoh 10
berupa jamak taksir dengan tanda nashab “fathah”. Berdasarkan paparan tersebut
dapat disimpulkan bahwa tanda i‟rab nashab pada isim itu sebagaimana sajian
dalam tabel berikut.
Maf’ul bih adalah isim yang ber-
I’rab nashab yang terkena
pekerjaan fa’il.
15
Tabel 6 Tanda I‟rab Nashab
No Jenis Isim Tanda I’rab Nashab Keterangan
1- Isim mufrad Fathah Tanda nashab
ini berlaku
untuk setiap
isim yang
beri‟rab nashab
karena menjadi
maf‟ul bih atau
menjadi lainnya
2- Asma‟ khamsah Alif
3- Isim tatsniyah Ya‟
4- Jamak mudzakkar salim Ya‟
5- Jamak muannats salim Kasrah
6- Jamak taksir Fathah
Fi‟il yang bukan muta‟addi dinamakan fi‟il lazim. Jadi, pada dasarnya
jumlah fi‟liyah yang fi‟ilnya lazim tidak memiliki maf‟ul bih. Fi‟il-fi‟il lazim
tersebut sudah disajikan penggunaannya pada jumlah fi‟liyah berpola fi‟il + fa‟il.
3) Macam Isim yang menjadi Maf’ul Bih
Di depan sudah diutarakan macam isim yang menjadi maf‟ul bih, yang
meliputi isim mufrad, isim tasniyah, jamak mudzakkar salim, jamak muanants
salim, jamak taksir, dan asma‟ khamsah. Semua itu dinamakan dengan isim
dzahir. Selain maf‟ul bih isim dzahir ada pula yang berupa isim dhamir.
Perhatikan contoh-contoh pada tabel berikut.
Tabel 7 Maf‟ul bih berupa dhamir muttashil
‫صىرجه‬ ‫به‬ ‫ل‬‫املفعى‬ ‫ألامثلت‬ ‫الرقم‬
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫الضم‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬ "ٌ"‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ًحبه‬ ‫الطالب‬ 11
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ ‫ض‬
"‫"َما‬ ‫مير‬
‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ًحبهما‬ ‫الطالبان‬ 12
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫"َم‬‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ًحبهم‬ ‫الطالب‬ 13
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫"َا‬ ‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ًحبها‬ ‫الطالبت‬ 14
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫"َما‬‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ًحبهما‬ ‫الطالبخان‬ 15
‫في‬ ‫الفخحت‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬‫هصب‬ ‫محل‬ "ًَ"‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ً‫ًحبه‬ ‫الطالباث‬ 16
16
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫الفخحت‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬ "‫"ك‬‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ًحبو‬ 17
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫ما‬‫"ل‬‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ما‬‫ًحبن‬ 18
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫م‬‫"ل‬‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫م‬‫ًحبن‬ 19
‫ه‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫النعش‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬‫صب‬ " ِ‫"ك‬‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ِ‫ًحبو‬ 20
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫ما‬‫"ل‬‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ما‬‫ًحبن‬ 21
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫الفخح‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬ " ًّ‫"ل‬‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ًَّ‫ًحبن‬ 22
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫"ًاء‬ ‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ًحبني‬ 23
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ ‫"ها‬ ‫ضمير‬" ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ًحبىا‬ 24
Dhamir-dhamir yang menjadi maf‟ul bih sebagaimana yang baru Anda
telaah adalah dhamir muttashil. Dhamir-dhamir yang demikian terletak di antara
fi‟il dan fa‟il. Ada pula maf‟ul bih yang berupa dhamir Munaibul fa‟ilashil mahal
nashab. Maf‟ul bih yang berupa dhamir Munaibul fa‟ilashil mahal nashab banyak
dijumpai pada jumlah fi‟liyah yang berpola maf‟ul bih + fi‟il + fail (dhamir
mustatir), seperti pada 2 contoh berikut.
25-‫وعبذ‬ ‫إًاك‬
26-‫وعخعين‬ ‫إًاك‬
Pada dua contoh itu anda hanya menjumpai sagtu bentuk dhamir Munaibul
fa‟ilashil mahal nashab yang menjadi maf‟ul bih. Keseluruhan bentuk dhamir
tersebut dapat anda telaah pada tabel berikut.
Tabel 8 Maf‟ul bih berupa dhamir muNaibul Fa‟ilashil
‫صىرجه‬ ‫به‬ ‫ل‬‫املفعى‬ ‫ألامثلت‬ ‫الرقم‬
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫الضم‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬ "ٌ"‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫أ‬ ٍ‫إًا‬ 27
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫"َما‬‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫أ‬ ‫إًاَما‬ 28
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫"َم‬‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫أ‬ ‫إًاَم‬ 29
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫"َا‬ ‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫أ‬ ‫إًاَا‬ 30
‫هص‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬‫ب‬ "‫"َما‬‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫أ‬ ‫إًاَما‬ 31
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫الفخحت‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬ "ًَ"‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫أ‬ ًَ‫إًا‬ 32
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫الفخحت‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬ "‫"ك‬‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫أ‬ ‫إًاك‬ 33
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫ما‬‫"ل‬‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫إًالماأ‬ 34
17
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫م‬‫"ل‬‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫أ‬ ‫إًالم‬ 35
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫النعش‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬ " ِ‫"ك‬‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫أ‬ ِ‫إًاك‬ 36
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫ما‬‫"ل‬‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫إًالماأ‬ 37
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫الفخح‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬ " ًّ‫"ل‬‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫أ‬ ً‫إًال‬ 38
‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫"ًاء‬ ‫ضمير‬ ‫ًشحى‬ ‫إًاي‬ 39
‫ف‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬‫هصب‬ ‫محل‬ ‫ي‬ "‫"ها‬ ‫ضمير‬ ‫ًشحى‬ ‫إًاها‬ 40
4) Pola Jumlah fi’liyah dengan unsur maf’ul bih
Berdasarkan paparan di depan maka pola jumlah fi‟liyah dengan unsur
maf‟ul bih bisa dipilah menjadi 3, yaitu (1) fi‟il + fa‟il + maf‟ul bih (lihat contoh
1--10, fi‟il + maf‟ul bih + fa‟il (lihat tabel 7), dan maf‟ul bih + fi‟il + fa‟il (seperti
pada tabel 8).
Untuk melengkapi paparan di depan berikut ini diberikan contoh-contoh
analisis dalam bentuk mengi‟rab kalimah-kalimah yang membentuk jumlah
mufidah yang terkait dengan maf‟ul bih.
1-‫عمله‬ ً‫مخق‬ ‫هللا‬ ‫ًحب‬
‫ًحب‬‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫مضاسع‬ ‫فعل‬ :
‫هللا‬‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫فاعله‬:
ً‫مخق‬‫مضاف‬ ‫وَى‬‫بالفخحت‬ ‫مىصىب‬‫به‬ ‫ى‬‫مفعى‬:
‫عمله‬‫إليه‬ ‫مضاف‬ ‫الهاء‬ ‫و‬ ‫مضاف‬ ‫وَى‬ ‫بالنعشة‬ ‫مجشوس‬ ‫إليه‬ ‫مضاف‬‫عمل‬:
2-‫املعلم‬ ‫شذوي‬‫س‬‫أ‬
‫شذ‬‫س‬‫أ‬‫على‬ ‫مبني‬ ‫ماض‬‫فعل‬ :‫الفخح‬
‫وي‬‫محل‬ ‫في‬ ‫الفخح‬ ‫أو‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬ ‫ضمير‬ ‫والياء‬ ‫للىقاًت‬ ‫ن‬‫الىى‬ :
.‫به‬ ‫ى‬‫مفعى‬‫هصب‬
‫املعلم‬‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫فاعل‬ :
3-‫ى‬‫والشظى‬ ‫هللا‬ ‫ألشم‬ ‫املخقين‬
‫املخقين‬‫العالم‬ ‫املزلش‬ ‫حمع‬ ‫ألهه‬ ‫بالياء‬ ‫مىصىب‬‫به‬ ‫ى‬‫مفعى‬:
‫ألشم‬‫الفخح‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫ماض‬‫فعل‬ :
‫هللا‬‫فاع‬ :‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫ل‬
18
‫ظىله‬‫س‬‫و‬‫لل‬ ‫الىاو‬ :‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬‫معطىف‬ ‫ى‬‫الشظى‬ ،‫عطف‬
4-!‫ألاشقياء‬ ‫دمىع‬‫امسح‬
.‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫أمش‬ ‫فعل‬ : ‫امسح‬
.‫أهذ‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫وحىبا‬ ‫معختر‬ ‫ضمير‬ ‫فاعله‬
‫دمىع‬‫مضاف‬ ‫وَى‬‫بالفخحت‬ ‫مىصىب‬‫به‬ ‫ى‬‫مفعى‬:
‫بالنعشة‬ ‫مجشوس‬‫إليه‬ ‫مضاف‬:‫ألاشقياء‬
c. Fi’il + Naibul Fa’il
Pola ketiga dari jumlah fi‟liyah adalah fi‟il (mabni majhul) + naibul fa‟il.
Sebelum ulasan mengenai pola ketiga dari jumlah fi‟liyah akan lebih baik kalau
anda terlebih dahulu memperhatikan paparan tentang konsep na‟ibul fa‟il, i‟rab
naibul fa‟il, dan kesesuaian antara fi‟il dengan naibul fa‟ilnya sebagai berikut.
1) Konsep Na’ibul Fa’il
Sebelum konsep naibul fa‟il dibahas secara menyeluruh terlebih dahulu
perhatikan tuturan dalam alinea berikut.
(‫أ‬)‫غشفت‬ ‫في‬ ‫املائذة‬ ‫هظمذ‬ ‫الحفلت‬ ‫اهتهاء‬ ‫قبيل‬‫وأحضشث‬ ‫عليها‬ ‫الطعام‬ ‫وَيئ‬ ‫ألامل‬
‫فأمل‬ ‫ألامل‬ ‫غشفت‬ ‫إلى‬ ‫الضيىف‬ ‫دعي‬ ‫الحفلت‬ ‫اهتهذ‬ ‫وبعذما‬ .‫والقهىة‬ ‫الفالهت‬
.‫املضيف‬ ‫وشنش‬ ‫القهىة‬ ‫وششبذ‬ ‫الطعام‬
(‫ب‬)‫ٌعصش‬ ‫ثم‬ ّ‫العنش‬ ‫وٍىضع‬ ‫باملاء‬ ‫الهىب‬ ‫ًمأل‬ : ‫العصير‬ ‫صىع‬ ‫عمليت‬ ‫ماهذ‬
.‫العصير‬ ‫ٌششب‬ ‫ثم‬ ‫املاء‬ ‫وٍحشك‬ ‫ن‬‫الليمى‬،‫وآخشون‬ ‫(باسوم‬1981:101)
‫بالخصشف‬
Jumlah fi‟liyah yang memuat naibul fa‟il pada kedua alinea tersebut
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 9 Pola Jumlah fi‟liyah Fi‟il Madhi Majhul + Naibul Fa‟il
‫الفاعل‬‫هائب‬ ‫هىع‬ ‫الفاعل‬‫هائب‬ ‫الفعل‬‫هىع‬
‫ل‬‫للمجهى‬ ‫مبني‬
‫ألامثلت‬ ‫الرقم‬
‫مؤ‬ ‫مفشد‬‫اظم‬‫هث‬ ‫املائذة‬ ‫ماض‬‫فعل‬ ‫املائذة‬ ‫هظمذ‬ 1
‫مزلش‬‫مفشد‬‫اظم‬ ‫الطعام‬ ‫ماض‬‫فعل‬ ‫الطعام‬ ‫َيئ‬ 2
‫مؤهث‬ ‫مفشد‬‫اظم‬ ‫الفالهت‬ ‫ماض‬‫فعل‬ ‫الفالهت‬ ‫أحضشث‬ 3
19
‫الخنعير‬ ‫حمع‬ ‫الضيىف‬ ‫ماض‬‫فعل‬ ‫الضيىف‬ ‫دعي‬ 4
‫مزلش‬‫مفشد‬‫اظم‬ ‫الطعام‬ ‫ماض‬‫فعل‬ ‫الطعام‬ ‫أمل‬ 5
‫مؤهث‬ ‫مفشد‬‫اظم‬ ‫القهىة‬ ‫ماض‬‫فعل‬ ‫القهىة‬ ‫ششبذ‬ 6
‫اظ‬‫مزلش‬‫مفشد‬‫م‬ ‫املضيف‬ ‫ماض‬‫فعل‬ ‫املضيف‬ ‫شنش‬ 7
‫مزلش‬‫مفشد‬‫اظم‬ ‫الهىب‬ ‫مضاسع‬ ‫فعل‬ ‫الهىب‬ ‫ًمأل‬ 8
‫مزلش‬‫مفشد‬‫اظم‬ ‫العنش‬ ‫مضاسع‬ ‫فعل‬ ّ‫العنش‬ ‫ًىضع‬ 9
‫مزلش‬‫مفشد‬‫اظم‬ ‫ن‬‫الليمى‬ ‫مضاسع‬ ‫فعل‬ ‫ن‬‫الليمى‬ ‫ٌعصش‬ 10
‫مزلش‬‫مفشد‬‫اظم‬ ‫املاء‬ ‫مضاسع‬ ‫فعل‬ ‫املاء‬ ‫ًحشك‬ 11
‫مزلش‬‫مفشد‬‫اظم‬ ‫العصير‬ ‫مضاس‬ ‫فعل‬‫ع‬ ‫العصير‬ ‫ٌششب‬ 12
Kalau Anda perhatikan maka setiap naibul fa‟il didahului oleh fi‟il yang
didhammah awalnya dan dikasrah huruf sebelum huruf akhirnya (jika berupa fi‟il
madhi) dan didhammah huruf awalnya dan difathah huruf sebelum huruf akhirnya
(jika berupa fi‟il mudhari‟). Fi‟il yang demikian dinamakan fi‟il mabni majhul
atau fi‟il majhulul fa‟il (tidak diketahui fa‟ilnya). Ketiadaan atau tidak
diketahuinya fa‟il ini bisa disebabkan oleh sebab yang berbeda-beda; ada kalanya
karena memang tidak diketahui, atau karena mutakalim enggan menyebutnya atau
karena takut menyebut fa‟il tersebut.
Jika anda perhatikan fi‟il-fi‟il mabni maklum tersebut maka anda ketahui
bahwa fi‟il-fi‟il tersebut adalah fi‟il muta‟addi yang membutuhkan maf‟ul bih;
sedangkan naibul fa‟il-nya seharusnya menjadi maf‟ul bih. Dalam hal ini, dapat
dijelaskan bahwa maf‟ul bih menggantikan posisi fa‟il setelah mutakallim
(penutur) tidak mengetahui fa‟ilnya atau enggan menyebutnya. Penggeseran
maf‟ul bih menjadi na‟ibul fa‟il mempersyaratkan berubahnya fi‟il muta‟addi dari
mabni maklum menjadi mabni majhul. Dengan demikian, kalau contoh 1--4 diberi
fa‟il maka jumlah fi‟liyah tersebut menjadi sebagai berikut.
1‫املائذة‬ ‫الخادم‬ ‫هظم‬ )‫(أ‬
2‫الخ‬ ‫َيأ‬)‫(أ‬‫الطعام‬ ‫ادم‬
3)‫(أ‬‫الفالهت‬ ‫الخادم‬ ‫أحضش‬
4‫الضيىف‬ ‫املضيف‬ ‫دعا‬ )‫(أ‬
20
Dari paparan di depan dapat disimpulkan bahwa naibul fa‟il adalah isim
yang beri‟rab rafa‟ yang terletak setelah fi‟il mabni majhul. Penamaan na‟ibul
fa‟il sejalan dengan tradisi pemikiran mayoritas ahli nahwu yang menyatakan
bahwa pola ketiga ini merupakan turunan dari pola kedua.
2) I’rab Na’ibul Fa’il
Di depan telah dipaparkan bahwa i‟rab naibul fa‟il adalah rafa‟. Ini
artinya bahwa isim apa saja yang menjadi naibul fa‟il asalkan mu‟rab (tidak
mabni) i‟rab-nya harus rafa‟ sama dengan i‟rab fa‟il. Jika naibul fa‟il berupa isim
dhamir, isim isyarah, atau isim maushul maka tentu tetap mabni. Setiap isim
mabni yang menempati posisi naibul fa‟il maka memiliki i‟rab mahalli yang para
ahli nahwu mendeskripsikannya dengan “fi mahalli raf‟in naibu fa‟ilin”.
3) Naibul Fa’il berupa Dhamir
Di depan sudah dipaparkan bahwa fi‟il mabni majhul bisa berupa fi‟il
madhi bisa pula berupa fi‟il mudhari‟. Pada tabel berikut disajikan contoh pola
fi‟il madhi mabni majhul + na‟ibul fa‟il yang berupa dhamir.
Tabel 10 Pola Jumlah fi‟liyah Fi‟il Madhi‟ Majhul + Naibul Fa‟il Dhamir
‫الفاعل‬ ‫هائب‬ ‫ي‬ ‫املاض‬ ‫الفعل‬
‫ى‬‫للمجهى‬ ‫املبني‬
‫ألامثلت‬ ‫الشقم‬
‫َى‬ٍ‫جقذًش‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫َى‬ 13
‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫ا‬‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫َما‬ 14
‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫الجمع‬ ‫واو‬‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫وا‬‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫َم‬ 15
‫معختر‬ ‫ضمير‬‫في‬ ‫الخأهيث‬ ‫عالمت‬ ‫(الخاء‬ ‫هي‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ْ‫ث‬‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫هي‬ 16
Na’ibul Fa’il adalah isim yang ber-
I’rab rafa’ yang terletak setelah fi’il
mabni majhul.
21
)‫ي‬ ‫املاض‬ ‫الفعل‬
‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫ا‬‫ج‬‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫َما‬ 17
‫على‬ ‫مبني‬ "‫اليعىة‬ ‫ن‬‫"هى‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬
‫الفخح‬
‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫ن‬ ْ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ًَ 18
‫على‬ ‫مبني‬ "‫مخاطب‬ ‫"جاء‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬
‫الفخح‬
‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫ح‬ ‫أهذ‬ِ‫م‬‫ذ‬‫ث‬ 19
‫على‬ ‫مبني‬ "‫للمخاطبين‬ ‫"جما‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬
‫ن‬‫العهى‬
‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫ما‬‫حمذج‬ ‫ما‬‫أهخ‬ 20
‫على‬ ‫مبني‬ "‫مخاطبين‬ ‫"جم‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬
‫ن‬‫العهى‬
‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫م‬‫حمذج‬ ‫م‬‫أهخ‬ 21
‫على‬ ‫مبني‬ "‫مخاطبت‬ ‫"جاء‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬
‫النعش‬
‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ِ‫حمذث‬ ِ‫أهذ‬ 22
‫على‬ ‫مبني‬ "‫للمخاطبخين‬ ‫"جما‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬
‫العهى‬‫ن‬
‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫ما‬‫حمذج‬ ‫ما‬‫أهخ‬ 23
‫على‬ ‫مبني‬ "‫مخاطباث‬ ‫"جم‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬
‫الفخح‬
‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ًَّ‫حمذج‬ َّ‫ن‬‫أهت‬ 24
‫الضم‬ ‫على‬‫مبني‬"‫مخهلم‬ ‫"جاء‬‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬‫ضمير‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫حمذث‬ ‫أها‬ 25
‫مبني‬ "‫الغير‬ ‫مع‬ ‫مخهلم‬ ‫"ها‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬
‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬
‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫حمذها‬ ً‫هح‬ 26
Contoh pola fi‟il mudhari‟ mabni majhul + na‟ibul fa‟il yang berupa
dhamir.
Tabel 11 Pola fi‟il mudhari‟ mabni majhul + na‟ibul fa‟il yang berupa dhamir.
‫الفاعل‬ ‫هىع‬ ‫املضارع‬‫الفعل‬ ‫ألامثلت‬ ‫الرقم‬
‫َى‬ٍ‫جقذًش‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫ًضحو‬ ‫م‬‫ش‬
ْ
‫ن‬ً ‫َى‬ 27
‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫ًضحهان‬ ‫َما‬‫مان‬‫ش‬
ْ
‫ن‬ً 28
‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫الجمع‬ ‫واو‬‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫ن‬‫ًضحهى‬ ‫ن‬‫مى‬‫ش‬
ْ
‫ن‬ً ‫َم‬ 29
‫هي‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫جضحو‬ ‫م‬‫ش‬
ْ
‫ن‬‫ج‬ ‫هي‬ 30
‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫جضحهان‬ ‫مان‬‫نش‬‫ج‬ ‫َما‬ 31
22
‫الفخح‬ ‫على‬‫مبني‬ "‫اليعىة‬ ‫ن‬‫"هى‬‫ضمير‬ ً‫ًضحن‬ ً ْ‫نشم‬ً ًَ 32
ٍ‫جقذًش‬ ‫وحىبا‬ ‫معختر‬‫ضمير‬‫أهذ‬ ‫جضحو‬ ‫م‬‫ش‬
ْ
‫ن‬‫ج‬ ‫أهذ‬ 33
‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫ضمير‬ ‫جضحهان‬ ‫مان‬‫ش‬
ْ
‫ن‬‫ج‬ ‫أهخما‬ 34
‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫حمع‬ ‫واو‬‫ضمير‬ ‫ن‬‫جضحهى‬ ‫ن‬‫مى‬‫نش‬‫ج‬ ‫أهخم‬ 35
‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ "‫مخاطبت‬‫مؤهثت‬‫"ًاء‬‫ضمير‬ ‫جضحنين‬ ‫مين‬‫نش‬‫ج‬ ِ‫أهذ‬ 36
‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫ضمير‬ ‫جضحهان‬ ‫مان‬‫ش‬
ْ
‫ن‬‫ج‬ ‫أهخما‬ 37
‫الفخح‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫مخاطبت‬‫مؤهثت‬‫حمع‬ ‫ن‬‫هى‬ ‫ضمير‬ ً‫جضحن‬ ً‫م‬‫نش‬‫ج‬ ‫أهتن‬ 38
‫أها‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫وحىبا‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫م‬‫لش‬‫أ‬ ‫ألشم‬ ‫أها‬ 39
ً‫هح‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫وحىبا‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫م‬‫نش‬‫ه‬ ‫هنشو‬ ً‫هح‬ 40
4) Kesesuaian Fi’il dengan Na’ibul Fa’il
Sebagai naibul fa‟il, maf‟ul bih mengalami yang semula ber-i‟rab nashab
berubah menjadi beri‟rab rafa‟ (karena fa‟il beri‟rab rafa‟). Selain itu, fi‟il juga
mengalami perubahan dari mabni ma‟lum menjadi mabni majhul. Lebih lanjut fi‟il
juga harus disesuaikan dengan naibul fa‟ilnya dalam mudzakkar dan
muannatsnya. Fi‟il mabni ma‟lum tidak terpengaruh oleh bilangan na‟ibul fa‟il.
Dalam pembelajaran anda bisa melatih para siswa untuk mengubah jumlah
fi‟liyah yang fi‟il-nya mabni ma‟lum menjadi mabni majhul atau sebaliknya
(mengubah jumlah fi‟liyah dengan fi‟il mabni majhul menjadi mabni ma‟lum.
Contoh pengubahan mabni ma‟lum ke mabni majhul.
13-ّ‫س‬‫املذ‬ ‫الطالب‬ ‫ًنشم‬‫ظت‬-------<‫ج‬ّ‫س‬‫املذ‬ ‫نشم‬‫ظت‬
14-‫ج‬‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫الطالبت‬ ‫نشم‬-------<ً‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫نشم‬
15-‫البيخين‬ ‫الىالذ‬ ‫ًحب‬-------<‫البيخان‬ ‫جحب‬
16-‫بىتهما‬ ‫الىلذان‬ ‫ًحب‬-------<‫البيذ‬ ‫جحب‬
17-‫املعلمين‬ ‫هللا‬ ‫ى‬‫ظى‬‫س‬‫ًشحم‬-----<‫ن‬‫املعلمى‬ ‫ًشحم‬
18-‫املعلم‬ ‫هللا‬ ‫ى‬‫ظى‬‫س‬‫ًشحم‬‫اث‬----<‫املعلماث‬ ‫جشحم‬
5) Pola Fi’il + Naibul Fa’il dan Kalimat Pasif.
Jika disandingkan dengan kalimat bahasa Indonesia, pola ketiga ini seolah
identik dengan kalimat pasif, karena terjemahan kalimat pola ketiga ini ke dalam
bahasa Indonesia sama-sama diawali „awalan di‟. Tetapi sesungguhnya keduanya
23
sangat berbeda, karena kalimat pasih dalam bahasa Indonesia pelaku (fa‟il)-nya
masih disebutkan, sedangkan dalam bahasa Arab tidak disebutkan.
Untuk melengkapi paparan di depan berikut ini diberikan contoh-contoh
analisis dalam bentuk mengi‟rab kalimah-kalimah yang membentuk jumlah
mufidah yang terkait dengan naibul fa‟il.
1-‫الضَشة‬ ‫قطفذ‬
‫قطفذ‬‫الخأهيث‬ ‫عالمت‬ ‫والخاء‬ ،‫الفخح‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫ماض‬‫فعل‬ :
‫الضَشة‬‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫الفاعل‬ ‫هائب‬ :
2-‫البقشة‬ ‫جحلب‬
‫جحلب‬‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫مضاسع‬ ‫فعل‬ :
‫البقشة‬‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫الفاعل‬ ‫هائب‬ :
3-‫ن‬‫املجتهذو‬ ‫ًنشم‬
‫ًنشم‬‫فعل‬ :‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫مضاسع‬
‫العالم‬ ‫املزلش‬ ‫حمع‬ ‫ألهه‬ ‫بالىاو‬ ‫مشفىع‬ ‫الفاعل‬ ‫هائب‬ :‫ن‬‫املجتهذو‬
4-‫املجتهذجان‬ ‫جنشم‬
‫جنشم‬‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫مضاسع‬ ‫فعل‬ :
‫مثنى‬ ‫ألهه‬ ‫باأللف‬ ‫مشفىع‬ ‫الفاعل‬ ‫هائب‬ :‫املجتهذجان‬
E. RANGKUMAN
Saudara-saudara para pejuang bahasa Arab yang saya banggakan, ulasan
di depan dapat dirangkum sebagai berikut.
1. Kalimat verbal atau jumlah fi‟liyah adalah susunan dua kata atau lebih
yang setidaknya terdiri atas fi‟il (predikat) dan fa‟il (subjek).
2. Jumlah fi‟liyah selalu didahului oleh fi‟il (verba) dan diikuti isim
(nomina).
3. Pola jumlah fi‟liyah setidaknya ada tiga macam, yaitu:
a. Fi‟il + Fa‟il
b. Fi‟il + Fa‟il + Maf‟ul bih
c. Fi‟il + Naibul Fa‟il
4. Fi‟il di dalam jumlah fi‟liyah bisa berupa fi‟il madhi, fi‟il mudhari‟, atau
fi‟il amar sesuai kebutuhan.
24
5. Fa‟il adalah isim yang beri‟rab rafa‟ yang menerangkan tentang seseorang
atau sesuatu yang melakukan aktifitas dan terletak setelah fi‟il mabni
ma‟lum.
6. Fa‟il bisa berupa isim dzahir (mufrad, tatsniyah, jamak (mudzakkar Salim,
muannats salim, taksir)), isim dhamir, isim isyarah, isim maushul.
7. Fi‟il harus sesuai dengan fa‟il-nya dalam jenisnya (mudzakkar dan
muannats-nya), penyesuaian itu dilakukan dengan pemberian tanda pada
fi‟il yang fail-nya muannats .
8. Fi‟il tidak boleh disesuaikan dengan fa‟il-nya dalam bilangannya (mufrad,
tatsniyah, dan jamak).
9. Maf‟ul bih adalah isim yang ber-i‟rab nashab (dinashabkan oleh fi‟il
Muta‟addi) yang terkena pekerjaan fa‟il.
10. Maf‟ul bih bisa berupa isim Dzahir yang terdiri atas isim mufrad, isim
tasniyah, dan jamak.
11. Maf‟ul bih bisa berupa isim dhamir yang terdiri dari dua belas isim
dhamir muttashil dan dua belas dari isim dhamir munfashil.
12. Tanda i‟rab maf‟ul bih isim dzahir yaitu isim mufrad dan jamak taksir
dengan fathah, isim tasniyah dan jamak mudzakar salim dengan ya‟,
jamak muannats salim dengan kasrah, dan asma‟ khamsah dengan alif.
13. Semua maf‟ul bih yang berupa isim dhamir adalah mabni.
14. Letak maf‟ul bih di dalam jumlah mufidah meliputi:
a. Fi‟il + Fa‟il + Maf‟ul Bih
b. Fi‟il + Maf‟ul Bih + Fa‟il
c. Maf‟ul Bih + Fi‟il + Fa‟il
15. Naibul fa‟il adalah isim ber-i‟rab rafa‟ yang terletak setelah fi‟il mabni
Majhul.
16. Fi‟il mabni majhul adalah fi‟il madhi yang huruf awalnya di-dhammah
dan huruf sebelum akhirnya di-kasrah atau fi‟il mudhari‟ huruf
mudharaah-nya di-dhammah dan huruf sebelum akhirnya di-fathah.
17. Fi‟il mabni majhul harus selalu mendahului naibul fa‟il.
18. Fi‟il mabni majhul harus sesuai dengan naibul fa‟il-nya dalam jenisnya
(mudzakkar dan muannats-nya), penyesuaian itu dilakukan dengan
pemberian tanda pada fi‟il yang naibul fa‟il-nya muannats .
25
19. Fi‟il mabni majhul tidak boleh disesuaikan dengan naibul fa‟il-nya dalam
bilangannya (mufrad, tatsniyah, dan jamak).
20. Naibul fa‟il ada yang berupa isim dzahir dan ada yang berupa isim
dhamir.
F. DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Dahdah, Anthoni. 1987. Mu‟jam Qawa‟id al-Lughoh al-„Arabiyyah fi
Jadawil wa Lauhat. Beirut: Maktabah Lubnan.
2. Al-Fauzan, Abdurrahman bin Ibrahim. 2002. Al-Arabiyyah Baina Yadaik,
al-Kitab al-Awwal. Riyadl: Muassasah al-Waqf al-Islami.
3. Al-Gholayain, Musthofa. 1987. Jami‟ al-Durus al-„Arabiyyah. Beirut: al-
Maktabah al-„Ashriyyah.
4. Al-Jarim, Ali dan Musthofa Amin. Tanpa Tahun. al-Nahwu al-Wadhih fi
Qawa‟id al-Lughoh al-„Arabiyyah. Surabaya: al-Hidayah.
5. Al-Naqah, Ahmad Kamis dan Thu‟aimah, Rusydi Ahmad. 2003. Tharaiq
al Lu Lughat al Arabiyyah li Ghairi Nathiqina biha. Al Ribath: Esesco.
6. Al-Saqa, Al-Malik, Shalih dkk. 1982. Qawa‟id al-lughoh al-„Arabiyyah.
Riyadl: Wizarah al-Ma‟arif.
7. Musthofa dkk. 1982. Al-Wadhih fi Qawa‟id al-Lughoh al-„Arabiyyah.
Riyadl: Wizarah al-Ma‟arif.
8. Barum, al-Sayyid Muhsin Ahmad dkk. 1981. Mabadi‟ Qawa‟id al-Lughoh
al-„Arabiyyah. Riyadl: Wizarah al-Ma‟arif.
9. Khairani, Ahmad Shohib. 2008. Audhoh al-Manahij. Jatibening: WCM
Press.
10. Khasairi, Moh. 2011. Al Mawad al Dirasiyah fi Tathbiq al Nahwi al Tsani.
Malang: Misykat
11. Khasairi, Moh. 2018. Al Mawad al Ta‟limiyah fi Tathbiq al Nahwi al
Awwal. Malang: Bintang Sejahtera.
12. Shaleh, al Malik; Hanafi Abdullah al Hanafi; Abdullah As Sa‟d al Madhi.
1982. Qawa‟id al-Lughoh al-„Arabiyyah li Shaffi al Tsani al Mutawassith.
Al Mamlakah al Arabiyyah al Saudiyyah: Wizarah al-Ma‟arif.
26
13. Thu‟aimah, Rusydi Ahmad. 1989. Ta‟limi al Lu Lughat al Arabiyyah li
Ghairi Nathiqina biha Manahijuh wa Asalibuh. Al Ribath: Esesco.
14. Syamsuddin, Ibrahim. 2000. Marja‟ al-Thullab fi Qawa‟id al-Nahwi.
Lebanon: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah.

More Related Content

What's hot (18)

Belajar mubtada' dan khabar
Belajar mubtada' dan khabarBelajar mubtada' dan khabar
Belajar mubtada' dan khabar
 
1 al quran-hukum-bacaan-qalqalah-dan-ra
1 al quran-hukum-bacaan-qalqalah-dan-ra1 al quran-hukum-bacaan-qalqalah-dan-ra
1 al quran-hukum-bacaan-qalqalah-dan-ra
 
Al-Mutaradif
Al-Mutaradif Al-Mutaradif
Al-Mutaradif
 
Bahasa Arab
Bahasa ArabBahasa Arab
Bahasa Arab
 
Bab 1 Hukum Bacaan Qalqalah dan Ra
Bab  1 Hukum Bacaan Qalqalah dan RaBab  1 Hukum Bacaan Qalqalah dan Ra
Bab 1 Hukum Bacaan Qalqalah dan Ra
 
hukum bacaan ل dan ر
 hukum bacaan ل dan ر hukum bacaan ل dan ر
hukum bacaan ل dan ر
 
multiakronim dalam bahasa arab
multiakronim dalam bahasa arabmultiakronim dalam bahasa arab
multiakronim dalam bahasa arab
 
Tugas ict
Tugas ictTugas ict
Tugas ict
 
Ringkasan materi pai kelas 8 bab 1 qalqalah dan ra'
Ringkasan materi pai kelas 8 bab 1 qalqalah dan ra'Ringkasan materi pai kelas 8 bab 1 qalqalah dan ra'
Ringkasan materi pai kelas 8 bab 1 qalqalah dan ra'
 
Materi 1 M5 KB4 Judul 3
Materi 1 M5 KB4 Judul 3Materi 1 M5 KB4 Judul 3
Materi 1 M5 KB4 Judul 3
 
Modul 1 B. Arab KB 1
Modul 1 B. Arab KB 1Modul 1 B. Arab KB 1
Modul 1 B. Arab KB 1
 
الاختبارات للقواعد
الاختبارات للقواعدالاختبارات للقواعد
الاختبارات للقواعد
 
Al-Tadhad (Antonim / Antitesis Polisemi)
Al-Tadhad (Antonim / Antitesis Polisemi)Al-Tadhad (Antonim / Antitesis Polisemi)
Al-Tadhad (Antonim / Antitesis Polisemi)
 
Makalah verba dalam bahasa arab
Makalah verba dalam bahasa arabMakalah verba dalam bahasa arab
Makalah verba dalam bahasa arab
 
Al kalam
Al kalamAl kalam
Al kalam
 
Hukum bacaan qalqalah, lam dan ra
Hukum bacaan qalqalah, lam dan raHukum bacaan qalqalah, lam dan ra
Hukum bacaan qalqalah, lam dan ra
 
Mubtada
MubtadaMubtada
Mubtada
 
Tpki materi 1
Tpki materi 1Tpki materi 1
Tpki materi 1
 

Similar to Struktur Kalimat Verbal

Bahasa%20Arab%20Sebagai%20sebuah%20Sistem.pptx
Bahasa%20Arab%20Sebagai%20sebuah%20Sistem.pptxBahasa%20Arab%20Sebagai%20sebuah%20Sistem.pptx
Bahasa%20Arab%20Sebagai%20sebuah%20Sistem.pptxZaysGabriel
 
Bahan ajar pendidikan bahasa arab di mi
Bahan ajar pendidikan bahasa arab di miBahan ajar pendidikan bahasa arab di mi
Bahan ajar pendidikan bahasa arab di miAmsori Saari
 
Bahan ajar pendidikan bahasa arab di mi
Bahan ajar pendidikan bahasa arab di miBahan ajar pendidikan bahasa arab di mi
Bahan ajar pendidikan bahasa arab di miAmsori Saari
 
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).docx
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).docxManshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).docx
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).docxZukét Printing
 
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).pdf
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).pdfManshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).pdf
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).pdfZukét Printing
 
Jumlah_Filiyah_Ismiyah.pptx
Jumlah_Filiyah_Ismiyah.pptxJumlah_Filiyah_Ismiyah.pptx
Jumlah_Filiyah_Ismiyah.pptxDienEmirats1
 
TAJUK 4 MINGGU 5 dan 6.pptx
TAJUK 4 MINGGU 5 dan 6.pptxTAJUK 4 MINGGU 5 dan 6.pptx
TAJUK 4 MINGGU 5 dan 6.pptxNormiMohdDali
 
Hanna sofiah
Hanna sofiahHanna sofiah
Hanna sofiahtaufiq99
 
Ilmu Al lughoh morfology.pptx
Ilmu Al lughoh morfology.pptxIlmu Al lughoh morfology.pptx
Ilmu Al lughoh morfology.pptxsupardi64
 
OLIL_Tugas Bahasa Indonesia
OLIL_Tugas Bahasa IndonesiaOLIL_Tugas Bahasa Indonesia
OLIL_Tugas Bahasa Indonesiasam_anam_mankuh
 
Materi 1 M5 KB4 Judul 4
Materi 1 M5 KB4 Judul 4Materi 1 M5 KB4 Judul 4
Materi 1 M5 KB4 Judul 4ppghybrid4
 
Dr ton sintaksis
Dr ton sintaksisDr ton sintaksis
Dr ton sintaksisShah Raider
 
Metodologi pemb. b_arab_--_tes1
Metodologi pemb. b_arab_--_tes1Metodologi pemb. b_arab_--_tes1
Metodologi pemb. b_arab_--_tes1Muhammad Idris
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaChoirul Abidin
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaChoirul Abidin
 
Isim - Isim Yang dibaca Nashab.docx
Isim - Isim Yang dibaca Nashab.docxIsim - Isim Yang dibaca Nashab.docx
Isim - Isim Yang dibaca Nashab.docxZukét Printing
 
Morfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa IndonesiaMorfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa IndonesiaDarwis Maulana
 

Similar to Struktur Kalimat Verbal (20)

Bahasa%20Arab%20Sebagai%20sebuah%20Sistem.pptx
Bahasa%20Arab%20Sebagai%20sebuah%20Sistem.pptxBahasa%20Arab%20Sebagai%20sebuah%20Sistem.pptx
Bahasa%20Arab%20Sebagai%20sebuah%20Sistem.pptx
 
Bahan ajar pendidikan bahasa arab di mi
Bahan ajar pendidikan bahasa arab di miBahan ajar pendidikan bahasa arab di mi
Bahan ajar pendidikan bahasa arab di mi
 
Bahan ajar pendidikan bahasa arab di mi
Bahan ajar pendidikan bahasa arab di miBahan ajar pendidikan bahasa arab di mi
Bahan ajar pendidikan bahasa arab di mi
 
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).docx
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).docxManshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).docx
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).docx
 
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).pdf
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).pdfManshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).pdf
Manshubatul Asma’ (Maf’ul Liajlih & Maf’ul ma’ah).pdf
 
Jumlah_Filiyah_Ismiyah.pptx
Jumlah_Filiyah_Ismiyah.pptxJumlah_Filiyah_Ismiyah.pptx
Jumlah_Filiyah_Ismiyah.pptx
 
TAJUK 4 MINGGU 5 dan 6.pptx
TAJUK 4 MINGGU 5 dan 6.pptxTAJUK 4 MINGGU 5 dan 6.pptx
TAJUK 4 MINGGU 5 dan 6.pptx
 
Hanna sofiah
Hanna sofiahHanna sofiah
Hanna sofiah
 
Ilmu Al lughoh morfology.pptx
Ilmu Al lughoh morfology.pptxIlmu Al lughoh morfology.pptx
Ilmu Al lughoh morfology.pptx
 
OLIL_Tugas Bahasa Indonesia
OLIL_Tugas Bahasa IndonesiaOLIL_Tugas Bahasa Indonesia
OLIL_Tugas Bahasa Indonesia
 
Materi 1 M5 KB4 Judul 4
Materi 1 M5 KB4 Judul 4Materi 1 M5 KB4 Judul 4
Materi 1 M5 KB4 Judul 4
 
Dr ton sintaksis
Dr ton sintaksisDr ton sintaksis
Dr ton sintaksis
 
Modul 1 B. Arab KB 1
Modul 1 B. Arab KB 1Modul 1 B. Arab KB 1
Modul 1 B. Arab KB 1
 
Metodologi pemb. b_arab_--_tes1
Metodologi pemb. b_arab_--_tes1Metodologi pemb. b_arab_--_tes1
Metodologi pemb. b_arab_--_tes1
 
ppt indo.pptx
ppt indo.pptxppt indo.pptx
ppt indo.pptx
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
 
Modul 6 kb 3
Modul 6 kb 3Modul 6 kb 3
Modul 6 kb 3
 
Isim - Isim Yang dibaca Nashab.docx
Isim - Isim Yang dibaca Nashab.docxIsim - Isim Yang dibaca Nashab.docx
Isim - Isim Yang dibaca Nashab.docx
 
Morfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa IndonesiaMorfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa Indonesia
 

More from PPGhybrid3

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5PPGhybrid3
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2PPGhybrid3
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1PPGhybrid3
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORPPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3PPGhybrid3
 

More from PPGhybrid3 (20)

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
 
AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1
 
AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2
 
AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 

Struktur Kalimat Verbal

  • 1. 1 A. PENDAHULUAN Para Pejuang Bahasa Arab yang saya banggakan. Pembahasan qawa‟id terkait dengan jumlah fi‟liyah sangatlah beragam karena materi qawa‟id sangat luas dan mendalam. Oleh karena itu guru harus bisa memilah dan memilih bagian mana dan sejauh mana tingkat kesulitan materi yang harus disajikan kepada siswa. Bukankah salah satu tugas guru adalah menyederhanakan materi atau bahan ajar, sehingga materi yang disajikan itu menurut hipotesis input hanya 0+1 atau 1+1 atau 2+1 dan seterusnya. Sebab kalau siswa diberi materi 0+3 maka akan kesulitan. Terkait dengan itu, penulis berusaha untuk memilih dan memilah materi qawa‟id yang sesuai untuk keperluan PPG ini. Modul 6 ini membahas tema besar Kalimat Verbal dan Nominal Arab. Tema besar ini disajikan di dalam empat kegiatan belajar (KB) yang meliputi: KB 1: Sruktur dan Pola Kalimat Verbal Arab. KB 2: Kategori dan Fungsi Sintaksis Kalimat Verbal Arab. KB 3: Struktur dan Pola Kalimat Nominal. KB 4: Kategori dan Fungsi Kalimat Nominal Arab. Sajian materi pada masing-masing KB, termasuk KB 1 ini diawali dengan sajian cerita singkat (paragraf) yang memuat contoh-contoh jumlah (kalimat) yang memuat tema qawa‟id yang dibahas. Sajian berikutnya adalah pembahasan contoh dikaitkan dengan qawa‟id. Tahap berikutnya disajikan qawa‟id sesuai tema yang dibahas. Pada tahap akhir disajikan beberapa contoh analisis jumlah mufidah (kalimat sempurna) berdasarkan kedudukan masing kalimah (kata) dalam jumlah mufidah dan I‟rab-nya. Strategi pembelajaran qawa‟id sebagaimana dipaparkan oleh (Khasairi, 2017) dapat dipilah menjadi 2, yaitu strategi deduktif dan Induktif. Strategi deduktif adalah strategi yang di dalam mengajar guru terlebih dahulu menyajikan qawa‟id. Dari kaidah itu, siswa diajak menerapkannya dalam berbahasa lisan maupun tulis dengan menganalisis dan mensintesa bahan ajar. Sedangkan strategi induktif adalah strategi yang dalam mengajarkan qawa‟id guru terlebih dahulu menyajikan jumlah mufidah atau paragraph yang memuat contoh lafal-lafal atau tarkib yang sesuai dengan qawa‟id yang akan diajarkan. Berdasarkan bahan itu guru bersama siswa membahas contoh tersebut untuk selanjutnya menyusun
  • 2. 2 kaidah bersama siswa. Kegiatan berikutnya tentu menganalisis atau mengsintesa bahan ajar sesuai kaidah. Dari kedua macam strategi itu yang sebaiknya Anda gunakan dalam mengajar qawa‟id adalah strategi induktif. Langkah-langkah pembelajarannya diawali dengan (1) penayangan contoh-contoh berupa tarkib (struktur) dalam kalimat, (2) pelafalan contoh-contoh tersebut dengan membaca nyaring, (3) menandai secara khusus struktur-struktur dalam kalimat, (4) membahas struktur- struktur tersebut dengan mengenali kekhususannya, dan (5) menyusun kaidah (Al Naqah dan Thu‟aimah dalam Khasairi, 2017) Pemahaman tentang kaidah tersebut diperkuat dengan pemberian latihan- latihan penerapannya yang cukup. Thu‟aimah (dalam Khasairi, 2017) menyarankan 11 macam latihan dalam tarkib yang sering digunakan. Sebelas macam latihan dalam tarkib tersebut meliputi (1) pengulangan, (2) substitusi, (3) tanya jawab, (4) membuat pertanyaan, (5) mengubah tarkib, (6) latihan piramida, (7) latihan berantai, (8) menyempurnakan, (9) menyusun kalimat, (10) menjodohkan, dan (11) menerjemah. Berbagai macam bentuk latihan itu hendaknya diterapkan dengan berbagai variasi yang antara lain meliputi latihan lisan, tulis, individual, dan kelompok. B. CAPAIAN PEMBELAJARAN Menguasai materi ajar bidang studi Bahasa Arab yang meliputi konsep teoritis ilmu kebahasaaraban (aswat, nahwu, sharf, dalalah), dan kesustraan Arab, serta mampu mengaplikasikannya dalam kemahiran berbahasa Arab baik lisan maupun tulis dalam lingkup aspek kehidupan sehari-hari di rumah, di sekolah, di masyarakat, dan dunia kerja, termasuk advance materials secara bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari.
  • 3. 3 C. POKOK-POKOK MATERI Pokok-pokok materi kegiatan belajar 1 ini meliputi: (1) konsep jumlah fi‟liyah, (2) Struktur jumlah fi‟liyah, dan (3) pola jumlah fi‟liyah. D. URAIAN MATERI Selamat belajar wahai pejuang Bahasa Arab! Semoga Anda selalu sehat dan sukses. Kali ini Anda akan menyegarkan kembali penguasaan tentang kalimat verbal (untuk selanjutnya disebut jumlah fi‟liyah). Poin-poin penting di dalam bagian ini meliputi konsep jumlah fi‟liyah, Struktur jumlah fi‟liyah, dan Pola jumlah fi‟liyah.
  • 4. 4 Ulasan masing-masing poin tersebut diawali dengan sajian cerita pendek yang memuat jumlah fi‟liyah. Sajian berikutnya adalah paparan jumlah fi‟liyah yang terkait dengan poin yang dibahas. Sajian dilanjutkan dengan ulasan terhadap komponen jumlah fi‟liyah berdasarkan kebutuhan masing-masing poin. Ulasan diakhiri dengan merumuskan simpulan yang hasilnya berupa kaidah gramatika jumlah fi‟liyah. 1. Konsep Kalimat Verbal (Jumlah Fi’liyah) a. Pengertian Jumlah Fi’liyah Bacalah alinea berikut dengan seksama! ‫جحخجب‬ ‫و‬ ،‫العماء‬ ‫في‬ ‫السحب‬ ‫جىدشش‬ ‫عىذما‬ ‫ى‬‫ًنز‬ ‫و‬ ،‫البرد‬ ‫ٌشخذ‬ ‫و‬ ،‫الشمغ‬‫الخجاس‬ ‫ٌغلق‬ ،‫املطش‬ ‫الشىاسع‬ ‫وجقفش‬ ،‫بيىتهم‬ ‫إلى‬ ‫الىاط‬ ‫وٍشحع‬ ،‫مخاحشَم‬ ‫املهان‬ ‫ٌعىد‬ ‫و‬ ‫َا‬‫س‬‫أوما‬ ‫إلى‬ ‫الطيىس‬ ‫ي‬‫جأو‬ ‫و‬ ‫العابلت‬ ً‫م‬ ‫فئ‬ .‫املطش‬ ‫خشٍش‬ ‫إال‬ ‫فيه‬ ‫ٌعمع‬ ‫ال‬‫صمذ‬‫املطش‬ ‫لف‬ ‫ما‬ ‫را‬ ‫واحذ‬‫مل‬ ‫رَب‬ ‫و‬ ‫يها‬‫س‬‫مجا‬‫إلى‬ ‫الحياة‬ ‫عادث‬ ‫النزوى‬ ً‫ع‬ ‫عمله‬ ‫إلى‬. Di dalam alinea tersebut didapati bentuk-bentuk jumlah fi‟liyah, antara lain yaitu: 1-‫السحب‬‫جنتشر‬،‫العماء‬ ‫في‬ 2-‫الشمس‬‫جحتجب‬، 3-‫البرد‬ ‫يشتد‬، 4-‫املطر‬‫ل‬‫ينز‬، 5-‫التجار‬ ‫يغلق‬‫مخاحش‬،‫َم‬ 6-‫الناس‬‫يرجع‬،‫بيىتهم‬ ‫إلى‬ 7-‫الشىارع‬‫جقفر‬‫العابلت‬ ً‫م‬ 8-‫الطيىر‬‫ي‬‫جأو‬‫َا‬‫س‬‫أوما‬ ‫إلى‬ 9-‫املكان‬‫يسىد‬‫صمذ‬
  • 5. 5 Kalau Anda perhatikan secara seksama contoh (1—9) maka Anda akan menemukan bahwa semua contoh 1—9 diawali dengan fi‟il (kata kerja), yang dalam hal ini adalah fi‟il mudhari‟ (fi‟il yang diawali dengan huruf mudhara‟ah) dilanjutkan dengan isim (fa‟il). Jumlah yang berstruktur seperti contoh-contoh itu dinamakan jumlah fi‟liyah atau kalimat verbal. Dengan kata lain jumlah fi‟liyah adalah jumlah yang terdiri atas fi‟il dan fa‟il. Di dalam jumlah fi‟liyah, fi‟il harus di depan dan fa‟il di belakang. Kalau fi‟il tidak didahulukan maka namanya jumlah ismiyah. Jumlah fi‟liyah sering disamakan dengan kalimat verbal. Penyamaan tersebut memang beralasan, karena kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja. Jumlah fi‟liyah, fa‟il-nya menjadi subjek dan fi‟il- nya menjadi predikat, dengan pola DM (Diterangkan Menerangkan). Pada konteks ini memang jumlah fi‟liyah sama dengan kalimat verbal. Akan tetapi jika fa‟il tersebut didahulukan dan fi‟il diakhirkan maka sesuai ketentuan di dalam kaidah bahasa Arab kalimat yang demikian adalah jumlah ismiyah (kalimat nominal) karena didahului isim (nomina), walaupun dalam bahasa Indonesia dinamakan kalimat verbal. Unsur pokok jumlah fi‟liyah adalah fi‟il dan fa‟il (dua lafadz yang bercetak tebal). Fi‟il adalah verba (kata kerja), sedangkan fa‟il adalah isim (nomina) ber- i‟rab rafa‟ yang terletak setelah fi‟il mabni ma‟lum. Susunan kalimat dalam bahasa Arab: fi`il (predikat) dan fa`il (subjek) berubah menjadi subjek (fa`il) dan Predikat (fi‟il) dalam bahasa Indonesia Fa’il adalah isim ber-i’rab rafa’ yang melakukan aktivitas terletak setelah fi’il mabni ma’lum
  • 6. 6 b. Jenis Fi’il dalam Jumlah fi’liyah Jenis fi‟il di dalam Jumlah fi‟liyah bisa berupa fi‟il mudhari‟, atau fi‟il madhi, atau fi‟il amar. Penggunaan masing-masing jenis didasarkan pada kebutuhan. Untuk menyatakan sesuatu yang sedang atau akan terjadi digunakan fi‟il mudhari‟; sedangkan untuk menyatakan sesuatu yang telah (selesai) terjadi digunakan fi‟il madhi. Fi‟il amar digunakan untuk menyatakan perintah. Kalau Anda perhatikan dari jenis fi‟il-nya maka contoh 1—9 semuanya diawali dengan fi‟il Mudhari‟. Memang semua contoh itu diawali dengan fi‟il mudhari‟, akan tetapi sesungguhnya Jumlah fi‟liyah bisa pula diawali dengan Fi‟il Madhi dan Fi‟il Amar. Contoh-contoh berikut merupakan Jumlah fi‟liyah yang diawali dengan Fi‟il Madhi. 10-‫املطر‬‫كف‬‫النزوى‬ ً‫ع‬ 11-‫الحياة‬ ‫عادث‬‫يها‬‫س‬‫مجا‬‫إلى‬ 12-‫واحد‬ ‫كل‬ ‫ذهب‬‫عمله‬ ‫إلى‬. Yang bercetak tebal pada contoh 10—12 terdiri atas fi‟il madhi dan fa‟il. Sedangkan Jumlah fi‟liyah yang fi‟ilnya berupa fi‟il amar adalah sebagaimana yang terdapat pada contoh 13—15 berikut. 13-‫أحمذ‬ ‫ًا‬‫اجلس‬‫ي‬ ‫النشس‬ ‫على‬ 14-‫وعلي‬ ‫أحمذ‬ ‫ًا‬‫اجلسا‬‫ي‬ ‫النشس‬ ‫على‬ 15-‫فشٍذ‬ ‫و‬ ‫وعلي‬ ‫أحمذ‬ ‫ًا‬‫اجلسىا‬‫ي‬ ‫النشس‬ ‫على‬ Lafadz yang bercetak tebal pada contoh 13—15 adalah Jumlah fi‟liyah yang terdiri atas Fi‟il Amar dan Fa‟il-Nya. Fa‟il pada contoh 13 berupa dhamir mustatir (kata ganti persona yang tersimpan), pada contoh 14 berupa dhamir alif tatsniyah, dan pada 15 berupa dhamir wawu jamak. c. Jenis Fa’il di dalam Jumlah fi’liyah Fi`il (kata kerja/Predikat) dalam bahasa Arab ada 3 jenis, yaitu fi`il madhi, fi`il mudhari`, dan fi`il amar. Sebagaimana telah Anda maklumi bahwa Fa‟il itu adalah isim dan isim itu banyak ragamnya. Ditinjau dari segi bilangannya isim terdiri atas isim mufrad (tunggal), tatsniyah (dual), dan jamak. Isim jamak terdiri
  • 7. 7 atas tiga macam, yaitu jamak mudzakkar salim, jamak muannats salim, dan jamak taksir. Dari segi status ketakrifan isim dipilah menjadi dua, yaitu isim nakirah dan isim ma‟rifah. Dari segi jenisnya isim dipilah menjadi isim mudzakkar dan isim muannats. Selain itu, juga masih ada isim jenis lain seperti isim isyarah, isim maushul, isim dhamir dan lain. Semua jenis itu bisa menduduki posisi Fa‟il di dalam Jumlah fi‟liyah. Jenis isim yang menjadi Fa‟il dalam contoh 1—15 di atas dapat dideskripsikan sebagaimana dalam tabel berikut. Tabel 1 Macam Fi‟il dan Fa‟il di dalam jumlah fi‟liyah ‫ال‬ ‫هىع‬‫فاعل‬ ‫الفاعل‬ ‫الفعل‬ ‫هىع‬ ‫الفعل‬ ‫الشقم‬ ‫معشفت‬‫ي‬‫مجاص‬ ‫مؤهث‬ ‫مفشد‬ ‫السحب‬ ‫مضاسع‬ ‫جىدشش‬ 1 ‫مفشفت‬‫ي‬‫مجاص‬ ‫مؤهث‬ ‫مفشد‬ ‫الشمغ‬ ‫مضاسع‬ ‫جحخجب‬ 2 ‫معشفت‬‫مزلش‬ ‫مفشد‬ ‫البرد‬ ‫مضاسع‬ ‫ٌشخذ‬ 3 ‫معشفت‬‫مزلش‬ ‫مفشد‬ ‫املطش‬ ‫مضاسع‬ ‫ى‬‫ًنز‬ 4 ‫معشفت‬ ‫جنعير‬ ‫حمع‬ ‫الخجاس‬ ‫مضاسع‬ ‫ٌغلق‬ 5 ‫معشفت‬ ‫جنعير‬ ‫حمع‬ ‫الىاط‬ ‫مضاس‬‫ع‬ ‫ًشحع‬ 6 ‫معشفت‬ ‫جنعير‬ ‫حمع‬ ‫الشىاسع‬ ‫مضاسع‬ ‫جقىس‬ 7 ‫معشفت‬ ‫جنعير‬ ‫حمع‬ ‫الطيىس‬ ‫مضاسع‬ ‫ي‬‫جأو‬ 8 ‫معشفت‬‫مزلش‬ ‫مفشد‬ ‫املهان‬ ‫مضاسع‬ ‫ٌعىد‬ 9 ‫معشفت‬‫مزلش‬ ‫مفشد‬ ‫املطش‬ ‫ماض‬ ‫لف‬ 10 ‫معشفت‬ ‫مؤهث‬ ‫مفشد‬ ‫الحياة‬ ‫ماض‬ ‫عادث‬ 11 ‫هنشة‬ ‫مزلش‬ ‫مفشد‬ ‫واحذ‬ ‫مل‬ ‫ماض‬ ‫رَب‬ 12 ‫أهذ‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ - ‫لل‬ ‫أمش‬‫مخاطب‬ ‫احلغ‬ 13 ‫مىهثت‬ ‫ًاء‬ ‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫مخاطبت‬ - ‫للمخاطبت‬ ‫أمش‬ ‫ي‬ ‫احلس‬ 14 ‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫ألالف‬ ‫أمش‬‫للمخاطبين‬ ‫واللمخاطبخين‬ ‫احلعا‬ 15 ‫حمع‬ ‫واو‬ ‫مخصل‬ ‫ضمير‬ ‫الىاو‬ ‫للمخاطبين‬ ‫أمش‬ ‫احلعىا‬ 16 ‫اليعىة‬ ‫ن‬‫هى‬ ‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫ن‬‫الىى‬ ‫للمخاطباث‬ ‫أمش‬ ً‫احلع‬ 17
  • 8. 8 Jelas bukan, bahwa Fa‟il itu macam-macam; ada yang berupa isim dzahir seperti pada contoh 1—12 ada yang berupa isim dhamir seperti pada contoh 13— 17, ada pula yang berupa isim isyarah dan isim maushul. Fail yang berupa isim dhamir pun tidak terbatas pada contoh tersebut (pada fi‟il amar). Berikut ini disajikan Fa‟il berupa isim dhamir pada fi‟il madhi sebagaimana dimuat dalam tabel berikut. Tabel 2 Macam isim dhamir yang menjadi fa‟il dari fi‟il madhi ‫الفاعل‬ ‫هىع‬ ‫الفعل‬ ‫ي‬ ‫املاض‬ ‫ألامثلت‬*) ‫الرقم‬ ‫َى‬ٍ‫جقذًش‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫ضحو‬ ‫ضحو‬ ‫َى‬ 18 ‫ضم‬‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫مخصل‬‫ير‬ ‫ضحو‬ ‫ضحها‬ ‫َما‬ 19 ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫الجمع‬ ‫واو‬‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫ضحو‬ ‫ضحهىا‬ ‫َم‬ 20 ‫في‬ ‫الخأهيث‬ ‫عالمت‬ ‫(الخاء‬ ‫هي‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫معختر‬ ‫ضمير‬ )‫ي‬ ‫املاض‬ ‫الفعل‬ ‫ضحو‬ ‫ضحنذ‬ ‫هي‬ 21 ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫ضحو‬ ‫ضحنخا‬ ‫َما‬ 22 ‫الي‬ ‫ن‬‫"هى‬‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬‫ضمير‬‫الفخح‬ ‫على‬ ‫مبني‬ "‫عىة‬ ‫ضحو‬ ً‫ضحن‬ ًَ 23 ‫الفخح‬ ‫على‬ ‫مبني‬"‫مخاطب‬ ‫"جاء‬‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬‫ضمير‬ ‫ضحو‬ ‫ضحنذ‬ ‫أهذ‬ 24 ‫على‬ ‫مبني‬ "‫للمخاطبين‬ ‫"جما‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫ضحو‬ ‫أهخما‬ ‫ضحنخما‬ 25 ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ "‫مخاطبين‬ ‫"جم‬‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬‫ضمير‬ ‫ضحو‬ ‫ضحنخم‬ ‫أهخم‬ 26 ‫مب‬"‫مخاطبت‬ ‫"جاء‬‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬‫ضمير‬‫النعش‬ ‫على‬ ‫ني‬ ‫ضحو‬ ِ‫ضحنذ‬ ِ‫أهذ‬ 27 ‫على‬ ‫مبني‬ "‫للمخاطبخين‬ ‫"جما‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫ضحو‬ ‫أهخما‬ ‫ضحنخما‬ 28 ‫الفخح‬ ‫على‬‫مبني‬ "‫مخاطباث‬ ‫"جم‬‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬‫ضمير‬ ‫ضحو‬ ‫ضحنتن‬ ‫أهتن‬ 29 ‫الضم‬ ‫على‬‫مبني‬"‫مخهلم‬ ‫"جاء‬‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬‫ضمير‬ ‫ضحو‬ ‫ضحنذ‬‫أها‬ 30 ‫الغير‬ ‫مع‬ ‫مخهلم‬ ‫"ها‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬‫على‬ ‫مبني‬ " ‫ن‬‫العهى‬ ‫ضحو‬ ‫ضحنىا‬ ً‫هح‬ 31 *) Contoh-contoh tersebut berpola Jumlah Ismiyah yang terdiri atas mubtada dan khabar (berupa Jumlah fi‟liyah).
  • 9. 9 Fi‟il madhi termasuk lafadz yang mabni (tidak mengalami perubahan di akhirnya walau berubah posisinya dalam kalimat). Kemabniyah fi‟il madhi dipilah menjadi tiga, yaitu mabni fathah, mabni dhommah dan mabni sukun. Fi‟il madhi mabni fathah jika tidak bersambung dengan dhamir rafa‟ mutaharrik (dhamir mahal rafa‟ yang berharakat, seperti contoh 18, 19, 21, dan 22. Fi‟il madhi mabni dhammah jika bersambung dengan dhamir wawu jamak, seperti contoh 20. Selebihnya mabni sukun, yaitu ketika bersambung dengan dhamir rafa‟ mutaharrik. Fa‟il isim dhamir juga digunakan pada fi‟il mudhari‟ sebagaimana dipaparkan pada tabel berikut. Tabel 3 Macam isim dhamir yang menjadi fa‟il dari fi‟il mudhari‟ ‫الفاعل‬ ‫هىع‬ ‫الفعل‬ ‫املضارع‬ ‫ألامثلت‬ ‫الرقم‬ ‫َى‬ٍ‫جقذًش‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫ًضحو‬ ‫ًضحو‬ ‫َى‬ 32 ‫ال‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫مخصل‬‫ضمير‬‫ن‬‫عهى‬ ‫ًضحهان‬ ‫ًضحهان‬ ‫َما‬ 33 ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫الجمع‬ ‫واو‬‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫ن‬‫ًضحهى‬ ‫ن‬‫ًضحهى‬ ‫َم‬ 34 ‫هي‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫جضحو‬ ‫جضحو‬ ‫هي‬ 35 ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫جضحهان‬ ‫جضحهان‬ ‫َما‬ 36 ‫الفخح‬ ‫على‬‫مبني‬ "‫اليعىة‬ ‫ن‬‫"هى‬‫ضمير‬ ً‫ًضحن‬ ً‫ًضحن‬ ًَ 37 ‫جقذًش‬ ‫وحىبا‬ ‫معختر‬‫ضمير‬‫أهذ‬ ٍ ‫جضحو‬ ‫جضحو‬ ‫أهذ‬ 38 ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫ضمير‬ ‫جضحهان‬ ‫جضحهان‬ ‫أهخما‬ 39 ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫حمع‬ ‫واو‬‫ضمير‬ ‫ن‬‫جضحهى‬ ‫ن‬‫جضحهى‬ ‫أهخم‬ 40 ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ "‫مخاطبت‬‫مؤهثت‬‫"ًاء‬‫ضمير‬ ‫جضحنين‬ ‫جضحنين‬ ِ‫أهذ‬ 41 ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫ضمير‬ ‫جضحهان‬ ‫جضحهان‬ ‫أهخما‬ 42 ‫ه‬ ‫ضمير‬‫الفخح‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫مخاطبت‬‫مؤهثت‬‫حمع‬ ‫ن‬‫ى‬ ً‫جضحن‬ ً‫جضحن‬ ‫أهتن‬ 43 ‫أها‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫وحىبا‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫أضحو‬ ‫أضحو‬ ‫أها‬ 44 ً‫هح‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫وحىبا‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫هضحو‬ ‫هضحو‬ ً‫هح‬ 45 Pada dasarnya fi‟il mudhari‟ itu mu‟rab (mengalami perubahan pada akhir lafalz karena ada sebabnya). Hanya sedikit fi‟il mudhari‟ yang mabni. Di dalam tabel di atas fi‟il mudhari‟ yang mabni hanya pada contoh 37 dan 43. Masing-
  • 10. 10 masing mabni sukun. Selain dua contoh itu, semua fi‟il mudhari‟ di dalam tabel mu‟rab. I‟rabnya fi‟il mudhari itu pada dasarnya adalah rafa‟, kecuali kalau ada „amil yang menashabkan atau men-jazamkan. d. I’rab Fa’il Setiap fa‟il ber-i‟rab rafa‟, tidak ada satupun fa‟il yang ber-i‟rab selain rafa‟. Tanda rafa‟-nya fa‟il berbeda-beda, tergantung macam isim yang menjadi Fa‟il tersebut. Tabel berikut memuat contoh-contohnya: Tabel 4 Tanda Rafa‟ Isim (nominal) ‫الشقم‬‫ألامثلت‬‫الفاعل‬‫الشفع‬ ‫عالمت‬)*‫العبب‬ 46‫الطالب‬ ‫ًفىص‬‫الطالب‬‫ضمت‬‫مفشد‬‫اظم‬ 47‫الطالبان‬ ‫ًفىص‬‫الطالبان‬‫ألف‬‫اظم‬‫جثييت‬/‫مثنى‬ 48‫الطالب‬ ‫ًفىص‬‫الطالب‬‫ضمت‬‫جنعير‬ ‫حمع‬ 49‫الطالبت‬ ‫جفىص‬‫الطالبت‬‫ضمت‬‫مفشد‬‫اظم‬ 50‫الطالبخان‬ ‫جفىص‬‫الطالبخان‬‫ألف‬‫جثييت‬ ‫اظم‬‫مثنى‬ 51‫الطالباث‬ ‫جفىص‬‫الطالباث‬‫ضمت‬‫ظالم‬ ‫مؤهث‬ ‫حمع‬ 52‫أحمذ‬ ‫أخى‬ ‫ٌعترًح‬‫أحمذ‬ ‫أخى‬‫واو‬‫خمعت‬ ‫أظماء‬ ً‫م‬ 53‫ن‬‫املعلمى‬ ‫ًصلي‬‫ن‬‫املعلمى‬‫واو‬‫ظالم‬‫مزلش‬ ‫حمع‬ *) Tanda-tanda tersebut berlaku untuk semua isim yang ber-i‟rab rafa‟ apapun kedudukannya. Jika fa‟il berupa isim dhamir, isim isyarah, atau isim maushul maka tentu tetap mabni (tidak memiliki i‟rab), namun menduduki mahal i‟rab tertentu. Deskripsi untuk masing-masing sebagaimana dipaparkan berikut ini. e. Kesesuaian antara Fi’il dan Fa’il Walaupun dari sisi letak fi‟il mendahului fa‟il tetapi fi‟il harus sesuai dengan fa‟il-nya dalam mudzakkar dan muannatsnya. Dalam tradisi ilmu nahwu jenis mudzakkar adalah „asal‟ sedangkan jenis muannats adalah „cabang‟. Artinya isim-isim muannats biasanya berasal dari isim mudzakkar yang diberi tanda khusus muannats. Fi‟il yang fa‟il-nya muannats harus memuat (diberi) tanda
  • 11. 11 muaannats. Jika fa‟il mudzakkar maka fi‟il tidak perlu diberi tanda tertentu dan jika fa‟il-nya muannats maka fi‟ilnya harus diberi tanda muannats. Di dalam jumlah fi‟liyah, fi‟il tidak perlu disesuaikan dengan fa‟il tatsniyah atau jamak. Berbeda dengan jumlah ismiyah; di dalam jumlah ismiyah, khabar harus sesuai dengan mubtada‟-nya dalam „adadnya dan jenisnya. Contoh: 54-‫الطالبان‬ ‫ًجلغ‬ 55-‫الطالب‬ ‫ًجلغ‬ 56-‫ج‬‫الطالب‬ ‫جلغ‬‫خ‬‫ان‬ 57-‫ججلغ‬‫الطالباث‬ Contoh yang salah: 58‫الطالبان‬ ‫ًجلعان‬ )‫(أ‬ 59‫الطالب‬ ‫ن‬‫ًجلعى‬ )‫(أ‬ 60‫ججلع‬ )‫(أ‬‫ان‬‫الطالبخان‬ 61‫الطالباث‬ ً‫ًجلع‬ )‫(أ‬ Contoh analisis (meng-i‟rab) 1-‫العامل‬ ‫اشخغل‬ ‫اشخغل‬‫الفخح‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫ماض‬‫فعل‬ : ‫العامل‬‫مفشد‬‫اظم‬ ‫ألهه‬ ‫ضمت‬ ‫فعه‬‫س‬ ‫وعالمت‬‫مشفىع‬ ‫فاعل‬ : 2-‫العامالث‬ ‫حشخغل‬ ‫حشخغل‬‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫مضاسع‬ ‫فعل‬ : ‫م‬ ‫فاعل‬ : ‫العامالث‬‫العالم‬ ‫املؤهث‬ ‫حمع‬ ‫ألهه‬ ‫ضمت‬ ‫فعه‬‫س‬‫وعالمت‬‫شفىع‬ 3-‫الطفال‬ ‫ًىام‬‫ن‬‫العشٍش‬ ‫على‬ ‫ًىام‬:‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫مضاسع‬ ‫فعل‬ :‫الطفالن‬‫ألهه‬ ‫ضمت‬ ‫فعه‬‫س‬‫وعالمت‬‫مشفىع‬‫فاعل‬‫مثنى‬ ‫على‬‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫حاس‬ ‫حشف‬ : ‫العشٍش‬‫مفشد‬‫اظم‬ ‫آلهه‬ ‫لعشة‬ ٍ‫حش‬ ‫وعالمت‬‫بعلى‬ ‫مجشوس‬: 4-!‫احتهذ‬ ،‫ًاطالب‬ ‫ًا‬‫ح‬ :‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫الىذاء‬ ‫شف‬ ‫طالب‬‫الضم‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مفشد‬ ‫علم‬ ‫وَى‬ ‫مىادي‬: ‫احتهذ‬.‫أهذ‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫وحىبا‬ ‫معختر‬ ‫ضمير‬ ‫وفاعله‬‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫أمش‬ ‫فعل‬ :
  • 12. 12 2. Struktur Kalimat Verbal Kalimat Verbal yang dikenal di dalam bahasa Indonesia adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja. Dalam pengertian yang demikian maka di dalam tatabahasa Arab, kalimat verbal termasuk jumlah ismiyah, yaitu jumlah ismiyah yang khabar-nya berupa kata kerja (fi‟il). Mayoritas ahli nahwu menamakan fi‟il yang menjadi khabar ini dengan nama “khabar jumlah fi‟liyah”. Dinamakan demikian karena menurut mayoritas ahli nahwu semua fi‟il memiliki atau memuat fa‟il baik dzahir (tampak) atau muqaddar (dikira-kirakan). Uraian lebih lanjut disajikan pada modul 4. Struktur di sini diartikan susunan atau urutan. Dalam hal ini susunan atau berdasarkan urutan kata yang membentuknya, jumlah fi‟liyah diawali fi‟il lalu diikuti isim (berkedudukan sebagai fa‟il). Fi‟il dalam jumlah fi‟liyah harus selalu berada di depan isim (fa‟il). Jika isim mendahului fi‟il maka tidak lagi dinamakan jumlah fi‟liyah namun dinamakan jumlah ismiyah. Isim yang mendahului fi‟il tersebut dinamakan mubtada‟ dan fi‟il-nya dinamakan khabar. 3. Pola Kalimat Verbal Secara garis besar kalimat verbal memiliki tiga macam pola (model urutan/susunan), yaitu Fi‟il + Fa‟il, Fi‟il + Fa‟il + Maf‟ul Bih, dan Fi‟il + Naibul Fa‟il. Berikut diulas penjelasan masing-masing. a. Fi’il + Fa’il Unsur utama jumlah fi‟liyah adalah fi‟il dan fa‟il. Dengan kata lain jumlah fi‟liyah setidaknya harus terdiri atas fi‟il dan fa‟il. Contoh 2—4 adalah jumlah fi‟liyah yang berstruktur fi‟il + fail tersebut. Ketiga contoh itu terdiri atas dua unsur utama (pokok) jumlah fi‟liyah. Sedangkan contoh-contoh yang lain sudah memperoleh tambahan unsur lain, baik berupa objek (maf‟ul bih) maupun keterangan lainnya. b. Fi’il + Fa’il + Maf’ul Bih Pola kedua di dalam jumlah fi‟liyah terdiri atas fi‟il + fa‟il + maf‟ul bih. Sebelum pola ini diulas lebih lanjut, hal penting yang harus Anda fahami lebih dulu adalah konsep maf‟ul bih, i‟rab maf‟ul bih, macam isim yang menjadi maf‟ul
  • 13. 13 bih, dan pola jumlah fi‟liyah dengan unsur maf‟ul bih. Keempat hal tersebut dipaparkan sebagai berikut. 1) Konsep Maf’ul Bih Maf‟ul bih itu identik dengan objek di dalam bahasa Indonesia. Maf‟ul bih muncul di dalam tuturan bahasa Arab karena digunakannya fi‟il muta‟addi (kata kerja transitif). Fi‟il muta‟addi dapat dikenali dari makna liksikal yang dikandungnya. Berikut dikemukakan contoh penggunaan maf‟ul bih dalam jumlah fi‟liyah: ‫الزواج‬‫في‬‫الشعىب‬‫عادة‬ ‫من‬ ‫الشاب‬ ‫اد‬‫س‬‫أ‬ ‫فئرا‬ .‫ًىغىظالفيا‬ ‫وظط‬ ‫في‬ ‫الضواج‬ ‫في‬ ‫بهم‬ ‫خاصت‬ ‫عادة‬ ‫الىاط‬ ‫ًدبع‬ ‫ألاظشة‬ ‫حعطي‬ ‫ال‬ ‫الحذًث‬ ‫نهاًت‬ ‫وفي‬ .‫الضواج‬ ‫أمىس‬ ‫معهم‬ ‫وبحث‬ ‫أظشتها‬ ‫إلى‬ ‫رَب‬ ‫فخاة‬ ‫خطبت‬ ‫بل‬ ،‫ال‬ ‫أو‬ ‫بىعم‬ ‫احت‬‫ش‬‫ص‬ ‫فيه‬ ‫أيها‬‫س‬ٍ‫قبلى‬ ‫أنهم‬ ‫رلو‬ ‫فمعنى‬ ‫حلىة‬ ‫ماهذ‬ ‫فئرا‬ .‫قهىة‬ ‫له‬ ‫جقذم‬ ‫في‬ ً‫أحع‬ ‫حظا‬ ‫ًجذ‬ ‫أن‬ ‫وعليه‬ ‫الطلب‬ ‫ألاظشة‬ ‫فضذ‬‫س‬ ‫فقذ‬ ‫مشة‬ ‫ماهذ‬ ‫وإرا‬ .‫للفخاة‬ ‫صوحا‬ ،‫الشيخ‬ ‫و‬ ،‫العيذ‬ ،‫(صيني‬ ‫آخش‬ ‫مهان‬1990:91. ) Penjelasan sebagian kalimat yang memuat maf‟ul bih dalam alinea tersebut disajikan dalam tabel berikut: Tabel 5 Deskripsi pola Fi‟il + Fa‟il + Maf‟ul Bih. ‫به‬ ‫ى‬‫املفعى‬ ‫الفاعل‬ ‫املخعذي‬ ‫الفعل‬ ‫الفعليت‬ ‫الجملت‬ ‫الشقم‬ ‫عادة‬ ‫الىاط‬ ‫ًدبع‬ ‫بهم‬ ‫خاصت‬ ‫عادة‬ ‫الىاط‬ ‫ًدبع‬ 1- ‫خطبت‬ ‫الشاب‬ ‫اد‬‫س‬‫أ‬ ‫فخاة‬ ‫خطبت‬ ‫الشاب‬ ‫اد‬‫س‬‫أ‬ ‫إرا‬ 2- ‫أمىس‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫بحث‬ ‫الضواج‬ ‫أمىس‬ ‫معهم‬‫بحث‬ 3- ‫ها‬‫أي‬‫س‬ ‫ألاظشة‬ ‫حعطي‬ ‫فيه‬ ‫ها‬‫أي‬‫س‬‫ألاظشة‬ ‫حعطي‬ ‫ال‬ 4- ‫قهىة‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫جقذم‬ .‫قهىة‬ ‫له‬ ‫جقذم‬ 5- Jika diperhatikan maka semua lafadz yang menjadi maf‟ul bih pada paragraf di atas berada setelah fi‟il dan fa‟il. Jika diperhatikan lebih lanjut maka maf‟ul bih-maf‟ul bih tersebut menjadi objek fi‟il muta‟addi yang dilakukan oleh fa‟il. Dari segi harakatnya maka semua lafadz yang menjadi maf‟ul bih berharakat
  • 14. 14 fathah. Fathah tersebut merupakan salah satu tanda i‟rab nashab. Dengan kata lain maf‟ul bih pada kelima contoh tersebut beri‟rab nashab dengan tanda fathah karena berupa isim mufrad (contoh 1,2,4, dan 5) dan jamak taksir (contoh 3). Atas dasar itu semua maka bisa dirumuskan bahwa maf‟ul bih adalah isim yang ber-i‟rab nashab yang terkena pekerjaan fa‟il. 2) I’rab Maf’ul Bih Semua maf‟ul bih ber-i‟rab nashab. Tanda i‟rab nashab sebagaimana pada contoh-contoh yang menjadi maf‟ul bih tersebut adalah fathah. Fathah bukanlah satu-satunya tanda isim yang beri‟rab nashab. Berikut ini contoh-contoh jumlah fi‟liyah yang tanda i‟rab maf‟ul bih-nya bukan fathah. 6-ِ‫ن‬ْ‫ي‬‫ضيف‬ ‫عثمان‬‫ألشم‬ 7-‫ًطيع‬ٍ‫أبا‬ ‫الىلذ‬ 8-‫املخقين‬ ‫هللا‬ ‫ًحب‬ 9-ِ‫املعلماث‬ ‫ن‬‫املعلمى‬ ‫حم‬‫س‬ 11-‫الطالب‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ٌعلم‬ Semua kalimah yang terakhir pada empat contoh tersebut adalah maf‟ul bih. Maf‟ul bih pada contoh 6 berupa isim tatsniyah dengan tanda nashab “ya”, pada contoh 7 berupa asma‟ khamsah dengan tanda nashab “alif”, pada contoh 8 berupa jamak mudzakkar salim dengan tanda nashab “ya” dan pada contoh 9 berupa jamak muannats salim dengan tanda nashab “kasrah”, pada contoh 10 berupa jamak taksir dengan tanda nashab “fathah”. Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa tanda i‟rab nashab pada isim itu sebagaimana sajian dalam tabel berikut. Maf’ul bih adalah isim yang ber- I’rab nashab yang terkena pekerjaan fa’il.
  • 15. 15 Tabel 6 Tanda I‟rab Nashab No Jenis Isim Tanda I’rab Nashab Keterangan 1- Isim mufrad Fathah Tanda nashab ini berlaku untuk setiap isim yang beri‟rab nashab karena menjadi maf‟ul bih atau menjadi lainnya 2- Asma‟ khamsah Alif 3- Isim tatsniyah Ya‟ 4- Jamak mudzakkar salim Ya‟ 5- Jamak muannats salim Kasrah 6- Jamak taksir Fathah Fi‟il yang bukan muta‟addi dinamakan fi‟il lazim. Jadi, pada dasarnya jumlah fi‟liyah yang fi‟ilnya lazim tidak memiliki maf‟ul bih. Fi‟il-fi‟il lazim tersebut sudah disajikan penggunaannya pada jumlah fi‟liyah berpola fi‟il + fa‟il. 3) Macam Isim yang menjadi Maf’ul Bih Di depan sudah diutarakan macam isim yang menjadi maf‟ul bih, yang meliputi isim mufrad, isim tasniyah, jamak mudzakkar salim, jamak muanants salim, jamak taksir, dan asma‟ khamsah. Semua itu dinamakan dengan isim dzahir. Selain maf‟ul bih isim dzahir ada pula yang berupa isim dhamir. Perhatikan contoh-contoh pada tabel berikut. Tabel 7 Maf‟ul bih berupa dhamir muttashil ‫صىرجه‬ ‫به‬ ‫ل‬‫املفعى‬ ‫ألامثلت‬ ‫الرقم‬ ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫الضم‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬ "ٌ"‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ًحبه‬ ‫الطالب‬ 11 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ ‫ض‬ "‫"َما‬ ‫مير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ًحبهما‬ ‫الطالبان‬ 12 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫"َم‬‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ًحبهم‬ ‫الطالب‬ 13 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫"َا‬ ‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ًحبها‬ ‫الطالبت‬ 14 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫"َما‬‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ًحبهما‬ ‫الطالبخان‬ 15 ‫في‬ ‫الفخحت‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬‫هصب‬ ‫محل‬ "ًَ"‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ً‫ًحبه‬ ‫الطالباث‬ 16
  • 16. 16 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫الفخحت‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬ "‫"ك‬‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ًحبو‬ 17 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫ما‬‫"ل‬‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ما‬‫ًحبن‬ 18 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫م‬‫"ل‬‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫م‬‫ًحبن‬ 19 ‫ه‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫النعش‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬‫صب‬ " ِ‫"ك‬‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ِ‫ًحبو‬ 20 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫ما‬‫"ل‬‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ما‬‫ًحبن‬ 21 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫الفخح‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬ " ًّ‫"ل‬‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ًَّ‫ًحبن‬ 22 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫"ًاء‬ ‫ضمير‬ ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ًحبني‬ 23 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ ‫"ها‬ ‫ضمير‬" ‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫ًحبىا‬ 24 Dhamir-dhamir yang menjadi maf‟ul bih sebagaimana yang baru Anda telaah adalah dhamir muttashil. Dhamir-dhamir yang demikian terletak di antara fi‟il dan fa‟il. Ada pula maf‟ul bih yang berupa dhamir Munaibul fa‟ilashil mahal nashab. Maf‟ul bih yang berupa dhamir Munaibul fa‟ilashil mahal nashab banyak dijumpai pada jumlah fi‟liyah yang berpola maf‟ul bih + fi‟il + fail (dhamir mustatir), seperti pada 2 contoh berikut. 25-‫وعبذ‬ ‫إًاك‬ 26-‫وعخعين‬ ‫إًاك‬ Pada dua contoh itu anda hanya menjumpai sagtu bentuk dhamir Munaibul fa‟ilashil mahal nashab yang menjadi maf‟ul bih. Keseluruhan bentuk dhamir tersebut dapat anda telaah pada tabel berikut. Tabel 8 Maf‟ul bih berupa dhamir muNaibul Fa‟ilashil ‫صىرجه‬ ‫به‬ ‫ل‬‫املفعى‬ ‫ألامثلت‬ ‫الرقم‬ ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫الضم‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬ "ٌ"‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫أ‬ ٍ‫إًا‬ 27 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫"َما‬‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫أ‬ ‫إًاَما‬ 28 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫"َم‬‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫أ‬ ‫إًاَم‬ 29 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫"َا‬ ‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫أ‬ ‫إًاَا‬ 30 ‫هص‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬‫ب‬ "‫"َما‬‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫أ‬ ‫إًاَما‬ 31 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫الفخحت‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬ "ًَ"‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫أ‬ ًَ‫إًا‬ 32 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫الفخحت‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬ "‫"ك‬‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫أ‬ ‫إًاك‬ 33 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫ما‬‫"ل‬‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫إًالماأ‬ 34
  • 17. 17 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫م‬‫"ل‬‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫أ‬ ‫إًالم‬ 35 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫النعش‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬ " ِ‫"ك‬‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫أ‬ ِ‫إًاك‬ 36 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫ما‬‫"ل‬‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫إًالماأ‬ 37 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫الفخح‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬ " ًّ‫"ل‬‫ضمير‬ ‫حى‬‫س‬‫أ‬ ً‫إًال‬ 38 ‫هصب‬ ‫محل‬ ‫في‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬ "‫"ًاء‬ ‫ضمير‬ ‫ًشحى‬ ‫إًاي‬ 39 ‫ف‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫مخصل‬‫هصب‬ ‫محل‬ ‫ي‬ "‫"ها‬ ‫ضمير‬ ‫ًشحى‬ ‫إًاها‬ 40 4) Pola Jumlah fi’liyah dengan unsur maf’ul bih Berdasarkan paparan di depan maka pola jumlah fi‟liyah dengan unsur maf‟ul bih bisa dipilah menjadi 3, yaitu (1) fi‟il + fa‟il + maf‟ul bih (lihat contoh 1--10, fi‟il + maf‟ul bih + fa‟il (lihat tabel 7), dan maf‟ul bih + fi‟il + fa‟il (seperti pada tabel 8). Untuk melengkapi paparan di depan berikut ini diberikan contoh-contoh analisis dalam bentuk mengi‟rab kalimah-kalimah yang membentuk jumlah mufidah yang terkait dengan maf‟ul bih. 1-‫عمله‬ ً‫مخق‬ ‫هللا‬ ‫ًحب‬ ‫ًحب‬‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫مضاسع‬ ‫فعل‬ : ‫هللا‬‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫فاعله‬: ً‫مخق‬‫مضاف‬ ‫وَى‬‫بالفخحت‬ ‫مىصىب‬‫به‬ ‫ى‬‫مفعى‬: ‫عمله‬‫إليه‬ ‫مضاف‬ ‫الهاء‬ ‫و‬ ‫مضاف‬ ‫وَى‬ ‫بالنعشة‬ ‫مجشوس‬ ‫إليه‬ ‫مضاف‬‫عمل‬: 2-‫املعلم‬ ‫شذوي‬‫س‬‫أ‬ ‫شذ‬‫س‬‫أ‬‫على‬ ‫مبني‬ ‫ماض‬‫فعل‬ :‫الفخح‬ ‫وي‬‫محل‬ ‫في‬ ‫الفخح‬ ‫أو‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫مخصل‬ ‫ضمير‬ ‫والياء‬ ‫للىقاًت‬ ‫ن‬‫الىى‬ : .‫به‬ ‫ى‬‫مفعى‬‫هصب‬ ‫املعلم‬‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫فاعل‬ : 3-‫ى‬‫والشظى‬ ‫هللا‬ ‫ألشم‬ ‫املخقين‬ ‫املخقين‬‫العالم‬ ‫املزلش‬ ‫حمع‬ ‫ألهه‬ ‫بالياء‬ ‫مىصىب‬‫به‬ ‫ى‬‫مفعى‬: ‫ألشم‬‫الفخح‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫ماض‬‫فعل‬ : ‫هللا‬‫فاع‬ :‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫ل‬
  • 18. 18 ‫ظىله‬‫س‬‫و‬‫لل‬ ‫الىاو‬ :‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬‫معطىف‬ ‫ى‬‫الشظى‬ ،‫عطف‬ 4-!‫ألاشقياء‬ ‫دمىع‬‫امسح‬ .‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫أمش‬ ‫فعل‬ : ‫امسح‬ .‫أهذ‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫وحىبا‬ ‫معختر‬ ‫ضمير‬ ‫فاعله‬ ‫دمىع‬‫مضاف‬ ‫وَى‬‫بالفخحت‬ ‫مىصىب‬‫به‬ ‫ى‬‫مفعى‬: ‫بالنعشة‬ ‫مجشوس‬‫إليه‬ ‫مضاف‬:‫ألاشقياء‬ c. Fi’il + Naibul Fa’il Pola ketiga dari jumlah fi‟liyah adalah fi‟il (mabni majhul) + naibul fa‟il. Sebelum ulasan mengenai pola ketiga dari jumlah fi‟liyah akan lebih baik kalau anda terlebih dahulu memperhatikan paparan tentang konsep na‟ibul fa‟il, i‟rab naibul fa‟il, dan kesesuaian antara fi‟il dengan naibul fa‟ilnya sebagai berikut. 1) Konsep Na’ibul Fa’il Sebelum konsep naibul fa‟il dibahas secara menyeluruh terlebih dahulu perhatikan tuturan dalam alinea berikut. (‫أ‬)‫غشفت‬ ‫في‬ ‫املائذة‬ ‫هظمذ‬ ‫الحفلت‬ ‫اهتهاء‬ ‫قبيل‬‫وأحضشث‬ ‫عليها‬ ‫الطعام‬ ‫وَيئ‬ ‫ألامل‬ ‫فأمل‬ ‫ألامل‬ ‫غشفت‬ ‫إلى‬ ‫الضيىف‬ ‫دعي‬ ‫الحفلت‬ ‫اهتهذ‬ ‫وبعذما‬ .‫والقهىة‬ ‫الفالهت‬ .‫املضيف‬ ‫وشنش‬ ‫القهىة‬ ‫وششبذ‬ ‫الطعام‬ (‫ب‬)‫ٌعصش‬ ‫ثم‬ ّ‫العنش‬ ‫وٍىضع‬ ‫باملاء‬ ‫الهىب‬ ‫ًمأل‬ : ‫العصير‬ ‫صىع‬ ‫عمليت‬ ‫ماهذ‬ .‫العصير‬ ‫ٌششب‬ ‫ثم‬ ‫املاء‬ ‫وٍحشك‬ ‫ن‬‫الليمى‬،‫وآخشون‬ ‫(باسوم‬1981:101) ‫بالخصشف‬ Jumlah fi‟liyah yang memuat naibul fa‟il pada kedua alinea tersebut disajikan pada tabel berikut. Tabel 9 Pola Jumlah fi‟liyah Fi‟il Madhi Majhul + Naibul Fa‟il ‫الفاعل‬‫هائب‬ ‫هىع‬ ‫الفاعل‬‫هائب‬ ‫الفعل‬‫هىع‬ ‫ل‬‫للمجهى‬ ‫مبني‬ ‫ألامثلت‬ ‫الرقم‬ ‫مؤ‬ ‫مفشد‬‫اظم‬‫هث‬ ‫املائذة‬ ‫ماض‬‫فعل‬ ‫املائذة‬ ‫هظمذ‬ 1 ‫مزلش‬‫مفشد‬‫اظم‬ ‫الطعام‬ ‫ماض‬‫فعل‬ ‫الطعام‬ ‫َيئ‬ 2 ‫مؤهث‬ ‫مفشد‬‫اظم‬ ‫الفالهت‬ ‫ماض‬‫فعل‬ ‫الفالهت‬ ‫أحضشث‬ 3
  • 19. 19 ‫الخنعير‬ ‫حمع‬ ‫الضيىف‬ ‫ماض‬‫فعل‬ ‫الضيىف‬ ‫دعي‬ 4 ‫مزلش‬‫مفشد‬‫اظم‬ ‫الطعام‬ ‫ماض‬‫فعل‬ ‫الطعام‬ ‫أمل‬ 5 ‫مؤهث‬ ‫مفشد‬‫اظم‬ ‫القهىة‬ ‫ماض‬‫فعل‬ ‫القهىة‬ ‫ششبذ‬ 6 ‫اظ‬‫مزلش‬‫مفشد‬‫م‬ ‫املضيف‬ ‫ماض‬‫فعل‬ ‫املضيف‬ ‫شنش‬ 7 ‫مزلش‬‫مفشد‬‫اظم‬ ‫الهىب‬ ‫مضاسع‬ ‫فعل‬ ‫الهىب‬ ‫ًمأل‬ 8 ‫مزلش‬‫مفشد‬‫اظم‬ ‫العنش‬ ‫مضاسع‬ ‫فعل‬ ّ‫العنش‬ ‫ًىضع‬ 9 ‫مزلش‬‫مفشد‬‫اظم‬ ‫ن‬‫الليمى‬ ‫مضاسع‬ ‫فعل‬ ‫ن‬‫الليمى‬ ‫ٌعصش‬ 10 ‫مزلش‬‫مفشد‬‫اظم‬ ‫املاء‬ ‫مضاسع‬ ‫فعل‬ ‫املاء‬ ‫ًحشك‬ 11 ‫مزلش‬‫مفشد‬‫اظم‬ ‫العصير‬ ‫مضاس‬ ‫فعل‬‫ع‬ ‫العصير‬ ‫ٌششب‬ 12 Kalau Anda perhatikan maka setiap naibul fa‟il didahului oleh fi‟il yang didhammah awalnya dan dikasrah huruf sebelum huruf akhirnya (jika berupa fi‟il madhi) dan didhammah huruf awalnya dan difathah huruf sebelum huruf akhirnya (jika berupa fi‟il mudhari‟). Fi‟il yang demikian dinamakan fi‟il mabni majhul atau fi‟il majhulul fa‟il (tidak diketahui fa‟ilnya). Ketiadaan atau tidak diketahuinya fa‟il ini bisa disebabkan oleh sebab yang berbeda-beda; ada kalanya karena memang tidak diketahui, atau karena mutakalim enggan menyebutnya atau karena takut menyebut fa‟il tersebut. Jika anda perhatikan fi‟il-fi‟il mabni maklum tersebut maka anda ketahui bahwa fi‟il-fi‟il tersebut adalah fi‟il muta‟addi yang membutuhkan maf‟ul bih; sedangkan naibul fa‟il-nya seharusnya menjadi maf‟ul bih. Dalam hal ini, dapat dijelaskan bahwa maf‟ul bih menggantikan posisi fa‟il setelah mutakallim (penutur) tidak mengetahui fa‟ilnya atau enggan menyebutnya. Penggeseran maf‟ul bih menjadi na‟ibul fa‟il mempersyaratkan berubahnya fi‟il muta‟addi dari mabni maklum menjadi mabni majhul. Dengan demikian, kalau contoh 1--4 diberi fa‟il maka jumlah fi‟liyah tersebut menjadi sebagai berikut. 1‫املائذة‬ ‫الخادم‬ ‫هظم‬ )‫(أ‬ 2‫الخ‬ ‫َيأ‬)‫(أ‬‫الطعام‬ ‫ادم‬ 3)‫(أ‬‫الفالهت‬ ‫الخادم‬ ‫أحضش‬ 4‫الضيىف‬ ‫املضيف‬ ‫دعا‬ )‫(أ‬
  • 20. 20 Dari paparan di depan dapat disimpulkan bahwa naibul fa‟il adalah isim yang beri‟rab rafa‟ yang terletak setelah fi‟il mabni majhul. Penamaan na‟ibul fa‟il sejalan dengan tradisi pemikiran mayoritas ahli nahwu yang menyatakan bahwa pola ketiga ini merupakan turunan dari pola kedua. 2) I’rab Na’ibul Fa’il Di depan telah dipaparkan bahwa i‟rab naibul fa‟il adalah rafa‟. Ini artinya bahwa isim apa saja yang menjadi naibul fa‟il asalkan mu‟rab (tidak mabni) i‟rab-nya harus rafa‟ sama dengan i‟rab fa‟il. Jika naibul fa‟il berupa isim dhamir, isim isyarah, atau isim maushul maka tentu tetap mabni. Setiap isim mabni yang menempati posisi naibul fa‟il maka memiliki i‟rab mahalli yang para ahli nahwu mendeskripsikannya dengan “fi mahalli raf‟in naibu fa‟ilin”. 3) Naibul Fa’il berupa Dhamir Di depan sudah dipaparkan bahwa fi‟il mabni majhul bisa berupa fi‟il madhi bisa pula berupa fi‟il mudhari‟. Pada tabel berikut disajikan contoh pola fi‟il madhi mabni majhul + na‟ibul fa‟il yang berupa dhamir. Tabel 10 Pola Jumlah fi‟liyah Fi‟il Madhi‟ Majhul + Naibul Fa‟il Dhamir ‫الفاعل‬ ‫هائب‬ ‫ي‬ ‫املاض‬ ‫الفعل‬ ‫ى‬‫للمجهى‬ ‫املبني‬ ‫ألامثلت‬ ‫الشقم‬ ‫َى‬ٍ‫جقذًش‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫َى‬ 13 ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫ا‬‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫َما‬ 14 ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫الجمع‬ ‫واو‬‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫وا‬‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫َم‬ 15 ‫معختر‬ ‫ضمير‬‫في‬ ‫الخأهيث‬ ‫عالمت‬ ‫(الخاء‬ ‫هي‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ْ‫ث‬‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫هي‬ 16 Na’ibul Fa’il adalah isim yang ber- I’rab rafa’ yang terletak setelah fi’il mabni majhul.
  • 21. 21 )‫ي‬ ‫املاض‬ ‫الفعل‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫ا‬‫ج‬‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫َما‬ 17 ‫على‬ ‫مبني‬ "‫اليعىة‬ ‫ن‬‫"هى‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬ ‫الفخح‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫ن‬ ْ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ًَ 18 ‫على‬ ‫مبني‬ "‫مخاطب‬ ‫"جاء‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬ ‫الفخح‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫ح‬ ‫أهذ‬ِ‫م‬‫ذ‬‫ث‬ 19 ‫على‬ ‫مبني‬ "‫للمخاطبين‬ ‫"جما‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫ما‬‫حمذج‬ ‫ما‬‫أهخ‬ 20 ‫على‬ ‫مبني‬ "‫مخاطبين‬ ‫"جم‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫م‬‫حمذج‬ ‫م‬‫أهخ‬ 21 ‫على‬ ‫مبني‬ "‫مخاطبت‬ ‫"جاء‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬ ‫النعش‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ِ‫حمذث‬ ِ‫أهذ‬ 22 ‫على‬ ‫مبني‬ "‫للمخاطبخين‬ ‫"جما‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬ ‫العهى‬‫ن‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫ما‬‫حمذج‬ ‫ما‬‫أهخ‬ 23 ‫على‬ ‫مبني‬ "‫مخاطباث‬ ‫"جم‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬ ‫الفخح‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ًَّ‫حمذج‬ َّ‫ن‬‫أهت‬ 24 ‫الضم‬ ‫على‬‫مبني‬"‫مخهلم‬ ‫"جاء‬‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬‫ضمير‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫حمذث‬ ‫أها‬ 25 ‫مبني‬ "‫الغير‬ ‫مع‬ ‫مخهلم‬ ‫"ها‬ ‫مخحشك‬ ‫فع‬‫س‬ ‫ضمير‬ ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬ ‫ذ‬ِ‫م‬‫ح‬ ‫حمذها‬ ً‫هح‬ 26 Contoh pola fi‟il mudhari‟ mabni majhul + na‟ibul fa‟il yang berupa dhamir. Tabel 11 Pola fi‟il mudhari‟ mabni majhul + na‟ibul fa‟il yang berupa dhamir. ‫الفاعل‬ ‫هىع‬ ‫املضارع‬‫الفعل‬ ‫ألامثلت‬ ‫الرقم‬ ‫َى‬ٍ‫جقذًش‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫ًضحو‬ ‫م‬‫ش‬ ْ ‫ن‬ً ‫َى‬ 27 ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫ًضحهان‬ ‫َما‬‫مان‬‫ش‬ ْ ‫ن‬ً 28 ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫الجمع‬ ‫واو‬‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫ن‬‫ًضحهى‬ ‫ن‬‫مى‬‫ش‬ ْ ‫ن‬ً ‫َم‬ 29 ‫هي‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫جضحو‬ ‫م‬‫ش‬ ْ ‫ن‬‫ج‬ ‫هي‬ 30 ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫مخصل‬‫ضمير‬ ‫جضحهان‬ ‫مان‬‫نش‬‫ج‬ ‫َما‬ 31
  • 22. 22 ‫الفخح‬ ‫على‬‫مبني‬ "‫اليعىة‬ ‫ن‬‫"هى‬‫ضمير‬ ً‫ًضحن‬ ً ْ‫نشم‬ً ًَ 32 ٍ‫جقذًش‬ ‫وحىبا‬ ‫معختر‬‫ضمير‬‫أهذ‬ ‫جضحو‬ ‫م‬‫ش‬ ْ ‫ن‬‫ج‬ ‫أهذ‬ 33 ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫ضمير‬ ‫جضحهان‬ ‫مان‬‫ش‬ ْ ‫ن‬‫ج‬ ‫أهخما‬ 34 ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫حمع‬ ‫واو‬‫ضمير‬ ‫ن‬‫جضحهى‬ ‫ن‬‫مى‬‫نش‬‫ج‬ ‫أهخم‬ 35 ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬ "‫مخاطبت‬‫مؤهثت‬‫"ًاء‬‫ضمير‬ ‫جضحنين‬ ‫مين‬‫نش‬‫ج‬ ِ‫أهذ‬ 36 ‫ن‬‫العهى‬ ‫على‬‫مبني‬‫جثييت‬ ‫ألف‬ ‫ضمير‬ ‫جضحهان‬ ‫مان‬‫ش‬ ْ ‫ن‬‫ج‬ ‫أهخما‬ 37 ‫الفخح‬ ‫على‬‫مبني‬ ‫مخاطبت‬‫مؤهثت‬‫حمع‬ ‫ن‬‫هى‬ ‫ضمير‬ ً‫جضحن‬ ً‫م‬‫نش‬‫ج‬ ‫أهتن‬ 38 ‫أها‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫وحىبا‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫م‬‫لش‬‫أ‬ ‫ألشم‬ ‫أها‬ 39 ً‫هح‬ ٍ‫جقذًش‬ ‫وحىبا‬ ‫معختر‬‫ضمير‬ ‫م‬‫نش‬‫ه‬ ‫هنشو‬ ً‫هح‬ 40 4) Kesesuaian Fi’il dengan Na’ibul Fa’il Sebagai naibul fa‟il, maf‟ul bih mengalami yang semula ber-i‟rab nashab berubah menjadi beri‟rab rafa‟ (karena fa‟il beri‟rab rafa‟). Selain itu, fi‟il juga mengalami perubahan dari mabni ma‟lum menjadi mabni majhul. Lebih lanjut fi‟il juga harus disesuaikan dengan naibul fa‟ilnya dalam mudzakkar dan muannatsnya. Fi‟il mabni ma‟lum tidak terpengaruh oleh bilangan na‟ibul fa‟il. Dalam pembelajaran anda bisa melatih para siswa untuk mengubah jumlah fi‟liyah yang fi‟il-nya mabni ma‟lum menjadi mabni majhul atau sebaliknya (mengubah jumlah fi‟liyah dengan fi‟il mabni majhul menjadi mabni ma‟lum. Contoh pengubahan mabni ma‟lum ke mabni majhul. 13-ّ‫س‬‫املذ‬ ‫الطالب‬ ‫ًنشم‬‫ظت‬-------<‫ج‬ّ‫س‬‫املذ‬ ‫نشم‬‫ظت‬ 14-‫ج‬‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫الطالبت‬ ‫نشم‬-------<ً‫ط‬‫س‬‫املذ‬ ‫نشم‬ 15-‫البيخين‬ ‫الىالذ‬ ‫ًحب‬-------<‫البيخان‬ ‫جحب‬ 16-‫بىتهما‬ ‫الىلذان‬ ‫ًحب‬-------<‫البيذ‬ ‫جحب‬ 17-‫املعلمين‬ ‫هللا‬ ‫ى‬‫ظى‬‫س‬‫ًشحم‬-----<‫ن‬‫املعلمى‬ ‫ًشحم‬ 18-‫املعلم‬ ‫هللا‬ ‫ى‬‫ظى‬‫س‬‫ًشحم‬‫اث‬----<‫املعلماث‬ ‫جشحم‬ 5) Pola Fi’il + Naibul Fa’il dan Kalimat Pasif. Jika disandingkan dengan kalimat bahasa Indonesia, pola ketiga ini seolah identik dengan kalimat pasif, karena terjemahan kalimat pola ketiga ini ke dalam bahasa Indonesia sama-sama diawali „awalan di‟. Tetapi sesungguhnya keduanya
  • 23. 23 sangat berbeda, karena kalimat pasih dalam bahasa Indonesia pelaku (fa‟il)-nya masih disebutkan, sedangkan dalam bahasa Arab tidak disebutkan. Untuk melengkapi paparan di depan berikut ini diberikan contoh-contoh analisis dalam bentuk mengi‟rab kalimah-kalimah yang membentuk jumlah mufidah yang terkait dengan naibul fa‟il. 1-‫الضَشة‬ ‫قطفذ‬ ‫قطفذ‬‫الخأهيث‬ ‫عالمت‬ ‫والخاء‬ ،‫الفخح‬ ‫على‬ ‫مبني‬ ‫ماض‬‫فعل‬ : ‫الضَشة‬‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫الفاعل‬ ‫هائب‬ : 2-‫البقشة‬ ‫جحلب‬ ‫جحلب‬‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫مضاسع‬ ‫فعل‬ : ‫البقشة‬‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫الفاعل‬ ‫هائب‬ : 3-‫ن‬‫املجتهذو‬ ‫ًنشم‬ ‫ًنشم‬‫فعل‬ :‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫مضاسع‬ ‫العالم‬ ‫املزلش‬ ‫حمع‬ ‫ألهه‬ ‫بالىاو‬ ‫مشفىع‬ ‫الفاعل‬ ‫هائب‬ :‫ن‬‫املجتهذو‬ 4-‫املجتهذجان‬ ‫جنشم‬ ‫جنشم‬‫بالضمت‬ ‫مشفىع‬ ‫مضاسع‬ ‫فعل‬ : ‫مثنى‬ ‫ألهه‬ ‫باأللف‬ ‫مشفىع‬ ‫الفاعل‬ ‫هائب‬ :‫املجتهذجان‬ E. RANGKUMAN Saudara-saudara para pejuang bahasa Arab yang saya banggakan, ulasan di depan dapat dirangkum sebagai berikut. 1. Kalimat verbal atau jumlah fi‟liyah adalah susunan dua kata atau lebih yang setidaknya terdiri atas fi‟il (predikat) dan fa‟il (subjek). 2. Jumlah fi‟liyah selalu didahului oleh fi‟il (verba) dan diikuti isim (nomina). 3. Pola jumlah fi‟liyah setidaknya ada tiga macam, yaitu: a. Fi‟il + Fa‟il b. Fi‟il + Fa‟il + Maf‟ul bih c. Fi‟il + Naibul Fa‟il 4. Fi‟il di dalam jumlah fi‟liyah bisa berupa fi‟il madhi, fi‟il mudhari‟, atau fi‟il amar sesuai kebutuhan.
  • 24. 24 5. Fa‟il adalah isim yang beri‟rab rafa‟ yang menerangkan tentang seseorang atau sesuatu yang melakukan aktifitas dan terletak setelah fi‟il mabni ma‟lum. 6. Fa‟il bisa berupa isim dzahir (mufrad, tatsniyah, jamak (mudzakkar Salim, muannats salim, taksir)), isim dhamir, isim isyarah, isim maushul. 7. Fi‟il harus sesuai dengan fa‟il-nya dalam jenisnya (mudzakkar dan muannats-nya), penyesuaian itu dilakukan dengan pemberian tanda pada fi‟il yang fail-nya muannats . 8. Fi‟il tidak boleh disesuaikan dengan fa‟il-nya dalam bilangannya (mufrad, tatsniyah, dan jamak). 9. Maf‟ul bih adalah isim yang ber-i‟rab nashab (dinashabkan oleh fi‟il Muta‟addi) yang terkena pekerjaan fa‟il. 10. Maf‟ul bih bisa berupa isim Dzahir yang terdiri atas isim mufrad, isim tasniyah, dan jamak. 11. Maf‟ul bih bisa berupa isim dhamir yang terdiri dari dua belas isim dhamir muttashil dan dua belas dari isim dhamir munfashil. 12. Tanda i‟rab maf‟ul bih isim dzahir yaitu isim mufrad dan jamak taksir dengan fathah, isim tasniyah dan jamak mudzakar salim dengan ya‟, jamak muannats salim dengan kasrah, dan asma‟ khamsah dengan alif. 13. Semua maf‟ul bih yang berupa isim dhamir adalah mabni. 14. Letak maf‟ul bih di dalam jumlah mufidah meliputi: a. Fi‟il + Fa‟il + Maf‟ul Bih b. Fi‟il + Maf‟ul Bih + Fa‟il c. Maf‟ul Bih + Fi‟il + Fa‟il 15. Naibul fa‟il adalah isim ber-i‟rab rafa‟ yang terletak setelah fi‟il mabni Majhul. 16. Fi‟il mabni majhul adalah fi‟il madhi yang huruf awalnya di-dhammah dan huruf sebelum akhirnya di-kasrah atau fi‟il mudhari‟ huruf mudharaah-nya di-dhammah dan huruf sebelum akhirnya di-fathah. 17. Fi‟il mabni majhul harus selalu mendahului naibul fa‟il. 18. Fi‟il mabni majhul harus sesuai dengan naibul fa‟il-nya dalam jenisnya (mudzakkar dan muannats-nya), penyesuaian itu dilakukan dengan pemberian tanda pada fi‟il yang naibul fa‟il-nya muannats .
  • 25. 25 19. Fi‟il mabni majhul tidak boleh disesuaikan dengan naibul fa‟il-nya dalam bilangannya (mufrad, tatsniyah, dan jamak). 20. Naibul fa‟il ada yang berupa isim dzahir dan ada yang berupa isim dhamir. F. DAFTAR PUSTAKA 1. Al-Dahdah, Anthoni. 1987. Mu‟jam Qawa‟id al-Lughoh al-„Arabiyyah fi Jadawil wa Lauhat. Beirut: Maktabah Lubnan. 2. Al-Fauzan, Abdurrahman bin Ibrahim. 2002. Al-Arabiyyah Baina Yadaik, al-Kitab al-Awwal. Riyadl: Muassasah al-Waqf al-Islami. 3. Al-Gholayain, Musthofa. 1987. Jami‟ al-Durus al-„Arabiyyah. Beirut: al- Maktabah al-„Ashriyyah. 4. Al-Jarim, Ali dan Musthofa Amin. Tanpa Tahun. al-Nahwu al-Wadhih fi Qawa‟id al-Lughoh al-„Arabiyyah. Surabaya: al-Hidayah. 5. Al-Naqah, Ahmad Kamis dan Thu‟aimah, Rusydi Ahmad. 2003. Tharaiq al Lu Lughat al Arabiyyah li Ghairi Nathiqina biha. Al Ribath: Esesco. 6. Al-Saqa, Al-Malik, Shalih dkk. 1982. Qawa‟id al-lughoh al-„Arabiyyah. Riyadl: Wizarah al-Ma‟arif. 7. Musthofa dkk. 1982. Al-Wadhih fi Qawa‟id al-Lughoh al-„Arabiyyah. Riyadl: Wizarah al-Ma‟arif. 8. Barum, al-Sayyid Muhsin Ahmad dkk. 1981. Mabadi‟ Qawa‟id al-Lughoh al-„Arabiyyah. Riyadl: Wizarah al-Ma‟arif. 9. Khairani, Ahmad Shohib. 2008. Audhoh al-Manahij. Jatibening: WCM Press. 10. Khasairi, Moh. 2011. Al Mawad al Dirasiyah fi Tathbiq al Nahwi al Tsani. Malang: Misykat 11. Khasairi, Moh. 2018. Al Mawad al Ta‟limiyah fi Tathbiq al Nahwi al Awwal. Malang: Bintang Sejahtera. 12. Shaleh, al Malik; Hanafi Abdullah al Hanafi; Abdullah As Sa‟d al Madhi. 1982. Qawa‟id al-Lughoh al-„Arabiyyah li Shaffi al Tsani al Mutawassith. Al Mamlakah al Arabiyyah al Saudiyyah: Wizarah al-Ma‟arif.
  • 26. 26 13. Thu‟aimah, Rusydi Ahmad. 1989. Ta‟limi al Lu Lughat al Arabiyyah li Ghairi Nathiqina biha Manahijuh wa Asalibuh. Al Ribath: Esesco. 14. Syamsuddin, Ibrahim. 2000. Marja‟ al-Thullab fi Qawa‟id al-Nahwi. Lebanon: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah.