SlideShare a Scribd company logo
1 of 41
BUERGER DISEASE
(THROMBOANGIITIS OBLITERANS )
Dr. Novy Ayunita Santoso
IDENTITAS
 Nama : Tn. E
 Umur : 64 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : Banggai Kep.
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Tgl MRS : 5 Agustus 2015
ANAMNESA
Keluhan Utama
Luka kehitaman pada kedua tangan dan kaki
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
 Sejak ± 10 tahun sebelum masuk rumah sakit, Os
mengeluh rasa nyeri pada jari-jari tangan dan kaki. Nyeri
terutama dirasakan saat beristirahat. Awalnya nyeri
dirasakan tidak terlalu berat, semakin lama dirasakan
bertambah berat pada waktu istirahat maupun beraktivitas.
 Selain nyeri yang tidak berkurang walalupun minum obat
pereda nyeri os juga mulai mengeluhkan jari tangan dan
kaki yang mulai kemerahan lalu pucat dan kemudian
menghitam. Setelah menghitam beberapa lama jari-jari
tersebut mulai hancur.
 Os sudah berobat ke mantri namun tidak ada perbaikan.
Selain nyeri, tidak ada keluhan lain.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya.
Riwayat diabetes melitus disangkal, riwayat hipertensi
disangkal, riwayat MH disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti yang
dialami pasien. Riwayat diabetes mellitus disangkal.
Riwayat Pengobatan.
Hanya berobat ke mantri dan minum pereda nyeri.
Riwayat Kebiasaan
Os mempunyai kebiasaan merokok sejak Os lulus SD
sampai sekarang (5hari SMRS). Rokok yang di konsumsi oleh
Os adalah merk apa saja. Os biasa merokok 1-2 bungkus
dalam satu hari.
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : Tampak Sakit Ringan
 Kesadaran : GCS : 15
 Vital Sign
 TD : 130/90 mmHg
 HR : 82x/menit
 RR : 20x/menit
 Suhu : 36,5o C
Kepala : bentuk normal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva palpebra pucat (-), sklera kekuningan (-)
THT : Epistaksis (-), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
Mulut : sulkus nasolabialis simetris, letak lidah di tengah
Leher : Nodul (-), nyeri tekan (-), trakea ditengah,
pembesaran KGB leher (-)
7
Jantung
Inspeksi : Tidak terlihat ic
Palpasi : Pulsasi iktus cordis teraba pada sela iga V garis
midklavikula kiri
Perkusi : Batas jantung atas ICS II parasternal line sinistra
Batas jantung kanan ICS V midsternal line
Batas jantung kiri ICS V MCLS
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru
depan
Kanan Kiri
Inspeksi
Simetris dalam keadaan
diam dan pergerakan
nafas,
retraksi sela iga (-)
Simetris dalam keadaan
diam dan pergerakan
nafas,
retraksi sela iga (-)
Palpasi
nyeri tekan (-)
stem fremitus kanan sama
kuat dengan kiri
nyeri tekan (-)
stem fremitus kanan sama
kuat dengan kiri
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi
suara dasar vesikuler
wheezing (-), ronkhi (-)
suara dasar vesikuler
wheezing (-), ronkhi (-)
8
Paru
belakang
kanan kiri
Inpeksi
Gerakan napas simetris
( kanan = kiri)
Gerakan napas simetris
( kanan = kiri)
Palpasi
nyeri tekan (-)
stem fremitus kanan = kiri
nyeri tekan (-)
stem fremitus kanan = kiri
Perkusi sonor Sonor
Auskultasi
suara dasar vesikuler
wheezing (-), ronkhi (-)
suara dasar vesikuler
wheezing (-), ronkhi (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, tidak ada kelainan kulit
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani, pekak alih (-)
Palpasi : Supel,nyeri tekan epi (-), hepatomegali dan splenomegali
(-)
9
Ekstremitas Superior Inferior
Ptekhie -/- -/-
Oedem -/- +/+
Pembesaran limfe aksila -/-
Pembesaran Limfe
inguinal
-/-
STATUS LOKALIS
a/r manus dextra dan sinistra
 Inspeksi : scar (-)
 Palpasi :pulsasi a.radialis melemah
 Auskultasi : pulsasi (-)
a/r digiti I,II,III, IV, V manus dextra dan sinistra
 Inspeksi : kehitaman (+), darah (-), pus(-), tulang
jari terlihat
 Palpasi : nyeri tekan(+), hipoastesia (+)
STATUS LOKALIS
a/r pedis dextra dan sinistra
 Inspeksi : scar (-)
 Palpasi :pulsasi a.dorsalis pedis dan
a.tibialis posterior melemah
 Auskultasi : pulsasi (-)
a/r digiti I,II,III, IV, V pedis dextra
 Inspeksi : kehitaman (+), darah (-), pus(-)
 Palpasi : nyeri tekan(+), hipoastesia (+),
Diagnosis banding
Buerger Disease
Raynoud
Gangren Diabetik
PLANNING PEMERIKSAAN PENUNJANG
 USG Dopler Arteri Pedis
 Arteriografi
Working Diagnosis
 Buerger Disease
Planning Penatalaksanaan
 Berhenti merokok
 Amputasi
Prognosis
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad functionam : dubia ad malam
BACKGROUND
 Penyakit Buerger, suatu penyakit pembuluh darah
nonatherosklerotik yang juga dikenal sebagai
thromboangiitis obliterans (TAO)
 Karakteristik; tidak ada atau minimal ateroma,
peradangan vaskular segmental, phenomena
vasoocclusive dan melibatkan arteri dan vena
ukuran sedang dan kecil pd ekstrimitas atas dan
bawah
BACKGROUND
 Thromboangiitis obliterans dilaporkan pertama
sekali di Jerman oleh von Winiwarter thn 1879 dgn
judul “ Bentuk aneh dari endarteritis dan
endophlebitis dengan gangrene pada kaki”
 Seperempat abad kemudian, di Brookline, NY, Leo
Buerger melaporkan gambaran detail penyakit
mengarah ke gambaran klinis thromboangiitis
obliterans sebagai “Gangrene spontan Presenile”
PATHOPHYSIOLOGY
 Etiology Buerger disease belum diketahui, paparan
terhadap tembakau essensial untuk inisiasi dan
progresi dari penyakit ini
 Fakta; lebih sering pada negara dengan pengguna
berat tembakau
 Beberapa kasus dilaporkan pada pengunyah
tembakau
PATHOPHYSIOLOGY
 Mekanisme penyakit yang mendasari Buerger
disease masih belum jelas,
 Tapi beberapa observasi mengarahkan peneliti
untuk menghubungkannya ke phenomena
immunologi yang mengarah ke kegagalan vaskuler
dan inflamatory trombi
FREQUENCY
United States
 Prevalensi menurun sejalan dengan menurunnya
prevalensi merokok dan kriteria diagnostik yg makin
ketat.
 Thn 1947, the prevalensi 104 kasus per 100,000
populasi.
 Sekarang, prevalensi diperkirakan 12.6-20 kasus
per 100,000 populasi.
FREQUENCY
Mortality/Morbidity
 Kematian krn Buerger disease jarang
 Tapi pd penderita yg melanjutkan merokok, 43%
membutuhkan 1 atau lebih amputasi dalam 7.6 thn
 Terbaru, pd December 2004 CDC publikasikan,
total 9 kematian berhubungan TAO,
FREQUENCY
 Ras
 Lebih sedikit pd penduduk Eropa Timur.
 Insiden tertinggi pd Penduduk asli India, Korea, dan
Japan, dan Jahudi Israel keturunan Ashkenazi
 Sex
 Buerger disease lebih sering pd laki-laki (laki-
laki:perempuan = 3:1),
 insidens diyakini meningkat pd perempuan dgn
meningkatnya angka perempuan perokok.
 Age
 Hampir semua pasien dgn Buerger disease umur 20-45 thn
CLINICAL
HISTORY
 Diagnosis Buerger disease sulit dipastikan. Olin
menegaskan, kriteria yg harus ditemukan utk
diagnosis dibuat :
 Umur < 45 thn
 Pernah atau masih merokok
 Adanya iskemia ekstrimitas distal (ditandai claudicatio,
nyeri saat istirahat, ischemic ulcers, atau gangrene)
ditandai dengan test vascular noninvasive
 Tidak ada : penyakit autoimun,keadaan hypercoagulasi,
diabetes melitus (secara laoratorium)
 Tidak ada sumber emboli pd proximal dengan
echocardiografi dan arteriografi
 Temuan Arteriografi konsisten pada ekstrimitas secara
klinis terlibat dan yg tidak terlibat
HISTORY
 Sebagian besar pasien (70-80%) dengan nyeri iskemia
distal saat istirahat dengan/atau ischemic ulcerations pada
jari kaki, kaki, atau jari tangan
 Progresi penyakit dapat melibatkan ke pembuluh darah
proksimal, keterlibatan arteri besar jarang.
 Tampak claudicatio pd kaki, tungkai bawah, tangan, lengan
bawah dan atas dan sering digambarkan Raynaud
phenomenon, sensitivitas tangan dan jari terlalu dingin.
 Pasien terlambat berobat biasanya dengan infeksi kaki dan
kadang sepsis
 Beberapa kasus thromboangiitis obliterans pada aortic,
cerebral, coronary, iliac, mesenteric, pulmonary, and renal
telah dilaporkan
PHYSICAL
 Timbul ulkus yang nyeri dan atau gangren pada
jari-jari.
 Tangan dan kaki biasanya dingin dan edema
ringan.
 Thromboplebitis superfisial (biasa migrasi) terjadi
hampis separuh dr penderita.
 Paresthesia (rasa baal, kesemutan, terbakar,
hypoesthesia) pada kaki dan tangan dan gangguan
pulsasi distal
 Lebih dari 80% pasien menunjukkan keterlibatan 3-
4 anggota gerak.
PHYSICAL
 Point scoring sistem terbaru untuk membantu diagnosis TAO dengan
mengikuti kriteri:
 Keterlibatan extremitas distal (kaki, jari kaki dan tangan, tangan)
 Onset sebelum umur 45
 Pengguna tembakau
 Exclusion dari atherosclerosis atau emboli dari sumber proksimal
 Tidak keadaan hypercoagulasi
 Dipastikan bukan arteritis (spt, progressive systemic sclerosis, giant
cell arteritis)
 Temuan arteriografi klasik
 Keterlibatan arteri jari kakai atau tangan
 Keterlibatan Segmental (ie, "skip areas")
 Corkscrew collaterals
 Bukan perubahan atherosclerotic
 Temuan Classic histopathologic
 Infiltrat peradangan selular dalam trombus
 Lamina internal elastic Intak
 Keterlibatan jaringan sekitar vena
Kaki pasien Buerger disease.
Ulkus iskemia pada jari
kaki
Tromboplebitis Superfisial
pada penderita Buerger
disease
TABLE 1. SCORING SYSTEM UNTUK DIAGNOSIS THROMBOANGIITIS
OBLITERANS
TABLE 2. JUMLAH ANGKA MENEAPKAN PROBABILITAS
DARI DIAGNOSIS THROMBOANGIITIS OBLITERANS
LABORATORY STUDIES
 Tidak ada test laboratorium spesifik untuk konfirmasi atau
menyingkirkan diagnosis Buerger disease.
 Tujuan utama pemeriksaan Lab utk menyingkirkan penyakit lain
 Test biasanya digunakan sebagai penanda vasculitis sitemik
 Profile serologi komplit :
 Darah rutin dgn differential
 Liver function tests
 Renal function tests
 Urinalysis
 Glucose (fasting)
 Erythrocyte sedimentation rate
 C-reactive protein
 Antinuclear antibody
 Rheumatoid factor
 Complement
 Anticentromere antibody
 Scl-70 antibody
 Antiphospholipid antibodies
IMAGING STUDIES
 Angiography/arteriography
 Kelainan Arteriographic consistent dengan Buerger
disease kadang kelihatan pada ekstrimitas yg secara
klinis belum terlihat, arteriografi pd keempat ektrimitas
diperlukan
 Tanda hasil angiografi : nonatherosclerotic, lesi oklusif
segmental pada pembuluh darah ukuran kecil-sedang
dengan pembentukan pembuluh darah khusus kolateral
kecil-kecil sekitar oklusi yang dikenal “"corkscrew
collaterals“
 Temuan arteriografi ini mengesankan Buerger disease
tp tidak pathognomonic
 Arteriogram pada
ekstrimitas bawah pada
arteri peroneal dan tibia.
Tampak oklusi arteri dan
pembentukan kompensasi
“corkscrew collaterals”
 Echocardiography: selalu dilakukan untuk
menyingkirkan sumber emboli proksimal sebagai
penyebab oklusi pembuluh distal
HISTOLOGIC FINDINGS
 Jarang dibutuhkan kecuali pd pasien dengan
karakteristik tidak biasa, spt keterlibatan arteri
besar atau umur > 45 th
 Fase akut; sangat banyak sel-sel, segmentel,
oklusif, inflammatory thrombi, peradangan minimal
pd dinding pembuluh darah. Microscopik;
polymorphonuclear leukocyte–predominant
inflammatory cellular aggregate dpt membentuk
microabscesses dan multinucleated giant cells.
HISTOLOGIC FINDINGS
 Fase sub akut; thrombosis intraluminal terbentuk
progresif, menunda recanalisasi vascular.
 Fase The end-stage ; ditandai trombus mature dan
vascular fibrosis.
 Pada 3 stage, integritas struktur normal dinding
pembuluh darah termasuk lamina elastik interna
tetep bertahan. Ini membedakan thromboangiitis
obliterans dari arteriosclerosis dan systemic
vasculitis lainnya
TREATMENT
MEDICAL CARE
 Penghentian absolute penggunaan tembakau
mencegah progression Buerger disease.
 Merokok 1 - 2 batang sehari, mengunyah
tembakau, atau bahkan nicotine replacements tetap
mambuat penyakit aktif.
 Treatment dgn intravenous iloprost (suatu
prostaglandin analogue),mahal, menunjukkan
perbaikan gejala dan menurunkan angka amputasi
TREATMENT
MEDICAL CARE
 Penggunaan terapi trombolitik telah dianjurkan
tapi data terapi ini , tetap blm meyakinkan,
dianggap eksperimental
 Strategi penting mencegah komplikasi Buerger
disease:
1. Menggunakan alas kaki pelindung nyaman dan
pas mencegah trauma kaki
2. Pengobatan agresive, cepat pd cedera ekstrimitas
melindungi dari infeksi
3. Mencegah lingkungan dingin
4. Menghindari obat penyebab vasokonstriksi
SURGICAL CARE
 TOA difuse dan segmental dan fakta merusak arteri ukuran
besar dan kecil pembedahan revascularisasi biasanya tidak
mungkin
 Bagaimanapun , setiap upaya utk meningkatkan aliran arteri
distal temasuk by pass dgn vena pada stenosis
atherosclerosis pembuluh darah besar
 Beberapa pembedahan yg dianjurkan :
 Omental transfer
 Sympathectomy
 Spinal cord stimulator implantation
 Pengobatan pembedahan terakhir untuk penderita susah
disembuhkan (pd pasien yg tetap merokok) adalah
amputasi ulkus tak sembuh, gangren, dan nyeri yg hebat.
 Hindari amputasi bila mungkin, bila perlu amputasi
selamatkan ektrimitas sebanyak mungkin.
Complications
 Ulcerations
 Gangrene
 Infection
 Need for amputation
 Jarang oklusi dari coronary, renal, splenic, atau
mesenteric arteries
PROGNOSIS
 Tergantung dari pencapaian pasien dlm
menghindari tembakau
 Diantara pasien yang berhenti merokok, terhindar
94% amputation;
 Diantara pasien yng berhenti merokok sebelum
terbentuk gangren angka amputasi hampir 0%
 Pasien yang tidak berhenti merokok kemungkinan
43% amputation dibutuhkan dalam periode 7– 8 th.
 Tidak jarang penderita yg terus merokok
memputuhkan amputasi yg multipel dan bahkan
dilaporkan ada penderita yang membutuhkan
amputas bilateral above knee dan above elbow
DAFTAR PUSTAKA
 Arkilla, Perrtu. Tromboangiitis Obliterans (Buerger’s
disease). Biomed Central. 2006
 Beers, Mark H., dkk. The Merck Manual of Diagnosis and
Therapy. ed. XVIII. New Jersey: Merck Research
Laboratories. 2006.
 Brunicardi, F. Charles. Schwartz’s Principles of Surgery,
ninth edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. United
States of America. 2010.
 Dambro, Mark R. 5-Minute Clinical Consult 2006. Lippincott
Williams & Wilkins. USA. 2006.
 Olin JW. Other peripheral arterial diseases. In: Goldman L,
Schafer AI, eds. Goldman's Cecil Medicine. 24th ed.
Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2011:chap 80
 Silbernagl Stefan, Florian Lang. Color Atlas of
Pathophysiology at a Glance. Thieme Flexibook. New
York. 2000
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to 282967932-buerger-disease-ppt.ppt

dokumen.tips_ppt-crs-meningioma.pptx
dokumen.tips_ppt-crs-meningioma.pptxdokumen.tips_ppt-crs-meningioma.pptx
dokumen.tips_ppt-crs-meningioma.pptx
ikhsan1611
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsai
Richard Leonardo
 

Similar to 282967932-buerger-disease-ppt.ppt (20)

LAPSUS SH RISDA.pptx
LAPSUS SH RISDA.pptxLAPSUS SH RISDA.pptx
LAPSUS SH RISDA.pptx
 
NEUROLOGI - low back pain oleh Dokter Muda FK UII Aliza Ayu
NEUROLOGI - low back pain oleh Dokter Muda FK UII Aliza AyuNEUROLOGI - low back pain oleh Dokter Muda FK UII Aliza Ayu
NEUROLOGI - low back pain oleh Dokter Muda FK UII Aliza Ayu
 
PPOK Case
PPOK CasePPOK Case
PPOK Case
 
Belajar i.pptx
 Belajar i.pptx Belajar i.pptx
Belajar i.pptx
 
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2dDokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
 
Laporan Kasus DVT.pptx
Laporan Kasus DVT.pptxLaporan Kasus DVT.pptx
Laporan Kasus DVT.pptx
 
MANAJEMEN STROKE INFARK.pptx
MANAJEMEN STROKE INFARK.pptxMANAJEMEN STROKE INFARK.pptx
MANAJEMEN STROKE INFARK.pptx
 
vdokumen.com_case-report-558464ad79559.pptx
vdokumen.com_case-report-558464ad79559.pptxvdokumen.com_case-report-558464ad79559.pptx
vdokumen.com_case-report-558464ad79559.pptx
 
dokumen.tips_ppt-crs-meningioma.pptx
dokumen.tips_ppt-crs-meningioma.pptxdokumen.tips_ppt-crs-meningioma.pptx
dokumen.tips_ppt-crs-meningioma.pptx
 
Lapkas colelithiasis
Lapkas colelithiasisLapkas colelithiasis
Lapkas colelithiasis
 
Cardiac sirosis
Cardiac sirosisCardiac sirosis
Cardiac sirosis
 
laporan kasus.doc
laporan kasus.doclaporan kasus.doc
laporan kasus.doc
 
239930897 case-hsp
239930897 case-hsp239930897 case-hsp
239930897 case-hsp
 
NEUROLOGI - anamnesis dan pemeriksaan low back pain dengan parkinson disease ...
NEUROLOGI - anamnesis dan pemeriksaan low back pain dengan parkinson disease ...NEUROLOGI - anamnesis dan pemeriksaan low back pain dengan parkinson disease ...
NEUROLOGI - anamnesis dan pemeriksaan low back pain dengan parkinson disease ...
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsai
 
PPT Case LBP.pptx
PPT Case LBP.pptxPPT Case LBP.pptx
PPT Case LBP.pptx
 
131636174 evans-sindrom
131636174 evans-sindrom131636174 evans-sindrom
131636174 evans-sindrom
 
case report AMI pada pasien di rumah sakit rsh
case report AMI pada pasien di rumah sakit rshcase report AMI pada pasien di rumah sakit rsh
case report AMI pada pasien di rumah sakit rsh
 
PEMERIKSAAN FISIOTERAPI PD KASUS RESPIRASI.ppt
PEMERIKSAAN FISIOTERAPI PD KASUS RESPIRASI.pptPEMERIKSAAN FISIOTERAPI PD KASUS RESPIRASI.ppt
PEMERIKSAAN FISIOTERAPI PD KASUS RESPIRASI.ppt
 
Case report Aulia.docx
Case report Aulia.docxCase report Aulia.docx
Case report Aulia.docx
 

More from OktoSofyanHasan

More from OktoSofyanHasan (6)

Limfangitis pada anak.pptx
Limfangitis pada anak.pptxLimfangitis pada anak.pptx
Limfangitis pada anak.pptx
 
Krisis Hipertensi.pptx
Krisis Hipertensi.pptxKrisis Hipertensi.pptx
Krisis Hipertensi.pptx
 
Tromboflebitis.pptx
Tromboflebitis.pptxTromboflebitis.pptx
Tromboflebitis.pptx
 
pembahasan case 4.docx
pembahasan case 4.docxpembahasan case 4.docx
pembahasan case 4.docx
 
SISTEM_LIMFA_edit.ppt
SISTEM_LIMFA_edit.pptSISTEM_LIMFA_edit.ppt
SISTEM_LIMFA_edit.ppt
 
Referat- Kardiomiopati Sirosis.pptx
Referat- Kardiomiopati Sirosis.pptxReferat- Kardiomiopati Sirosis.pptx
Referat- Kardiomiopati Sirosis.pptx
 

Recently uploaded

Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Jajang Sulaeman
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
EirinELS
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
cupulin
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
ErikaPutriJayantini
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
SuzanDwiPutra
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
GilangNandiaputri1
 

Recently uploaded (20)

Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptxKegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
 
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia pptMateri Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 

282967932-buerger-disease-ppt.ppt

  • 1. BUERGER DISEASE (THROMBOANGIITIS OBLITERANS ) Dr. Novy Ayunita Santoso
  • 2. IDENTITAS  Nama : Tn. E  Umur : 64 tahun  Jenis kelamin : Laki-laki  Alamat : Banggai Kep.  Pekerjaan : Wiraswasta  Tgl MRS : 5 Agustus 2015
  • 3. ANAMNESA Keluhan Utama Luka kehitaman pada kedua tangan dan kaki
  • 4. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG  Sejak ± 10 tahun sebelum masuk rumah sakit, Os mengeluh rasa nyeri pada jari-jari tangan dan kaki. Nyeri terutama dirasakan saat beristirahat. Awalnya nyeri dirasakan tidak terlalu berat, semakin lama dirasakan bertambah berat pada waktu istirahat maupun beraktivitas.  Selain nyeri yang tidak berkurang walalupun minum obat pereda nyeri os juga mulai mengeluhkan jari tangan dan kaki yang mulai kemerahan lalu pucat dan kemudian menghitam. Setelah menghitam beberapa lama jari-jari tersebut mulai hancur.  Os sudah berobat ke mantri namun tidak ada perbaikan. Selain nyeri, tidak ada keluhan lain.
  • 5. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat diabetes melitus disangkal, riwayat hipertensi disangkal, riwayat MH disangkal Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti yang dialami pasien. Riwayat diabetes mellitus disangkal. Riwayat Pengobatan. Hanya berobat ke mantri dan minum pereda nyeri. Riwayat Kebiasaan Os mempunyai kebiasaan merokok sejak Os lulus SD sampai sekarang (5hari SMRS). Rokok yang di konsumsi oleh Os adalah merk apa saja. Os biasa merokok 1-2 bungkus dalam satu hari.
  • 6. PEMERIKSAAN FISIK  Keadaan umum : Tampak Sakit Ringan  Kesadaran : GCS : 15  Vital Sign  TD : 130/90 mmHg  HR : 82x/menit  RR : 20x/menit  Suhu : 36,5o C
  • 7. Kepala : bentuk normal, rambut hitam, tidak mudah dicabut Mata : konjungtiva palpebra pucat (-), sklera kekuningan (-) THT : Epistaksis (-), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1 Mulut : sulkus nasolabialis simetris, letak lidah di tengah Leher : Nodul (-), nyeri tekan (-), trakea ditengah, pembesaran KGB leher (-) 7 Jantung Inspeksi : Tidak terlihat ic Palpasi : Pulsasi iktus cordis teraba pada sela iga V garis midklavikula kiri Perkusi : Batas jantung atas ICS II parasternal line sinistra Batas jantung kanan ICS V midsternal line Batas jantung kiri ICS V MCLS Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
  • 8. Paru depan Kanan Kiri Inspeksi Simetris dalam keadaan diam dan pergerakan nafas, retraksi sela iga (-) Simetris dalam keadaan diam dan pergerakan nafas, retraksi sela iga (-) Palpasi nyeri tekan (-) stem fremitus kanan sama kuat dengan kiri nyeri tekan (-) stem fremitus kanan sama kuat dengan kiri Perkusi Sonor Sonor Auskultasi suara dasar vesikuler wheezing (-), ronkhi (-) suara dasar vesikuler wheezing (-), ronkhi (-) 8 Paru belakang kanan kiri Inpeksi Gerakan napas simetris ( kanan = kiri) Gerakan napas simetris ( kanan = kiri) Palpasi nyeri tekan (-) stem fremitus kanan = kiri nyeri tekan (-) stem fremitus kanan = kiri Perkusi sonor Sonor Auskultasi suara dasar vesikuler wheezing (-), ronkhi (-) suara dasar vesikuler wheezing (-), ronkhi (-)
  • 9. Abdomen Inspeksi : Datar, tidak ada kelainan kulit Auskultasi : bising usus (+) normal Perkusi : timpani, pekak alih (-) Palpasi : Supel,nyeri tekan epi (-), hepatomegali dan splenomegali (-) 9 Ekstremitas Superior Inferior Ptekhie -/- -/- Oedem -/- +/+ Pembesaran limfe aksila -/- Pembesaran Limfe inguinal -/-
  • 10. STATUS LOKALIS a/r manus dextra dan sinistra  Inspeksi : scar (-)  Palpasi :pulsasi a.radialis melemah  Auskultasi : pulsasi (-) a/r digiti I,II,III, IV, V manus dextra dan sinistra  Inspeksi : kehitaman (+), darah (-), pus(-), tulang jari terlihat  Palpasi : nyeri tekan(+), hipoastesia (+)
  • 11. STATUS LOKALIS a/r pedis dextra dan sinistra  Inspeksi : scar (-)  Palpasi :pulsasi a.dorsalis pedis dan a.tibialis posterior melemah  Auskultasi : pulsasi (-) a/r digiti I,II,III, IV, V pedis dextra  Inspeksi : kehitaman (+), darah (-), pus(-)  Palpasi : nyeri tekan(+), hipoastesia (+),
  • 13. PLANNING PEMERIKSAAN PENUNJANG  USG Dopler Arteri Pedis  Arteriografi
  • 14. Working Diagnosis  Buerger Disease Planning Penatalaksanaan  Berhenti merokok  Amputasi Prognosis  Quo ad vitam : bonam  Quo ad functionam : dubia ad malam
  • 15. BACKGROUND  Penyakit Buerger, suatu penyakit pembuluh darah nonatherosklerotik yang juga dikenal sebagai thromboangiitis obliterans (TAO)  Karakteristik; tidak ada atau minimal ateroma, peradangan vaskular segmental, phenomena vasoocclusive dan melibatkan arteri dan vena ukuran sedang dan kecil pd ekstrimitas atas dan bawah
  • 16. BACKGROUND  Thromboangiitis obliterans dilaporkan pertama sekali di Jerman oleh von Winiwarter thn 1879 dgn judul “ Bentuk aneh dari endarteritis dan endophlebitis dengan gangrene pada kaki”  Seperempat abad kemudian, di Brookline, NY, Leo Buerger melaporkan gambaran detail penyakit mengarah ke gambaran klinis thromboangiitis obliterans sebagai “Gangrene spontan Presenile”
  • 17. PATHOPHYSIOLOGY  Etiology Buerger disease belum diketahui, paparan terhadap tembakau essensial untuk inisiasi dan progresi dari penyakit ini  Fakta; lebih sering pada negara dengan pengguna berat tembakau  Beberapa kasus dilaporkan pada pengunyah tembakau
  • 18. PATHOPHYSIOLOGY  Mekanisme penyakit yang mendasari Buerger disease masih belum jelas,  Tapi beberapa observasi mengarahkan peneliti untuk menghubungkannya ke phenomena immunologi yang mengarah ke kegagalan vaskuler dan inflamatory trombi
  • 19. FREQUENCY United States  Prevalensi menurun sejalan dengan menurunnya prevalensi merokok dan kriteria diagnostik yg makin ketat.  Thn 1947, the prevalensi 104 kasus per 100,000 populasi.  Sekarang, prevalensi diperkirakan 12.6-20 kasus per 100,000 populasi.
  • 20. FREQUENCY Mortality/Morbidity  Kematian krn Buerger disease jarang  Tapi pd penderita yg melanjutkan merokok, 43% membutuhkan 1 atau lebih amputasi dalam 7.6 thn  Terbaru, pd December 2004 CDC publikasikan, total 9 kematian berhubungan TAO,
  • 21. FREQUENCY  Ras  Lebih sedikit pd penduduk Eropa Timur.  Insiden tertinggi pd Penduduk asli India, Korea, dan Japan, dan Jahudi Israel keturunan Ashkenazi  Sex  Buerger disease lebih sering pd laki-laki (laki- laki:perempuan = 3:1),  insidens diyakini meningkat pd perempuan dgn meningkatnya angka perempuan perokok.  Age  Hampir semua pasien dgn Buerger disease umur 20-45 thn
  • 22. CLINICAL HISTORY  Diagnosis Buerger disease sulit dipastikan. Olin menegaskan, kriteria yg harus ditemukan utk diagnosis dibuat :  Umur < 45 thn  Pernah atau masih merokok  Adanya iskemia ekstrimitas distal (ditandai claudicatio, nyeri saat istirahat, ischemic ulcers, atau gangrene) ditandai dengan test vascular noninvasive  Tidak ada : penyakit autoimun,keadaan hypercoagulasi, diabetes melitus (secara laoratorium)  Tidak ada sumber emboli pd proximal dengan echocardiografi dan arteriografi  Temuan Arteriografi konsisten pada ekstrimitas secara klinis terlibat dan yg tidak terlibat
  • 23. HISTORY  Sebagian besar pasien (70-80%) dengan nyeri iskemia distal saat istirahat dengan/atau ischemic ulcerations pada jari kaki, kaki, atau jari tangan  Progresi penyakit dapat melibatkan ke pembuluh darah proksimal, keterlibatan arteri besar jarang.  Tampak claudicatio pd kaki, tungkai bawah, tangan, lengan bawah dan atas dan sering digambarkan Raynaud phenomenon, sensitivitas tangan dan jari terlalu dingin.  Pasien terlambat berobat biasanya dengan infeksi kaki dan kadang sepsis  Beberapa kasus thromboangiitis obliterans pada aortic, cerebral, coronary, iliac, mesenteric, pulmonary, and renal telah dilaporkan
  • 24. PHYSICAL  Timbul ulkus yang nyeri dan atau gangren pada jari-jari.  Tangan dan kaki biasanya dingin dan edema ringan.  Thromboplebitis superfisial (biasa migrasi) terjadi hampis separuh dr penderita.  Paresthesia (rasa baal, kesemutan, terbakar, hypoesthesia) pada kaki dan tangan dan gangguan pulsasi distal  Lebih dari 80% pasien menunjukkan keterlibatan 3- 4 anggota gerak.
  • 25. PHYSICAL  Point scoring sistem terbaru untuk membantu diagnosis TAO dengan mengikuti kriteri:  Keterlibatan extremitas distal (kaki, jari kaki dan tangan, tangan)  Onset sebelum umur 45  Pengguna tembakau  Exclusion dari atherosclerosis atau emboli dari sumber proksimal  Tidak keadaan hypercoagulasi  Dipastikan bukan arteritis (spt, progressive systemic sclerosis, giant cell arteritis)  Temuan arteriografi klasik  Keterlibatan arteri jari kakai atau tangan  Keterlibatan Segmental (ie, "skip areas")  Corkscrew collaterals  Bukan perubahan atherosclerotic  Temuan Classic histopathologic  Infiltrat peradangan selular dalam trombus  Lamina internal elastic Intak  Keterlibatan jaringan sekitar vena
  • 26. Kaki pasien Buerger disease. Ulkus iskemia pada jari kaki Tromboplebitis Superfisial pada penderita Buerger disease
  • 27. TABLE 1. SCORING SYSTEM UNTUK DIAGNOSIS THROMBOANGIITIS OBLITERANS
  • 28. TABLE 2. JUMLAH ANGKA MENEAPKAN PROBABILITAS DARI DIAGNOSIS THROMBOANGIITIS OBLITERANS
  • 29. LABORATORY STUDIES  Tidak ada test laboratorium spesifik untuk konfirmasi atau menyingkirkan diagnosis Buerger disease.  Tujuan utama pemeriksaan Lab utk menyingkirkan penyakit lain  Test biasanya digunakan sebagai penanda vasculitis sitemik  Profile serologi komplit :  Darah rutin dgn differential  Liver function tests  Renal function tests  Urinalysis  Glucose (fasting)  Erythrocyte sedimentation rate  C-reactive protein  Antinuclear antibody  Rheumatoid factor  Complement  Anticentromere antibody  Scl-70 antibody  Antiphospholipid antibodies
  • 30. IMAGING STUDIES  Angiography/arteriography  Kelainan Arteriographic consistent dengan Buerger disease kadang kelihatan pada ekstrimitas yg secara klinis belum terlihat, arteriografi pd keempat ektrimitas diperlukan  Tanda hasil angiografi : nonatherosclerotic, lesi oklusif segmental pada pembuluh darah ukuran kecil-sedang dengan pembentukan pembuluh darah khusus kolateral kecil-kecil sekitar oklusi yang dikenal “"corkscrew collaterals“  Temuan arteriografi ini mengesankan Buerger disease tp tidak pathognomonic
  • 31.  Arteriogram pada ekstrimitas bawah pada arteri peroneal dan tibia. Tampak oklusi arteri dan pembentukan kompensasi “corkscrew collaterals”
  • 32.  Echocardiography: selalu dilakukan untuk menyingkirkan sumber emboli proksimal sebagai penyebab oklusi pembuluh distal
  • 33. HISTOLOGIC FINDINGS  Jarang dibutuhkan kecuali pd pasien dengan karakteristik tidak biasa, spt keterlibatan arteri besar atau umur > 45 th  Fase akut; sangat banyak sel-sel, segmentel, oklusif, inflammatory thrombi, peradangan minimal pd dinding pembuluh darah. Microscopik; polymorphonuclear leukocyte–predominant inflammatory cellular aggregate dpt membentuk microabscesses dan multinucleated giant cells.
  • 34. HISTOLOGIC FINDINGS  Fase sub akut; thrombosis intraluminal terbentuk progresif, menunda recanalisasi vascular.  Fase The end-stage ; ditandai trombus mature dan vascular fibrosis.  Pada 3 stage, integritas struktur normal dinding pembuluh darah termasuk lamina elastik interna tetep bertahan. Ini membedakan thromboangiitis obliterans dari arteriosclerosis dan systemic vasculitis lainnya
  • 35. TREATMENT MEDICAL CARE  Penghentian absolute penggunaan tembakau mencegah progression Buerger disease.  Merokok 1 - 2 batang sehari, mengunyah tembakau, atau bahkan nicotine replacements tetap mambuat penyakit aktif.  Treatment dgn intravenous iloprost (suatu prostaglandin analogue),mahal, menunjukkan perbaikan gejala dan menurunkan angka amputasi
  • 36. TREATMENT MEDICAL CARE  Penggunaan terapi trombolitik telah dianjurkan tapi data terapi ini , tetap blm meyakinkan, dianggap eksperimental  Strategi penting mencegah komplikasi Buerger disease: 1. Menggunakan alas kaki pelindung nyaman dan pas mencegah trauma kaki 2. Pengobatan agresive, cepat pd cedera ekstrimitas melindungi dari infeksi 3. Mencegah lingkungan dingin 4. Menghindari obat penyebab vasokonstriksi
  • 37. SURGICAL CARE  TOA difuse dan segmental dan fakta merusak arteri ukuran besar dan kecil pembedahan revascularisasi biasanya tidak mungkin  Bagaimanapun , setiap upaya utk meningkatkan aliran arteri distal temasuk by pass dgn vena pada stenosis atherosclerosis pembuluh darah besar  Beberapa pembedahan yg dianjurkan :  Omental transfer  Sympathectomy  Spinal cord stimulator implantation  Pengobatan pembedahan terakhir untuk penderita susah disembuhkan (pd pasien yg tetap merokok) adalah amputasi ulkus tak sembuh, gangren, dan nyeri yg hebat.  Hindari amputasi bila mungkin, bila perlu amputasi selamatkan ektrimitas sebanyak mungkin.
  • 38. Complications  Ulcerations  Gangrene  Infection  Need for amputation  Jarang oklusi dari coronary, renal, splenic, atau mesenteric arteries
  • 39. PROGNOSIS  Tergantung dari pencapaian pasien dlm menghindari tembakau  Diantara pasien yang berhenti merokok, terhindar 94% amputation;  Diantara pasien yng berhenti merokok sebelum terbentuk gangren angka amputasi hampir 0%  Pasien yang tidak berhenti merokok kemungkinan 43% amputation dibutuhkan dalam periode 7– 8 th.  Tidak jarang penderita yg terus merokok memputuhkan amputasi yg multipel dan bahkan dilaporkan ada penderita yang membutuhkan amputas bilateral above knee dan above elbow
  • 40. DAFTAR PUSTAKA  Arkilla, Perrtu. Tromboangiitis Obliterans (Buerger’s disease). Biomed Central. 2006  Beers, Mark H., dkk. The Merck Manual of Diagnosis and Therapy. ed. XVIII. New Jersey: Merck Research Laboratories. 2006.  Brunicardi, F. Charles. Schwartz’s Principles of Surgery, ninth edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. United States of America. 2010.  Dambro, Mark R. 5-Minute Clinical Consult 2006. Lippincott Williams & Wilkins. USA. 2006.  Olin JW. Other peripheral arterial diseases. In: Goldman L, Schafer AI, eds. Goldman's Cecil Medicine. 24th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2011:chap 80  Silbernagl Stefan, Florian Lang. Color Atlas of Pathophysiology at a Glance. Thieme Flexibook. New York. 2000