SlideShare a Scribd company logo
1 of 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oceanografi merupakan suatu ilmu yang mempelajari lautan dan segala
aspeknya, diantaranya Sifat-sifat fisika dan kimia air laut, dinamika air laut yang
dipengaruhi oleh gaya astronomis, meteorologis dan geologis, zat-zat yang
terlarut dan kehidupan organisme yang hidup di dalam laut, dan lain sebagainya
yang merupakan cakupan dari Oceanografi. Secara khusus, perairan laut dikaji
dan dipelajari dalam ilmu oceanografi.
Karena cakupan kajian ilmu oceanografi sangat luas, maka dapat
dikatakan bahwa oceanorafi bukanlah suatu ilmu murni, tetapi merupakan
perpaduan dari berbagai ilmu-ilmu dasar, seperti fisika, kimia, biologi, geografi,
geologi, astronomi, meteorologi dan perikanan. Namun, hal umum yang dipakai
di Indonesia adalah bahwa oceanografi hanya mencakup pada kajian fisika,
bilogi, kimia dan gelogi oceanografi saja.
Fisika oceanografi adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena fisik
yang terjadi di lautan dan interaksinya dengan atmosfer dan daratan, misalnya
sifat-sifat fisik air laut, pasang surut, gelombang, sirkulasi air laut dan iklim laut.
Kimia oceanografi adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan zat kimia, sifat
kimia air laut dan reaksi-rekasi kimia yang terjadi di dalam dan dasar laut.
Biologi oceanografi adalah ilmu yang mengakaji semua makhluk hidup yang
hidup di lautan.
Dalam mengetahui dan memahami mengenai fenomena-fenomena
oceanografi yang terjadi di laut, tentunya tida cukup hanya dengan teori-teori
yang diberikan daam perkuliahan di kelas saja, karena arus di dasari dengan
kegiatan langsung di lapangan.
Oleh karena itu, perlu di dukung degan kegiatan praktek di lapangan agar
para mahasiswa dapat dibekali pengetahuan khususnya keterampilan dalam
2
menggunakan peralatan pengukuran parameter oceanografi, teknik pengamblan
data, pengolahan data, analisis data dan pembuatan laporan praktek, yang pada
ahirnya mahasiswa dapat dengan jelas mengetahui dan memahami karakteristik
oceanografi pada suatu daerah atau kawasan laut.
B. Tujuan Praktek
Adapun tujuan dari praktek lapangan ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam menggunakan peralatan
pengukuran oceanografi, khususnya oceanografi fisik, oceanografi kimia dan
geomorflogi pantai, teknik pengambilan data, pengolahan dan analisis data
serta pembuatan laporan hasil rakek.
2. Mengetahui dan memahami karateristik oceanografi fisik, oceanografi kimia
dan morfologi pantai pada suatu daerah yang menjadi lokasi praktek.
C. Kegunaan Praktek
Kegunaan dari praktek ini, yaitu :
1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa alam penguasaan bidang oceanografi
fisik, oceanografi kimia maupun gemorflogi pantai, baik secara teori maupun
praktek di lapangan.
2. Data yang dihasilkan dapat menjadi data dasar, bahan informasi dan
referensi bagi pihak-pihak terkait yang mebutuhkan data informasi tersebut.
D. Ruang Lingkup Praktek
Ruang lingkup praktek ini dibatasi ole parameter oceanografi fisik,
oceanografi kimia dan geomorfologi pantai. Adapun parameter tersebut meliputi:
1. Pasang Surut (Tide)
2. Gelombang (Wave)
3. Arus (current)
4. Kedalaman Perairan (Deppness of Territorial Water)
5. Angin (Wind)
6. Suhu (Temprature)
7. Kecerahan (Visibility)
3
8. Salinitas (Salinity)
9. Sedimen (Sediment)
10. Pemetaan Topografi Pantai ( Coast line and Coastal Inclination Mapping)
11. pH
12 DO ( Dissolve Oxygen )
13. Observasi Biologi ( Vegetation )
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasang Surut
Pasang surut adalah perubahan atau perbedaan permukaan laut yang terjadi
secara berulang dengan periode tertentu karena adanya gerakan dari benda-benda
angkasa yaitu rotasi bumi pada sumbunya, peredaran bulan mengelilingi bumi dan
peredaran bulan mengelilingi matahari. Bulan dan matahari keduanya
memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi, dimana gaya tarik bulan yang
mempengaruhi pasang surut adalah 2,2 kali lebih besar daripada gaya tarik
matahari. Secara statistik, Bulan menyebabkan hampir 70% efek pasang surut.
Sedangkan matahari memiliki pengaruh sebesar 30%.
Gaya-gaya pembangkit pasang surut disebabkan oleh gaya tarik menarik
antara bumi, bulan dan matahari. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang
lebih besar dibandingkan matahari dikarena kan posisi bulan lebih dekat ke bumi,
walaupun massa bulan jauh lebih kecil dari pada matahari. Gaya tarik gravitasi
menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan
(bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut
ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital
bulan dan matahari . Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah
disebut rentang pasang surut (tidal range). Periode pasang surut adalah waktu
antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang
berikutnya. Periode pasang laut adalah waktu antara puncak atau lembah
gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Panjang periode
pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.
Secara umum terdapat empat tipe dasar pasang surut yang didasarkan pada
periode dan keteraturannya, pasang-surut di Indonesia dapat dibagi menjadi
empat jenis yakni pasang-surut harian tunggal (diurnal tide), harian ganda
(semidiurnal tide) dan dua jenis campuran.
5
1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali air surut dengan tinggi
yang hamper sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur.
Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Jenis harian tunggal
misalnya terdapat di perairan sekitar selat Karimata, antara Sumatra dan
Kalimantan.
2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode
pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pada jenis harian ganda misalnya terdapat
di perairan Selat Malaka sampai ke Laut Andaman.
3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing
semidiurnal)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi
dan periodenya berbeda. Pada pasang-surut campuran condong ke harian ganda
(mixed tide, prevailing semidiurnal) misalnya terjadi di sebagian besar perairan
Indonesia bagian timur.
4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing
diurnal)
Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut,
tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali
surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Sedangkan jenis campuran
condong ke harian tunggal (mixed tide, prevailing diurnal) contohnya terdapat di
pantai selatan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.
Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang surut berubah secara
sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang surut juga bergantung pada
bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera.
Sedangkan menurut kedudukan bumi terhadap bulan dan matahari, pasang surut
terdiri atas dua jenis, yaitu :
6
1. Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada
dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat
tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi
pada saat bulan baru dan bulan purnama.
2. Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari
membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang
rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat
bulan 1/4 dan 3/4.
B. Gelombang
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus
permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang laut
disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer energinya ke perairan,
menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan berubah menjadi apa yang kita sebut
sebagai gelombang.
Gelombang dipengaruhi oleh banyak faktor :
1. Angin :
a. Kecepatan angin
b. Panjang/jarak hembusan angin
c. Waktu (lamanya) hembusan angin
2. Geometri laut (topografi atau profil laut dan bentuk pantai)
3. Gempa (apabila terjadi tsunami) – sangat kecil/minor
Terlihat diatas bahwa pada kenyataan gelombang laut lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor kondisi atmosfer. Kondisi angin in tentusaja salah satu-
nya cuaca yaitu kondisi sesaat dari atmosfer meliputi : suhu, tekanan (angin), uap
air (awan) dan hujan.
Ketinggian dan periode gelombang tergantung kepada panjang fetch
pembangkitannya. Fetch adalah jarak perjalanan tempuh gelombang dari awal
pembangkitannya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut.
7
Semakin panjang jarak fetchnya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar.
Angin juga mempunyai pengaruh yang penting pada ketinggian gelombang.
Angin yang lebih kuat akan menghasilkan gelombang yang lebih besar.
Gelombang yang menjalar dari laut dalam (deep water) menuju ke pantai
akan mengalami perubahan bentuk karena adanya perubahan kedalaman laut.
Apabila gelombang bergerak mendekati pantai, pergerakan gelombang di bagian
bawah yang berbatasan dengan dasar laut akan melambat. Ini adalah akibat dari
friksi/gesekan antara air dan dasar pantai. Sementara itu, bagian atas gelombang
di permukaan air akan terus melaju. Semakin menuju ke pantai, puncak
gelombang akan semakin tajam dan lembahnya akan semakin datar. Fenomena
ini yang menyebabkan gelombang tersebut kemudian pecah.
Gelombang/ombak yang terjadi di lautan dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa macam tergantung kepada gaya pembangkitnya. Pembangkit
gelombang laut dapat disebabkan oleh:
1. Angin , menimbulkan gelombang angin
2. Gaya tarik menarik bumi-bulan-matahari menimbulkangelombang pasang-
surut
3. Gempa (vulkanik atau tektonik) di dasar laut menyebabkangelombang
tsunami
4. Ataupun gelombang yang disebabkan oleh gerakan kapal. Bila dipandang
dari sisi sifat-sifatnya, ada dua tipe gelombang, yaitu:
1. Gelombang pembangun/pembentuk pantai (Constructive wave).
Yang termasuk gelombang pembentuk pantai, bercirikan mempunyai
ketinggian kecil dan kecepatan rambatnya rendah. Sehingga saat gelombang
tersebut pecah di pantai akan mengangkut sedimen (material pantai).
Material pantai akan tertinggal di pantai (deposit) ketika aliran balik dari
gelombang pecah meresap ke dalam pasir atau pelan-pelan mengalir kembali
ke laut.
2. Gelombang perusak pantai (Destructive wave).
8
Sedangkan gelombang perusak pantai biasanya mempunyai ketinggian dan
kecepatan rambat yang besar (sangat tinggi). Air yang kembali berputar
mempunyai lebih sedikit waktu untuk meresap ke dalam pasir. Ketika gelombang
datang kembali menghantam pantai akan ada banyak volume air yang terkumpul
dan mengangkut material pantai menuju ke tengah laut atau ke tempat lain.
C. Arus
1. Pengertian dan Jenis arus
Arus adalah proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang
menyebabkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air. Gerakan tersebut
merupakan resultan dari beberapa gaya yang bekerja dan beberapa factor yang
mempengaruhinya. Arus laut (sea current) adalah gerakan massa air laut dari satu
tempat ke tempat lain baik secara vertikal maupun horisontal.
Adapun Jenis Arus, adalah sebagai berikut:
Menurut letaknya arus dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Arus atas
Arus atas adalah arus yang bergerak di permukaan laut, bergerak dengan
arah horizontal dan dipengaruhi oleh pola sebaran angin.
b. Arus bawah (Deep-water Circulation) adalah arus yang bergerak
dibawah permukaan laut arah pergerakannya tidak dipengaruhi oleh pola sebaran
angin dan membawa massa air dari daerah kutub ke daerah ekuator.
Faktor utama yang mengendalikan gerakan massa air laut di kedalaman
samudera adalah densitas air laut. Perbedaan densitas diantara dua massa air laut
yang berdampingan menyebabkan gerakan vertikal air laut dan menciptakan
gerakan massa air laut-dalam(deep-water masses) yang bergerak melintasi
samudera secara perlahan. Gerakan massa air laut-dalam tersebut kadang
mempengaruhi sirkulasi permukaan.
Menurut suhunya kita mengenal adanya arus panas dan arus dingin. Arus
panas adalah arus yang bila suhunya lebih panas dari daerah yang dilalui.
9
Sedangkan arus dingin adalah arus yang suhunya lebih dingin dari daerah yang
dilaluinya.
Berdasarkan penyebab terjadinya arus dibagi menjadi :
a. Arus Ekman; Arus yang dipengaruhi oleh angin
b. Arus termohaline : Arus yang dipengaruhi oleh densitas dan gravitasi
c. Arus pasut : Arus yang dipengaruhi oleh pasut
d. Arus Geostropik : Dipengaruhi oleh gradien tekanan mendatar dan
gaya coriolis
e. Wind Driven Current : Dipengaruhi oleh pola pergerakan angin dan
terjadi pada lapisan permukaan
2. Pembangkit Arus
Terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut,
gradien tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. Sedangkan faktor eksternal
seperti gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut
dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi, gaya tektonik dan
angin.
Gaya-gaya utama yang berperan dalam sirkulasi massa air adalah gaya
gradien tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya gesekan, dan gaya sentrifugal.
Faktor penyebab terjadinya arus yaitu dapat dibedakan menjadi tiga komponen
yaitu gaya eksternal, gaya internal angin, gaya-gaya kedua yang hanya datang
karena fluida dalam gerakan yang relatif terhadap permukaan bumi. Dari gaya-
gaya yang bekerja dalam pembentukan arus antara lain tegangan angin, gaya
Viskositas, gaya Coriolis, gaya gradien tekanan horizontal, gaya yang
menghasilkan pasut.
Pond dan Pickard 1983 mengklasifikasikan gerakan massa air berdasarkan
penyebabnya, terbagi atas :
10
a. Gerakan dorongan angin
Angin adalah factor yang membangkitkan arus, arus yang ditimbulkan oleh angin
mempunyai kecepatan yang berbeda menurut kedalaman. Kecepatan arus yang
dibangkitkan oleh angin memiliki perubahan yang kecil seiring pertambahan
kedalaman hingga tidak berpengaruh sama sekali.
b. Gerakan termohalin
Perubahan densitas timbul karena adanya perubahan suhu dan salinitas anatara 2
massa air yang densitasnya tinggi akan tenggelam dan menyebar dibawah
permukaan air sebagai arus dalam dan sirkulasinya disebut arus termohalin
(thermohaline circulation).
a. Arus Pasut
Arus yang disebabkan oleh gaya tarik menarik antara bumi dan benda benda
angkasa. Arus pasut ini merupakan arus yang gerakannya horizontal.
b. Turbulensi
Suatu gerakan yang terjadi pada lapisan batas air dan terjadi karena adanya
gaya geseka antar lapisan
c. Tsunami
Sering disebut sebagai gelombang seismic yang dihasilkan dari pergeseran
dasar laut saat etrjadi gempa.
Gelombang lain ; Internal, Kelvin dan Rossby/Planetary
3. Gaya coriolis dan arus Ekman
Ketika angin berhembus di laut, energi yang ditransfer dari angin ke batas
permukaan, sebagian energi ini digunakan dalam pembentukan gelombang
gravitasi permukaan, yang memberikan pergerakan air dari yang kecil kearah
perambatan gelombang sehingga terbentuklah arus dilaut. Semakin cepat
kecepatan angin, semakin besar gaya gesekan yang bekerja pada permukaan laut,
dan semakin besar arus permukaan. Dalam proses gesekan antara angin dengan
11
permukaan laut dapat menghasilkan gerakan air yaitu pergerakan air laminar dan
pergerakan air turbulen.
Gaya Coriolis mempengaruhi aliran massa air, dimana gaya ini akan
membelokkan arah arus dari arah yang lurus. Gaya Coriolis juga yang
menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan arah arus yang kompleks
susunannya yang terjadi sesuai dengan makin dalamnya kedalaman suatu
perairan. Pada umumnya tenaga angin yang diberikan pada lapisan permukaan air
dapat membangkitkan timbulnya arus permukaan yang mempunyaai kecepatan
sekitar 2% dari kecepatan angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang
cepat sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman perairan dan akhirnya angin
tidak berpengaruh sama sekali terhadap kecepatan arus pada kedalaman 200m.
Pada saat kecepatan arus berkurang, maka tingkat perubahan arah arus yang
disebabkan oleh gaya Coriolis akan meningkat. Hasilnya akan dihasilkan sedikit
pembelokan dari arah arus yang relaif cepat dilapisan permukaan dan arah
pembelokanya menjadi lebih besar pada aliran arus yang kecepatanya makin
lambat dan mempunyai kedalaman makin bertambah besar. Akibatnya akan
timbul suatu aliran arus dimana makin dalam suatu perairan maka arus yang
terjadi pada lapisan-lapisan perairan akan makin dibelokan arahnya. Hubungan ini
dikenal sebagai Spiral Ekman.
D. Kedalaman Perairan
Kedalaman air laut biasanya diukur dengan menggunakan echo sounder
atau CTD (Conductivity, Temperature, Depth) atau dengan alat fishfinder.
Kedalaman yang diukur dengan menggunakan CTD didasarkan pada harga
tekanan. Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas. Semakin ke dalam,
tekanan air laut akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh semakin besarnya
gaya yang bekerja pada lapisan yang lebih dalam. Satuan dari tekanan dalam cgs
adalah dynes/cm2, sedangkan dalam mks adalah Newton/m2. Satu Pascal sama
dengan satu Newton/m2. Dalam oseanografi, satuan tekanan yang digunakan
12
adalah desibar (disingkat dbar), dimana 1 dbar = 10-1 bar = 105 dynes/cm2 = 104
Pascal.
Gaya akibat tekanan bekerja dari tekanan yang berbeda pada satu titik ke
titik lainnya. Gaya ini bekerja dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang
lebih rendah. Di laut, gaya gravitasi yang bekerja (ke arah bawah) akan diimbangi
oleh gaya akibat adanya perbedaan tekanan tersebut (ke arah atas), sehingga air
yang bergerak ke bawah tidak akan mengalami percepatan.
Tekanan pada satu kedalaman bergantung pada massa air yang berada di
atasnya. Persamaan yang digunakan untuk mengukur harga kedalaman dari harga
tekanan adalah persamaan hidrostatis, yaitu dp=ρ*g*dh, dimana dp=perubahan
tekanan, ρ=densitas air laut, g=percepatan gravitasi, dan dh=perubahan
kedalaman. Jadi, jika tekanan berubah sebesar 100 dbar, dengan harga percepatan
gravitasi g=9.8 m/det2 dan densitas air laut ρ=1025 kg/m3, maka perubahan
kedalamannya adalah 99,55 meter. Variasi tekanan di laut berada pada kisaran nol
(di permukaan) hingga 10.000 dbar (di kedalaman paling dalam).
E. Angin
Angin yaitu udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga
karena adanya perbedaan tekanan udara(tekanan tinggi ke tekanan rendah) di
sekitarnya. Angin merupakan udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah atau dari suhu udara yang rendah ke suhu udara yang tinggi.
Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih
ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya
berkurang. Udara dingin disekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah
tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Diatas tanah udara
menjadi penas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya
udara dingin ini dinamanakan konveksi.
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu
udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi
panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah
13
yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara
yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Perbedaan suhu
dan tekanan udara akan terjadi antara daerah yang menerima energi panas lebih
besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, yang
berakibat akan terjadi aliran udara pada wilayah tersebut.
Alat-alat untuk mengukur angin antara lain:
1. Anemometer, adalah alat yang mengukur kecepatan angin.
2. Wind vane, adalah alat untuk mengetahui arah angin.
3. Windsock, adalah alat untuk mengetahui arah angin dan memperkirakan besar
kecepatan angin. Yang biasanya banyaditemukan di bandara – bandara.
Angin merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi sirkulasi air laut
dan pembangkit gelombang. Angin adalah factor yang membangkitkan arus, arus
yang ditimbulkan oleh angin mempunyai kecepatan yang berbeda menurut
kedalaman. Kecepatan arus yang dibangkitkan oleh angin memiliki perubahan
yang kecil seiring pertambahan kedalaman hingga tidak berpengaruh sama sekali.
F. Suhu
Dalam oseanografi dikenal dua istilah untuk menentukan temperatur air laut
yaitu temperatur insitu (selanjutnya disebut sebagai temperatur saja) dan
temperatur potensial. Temperatur adalah sifat termodinamis cairan karena
aktivitas molekul dan atom di dalam cairan tersebut. Semakin besar aktivitas
(energi), semakin tinggi pula temperaturnya. Temperatur menunjukkan
kandungan energi panas. Energi panas dan temperatur dihubungkan oleh energi
panas spesifik. Energi panas spesifik sendiri secara sederhana dapat diartikan
sebagai jumlah energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur dari
satu satuan massa fluida sebesar 1o. Jika kandungan energi panas nol (tidak ada
aktivitas atom dan molekul dalam fluida) maka temperaturnya secara absolut juga
nol (dalam skala Kelvin). Jadi nol dalam skala Kelvin adalah suatu kondisi
dimana sama sekali tidak ada aktivitas atom dan molekul dalam suatu fluida.
Temperatur air laut di permukaan ditentukan oleh adanya pemanasan (heating) di
14
daerah tropis dan pendinginan (cooling) di daerah lintang tinggi. Kisaran harga
temperatur di laut adalah -2o s.d. 35oC.
Tekanan di dalam laut akan bertambah dengan bertambahnya kedalaman.
Sebuah parsel air yang bergerak dari satu level tekanan ke level tekanan yang lain
akan mengalami penekanan (kompresi) atau pengembangan (ekspansi). Jika
parsel air mengalamai penekanan secara adiabatis (tanpa terjadi pertukaran energi
panas), maka temperaturnya akan bertambah. Sebaliknya, jika parsel air
mengalami pengembangan (juga secara adiabatis), maka temperaturnya akan
berkurang. Perubahan temperatur yang terjadi akibat penekanan dan
pengembangan ini bukanlah nilai yang ingin kita cari, karena di dalamnya tidak
terjadi perubahan kandungan energi panas. Untuk itu, jika kita ingin
membandingkan temperatur air pada suatu level tekanan dengan level tekanan
lainnya, efek penekanan dan pengembangan adiabatik harus dihilangkan. Maka
dari itu didefinisikanlah temperatur potensial, yaitu temperatur dimana parsel air
telah dipindahkan secara adiabatis ke level tekanan yang lain. Di laut, biasanya
digunakan permukaan laut sebagai tekanan referensi untuk temperatur potensial.
Jadi kita membandingkan harga temperatur pada level tekanan yang berbeda jika
parsel air telah dibawa, tanpa percampuran dan difusi, ke permukaan laut. Karena
tekanan di atas permukaan laut adalah yang terendah (jika dibandingkan dengan
tekanan di kedalaman laut yang lebih dalam), maka temperatur potensial (yang
dihitung pada tekanan permukaan) akan selalu lebih rendah daripada temperatur
sebenarnya.
Keadaan suhu perairan laut banyak ditentukan oleh penyinaran matahari
yang disebut proses insolation. Pemanasan di daerah tropik/khatulistiwa akan
berbeda dengan hasil pemanasan di daerah lintang tengah atau kutub. Oleh karena
bentuk bumi bulat, di daerah tropis sinar matahari jatuh hampir tegak lurus,
sedangkan di daerah kutub umumnya menerima sinar matahari dengan sinar yang
condong. Sinar jatuh condong bidang jatuhnya akan lebih luas dari pada sinar
jatuh tegak. Selain oleh kemiringan sinar jatuh, di daerah kutub banyak sinar
15
dipantulkan kembali ke atmosfer sehingga semakin menambah dingin keadaan
suhu di daerah kutub.
Namun walaupun di daerah tropis lebih panas dari kutub, daerah tropis
memiliki suhu air lebih rendah dibandingkan suhu air laut di daerah subtropis. Hal
ini karena faktor keawanan yang menutupi di daerah tropis banyak awan yang
menutupi dibandingkan dengan di daerah subtropik. Awan banyak menyerap
sinar datang dan menimbulkan nilai kelembaban udara yang tinggi. Adapun di
daerah subtropik, insolation yang tinggi tidak diikuti oleh kelembaban dan
keawanan sehingga di daerah ini lebih panas.Berdasarkan kedalamannya, sinar
matahari banyak diserap oleh lapisan permukaan laut hingga kedalaman antara
200 – 1000 meter suhu turun secara drastis, dan pada daerah yang terdalam bisa
mencapai suhu kurang dari 2 °C.
Pola suhu di perairan laut pada umumnya:
1. Makin ke kutub makin dingin.
Pada permukaan samudera, umumnya dari khatulistiwa berangsur-angsur dingin
sampai ke laut-laut kutub, di khatulistiwa ± 28° C, pada laut-laut kutub antara 0°
sampai 2° C.
2. Makin ke bawah makin dingin
Panas matahari hanya berpengaruh di lapisan atas saja. Di dasar samudera rata-
rata 2oC (juga di dasar samudera daerah tropik). Sebab yang utama adalah karena
air dingin yang berasal dari daerah kutub mengalir kearah khatulistiwa.
Laut yang tidak dipengaruhi arus dingin suhunya tinggi. Laut Tengah misalnya
sampai jauh ke bawah, suhunya 130 C (karena ambang Jibraltar menghambat arus
dingin dari Atlantik).
G. Kecerahan dan Kekeruhan
Kecerahan air laut ditentukan oleh kekeruhan air laut itu sendiri dari
kandungan sedimen yang dibawa oleh aliran sungai. Pada laut yang keruh, radiasi
sinar matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuhan laut akan
kurang dibandingkan dengan air laut jernih. Pada perairan laut yang dalam dan
16
jernih, fotosintesis tumbuhan itu mencapai 200 meter, sedangkan jika keruh hanya
mencapai 15 – 40 meter. Laut yang jernih merupakan lingkungan yang baik untuk
tumbuhnya terumbu karang dari cangkang binatang koral.
Air laut juga menampakan warna yang berbeda-beda tergantung pada zat-
zat organik maupun anorganik yang ada.
Ada beberapa warna-warna air laut karena beberapa sebab:
1. Pada umumnya lautan berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sinar matahari
yang bergelombang pendek (sinar biru) dipantulkan lebih banyak dari pada sinar
lain.
2. Warna kuning, karena di dasarnya terdapat lumpur kuning, misalnya sungai
kuning di Cina.
3. Warna hijau, karena adanya lumpur yang diendapkan dekat pantai yang
memantulkan warna hijau dan juga karena adanya planton-planton dalam jumlah
besar.
4. Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup es seperti di laut kutub
utara dan selatan.
5. Warna ungu, karena adanya organisme kecil yang mengeluarkan sinar-sinar
fosfor seperti di laut ambon.
6. Warna hitam, karena di dasarnya terdapat lumpur hitam seperti di laut hitam
7. Warna merah, karena banyaknya binatang-binatang kecil berwarna merah
yang terapung-apung.
H. Salinitas
Salinitas atau kadar garam ialah banyaknya garam-garaman (dalam gram)
yang terdapat dalam 1 Kg (1000 gr) air laut, yang dinyatakan dengan ‰ atau
perseribu. Yang dimaksud salinitas tidak termasuk partikel –partikel suspensi atau
material padat yang berhubungan langsung dengan air sebab material – material
tersebut tidak larut dalam air.Air laut memiliki salinitas sekitar 3,5 %, yakni
sekitar 220 kali salinitas air tawar. Salinitas seringkali di ekspresikan dengan
17
satuan part per milion (‰) sehingga angka salinitas air laut menjadi 35 ‰.
Artinya, dalam 1000 gram air laut mengandung 35 gram garam.
Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%),
natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan
sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium
dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan
di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal
vents) di laut dalam.
Salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada
setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk mengukur salinitas di
laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan meninjau
komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida ditetapkan
pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air
laut jika semua halogen digantikan oleh klorida.
Salinitas umumnya stabil, walaupun di beberapa tempat terjadi fluktuasi.
Laut Mediterania dan Laut Merah dapat mencapai 39 ‰ – 40 ‰ yang disebabkan
banyak penguapan, sebaliknya dapat turut dengan drastis jika turun hujan. Laut
yang memiliki kadar garam yang rendah banyak dijumpai di daerah-daerah yang
banyak muara sungainya. Pada musim barat, laut di di Asia Tenggara mulai dari
bulan Desember – Mei di Teluk Thailand dan bagian timur laut Pantai Sumatera
mempunyai nilai kadar garam yang rendah.
Tinggi rendahnya kadar garam (salinitas) sangat tergantung kepada faktor-
faktor berikut :
1. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah,
maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat
penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.
2. Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut
maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah
hujan yang turun salinitas akan tinggi.
18
3. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin
banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan
rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka
salinitasnya akan tinggi.
I. Sedimen
sedimen adalah pecahan, mineral, atau material organik yang ditransforkan
dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es, atau oleh air
dan juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari material yang
melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia. sedimentasi adalah proses
pembentukan sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan
dari material pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan
lingkungan pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut
dangkal sampai laut dalam.
Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber
yang dibedakan menjadi empat yaitu :
1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan
material hasil erosi daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut
melalui proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan
akan terendapkan jika energi tertrransforkan telah melemah.
2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa
organisme yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan
organik yang mengalami dekomposisi.
3. Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya
reaksi kimia di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air
laut sehingga akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini
adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit.
4. Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang bersal dari berbagai
sumber dan masuk ke laut melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini
dapat bersumber dari luar angkasa , aktifitas gunung api atau berbagai partikel
19
darat yang terbawa angin. Material yang bersal dari luarangkasa merupakan sisa-
sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut. Sedimen yang bersal
dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus berupa debu volkanin, atau
berupa fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang bersal dari partikel
di darat dan terbawa angin banyak terjadi pada daerah kering dimana proses
eolian dominan namun demikian dapat juga terjadi pada daerah sub tropis saat
musim kering dan angin bertiup kuat.
Dalam hal ini umumnya sedimen tidak dalam jumlah yang dominan
dibandingkan sumber-sumber yang lain.Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat
yang masuk ke laut berakhir menjadi sedimen. Dalam hal ini zat yang ada terlibat
proses biologi dan kimia yang terjadi sepanjang kedalaman laut. Sebelum
mencapai dasar laut dan menjadi sedimen, zat tersebut melayang-layang di dalam
laut. Setelah mencapai dasar lautpun , sedimen tidak diam tetapi sedimen akan
terganggu ketika hewan laut dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami
erosi dan tersusfensi kembali oleh arus bawah sebelum kemudian jatuh kembali
dan tertimbun. Terjadi reaksi kimia antara butir-butir mineral dan air laut
sepanjang perjalannya ke dasar laut dan reaksi tetap berlangsung penimbunan,
yaitu ketika air laut terperangkap di antara butiran mineral.
J. Topografi Pantai
Topografi pantai dipengaruhi oleh bebrapa faktor, misalnya besarnya daya
abrasi pantai yang disebabkan oleh gelombang dan angin, vegetasi pantai dan
kegiatan air laut.
Abrasi di laut adalah merupakan proses terjadinya pengikisan daratan (erosi)
oleh gelombang sehingga menyebabkan hanyutnya substrat dan berkurangnya
luas daratan. Jika proses erosi berlangsung di pulau-pulau yang relatif kecil
dengan vegetasi yang terbatas, maka menyebabkan pulau tersebut tenggelam.
Indikasi terjadinya abrasi dan penciutan luas pulau-pulau kecil dapat
ditemukan di Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan. Kepulauan Spermonde
20
terdiri dari 207 pulau-pulau kecil yang terletak di Pantai Barat Kota Makassar.
Luas wilayah diperkirakan sekitar 14.000 km2
Gelombang merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap ekosistem yang berada di daerah pesisir pantai dan laut.
Pengertian gelombang sesungguhnya sangat sulit untuk didefenisikan, mengingat
begitu kompleksnya proses-proses yang berlangsung dan begitu banyaknya faktor
lingkungan yang terlibat. Namun secara sangat sederhana dapat dikatakan bahwa
gelombang adalah merupakan rambatan atau perpindahan energi melalui badan
air.
Gelombang laut memiliki kekuatan besar yang dapat menyebabkan abrasi di
tepi pantai, terutama Tsunami. Secara ekologi gelombang laut tidak selamanya
bersifat merugikan karena gelombang laut memiliki peran yang sangat penting
untuk menyebarkan biji/buah/benih tumbuhan pantai seperti benih kelapa, buah
mangrove, buah pandan dan lain-lain. Besar kecilnya gelombang di suatu
daaerah/pulau, selain ditentukan oleh bentuk dan topografi pantai juga ditentukan
oleh posisi pulau atau daerah tersebut. Daerah yang secara langsung berada di
tengah lautan terbuka atau ditepi samudera yang besar akan memiliki ombak yang
lebih kuat. Sedangkan pulau yang berada dekat daratan utama atau di daerah
bagian dalam kepulauan seperti laut Jawa akan memiliki ombak yang lebih
tenang.
21
BAB III
METODE PRAKTEK
A. Waktu dan Tempat
Praktek Lapang mata kuliah oceanografi ini dilaksanakan di pulau saugi
desa mattiro baji, kecamatan liukang tupabiring utara, kabupaten pangkep selama
3 hari, dimulai pada hari Jumat, 9 Desember 2016 sampai dengan hari Minggu,
11 Desember 2016.
B. Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan di lapangan :
1. Tiang skala NST 1 cm
2. Alat tulis untuk mencatat hasil data
3. Stopwatch
4. GPS
5. Kompas manual dan kompas geologi
6. Layang arus
7. Ecosounder untuk mengukur kedalaman
8. Hand Anemometer
9. Layangan modif
10. Termometer
11. Seicidisk
12. Salinometer
13. Grab Sampler Sediment
14. Hand Refractometer
15. Kertas lakmus / indicator universal
16. DO meter (Dissolve Oxygen)
17. Klinometer
18. Roll Meter
19. Peta Lokasi Pulau Saugi
22
Alat dan bahan yang digunakan di laboratorium :
1. Sample sediment
2. Kertas nasi ( 1 sedimen = 8 kertas nasi )
3. Cawan petri
4. Label
5. Kertas Koran
6. Alat tulis
7. Lidi / pembatas
8. Timbangan digital
9. Shieve net
10. Sikat bulu / toothwash
C. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data untuk masing-masing parameter dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pasang Surut
a. Menentukan lokasi yang representatif untuk pemasangan tiang pasut
(tiang skala) dan mencatat posisinya.
b. Memasang tiang pasut pada daerah yang diperkirakan tetap tergenang air
apabila air surut, jika lokasi tersebut kering pada saat surut, maa perlu
memasang rambu pasut yang lain pada daerah yang tergenang air (perlu
diingat untuk mengukur beda tinggi antara tiang pasut pertam dn rambu
pasut kedua).
c. Mencatat tinggi muka air dengan interval 1 jm selama 39 jam (pengkuran
priode jangka pendek), yang dimulai pada pukul 16.00 waktu setempat.
2. Gelombang
a. Menentukan stasiun pengambilan data gelombang yang representatif dan
mencatat posisinya.
23
b. Melakukan pengukuran gelombang pada setiap lokasi yang telah
ditentukan (gelombang sebelum pecah), meliputi : tinggi gelombang,
waktu pengukuran, lama pengukuran, arah datang gelombang dan arah
garis pantai dari gelombang.
c. Untuk pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan cara mengukur
tinggi muka air saat puncak dan saat lembah dengan menggunakan tiang
skala. Selisih puncak dan lembah, itulah tinggi gelombang. Jumlah
pengukuran puncak dan lembah disesuaikan dengan lama waktu
pengamatan yang telah ditentukan (3-5 menit).
d. Pengukuran gelombang ini dilakukan pada waktu pagi, siang dan sore
hari.
3. Arus
a. Mencatat posisi dan melakukan pengukuran arah dan kecepatan arus pada
beberapa stasiun di daerah laut dangkal maupun laut dalam.
b. Untuk pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan menggunakan layang-
layng arus, yakni dengan menetapkan jarak tempuh layang-layng arus (5
meter), kemudia mengukur waktu tempuhlayang-layang arus tersebut. Arah
arus ditentukan dengan menggunakan kompas, dengan men-shoot arah
pergerakan layang-layang arus.
4. Kedalaman
a. Pengambilan data kealaman dilakukan dengan menggunakan perahu
dengan metode zig-zag. Catat posisi dan waktu pengambilan data.
b. Pengukuran kedalaman menggunakan alat Fishfinder. Dengan menurunkan
sensor alat tersebut ke perairan, maka pada layar tampilan fishsinder akan
nampak nilai kedalaman. Nilai tersebit kemudian dikurangkan dengan nlai
kedalaman sensor.
c. Hasil pengukuran kedalaman akan dikoreksi dengan MSL (Mean Sea
Level) pasang surut.
24
5. Angin
a. Pengukuran angin menggunak alat Hand Anemometer, dilakukan di
beberapa stasiun. Catat posisi dan waktu pengukuran.
b. Pembacaan kecepatan angin dilakukan pada tampiln yang tertera pada alat
tersebut. Untuk arah angin, dignakan layang-layang angin modifikasi.
6. Kecerahan
a. Pengukuran kecerahan menggunakan alat seichi disk, dilakukan di
beberapa stasiun. Catat posisi dan waktu pengukuran.
b. Menenggelamkan seichi disk hinga tepat pada saat seichi disk sudah tidak
telihat oleh mata.
c. Mengukur kedalaman seichi disk untuk memperoleh nilai kecerahan.
7. Suhu
a. Pengukuran suhu dilakukan secara horisontal dan vertikal, secara
horisonal dilakukan pada beberapa stasiun di daerah laut dangkal hingga
ke laut dalam.
b. Mencatat posisi dan waktu pengukuran.
c. Mecatat hasil pengukuran suhu yang telah diperoleh.
8. Salinitas
a. Pegukuran salinitas menggunakan alat Hand Refraktometer, dan dilakukan
pada beberapa stasiun di daerah laut dangkal hingga laut dalam.
b. Mencatat posisi dan waktu pengukuran. Jika menggunakan salinometer,
dengan menggunakan embe diambil sampel air laut lalu celukan alat
tersebut beberapa saat
c. Kemudian mencatat penunjukan skalanya untuk memperoleh tingkat
salinitasnya.
9. Sedimen
a. Pengambilan sampel sedimen dasar perairan juga dilakukan dengan
menggunakan Grab Sampler Sedimen yang dilakukan pada setiap stasiun.
Catat posisi dan waktu pengamatan.
25
b. Sampel sedimen yang di dapatkan dimasukkan ke dalam kantong sedimen
dan di beri label.
c. Dilakukan analisa labratorium guna mengetahui jenis, ukuran sedimen
dasar perairan.
10. pH
a. Dilakukan dengan mengambil suatu wadah / ember lalu di tuangkan air .
laut. Tunggu hingga air menjadi tenang, lalu celupkan kertas lakmus (
indicator universal ) ke air dan lihat perubahan warna pada kertas lakmus
untuk menentukan nilai pH air laut.
11. DO ( Dissolve Oxygen )
a. Dilakukan dengan menggunakan alat manual DO meter. Caranya dengan
mengambil suatu wadah / ember lalu di tuangkan air . laut. Tunggu hingga air
menjadi tenang, lalu ujung alat DO meter dicelupkan di air laut, dan catat
penunjukkan nilai DO air laut yang tertera dilayar alat DO meter tersebut.
12. Biologi ( Vegetation )
a. Dilakukan pengamatan vegetasi pantai di laut dan didarat, serta biota /
tumbuhan yang mempengaruhi. Contohnya wilayah sebaran mangrove yang
kerapatannya sama. Untuk menghitung kerapatan maka dibuatkan kotak
ukuran 10 x 10 meter dan hitung jumlah mangrove yang terdapat diwilayah 10
x 10 meter tersebut, lalu kemudian dibagikan 10. Sehingga dapat diperoleh
kerapatan mangrove tersebut.
13. Pemetaan Topography Pantai
a. Dilakukan dengan cara menyusuri keseluruhan garis pantai serta mengukur
kelerengan. Pemetaan garis pantai menggunakan GPS, roll meter dan kompas
agar data titik koordinat, jarak dan arah dapat diperoleh untuk membuat peta
topography, Pemetaan lereng menggunakan klinometer dan roll meter agar
data lereng dan panjang lereng dapat diperoleh untuk membuat pemetaan
lereng pantai dengan garis kontur secara manual.
26
Untuk pemetaan garis pantai, dilakukan metode stop and go, dicatat
tiap posisi titik yang telah terekam oleh GPS, sedangkan untuk kemiringan
pantai dari setiap stasiun /titik yang telah ditentukan dilakukan pengukuran
jarak kedalaman dari garis pantai (x) dengan menggunakan roll meter dan
kedalaman pada jarak tersebut (y) dengan tiang skala. Selain itu bisa juga
dengan menggunakan aplikasi Surfer untuk pemetaan garis dan lereng pantai
Analisis Laboratorium Sampel Sedimen
Sampel sedimen di analisis di laboratorium dengan metode ASTM (
American Society for Testing and Materials), yakni ayaan kering dengan
mengunakan sieve net ( ayakan sedimen). Adapun prosedurnya dalah sebagai
berikut :
a. Mengumpulkan sampel sedimen yang diperoleh dilapangan sesuai dengan
lokasi masing-masing sampel, kemudia mencucuinya degan air tawar setelah
itu dimasukkan ke dalam Beaker Glass.
b. Memasukkan sampel yang telah dicuci ke dalam oven pengering pada
suhu sekitar 120 oC selama kurang lebih 12 jam atau di jemur hingga keringa
di bawah terik matahari hingga sampel benar-benar kering.
c. Setelah kering , sampel tiap-tiap stasiun diambil sebanyak 100 gr dan
diukur dengan timbangan digital sebagai berat awal.
d. Mengayak sampel yang telah ditimbang dengan menggunakan sieve net
bersusun berurutan dengan ukuran 2 mm, 1 mm, 0,5 mm, 0,25 mm, 0,0125
mm, 0,063 mm, dan < 0,063 mm, kemudian digerakkan secaa konstan selama
kurang lebih 15 menit.
e. Memisahkan sampel dari ayakan (untuk antisipasi tertingalnya butiran
pada sieve net, maka disikat dengan sikat bulu secara perlahan ) kemudian
masing-masing kategori ukuran ditimbang.
27
f. Selanjutnya memisahkan sampel hasil timbangan pada wadah masing-
masing berdasarkan ukuran, lalu wadah tersebut diberi label sesuai dengan
ukuran partikel sedimen.
g. Prosedur tersebut dilakukan untuk masing-masing stasiun pengamatan.
Sedangkan sampel sedimen yang lolos dari ayakan 0,063 mm di ambil
untuk di analisis denga menggunakan metode pipet sehingga dapat
mengetahui berat partikel sedimen yang berukuran < 0,063 mm, yaitu 0,015
mm dan 0,0039 mm. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan
metode pengendapan dengan prosedur sebagai berkut:
a. Mengambil sampel sedimen yang lolos dari ayakan 0,063 mm untuk
mendapatkan berat partikel sedimen dengan ukuran 0,015 mm dan 0,039 mm.
b. Memasukkan sampel tersebut ke dalam beaker glass, kemudian
menuangkan 10 gram 0,01 N natrium Oksalat dan 5 gram 0,02 N Natrium
Karbonat.
c. Mengocok sampel sedimen tersebut, bila masih terjadi pengumpalan,
menambahkan lagi zat kimia tersebut hinga pertikel sedimen betul-betul larut.
d. memasukkan sampel tersebut ke dalam tabung slinder 1000 ml, dan
menambahkan air hingga tepat pada batas 1000 ml.
e. Setelah 7 menit 44 detik, sampel sedimen diambil dengan menggunaan
pipet pada kedalaman 10 sm, sebanyak 20 ml, kemudian di letakkkan di atas
cawan petri yang telah diukur beratnya.
f. Selanjutnya menimbang sampel sedimen tersebut dengan timbangan
digital, hasilnya kemudian dikurangkan dengan berat cawan petri yang telah
diketahui bertanya. Sehingga di dapatlah berat sedimen yang beruuran 0,015
mm.
g. Setela 2 jam 3 menit, sampel sedimen diambil lagi dengan menggunakan
pipet pada kedalaman 10 cm sebanyak 20 ml kemudian diletakkan di atas
cawan petri yang telah ditimbang beratnya.
28
h. Selanjutnya menimbang sampel tersebut dengan timbangan digital.
Hasilnya emudian dikuragkan dengan berat cawan petri, sehingga di dapatah
berat sedimen yang berukuran 0,0039 mm.
Setelah hasil analisis butir sampel sedimen dilakukan, maka langkah
selanjutnya adalah pengelompokan klasifikasi yang disajikan dalam bentuk
tabel berdasarkan skala Wenworth dari masing-masing ukran butir sedimen.
D. Pengolahan dan Analisis Data
Cara pengolahan dan analisis data parameter oceanografi dapat dilihat
sebagai berikut:
1. Pasang Surut
a. Data pasang surut yang telah diperoleh selama priode 39 jam pengamatan
(priode jangka pendek), nilainya pada tiap-tiap jam dikalikan dengan
faktor pengali untuk mendapatkan nilai muka air pada tiap jamnya.
b. Untuk mendapatkan nilai Mean Sea Level (MSL) tau mka air rata-rata
digunakan rumus persamaan empiris sebagai berikut :
MSL = ; MSL=Tinggi Muka Air Rata-Rata
c. Nilai muka air pada setiap jam yang telah diperoleh kemudian di plot pada
kertas grafik
d. Berdasarkan hasil grafik yang diperoleh, tentukan tipe pasang surut yang
terbentuk.
∑HiCi
39
t=1
∑Ci
39
t=1
29
2. Gelombang
Tinggi Gelombang : H = Puncak-Lembah
Tinggi Gelombang Rata-Rata : H=H1+H2+H3+...HN
N
Priode Gelombang : T = t/N
Panjang Gelombang : L = 1,56 x T2
Tinggi Gelombang Signifikan :
H 1/3=
Tinggi Gelombang Pecah :
0,56
Hb = H 1/3 0,2
H 1/3
3. Arus
Kecepatan Arus Terukur (V): V=
S = Jarak tempuh layang-layang arus
T = Waktu tempuh layang-layang arus
4. Kedalaman perairan
Δd = dt – ( ht – MSL)
Keterangan :
Δd = Kedalaman suatu titik pada dasar perairan
dt = Kedalaman suatu itik pada dasar laut pada pukul t
ht = ketinggian permukaan air pasut pada pukul t
MSL = Mean Sea Level
∑Hu
n/3
i=1
N / 3
L
S
t
30
5. Kemiringan Pantai
Tg β = y/x
Di mana, Tg β = Kemiringan Pantai
Y = Kedalaman Perairan (m)
X = jarak kedalaman dari garis pantai (m)
Persentase kemiringan pantai, diperoleh dengan formula :
Kemiringan (%) = Arc Tg β / 45x 100%
6. Kecerahan
% Kecerahan = x 100%
7. Butiran sedimen
Menghitung % berat sedimen pada metode ayakan :
% Berat = x 100%
Menghitung % berat sedimen pada metode pipet :
% Berat = x 100%
Menghitung % berat kumulatif :
% kumulatif = % Berat 1 + % berat 2
Menentukan nilai sortasi (So)
So = √ 𝑄1/𝑄3
Di mana, So = Nilai Sotasi
Q1 = Kwartir Pertama
Q3 = Kwartir Ketiga
Untuk mengetahui nilai Q1, Q2, dan Q3 digunakan kertas semilog
Panjang Tali Terukur (m)
Nilai Kedalaman
Berat Hasil ayakan (gr)
Berat awal (gr)
Berat Hasil Pemipetan (gr)
Berat Awal (gr)
31
Klasifikasi Tingkatan nilai sortasi :
No Keterangan Skala
1. Sangat baik 1,0 < So < 1,117
2. Baik 1,17 < So < 1,20
3. Cukup baik 1,20 < So < 1,35
4. Sedang 1,35 < So < 1, 875
5. Jelek 1,875 < So < 2,75
6. Sangat jelek So > 2,75
32
E. Bagan Alir Pelaksanaan Praktek
Disetujui
Tidak disetujui
Persiapan Penentuan lokasi dan asistensi
Pra praktek
Penelusuran referensi dan
literatur
Persiapan peralatan dan
Bahan praktek
Pratek
Lapangan
Pengukuran Parameter
Oceanografi
Pasang surut, Gelombang,
Arus, Kedalaman, Angin,
Sedimentasi, Suhu,
Pemetaan garis Pantai,
Salinitas dan Kecerahan
Analisis sampel
sedimen di
laboratorium
Data hasil
analisis sampel
sedimen
Data hasil
pengukuran di
lapanganPengolahan
dan analisis
data,
pembuatan
peta Hasil olahan dan analisis data, serta
peta-peta
Pembuatan
laporan
Pengumpulan
laporan
Laporan
praktek
Asistensi
laporan
Diperbaiki
Gambar 7. Bagan Alir Pelaksanaan Praktek
33
F. Peta Lokasi Praktek
Gambar 8. Peta Citra Lokasi Praktek Lapang
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
4.1. Lapangan
1. Pasang surut
Tabel
4.1 Hasil perhitungan kondisi Pasang Surut Pulau Saugi
Posisi
Hmax Hmin ∑HiCi ∑Ci
MSL
(cm)Lintang Bujur
4ᵒ46'03.3'' 119ᵒ27'46.9'' 204.5 150,8 6854.6 39 175.759
Sumber: Hasil Analisis Data Pasang Surut, Pulau Saugi 9 – 11 Desember
2016
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
250
260
270
280
290
300
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
TinggiMukaAir
Pukul
Grafik Pasang Surut PerairanPulau Saugi
Kabupaten Pangkep
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
00.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
06.00
07.00
09.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
35
2. Gelombang
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Data Gelombang Pulau Saugi
Ttk
.
Waktu
Posisi
H T(s)
L
(cm)
H
1/3
Hb Arah
Lintang Bujur
1
Pagi 4°45'55,1" 119°27'45,1" 4.97 2.37 8.74 7.3
4.24
Siang 4°45'55,1" 119°27'45,1" 9.83 4.83
36.3
9
14.6
9.93
145
Sore 4°45'55,1" 119°27'45,1" 4.47
45.1
7
3182 11.1
19.27
2
Pagi 4°46'0,14" 119°27'35,8" 4.53 1.37 2.97 7.1
3.38
35
Siang 4°46'0,14" 119°27'35,8" 8.06 3.97
24.5
5
10.2
6.81
125
Sore 4°46'0,14" 119°27'35,8"
10.2
7
3.97
24.5
8
14.1
8.88
250
3
Pagi 4°46'0,35" 119°27'47,3" 3.2 4.09 26.1 4.8
3.77
270
Siang 4°46'0,35" 119°27'47,3" 1.5 4.13
26.6
0
2.3
2.09
220
Sore 4°46'0,35" 119°27'47,3" 9.17 4.1
26.2
2
12.5
8.12
250
4
Pagi 4°45'55,1" 119°27'45.1 8 4.08
25.9
6
11.4
7.52
25
Siang 4°45'55,1" 119°27'45.1 6.97 3.1
14.9
9
9.9
6.02
Sore 4°45'55,1" 119°27'45.1 3.7 4.09
26.0
9
5.9 4.48 271
Sumber: Hasil Analisis Data Gelombang, Pulau Saugi 9 – 11 Desember 2016
3. Arus
a. Di Perahu
36
Tabel 4.3. Hasil Pengolahan Data Arus Di perairan Pulau Saugi
Titik
Posisi
S (m) t (s) V (m/s)
Arah
(o)Lintang Bujur
1 4ᵒ46'06.5” 119ᵒ27'53'' 5 45.5 0.11 50ᵒ
2 4ᵒ46'11.6” 119ᵒ27'54.9” 5 62.5 0.08 84ᵒ
3 4ᵒ46'17.0” 119ᵒ27'56.8” 5 50 0.1 50ᵒ
4 4ᵒ45'54.5'' 119ᵒ27'57.5'' 5 250 0.02 104ᵒ
5 4ᵒ45'49.9'' 119ᵒ28'10.8'' 5 25 0.2 97ᵒ
6 4ᵒ45'46.2'' 119ᵒ28'21.6'' 5 50 0.1 231ᵒ
7 4ᵒ45'29.7'' 119ᵒ27'51.2'' 5 125 0.04 26ᵒ
8 4ᵒ45'40.2'' 119ᵒ27'48.2'' 5 125 0.04 18ᵒ
9 4ᵒ45'49.9'' 119ᵒ27'48.0'' 5 100 0.03 231ᵒ
10 4ᵒ45'59.1” 119ᵒ27'13.6” 5 250 0.02 261ᵒ
11 4ᵒ46'03.5” 119ᵒ27'20.1” 5 25 0.2 265ᵒ
12 4ᵒ46'04.1” 119ᵒ27'39.2” 5 100 0.05 231ᵒ
Sumber: Hasil Analisis Data Arus, Pulau Saugi 9 – 11 Desember 2016
b. Di daerah Pesisir Pulau Saugi
Tabel 4.4. Hasil Pengolahan Data Arus Di Pesisir Pulau Saugi
Ttk Waktu
Posisi S
T (s) V (m/s)
Arah
(o)Lintang Bujur (m)
1
Pagi 4°45'55,1" 119°27'45,1" 5 m 267 s 0,02 m/s 240
Siang 4°45'55,1" 119°27'45,1" 5 m 267 s 0,03 m/s 240
Sore 4°45'55,1" 119°27'45,1" 5 m 135 s 0,02 m/s 110
2
Pagi 4°46'0,14" 119°27'35,8" 3 m 59 s 0,05 m/s 55°
Siang 4°46'0,14" 119°27'35,8" 5 m 109 s 0,05 m/s
Sore 4°46'0,14" 119°27'35,8" 5 m 136 s 0,03 m/s 343
37
3
Pagi 4°46'0,35" 119°27'47,3" 5 m 362 s 0,01 m/s 70°
Siang 4°46'0,35" 119°27'47,3" 3 m 247 s 0,012 m/s
Sore 4°46'0,35" 119°27'47,3" 5 m 299 s 0,08 m/s 49,1°
4
Pagi 4°45'55,1" 119°27'45.1" 5 m 178 s 0,03 m/s 125
Siang 4°45'55,1" 119°27'45.1" 5 m 322 s 0,02 m/s 24°
Sore 4°45'55,1" 119°27'45.1" 5 m 538 s 0,01 m/s 310
Sumber: Hasil Analisis Data Arus, Pulau Saugi 9 – 11 Desember 2016
4. Angin
a. Di Perahu
Tabel 4.5. Hasil Pengolahan Data Angin Di Pesisir Pulau Saugi
Titik
Posisi Angin
Lintang Bujur Arah Kecepatan
1 4ᵒ46'06.5” 119ᵒ27'53'' 55ᵒ 2.3
2 4ᵒ46'11.6” 119ᵒ27'54.9” 260ᵒ 2.7
3 4ᵒ46'17.0” 119ᵒ27'56.8” 248ᵒ 2
4 4ᵒ45'54.5'' 119ᵒ27'57.5'' 140ᵒ 1.4
5 4ᵒ45'49.9'' 119ᵒ28'10.8'' 270ᵒ 2.1
6 4ᵒ45'46.2'' 119ᵒ28'21.6'' 85ᵒ 1.5
7 4ᵒ45'29.7'' 119ᵒ27'51.2'' 170ᵒ 1.9
8 4ᵒ45'40.2'' 119ᵒ27'48.2'' 165ᵒ 1.8
9 4ᵒ45'49.9'' 119ᵒ27'48.0'' 140ᵒ 2.7
10 4ᵒ45'59.1” 119ᵒ27'13.6” 160ᵒ 1.8
11 4ᵒ46'03.5” 119ᵒ27'20.1” 165ᵒ 3.4
12 4ᵒ46'04.1” 119ᵒ27'39.2” 95ᵒ 3.9
Sumber: Hasil Analisis Data Angin, Pulau Saugi 9 – 11 Desember 2016
b. Di daerah Pesisir Pulau Saugi
38
Tabel 4.6. Hasil Pengolahan Data Angin Di Pesisir Pulau Saugi
Ttk. Waktu
Posisi
Angin
Arah Kecepatan
Lintang Bujur
1
Pagi 4°45'55,1" 119°27'45,1" 80° 3,9 m/s
Siang 4°45'55,1" 119°27'45,1" 130° 6,2 m/s
Sore 4°45'55,1" 119°27'45,1" 148°
2
Pagi 4°46'0,14" 119°27'35,8" 5° 2,3 m/s
Siang 4°46'0,14" 119°27'35,8" 274° 9,2 m/s
Sore 4°46'0,14" 119°27'35,8" 205° -
3
Pagi 4°46'0,35" 119°27'47,3" 70,5° 2,7 m/s
Siang 4°46'0,35" 119°27'47,3" 80° 3,7 m/s
Sore 4°46'0,35" 119°27'47,3" 110° 0,3 m/s
4
Pagi 4°45'55,1" 119°27'45.1 25° 3,0 m/s
Siang 4°45'55,1" 119°27'45.1 110° 0,3 m/s
Sore 4°45'55,1" 119°27'45.1 100°
Sumber: Hasil Analisis Data Angin, Pulau Saugi 9 – 11 Desember 2016
5. Suhu, Salinitas, Kedalaman, dan Kecerahan
Tabel 4.7. Hasil Pengolahan Data Suhu, Salinitas, Kedalaman, dan Kecerahan
Pulau Saugi
Titik
Posisi
Suhu
Salinitas
Δd
%
Lintang Bujur (‰) Kecerahan
1 4ᵒ46'06.5” 119ᵒ27'53'' 32 36 8.53 24.61
2 4ᵒ46'11.6” 119ᵒ27'54.9” 33 30 7.67 11.15
3 4ᵒ46'17.0” 119ᵒ27'56.8” 33 31 7.31 26.4
39
Sumber: Hasil Analisis Data Suhu, Salinitas, Kedalaman, dan Kecerahan Pulau Saugi
9 – 11 Desember 2016
6. Kemiringan Garis pantai
Tabel 4.8. Hasil Data Kemiringan garis pantai
Titik Jarak Arah Titik Jarak Arah
0 – 1 4.17 110ᵒ 29 - 30 21.36 242ᵒ
.1 – 2 10.91 40ᵒ 30 - 31 14.6 230ᵒ
.2 – 3 6.85 297ᵒ 31 - 32 4.65 195ᵒ
.3 – 4 6.78 210ᵒ 32 - 33 2.7 150ᵒ
.4 – 5 4.15 278ᵒ 33 - 34 5.8 131ᵒ
.5 – 6 2.44 355ᵒ 34 - 35 9.42 237ᵒ
.6 – 7 15.59 290ᵒ 35 - 36 5.9 275ᵒ
.7 -8 2.74 200ᵒ 36 - 37 8.98 130ᵒ
.8 – 9 4.77 287ᵒ 37 - 38 25.92 110ᵒ
.9 – 10 7.4 10ᵒ 38 - 39 44 125ᵒ
.10 –
11 28.84 280ᵒ 39 - 40 6.65 40ᵒ
4 4ᵒ45'54.5'' 119ᵒ27'57.5'' 33 30 8.79 24.11
5 4ᵒ45'49.9'' 119ᵒ28'10.8'' 29 30 9.97 28.28
6 4ᵒ45'46.2'' 119ᵒ28'21.6'' 30 32 7.41 26.5
7 4ᵒ45'29.7'' 119ᵒ27'51.2'' 30 31 9.15 24.15
8 4ᵒ45'40.2'' 119ᵒ27'48.2'' 30 30 10.15 26.3
9 4ᵒ45'49.9'' 119ᵒ27'48.0'' 30 32 8.96 39.73
10 4ᵒ45'59.1” 119ᵒ27'13.6” 30 32 12.57 26.01
11 4ᵒ46'03.5” 119ᵒ27'20.1” 30 32 9.03 37.2
12 4ᵒ46'04.1” 119ᵒ27'39.2” 30 32 4.01 100
40
.11 -12 3.93 185ᵒ 40 - 41 87.3 125ᵒ
.12 –
13 8.1 270ᵒ 41 - 42 17.1 90ᵒ
13 – 14 3.34 350ᵒ 42 - 43 49.4 82ᵒ
14 – 15 14.1 258ᵒ 43 - 44 59.93 50ᵒ
15 – 16 14 280ᵒ 44 - 45 2.76 135ᵒ
16 – 17 16.37 240ᵒ 45 - 46 11.11 50ᵒ
17 – 18 15.7 229ᵒ 46 - 47 9.76 322ᵒ
18 – 19 21.15 241ᵒ 47 - 48 13.87 56ᵒ
19 – 20 12.33 225ᵒ 48 - 49 5.34 138ᵒ
20 – 21 24.86 245ᵒ 49 - 50 80.5 48ᵒ
21 – 22 22.1 235ᵒ 50 - 51 5.9 127ᵒ
22- 23 26.86 245ᵒ 51 - 52 14.15 45ᵒ
23 – 24 6.17 243ᵒ 52 - 53 13.8 137ᵒ
24 – 25 15.7 245ᵒ 53 - 54 11.4 35ᵒ
25 – 26 9.6 155ᵒ 54 - 55 14.8 120ᵒ
26 – 27 5.24 240ᵒ 55 - 56 42.86 38ᵒ
27 – 28 5.15 335ᵒ 56 - 57 30.63 24ᵒ
28 – 29 32.35 245ᵒ 57 -58 10.2 313ᵒ
4.2. Labolatorium.
a) Sedimen Di Perairan dekat Garis Pantai
Tabel 4.9. Hasil Analisis Butir Sedimen di Labolatorium Pulau Saugi
Titik
Ukuran
Butiran
Sedimen
Berat
Cawan
Kosong
(gr)
Berat
Cawan +
Sedimen
(gr)
Berat
Sedimen
(gr)
% Berat
Sedimen
(gr)
%
Kumulatif
1 2,00 mm
41
1,18 mm
0,600 mm
0,212 mm
0,150 mm
0,106 mm
0,075 mm
<0,075 mm
2
2,00 mm 60,70 64,97 4,27 4,27
100
1,18 mm 41,63 53,40 11,77 11,77
0,600 mm 63,95 96,63 30,68 32,68
0,212 mm 34,06 79,02 44,96 44,96
0,150 mm 60,84 63,88 3,04 3,84
0,106 mm 37,99 40,38 2,39 2,39
0,075 mm 40,48 40,51 0,03 0,03
<0,075 mm 55,64 55,70 0,06 0,06
3
2,00 mm 39,15 67,51 28,56 28,54
100
1,18 mm 40,53 62,52 22,13 22,13
0,600 mm 38,53 62,02 23,64 23,64
0,212 mm 38,47 58,59 20,29 20,29
0,150 mm 38,11 40,27 2,17 2,17
0,106 mm 41,48 43,80 2,23 2,3
0,075 mm 58,39 58,46 0,07 0,07
<0,075 mm 39,96 40,83 0,37 0,87
4
2,00 mm 52,85 59,19 6,34 6,34
99
1,18 mm 70,27 83,96 13,69 12,70
0,600 mm 60,78 105,23 44,45 44,47
0,212 mm 60,10 93,78 33,69 33,70
0,150 mm 64,07 65,35 1,28 1,76
0,106 mm 55,6 55,69 0,03 0,03
0,075 mm 58,42 58,42 0 0
Sumber: Hasil Pengambilan Sampel Sedimen Lapangan di Pulau Saugi, 9-
11 Desember 2016.
b) Sedimen Pengukuran di Perahu
Tabel 4.10. Hasil Analisis Butir Sedimen di Luar Perairan di Labolatorium
Pulau Saugi
Titik
Ukuran
Butiran
Berat
Cawan
Berat
Cawan +
Berat
Sedimen
% Berat
Sedimen
%
Kumulatif
42
Sedimen Kosong
(gr)
Sedimen
(gr)
(gr) (gr)
1
2,00 mm 39,09 56,17 17,08 17,094 17,094
1,18 mm 39,85 57,44 17,59 17,604 34,698
0,600 mm 42,48 65,12 23,65 23,659 58,357
0,212 mm 38,06 62,82 25,76 25,781 80,137
0,150 mm 38,44 63,89 5,35 5,354 89,492
0,106 mm 57,42 65,86 7,44 7,446 96,938
0,075 mm 38,52 38,7 0,18 0,180 97,118
<0,075 mm 40,49 43,37 2,88 2,88 100
2
2,00 mm 55,69 66,60 10,91 10,929 10,929
1,18 mm 53,59 68,48 14,89 14,915 25,844
0,600 mm 70,27 96,81 26,54 26,585 52,429
0,212 mm 63,98 100,97 36,99 37,083 89,482
0,150 mm 60,07 64,67 4,6 4,608 94,09
0,106 mm 58,41 62,24 3,83 3,837 97,927
0,075 mm 52,85 53,00 0,15 0,150 98,077
<0,075 mm 40,51 42,43 1,92 1,923 100
3
2,00 mm 41,66 72,49 03,82 30,85
99,98
1,18 mm 34,08 51,85 17,81 17,84
0,600 mm 40,50 58,29 17,74 17,75
0,212 mm 63,98 83,22 19,24 19,25
0,150 mm 60,07 64,80 4,73 4,732
0,106 mm 60,73 67,39 6,66 6,66
0,075 mm 55,66 55,77 0,11 0,10
<0,075 mm 52,85 55,67 2,82 2,8
4
2,00 mm 40,5691 53,6807 13,1116 13,1 13,1
1,18 mm 34,1202 59,5621 25,4419 25,40 38,5
0,600 mm 38,0862 65,1079 27,0217 27 65,5
0,212 mm 38,6781 48,9080 10,2299 10,2 75,7
0,150 mm 41,7180 61,4726 19,7546 19,71 95,42
0,106 mm 39,8842 41,4656 1,57139 1,56 96,97
0,075 mm 39,0082 40,6942 0,886 0,88 97,85
5
> 2,00 mm 38,02 48,99 10,97 10,97
99,11
2,00 mm 39,05 51,87 12,82 12,82
1,8 mm 38,41 57,88 19,47 19,47
0,6 mm 41,43 71,40 29,97 29,97
0,212 mm 37,98 51,73 13,75 13,75
0,150 mm 40,50 51,45 10,95 10,95
0,106 mm 37,05 37,18 0,13 0,13
<0,106 mm 41,66 42,71 1,05 1,05
43
6 > 2,00 mm 53,5 77,71 24,21 24,21
99.48
2,00 mm 60,7 71,81 11,11 11,11
1,8 mm 34,07 54,78 20,71 20,71
0,6 mm 40,49 61,72 21,23 21,23
0,212 mm 38,52 46,47 7,95 7,95
0,150 mm 39,83 48,4 8,57 8,57
0,106 mm 55,66 57,8 2,14 2,14
<0,106 mm 37,76 43,32 3,56 3,56
7 2,00 mm
1,18 mm
0,600 mm
0,212 mm
0,150 mm
0,106 mm
0,075 mm
<0,075 mm
8 2,00 mm 70,1 157,1 86,9 86,4
100
1,18 mm 38,4 45,3 6,9 6.9
0,600 mm 30,0 41,5 3,5 3,5
0,212 mm 39,0 41,1 2,1 2,1
0,150 mm 40,4 40,8 0,4 0,4
0,106 mm 38,4 39 0,6 0,6
0,075 mm 38 38,2 0,2 0,2
9 2,00 mm 34,10 55,35 21,15 21,25 21,25
1,18 mm 41,68 61,9 20,22 20,22 41,47
0,600 mm 39,84 62,89 23,05 27,05 64,52
0,212 mm 39,74 60,29 20,51 20,51 85,03
0,150 mm 38,57 42,86 4,29 4,29 89,32
0,106 mm 38,07 44,37 6,3 6,3 95,62
0,075 mm 40,51 42,65 2,14 2,14 97,76
<0,075 mm 63,98 66,22 2,24 2,24 100
10 > 2,00 mm 38,02 48,62 10,6 10,6 10,6
2,00 mm 39,05 53,22 14,17 14,17 24,77
1,8 mm 38,41 62,00 23,59 23,59 48,36
0,6 mm 41,43 78,48 37,04 37,04 85,40
0,212 mm 37,98 44,17 6,19 6,19 91,59
0,150 mm 40,50 46,37 5,87 5,87 97,46
0,106 mm 37,05 37,60 0,55 0,55 98,01
<0,106 mm 41,66 43,18 1,52 1,52 99,53
11 2,00 mm 39,05 45,40 6.3 6.3
100
1,18 mm 40,44 56,47 16,03 6,08
44
0,600 mm 38,48 74,40 35,92 36,04
0,212 mm 38,41 76,78 38,37 38,5
0,150 mm 38,05 40,70 2.65 2,65
0,106 mm 41,66 42,08 0,42 0,42
0,075 mm 38,02 38,02 0 0
12 2,00 mm 38,267 40,58221 2,31521 2,320
100
1,18 mm 38,165 44,3047 6,1397 6,152
0,600 mm 39,142 77,103 37,761 37,838
0,212 mm 39,855 92,673 52,818 52,925
0,150 mm 38,579 38,9533 0,3743 0,375
0,106 mm 40,447 40,790 0,343 0,344
0,075 mm 38,429 38,4754 0,0464 0,046
4.3. Peta Hasil Surfer
45
1. Peta Arah Angin
2. Peta Arah Arus
46
3. Peta Garis Pantai
4. Peta Salinitas
47
5. Peta Suhu
6. Peta 3D Kedalaman
48
7. Peta Batimetri
8. Peta Wireframe
49
9. Peta 3D
50
B. Pembahasan
1. Pasang Surut
Kenaikan dan penurunan (pasang surut) di permukaan air laut disebabkan
oleh adanya beberapa faktor yaitu, bahwa pasang surut air laut terjadi karena
adanya gaya tarik antara bumi, bulan dan matahari
Pengukuran pasang surut yang dimulai pada pukul 19.00 WITA pada hari
jumat dan berakhir pada pukul 09.00 WITA pada hari minggu yang dilakukan
selama 39 jam pengamatan diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa pasang
tertinggi terjadi pada jam 21.00 WITA hari sabtu dengan ketinggian mencapai
204.5 cm, sedangkan Surut terendah terjadi pada jam 06.00 WITA hari minggu
dengan ketinggian 150.8 cm. Pada waktu bulan dan matahari terletak pada satu
garis terhadap bumi dan gaya gravitasi yang ditimbulkan oleh mereka mempunyai
arah yang sama sehingga terjadi pasang. Melihat grafik hasil pengamatan,
diketahui bahwa tipe pasut yang terjadi pada perairan Pulau Saugi adalah bertipe
semi diurnal, terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Jadi pasang pada perairan
Pulau Saugi terjadi pada malam dan siang hari.
2. Gelombang
Dari keempat stasiun pengamatan gelombang, didapatkan bahwa tinggi
gelombang signifikan dan tinggi gelombang pecah yang paling tinggi, rata-rata
terjadi pada sore hari. Hal ini disebabkan oleh faktor angin yang menjadi
pembangkit gelombang, serta adanya pasang surut air laut. Gelombang menjadi
lebih tinggi ketika permukaan laut menuju pasang naik pada malam hari. Kondisi
gelombang pulau Saugi pada pagi, siang, dan sore hari pada setiap stasiun
tergolong bervariasi, yang disebabkan karena kecepatan angin pada saat
pengukuran berbeda-beda serta kondisi permukaan air laut yang sedang
mengalami surut dan di pengaruhi juga adanya kapal kapal milik warga yang
berada disekitar pengukuran
3. Arus
51
Pengamatan kecepatan arus dengan menggunakan Layang layang arus yang
diikat dengan tali rafia dan catat waktunya sampai tali raffia lurus. Data tersebut
menunjukan hasil yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor
seperti angin dan kuat arus. Arus dibentuk oleh angin, dan angin juga yang
membuat arus tersebut kuat atau pelan, semakin kuat angin maka arus semakin
kuat dan tali raffia juga akan semakin cepat lurus.
Kecepatan arus di semua titik pengamatan rata-rata berkisar antara 0,01 m/s
hingga 0,012 m/s, dengan pola bervariasi dari titik pertama hingga titik terkahir.
Dari data hasil pengamatan ini pula didapatkan bahwa rata-rata kecepatan arus
laut berbanding lurus dengan kecepatan angin yang bertiup saat itu. Dari hasil
pengamatan di lapangan, maka didapatkan bahwa arus yang terjadi di perairan
pulau saugi adalah arus yang yang dibangkitkan oleh adanya kecepatan angin
yang bertiup di atas permukaan air laut serta adanya pengaruh pasang surut air
laut.
4. Angin
Kecepatan angin yang cukup besar di pulau Saugi terjadi pada siang hari.
Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan dan arah angin yang terdapat di pulau
Saugi, maka didapatkan hasil bahwa kecepatan angin berkisar antara 0,3 m/s
hingga yang paling tinggi yaitu 9.2 m/s.
5. Kedalaman Perairan
Kedalaman perairan menunjukkan jarak antara dasar laut dengan permukaan
air laut secara vertikal. Kedalaman perairan pada lokasi praktek, diukur dengan
menggunakan alat Ecosounder, dan didapatkan bahwa lokasi sampel pengambilan
data kedalaman Perairan Pulau Saugi berada pada kisaran kedalaman 1 m hingga
12 meter yang memungkinkan sinar matahari masih dapat mencapai dasar laut.
Hal ini disebabkan karena topografi dasar laut perairan pulau Saugi
merupakan suatu dangkalan yang dulunya berupa daratan yang memiliki
kemiringan yang landai, sehingga pada saat terjadinya peningkatan tinggi muka
52
air laut maka daratan tadi tenggelam menjadi suatu dangkalan dengan kedalaman
1-12 meter.
6. Suhu
Dari hasil pengamatan di lapangan, ditemukan rentang suhu perairan pulau
Saugi berkisar antara 27o C hingga 28o C dengan rata-rata suhu senilai 27o C yang
diperoleh dari 12 stasiun pengamatan yang berbeda, pebedaan suhu perairan ini
dapat disebabkan oleh banyak sedikitnya penyinaran dan penyerapan cahaya
matahari oleh permukaan laut, serta kedalaman laut. Semakin banyak
penyerapan sinar matahari dan semakin dalam suatu perairan, maka semakin
tinggi suhunya, serta sebaliknya. Sedangkan untuk suhu udara di daerah pesisir
pulau saugi yaitu 31 hingga 33 celcius dengan rata rata 32 celcius. Intensitas
cahaya terlambat mempengaruhi suhu karena sifat air laut yang tidak mudah
panas dan tidak mudah dingin, sehingga suhu air tidak sesuai dengan suhu di
permukaan. seperti saat siang hari udara panas namun air laut dingin. Sebaliknya
saat malam hari, udara dingin tetapi suhu air hangat.Kondisi suhu perairan pulau
Saugi ini, dapat dikatakan hampir homogen, karena memiliki perolehan suhu
yang hamper sama. Hal ini disebabkan oleh cuaca mendung dan hujan pada saat
pengambilan data.
7. Salinitas
Dari hasil pengambilan data di lapangan, ditemukan bahwa dari kedua belas
titik pengambilan data, rentang angka salinitas yang diperoleh adlah berkisar
antara 20 ppm hingga 30 ppm, dengan hasil salinitas rata-rata adalah 30 ppm yang
didapatkan dari 3 titik pengamatan berbeda. Salinitas yang diperoleh tergolong
rendah dari angka salinitas air laut normal pada umumya yakni 35 ppm. Hal ini
disebabkan karena terjadinya hujan pada saat pengambilan data salinitas sehingga
53
air hujan yang jatuh dipermukaan laut mampu mengurangi konsentrasi kadar
garam-garaman terlarut di permukaan air laut.
Salinitas atau kadar garam ialah banyaknya garam-garaman (dalam gram)
yang terdapat dalam 1 Kg (1000 gr) air laut, yang dinyatakan dengan ‰ atau
perseribu. Yang dimaksud salinitas tidak termasuk partikel – partikel suspensi
atau material padat yang berhubungan langsung dengan air sebab material –
material tersebut tidak larut dalam air.Air laut memiliki salinitas sekitar 3,5 %,
yakni sekitar 220 kali salinitas air tawar. Salinitas seringkali di ekspresikan
dengan satuan part per milion (‰) sehingga angka salinitas air laut menjadi 35
‰. Artinya, dalam 1000 gram air laut mengandung 35 gram garam.
54
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil dan pembahasan pada praktek lapang yang
telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pasang air tertinggi
diperoleh pada pukul 19.00 WITA (Hari kedua/10 Desember 2016) yaitu
201,5 cm sedangkan surutnya air terendah pada pukul 08.00 WITA (Hari
ketiga/11 Desember 2016) yaitu 61,5 cm. Faktor utama yang
mempengaruhi arus adalah gerakan angin, dimana pada pagi hari arus
rendah dan pada siang hari arus tinggi.
Kecerahan pada setiap titik yang di lalui perahu berbeda, kecerahan
tertinggi diperoleh di titik 12 sedalam 4,01 meter dan kecerahan terendah
di peroleh dititik ke dua sedalam 0,8 meter. Gelombang air laut
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah angin dan
topografi dasar laut yang mengakibatkan gelombang relaif pendek bahkan
tidak ada ombak pecah yang di hasilkan.
B. Saran
Kepada rekan-rekan mahasiswa yang menjadi panitia, sekiranya
mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam kegiatan praktek
ini dengan baik, agar semua parameter, dapat di ukur dengan baik.selain
itu perlu kiranya keseriusan di lapangan dalam melakukan pengukuran
setiap parameter agar tidak ada data yang kosong. Diharapkan juga ada
hubungan yang baik yang terjalin antara praktikan dan para asisten agar
penyelesaian rangkaian praktikum ini dapat terjalin dengan baik.
Sebagai praktikan saya menyarankan agardiberikan simulasi / praktik
kecil sebelum kelapangan agar setiap peserta tahu cara menggunakan alat
55
untuk memperoleh setiap variable yang dibutuhkan, terlebih terhadap
ketelitian dan kehati-hatian dalam mengunakan alate – alat tersebut.
56
DAFTAR PUSTAKA
Hutabarat, Sahala. 1984. Pengantar Oceanografi. UNDIP; Jakarta
Maru, Rosmini S.Pd.,M.Pd.,P.hD 2016. Penuntun Praktek Oseanografi.
Universitas Negeri Makassar. Makassar
Maru, Rosmini. 2016. Oceanografi. Universitas Negeri Makassar. Makassar

More Related Content

What's hot

Arus ekman dan upwelling k2 e008009
Arus ekman dan upwelling k2 e008009Arus ekman dan upwelling k2 e008009
Arus ekman dan upwelling k2 e008009ferosiscaa
 
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologi
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan KlimatologiLaporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologi
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologiasriantiputrilestari5
 
Ekosistem laut Power Point
Ekosistem laut Power PointEkosistem laut Power Point
Ekosistem laut Power Pointiswant mas
 
Mitigasi bencana kelompok 6
Mitigasi bencana kelompok 6Mitigasi bencana kelompok 6
Mitigasi bencana kelompok 6Aar Riana
 
Geografi Zona Pesisir dan Pantai
Geografi Zona Pesisir dan PantaiGeografi Zona Pesisir dan Pantai
Geografi Zona Pesisir dan Pantaicen27
 
Materi Tentang Samudera, Arus Laut, Sirkulasi Laut & Salinitas
Materi Tentang Samudera, Arus Laut, Sirkulasi Laut & SalinitasMateri Tentang Samudera, Arus Laut, Sirkulasi Laut & Salinitas
Materi Tentang Samudera, Arus Laut, Sirkulasi Laut & SalinitasSatriyo Unggul Wicaksono
 
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesarMateri Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesarMario Yuven
 
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiGeologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiMario Yuven
 
Persebaran flora dan fauna di dunia & indonesia
Persebaran flora  dan fauna di dunia & indonesiaPersebaran flora  dan fauna di dunia & indonesia
Persebaran flora dan fauna di dunia & indonesiaChan Maro
 
Makalah Ekologi: Komunitas Klimaks
Makalah Ekologi: Komunitas KlimaksMakalah Ekologi: Komunitas Klimaks
Makalah Ekologi: Komunitas KlimaksUNESA
 
Kelompok 9 makalah siklus air
Kelompok 9 makalah siklus airKelompok 9 makalah siklus air
Kelompok 9 makalah siklus airNanda Reda
 
Makalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses GeomorfologiMakalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses Geomorfologironimputra
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)Nurul Afdal Haris
 

What's hot (20)

Makala peta
Makala petaMakala peta
Makala peta
 
Siklus hidrologi
Siklus hidrologiSiklus hidrologi
Siklus hidrologi
 
Arus ekman dan upwelling k2 e008009
Arus ekman dan upwelling k2 e008009Arus ekman dan upwelling k2 e008009
Arus ekman dan upwelling k2 e008009
 
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologi
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan KlimatologiLaporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologi
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologi
 
Ekosistem laut Power Point
Ekosistem laut Power PointEkosistem laut Power Point
Ekosistem laut Power Point
 
Mitigasi bencana kelompok 6
Mitigasi bencana kelompok 6Mitigasi bencana kelompok 6
Mitigasi bencana kelompok 6
 
Geografi Zona Pesisir dan Pantai
Geografi Zona Pesisir dan PantaiGeografi Zona Pesisir dan Pantai
Geografi Zona Pesisir dan Pantai
 
Materi Tentang Samudera, Arus Laut, Sirkulasi Laut & Salinitas
Materi Tentang Samudera, Arus Laut, Sirkulasi Laut & SalinitasMateri Tentang Samudera, Arus Laut, Sirkulasi Laut & Salinitas
Materi Tentang Samudera, Arus Laut, Sirkulasi Laut & Salinitas
 
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesarMateri Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
 
Arus lautan
Arus lautanArus lautan
Arus lautan
 
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiGeologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
 
Pengantar oseanografi
Pengantar oseanografiPengantar oseanografi
Pengantar oseanografi
 
Persebaran flora dan fauna di dunia & indonesia
Persebaran flora  dan fauna di dunia & indonesiaPersebaran flora  dan fauna di dunia & indonesia
Persebaran flora dan fauna di dunia & indonesia
 
Geologi laut 1
Geologi laut 1Geologi laut 1
Geologi laut 1
 
Makalah Ekologi: Komunitas Klimaks
Makalah Ekologi: Komunitas KlimaksMakalah Ekologi: Komunitas Klimaks
Makalah Ekologi: Komunitas Klimaks
 
Kelompok 9 makalah siklus air
Kelompok 9 makalah siklus airKelompok 9 makalah siklus air
Kelompok 9 makalah siklus air
 
Bilangan Formzahl
Bilangan FormzahlBilangan Formzahl
Bilangan Formzahl
 
Mklh arus ekman
Mklh arus ekmanMklh arus ekman
Mklh arus ekman
 
Makalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses GeomorfologiMakalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses Geomorfologi
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
 

Similar to OSEANOGRAFI LAPANGAN

Pasang surut air laut
Pasang surut air lautPasang surut air laut
Pasang surut air lautRetno Pratiwi
 
b63d3_MODUL_04_-_PENGETAHUAN_TEKNIK_PANTAI.pptx
b63d3_MODUL_04_-_PENGETAHUAN_TEKNIK_PANTAI.pptxb63d3_MODUL_04_-_PENGETAHUAN_TEKNIK_PANTAI.pptx
b63d3_MODUL_04_-_PENGETAHUAN_TEKNIK_PANTAI.pptxErikMunandar1
 
Pertemuan 6-PROSES DAN TIPE PASANG SURUT-MAHBUB (1).pdf
Pertemuan 6-PROSES DAN TIPE PASANG SURUT-MAHBUB (1).pdfPertemuan 6-PROSES DAN TIPE PASANG SURUT-MAHBUB (1).pdf
Pertemuan 6-PROSES DAN TIPE PASANG SURUT-MAHBUB (1).pdfZetsaonaSihotang
 
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismik
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismikPendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismik
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismikOktavia Triana
 
Laporan Bentuk Asal Marine Daerah Bengkulu
Laporan Bentuk Asal Marine Daerah BengkuluLaporan Bentuk Asal Marine Daerah Bengkulu
Laporan Bentuk Asal Marine Daerah Bengkulu'Oke Aflatun'
 
Gejala pasang dan drainase daerah rendah
Gejala pasang dan drainase daerah rendahGejala pasang dan drainase daerah rendah
Gejala pasang dan drainase daerah rendahinfosanitasi
 
Laporan Praktikum Oseanografi : "Wave Rose" Studi Kasus "Aplikasi Tabel Numer...
Laporan Praktikum Oseanografi : "Wave Rose" Studi Kasus "Aplikasi Tabel Numer...Laporan Praktikum Oseanografi : "Wave Rose" Studi Kasus "Aplikasi Tabel Numer...
Laporan Praktikum Oseanografi : "Wave Rose" Studi Kasus "Aplikasi Tabel Numer...Nur Rohim
 
Oseanografi Kelas X
Oseanografi Kelas XOseanografi Kelas X
Oseanografi Kelas XSulthan Isa
 
Hidrosfer Perairan Laut
Hidrosfer Perairan LautHidrosfer Perairan Laut
Hidrosfer Perairan LautTheresia Nelie
 
Meteorologi
Meteorologi Meteorologi
Meteorologi pcwna
 
Review paper perbaikan nilai satelit dan akustik risko_c551140161
Review paper perbaikan nilai satelit dan akustik risko_c551140161Review paper perbaikan nilai satelit dan akustik risko_c551140161
Review paper perbaikan nilai satelit dan akustik risko_c551140161Risko Aditya
 

Similar to OSEANOGRAFI LAPANGAN (20)

Pasang surut air laut
Pasang surut air lautPasang surut air laut
Pasang surut air laut
 
Materi Geografi SMA
Materi Geografi SMAMateri Geografi SMA
Materi Geografi SMA
 
Pelabuhan ke 3
Pelabuhan ke 3Pelabuhan ke 3
Pelabuhan ke 3
 
Pantaiss
PantaissPantaiss
Pantaiss
 
b63d3_MODUL_04_-_PENGETAHUAN_TEKNIK_PANTAI.pptx
b63d3_MODUL_04_-_PENGETAHUAN_TEKNIK_PANTAI.pptxb63d3_MODUL_04_-_PENGETAHUAN_TEKNIK_PANTAI.pptx
b63d3_MODUL_04_-_PENGETAHUAN_TEKNIK_PANTAI.pptx
 
Pertemuan 6-PROSES DAN TIPE PASANG SURUT-MAHBUB (1).pdf
Pertemuan 6-PROSES DAN TIPE PASANG SURUT-MAHBUB (1).pdfPertemuan 6-PROSES DAN TIPE PASANG SURUT-MAHBUB (1).pdf
Pertemuan 6-PROSES DAN TIPE PASANG SURUT-MAHBUB (1).pdf
 
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismik
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismikPendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismik
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismik
 
Laporan Bentuk Asal Marine Daerah Bengkulu
Laporan Bentuk Asal Marine Daerah BengkuluLaporan Bentuk Asal Marine Daerah Bengkulu
Laporan Bentuk Asal Marine Daerah Bengkulu
 
Gejala pasang dan drainase daerah rendah
Gejala pasang dan drainase daerah rendahGejala pasang dan drainase daerah rendah
Gejala pasang dan drainase daerah rendah
 
Gerakan air__laut
Gerakan  air__lautGerakan  air__laut
Gerakan air__laut
 
Laporan Praktikum Oseanografi : "Wave Rose" Studi Kasus "Aplikasi Tabel Numer...
Laporan Praktikum Oseanografi : "Wave Rose" Studi Kasus "Aplikasi Tabel Numer...Laporan Praktikum Oseanografi : "Wave Rose" Studi Kasus "Aplikasi Tabel Numer...
Laporan Praktikum Oseanografi : "Wave Rose" Studi Kasus "Aplikasi Tabel Numer...
 
Oseanografi Kelas X
Oseanografi Kelas XOseanografi Kelas X
Oseanografi Kelas X
 
Air laut
Air lautAir laut
Air laut
 
Gelombang laut
Gelombang lautGelombang laut
Gelombang laut
 
Hidrosfer Perairan Laut
Hidrosfer Perairan LautHidrosfer Perairan Laut
Hidrosfer Perairan Laut
 
Pasang Surut
Pasang SurutPasang Surut
Pasang Surut
 
Meteorologi
Meteorologi Meteorologi
Meteorologi
 
MAKALAH TSUNAMI.docx
MAKALAH TSUNAMI.docxMAKALAH TSUNAMI.docx
MAKALAH TSUNAMI.docx
 
Review paper perbaikan nilai satelit dan akustik risko_c551140161
Review paper perbaikan nilai satelit dan akustik risko_c551140161Review paper perbaikan nilai satelit dan akustik risko_c551140161
Review paper perbaikan nilai satelit dan akustik risko_c551140161
 
Gelombang pasut
Gelombang pasutGelombang pasut
Gelombang pasut
 

More from Sansanikhs

(SKRIPSI) PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU BAJO DI ...
(SKRIPSI) PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU BAJO DI ...(SKRIPSI) PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU BAJO DI ...
(SKRIPSI) PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU BAJO DI ...Sansanikhs
 
ABSTRAK PENELITIAN PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU...
ABSTRAK PENELITIAN PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU...ABSTRAK PENELITIAN PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU...
ABSTRAK PENELITIAN PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU...Sansanikhs
 
PKM M upaya pemanfaatan dan pelatihan pembuatan keripik sayur pucuk kurma gun...
PKM M upaya pemanfaatan dan pelatihan pembuatan keripik sayur pucuk kurma gun...PKM M upaya pemanfaatan dan pelatihan pembuatan keripik sayur pucuk kurma gun...
PKM M upaya pemanfaatan dan pelatihan pembuatan keripik sayur pucuk kurma gun...Sansanikhs
 
PKM M PENYESUAIAN TATA LETAK TWEETER PADA SIRIP SARANG BURUNG WALET (COLLOCAL...
PKM M PENYESUAIAN TATA LETAK TWEETER PADA SIRIP SARANG BURUNG WALET (COLLOCAL...PKM M PENYESUAIAN TATA LETAK TWEETER PADA SIRIP SARANG BURUNG WALET (COLLOCAL...
PKM M PENYESUAIAN TATA LETAK TWEETER PADA SIRIP SARANG BURUNG WALET (COLLOCAL...Sansanikhs
 
PKM M PEMBERDAYAAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MELALUI SULAMAN FANTASI SEBAGAI ...
PKM M  PEMBERDAYAAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MELALUI SULAMAN FANTASI SEBAGAI ...PKM M  PEMBERDAYAAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MELALUI SULAMAN FANTASI SEBAGAI ...
PKM M PEMBERDAYAAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MELALUI SULAMAN FANTASI SEBAGAI ...Sansanikhs
 
PKM M game sains (sosiometri alien infeksi)
PKM M game sains (sosiometri alien infeksi)PKM M game sains (sosiometri alien infeksi)
PKM M game sains (sosiometri alien infeksi)Sansanikhs
 
PKM K "go hero" proposal program kreativitas mahasiswa unm
PKM K "go hero" proposal program kreativitas mahasiswa unmPKM K "go hero" proposal program kreativitas mahasiswa unm
PKM K "go hero" proposal program kreativitas mahasiswa unmSansanikhs
 
ARTIKEL GEOGRAFI BUDAYA PITU ULUNNA SALU DAN PITU BA'BANA BINANGA.
ARTIKEL GEOGRAFI BUDAYA PITU ULUNNA SALU DAN PITU BA'BANA BINANGA.ARTIKEL GEOGRAFI BUDAYA PITU ULUNNA SALU DAN PITU BA'BANA BINANGA.
ARTIKEL GEOGRAFI BUDAYA PITU ULUNNA SALU DAN PITU BA'BANA BINANGA.Sansanikhs
 
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018Sansanikhs
 
Aspek Geosfer Negara Asia Tenggara
Aspek Geosfer Negara Asia TenggaraAspek Geosfer Negara Asia Tenggara
Aspek Geosfer Negara Asia TenggaraSansanikhs
 
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU LINGKUNGAN NELAYAN DI WILAYAH P...
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU LINGKUNGAN NELAYAN DI WILAYAH P...PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU LINGKUNGAN NELAYAN DI WILAYAH P...
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU LINGKUNGAN NELAYAN DI WILAYAH P...Sansanikhs
 
Metode Eksperimen Dalam Proses Pembelajaran
Metode Eksperimen Dalam Proses PembelajaranMetode Eksperimen Dalam Proses Pembelajaran
Metode Eksperimen Dalam Proses PembelajaranSansanikhs
 
Uji Normalitas Penelitian
Uji Normalitas PenelitianUji Normalitas Penelitian
Uji Normalitas PenelitianSansanikhs
 
7 Unsur - Unsur Kebudayaan
7 Unsur - Unsur Kebudayaan7 Unsur - Unsur Kebudayaan
7 Unsur - Unsur KebudayaanSansanikhs
 
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJA
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJALAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJA
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJASansanikhs
 
PKM M (PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT) INDONESIAN DIFABLEPRENEUR
PKM M (PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT) INDONESIAN DIFABLEPRENEURPKM M (PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT) INDONESIAN DIFABLEPRENEUR
PKM M (PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT) INDONESIAN DIFABLEPRENEURSansanikhs
 
PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN USBN 2017 DI SMAN 9 MAKASSAR
PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN USBN 2017 DI SMAN 9 MAKASSARPERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN USBN 2017 DI SMAN 9 MAKASSAR
PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN USBN 2017 DI SMAN 9 MAKASSARSansanikhs
 
RUMAH KOSMOGRAFI SEBAGAI INOVASI DALAM PEMBELAJARAN MATERI ALAM SEMESTA
RUMAH KOSMOGRAFI SEBAGAI INOVASI DALAM PEMBELAJARAN MATERI ALAM SEMESTARUMAH KOSMOGRAFI SEBAGAI INOVASI DALAM PEMBELAJARAN MATERI ALAM SEMESTA
RUMAH KOSMOGRAFI SEBAGAI INOVASI DALAM PEMBELAJARAN MATERI ALAM SEMESTASansanikhs
 
Laporan Praktek Lapangan Geografi Hewan dan Tumbuhan (biogeografi)
Laporan Praktek Lapangan Geografi Hewan dan Tumbuhan (biogeografi)Laporan Praktek Lapangan Geografi Hewan dan Tumbuhan (biogeografi)
Laporan Praktek Lapangan Geografi Hewan dan Tumbuhan (biogeografi)Sansanikhs
 
Laporan Praktek Lapangan Geografi Tanah (Soil Geography)
Laporan Praktek Lapangan Geografi Tanah (Soil Geography)Laporan Praktek Lapangan Geografi Tanah (Soil Geography)
Laporan Praktek Lapangan Geografi Tanah (Soil Geography)Sansanikhs
 

More from Sansanikhs (20)

(SKRIPSI) PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU BAJO DI ...
(SKRIPSI) PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU BAJO DI ...(SKRIPSI) PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU BAJO DI ...
(SKRIPSI) PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU BAJO DI ...
 
ABSTRAK PENELITIAN PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU...
ABSTRAK PENELITIAN PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU...ABSTRAK PENELITIAN PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU...
ABSTRAK PENELITIAN PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU...
 
PKM M upaya pemanfaatan dan pelatihan pembuatan keripik sayur pucuk kurma gun...
PKM M upaya pemanfaatan dan pelatihan pembuatan keripik sayur pucuk kurma gun...PKM M upaya pemanfaatan dan pelatihan pembuatan keripik sayur pucuk kurma gun...
PKM M upaya pemanfaatan dan pelatihan pembuatan keripik sayur pucuk kurma gun...
 
PKM M PENYESUAIAN TATA LETAK TWEETER PADA SIRIP SARANG BURUNG WALET (COLLOCAL...
PKM M PENYESUAIAN TATA LETAK TWEETER PADA SIRIP SARANG BURUNG WALET (COLLOCAL...PKM M PENYESUAIAN TATA LETAK TWEETER PADA SIRIP SARANG BURUNG WALET (COLLOCAL...
PKM M PENYESUAIAN TATA LETAK TWEETER PADA SIRIP SARANG BURUNG WALET (COLLOCAL...
 
PKM M PEMBERDAYAAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MELALUI SULAMAN FANTASI SEBAGAI ...
PKM M  PEMBERDAYAAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MELALUI SULAMAN FANTASI SEBAGAI ...PKM M  PEMBERDAYAAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MELALUI SULAMAN FANTASI SEBAGAI ...
PKM M PEMBERDAYAAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MELALUI SULAMAN FANTASI SEBAGAI ...
 
PKM M game sains (sosiometri alien infeksi)
PKM M game sains (sosiometri alien infeksi)PKM M game sains (sosiometri alien infeksi)
PKM M game sains (sosiometri alien infeksi)
 
PKM K "go hero" proposal program kreativitas mahasiswa unm
PKM K "go hero" proposal program kreativitas mahasiswa unmPKM K "go hero" proposal program kreativitas mahasiswa unm
PKM K "go hero" proposal program kreativitas mahasiswa unm
 
ARTIKEL GEOGRAFI BUDAYA PITU ULUNNA SALU DAN PITU BA'BANA BINANGA.
ARTIKEL GEOGRAFI BUDAYA PITU ULUNNA SALU DAN PITU BA'BANA BINANGA.ARTIKEL GEOGRAFI BUDAYA PITU ULUNNA SALU DAN PITU BA'BANA BINANGA.
ARTIKEL GEOGRAFI BUDAYA PITU ULUNNA SALU DAN PITU BA'BANA BINANGA.
 
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018
 
Aspek Geosfer Negara Asia Tenggara
Aspek Geosfer Negara Asia TenggaraAspek Geosfer Negara Asia Tenggara
Aspek Geosfer Negara Asia Tenggara
 
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU LINGKUNGAN NELAYAN DI WILAYAH P...
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU LINGKUNGAN NELAYAN DI WILAYAH P...PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU LINGKUNGAN NELAYAN DI WILAYAH P...
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU LINGKUNGAN NELAYAN DI WILAYAH P...
 
Metode Eksperimen Dalam Proses Pembelajaran
Metode Eksperimen Dalam Proses PembelajaranMetode Eksperimen Dalam Proses Pembelajaran
Metode Eksperimen Dalam Proses Pembelajaran
 
Uji Normalitas Penelitian
Uji Normalitas PenelitianUji Normalitas Penelitian
Uji Normalitas Penelitian
 
7 Unsur - Unsur Kebudayaan
7 Unsur - Unsur Kebudayaan7 Unsur - Unsur Kebudayaan
7 Unsur - Unsur Kebudayaan
 
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJA
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJALAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJA
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJA
 
PKM M (PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT) INDONESIAN DIFABLEPRENEUR
PKM M (PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT) INDONESIAN DIFABLEPRENEURPKM M (PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT) INDONESIAN DIFABLEPRENEUR
PKM M (PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT) INDONESIAN DIFABLEPRENEUR
 
PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN USBN 2017 DI SMAN 9 MAKASSAR
PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN USBN 2017 DI SMAN 9 MAKASSARPERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN USBN 2017 DI SMAN 9 MAKASSAR
PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN USBN 2017 DI SMAN 9 MAKASSAR
 
RUMAH KOSMOGRAFI SEBAGAI INOVASI DALAM PEMBELAJARAN MATERI ALAM SEMESTA
RUMAH KOSMOGRAFI SEBAGAI INOVASI DALAM PEMBELAJARAN MATERI ALAM SEMESTARUMAH KOSMOGRAFI SEBAGAI INOVASI DALAM PEMBELAJARAN MATERI ALAM SEMESTA
RUMAH KOSMOGRAFI SEBAGAI INOVASI DALAM PEMBELAJARAN MATERI ALAM SEMESTA
 
Laporan Praktek Lapangan Geografi Hewan dan Tumbuhan (biogeografi)
Laporan Praktek Lapangan Geografi Hewan dan Tumbuhan (biogeografi)Laporan Praktek Lapangan Geografi Hewan dan Tumbuhan (biogeografi)
Laporan Praktek Lapangan Geografi Hewan dan Tumbuhan (biogeografi)
 
Laporan Praktek Lapangan Geografi Tanah (Soil Geography)
Laporan Praktek Lapangan Geografi Tanah (Soil Geography)Laporan Praktek Lapangan Geografi Tanah (Soil Geography)
Laporan Praktek Lapangan Geografi Tanah (Soil Geography)
 

Recently uploaded

MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
SOP MEDIA KOMUNIKASI DAN KOORDINASI pkms
SOP MEDIA KOMUNIKASI DAN KOORDINASI pkmsSOP MEDIA KOMUNIKASI DAN KOORDINASI pkms
SOP MEDIA KOMUNIKASI DAN KOORDINASI pkmsedyardy
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompokelmalinda2
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanBungaCitraNazwaAtin
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehBISMIAULIA
 
manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1YudiPradipta
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxnursariheldaseptiana
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Surveikustiyantidew94
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxAhmadSyajili
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 

Recently uploaded (12)

MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
SOP MEDIA KOMUNIKASI DAN KOORDINASI pkms
SOP MEDIA KOMUNIKASI DAN KOORDINASI pkmsSOP MEDIA KOMUNIKASI DAN KOORDINASI pkms
SOP MEDIA KOMUNIKASI DAN KOORDINASI pkms
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
 
manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 

OSEANOGRAFI LAPANGAN

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Oceanografi merupakan suatu ilmu yang mempelajari lautan dan segala aspeknya, diantaranya Sifat-sifat fisika dan kimia air laut, dinamika air laut yang dipengaruhi oleh gaya astronomis, meteorologis dan geologis, zat-zat yang terlarut dan kehidupan organisme yang hidup di dalam laut, dan lain sebagainya yang merupakan cakupan dari Oceanografi. Secara khusus, perairan laut dikaji dan dipelajari dalam ilmu oceanografi. Karena cakupan kajian ilmu oceanografi sangat luas, maka dapat dikatakan bahwa oceanorafi bukanlah suatu ilmu murni, tetapi merupakan perpaduan dari berbagai ilmu-ilmu dasar, seperti fisika, kimia, biologi, geografi, geologi, astronomi, meteorologi dan perikanan. Namun, hal umum yang dipakai di Indonesia adalah bahwa oceanografi hanya mencakup pada kajian fisika, bilogi, kimia dan gelogi oceanografi saja. Fisika oceanografi adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena fisik yang terjadi di lautan dan interaksinya dengan atmosfer dan daratan, misalnya sifat-sifat fisik air laut, pasang surut, gelombang, sirkulasi air laut dan iklim laut. Kimia oceanografi adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan zat kimia, sifat kimia air laut dan reaksi-rekasi kimia yang terjadi di dalam dan dasar laut. Biologi oceanografi adalah ilmu yang mengakaji semua makhluk hidup yang hidup di lautan. Dalam mengetahui dan memahami mengenai fenomena-fenomena oceanografi yang terjadi di laut, tentunya tida cukup hanya dengan teori-teori yang diberikan daam perkuliahan di kelas saja, karena arus di dasari dengan kegiatan langsung di lapangan. Oleh karena itu, perlu di dukung degan kegiatan praktek di lapangan agar para mahasiswa dapat dibekali pengetahuan khususnya keterampilan dalam
  • 2. 2 menggunakan peralatan pengukuran parameter oceanografi, teknik pengamblan data, pengolahan data, analisis data dan pembuatan laporan praktek, yang pada ahirnya mahasiswa dapat dengan jelas mengetahui dan memahami karakteristik oceanografi pada suatu daerah atau kawasan laut. B. Tujuan Praktek Adapun tujuan dari praktek lapangan ini adalah sebagai berikut : 1. Memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam menggunakan peralatan pengukuran oceanografi, khususnya oceanografi fisik, oceanografi kimia dan geomorflogi pantai, teknik pengambilan data, pengolahan dan analisis data serta pembuatan laporan hasil rakek. 2. Mengetahui dan memahami karateristik oceanografi fisik, oceanografi kimia dan morfologi pantai pada suatu daerah yang menjadi lokasi praktek. C. Kegunaan Praktek Kegunaan dari praktek ini, yaitu : 1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa alam penguasaan bidang oceanografi fisik, oceanografi kimia maupun gemorflogi pantai, baik secara teori maupun praktek di lapangan. 2. Data yang dihasilkan dapat menjadi data dasar, bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak terkait yang mebutuhkan data informasi tersebut. D. Ruang Lingkup Praktek Ruang lingkup praktek ini dibatasi ole parameter oceanografi fisik, oceanografi kimia dan geomorfologi pantai. Adapun parameter tersebut meliputi: 1. Pasang Surut (Tide) 2. Gelombang (Wave) 3. Arus (current) 4. Kedalaman Perairan (Deppness of Territorial Water) 5. Angin (Wind) 6. Suhu (Temprature) 7. Kecerahan (Visibility)
  • 3. 3 8. Salinitas (Salinity) 9. Sedimen (Sediment) 10. Pemetaan Topografi Pantai ( Coast line and Coastal Inclination Mapping) 11. pH 12 DO ( Dissolve Oxygen ) 13. Observasi Biologi ( Vegetation )
  • 4. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasang Surut Pasang surut adalah perubahan atau perbedaan permukaan laut yang terjadi secara berulang dengan periode tertentu karena adanya gerakan dari benda-benda angkasa yaitu rotasi bumi pada sumbunya, peredaran bulan mengelilingi bumi dan peredaran bulan mengelilingi matahari. Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi, dimana gaya tarik bulan yang mempengaruhi pasang surut adalah 2,2 kali lebih besar daripada gaya tarik matahari. Secara statistik, Bulan menyebabkan hampir 70% efek pasang surut. Sedangkan matahari memiliki pengaruh sebesar 30%. Gaya-gaya pembangkit pasang surut disebabkan oleh gaya tarik menarik antara bumi, bulan dan matahari. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibandingkan matahari dikarena kan posisi bulan lebih dekat ke bumi, walaupun massa bulan jauh lebih kecil dari pada matahari. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari . Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut (tidal range). Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Periode pasang laut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Panjang periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit. Secara umum terdapat empat tipe dasar pasang surut yang didasarkan pada periode dan keteraturannya, pasang-surut di Indonesia dapat dibagi menjadi empat jenis yakni pasang-surut harian tunggal (diurnal tide), harian ganda (semidiurnal tide) dan dua jenis campuran.
  • 5. 5 1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide) Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hamper sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Jenis harian tunggal misalnya terdapat di perairan sekitar selat Karimata, antara Sumatra dan Kalimantan. 2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide) Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pada jenis harian ganda misalnya terdapat di perairan Selat Malaka sampai ke Laut Andaman. 3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal) Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Pada pasang-surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide, prevailing semidiurnal) misalnya terjadi di sebagian besar perairan Indonesia bagian timur. 4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal) Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Sedangkan jenis campuran condong ke harian tunggal (mixed tide, prevailing diurnal) contohnya terdapat di pantai selatan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat. Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang surut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang surut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera. Sedangkan menurut kedudukan bumi terhadap bulan dan matahari, pasang surut terdiri atas dua jenis, yaitu :
  • 6. 6 1. Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama. 2. Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4. B. Gelombang Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang laut disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang. Gelombang dipengaruhi oleh banyak faktor : 1. Angin : a. Kecepatan angin b. Panjang/jarak hembusan angin c. Waktu (lamanya) hembusan angin 2. Geometri laut (topografi atau profil laut dan bentuk pantai) 3. Gempa (apabila terjadi tsunami) – sangat kecil/minor Terlihat diatas bahwa pada kenyataan gelombang laut lebih banyak dipengaruhi oleh faktor kondisi atmosfer. Kondisi angin in tentusaja salah satu- nya cuaca yaitu kondisi sesaat dari atmosfer meliputi : suhu, tekanan (angin), uap air (awan) dan hujan. Ketinggian dan periode gelombang tergantung kepada panjang fetch pembangkitannya. Fetch adalah jarak perjalanan tempuh gelombang dari awal pembangkitannya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut.
  • 7. 7 Semakin panjang jarak fetchnya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar. Angin juga mempunyai pengaruh yang penting pada ketinggian gelombang. Angin yang lebih kuat akan menghasilkan gelombang yang lebih besar. Gelombang yang menjalar dari laut dalam (deep water) menuju ke pantai akan mengalami perubahan bentuk karena adanya perubahan kedalaman laut. Apabila gelombang bergerak mendekati pantai, pergerakan gelombang di bagian bawah yang berbatasan dengan dasar laut akan melambat. Ini adalah akibat dari friksi/gesekan antara air dan dasar pantai. Sementara itu, bagian atas gelombang di permukaan air akan terus melaju. Semakin menuju ke pantai, puncak gelombang akan semakin tajam dan lembahnya akan semakin datar. Fenomena ini yang menyebabkan gelombang tersebut kemudian pecah. Gelombang/ombak yang terjadi di lautan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam tergantung kepada gaya pembangkitnya. Pembangkit gelombang laut dapat disebabkan oleh: 1. Angin , menimbulkan gelombang angin 2. Gaya tarik menarik bumi-bulan-matahari menimbulkangelombang pasang- surut 3. Gempa (vulkanik atau tektonik) di dasar laut menyebabkangelombang tsunami 4. Ataupun gelombang yang disebabkan oleh gerakan kapal. Bila dipandang dari sisi sifat-sifatnya, ada dua tipe gelombang, yaitu: 1. Gelombang pembangun/pembentuk pantai (Constructive wave). Yang termasuk gelombang pembentuk pantai, bercirikan mempunyai ketinggian kecil dan kecepatan rambatnya rendah. Sehingga saat gelombang tersebut pecah di pantai akan mengangkut sedimen (material pantai). Material pantai akan tertinggal di pantai (deposit) ketika aliran balik dari gelombang pecah meresap ke dalam pasir atau pelan-pelan mengalir kembali ke laut. 2. Gelombang perusak pantai (Destructive wave).
  • 8. 8 Sedangkan gelombang perusak pantai biasanya mempunyai ketinggian dan kecepatan rambat yang besar (sangat tinggi). Air yang kembali berputar mempunyai lebih sedikit waktu untuk meresap ke dalam pasir. Ketika gelombang datang kembali menghantam pantai akan ada banyak volume air yang terkumpul dan mengangkut material pantai menuju ke tengah laut atau ke tempat lain. C. Arus 1. Pengertian dan Jenis arus Arus adalah proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang menyebabkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air. Gerakan tersebut merupakan resultan dari beberapa gaya yang bekerja dan beberapa factor yang mempengaruhinya. Arus laut (sea current) adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal maupun horisontal. Adapun Jenis Arus, adalah sebagai berikut: Menurut letaknya arus dibagi menjadi dua, yaitu : a. Arus atas Arus atas adalah arus yang bergerak di permukaan laut, bergerak dengan arah horizontal dan dipengaruhi oleh pola sebaran angin. b. Arus bawah (Deep-water Circulation) adalah arus yang bergerak dibawah permukaan laut arah pergerakannya tidak dipengaruhi oleh pola sebaran angin dan membawa massa air dari daerah kutub ke daerah ekuator. Faktor utama yang mengendalikan gerakan massa air laut di kedalaman samudera adalah densitas air laut. Perbedaan densitas diantara dua massa air laut yang berdampingan menyebabkan gerakan vertikal air laut dan menciptakan gerakan massa air laut-dalam(deep-water masses) yang bergerak melintasi samudera secara perlahan. Gerakan massa air laut-dalam tersebut kadang mempengaruhi sirkulasi permukaan. Menurut suhunya kita mengenal adanya arus panas dan arus dingin. Arus panas adalah arus yang bila suhunya lebih panas dari daerah yang dilalui.
  • 9. 9 Sedangkan arus dingin adalah arus yang suhunya lebih dingin dari daerah yang dilaluinya. Berdasarkan penyebab terjadinya arus dibagi menjadi : a. Arus Ekman; Arus yang dipengaruhi oleh angin b. Arus termohaline : Arus yang dipengaruhi oleh densitas dan gravitasi c. Arus pasut : Arus yang dipengaruhi oleh pasut d. Arus Geostropik : Dipengaruhi oleh gradien tekanan mendatar dan gaya coriolis e. Wind Driven Current : Dipengaruhi oleh pola pergerakan angin dan terjadi pada lapisan permukaan 2. Pembangkit Arus Terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut, gradien tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. Sedangkan faktor eksternal seperti gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi, gaya tektonik dan angin. Gaya-gaya utama yang berperan dalam sirkulasi massa air adalah gaya gradien tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya gesekan, dan gaya sentrifugal. Faktor penyebab terjadinya arus yaitu dapat dibedakan menjadi tiga komponen yaitu gaya eksternal, gaya internal angin, gaya-gaya kedua yang hanya datang karena fluida dalam gerakan yang relatif terhadap permukaan bumi. Dari gaya- gaya yang bekerja dalam pembentukan arus antara lain tegangan angin, gaya Viskositas, gaya Coriolis, gaya gradien tekanan horizontal, gaya yang menghasilkan pasut. Pond dan Pickard 1983 mengklasifikasikan gerakan massa air berdasarkan penyebabnya, terbagi atas :
  • 10. 10 a. Gerakan dorongan angin Angin adalah factor yang membangkitkan arus, arus yang ditimbulkan oleh angin mempunyai kecepatan yang berbeda menurut kedalaman. Kecepatan arus yang dibangkitkan oleh angin memiliki perubahan yang kecil seiring pertambahan kedalaman hingga tidak berpengaruh sama sekali. b. Gerakan termohalin Perubahan densitas timbul karena adanya perubahan suhu dan salinitas anatara 2 massa air yang densitasnya tinggi akan tenggelam dan menyebar dibawah permukaan air sebagai arus dalam dan sirkulasinya disebut arus termohalin (thermohaline circulation). a. Arus Pasut Arus yang disebabkan oleh gaya tarik menarik antara bumi dan benda benda angkasa. Arus pasut ini merupakan arus yang gerakannya horizontal. b. Turbulensi Suatu gerakan yang terjadi pada lapisan batas air dan terjadi karena adanya gaya geseka antar lapisan c. Tsunami Sering disebut sebagai gelombang seismic yang dihasilkan dari pergeseran dasar laut saat etrjadi gempa. Gelombang lain ; Internal, Kelvin dan Rossby/Planetary 3. Gaya coriolis dan arus Ekman Ketika angin berhembus di laut, energi yang ditransfer dari angin ke batas permukaan, sebagian energi ini digunakan dalam pembentukan gelombang gravitasi permukaan, yang memberikan pergerakan air dari yang kecil kearah perambatan gelombang sehingga terbentuklah arus dilaut. Semakin cepat kecepatan angin, semakin besar gaya gesekan yang bekerja pada permukaan laut, dan semakin besar arus permukaan. Dalam proses gesekan antara angin dengan
  • 11. 11 permukaan laut dapat menghasilkan gerakan air yaitu pergerakan air laminar dan pergerakan air turbulen. Gaya Coriolis mempengaruhi aliran massa air, dimana gaya ini akan membelokkan arah arus dari arah yang lurus. Gaya Coriolis juga yang menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan arah arus yang kompleks susunannya yang terjadi sesuai dengan makin dalamnya kedalaman suatu perairan. Pada umumnya tenaga angin yang diberikan pada lapisan permukaan air dapat membangkitkan timbulnya arus permukaan yang mempunyaai kecepatan sekitar 2% dari kecepatan angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang cepat sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman perairan dan akhirnya angin tidak berpengaruh sama sekali terhadap kecepatan arus pada kedalaman 200m. Pada saat kecepatan arus berkurang, maka tingkat perubahan arah arus yang disebabkan oleh gaya Coriolis akan meningkat. Hasilnya akan dihasilkan sedikit pembelokan dari arah arus yang relaif cepat dilapisan permukaan dan arah pembelokanya menjadi lebih besar pada aliran arus yang kecepatanya makin lambat dan mempunyai kedalaman makin bertambah besar. Akibatnya akan timbul suatu aliran arus dimana makin dalam suatu perairan maka arus yang terjadi pada lapisan-lapisan perairan akan makin dibelokan arahnya. Hubungan ini dikenal sebagai Spiral Ekman. D. Kedalaman Perairan Kedalaman air laut biasanya diukur dengan menggunakan echo sounder atau CTD (Conductivity, Temperature, Depth) atau dengan alat fishfinder. Kedalaman yang diukur dengan menggunakan CTD didasarkan pada harga tekanan. Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas. Semakin ke dalam, tekanan air laut akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh semakin besarnya gaya yang bekerja pada lapisan yang lebih dalam. Satuan dari tekanan dalam cgs adalah dynes/cm2, sedangkan dalam mks adalah Newton/m2. Satu Pascal sama dengan satu Newton/m2. Dalam oseanografi, satuan tekanan yang digunakan
  • 12. 12 adalah desibar (disingkat dbar), dimana 1 dbar = 10-1 bar = 105 dynes/cm2 = 104 Pascal. Gaya akibat tekanan bekerja dari tekanan yang berbeda pada satu titik ke titik lainnya. Gaya ini bekerja dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Di laut, gaya gravitasi yang bekerja (ke arah bawah) akan diimbangi oleh gaya akibat adanya perbedaan tekanan tersebut (ke arah atas), sehingga air yang bergerak ke bawah tidak akan mengalami percepatan. Tekanan pada satu kedalaman bergantung pada massa air yang berada di atasnya. Persamaan yang digunakan untuk mengukur harga kedalaman dari harga tekanan adalah persamaan hidrostatis, yaitu dp=ρ*g*dh, dimana dp=perubahan tekanan, ρ=densitas air laut, g=percepatan gravitasi, dan dh=perubahan kedalaman. Jadi, jika tekanan berubah sebesar 100 dbar, dengan harga percepatan gravitasi g=9.8 m/det2 dan densitas air laut ρ=1025 kg/m3, maka perubahan kedalamannya adalah 99,55 meter. Variasi tekanan di laut berada pada kisaran nol (di permukaan) hingga 10.000 dbar (di kedalaman paling dalam). E. Angin Angin yaitu udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara(tekanan tinggi ke tekanan rendah) di sekitarnya. Angin merupakan udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dari suhu udara yang rendah ke suhu udara yang tinggi. Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya berkurang. Udara dingin disekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Diatas tanah udara menjadi penas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan konveksi. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah
  • 13. 13 yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Perbedaan suhu dan tekanan udara akan terjadi antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, yang berakibat akan terjadi aliran udara pada wilayah tersebut. Alat-alat untuk mengukur angin antara lain: 1. Anemometer, adalah alat yang mengukur kecepatan angin. 2. Wind vane, adalah alat untuk mengetahui arah angin. 3. Windsock, adalah alat untuk mengetahui arah angin dan memperkirakan besar kecepatan angin. Yang biasanya banyaditemukan di bandara – bandara. Angin merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi sirkulasi air laut dan pembangkit gelombang. Angin adalah factor yang membangkitkan arus, arus yang ditimbulkan oleh angin mempunyai kecepatan yang berbeda menurut kedalaman. Kecepatan arus yang dibangkitkan oleh angin memiliki perubahan yang kecil seiring pertambahan kedalaman hingga tidak berpengaruh sama sekali. F. Suhu Dalam oseanografi dikenal dua istilah untuk menentukan temperatur air laut yaitu temperatur insitu (selanjutnya disebut sebagai temperatur saja) dan temperatur potensial. Temperatur adalah sifat termodinamis cairan karena aktivitas molekul dan atom di dalam cairan tersebut. Semakin besar aktivitas (energi), semakin tinggi pula temperaturnya. Temperatur menunjukkan kandungan energi panas. Energi panas dan temperatur dihubungkan oleh energi panas spesifik. Energi panas spesifik sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai jumlah energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur dari satu satuan massa fluida sebesar 1o. Jika kandungan energi panas nol (tidak ada aktivitas atom dan molekul dalam fluida) maka temperaturnya secara absolut juga nol (dalam skala Kelvin). Jadi nol dalam skala Kelvin adalah suatu kondisi dimana sama sekali tidak ada aktivitas atom dan molekul dalam suatu fluida. Temperatur air laut di permukaan ditentukan oleh adanya pemanasan (heating) di
  • 14. 14 daerah tropis dan pendinginan (cooling) di daerah lintang tinggi. Kisaran harga temperatur di laut adalah -2o s.d. 35oC. Tekanan di dalam laut akan bertambah dengan bertambahnya kedalaman. Sebuah parsel air yang bergerak dari satu level tekanan ke level tekanan yang lain akan mengalami penekanan (kompresi) atau pengembangan (ekspansi). Jika parsel air mengalamai penekanan secara adiabatis (tanpa terjadi pertukaran energi panas), maka temperaturnya akan bertambah. Sebaliknya, jika parsel air mengalami pengembangan (juga secara adiabatis), maka temperaturnya akan berkurang. Perubahan temperatur yang terjadi akibat penekanan dan pengembangan ini bukanlah nilai yang ingin kita cari, karena di dalamnya tidak terjadi perubahan kandungan energi panas. Untuk itu, jika kita ingin membandingkan temperatur air pada suatu level tekanan dengan level tekanan lainnya, efek penekanan dan pengembangan adiabatik harus dihilangkan. Maka dari itu didefinisikanlah temperatur potensial, yaitu temperatur dimana parsel air telah dipindahkan secara adiabatis ke level tekanan yang lain. Di laut, biasanya digunakan permukaan laut sebagai tekanan referensi untuk temperatur potensial. Jadi kita membandingkan harga temperatur pada level tekanan yang berbeda jika parsel air telah dibawa, tanpa percampuran dan difusi, ke permukaan laut. Karena tekanan di atas permukaan laut adalah yang terendah (jika dibandingkan dengan tekanan di kedalaman laut yang lebih dalam), maka temperatur potensial (yang dihitung pada tekanan permukaan) akan selalu lebih rendah daripada temperatur sebenarnya. Keadaan suhu perairan laut banyak ditentukan oleh penyinaran matahari yang disebut proses insolation. Pemanasan di daerah tropik/khatulistiwa akan berbeda dengan hasil pemanasan di daerah lintang tengah atau kutub. Oleh karena bentuk bumi bulat, di daerah tropis sinar matahari jatuh hampir tegak lurus, sedangkan di daerah kutub umumnya menerima sinar matahari dengan sinar yang condong. Sinar jatuh condong bidang jatuhnya akan lebih luas dari pada sinar jatuh tegak. Selain oleh kemiringan sinar jatuh, di daerah kutub banyak sinar
  • 15. 15 dipantulkan kembali ke atmosfer sehingga semakin menambah dingin keadaan suhu di daerah kutub. Namun walaupun di daerah tropis lebih panas dari kutub, daerah tropis memiliki suhu air lebih rendah dibandingkan suhu air laut di daerah subtropis. Hal ini karena faktor keawanan yang menutupi di daerah tropis banyak awan yang menutupi dibandingkan dengan di daerah subtropik. Awan banyak menyerap sinar datang dan menimbulkan nilai kelembaban udara yang tinggi. Adapun di daerah subtropik, insolation yang tinggi tidak diikuti oleh kelembaban dan keawanan sehingga di daerah ini lebih panas.Berdasarkan kedalamannya, sinar matahari banyak diserap oleh lapisan permukaan laut hingga kedalaman antara 200 – 1000 meter suhu turun secara drastis, dan pada daerah yang terdalam bisa mencapai suhu kurang dari 2 °C. Pola suhu di perairan laut pada umumnya: 1. Makin ke kutub makin dingin. Pada permukaan samudera, umumnya dari khatulistiwa berangsur-angsur dingin sampai ke laut-laut kutub, di khatulistiwa ± 28° C, pada laut-laut kutub antara 0° sampai 2° C. 2. Makin ke bawah makin dingin Panas matahari hanya berpengaruh di lapisan atas saja. Di dasar samudera rata- rata 2oC (juga di dasar samudera daerah tropik). Sebab yang utama adalah karena air dingin yang berasal dari daerah kutub mengalir kearah khatulistiwa. Laut yang tidak dipengaruhi arus dingin suhunya tinggi. Laut Tengah misalnya sampai jauh ke bawah, suhunya 130 C (karena ambang Jibraltar menghambat arus dingin dari Atlantik). G. Kecerahan dan Kekeruhan Kecerahan air laut ditentukan oleh kekeruhan air laut itu sendiri dari kandungan sedimen yang dibawa oleh aliran sungai. Pada laut yang keruh, radiasi sinar matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuhan laut akan kurang dibandingkan dengan air laut jernih. Pada perairan laut yang dalam dan
  • 16. 16 jernih, fotosintesis tumbuhan itu mencapai 200 meter, sedangkan jika keruh hanya mencapai 15 – 40 meter. Laut yang jernih merupakan lingkungan yang baik untuk tumbuhnya terumbu karang dari cangkang binatang koral. Air laut juga menampakan warna yang berbeda-beda tergantung pada zat- zat organik maupun anorganik yang ada. Ada beberapa warna-warna air laut karena beberapa sebab: 1. Pada umumnya lautan berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang bergelombang pendek (sinar biru) dipantulkan lebih banyak dari pada sinar lain. 2. Warna kuning, karena di dasarnya terdapat lumpur kuning, misalnya sungai kuning di Cina. 3. Warna hijau, karena adanya lumpur yang diendapkan dekat pantai yang memantulkan warna hijau dan juga karena adanya planton-planton dalam jumlah besar. 4. Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup es seperti di laut kutub utara dan selatan. 5. Warna ungu, karena adanya organisme kecil yang mengeluarkan sinar-sinar fosfor seperti di laut ambon. 6. Warna hitam, karena di dasarnya terdapat lumpur hitam seperti di laut hitam 7. Warna merah, karena banyaknya binatang-binatang kecil berwarna merah yang terapung-apung. H. Salinitas Salinitas atau kadar garam ialah banyaknya garam-garaman (dalam gram) yang terdapat dalam 1 Kg (1000 gr) air laut, yang dinyatakan dengan ‰ atau perseribu. Yang dimaksud salinitas tidak termasuk partikel –partikel suspensi atau material padat yang berhubungan langsung dengan air sebab material – material tersebut tidak larut dalam air.Air laut memiliki salinitas sekitar 3,5 %, yakni sekitar 220 kali salinitas air tawar. Salinitas seringkali di ekspresikan dengan
  • 17. 17 satuan part per milion (‰) sehingga angka salinitas air laut menjadi 35 ‰. Artinya, dalam 1000 gram air laut mengandung 35 gram garam. Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam. Salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida. Salinitas umumnya stabil, walaupun di beberapa tempat terjadi fluktuasi. Laut Mediterania dan Laut Merah dapat mencapai 39 ‰ – 40 ‰ yang disebabkan banyak penguapan, sebaliknya dapat turut dengan drastis jika turun hujan. Laut yang memiliki kadar garam yang rendah banyak dijumpai di daerah-daerah yang banyak muara sungainya. Pada musim barat, laut di di Asia Tenggara mulai dari bulan Desember – Mei di Teluk Thailand dan bagian timur laut Pantai Sumatera mempunyai nilai kadar garam yang rendah. Tinggi rendahnya kadar garam (salinitas) sangat tergantung kepada faktor- faktor berikut : 1. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya. 2. Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi.
  • 18. 18 3. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi. I. Sedimen sedimen adalah pecahan, mineral, atau material organik yang ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es, atau oleh air dan juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia. sedimentasi adalah proses pembentukan sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut dalam. Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber yang dibedakan menjadi empat yaitu : 1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan jika energi tertrransforkan telah melemah. 2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami dekomposisi. 3. Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit. 4. Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang bersal dari berbagai sumber dan masuk ke laut melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa , aktifitas gunung api atau berbagai partikel
  • 19. 19 darat yang terbawa angin. Material yang bersal dari luarangkasa merupakan sisa- sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut. Sedimen yang bersal dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus berupa debu volkanin, atau berupa fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang bersal dari partikel di darat dan terbawa angin banyak terjadi pada daerah kering dimana proses eolian dominan namun demikian dapat juga terjadi pada daerah sub tropis saat musim kering dan angin bertiup kuat. Dalam hal ini umumnya sedimen tidak dalam jumlah yang dominan dibandingkan sumber-sumber yang lain.Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir menjadi sedimen. Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia yang terjadi sepanjang kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi sedimen, zat tersebut melayang-layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar lautpun , sedimen tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan laut dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami erosi dan tersusfensi kembali oleh arus bawah sebelum kemudian jatuh kembali dan tertimbun. Terjadi reaksi kimia antara butir-butir mineral dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar laut dan reaksi tetap berlangsung penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap di antara butiran mineral. J. Topografi Pantai Topografi pantai dipengaruhi oleh bebrapa faktor, misalnya besarnya daya abrasi pantai yang disebabkan oleh gelombang dan angin, vegetasi pantai dan kegiatan air laut. Abrasi di laut adalah merupakan proses terjadinya pengikisan daratan (erosi) oleh gelombang sehingga menyebabkan hanyutnya substrat dan berkurangnya luas daratan. Jika proses erosi berlangsung di pulau-pulau yang relatif kecil dengan vegetasi yang terbatas, maka menyebabkan pulau tersebut tenggelam. Indikasi terjadinya abrasi dan penciutan luas pulau-pulau kecil dapat ditemukan di Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan. Kepulauan Spermonde
  • 20. 20 terdiri dari 207 pulau-pulau kecil yang terletak di Pantai Barat Kota Makassar. Luas wilayah diperkirakan sekitar 14.000 km2 Gelombang merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap ekosistem yang berada di daerah pesisir pantai dan laut. Pengertian gelombang sesungguhnya sangat sulit untuk didefenisikan, mengingat begitu kompleksnya proses-proses yang berlangsung dan begitu banyaknya faktor lingkungan yang terlibat. Namun secara sangat sederhana dapat dikatakan bahwa gelombang adalah merupakan rambatan atau perpindahan energi melalui badan air. Gelombang laut memiliki kekuatan besar yang dapat menyebabkan abrasi di tepi pantai, terutama Tsunami. Secara ekologi gelombang laut tidak selamanya bersifat merugikan karena gelombang laut memiliki peran yang sangat penting untuk menyebarkan biji/buah/benih tumbuhan pantai seperti benih kelapa, buah mangrove, buah pandan dan lain-lain. Besar kecilnya gelombang di suatu daaerah/pulau, selain ditentukan oleh bentuk dan topografi pantai juga ditentukan oleh posisi pulau atau daerah tersebut. Daerah yang secara langsung berada di tengah lautan terbuka atau ditepi samudera yang besar akan memiliki ombak yang lebih kuat. Sedangkan pulau yang berada dekat daratan utama atau di daerah bagian dalam kepulauan seperti laut Jawa akan memiliki ombak yang lebih tenang.
  • 21. 21 BAB III METODE PRAKTEK A. Waktu dan Tempat Praktek Lapang mata kuliah oceanografi ini dilaksanakan di pulau saugi desa mattiro baji, kecamatan liukang tupabiring utara, kabupaten pangkep selama 3 hari, dimulai pada hari Jumat, 9 Desember 2016 sampai dengan hari Minggu, 11 Desember 2016. B. Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan di lapangan : 1. Tiang skala NST 1 cm 2. Alat tulis untuk mencatat hasil data 3. Stopwatch 4. GPS 5. Kompas manual dan kompas geologi 6. Layang arus 7. Ecosounder untuk mengukur kedalaman 8. Hand Anemometer 9. Layangan modif 10. Termometer 11. Seicidisk 12. Salinometer 13. Grab Sampler Sediment 14. Hand Refractometer 15. Kertas lakmus / indicator universal 16. DO meter (Dissolve Oxygen) 17. Klinometer 18. Roll Meter 19. Peta Lokasi Pulau Saugi
  • 22. 22 Alat dan bahan yang digunakan di laboratorium : 1. Sample sediment 2. Kertas nasi ( 1 sedimen = 8 kertas nasi ) 3. Cawan petri 4. Label 5. Kertas Koran 6. Alat tulis 7. Lidi / pembatas 8. Timbangan digital 9. Shieve net 10. Sikat bulu / toothwash C. Teknik Pengambilan Data Teknik pengambilan data untuk masing-masing parameter dijelaskan sebagai berikut: 1. Pasang Surut a. Menentukan lokasi yang representatif untuk pemasangan tiang pasut (tiang skala) dan mencatat posisinya. b. Memasang tiang pasut pada daerah yang diperkirakan tetap tergenang air apabila air surut, jika lokasi tersebut kering pada saat surut, maa perlu memasang rambu pasut yang lain pada daerah yang tergenang air (perlu diingat untuk mengukur beda tinggi antara tiang pasut pertam dn rambu pasut kedua). c. Mencatat tinggi muka air dengan interval 1 jm selama 39 jam (pengkuran priode jangka pendek), yang dimulai pada pukul 16.00 waktu setempat. 2. Gelombang a. Menentukan stasiun pengambilan data gelombang yang representatif dan mencatat posisinya.
  • 23. 23 b. Melakukan pengukuran gelombang pada setiap lokasi yang telah ditentukan (gelombang sebelum pecah), meliputi : tinggi gelombang, waktu pengukuran, lama pengukuran, arah datang gelombang dan arah garis pantai dari gelombang. c. Untuk pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan cara mengukur tinggi muka air saat puncak dan saat lembah dengan menggunakan tiang skala. Selisih puncak dan lembah, itulah tinggi gelombang. Jumlah pengukuran puncak dan lembah disesuaikan dengan lama waktu pengamatan yang telah ditentukan (3-5 menit). d. Pengukuran gelombang ini dilakukan pada waktu pagi, siang dan sore hari. 3. Arus a. Mencatat posisi dan melakukan pengukuran arah dan kecepatan arus pada beberapa stasiun di daerah laut dangkal maupun laut dalam. b. Untuk pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan menggunakan layang- layng arus, yakni dengan menetapkan jarak tempuh layang-layng arus (5 meter), kemudia mengukur waktu tempuhlayang-layang arus tersebut. Arah arus ditentukan dengan menggunakan kompas, dengan men-shoot arah pergerakan layang-layang arus. 4. Kedalaman a. Pengambilan data kealaman dilakukan dengan menggunakan perahu dengan metode zig-zag. Catat posisi dan waktu pengambilan data. b. Pengukuran kedalaman menggunakan alat Fishfinder. Dengan menurunkan sensor alat tersebut ke perairan, maka pada layar tampilan fishsinder akan nampak nilai kedalaman. Nilai tersebit kemudian dikurangkan dengan nlai kedalaman sensor. c. Hasil pengukuran kedalaman akan dikoreksi dengan MSL (Mean Sea Level) pasang surut.
  • 24. 24 5. Angin a. Pengukuran angin menggunak alat Hand Anemometer, dilakukan di beberapa stasiun. Catat posisi dan waktu pengukuran. b. Pembacaan kecepatan angin dilakukan pada tampiln yang tertera pada alat tersebut. Untuk arah angin, dignakan layang-layang angin modifikasi. 6. Kecerahan a. Pengukuran kecerahan menggunakan alat seichi disk, dilakukan di beberapa stasiun. Catat posisi dan waktu pengukuran. b. Menenggelamkan seichi disk hinga tepat pada saat seichi disk sudah tidak telihat oleh mata. c. Mengukur kedalaman seichi disk untuk memperoleh nilai kecerahan. 7. Suhu a. Pengukuran suhu dilakukan secara horisontal dan vertikal, secara horisonal dilakukan pada beberapa stasiun di daerah laut dangkal hingga ke laut dalam. b. Mencatat posisi dan waktu pengukuran. c. Mecatat hasil pengukuran suhu yang telah diperoleh. 8. Salinitas a. Pegukuran salinitas menggunakan alat Hand Refraktometer, dan dilakukan pada beberapa stasiun di daerah laut dangkal hingga laut dalam. b. Mencatat posisi dan waktu pengukuran. Jika menggunakan salinometer, dengan menggunakan embe diambil sampel air laut lalu celukan alat tersebut beberapa saat c. Kemudian mencatat penunjukan skalanya untuk memperoleh tingkat salinitasnya. 9. Sedimen a. Pengambilan sampel sedimen dasar perairan juga dilakukan dengan menggunakan Grab Sampler Sedimen yang dilakukan pada setiap stasiun. Catat posisi dan waktu pengamatan.
  • 25. 25 b. Sampel sedimen yang di dapatkan dimasukkan ke dalam kantong sedimen dan di beri label. c. Dilakukan analisa labratorium guna mengetahui jenis, ukuran sedimen dasar perairan. 10. pH a. Dilakukan dengan mengambil suatu wadah / ember lalu di tuangkan air . laut. Tunggu hingga air menjadi tenang, lalu celupkan kertas lakmus ( indicator universal ) ke air dan lihat perubahan warna pada kertas lakmus untuk menentukan nilai pH air laut. 11. DO ( Dissolve Oxygen ) a. Dilakukan dengan menggunakan alat manual DO meter. Caranya dengan mengambil suatu wadah / ember lalu di tuangkan air . laut. Tunggu hingga air menjadi tenang, lalu ujung alat DO meter dicelupkan di air laut, dan catat penunjukkan nilai DO air laut yang tertera dilayar alat DO meter tersebut. 12. Biologi ( Vegetation ) a. Dilakukan pengamatan vegetasi pantai di laut dan didarat, serta biota / tumbuhan yang mempengaruhi. Contohnya wilayah sebaran mangrove yang kerapatannya sama. Untuk menghitung kerapatan maka dibuatkan kotak ukuran 10 x 10 meter dan hitung jumlah mangrove yang terdapat diwilayah 10 x 10 meter tersebut, lalu kemudian dibagikan 10. Sehingga dapat diperoleh kerapatan mangrove tersebut. 13. Pemetaan Topography Pantai a. Dilakukan dengan cara menyusuri keseluruhan garis pantai serta mengukur kelerengan. Pemetaan garis pantai menggunakan GPS, roll meter dan kompas agar data titik koordinat, jarak dan arah dapat diperoleh untuk membuat peta topography, Pemetaan lereng menggunakan klinometer dan roll meter agar data lereng dan panjang lereng dapat diperoleh untuk membuat pemetaan lereng pantai dengan garis kontur secara manual.
  • 26. 26 Untuk pemetaan garis pantai, dilakukan metode stop and go, dicatat tiap posisi titik yang telah terekam oleh GPS, sedangkan untuk kemiringan pantai dari setiap stasiun /titik yang telah ditentukan dilakukan pengukuran jarak kedalaman dari garis pantai (x) dengan menggunakan roll meter dan kedalaman pada jarak tersebut (y) dengan tiang skala. Selain itu bisa juga dengan menggunakan aplikasi Surfer untuk pemetaan garis dan lereng pantai Analisis Laboratorium Sampel Sedimen Sampel sedimen di analisis di laboratorium dengan metode ASTM ( American Society for Testing and Materials), yakni ayaan kering dengan mengunakan sieve net ( ayakan sedimen). Adapun prosedurnya dalah sebagai berikut : a. Mengumpulkan sampel sedimen yang diperoleh dilapangan sesuai dengan lokasi masing-masing sampel, kemudia mencucuinya degan air tawar setelah itu dimasukkan ke dalam Beaker Glass. b. Memasukkan sampel yang telah dicuci ke dalam oven pengering pada suhu sekitar 120 oC selama kurang lebih 12 jam atau di jemur hingga keringa di bawah terik matahari hingga sampel benar-benar kering. c. Setelah kering , sampel tiap-tiap stasiun diambil sebanyak 100 gr dan diukur dengan timbangan digital sebagai berat awal. d. Mengayak sampel yang telah ditimbang dengan menggunakan sieve net bersusun berurutan dengan ukuran 2 mm, 1 mm, 0,5 mm, 0,25 mm, 0,0125 mm, 0,063 mm, dan < 0,063 mm, kemudian digerakkan secaa konstan selama kurang lebih 15 menit. e. Memisahkan sampel dari ayakan (untuk antisipasi tertingalnya butiran pada sieve net, maka disikat dengan sikat bulu secara perlahan ) kemudian masing-masing kategori ukuran ditimbang.
  • 27. 27 f. Selanjutnya memisahkan sampel hasil timbangan pada wadah masing- masing berdasarkan ukuran, lalu wadah tersebut diberi label sesuai dengan ukuran partikel sedimen. g. Prosedur tersebut dilakukan untuk masing-masing stasiun pengamatan. Sedangkan sampel sedimen yang lolos dari ayakan 0,063 mm di ambil untuk di analisis denga menggunakan metode pipet sehingga dapat mengetahui berat partikel sedimen yang berukuran < 0,063 mm, yaitu 0,015 mm dan 0,0039 mm. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan metode pengendapan dengan prosedur sebagai berkut: a. Mengambil sampel sedimen yang lolos dari ayakan 0,063 mm untuk mendapatkan berat partikel sedimen dengan ukuran 0,015 mm dan 0,039 mm. b. Memasukkan sampel tersebut ke dalam beaker glass, kemudian menuangkan 10 gram 0,01 N natrium Oksalat dan 5 gram 0,02 N Natrium Karbonat. c. Mengocok sampel sedimen tersebut, bila masih terjadi pengumpalan, menambahkan lagi zat kimia tersebut hinga pertikel sedimen betul-betul larut. d. memasukkan sampel tersebut ke dalam tabung slinder 1000 ml, dan menambahkan air hingga tepat pada batas 1000 ml. e. Setelah 7 menit 44 detik, sampel sedimen diambil dengan menggunaan pipet pada kedalaman 10 sm, sebanyak 20 ml, kemudian di letakkkan di atas cawan petri yang telah diukur beratnya. f. Selanjutnya menimbang sampel sedimen tersebut dengan timbangan digital, hasilnya kemudian dikurangkan dengan berat cawan petri yang telah diketahui bertanya. Sehingga di dapatlah berat sedimen yang beruuran 0,015 mm. g. Setela 2 jam 3 menit, sampel sedimen diambil lagi dengan menggunakan pipet pada kedalaman 10 cm sebanyak 20 ml kemudian diletakkan di atas cawan petri yang telah ditimbang beratnya.
  • 28. 28 h. Selanjutnya menimbang sampel tersebut dengan timbangan digital. Hasilnya emudian dikuragkan dengan berat cawan petri, sehingga di dapatah berat sedimen yang berukuran 0,0039 mm. Setelah hasil analisis butir sampel sedimen dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah pengelompokan klasifikasi yang disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan skala Wenworth dari masing-masing ukran butir sedimen. D. Pengolahan dan Analisis Data Cara pengolahan dan analisis data parameter oceanografi dapat dilihat sebagai berikut: 1. Pasang Surut a. Data pasang surut yang telah diperoleh selama priode 39 jam pengamatan (priode jangka pendek), nilainya pada tiap-tiap jam dikalikan dengan faktor pengali untuk mendapatkan nilai muka air pada tiap jamnya. b. Untuk mendapatkan nilai Mean Sea Level (MSL) tau mka air rata-rata digunakan rumus persamaan empiris sebagai berikut : MSL = ; MSL=Tinggi Muka Air Rata-Rata c. Nilai muka air pada setiap jam yang telah diperoleh kemudian di plot pada kertas grafik d. Berdasarkan hasil grafik yang diperoleh, tentukan tipe pasang surut yang terbentuk. ∑HiCi 39 t=1 ∑Ci 39 t=1
  • 29. 29 2. Gelombang Tinggi Gelombang : H = Puncak-Lembah Tinggi Gelombang Rata-Rata : H=H1+H2+H3+...HN N Priode Gelombang : T = t/N Panjang Gelombang : L = 1,56 x T2 Tinggi Gelombang Signifikan : H 1/3= Tinggi Gelombang Pecah : 0,56 Hb = H 1/3 0,2 H 1/3 3. Arus Kecepatan Arus Terukur (V): V= S = Jarak tempuh layang-layang arus T = Waktu tempuh layang-layang arus 4. Kedalaman perairan Δd = dt – ( ht – MSL) Keterangan : Δd = Kedalaman suatu titik pada dasar perairan dt = Kedalaman suatu itik pada dasar laut pada pukul t ht = ketinggian permukaan air pasut pada pukul t MSL = Mean Sea Level ∑Hu n/3 i=1 N / 3 L S t
  • 30. 30 5. Kemiringan Pantai Tg β = y/x Di mana, Tg β = Kemiringan Pantai Y = Kedalaman Perairan (m) X = jarak kedalaman dari garis pantai (m) Persentase kemiringan pantai, diperoleh dengan formula : Kemiringan (%) = Arc Tg β / 45x 100% 6. Kecerahan % Kecerahan = x 100% 7. Butiran sedimen Menghitung % berat sedimen pada metode ayakan : % Berat = x 100% Menghitung % berat sedimen pada metode pipet : % Berat = x 100% Menghitung % berat kumulatif : % kumulatif = % Berat 1 + % berat 2 Menentukan nilai sortasi (So) So = √ 𝑄1/𝑄3 Di mana, So = Nilai Sotasi Q1 = Kwartir Pertama Q3 = Kwartir Ketiga Untuk mengetahui nilai Q1, Q2, dan Q3 digunakan kertas semilog Panjang Tali Terukur (m) Nilai Kedalaman Berat Hasil ayakan (gr) Berat awal (gr) Berat Hasil Pemipetan (gr) Berat Awal (gr)
  • 31. 31 Klasifikasi Tingkatan nilai sortasi : No Keterangan Skala 1. Sangat baik 1,0 < So < 1,117 2. Baik 1,17 < So < 1,20 3. Cukup baik 1,20 < So < 1,35 4. Sedang 1,35 < So < 1, 875 5. Jelek 1,875 < So < 2,75 6. Sangat jelek So > 2,75
  • 32. 32 E. Bagan Alir Pelaksanaan Praktek Disetujui Tidak disetujui Persiapan Penentuan lokasi dan asistensi Pra praktek Penelusuran referensi dan literatur Persiapan peralatan dan Bahan praktek Pratek Lapangan Pengukuran Parameter Oceanografi Pasang surut, Gelombang, Arus, Kedalaman, Angin, Sedimentasi, Suhu, Pemetaan garis Pantai, Salinitas dan Kecerahan Analisis sampel sedimen di laboratorium Data hasil analisis sampel sedimen Data hasil pengukuran di lapanganPengolahan dan analisis data, pembuatan peta Hasil olahan dan analisis data, serta peta-peta Pembuatan laporan Pengumpulan laporan Laporan praktek Asistensi laporan Diperbaiki Gambar 7. Bagan Alir Pelaksanaan Praktek
  • 33. 33 F. Peta Lokasi Praktek Gambar 8. Peta Citra Lokasi Praktek Lapang
  • 34. 34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 4.1. Lapangan 1. Pasang surut Tabel 4.1 Hasil perhitungan kondisi Pasang Surut Pulau Saugi Posisi Hmax Hmin ∑HiCi ∑Ci MSL (cm)Lintang Bujur 4ᵒ46'03.3'' 119ᵒ27'46.9'' 204.5 150,8 6854.6 39 175.759 Sumber: Hasil Analisis Data Pasang Surut, Pulau Saugi 9 – 11 Desember 2016 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 TinggiMukaAir Pukul Grafik Pasang Surut PerairanPulau Saugi Kabupaten Pangkep 19.00 20.00 21.00 22.00 23.00 00.00 01.00 02.00 03.00 04.00 05.00 06.00 07.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00
  • 35. 35 2. Gelombang Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Data Gelombang Pulau Saugi Ttk . Waktu Posisi H T(s) L (cm) H 1/3 Hb Arah Lintang Bujur 1 Pagi 4°45'55,1" 119°27'45,1" 4.97 2.37 8.74 7.3 4.24 Siang 4°45'55,1" 119°27'45,1" 9.83 4.83 36.3 9 14.6 9.93 145 Sore 4°45'55,1" 119°27'45,1" 4.47 45.1 7 3182 11.1 19.27 2 Pagi 4°46'0,14" 119°27'35,8" 4.53 1.37 2.97 7.1 3.38 35 Siang 4°46'0,14" 119°27'35,8" 8.06 3.97 24.5 5 10.2 6.81 125 Sore 4°46'0,14" 119°27'35,8" 10.2 7 3.97 24.5 8 14.1 8.88 250 3 Pagi 4°46'0,35" 119°27'47,3" 3.2 4.09 26.1 4.8 3.77 270 Siang 4°46'0,35" 119°27'47,3" 1.5 4.13 26.6 0 2.3 2.09 220 Sore 4°46'0,35" 119°27'47,3" 9.17 4.1 26.2 2 12.5 8.12 250 4 Pagi 4°45'55,1" 119°27'45.1 8 4.08 25.9 6 11.4 7.52 25 Siang 4°45'55,1" 119°27'45.1 6.97 3.1 14.9 9 9.9 6.02 Sore 4°45'55,1" 119°27'45.1 3.7 4.09 26.0 9 5.9 4.48 271 Sumber: Hasil Analisis Data Gelombang, Pulau Saugi 9 – 11 Desember 2016 3. Arus a. Di Perahu
  • 36. 36 Tabel 4.3. Hasil Pengolahan Data Arus Di perairan Pulau Saugi Titik Posisi S (m) t (s) V (m/s) Arah (o)Lintang Bujur 1 4ᵒ46'06.5” 119ᵒ27'53'' 5 45.5 0.11 50ᵒ 2 4ᵒ46'11.6” 119ᵒ27'54.9” 5 62.5 0.08 84ᵒ 3 4ᵒ46'17.0” 119ᵒ27'56.8” 5 50 0.1 50ᵒ 4 4ᵒ45'54.5'' 119ᵒ27'57.5'' 5 250 0.02 104ᵒ 5 4ᵒ45'49.9'' 119ᵒ28'10.8'' 5 25 0.2 97ᵒ 6 4ᵒ45'46.2'' 119ᵒ28'21.6'' 5 50 0.1 231ᵒ 7 4ᵒ45'29.7'' 119ᵒ27'51.2'' 5 125 0.04 26ᵒ 8 4ᵒ45'40.2'' 119ᵒ27'48.2'' 5 125 0.04 18ᵒ 9 4ᵒ45'49.9'' 119ᵒ27'48.0'' 5 100 0.03 231ᵒ 10 4ᵒ45'59.1” 119ᵒ27'13.6” 5 250 0.02 261ᵒ 11 4ᵒ46'03.5” 119ᵒ27'20.1” 5 25 0.2 265ᵒ 12 4ᵒ46'04.1” 119ᵒ27'39.2” 5 100 0.05 231ᵒ Sumber: Hasil Analisis Data Arus, Pulau Saugi 9 – 11 Desember 2016 b. Di daerah Pesisir Pulau Saugi Tabel 4.4. Hasil Pengolahan Data Arus Di Pesisir Pulau Saugi Ttk Waktu Posisi S T (s) V (m/s) Arah (o)Lintang Bujur (m) 1 Pagi 4°45'55,1" 119°27'45,1" 5 m 267 s 0,02 m/s 240 Siang 4°45'55,1" 119°27'45,1" 5 m 267 s 0,03 m/s 240 Sore 4°45'55,1" 119°27'45,1" 5 m 135 s 0,02 m/s 110 2 Pagi 4°46'0,14" 119°27'35,8" 3 m 59 s 0,05 m/s 55° Siang 4°46'0,14" 119°27'35,8" 5 m 109 s 0,05 m/s Sore 4°46'0,14" 119°27'35,8" 5 m 136 s 0,03 m/s 343
  • 37. 37 3 Pagi 4°46'0,35" 119°27'47,3" 5 m 362 s 0,01 m/s 70° Siang 4°46'0,35" 119°27'47,3" 3 m 247 s 0,012 m/s Sore 4°46'0,35" 119°27'47,3" 5 m 299 s 0,08 m/s 49,1° 4 Pagi 4°45'55,1" 119°27'45.1" 5 m 178 s 0,03 m/s 125 Siang 4°45'55,1" 119°27'45.1" 5 m 322 s 0,02 m/s 24° Sore 4°45'55,1" 119°27'45.1" 5 m 538 s 0,01 m/s 310 Sumber: Hasil Analisis Data Arus, Pulau Saugi 9 – 11 Desember 2016 4. Angin a. Di Perahu Tabel 4.5. Hasil Pengolahan Data Angin Di Pesisir Pulau Saugi Titik Posisi Angin Lintang Bujur Arah Kecepatan 1 4ᵒ46'06.5” 119ᵒ27'53'' 55ᵒ 2.3 2 4ᵒ46'11.6” 119ᵒ27'54.9” 260ᵒ 2.7 3 4ᵒ46'17.0” 119ᵒ27'56.8” 248ᵒ 2 4 4ᵒ45'54.5'' 119ᵒ27'57.5'' 140ᵒ 1.4 5 4ᵒ45'49.9'' 119ᵒ28'10.8'' 270ᵒ 2.1 6 4ᵒ45'46.2'' 119ᵒ28'21.6'' 85ᵒ 1.5 7 4ᵒ45'29.7'' 119ᵒ27'51.2'' 170ᵒ 1.9 8 4ᵒ45'40.2'' 119ᵒ27'48.2'' 165ᵒ 1.8 9 4ᵒ45'49.9'' 119ᵒ27'48.0'' 140ᵒ 2.7 10 4ᵒ45'59.1” 119ᵒ27'13.6” 160ᵒ 1.8 11 4ᵒ46'03.5” 119ᵒ27'20.1” 165ᵒ 3.4 12 4ᵒ46'04.1” 119ᵒ27'39.2” 95ᵒ 3.9 Sumber: Hasil Analisis Data Angin, Pulau Saugi 9 – 11 Desember 2016 b. Di daerah Pesisir Pulau Saugi
  • 38. 38 Tabel 4.6. Hasil Pengolahan Data Angin Di Pesisir Pulau Saugi Ttk. Waktu Posisi Angin Arah Kecepatan Lintang Bujur 1 Pagi 4°45'55,1" 119°27'45,1" 80° 3,9 m/s Siang 4°45'55,1" 119°27'45,1" 130° 6,2 m/s Sore 4°45'55,1" 119°27'45,1" 148° 2 Pagi 4°46'0,14" 119°27'35,8" 5° 2,3 m/s Siang 4°46'0,14" 119°27'35,8" 274° 9,2 m/s Sore 4°46'0,14" 119°27'35,8" 205° - 3 Pagi 4°46'0,35" 119°27'47,3" 70,5° 2,7 m/s Siang 4°46'0,35" 119°27'47,3" 80° 3,7 m/s Sore 4°46'0,35" 119°27'47,3" 110° 0,3 m/s 4 Pagi 4°45'55,1" 119°27'45.1 25° 3,0 m/s Siang 4°45'55,1" 119°27'45.1 110° 0,3 m/s Sore 4°45'55,1" 119°27'45.1 100° Sumber: Hasil Analisis Data Angin, Pulau Saugi 9 – 11 Desember 2016 5. Suhu, Salinitas, Kedalaman, dan Kecerahan Tabel 4.7. Hasil Pengolahan Data Suhu, Salinitas, Kedalaman, dan Kecerahan Pulau Saugi Titik Posisi Suhu Salinitas Δd % Lintang Bujur (‰) Kecerahan 1 4ᵒ46'06.5” 119ᵒ27'53'' 32 36 8.53 24.61 2 4ᵒ46'11.6” 119ᵒ27'54.9” 33 30 7.67 11.15 3 4ᵒ46'17.0” 119ᵒ27'56.8” 33 31 7.31 26.4
  • 39. 39 Sumber: Hasil Analisis Data Suhu, Salinitas, Kedalaman, dan Kecerahan Pulau Saugi 9 – 11 Desember 2016 6. Kemiringan Garis pantai Tabel 4.8. Hasil Data Kemiringan garis pantai Titik Jarak Arah Titik Jarak Arah 0 – 1 4.17 110ᵒ 29 - 30 21.36 242ᵒ .1 – 2 10.91 40ᵒ 30 - 31 14.6 230ᵒ .2 – 3 6.85 297ᵒ 31 - 32 4.65 195ᵒ .3 – 4 6.78 210ᵒ 32 - 33 2.7 150ᵒ .4 – 5 4.15 278ᵒ 33 - 34 5.8 131ᵒ .5 – 6 2.44 355ᵒ 34 - 35 9.42 237ᵒ .6 – 7 15.59 290ᵒ 35 - 36 5.9 275ᵒ .7 -8 2.74 200ᵒ 36 - 37 8.98 130ᵒ .8 – 9 4.77 287ᵒ 37 - 38 25.92 110ᵒ .9 – 10 7.4 10ᵒ 38 - 39 44 125ᵒ .10 – 11 28.84 280ᵒ 39 - 40 6.65 40ᵒ 4 4ᵒ45'54.5'' 119ᵒ27'57.5'' 33 30 8.79 24.11 5 4ᵒ45'49.9'' 119ᵒ28'10.8'' 29 30 9.97 28.28 6 4ᵒ45'46.2'' 119ᵒ28'21.6'' 30 32 7.41 26.5 7 4ᵒ45'29.7'' 119ᵒ27'51.2'' 30 31 9.15 24.15 8 4ᵒ45'40.2'' 119ᵒ27'48.2'' 30 30 10.15 26.3 9 4ᵒ45'49.9'' 119ᵒ27'48.0'' 30 32 8.96 39.73 10 4ᵒ45'59.1” 119ᵒ27'13.6” 30 32 12.57 26.01 11 4ᵒ46'03.5” 119ᵒ27'20.1” 30 32 9.03 37.2 12 4ᵒ46'04.1” 119ᵒ27'39.2” 30 32 4.01 100
  • 40. 40 .11 -12 3.93 185ᵒ 40 - 41 87.3 125ᵒ .12 – 13 8.1 270ᵒ 41 - 42 17.1 90ᵒ 13 – 14 3.34 350ᵒ 42 - 43 49.4 82ᵒ 14 – 15 14.1 258ᵒ 43 - 44 59.93 50ᵒ 15 – 16 14 280ᵒ 44 - 45 2.76 135ᵒ 16 – 17 16.37 240ᵒ 45 - 46 11.11 50ᵒ 17 – 18 15.7 229ᵒ 46 - 47 9.76 322ᵒ 18 – 19 21.15 241ᵒ 47 - 48 13.87 56ᵒ 19 – 20 12.33 225ᵒ 48 - 49 5.34 138ᵒ 20 – 21 24.86 245ᵒ 49 - 50 80.5 48ᵒ 21 – 22 22.1 235ᵒ 50 - 51 5.9 127ᵒ 22- 23 26.86 245ᵒ 51 - 52 14.15 45ᵒ 23 – 24 6.17 243ᵒ 52 - 53 13.8 137ᵒ 24 – 25 15.7 245ᵒ 53 - 54 11.4 35ᵒ 25 – 26 9.6 155ᵒ 54 - 55 14.8 120ᵒ 26 – 27 5.24 240ᵒ 55 - 56 42.86 38ᵒ 27 – 28 5.15 335ᵒ 56 - 57 30.63 24ᵒ 28 – 29 32.35 245ᵒ 57 -58 10.2 313ᵒ 4.2. Labolatorium. a) Sedimen Di Perairan dekat Garis Pantai Tabel 4.9. Hasil Analisis Butir Sedimen di Labolatorium Pulau Saugi Titik Ukuran Butiran Sedimen Berat Cawan Kosong (gr) Berat Cawan + Sedimen (gr) Berat Sedimen (gr) % Berat Sedimen (gr) % Kumulatif 1 2,00 mm
  • 41. 41 1,18 mm 0,600 mm 0,212 mm 0,150 mm 0,106 mm 0,075 mm <0,075 mm 2 2,00 mm 60,70 64,97 4,27 4,27 100 1,18 mm 41,63 53,40 11,77 11,77 0,600 mm 63,95 96,63 30,68 32,68 0,212 mm 34,06 79,02 44,96 44,96 0,150 mm 60,84 63,88 3,04 3,84 0,106 mm 37,99 40,38 2,39 2,39 0,075 mm 40,48 40,51 0,03 0,03 <0,075 mm 55,64 55,70 0,06 0,06 3 2,00 mm 39,15 67,51 28,56 28,54 100 1,18 mm 40,53 62,52 22,13 22,13 0,600 mm 38,53 62,02 23,64 23,64 0,212 mm 38,47 58,59 20,29 20,29 0,150 mm 38,11 40,27 2,17 2,17 0,106 mm 41,48 43,80 2,23 2,3 0,075 mm 58,39 58,46 0,07 0,07 <0,075 mm 39,96 40,83 0,37 0,87 4 2,00 mm 52,85 59,19 6,34 6,34 99 1,18 mm 70,27 83,96 13,69 12,70 0,600 mm 60,78 105,23 44,45 44,47 0,212 mm 60,10 93,78 33,69 33,70 0,150 mm 64,07 65,35 1,28 1,76 0,106 mm 55,6 55,69 0,03 0,03 0,075 mm 58,42 58,42 0 0 Sumber: Hasil Pengambilan Sampel Sedimen Lapangan di Pulau Saugi, 9- 11 Desember 2016. b) Sedimen Pengukuran di Perahu Tabel 4.10. Hasil Analisis Butir Sedimen di Luar Perairan di Labolatorium Pulau Saugi Titik Ukuran Butiran Berat Cawan Berat Cawan + Berat Sedimen % Berat Sedimen % Kumulatif
  • 42. 42 Sedimen Kosong (gr) Sedimen (gr) (gr) (gr) 1 2,00 mm 39,09 56,17 17,08 17,094 17,094 1,18 mm 39,85 57,44 17,59 17,604 34,698 0,600 mm 42,48 65,12 23,65 23,659 58,357 0,212 mm 38,06 62,82 25,76 25,781 80,137 0,150 mm 38,44 63,89 5,35 5,354 89,492 0,106 mm 57,42 65,86 7,44 7,446 96,938 0,075 mm 38,52 38,7 0,18 0,180 97,118 <0,075 mm 40,49 43,37 2,88 2,88 100 2 2,00 mm 55,69 66,60 10,91 10,929 10,929 1,18 mm 53,59 68,48 14,89 14,915 25,844 0,600 mm 70,27 96,81 26,54 26,585 52,429 0,212 mm 63,98 100,97 36,99 37,083 89,482 0,150 mm 60,07 64,67 4,6 4,608 94,09 0,106 mm 58,41 62,24 3,83 3,837 97,927 0,075 mm 52,85 53,00 0,15 0,150 98,077 <0,075 mm 40,51 42,43 1,92 1,923 100 3 2,00 mm 41,66 72,49 03,82 30,85 99,98 1,18 mm 34,08 51,85 17,81 17,84 0,600 mm 40,50 58,29 17,74 17,75 0,212 mm 63,98 83,22 19,24 19,25 0,150 mm 60,07 64,80 4,73 4,732 0,106 mm 60,73 67,39 6,66 6,66 0,075 mm 55,66 55,77 0,11 0,10 <0,075 mm 52,85 55,67 2,82 2,8 4 2,00 mm 40,5691 53,6807 13,1116 13,1 13,1 1,18 mm 34,1202 59,5621 25,4419 25,40 38,5 0,600 mm 38,0862 65,1079 27,0217 27 65,5 0,212 mm 38,6781 48,9080 10,2299 10,2 75,7 0,150 mm 41,7180 61,4726 19,7546 19,71 95,42 0,106 mm 39,8842 41,4656 1,57139 1,56 96,97 0,075 mm 39,0082 40,6942 0,886 0,88 97,85 5 > 2,00 mm 38,02 48,99 10,97 10,97 99,11 2,00 mm 39,05 51,87 12,82 12,82 1,8 mm 38,41 57,88 19,47 19,47 0,6 mm 41,43 71,40 29,97 29,97 0,212 mm 37,98 51,73 13,75 13,75 0,150 mm 40,50 51,45 10,95 10,95 0,106 mm 37,05 37,18 0,13 0,13 <0,106 mm 41,66 42,71 1,05 1,05
  • 43. 43 6 > 2,00 mm 53,5 77,71 24,21 24,21 99.48 2,00 mm 60,7 71,81 11,11 11,11 1,8 mm 34,07 54,78 20,71 20,71 0,6 mm 40,49 61,72 21,23 21,23 0,212 mm 38,52 46,47 7,95 7,95 0,150 mm 39,83 48,4 8,57 8,57 0,106 mm 55,66 57,8 2,14 2,14 <0,106 mm 37,76 43,32 3,56 3,56 7 2,00 mm 1,18 mm 0,600 mm 0,212 mm 0,150 mm 0,106 mm 0,075 mm <0,075 mm 8 2,00 mm 70,1 157,1 86,9 86,4 100 1,18 mm 38,4 45,3 6,9 6.9 0,600 mm 30,0 41,5 3,5 3,5 0,212 mm 39,0 41,1 2,1 2,1 0,150 mm 40,4 40,8 0,4 0,4 0,106 mm 38,4 39 0,6 0,6 0,075 mm 38 38,2 0,2 0,2 9 2,00 mm 34,10 55,35 21,15 21,25 21,25 1,18 mm 41,68 61,9 20,22 20,22 41,47 0,600 mm 39,84 62,89 23,05 27,05 64,52 0,212 mm 39,74 60,29 20,51 20,51 85,03 0,150 mm 38,57 42,86 4,29 4,29 89,32 0,106 mm 38,07 44,37 6,3 6,3 95,62 0,075 mm 40,51 42,65 2,14 2,14 97,76 <0,075 mm 63,98 66,22 2,24 2,24 100 10 > 2,00 mm 38,02 48,62 10,6 10,6 10,6 2,00 mm 39,05 53,22 14,17 14,17 24,77 1,8 mm 38,41 62,00 23,59 23,59 48,36 0,6 mm 41,43 78,48 37,04 37,04 85,40 0,212 mm 37,98 44,17 6,19 6,19 91,59 0,150 mm 40,50 46,37 5,87 5,87 97,46 0,106 mm 37,05 37,60 0,55 0,55 98,01 <0,106 mm 41,66 43,18 1,52 1,52 99,53 11 2,00 mm 39,05 45,40 6.3 6.3 100 1,18 mm 40,44 56,47 16,03 6,08
  • 44. 44 0,600 mm 38,48 74,40 35,92 36,04 0,212 mm 38,41 76,78 38,37 38,5 0,150 mm 38,05 40,70 2.65 2,65 0,106 mm 41,66 42,08 0,42 0,42 0,075 mm 38,02 38,02 0 0 12 2,00 mm 38,267 40,58221 2,31521 2,320 100 1,18 mm 38,165 44,3047 6,1397 6,152 0,600 mm 39,142 77,103 37,761 37,838 0,212 mm 39,855 92,673 52,818 52,925 0,150 mm 38,579 38,9533 0,3743 0,375 0,106 mm 40,447 40,790 0,343 0,344 0,075 mm 38,429 38,4754 0,0464 0,046 4.3. Peta Hasil Surfer
  • 45. 45 1. Peta Arah Angin 2. Peta Arah Arus
  • 46. 46 3. Peta Garis Pantai 4. Peta Salinitas
  • 47. 47 5. Peta Suhu 6. Peta 3D Kedalaman
  • 48. 48 7. Peta Batimetri 8. Peta Wireframe
  • 50. 50 B. Pembahasan 1. Pasang Surut Kenaikan dan penurunan (pasang surut) di permukaan air laut disebabkan oleh adanya beberapa faktor yaitu, bahwa pasang surut air laut terjadi karena adanya gaya tarik antara bumi, bulan dan matahari Pengukuran pasang surut yang dimulai pada pukul 19.00 WITA pada hari jumat dan berakhir pada pukul 09.00 WITA pada hari minggu yang dilakukan selama 39 jam pengamatan diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa pasang tertinggi terjadi pada jam 21.00 WITA hari sabtu dengan ketinggian mencapai 204.5 cm, sedangkan Surut terendah terjadi pada jam 06.00 WITA hari minggu dengan ketinggian 150.8 cm. Pada waktu bulan dan matahari terletak pada satu garis terhadap bumi dan gaya gravitasi yang ditimbulkan oleh mereka mempunyai arah yang sama sehingga terjadi pasang. Melihat grafik hasil pengamatan, diketahui bahwa tipe pasut yang terjadi pada perairan Pulau Saugi adalah bertipe semi diurnal, terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Jadi pasang pada perairan Pulau Saugi terjadi pada malam dan siang hari. 2. Gelombang Dari keempat stasiun pengamatan gelombang, didapatkan bahwa tinggi gelombang signifikan dan tinggi gelombang pecah yang paling tinggi, rata-rata terjadi pada sore hari. Hal ini disebabkan oleh faktor angin yang menjadi pembangkit gelombang, serta adanya pasang surut air laut. Gelombang menjadi lebih tinggi ketika permukaan laut menuju pasang naik pada malam hari. Kondisi gelombang pulau Saugi pada pagi, siang, dan sore hari pada setiap stasiun tergolong bervariasi, yang disebabkan karena kecepatan angin pada saat pengukuran berbeda-beda serta kondisi permukaan air laut yang sedang mengalami surut dan di pengaruhi juga adanya kapal kapal milik warga yang berada disekitar pengukuran 3. Arus
  • 51. 51 Pengamatan kecepatan arus dengan menggunakan Layang layang arus yang diikat dengan tali rafia dan catat waktunya sampai tali raffia lurus. Data tersebut menunjukan hasil yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor seperti angin dan kuat arus. Arus dibentuk oleh angin, dan angin juga yang membuat arus tersebut kuat atau pelan, semakin kuat angin maka arus semakin kuat dan tali raffia juga akan semakin cepat lurus. Kecepatan arus di semua titik pengamatan rata-rata berkisar antara 0,01 m/s hingga 0,012 m/s, dengan pola bervariasi dari titik pertama hingga titik terkahir. Dari data hasil pengamatan ini pula didapatkan bahwa rata-rata kecepatan arus laut berbanding lurus dengan kecepatan angin yang bertiup saat itu. Dari hasil pengamatan di lapangan, maka didapatkan bahwa arus yang terjadi di perairan pulau saugi adalah arus yang yang dibangkitkan oleh adanya kecepatan angin yang bertiup di atas permukaan air laut serta adanya pengaruh pasang surut air laut. 4. Angin Kecepatan angin yang cukup besar di pulau Saugi terjadi pada siang hari. Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan dan arah angin yang terdapat di pulau Saugi, maka didapatkan hasil bahwa kecepatan angin berkisar antara 0,3 m/s hingga yang paling tinggi yaitu 9.2 m/s. 5. Kedalaman Perairan Kedalaman perairan menunjukkan jarak antara dasar laut dengan permukaan air laut secara vertikal. Kedalaman perairan pada lokasi praktek, diukur dengan menggunakan alat Ecosounder, dan didapatkan bahwa lokasi sampel pengambilan data kedalaman Perairan Pulau Saugi berada pada kisaran kedalaman 1 m hingga 12 meter yang memungkinkan sinar matahari masih dapat mencapai dasar laut. Hal ini disebabkan karena topografi dasar laut perairan pulau Saugi merupakan suatu dangkalan yang dulunya berupa daratan yang memiliki kemiringan yang landai, sehingga pada saat terjadinya peningkatan tinggi muka
  • 52. 52 air laut maka daratan tadi tenggelam menjadi suatu dangkalan dengan kedalaman 1-12 meter. 6. Suhu Dari hasil pengamatan di lapangan, ditemukan rentang suhu perairan pulau Saugi berkisar antara 27o C hingga 28o C dengan rata-rata suhu senilai 27o C yang diperoleh dari 12 stasiun pengamatan yang berbeda, pebedaan suhu perairan ini dapat disebabkan oleh banyak sedikitnya penyinaran dan penyerapan cahaya matahari oleh permukaan laut, serta kedalaman laut. Semakin banyak penyerapan sinar matahari dan semakin dalam suatu perairan, maka semakin tinggi suhunya, serta sebaliknya. Sedangkan untuk suhu udara di daerah pesisir pulau saugi yaitu 31 hingga 33 celcius dengan rata rata 32 celcius. Intensitas cahaya terlambat mempengaruhi suhu karena sifat air laut yang tidak mudah panas dan tidak mudah dingin, sehingga suhu air tidak sesuai dengan suhu di permukaan. seperti saat siang hari udara panas namun air laut dingin. Sebaliknya saat malam hari, udara dingin tetapi suhu air hangat.Kondisi suhu perairan pulau Saugi ini, dapat dikatakan hampir homogen, karena memiliki perolehan suhu yang hamper sama. Hal ini disebabkan oleh cuaca mendung dan hujan pada saat pengambilan data. 7. Salinitas Dari hasil pengambilan data di lapangan, ditemukan bahwa dari kedua belas titik pengambilan data, rentang angka salinitas yang diperoleh adlah berkisar antara 20 ppm hingga 30 ppm, dengan hasil salinitas rata-rata adalah 30 ppm yang didapatkan dari 3 titik pengamatan berbeda. Salinitas yang diperoleh tergolong rendah dari angka salinitas air laut normal pada umumya yakni 35 ppm. Hal ini disebabkan karena terjadinya hujan pada saat pengambilan data salinitas sehingga
  • 53. 53 air hujan yang jatuh dipermukaan laut mampu mengurangi konsentrasi kadar garam-garaman terlarut di permukaan air laut. Salinitas atau kadar garam ialah banyaknya garam-garaman (dalam gram) yang terdapat dalam 1 Kg (1000 gr) air laut, yang dinyatakan dengan ‰ atau perseribu. Yang dimaksud salinitas tidak termasuk partikel – partikel suspensi atau material padat yang berhubungan langsung dengan air sebab material – material tersebut tidak larut dalam air.Air laut memiliki salinitas sekitar 3,5 %, yakni sekitar 220 kali salinitas air tawar. Salinitas seringkali di ekspresikan dengan satuan part per milion (‰) sehingga angka salinitas air laut menjadi 35 ‰. Artinya, dalam 1000 gram air laut mengandung 35 gram garam.
  • 54. 54 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil dan pembahasan pada praktek lapang yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pasang air tertinggi diperoleh pada pukul 19.00 WITA (Hari kedua/10 Desember 2016) yaitu 201,5 cm sedangkan surutnya air terendah pada pukul 08.00 WITA (Hari ketiga/11 Desember 2016) yaitu 61,5 cm. Faktor utama yang mempengaruhi arus adalah gerakan angin, dimana pada pagi hari arus rendah dan pada siang hari arus tinggi. Kecerahan pada setiap titik yang di lalui perahu berbeda, kecerahan tertinggi diperoleh di titik 12 sedalam 4,01 meter dan kecerahan terendah di peroleh dititik ke dua sedalam 0,8 meter. Gelombang air laut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah angin dan topografi dasar laut yang mengakibatkan gelombang relaif pendek bahkan tidak ada ombak pecah yang di hasilkan. B. Saran Kepada rekan-rekan mahasiswa yang menjadi panitia, sekiranya mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam kegiatan praktek ini dengan baik, agar semua parameter, dapat di ukur dengan baik.selain itu perlu kiranya keseriusan di lapangan dalam melakukan pengukuran setiap parameter agar tidak ada data yang kosong. Diharapkan juga ada hubungan yang baik yang terjalin antara praktikan dan para asisten agar penyelesaian rangkaian praktikum ini dapat terjalin dengan baik. Sebagai praktikan saya menyarankan agardiberikan simulasi / praktik kecil sebelum kelapangan agar setiap peserta tahu cara menggunakan alat
  • 55. 55 untuk memperoleh setiap variable yang dibutuhkan, terlebih terhadap ketelitian dan kehati-hatian dalam mengunakan alate – alat tersebut.
  • 56. 56 DAFTAR PUSTAKA Hutabarat, Sahala. 1984. Pengantar Oceanografi. UNDIP; Jakarta Maru, Rosmini S.Pd.,M.Pd.,P.hD 2016. Penuntun Praktek Oseanografi. Universitas Negeri Makassar. Makassar Maru, Rosmini. 2016. Oceanografi. Universitas Negeri Makassar. Makassar