SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
Download to read offline
HALAMAN JUDU L
MAKALAH
KIMIA ORGANIK
ALKIL HALIDA
Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Angga Oktyashari 021150053
2. Nada Julian Raif 021150058
3. Salma Zulfa Afifah 021150061
4. Krissa Pria Dwi P 021150072
5. Antonius Supriadi 021150075
6. Muh Dzikra Afnanta 021150084
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN D3 TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NEGERI “VETERAN” YOGYAKARTA
2016
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas kimia organik yang
berjudul “Alkil Halida”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, hal ini karena kemampuan dan pengalaman kami yang masih ada
dalam keterbatasan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan dalam makalah ini yang akan datang.
Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan :
1. Ir. Dyah Tri Retno, MM, selaku dosen mata kuliah “Kimia Organik”,
2. Rekan-rekan mahasiwa yang telah memberikan masukan untuk makalah ini.
3. Bapak dan ibu kami tercinta atas semua do’a, dukungan, perhatian dan kasih
sayang.
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi kami dan kelompok kami.
Yogyakarta, 13 Maret 2016
Penyusun,
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................ 3
D. Manfaat.......................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
A. Tata Nama dan Klasifikasi Alkil Halida ........................................................ 4
B. Sifat Fisika Alkil Halida ................................................................................ 5
C. Reaksi Substitusi dan Eliminasi ...................................................................11
D. Reaksi SN-2 ................................................................................................... 14
E. Reaksi SN-1 ................................................................................................... 16
F. Reaksi E1..................................................................................................... 19
G. Reaksi E2..................................................................................................... 20
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 22
A. Kesimpulan.................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 24
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Senyawa organohalogen digunakan secara meluas dalam masyarakat
modern. Sebagai pelarut, insektisida dan bahan-bahan dalam sintesis senyawa
organik. Kebanyakan senyawa organohalogen adalah sintetik. Senyawa
organohalogen agak jarang dijumpai di alam. Tiroksina (thyroxine), suatu
penyusun dari hormone tiroid tiroglobulin, adalah suatu senyawa iod yang
terdapat di alam. Senyawa halogen agak lebih lazim dalam organisme laut, seperti
ganggang dan rumput laut. Zat warna ungu tirius adalah suatu senyawa brom yang
diperoleh dalam jumlah kecil dari jenis langka siput di pulau Kreta. Ungu tirius
digunakan sebagai zat warna oleh keluarga raja Pheonix dan sesudah itu bangsa
Romawi (di negeri barat dikenal ungkapan: “ungu kerajaan” atau “keturunan
ungu”).
Banyak senyawa organohalogen bersifat racun (toxic) dan harus digunakan
dengan hati-hati. Misalnya, pelarut-pelarut karbon tetraklorida (CCl4) dan
kloroform (CHCl3) mengakibatkan kerusakan hati bila dihirup berlebihan.
Insektisida yang mengandung halogen-halogen (seperti DDT) digunakan secara
meluas dalam pertanian, namun penggunaan itu merosot akhir-akhir ini karena
efek yang merusak lingkungan. Dipihak lain beberapa senyawa halogen
tampaknya sangat aman dan beberapa digunakan sebagai pematirasa hirupan.
Contoh anestetika ini adalah halotana (CF3CHBrCl) dan metoksi flurana
(CH3OCF2CHCl2). Senyawa yang mengandung hanya karbon, hidrogen, dan
suatu atom halogen dapat dibagi dalam tiga kategori: alkil halida, aril halida
(dalam mana sebuah halogen terikat pada sebuah karbon dari suatu cincin
aromatik), dan halida vinilik (dalam mana sebuah halogen terikat pada sebuah
karbon berikatan rangkap). Berikut ini beberapa contoh:
2
Alkil halida (RX): CH3I CH3CH2Cl
Iodometana kloroetana
Aril halida (ArX):
Klorobenzena
Br
Halida vinilik : CH2Cl=CHCl CH3CH=CCH3
Kloroetana 2-bromo-2-butena
R telah didefinisikan sebagai lambang umum untuk sebuah gugus alkil. Atom
halogen (F. Cl, Br atau I) dapat diwakili oleh X. Dengan menggunakan lambang
umum maka alkil halida adalah RX.
Senyawa halogen sangat penting karena berbagai sebab. Alkil dan aril halida
sederhana, terutama klorida dan bromida, adalah cikal bakal sintesis kimia
organik. Melalui reaksi subtitusi, yang akan dipaparkan dalam bab ini, halogen
dapat digantikan dengan gugus fungsi lain. Halida-halida organik juga dapat
dirubah menjadi senyawa-senyawa jenuh eliminasi. Akhirnya, banyak
senyawa-senyawa organik mempunyai kegunaan praktis, sebagai ansektisida,
herbisida, pencegah api, cairan pembersih dan refrigeran, dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tata nama dan klasifikasi alkil halida?
2. Apa saja sifat fisika alkil halida?
3. Bagaimana reaksi substitusi dan eliminasi?
4. Bagaimana reaksi SN-2 dan SN-1?
5. Bagaimana reaksi E1 dan E2?
3
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan tata nama dan klasifikasi alkil halida.
2. Dapat menjelaskan sifat fisika alkil halida.
3. Dapat menjelaskan reaksi substitusi dan eliminasi.
4. Dapat menjelaskan reaksi SN-2 dan SN-1.
5. Dapat menjelaskan reaksi E1 dan E2.
D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah:
1. Pembaca bisa memiliki pemahaman lebih tentang alkil halida.
2. Pembaca dapat menentukan tata nama dari alkil halida.
3. Pembaca dapat mengetahui sifat-sifat alkil halida.
4. Pembaca dapat mengetahui tentang reaksi-reaksi alkil halida.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tata Nama dan Klasifikasi Alkil Halida
Menurut sistem IUPAC alkil halida diberi nama dengan awalan halo-.
Sedangkan menurut sistem trivial didahului oleh nama gugus alkil, diikuti nama
halidanya.
Contoh : Cl
Br
CH3CH2CHCH3
IUPAC : 2-klorobutana bromosikloheksana
Trivial : sec-butil klorida sikloheksil bromida
Dalam reaksi kimia, struktur alkil halida sangat berperanan. Oleh karenanya
perlu dibedakan empat tipe alkil halida (RX) : metil, primer, sekunder, dan tersier.
H3C X RCH2 X R2CH X R3C X
metil halida RX primer RX sekunder RX tersier
1o
RX 2o
RX 3o
RX
Metil halida : halida terikat pada ujung metil
CH3F (fluorometana), CH3Cl (klorometana), CH3Br (bromometana), CH3I
(iodometana).
Alkil halida primer (1oRX) : halida terikat pada C yang terikat pada 1 gugus
alkil.
Contoh : CH3-CH2-CH2-CH2-Cl
5
Alkil halida sekunder (2oRX) : halida terikat pada C yang terikat pada 2 gugus
alkil.
Contoh :
Alkil halida tersier (3oRX) : halida terikat pada C yang terikat pada 3 gugus
alkil.
Contoh :
B. Sifat Fisika Alkil Halida
1. Titik didih
Titik didih alkil halida lebih tinggi (dengan jumlah atom C yang sama)
karena berat atom C lebih besar dari berat atom C ataupun H. Pada jumlah
atom C yang sama, titik didih alkil halida meningkat dengan kenaikan berat
molekul.
Dengan bertambah panjangnya gugus alkil, maka titik didih alkil halida
semakin tinggi pula.
Titik didih alkil halida ( R-X )
Gugus alkil Klorida
BM = 35.5
Bromida
BM = 79.9
Iodida
BM = 126,9
Metil -24° C 5° C 42° C
Etil 13° C 38° C 72° C
n-propil 46° C 71° C 102° C
6
Grafik berikut menunjukkan titik didih dari beberapa alkil halida sederhana.
Perhatikan bahwa ada tiga dari alkil halida pada gambar yang memiliki
titik didih di bawah suhu kamar (sekitar 20°C). Ketiga alkil halida tersebut
akan berwujud gas pada suhu kamar. Semua alkil halida yang lain
kemungkinan ditemukan dalam wujud cair.
Perlu diingat bahwa:
a. Satu-satunya metil halida yang berwujud cair adalah iodometana;
b. Kloroetana merupakan sebuah gas.
Pola-pola titik didih mencerminkan pola-pola gaya tarik antar-molekul.
Gaya-gaya dispersi van der Waals
Gaya tarik ini menjadi lebih kuat apabila molekul lebih panjang dan
memiliki lebih banyak elektron. Ini dapat meningkatkan besarnya dipol-dipol
sementara yang terbentuk. Inilah sebabnya mengapa titik didih meningkat
apabila jumlah atom karbon dalam rantai meningkat. Mari kita ambil contoh
untuk tipe halida tertentu, misalnya klorida. Gaya-gaya dispersi akan menjadi
semakin kuat apabila jumlah atom karbon semakin bertambah dalam rantai
7
(misalnya dari 1 menjadi 2, 3 dan seterusnya). Dibutuhkan lebih banyak energi
untuk mengatasi gaya dispersi tersebut, sehingga titik didih meningkat.
Semakin meningkatnya titik didih dari klorida ke bromida sampai ke
iodida (utuk jumlah atom karbon tertentu) juga disebabkan oleh semakin
meningkatnya jumlah elektron yang menimbulkan gaya dispersi yang lebih
besar. Sebagai contoh, terdapat lebih banyak elektron dalam iodometana
dibanding yang terdapat dalam klorometana.
Gaya tarik dipol-dipol van der Waals
Ikatan karbon-halogen (selain ikatan karbon-iodin) bersifat polar, karena
pasangan elektron tertarik lebih dekat ke atom halogen dibandng ke atom
karbon. Ini disebabkan karena halogen (kecuali iodin) lebih elektronegatif
dibanding karbon. Ini berarti bahwa selain gaya-gaya dispersi, ada juga
gaya-gaya lain yang ditimbulkan oleh gaya tarik antara dipol-dipol permanen
(kecuali pada iodin).
Besarnya gaya-tarik dipol-dipol akan berkurang apabila ikatan menjadi
semakin tidak polar (misalnya semakin ke bawah mulai dari klorida sampai
bromida terus ke iodida). Meski demikian, titik didih tetap meningkat! Ini
menujukkan bahwa efek gaya tarik dipol-dipol permanen jauh lebih tidak
penting dibanding efek dipol-dipol temporer yang menimbulkan gaya-gaya
dispersi. Besarnya peningkatan jumlah elektron pada iodin melebihi
kehilangan dipol-dipol permanen dalam molekul.
Titik didih beberapa isomer
8
Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa pada isomer-isomer alkil
halida, titik didih semakin berkurang dari alkil halida primer ke alkil halida
sekunder ke alkil halida tersier. Penurunan titik didih ini adalah akibat dari
menurunnya efektifitas gaya-gaya dispersi. Dipol-dipol temporer paling besar
untuk molekul yang terpanjang. Gaya-gaya tarik juga lebih kuat jika
molekul-molekul bisa saling berdekatan. Alkil halida tersier memiliki struktur
yang sangat pendek dan besar sehingga tidak bisa berdekatan dengan molekul
tetangganya.
2. Kelarutan Alkil halida
Kelarutan dalam air
Alkil halida sangat sedikit larut dalam air.
Agar alkil halida bisa larut dalam air, maka gaya tarik antara
molekul-molekul alkil halida harus diputus (gaya dispersi van der Waals dan
gaya-tarik dipol-dipol) demikian juga dengan ikatan hidrogen antara
molekul-molekul air. Pemutusan kedua gaya tarik ini memerlukan energi.
Energi akan dilepaskan apabila gaya tarik terbentuk antara alkil halida dengan
molekul-molekul air. Gaya-gaya tarik yang terbentuk ini hanya gaya dispersi
dan gaya tarik dipol-dipol. Kedua gaya ikatan ini tidak sama kuatnya dengan
ikatan hidrogen sebelumnya terdapat dalam air, sehingga energi yang
dilepaskan lebih kecil dibanding yang digunakan untuk memisahkan
molekul-molekul air. Energi yang terlibat tidak cukup banyak sehingga
halogenalkana hanya sedikit larut dalam air.
9
Kelarutan dalam pelarut-pelarut organik
Alkil halida cenderung larut dalam pelarut organik karena gaya tarik
antar-molekul yang baru terbentuk memiliki kekuatan yang sama dengan
kekuatan ikatan yang diputus dalam halogenalkana dan pelarut.
3. Kereaktifan kimiawai alkil halida
Pentingnya kekuatan ikatan
Pola kekuatan dari keempat ikatan karbon-halogen ditunjukkan pada
gambar berikut:
Perlu diperhatikan bahwa kekuatan ikatan semakin berkurang ketika kita
berpindah dari C-F ke C-I, dan juga perhatikan bahwa ikatan C-F jauh lebih
kuat dibanding lainnya. Agar zat lain bisa bereaksi dengan alkil halida, maka
ikatan karbon-halogen harus diputus. Karena pemutusan semakin mudah
dilakukan semakin ke bawah (mulai dari fluoride sampai iodin), maka
senyawa-senyawa semakin ke bawah golongan halogen akan semakin reaktif.
Iodoalkana merupakan alkil halida yang paling reaktif dan fluoroalkana
merupakan yang paling tidak reaktif.
10
4. Pengaruh polaritas ikatan
Dari keempat halogen, fluorin merupakan unsur yang paling
elektronegatif dan iodin yang paling tidak elektronegatif. Ini berarti bahwa
pasangan elektron dalam ikatan karbon-fluorin akan tergeser ke ujung halogen.
Perhatikan metil halida sebagai contoh-contoh sederhana berikut ini:
Keelektronegatifan karbon dan iodin sama sehingga tidak akan ada
pemisahan muatan pada ikatan (pasangan elektron berada pada posisi netral).
Salah satu reaksi penting yang dialami oleh alkil halida melibatkan
penggantian halogen oleh sesuatu yang lain – yakni reaksi substitusi.
Reaksi-reaksi ini melibatkan salah satu dari mekanisme berikut:
a. Ikatan karbon-halogen terputus menghasilkan ion positif dan ion
negatif.Ion yang memiliki atom karbon bermuatan positif selanjutnya
bereaksi dengan sesuatu yang bermuataSn negatif (baik negatif penuh
maupun negatif parsial).
b. Sesuatu yang bermuatan negatif penuh atau parsial tertarik ke atom karbon
yang sedikit bermuatan positif dan melepaskan atom halogen.
Yang mengendalikan kereaktifan adalah kekuatan ikatan yang harus
diputus, sementara cukup sulit untuk memutus sebuah ikatan karbon-fluorin,
tapi cukup mudah untuk memutus ikatan karbon-iodin.
11
C. Reaksi Substitusi dan Eliminasi
1. Reaksi Substitusi Nukleofilik
Karbon yang terikat langsung atom halogen dalam suatu alkil halida
bermuatan positif parsial. Karbon ini mudah diserang oleh anion dan spesi
apa saja yang mempunyai pasangan elektron menyendiri (unshared). Ditinjau
reaksi bromoetana dengan ion hidroksida sebagai berikut :
Reaksi ini merupakan reaksi substitusi yaitu reaksi dalam mana satu
atom ion atau gugus disubstitusi oleh atom, ion atau gugus lain. Ion
hidroksida adalah nukleofil yang menggantikan ion bromida dari bromoetana.
Nukleofil dilambangkan dengan Nu-
; yang tertarik ke suatu pusat positif.
Nukleofil adalah anion atau molekul netral yang memiliki pasangan elektron
menyendiri. Substitusi oleh nukleofil disebut substitusi nukleofilik. Ion
bromida dinamakn gugus pergi.
Dalam reaksi jenis ini, suatu ikatan kovalen putus dan terbentuk ikatan
kovalen baru. Gugus pergi (bromida) mengambil kedua elektron ikatan C-Br
dan nukleofil OH-
memasok kedua elektron untuk ikatan karbon – oksigen
yang baru.
Nu:-
+ R:X R-Nu + X-
anion produk gugus pergi
Nu: + R:X R-Nu+
+ X-
netral
Reaksi berjalan ke arah kanan dengan memilih nukleofil yang lebih
kuat daru pada gugus pergi.
H2O – ROH – Cl–
– Br–
– OH–
– –
OR – I–
– C ≡ N–
Naiknya nukleofilisitas
12
2. Reaksi Eliminasi
Bila alkil halida direaksikan dengan basa kuat, dapat terjadi reaksi
eliminasi. Dalam reaksi ini molekul kehilangan atom H dan X. Oleh
karenanya disebut juga reaksi dehidrohalogenasi.
3. Reaksi-reaksi Bersaingan
Bila ion hidroksida atau alkoksida (RO-
) bereaksi dengan alkil halida,
maka dapat bertindak sebagai nukleofil dalam reaksi substitusi maupun
sebagai basa dalam reaksi eliminasi. Tipe reaksi yang terjadi bergantung pada
berbagai faktor, salah satu faktornya adalah struktur alkil halida. Metil dan
alkil halida primer cenderung menghasilkan produk substitusi. Pada kondisi
yang setara, alkil halida tersier terutama menghasilkan produk eliminasi.
Sedangkan alkil halida sekunder bersifat diantaranya.
CH3CH2OH
Primer : CH3CH2Br+ CH3CH2O-
CH3CH2CH3
hampir 100%
CH3CH2OH
Sekunder : (CH3)2CHBr + CH3CH2O-
(CH3)2CHOCH2CH3 + CH2=CHCH3
(20%) (80%)
CH3CH2OH
Tersier : (CH3)3CBr + CH3CH2O-
(CH3)3COCH2CH3 + CH2=C(CH3)2
(5%) (95%)
Karena dapat terjadi lebih dari satu reaksi (substitusi dan eliminasi,
maka disebut reaksi bersaingan.
13
4. Nukleofilitas Lawan Kebasaan
Pada suasana yang sesuai semua basa dapat bertindak sebagai nukleofil.
Sebaliknya, semua nukleofil dapat bertindak sebagai basa. Dalam masa-masa
kasus, pereaksi (reagent) bereaksi dengan cara menyumbangkan sepasang
elektronnya untuk membentuk suatu ikatan sigma baru. Kebasaan (basicity)
ialah ukuran kemampuan pereaksi untuk menerima sebuah proton dalam suatu
reaksi asam-basa. Oleh karena itu kuat basa relatif dari sederet pereaksi
ditentukan dengan membandingkan letak relatif kesetimbangan mereka dalam
suatu reaksi asam-basa, seperti misalnya derajat ionisasi air.
Basa kuat
I–
– Br–
– Cl–
– ROH – H2O – C ≡ N–
– OH–
– –
OR
Naiknya kebasaan
Kontras dengan kebasaan, nukleofisilitas ialah ukuran kemampuan suatu
pereaksi untuk menyebabkan (terjadinya) suatu reaksi subtitusi. Nukleofilisitas
relatif dari sederet.
CH3CH2 - Br + OH CH3CH2 - OH + Br
H2O – ROH – Cl–
– Br–
– OH–
– –
OR – I–
– C ≡ N–
Naiknya nukleofilisitas
Data daftar nukleofilisitas relative tidak paralel secara eksak dengan
daftar kuat basa; suatu basa lebih kuat biasanya juga nukleofili yang lebih baik
dari suatu basa lebih lemah.misalnya, OH-
(suatu basa kuat) adalah nukleofilik
yang lebih baik dari pada atau H2O (basa lemah). Karena beberapa alkil halida
dapat menjalani reaksi subtitusi dan eliminasi.pereaksi seperti OH-
dapat
bertindak baik sebagai nukleofil dalam suau bejana reaksi.
14
H2O
( CH3)2CHBr + –
OH (CH3)2CHOH + CH2=CHCH3
Terbentuk oleh OH-
terbentuk oleh OH-
sebagai nukleofil sebagai basa
sekunder substitusi eliminasi
D. Reaksi SN-2
Reaksi bromoetana dengan ion hidroksida yang menghasilkan etanol dan
ion bromida adalah suatu reaksi SN-2 yang khas. SN-2 berarti substitusi nukleofilik
bimolekular.
1. Mekanisme Reaksi
Mekanisme reaksi adalah uraian terinci tentang bagaimana reaksi
berlangsung. Syarat supaya terjadi reaksi adalah molekul saling bertabrakan,
dengan energi kinetik ≥ energi potensial untuk mematahkan ikatan (E
aktivasi) dan dengan sikap (orientasi) tertentu yang tepat.
Pada reaksi SN-2 antara bromoetana dan ion hidroksida, ion hidroksida
menabrak bagian belakang karbon ujung dan menggantikan ion bromida.
Jika nukleofil menabrak dari sisi belakang suatu karbon ujung yang
terikat pada halogen, dua peristiwa terjadi sekaligus yaitu (1) suatu ikatan
baru terbentuk dan (2) ikatan C-X mulai patah. Proses ini disebut proses
serempak (satu tahap).
Pereaksi diubah menjadi produk harus melalui suatu keadaan antara
yang disebut keadaan transisi atau kompleks teaktifan. Keadaan transisi
melibatkan dua spesi yaitu Nu- dan RX, maka reaksi SN-2 disebut reaksi
bimokuler.
15
Pada mekanisme ini terjadi inversi konfigurasi.
2. Energi pada Reaksi SN-2
Molekul bertabrakan membutuhkan energi untuk bisa bereaksi. Molekul
yang bergerak di dalam suatu larutan memiliki sejumlah tertentu energi
potensial dalam ikatan mereka dan sejumlah tertentu energi kinetik dalam
gerakan mereka. Bila dipanasi, molekul mendapat tambahan energi kinetik,
bertabrakan lebih sering dan lebih bertenaga dan mengubah energi kinetik
menjadi energi potensial.
Agar reaksi dapat mulai terjadi, beberapa molekul dan ion yang
bertabrakan harus mempunyai cukup energi untuk mencapai keadaan transisi.
Agar alkil halida dan nukleofil yang bertabrakan dapat mencapai keadaan
transisi, diperlukan sejumlah energi pengaktifan (Eakt). Pada keadaan transisi
molekul-molekul mempunyai pilihan yang sama mudahnya, kembali menjadi
pereaksi atau terus menjadi produk. Selisih anatara energi potensial rata-rata
pereaksi dan produk adalah perubahan entalpi (∆H) untuk reaksi itu.
3. Laju Reaksi SN-2
Tiap molekul yang bereaksi dan menghasilkan produk harus melewati
keadaan transisi, baik struktur maupun energinya, karena energi molekul
tidak sama, maka diperlukan waktu agar semua molekul itu bereaksi. Laju
reaksi kimia adalah ukuran seberapa cepat reaksi itu berlangsung.
16
Variabel yang diperhatikan pada pembahasan ini adalah konsentrasi dan
struktur pereaksi.
a. Pengaruh konsentrasi pada laju reaksi
Menambah konsentrasi pereaksi akan menambah seringnya
tabrakan antar molekul, sehingga menambah laju terbentuknya produk.
Nu-
+ RX Rnu + X-
Laju reaksi SN-2 dipengaruhi oleh konsentrasi Nu dan RX.
Laju reaksi SN-2 = k[RX][Nu]
b. Pengaruh struktur pada laju reaksi
Reaksi SN-2 adalah reaksi serempak.dengan bertambahnya jumlah
gugus alkil yang terikat pada karbon yang mengikat halogen, keadaan
transisinya bertambah berjejal dengan atom. Jejalan dalam ruang disebut
rintangan sterik. Dalam reaksi SN-2, energi suatu keadaan transisi yang
berjejal lebih tinggi dari pada energi keadaan transisi dengan rintangan
sterik rendah. Karena itu laju reaksi makin menurun dari metil, primer,
sekunder dan tersier.
4. Pengaruh Energi Aktivasi (Ea) pada Laju Reaksi dan Produk
Energi aktivasi adalah energi keadaan transisi relatif terhadap pereaksi.
Apabila suatu reaksi merupakan reaksi bersaing denfan pereaksi yang sama,
maka reaksi dengan Ea lebih rendah adalah reaksi yang lebih cepat dan akan
menghasilkan produk lebih banyak.
E. Reaksi SN-1
Karena rintangan sterik, t-butil bromida tidak bereaksi secara SN-2, namun
bila t-butil bromida direaksikan dengan nukleofil berupa basa lemah terbentuk
produk substitusi bersama-sama dengan produk eliminasi.
17
Produk substitusi terbentuk karena alkil halida mengalami substitusi dengan
mekanisme yang berbeda yang disebut dengan reaksi SN-1 (reaksi substitusi
nukleofilik unimolekuler).
Contoh reaksi SN-1 dari t-butil bromida dengan air.
(CH3)3CBr + H2O (CH3)3COH + H+
+ Br-
Mekanisme reaksi SN-1
Tahap 1 : lambat. Pembentukan karbokation (ionisasi).
Tahap 2 : cepat. Penggabungan karbokation dengan nukleofil.
Tahap 3 : cepat. Reaksi asam-basa. H+
lepas/deprotonisasi.
1. Laju reaksi SN-1
Reaksi antara karbokation (R+
) dan Nu berlangsung sangat cepat
sehingga tahap penentu laju atau tahap pembatas laju adalah reaksi lambat
atau ionisasi. Laju reaksi SN-1 tergantung pada konsentrasi alkil halida (RX),
tidak tergantung pada konsentrasi nukleofil (Nu).
18
Laju reaksi SN-1 = k [RX]; disebut juga reaksi orde satu. Reaksi ini
unimolekuler.
Tahap penentu laju : R+ + X-
2. Pengaruh stabilitas karbokation terhadap laju reaksi SN-1
Karbokation adalah gugus yang tidak stabil dan dengan cepat bereaksi
lebih lanjut, namun demikian masih mungkin membahas stabilitas relatifnya.
Stabilitas karbokation mempengaruhi laju reaksi SN-1.
Yang dapat meningkatkan stabilitas muatan positif adalah apa saja yang
dapat menyebarkan muatan positif. Dalam kation alkil yang menyebarkan
muatan adalah efek induktif yaitu polarisasi ikatan oleh atom-atom
elektronegatif atau elektropositif didekat muatan itu.
Faktor lain yang mungkin meningkatkan kestabilan karbokation tersier
adalah bantuan sterik. Tolak-menolak antara gugus-gugus dalam suatu alkil
halida menambah energi pada molekul netral.
3. Penataan ulang karbokation
Alkil bromida sekunder (2o
RX) dapat mengalami reaksi pelarutan
dengan metanol. Contoh :
Rendemen total produk substitusi tidak 100% karena terbentuk juga
alkena dari reaksi eliminasi. Terjadinya penataan ulang karbokation dapat
dijelaskan sebagai berikut: adanya karbokation sekunder dan primer dalam
19
larutan menghasilkan kedua produk teramati, yaitu produk normal dan produk
penataan ulang suatu produk dimana kerangka atau posisi gugus fungsional
berbeda dari kerangka.
F. Reaksi E1
Suatu karbokation dapat mengalami bereaksi lebih lanjut dengan lebih dari
satu cara. Salah satu cara adalah bereaksi dengan nukleofil. Ada alternatif lain
yaitu karbokation memberikan satu proton pada suatu basa, reaksi ini disebut
eliminasi (E1), membentuk sebuah alkena.
Mekanisme reaksi E1
Tahap pertama dalam reaksi E1 identik dengan tahap pertama reaksi SN-1,
yaitu ionisasi alkil halida. Tahap ini berlangsung lambat, menjadi penentu laju dari
reaksi keseluruhan.
Tahap 1 : ionisasi (lambat)
Tahap 2 : cepat
Tahap kedua, basa merebut sebuah proton dari sebuah atom karbon yang
terletak berdampingan dengan karbon positif, terbentuk sebuah alkena. Kondisi
reaksi E1 sama dengan reaksi SN-1, oleh karen itu reaksi E1 dan SN-1 adalah reaksi
bersaingan.
20
G. Reaksi E2
Reaksi eliminasi RX yang paling berguna adalah reaksi E2 (eliminasi
bimolekuler). Reaksi cenderung dominan bila digunakan basa kuat seperti OH-
dan –OR dan suhu tinggi, secara khas reaksi E2 dilaksanakan dengan
memanaskan RX dengan KOH atau NaOC2H5 dalam etanol. Mekanismenya
adalah reaksi serempak dan satu tahap seperti pada reaksi SN-2:
(1) basa membentuk ikatan dengan i=hidrogen
(2) pembentukan ikatan pi C-C
(3) brom bersama sepasang elektron meninggalkan ikatan sigma C-Br
Naiknya laju reaksi E2
primer sekunder tersier
laju reaksi E2 meningkat
1. Campuran Alkena
Reaksi E1 dan E2 sering disebut sebagai eliminasi beta (β). Istilah ini
menunjukkan pada hidrogen yang dibuang dalam reaksi ini. Karbon yang
mengikat gugus fungsional utama disebut karbon alfa (α) dan karbon
berikutnya adalah karbon beta (β). Hidrogen yang terikat pada kabon α
disebut hidrogen α, hidrogen yang terikat pada karbon β disebut hidrogen
beta β. Dalam eliminasi β, sebuah atom hidrogen β dibuang dan terbentuk
alkena. Alkil halida yang tidak memiliki atom Hβ tidak dapat melangsungkan
reaksi eliminasi β.
Karbon dan hidrogen β dilingkari :
21
Bila alkil halida memiliki satu macam Hβ maka bila mengalami
eliminasi hanya diperoleh satu macam produk, namun jika ad lebih dari satu
macam maka akan diperoleh produk lebih dari satu produk.
Satu macam Hβ
Dua macam Hβ
Saytseff (1875) : alkena yang memiliki gugus alkil terbanyak pada
atom karbon berikatan rangkap terdapat dalam jumlah terbesar dalam
campuran produk eliminasi. Ini dikarenakan alkena yang tersubstitusi lebih
tinggi, lebih stabil dari pada yang kurang tersubstitusi.
C
Kestabilan bertambah
2. Produk Hofmann
Reaksi dehidrohalogenasi tunduk pad aturan Saytseff, namun dalam
suatu keadaan, produk utama dari suatu dehidrohalogenasi justru berlawanan
dengan aturan Saytseff, dikatakan reaksi menghasilkan produk Hofmann.
Alkena yang kurang tersubstitusi merupakan produk yang melimpah
terjadi karena rintangan sterik. Rintangan sterik disebabkan oleh:
a. Ukuran basa yang menyerang
b. Meruahnya gugus yang mengelilingi gugus pergi
c. Gugus pergi besar dan meruah
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Senyawa alkil halida merupakan senyawa hidrokarbon baik jenuh maupun tak
jenuh yang satu unsur H-nya atau lebih digantikan oleh unsur halogen (X = Br,
Cl, I). Struktur Alkil Halida : R-X
2. Ada 4 penggolongan alkil halida, yaitu metil halida, alkil halida primer,
sekunder dan tersier. Suatu metil halida ialah suatu struktur dalam mana satu
hydrogen dari metana telah digantikan oleh sebuah halogen. Suatu alkil halida
primer (1°)(RCH2X) mempunyai satu gugus alkil terikat pada karbon ujung.
Suatu alkil halida sekunder (2°) (R2CHX) mempunyai dua gugus alkil yang
terikat pada karbon ujung, dan suatu alkil halida tersier (3°) (R3CX) mempunyai
tiga gugus alkil yang terikat pada karbon ujung.
3. Dalam sistem IUPAC, suatu alkil halida diberi nama dengan suatu awalan halo-.
Banyak alkil halida yang lazim, mempunyai nama gugus-fungsional trivial.
Dalam nama-nama gugus alkil disebut lebih dahulu, diikuti nama halidanya.
4. Titik didih alkil halida lebih tinggi ( dengan jumlah atom C yang sama ) karena
berat atom C lebih besar dari berat atom C ataupun H. Pada jumlah atom C yang
sama, titik didih alkil halida meningkat dengan kenaikan berat molekul. Dengan
bertambah panjangnya gugus alkil, maka titik didih alkil halida semakin tinggi
pula.
5. Kebasaan (basicity) ialah ukuran kemampuan pereaksi untuk menerima sebuah
proton dalam suatu reaksi asam-basa. Nukleofisilitas ialah ukuran kemampuan
suatu pereaksi untuk menyebabkan (terjadinya) suatu reaksi subtitusi.
6. Spesi yang menyerang suatu alkil halida dalam suatu reaksi substitusi disebut
nukleofil, sering dilambangkan dengan Nu-. Substitusi oleh nukleofil disebut
23
substitusi nukleofil atau pergantian nukleofil. Menurut kinetikanya, reaksi
substitusi nukleofilik dapat dikelompokkan menjadi reaksi SN-1 dan SN-2.
7. Mekanisme reaksi SN-2 melibatkan tubrukan antara kedua spesies dalam tahapan
yang lambat (dalam hal ini, satu-satunya tahapan yang ada) dari reaksi. Reaksi
SN-1 tahapannya lambat dari reaksi dan hanya melibatkan satu spesies, yakni
alkil halida.
8. Pada reaksi eliminasi, molekul senyawa berikatan tunggal berubah menjadi
senyawa berikatan rangkap dengan melepas molekul kecil. Eliminasi
merupakan reaksi yang mengubah jumlah substitusi dalam atom karbon, dan
membentuk ikatan kovalen. Dalam mekanisme E1, gugus lepas terlebih dahulu
melepas dan membentuk karbokation. Selanjutnya, pembentukan ikatan ganda
terjadi melalui eliminasi proton (deprotonasi). Dalam mekanisme E1cb, urutan
pelepasan terbalik: proton dieliminasi terlebih dahulu. Dalam mekanisme ini
keterlibatan suatu basa harus ada. Mekanisme E2 juga memerlukan basa. Akan
tetapi, pergantian posisi basa dan eliminasi gugus lepas berlangsung secara
serentak dan tidak menghasilkan zat antara ionik.
24
DAFTAR PUSTAKA
Dra. Sri Wahyuni Murni. 2015. Bahan Ajar Mata Kuliah Kimia Organik.
Yogyakarta : UPN”Veteran” Yogyakarta.
Satria Wirayudha. 2015. Makalah Kimia Organik Alkil Halida Doni,
http://dokumen.tips/documents/makalah-kimia-organik-alkil-halida-doni.ht
ml, (diakses 13 Maret 2016).

More Related Content

What's hot

Praktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid ketonPraktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid ketonDwi Atika Atika
 
Analisis Kation Golongan I, II, III, IV dan V
Analisis Kation Golongan I, II, III, IV dan VAnalisis Kation Golongan I, II, III, IV dan V
Analisis Kation Golongan I, II, III, IV dan VUniversitas Negeri Medan
 
Biokimia Karbohidrat
Biokimia KarbohidratBiokimia Karbohidrat
Biokimia Karbohidratpure chems
 
Makalah retrosintesis Kimia Organik 3
Makalah retrosintesis Kimia Organik 3Makalah retrosintesis Kimia Organik 3
Makalah retrosintesis Kimia Organik 3yunita97544748
 
TOM (Teori Orbital Molekul)
TOM (Teori Orbital Molekul)TOM (Teori Orbital Molekul)
TOM (Teori Orbital Molekul)Farikha Uly
 
laporan praktikum penentuan gugus fungsi
laporan praktikum penentuan gugus fungsilaporan praktikum penentuan gugus fungsi
laporan praktikum penentuan gugus fungsiWd-Amalia Wd-Amalia
 
Laporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdagangan
Laporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdaganganLaporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdagangan
Laporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdaganganNita Mardiana
 
laporan praktikum identifikasi senyawa organik
laporan praktikum identifikasi senyawa organiklaporan praktikum identifikasi senyawa organik
laporan praktikum identifikasi senyawa organikwd_amaliah
 
Proyeksi ruang molekul (Kimia Organik III)
Proyeksi ruang molekul (Kimia Organik III)Proyeksi ruang molekul (Kimia Organik III)
Proyeksi ruang molekul (Kimia Organik III)Daniel Marison
 
Asam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannyaAsam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannyaIndra Yudhipratama
 
Laporan Praktikum Kimia_Warna Nyala
Laporan Praktikum Kimia_Warna NyalaLaporan Praktikum Kimia_Warna Nyala
Laporan Praktikum Kimia_Warna NyalaFeren Jr
 
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-iNurwidayanti1212
 
Kd ii meeting 4 (tep thp)-rev
Kd ii meeting 4 (tep thp)-revKd ii meeting 4 (tep thp)-rev
Kd ii meeting 4 (tep thp)-revMuhammad Luthfan
 

What's hot (20)

amina & amida
amina & amidaamina & amida
amina & amida
 
Kimia Organik semester 7
Kimia Organik semester 7Kimia Organik semester 7
Kimia Organik semester 7
 
Gugus fungsional senyawa organik
Gugus fungsional senyawa organikGugus fungsional senyawa organik
Gugus fungsional senyawa organik
 
Reaksi Osidas Dan Reduksi PPT
Reaksi Osidas Dan Reduksi PPTReaksi Osidas Dan Reduksi PPT
Reaksi Osidas Dan Reduksi PPT
 
Praktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid ketonPraktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid keton
 
Analisis Kation Golongan I, II, III, IV dan V
Analisis Kation Golongan I, II, III, IV dan VAnalisis Kation Golongan I, II, III, IV dan V
Analisis Kation Golongan I, II, III, IV dan V
 
Biokimia Karbohidrat
Biokimia KarbohidratBiokimia Karbohidrat
Biokimia Karbohidrat
 
Makalah retrosintesis Kimia Organik 3
Makalah retrosintesis Kimia Organik 3Makalah retrosintesis Kimia Organik 3
Makalah retrosintesis Kimia Organik 3
 
TOM (Teori Orbital Molekul)
TOM (Teori Orbital Molekul)TOM (Teori Orbital Molekul)
TOM (Teori Orbital Molekul)
 
laporan praktikum penentuan gugus fungsi
laporan praktikum penentuan gugus fungsilaporan praktikum penentuan gugus fungsi
laporan praktikum penentuan gugus fungsi
 
Laporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdagangan
Laporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdaganganLaporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdagangan
Laporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdagangan
 
laporan praktikum identifikasi senyawa organik
laporan praktikum identifikasi senyawa organiklaporan praktikum identifikasi senyawa organik
laporan praktikum identifikasi senyawa organik
 
Proyeksi ruang molekul (Kimia Organik III)
Proyeksi ruang molekul (Kimia Organik III)Proyeksi ruang molekul (Kimia Organik III)
Proyeksi ruang molekul (Kimia Organik III)
 
Amina
AminaAmina
Amina
 
Konformasi isomer
Konformasi isomerKonformasi isomer
Konformasi isomer
 
Reaksi eliminasi
Reaksi eliminasiReaksi eliminasi
Reaksi eliminasi
 
Asam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannyaAsam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannya
 
Laporan Praktikum Kimia_Warna Nyala
Laporan Praktikum Kimia_Warna NyalaLaporan Praktikum Kimia_Warna Nyala
Laporan Praktikum Kimia_Warna Nyala
 
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
 
Kd ii meeting 4 (tep thp)-rev
Kd ii meeting 4 (tep thp)-revKd ii meeting 4 (tep thp)-rev
Kd ii meeting 4 (tep thp)-rev
 

Viewers also liked

Viewers also liked (16)

Alkil halida ; subtitusi dan eliminasi
Alkil halida ; subtitusi dan eliminasiAlkil halida ; subtitusi dan eliminasi
Alkil halida ; subtitusi dan eliminasi
 
Alkilhalida
AlkilhalidaAlkilhalida
Alkilhalida
 
Kimor
KimorKimor
Kimor
 
ALKIL HALIDA
ALKIL HALIDAALKIL HALIDA
ALKIL HALIDA
 
Alkil halida ppt
Alkil halida pptAlkil halida ppt
Alkil halida ppt
 
Alkil halida
Alkil halidaAlkil halida
Alkil halida
 
Alkil Halida
Alkil HalidaAlkil Halida
Alkil Halida
 
Haloalkana
HaloalkanaHaloalkana
Haloalkana
 
Reaksi Eliminasi
Reaksi EliminasiReaksi Eliminasi
Reaksi Eliminasi
 
Alkil halida
Alkil halidaAlkil halida
Alkil halida
 
Haloalkana
HaloalkanaHaloalkana
Haloalkana
 
Substitusi, eliminasi, adisi
Substitusi, eliminasi, adisiSubstitusi, eliminasi, adisi
Substitusi, eliminasi, adisi
 
Bab 6 benzena dan turunannya
Bab 6   benzena dan turunannyaBab 6   benzena dan turunannya
Bab 6 benzena dan turunannya
 
Identifikasi Senyawa Organik
Identifikasi Senyawa OrganikIdentifikasi Senyawa Organik
Identifikasi Senyawa Organik
 
Substitusi Nukleofilik
Substitusi NukleofilikSubstitusi Nukleofilik
Substitusi Nukleofilik
 
Semiologia Pares Craneales
Semiologia Pares Craneales Semiologia Pares Craneales
Semiologia Pares Craneales
 

Similar to Alkil halida

Senyawa Turunan Alkana.ppt
Senyawa Turunan Alkana.pptSenyawa Turunan Alkana.ppt
Senyawa Turunan Alkana.pptlyricsong1117
 
Materi hidrokarbon
Materi hidrokarbonMateri hidrokarbon
Materi hidrokarbonRiestu Rate
 
hidrokarbon dan minyak bumi
 hidrokarbon dan minyak bumi hidrokarbon dan minyak bumi
hidrokarbon dan minyak bumimfebri26
 
materi.pptx
materi.pptxmateri.pptx
materi.pptxFinaAyuL
 
ALDEHID,KETON, DAN ASAM KARBOKSILAT
ALDEHID,KETON, DAN ASAM KARBOKSILATALDEHID,KETON, DAN ASAM KARBOKSILAT
ALDEHID,KETON, DAN ASAM KARBOKSILATRADONA97
 
Rangkuman materi kimia kelas XII semester 2
Rangkuman materi kimia kelas XII semester 2Rangkuman materi kimia kelas XII semester 2
Rangkuman materi kimia kelas XII semester 2Raha Sia
 
MAKALAH KUMPUL TGL 2.docx
MAKALAH KUMPUL TGL 2.docxMAKALAH KUMPUL TGL 2.docx
MAKALAH KUMPUL TGL 2.docxTIRASBALYO
 
20130911130900 unit 3 ikatan tunggal
20130911130900 unit 3 ikatan tunggal20130911130900 unit 3 ikatan tunggal
20130911130900 unit 3 ikatan tunggalAminah Rahmat
 
Laporan praktikum - hidrokarbon
Laporan praktikum - hidrokarbonLaporan praktikum - hidrokarbon
Laporan praktikum - hidrokarbonFirda Shabrina
 
reaksi alkohol.docx
reaksi alkohol.docxreaksi alkohol.docx
reaksi alkohol.docxSUCIATIuci4
 
Kimia Organik (Aldehid dan keton)
Kimia Organik (Aldehid dan keton)Kimia Organik (Aldehid dan keton)
Kimia Organik (Aldehid dan keton)nailaamaliaa
 
kimia organik-1 Revisi.pptx
kimia organik-1 Revisi.pptxkimia organik-1 Revisi.pptx
kimia organik-1 Revisi.pptxRiskiMaulana49
 

Similar to Alkil halida (20)

Senyawa Turunan Alkana.ppt
Senyawa Turunan Alkana.pptSenyawa Turunan Alkana.ppt
Senyawa Turunan Alkana.ppt
 
Alkana
AlkanaAlkana
Alkana
 
Alkana
AlkanaAlkana
Alkana
 
Materi hidrokarbon
Materi hidrokarbonMateri hidrokarbon
Materi hidrokarbon
 
Alkil halida oleh dr
Alkil halida  oleh  drAlkil halida  oleh  dr
Alkil halida oleh dr
 
senyawa hidrokarbon.pptx
senyawa hidrokarbon.pptxsenyawa hidrokarbon.pptx
senyawa hidrokarbon.pptx
 
hidrokarbon dan minyak bumi
 hidrokarbon dan minyak bumi hidrokarbon dan minyak bumi
hidrokarbon dan minyak bumi
 
materi.pptx
materi.pptxmateri.pptx
materi.pptx
 
ALKENA.pptx
ALKENA.pptxALKENA.pptx
ALKENA.pptx
 
ALDEHID,KETON, DAN ASAM KARBOKSILAT
ALDEHID,KETON, DAN ASAM KARBOKSILATALDEHID,KETON, DAN ASAM KARBOKSILAT
ALDEHID,KETON, DAN ASAM KARBOKSILAT
 
Rangkuman materi kimia kelas XII semester 2
Rangkuman materi kimia kelas XII semester 2Rangkuman materi kimia kelas XII semester 2
Rangkuman materi kimia kelas XII semester 2
 
Bab 5 senyawa organik
Bab 5 senyawa organikBab 5 senyawa organik
Bab 5 senyawa organik
 
Aldehid dan keton
Aldehid dan ketonAldehid dan keton
Aldehid dan keton
 
MAKALAH KUMPUL TGL 2.docx
MAKALAH KUMPUL TGL 2.docxMAKALAH KUMPUL TGL 2.docx
MAKALAH KUMPUL TGL 2.docx
 
20130911130900 unit 3 ikatan tunggal
20130911130900 unit 3 ikatan tunggal20130911130900 unit 3 ikatan tunggal
20130911130900 unit 3 ikatan tunggal
 
Laporan praktikum - hidrokarbon
Laporan praktikum - hidrokarbonLaporan praktikum - hidrokarbon
Laporan praktikum - hidrokarbon
 
1 alkana
1 alkana1 alkana
1 alkana
 
reaksi alkohol.docx
reaksi alkohol.docxreaksi alkohol.docx
reaksi alkohol.docx
 
Kimia Organik (Aldehid dan keton)
Kimia Organik (Aldehid dan keton)Kimia Organik (Aldehid dan keton)
Kimia Organik (Aldehid dan keton)
 
kimia organik-1 Revisi.pptx
kimia organik-1 Revisi.pptxkimia organik-1 Revisi.pptx
kimia organik-1 Revisi.pptx
 

More from Angga Oktyashari

Ikatan kimia dan struktur molekul
Ikatan kimia dan struktur molekulIkatan kimia dan struktur molekul
Ikatan kimia dan struktur molekulAngga Oktyashari
 
Makalah ikatan kimia dan struktur molekul
Makalah ikatan kimia dan struktur molekulMakalah ikatan kimia dan struktur molekul
Makalah ikatan kimia dan struktur molekulAngga Oktyashari
 
Makalah Teori Sel dan Komponen Kimiawi Sel
Makalah Teori Sel dan Komponen Kimiawi SelMakalah Teori Sel dan Komponen Kimiawi Sel
Makalah Teori Sel dan Komponen Kimiawi SelAngga Oktyashari
 
Tradisi kirab suran mbah demang
Tradisi kirab suran mbah demangTradisi kirab suran mbah demang
Tradisi kirab suran mbah demangAngga Oktyashari
 
Laporan Praktikum Biji Kacang Hijau Pengaruh Cahaya
Laporan Praktikum Biji Kacang Hijau Pengaruh CahayaLaporan Praktikum Biji Kacang Hijau Pengaruh Cahaya
Laporan Praktikum Biji Kacang Hijau Pengaruh CahayaAngga Oktyashari
 
Praktikum Biji Kacang Hijau
Praktikum Biji Kacang HijauPraktikum Biji Kacang Hijau
Praktikum Biji Kacang HijauAngga Oktyashari
 

More from Angga Oktyashari (11)

Boiler
BoilerBoiler
Boiler
 
Ikatan kimia dan struktur molekul
Ikatan kimia dan struktur molekulIkatan kimia dan struktur molekul
Ikatan kimia dan struktur molekul
 
Makalah ikatan kimia dan struktur molekul
Makalah ikatan kimia dan struktur molekulMakalah ikatan kimia dan struktur molekul
Makalah ikatan kimia dan struktur molekul
 
Makalah Teori Sel dan Komponen Kimiawi Sel
Makalah Teori Sel dan Komponen Kimiawi SelMakalah Teori Sel dan Komponen Kimiawi Sel
Makalah Teori Sel dan Komponen Kimiawi Sel
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
Tradisi kirab suran mbah demang
Tradisi kirab suran mbah demangTradisi kirab suran mbah demang
Tradisi kirab suran mbah demang
 
Laporan Praktikum Biji Kacang Hijau Pengaruh Cahaya
Laporan Praktikum Biji Kacang Hijau Pengaruh CahayaLaporan Praktikum Biji Kacang Hijau Pengaruh Cahaya
Laporan Praktikum Biji Kacang Hijau Pengaruh Cahaya
 
Praktikum Biji Kacang Hijau
Praktikum Biji Kacang HijauPraktikum Biji Kacang Hijau
Praktikum Biji Kacang Hijau
 
Khasiat Buah Manggis
Khasiat Buah ManggisKhasiat Buah Manggis
Khasiat Buah Manggis
 
Tugas geografi "Awan"
Tugas geografi "Awan"Tugas geografi "Awan"
Tugas geografi "Awan"
 
Proposal investasi usaha
Proposal investasi usahaProposal investasi usaha
Proposal investasi usaha
 

Recently uploaded

PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 

Recently uploaded (20)

PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 

Alkil halida

  • 1. HALAMAN JUDU L MAKALAH KIMIA ORGANIK ALKIL HALIDA Disusun oleh : Kelompok 1 1. Angga Oktyashari 021150053 2. Nada Julian Raif 021150058 3. Salma Zulfa Afifah 021150061 4. Krissa Pria Dwi P 021150072 5. Antonius Supriadi 021150075 6. Muh Dzikra Afnanta 021150084 FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI JURUSAN D3 TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NEGERI “VETERAN” YOGYAKARTA 2016
  • 2. ii KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas kimia organik yang berjudul “Alkil Halida”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini karena kemampuan dan pengalaman kami yang masih ada dalam keterbatasan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dalam makalah ini yang akan datang. Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan : 1. Ir. Dyah Tri Retno, MM, selaku dosen mata kuliah “Kimia Organik”, 2. Rekan-rekan mahasiwa yang telah memberikan masukan untuk makalah ini. 3. Bapak dan ibu kami tercinta atas semua do’a, dukungan, perhatian dan kasih sayang. Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi kami dan kelompok kami. Yogyakarta, 13 Maret 2016 Penyusun, Penyusun
  • 3. iii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................ i KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1 A. Latar Belakang............................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2 C. Tujuan............................................................................................................ 3 D. Manfaat.......................................................................................................... 3 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4 A. Tata Nama dan Klasifikasi Alkil Halida ........................................................ 4 B. Sifat Fisika Alkil Halida ................................................................................ 5 C. Reaksi Substitusi dan Eliminasi ...................................................................11 D. Reaksi SN-2 ................................................................................................... 14 E. Reaksi SN-1 ................................................................................................... 16 F. Reaksi E1..................................................................................................... 19 G. Reaksi E2..................................................................................................... 20 BAB III PENUTUP .............................................................................................. 22 A. Kesimpulan.................................................................................................. 22 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 24
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senyawa organohalogen digunakan secara meluas dalam masyarakat modern. Sebagai pelarut, insektisida dan bahan-bahan dalam sintesis senyawa organik. Kebanyakan senyawa organohalogen adalah sintetik. Senyawa organohalogen agak jarang dijumpai di alam. Tiroksina (thyroxine), suatu penyusun dari hormone tiroid tiroglobulin, adalah suatu senyawa iod yang terdapat di alam. Senyawa halogen agak lebih lazim dalam organisme laut, seperti ganggang dan rumput laut. Zat warna ungu tirius adalah suatu senyawa brom yang diperoleh dalam jumlah kecil dari jenis langka siput di pulau Kreta. Ungu tirius digunakan sebagai zat warna oleh keluarga raja Pheonix dan sesudah itu bangsa Romawi (di negeri barat dikenal ungkapan: “ungu kerajaan” atau “keturunan ungu”). Banyak senyawa organohalogen bersifat racun (toxic) dan harus digunakan dengan hati-hati. Misalnya, pelarut-pelarut karbon tetraklorida (CCl4) dan kloroform (CHCl3) mengakibatkan kerusakan hati bila dihirup berlebihan. Insektisida yang mengandung halogen-halogen (seperti DDT) digunakan secara meluas dalam pertanian, namun penggunaan itu merosot akhir-akhir ini karena efek yang merusak lingkungan. Dipihak lain beberapa senyawa halogen tampaknya sangat aman dan beberapa digunakan sebagai pematirasa hirupan. Contoh anestetika ini adalah halotana (CF3CHBrCl) dan metoksi flurana (CH3OCF2CHCl2). Senyawa yang mengandung hanya karbon, hidrogen, dan suatu atom halogen dapat dibagi dalam tiga kategori: alkil halida, aril halida (dalam mana sebuah halogen terikat pada sebuah karbon dari suatu cincin aromatik), dan halida vinilik (dalam mana sebuah halogen terikat pada sebuah karbon berikatan rangkap). Berikut ini beberapa contoh:
  • 5. 2 Alkil halida (RX): CH3I CH3CH2Cl Iodometana kloroetana Aril halida (ArX): Klorobenzena Br Halida vinilik : CH2Cl=CHCl CH3CH=CCH3 Kloroetana 2-bromo-2-butena R telah didefinisikan sebagai lambang umum untuk sebuah gugus alkil. Atom halogen (F. Cl, Br atau I) dapat diwakili oleh X. Dengan menggunakan lambang umum maka alkil halida adalah RX. Senyawa halogen sangat penting karena berbagai sebab. Alkil dan aril halida sederhana, terutama klorida dan bromida, adalah cikal bakal sintesis kimia organik. Melalui reaksi subtitusi, yang akan dipaparkan dalam bab ini, halogen dapat digantikan dengan gugus fungsi lain. Halida-halida organik juga dapat dirubah menjadi senyawa-senyawa jenuh eliminasi. Akhirnya, banyak senyawa-senyawa organik mempunyai kegunaan praktis, sebagai ansektisida, herbisida, pencegah api, cairan pembersih dan refrigeran, dan sebagainya. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tata nama dan klasifikasi alkil halida? 2. Apa saja sifat fisika alkil halida? 3. Bagaimana reaksi substitusi dan eliminasi? 4. Bagaimana reaksi SN-2 dan SN-1? 5. Bagaimana reaksi E1 dan E2?
  • 6. 3 C. Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat menjelaskan tata nama dan klasifikasi alkil halida. 2. Dapat menjelaskan sifat fisika alkil halida. 3. Dapat menjelaskan reaksi substitusi dan eliminasi. 4. Dapat menjelaskan reaksi SN-2 dan SN-1. 5. Dapat menjelaskan reaksi E1 dan E2. D. Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah: 1. Pembaca bisa memiliki pemahaman lebih tentang alkil halida. 2. Pembaca dapat menentukan tata nama dari alkil halida. 3. Pembaca dapat mengetahui sifat-sifat alkil halida. 4. Pembaca dapat mengetahui tentang reaksi-reaksi alkil halida.
  • 7. 4 BAB II PEMBAHASAN A. Tata Nama dan Klasifikasi Alkil Halida Menurut sistem IUPAC alkil halida diberi nama dengan awalan halo-. Sedangkan menurut sistem trivial didahului oleh nama gugus alkil, diikuti nama halidanya. Contoh : Cl Br CH3CH2CHCH3 IUPAC : 2-klorobutana bromosikloheksana Trivial : sec-butil klorida sikloheksil bromida Dalam reaksi kimia, struktur alkil halida sangat berperanan. Oleh karenanya perlu dibedakan empat tipe alkil halida (RX) : metil, primer, sekunder, dan tersier. H3C X RCH2 X R2CH X R3C X metil halida RX primer RX sekunder RX tersier 1o RX 2o RX 3o RX Metil halida : halida terikat pada ujung metil CH3F (fluorometana), CH3Cl (klorometana), CH3Br (bromometana), CH3I (iodometana). Alkil halida primer (1oRX) : halida terikat pada C yang terikat pada 1 gugus alkil. Contoh : CH3-CH2-CH2-CH2-Cl
  • 8. 5 Alkil halida sekunder (2oRX) : halida terikat pada C yang terikat pada 2 gugus alkil. Contoh : Alkil halida tersier (3oRX) : halida terikat pada C yang terikat pada 3 gugus alkil. Contoh : B. Sifat Fisika Alkil Halida 1. Titik didih Titik didih alkil halida lebih tinggi (dengan jumlah atom C yang sama) karena berat atom C lebih besar dari berat atom C ataupun H. Pada jumlah atom C yang sama, titik didih alkil halida meningkat dengan kenaikan berat molekul. Dengan bertambah panjangnya gugus alkil, maka titik didih alkil halida semakin tinggi pula. Titik didih alkil halida ( R-X ) Gugus alkil Klorida BM = 35.5 Bromida BM = 79.9 Iodida BM = 126,9 Metil -24° C 5° C 42° C Etil 13° C 38° C 72° C n-propil 46° C 71° C 102° C
  • 9. 6 Grafik berikut menunjukkan titik didih dari beberapa alkil halida sederhana. Perhatikan bahwa ada tiga dari alkil halida pada gambar yang memiliki titik didih di bawah suhu kamar (sekitar 20°C). Ketiga alkil halida tersebut akan berwujud gas pada suhu kamar. Semua alkil halida yang lain kemungkinan ditemukan dalam wujud cair. Perlu diingat bahwa: a. Satu-satunya metil halida yang berwujud cair adalah iodometana; b. Kloroetana merupakan sebuah gas. Pola-pola titik didih mencerminkan pola-pola gaya tarik antar-molekul. Gaya-gaya dispersi van der Waals Gaya tarik ini menjadi lebih kuat apabila molekul lebih panjang dan memiliki lebih banyak elektron. Ini dapat meningkatkan besarnya dipol-dipol sementara yang terbentuk. Inilah sebabnya mengapa titik didih meningkat apabila jumlah atom karbon dalam rantai meningkat. Mari kita ambil contoh untuk tipe halida tertentu, misalnya klorida. Gaya-gaya dispersi akan menjadi semakin kuat apabila jumlah atom karbon semakin bertambah dalam rantai
  • 10. 7 (misalnya dari 1 menjadi 2, 3 dan seterusnya). Dibutuhkan lebih banyak energi untuk mengatasi gaya dispersi tersebut, sehingga titik didih meningkat. Semakin meningkatnya titik didih dari klorida ke bromida sampai ke iodida (utuk jumlah atom karbon tertentu) juga disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah elektron yang menimbulkan gaya dispersi yang lebih besar. Sebagai contoh, terdapat lebih banyak elektron dalam iodometana dibanding yang terdapat dalam klorometana. Gaya tarik dipol-dipol van der Waals Ikatan karbon-halogen (selain ikatan karbon-iodin) bersifat polar, karena pasangan elektron tertarik lebih dekat ke atom halogen dibandng ke atom karbon. Ini disebabkan karena halogen (kecuali iodin) lebih elektronegatif dibanding karbon. Ini berarti bahwa selain gaya-gaya dispersi, ada juga gaya-gaya lain yang ditimbulkan oleh gaya tarik antara dipol-dipol permanen (kecuali pada iodin). Besarnya gaya-tarik dipol-dipol akan berkurang apabila ikatan menjadi semakin tidak polar (misalnya semakin ke bawah mulai dari klorida sampai bromida terus ke iodida). Meski demikian, titik didih tetap meningkat! Ini menujukkan bahwa efek gaya tarik dipol-dipol permanen jauh lebih tidak penting dibanding efek dipol-dipol temporer yang menimbulkan gaya-gaya dispersi. Besarnya peningkatan jumlah elektron pada iodin melebihi kehilangan dipol-dipol permanen dalam molekul. Titik didih beberapa isomer
  • 11. 8 Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa pada isomer-isomer alkil halida, titik didih semakin berkurang dari alkil halida primer ke alkil halida sekunder ke alkil halida tersier. Penurunan titik didih ini adalah akibat dari menurunnya efektifitas gaya-gaya dispersi. Dipol-dipol temporer paling besar untuk molekul yang terpanjang. Gaya-gaya tarik juga lebih kuat jika molekul-molekul bisa saling berdekatan. Alkil halida tersier memiliki struktur yang sangat pendek dan besar sehingga tidak bisa berdekatan dengan molekul tetangganya. 2. Kelarutan Alkil halida Kelarutan dalam air Alkil halida sangat sedikit larut dalam air. Agar alkil halida bisa larut dalam air, maka gaya tarik antara molekul-molekul alkil halida harus diputus (gaya dispersi van der Waals dan gaya-tarik dipol-dipol) demikian juga dengan ikatan hidrogen antara molekul-molekul air. Pemutusan kedua gaya tarik ini memerlukan energi. Energi akan dilepaskan apabila gaya tarik terbentuk antara alkil halida dengan molekul-molekul air. Gaya-gaya tarik yang terbentuk ini hanya gaya dispersi dan gaya tarik dipol-dipol. Kedua gaya ikatan ini tidak sama kuatnya dengan ikatan hidrogen sebelumnya terdapat dalam air, sehingga energi yang dilepaskan lebih kecil dibanding yang digunakan untuk memisahkan molekul-molekul air. Energi yang terlibat tidak cukup banyak sehingga halogenalkana hanya sedikit larut dalam air.
  • 12. 9 Kelarutan dalam pelarut-pelarut organik Alkil halida cenderung larut dalam pelarut organik karena gaya tarik antar-molekul yang baru terbentuk memiliki kekuatan yang sama dengan kekuatan ikatan yang diputus dalam halogenalkana dan pelarut. 3. Kereaktifan kimiawai alkil halida Pentingnya kekuatan ikatan Pola kekuatan dari keempat ikatan karbon-halogen ditunjukkan pada gambar berikut: Perlu diperhatikan bahwa kekuatan ikatan semakin berkurang ketika kita berpindah dari C-F ke C-I, dan juga perhatikan bahwa ikatan C-F jauh lebih kuat dibanding lainnya. Agar zat lain bisa bereaksi dengan alkil halida, maka ikatan karbon-halogen harus diputus. Karena pemutusan semakin mudah dilakukan semakin ke bawah (mulai dari fluoride sampai iodin), maka senyawa-senyawa semakin ke bawah golongan halogen akan semakin reaktif. Iodoalkana merupakan alkil halida yang paling reaktif dan fluoroalkana merupakan yang paling tidak reaktif.
  • 13. 10 4. Pengaruh polaritas ikatan Dari keempat halogen, fluorin merupakan unsur yang paling elektronegatif dan iodin yang paling tidak elektronegatif. Ini berarti bahwa pasangan elektron dalam ikatan karbon-fluorin akan tergeser ke ujung halogen. Perhatikan metil halida sebagai contoh-contoh sederhana berikut ini: Keelektronegatifan karbon dan iodin sama sehingga tidak akan ada pemisahan muatan pada ikatan (pasangan elektron berada pada posisi netral). Salah satu reaksi penting yang dialami oleh alkil halida melibatkan penggantian halogen oleh sesuatu yang lain – yakni reaksi substitusi. Reaksi-reaksi ini melibatkan salah satu dari mekanisme berikut: a. Ikatan karbon-halogen terputus menghasilkan ion positif dan ion negatif.Ion yang memiliki atom karbon bermuatan positif selanjutnya bereaksi dengan sesuatu yang bermuataSn negatif (baik negatif penuh maupun negatif parsial). b. Sesuatu yang bermuatan negatif penuh atau parsial tertarik ke atom karbon yang sedikit bermuatan positif dan melepaskan atom halogen. Yang mengendalikan kereaktifan adalah kekuatan ikatan yang harus diputus, sementara cukup sulit untuk memutus sebuah ikatan karbon-fluorin, tapi cukup mudah untuk memutus ikatan karbon-iodin.
  • 14. 11 C. Reaksi Substitusi dan Eliminasi 1. Reaksi Substitusi Nukleofilik Karbon yang terikat langsung atom halogen dalam suatu alkil halida bermuatan positif parsial. Karbon ini mudah diserang oleh anion dan spesi apa saja yang mempunyai pasangan elektron menyendiri (unshared). Ditinjau reaksi bromoetana dengan ion hidroksida sebagai berikut : Reaksi ini merupakan reaksi substitusi yaitu reaksi dalam mana satu atom ion atau gugus disubstitusi oleh atom, ion atau gugus lain. Ion hidroksida adalah nukleofil yang menggantikan ion bromida dari bromoetana. Nukleofil dilambangkan dengan Nu- ; yang tertarik ke suatu pusat positif. Nukleofil adalah anion atau molekul netral yang memiliki pasangan elektron menyendiri. Substitusi oleh nukleofil disebut substitusi nukleofilik. Ion bromida dinamakn gugus pergi. Dalam reaksi jenis ini, suatu ikatan kovalen putus dan terbentuk ikatan kovalen baru. Gugus pergi (bromida) mengambil kedua elektron ikatan C-Br dan nukleofil OH- memasok kedua elektron untuk ikatan karbon – oksigen yang baru. Nu:- + R:X R-Nu + X- anion produk gugus pergi Nu: + R:X R-Nu+ + X- netral Reaksi berjalan ke arah kanan dengan memilih nukleofil yang lebih kuat daru pada gugus pergi. H2O – ROH – Cl– – Br– – OH– – – OR – I– – C ≡ N– Naiknya nukleofilisitas
  • 15. 12 2. Reaksi Eliminasi Bila alkil halida direaksikan dengan basa kuat, dapat terjadi reaksi eliminasi. Dalam reaksi ini molekul kehilangan atom H dan X. Oleh karenanya disebut juga reaksi dehidrohalogenasi. 3. Reaksi-reaksi Bersaingan Bila ion hidroksida atau alkoksida (RO- ) bereaksi dengan alkil halida, maka dapat bertindak sebagai nukleofil dalam reaksi substitusi maupun sebagai basa dalam reaksi eliminasi. Tipe reaksi yang terjadi bergantung pada berbagai faktor, salah satu faktornya adalah struktur alkil halida. Metil dan alkil halida primer cenderung menghasilkan produk substitusi. Pada kondisi yang setara, alkil halida tersier terutama menghasilkan produk eliminasi. Sedangkan alkil halida sekunder bersifat diantaranya. CH3CH2OH Primer : CH3CH2Br+ CH3CH2O- CH3CH2CH3 hampir 100% CH3CH2OH Sekunder : (CH3)2CHBr + CH3CH2O- (CH3)2CHOCH2CH3 + CH2=CHCH3 (20%) (80%) CH3CH2OH Tersier : (CH3)3CBr + CH3CH2O- (CH3)3COCH2CH3 + CH2=C(CH3)2 (5%) (95%) Karena dapat terjadi lebih dari satu reaksi (substitusi dan eliminasi, maka disebut reaksi bersaingan.
  • 16. 13 4. Nukleofilitas Lawan Kebasaan Pada suasana yang sesuai semua basa dapat bertindak sebagai nukleofil. Sebaliknya, semua nukleofil dapat bertindak sebagai basa. Dalam masa-masa kasus, pereaksi (reagent) bereaksi dengan cara menyumbangkan sepasang elektronnya untuk membentuk suatu ikatan sigma baru. Kebasaan (basicity) ialah ukuran kemampuan pereaksi untuk menerima sebuah proton dalam suatu reaksi asam-basa. Oleh karena itu kuat basa relatif dari sederet pereaksi ditentukan dengan membandingkan letak relatif kesetimbangan mereka dalam suatu reaksi asam-basa, seperti misalnya derajat ionisasi air. Basa kuat I– – Br– – Cl– – ROH – H2O – C ≡ N– – OH– – – OR Naiknya kebasaan Kontras dengan kebasaan, nukleofisilitas ialah ukuran kemampuan suatu pereaksi untuk menyebabkan (terjadinya) suatu reaksi subtitusi. Nukleofilisitas relatif dari sederet. CH3CH2 - Br + OH CH3CH2 - OH + Br H2O – ROH – Cl– – Br– – OH– – – OR – I– – C ≡ N– Naiknya nukleofilisitas Data daftar nukleofilisitas relative tidak paralel secara eksak dengan daftar kuat basa; suatu basa lebih kuat biasanya juga nukleofili yang lebih baik dari suatu basa lebih lemah.misalnya, OH- (suatu basa kuat) adalah nukleofilik yang lebih baik dari pada atau H2O (basa lemah). Karena beberapa alkil halida dapat menjalani reaksi subtitusi dan eliminasi.pereaksi seperti OH- dapat bertindak baik sebagai nukleofil dalam suau bejana reaksi.
  • 17. 14 H2O ( CH3)2CHBr + – OH (CH3)2CHOH + CH2=CHCH3 Terbentuk oleh OH- terbentuk oleh OH- sebagai nukleofil sebagai basa sekunder substitusi eliminasi D. Reaksi SN-2 Reaksi bromoetana dengan ion hidroksida yang menghasilkan etanol dan ion bromida adalah suatu reaksi SN-2 yang khas. SN-2 berarti substitusi nukleofilik bimolekular. 1. Mekanisme Reaksi Mekanisme reaksi adalah uraian terinci tentang bagaimana reaksi berlangsung. Syarat supaya terjadi reaksi adalah molekul saling bertabrakan, dengan energi kinetik ≥ energi potensial untuk mematahkan ikatan (E aktivasi) dan dengan sikap (orientasi) tertentu yang tepat. Pada reaksi SN-2 antara bromoetana dan ion hidroksida, ion hidroksida menabrak bagian belakang karbon ujung dan menggantikan ion bromida. Jika nukleofil menabrak dari sisi belakang suatu karbon ujung yang terikat pada halogen, dua peristiwa terjadi sekaligus yaitu (1) suatu ikatan baru terbentuk dan (2) ikatan C-X mulai patah. Proses ini disebut proses serempak (satu tahap). Pereaksi diubah menjadi produk harus melalui suatu keadaan antara yang disebut keadaan transisi atau kompleks teaktifan. Keadaan transisi melibatkan dua spesi yaitu Nu- dan RX, maka reaksi SN-2 disebut reaksi bimokuler.
  • 18. 15 Pada mekanisme ini terjadi inversi konfigurasi. 2. Energi pada Reaksi SN-2 Molekul bertabrakan membutuhkan energi untuk bisa bereaksi. Molekul yang bergerak di dalam suatu larutan memiliki sejumlah tertentu energi potensial dalam ikatan mereka dan sejumlah tertentu energi kinetik dalam gerakan mereka. Bila dipanasi, molekul mendapat tambahan energi kinetik, bertabrakan lebih sering dan lebih bertenaga dan mengubah energi kinetik menjadi energi potensial. Agar reaksi dapat mulai terjadi, beberapa molekul dan ion yang bertabrakan harus mempunyai cukup energi untuk mencapai keadaan transisi. Agar alkil halida dan nukleofil yang bertabrakan dapat mencapai keadaan transisi, diperlukan sejumlah energi pengaktifan (Eakt). Pada keadaan transisi molekul-molekul mempunyai pilihan yang sama mudahnya, kembali menjadi pereaksi atau terus menjadi produk. Selisih anatara energi potensial rata-rata pereaksi dan produk adalah perubahan entalpi (∆H) untuk reaksi itu. 3. Laju Reaksi SN-2 Tiap molekul yang bereaksi dan menghasilkan produk harus melewati keadaan transisi, baik struktur maupun energinya, karena energi molekul tidak sama, maka diperlukan waktu agar semua molekul itu bereaksi. Laju reaksi kimia adalah ukuran seberapa cepat reaksi itu berlangsung.
  • 19. 16 Variabel yang diperhatikan pada pembahasan ini adalah konsentrasi dan struktur pereaksi. a. Pengaruh konsentrasi pada laju reaksi Menambah konsentrasi pereaksi akan menambah seringnya tabrakan antar molekul, sehingga menambah laju terbentuknya produk. Nu- + RX Rnu + X- Laju reaksi SN-2 dipengaruhi oleh konsentrasi Nu dan RX. Laju reaksi SN-2 = k[RX][Nu] b. Pengaruh struktur pada laju reaksi Reaksi SN-2 adalah reaksi serempak.dengan bertambahnya jumlah gugus alkil yang terikat pada karbon yang mengikat halogen, keadaan transisinya bertambah berjejal dengan atom. Jejalan dalam ruang disebut rintangan sterik. Dalam reaksi SN-2, energi suatu keadaan transisi yang berjejal lebih tinggi dari pada energi keadaan transisi dengan rintangan sterik rendah. Karena itu laju reaksi makin menurun dari metil, primer, sekunder dan tersier. 4. Pengaruh Energi Aktivasi (Ea) pada Laju Reaksi dan Produk Energi aktivasi adalah energi keadaan transisi relatif terhadap pereaksi. Apabila suatu reaksi merupakan reaksi bersaing denfan pereaksi yang sama, maka reaksi dengan Ea lebih rendah adalah reaksi yang lebih cepat dan akan menghasilkan produk lebih banyak. E. Reaksi SN-1 Karena rintangan sterik, t-butil bromida tidak bereaksi secara SN-2, namun bila t-butil bromida direaksikan dengan nukleofil berupa basa lemah terbentuk produk substitusi bersama-sama dengan produk eliminasi.
  • 20. 17 Produk substitusi terbentuk karena alkil halida mengalami substitusi dengan mekanisme yang berbeda yang disebut dengan reaksi SN-1 (reaksi substitusi nukleofilik unimolekuler). Contoh reaksi SN-1 dari t-butil bromida dengan air. (CH3)3CBr + H2O (CH3)3COH + H+ + Br- Mekanisme reaksi SN-1 Tahap 1 : lambat. Pembentukan karbokation (ionisasi). Tahap 2 : cepat. Penggabungan karbokation dengan nukleofil. Tahap 3 : cepat. Reaksi asam-basa. H+ lepas/deprotonisasi. 1. Laju reaksi SN-1 Reaksi antara karbokation (R+ ) dan Nu berlangsung sangat cepat sehingga tahap penentu laju atau tahap pembatas laju adalah reaksi lambat atau ionisasi. Laju reaksi SN-1 tergantung pada konsentrasi alkil halida (RX), tidak tergantung pada konsentrasi nukleofil (Nu).
  • 21. 18 Laju reaksi SN-1 = k [RX]; disebut juga reaksi orde satu. Reaksi ini unimolekuler. Tahap penentu laju : R+ + X- 2. Pengaruh stabilitas karbokation terhadap laju reaksi SN-1 Karbokation adalah gugus yang tidak stabil dan dengan cepat bereaksi lebih lanjut, namun demikian masih mungkin membahas stabilitas relatifnya. Stabilitas karbokation mempengaruhi laju reaksi SN-1. Yang dapat meningkatkan stabilitas muatan positif adalah apa saja yang dapat menyebarkan muatan positif. Dalam kation alkil yang menyebarkan muatan adalah efek induktif yaitu polarisasi ikatan oleh atom-atom elektronegatif atau elektropositif didekat muatan itu. Faktor lain yang mungkin meningkatkan kestabilan karbokation tersier adalah bantuan sterik. Tolak-menolak antara gugus-gugus dalam suatu alkil halida menambah energi pada molekul netral. 3. Penataan ulang karbokation Alkil bromida sekunder (2o RX) dapat mengalami reaksi pelarutan dengan metanol. Contoh : Rendemen total produk substitusi tidak 100% karena terbentuk juga alkena dari reaksi eliminasi. Terjadinya penataan ulang karbokation dapat dijelaskan sebagai berikut: adanya karbokation sekunder dan primer dalam
  • 22. 19 larutan menghasilkan kedua produk teramati, yaitu produk normal dan produk penataan ulang suatu produk dimana kerangka atau posisi gugus fungsional berbeda dari kerangka. F. Reaksi E1 Suatu karbokation dapat mengalami bereaksi lebih lanjut dengan lebih dari satu cara. Salah satu cara adalah bereaksi dengan nukleofil. Ada alternatif lain yaitu karbokation memberikan satu proton pada suatu basa, reaksi ini disebut eliminasi (E1), membentuk sebuah alkena. Mekanisme reaksi E1 Tahap pertama dalam reaksi E1 identik dengan tahap pertama reaksi SN-1, yaitu ionisasi alkil halida. Tahap ini berlangsung lambat, menjadi penentu laju dari reaksi keseluruhan. Tahap 1 : ionisasi (lambat) Tahap 2 : cepat Tahap kedua, basa merebut sebuah proton dari sebuah atom karbon yang terletak berdampingan dengan karbon positif, terbentuk sebuah alkena. Kondisi reaksi E1 sama dengan reaksi SN-1, oleh karen itu reaksi E1 dan SN-1 adalah reaksi bersaingan.
  • 23. 20 G. Reaksi E2 Reaksi eliminasi RX yang paling berguna adalah reaksi E2 (eliminasi bimolekuler). Reaksi cenderung dominan bila digunakan basa kuat seperti OH- dan –OR dan suhu tinggi, secara khas reaksi E2 dilaksanakan dengan memanaskan RX dengan KOH atau NaOC2H5 dalam etanol. Mekanismenya adalah reaksi serempak dan satu tahap seperti pada reaksi SN-2: (1) basa membentuk ikatan dengan i=hidrogen (2) pembentukan ikatan pi C-C (3) brom bersama sepasang elektron meninggalkan ikatan sigma C-Br Naiknya laju reaksi E2 primer sekunder tersier laju reaksi E2 meningkat 1. Campuran Alkena Reaksi E1 dan E2 sering disebut sebagai eliminasi beta (β). Istilah ini menunjukkan pada hidrogen yang dibuang dalam reaksi ini. Karbon yang mengikat gugus fungsional utama disebut karbon alfa (α) dan karbon berikutnya adalah karbon beta (β). Hidrogen yang terikat pada kabon α disebut hidrogen α, hidrogen yang terikat pada karbon β disebut hidrogen beta β. Dalam eliminasi β, sebuah atom hidrogen β dibuang dan terbentuk alkena. Alkil halida yang tidak memiliki atom Hβ tidak dapat melangsungkan reaksi eliminasi β. Karbon dan hidrogen β dilingkari :
  • 24. 21 Bila alkil halida memiliki satu macam Hβ maka bila mengalami eliminasi hanya diperoleh satu macam produk, namun jika ad lebih dari satu macam maka akan diperoleh produk lebih dari satu produk. Satu macam Hβ Dua macam Hβ Saytseff (1875) : alkena yang memiliki gugus alkil terbanyak pada atom karbon berikatan rangkap terdapat dalam jumlah terbesar dalam campuran produk eliminasi. Ini dikarenakan alkena yang tersubstitusi lebih tinggi, lebih stabil dari pada yang kurang tersubstitusi. C Kestabilan bertambah 2. Produk Hofmann Reaksi dehidrohalogenasi tunduk pad aturan Saytseff, namun dalam suatu keadaan, produk utama dari suatu dehidrohalogenasi justru berlawanan dengan aturan Saytseff, dikatakan reaksi menghasilkan produk Hofmann. Alkena yang kurang tersubstitusi merupakan produk yang melimpah terjadi karena rintangan sterik. Rintangan sterik disebabkan oleh: a. Ukuran basa yang menyerang b. Meruahnya gugus yang mengelilingi gugus pergi c. Gugus pergi besar dan meruah
  • 25. 22 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa : 1. Senyawa alkil halida merupakan senyawa hidrokarbon baik jenuh maupun tak jenuh yang satu unsur H-nya atau lebih digantikan oleh unsur halogen (X = Br, Cl, I). Struktur Alkil Halida : R-X 2. Ada 4 penggolongan alkil halida, yaitu metil halida, alkil halida primer, sekunder dan tersier. Suatu metil halida ialah suatu struktur dalam mana satu hydrogen dari metana telah digantikan oleh sebuah halogen. Suatu alkil halida primer (1°)(RCH2X) mempunyai satu gugus alkil terikat pada karbon ujung. Suatu alkil halida sekunder (2°) (R2CHX) mempunyai dua gugus alkil yang terikat pada karbon ujung, dan suatu alkil halida tersier (3°) (R3CX) mempunyai tiga gugus alkil yang terikat pada karbon ujung. 3. Dalam sistem IUPAC, suatu alkil halida diberi nama dengan suatu awalan halo-. Banyak alkil halida yang lazim, mempunyai nama gugus-fungsional trivial. Dalam nama-nama gugus alkil disebut lebih dahulu, diikuti nama halidanya. 4. Titik didih alkil halida lebih tinggi ( dengan jumlah atom C yang sama ) karena berat atom C lebih besar dari berat atom C ataupun H. Pada jumlah atom C yang sama, titik didih alkil halida meningkat dengan kenaikan berat molekul. Dengan bertambah panjangnya gugus alkil, maka titik didih alkil halida semakin tinggi pula. 5. Kebasaan (basicity) ialah ukuran kemampuan pereaksi untuk menerima sebuah proton dalam suatu reaksi asam-basa. Nukleofisilitas ialah ukuran kemampuan suatu pereaksi untuk menyebabkan (terjadinya) suatu reaksi subtitusi. 6. Spesi yang menyerang suatu alkil halida dalam suatu reaksi substitusi disebut nukleofil, sering dilambangkan dengan Nu-. Substitusi oleh nukleofil disebut
  • 26. 23 substitusi nukleofil atau pergantian nukleofil. Menurut kinetikanya, reaksi substitusi nukleofilik dapat dikelompokkan menjadi reaksi SN-1 dan SN-2. 7. Mekanisme reaksi SN-2 melibatkan tubrukan antara kedua spesies dalam tahapan yang lambat (dalam hal ini, satu-satunya tahapan yang ada) dari reaksi. Reaksi SN-1 tahapannya lambat dari reaksi dan hanya melibatkan satu spesies, yakni alkil halida. 8. Pada reaksi eliminasi, molekul senyawa berikatan tunggal berubah menjadi senyawa berikatan rangkap dengan melepas molekul kecil. Eliminasi merupakan reaksi yang mengubah jumlah substitusi dalam atom karbon, dan membentuk ikatan kovalen. Dalam mekanisme E1, gugus lepas terlebih dahulu melepas dan membentuk karbokation. Selanjutnya, pembentukan ikatan ganda terjadi melalui eliminasi proton (deprotonasi). Dalam mekanisme E1cb, urutan pelepasan terbalik: proton dieliminasi terlebih dahulu. Dalam mekanisme ini keterlibatan suatu basa harus ada. Mekanisme E2 juga memerlukan basa. Akan tetapi, pergantian posisi basa dan eliminasi gugus lepas berlangsung secara serentak dan tidak menghasilkan zat antara ionik.
  • 27. 24 DAFTAR PUSTAKA Dra. Sri Wahyuni Murni. 2015. Bahan Ajar Mata Kuliah Kimia Organik. Yogyakarta : UPN”Veteran” Yogyakarta. Satria Wirayudha. 2015. Makalah Kimia Organik Alkil Halida Doni, http://dokumen.tips/documents/makalah-kimia-organik-alkil-halida-doni.ht ml, (diakses 13 Maret 2016).