SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
!"# !$% & "' $(
KADAR PROTEIN KISTA ARTEMIA CURAH YANG DIJUAL PETAMBAK
KOTA REMBANG DENGAN VARIASI
SUHU PENYIMPANAN
Endang Triwahyuni Maharani1
Yusrin2
1, 2. .
FakultasIlmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang
Jl. Kedungmundu Raya no.18 Semarang, Indonesia
ABSTRAK
Kandungan nutrisi Artemia terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, air dan abu. Protein merupakan
kandungan terbesar dapat mencapai 58,58%., sehingga peranannya sebagai pakan sangat dibutuhkan.
Kandungan protein di dalam artemia Kista artemia sebagai pakan ikan alami yang telah diawetkan
dengan cara pembekuan dibawah suhu 0°
C, ditiriskan pada suhu ruang yang memiliki suhu antara 28°
C –
31°
C, dan pengeringan menggunakan alat ataupun dengan sinar matahari langsung yang suhunya 60°
C.
Sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap kandungan protein berdasarkan suhu penyimpanannya.
Sampel penelitian diambil secara purporsif yaitu kista artemia tidak bermerk (curah) yang dibeli dari
petambak artemia di kota Rembang sebanyak 100 gram dalam keadaan kering angin kemudian diambil ±
2 gram untuk penetapan kadar air yang dilakukan secara duplo, diambil ± 15 gram dan dibagi menjadi 15
bagian yang setiap 5 bagian disimpan pada suhu -20°
C, 31°
C dan 60°
C selama 48 jam kemudian pada
setiap suhu penyimpanan ditetapkan kadar proteinnya sebanyak 5 kali menggunakan metode kjeldahl.
Hasilnya sebagai berikut: 1) Kadar protein pada kista artemia setelah penyimpanan pada suhu - 20°
C
selama 48 jam adalah 46,77 %; 2) setelah penyimpanan pada suhu 31°
C selama 48 jam adalah 46,40 %;
3) setelah penyimpanan pada suhu 60°
C selama 48 jam adalah 41,57 %; 4) Tidak ada pengaruh suhu
terhadap kadar protein pada penyimpanan suhu -20°
C dengan 31°
C, ada pengaruh suhu terhadap kadar
protein pada penyimpanan suhu -20°
C dengan 60°
C, dan ada pengaruh suhu terhadap kadar protein pada
penyimpanan suhu 31°
C dengan 60°
C.
Kata Kunci: kadar protein, kista artemia curah, variasi penyimpanan suhu
PENDAHULUAN
Kandungan nutrisi artemia terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, air dan abu.
Protein merupakan kandungan terbesar dalam jasad renik ini dan merupakan kunci
rahasia sehingga peranannya sebagai pakan sangat dibutuhkan. Kandungan protein
inilah yang menyebabkan artemia digunakan sebagai pakan alami yang sulit digantikan
dengan pakan yang lain. Menurut hasil penelitian Fakultas Peternakan IPB (1994),
kandungan protein di dalam artemia dapat mencapai 58,58%.
Komposisi kandungan nutrisi pada kista artemia ini cukup bervariasi. Faktor-
faktor yang mempengaruhi perbedaan komposisi kandungan nutrisi tersebut diantaranya
kondisi lingkungan, kualitas dan ketersediaan makanan bagi artemia sehingga
mempengaruhi kandungan nutrisi pada kista artemia serta kondisi media tempat kista
artemia disimpan. Sementara itu para peternak artemia melakukan beberapa perlakuan
terhadap kista artemia ini mulai disimpan pada alat pengering pada suhu 600
C bahkan
sampai dibekukan pada suhu kurang dari -200
C, dibiarkan pada karung di gudang
penyimpanan, dan ada juga yang dijemur pada terik matahari langsung dengan tujuan
pengeringan dan pengawetan.
Kista artemia sebagai pakan ikan alami yang telah diawetkan dengan cara
pembekuan dibawah suhu 00
C, ditiriskan pada suhu ruang yang memiliki suhu antara
280
C – 310
C, dan pengeringan menggunakan alat ataupun dengan sinar matahari
langsung yang suhunya 600
C. Sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap kandungan
protein berdasarkan suhu penyimpanannya.
Kista artemia berbentuk bulat dan berwarna cokelat. Diameternya bervariasi
antara 224,7-267,0 mikrometer dan beratnya rata-rata 1,885 mikrogram. Dalam keadaan
!"# !$% & "' $(
kering, kista artemia dapat disimpan bertahun-tahun tanpa kehilangan daya vigoritasnya
atau kema mpuan untuk membentuk embrio. Secara anatomi, susunan kista artemia
terdiri atas dua lapisan, yaitu karion dan selaput embrio.
Bentuk artemia dewasa menyerupai udang kecil.Ukurannya hanya 10-20 mm,
bagian kepala berukuran lebih besar dan kemudian mengecil hingga ke bagian ekor.
Panjang ekor kurang lebih sepertiga dari total panjang tubuh.Dibagian kepala terdapat
sepasang mata dan sepasang antenula. Pada bagian tubuh terdapat sebelas pasang kaki
atau torakopoda. Antara ekor dan pasangan kaki paling belakang terdapat sepasang alat
kelamin, masing-masing penis pada jantan dan ovarium pada betina.
Individu artemia dewasa mencapai panjang antara 1-2 cm dan berat 10 mg,
artemia menjadi dewasa setelah umur 14 hari dan dapat menghasilkan kista sebanyak
50-300 butir setiap 4-5 hari sekali. Kista artemia beratnya 3,6 mikogram. Saat menetas
berat artemia hanya 15 mikogram dan panjangnya 0,4 mm. Umur maksimal artemia
sekitar 6 bulan.
Pemanenan kista artemia dilakukan dengan cara yang berbeda, baik secara
teknik, waktu, maupun penanganannya. Biasanya kista artemia akan berkumpul pada
salah satu sudut tambak karena didorong oleh angin karena kista mengapung pada
permukaan air. Pengambilan kista artemia dari tambak menggunakan seser halus yang
terbuat dari nilon yang ukuran lubangnya 150 mikron atau dengan gayuh. Kista yang
dipanen langsung dicuci dan direndam dalam ember selama beberapa jam kemudian.
Pada saat perendaman biasanya ukuran kista artemia akan mengecil.
Protein merupakan salah satu kelompok makronutrien yang berperan penting
dalam pembentukan biomolekul sebagai sumber energi. Strukturnya yang mengandung
N, di samping C, H, O, S dan kadang kadang P, Fe dan Cu (sebagai senyawa kompleks
dengan protein). Protein dalam bahan makanan sangat penting dalam proses kehidupan
organisme seperti hewan dan manusia. Pada organisme yang sedang tumbuh, protein
sangat penting dalam pembentukan sel-sel baru. Oleh sebab itu apabila organisme
kekurangan protein dalam bahan makanan maka organisme tersebut akan mengalami
hambatan pertumbuhan ataupun dalam proses biokimiawinya. Pentingnya protein
dalam jaringan hewan dapat ditunjukkan oleh kadarnya yang tinggi yaitu antara 80 –
90% dari seluruh bahan organik yang ada dalam jaringan hewan.
Fungsi protein adalah: a) sebagai bahan bakar atau energi karena mengandung
karbon, maka dapat digunakan oleh tubuh sebagai bahan bakar. Protein akan dibakar
manakala keperluan tubuh akan energi tidak diterpenuhi oleh lemak dan karbohidrat; b)
Sebagai zat pengatur yaitu mengatur berbagai proses tubuh baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sebagai bahan pembentuk zat-zat yang mengatur berbagai
proses tubuh; dan c) Sebagai zat pembangun yaitu untuk membantu membangun sel-sel
yang rusak maupun yang tidak rusak. Kebutuhan protein meningkat sesuai dengan
pertambahan umur.
Analisa protein dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1) Analisa kualitatif: Test
Biuret, Test Molish, Test Xanthoprotein, Test Millon, Test Ninhidrin; dan 2) Analisa
kuantitatif: Metode Dumas, Spektrofotometri UV, Titrasi formol, Turbidimetri atau
kekeruhan, Metode Kjeldahl yang terbagi menjadi 3 tahap: a) Destruksi: Sampel
dimasukkan dalam labu kjeldahl dengan bantuan corong kecil ditambah campuran
selenium, 25 ml H2SO4 pekat kemudian dipanaskan dengan api kecil dulu sampai gas
SO2 yang berwarna putih hilang dengan posisi labu kjeldhal miring 450
. Pemanasan
dilanjutkan sampai terjadi larutan yang jernih.
!"# !$% & "' $(
Reaksi :
H
R C COOH CO2 + H2O + SO2 + NH3
NH2
NH3 + H2SO4 NH4HSO4
b) Destilasi: Hasil destruksi dipindahkan secara kuantitatif ke labu destilasi, ditambah
150 ml aquades dan 75 ml NaOH 50%. Hasil destilasi ditampung pada erlenmeyer yang
telah berisi 20 – 50 ml H3BO3 2% dan indikator MO , proses destilasi selesai ditandai
dengan pengecekan pH atau sampai amoniak habis.
Reaksi : NH4HSO4 + NaOH Na2SO4 + NH3 + H2O
NH3 + H3BO3 (NH4)3BO4
c) Titrasi: Destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari
kuning menjadi orange (F.G. Winarno, 2004).
Reaksi : (NH4)3BO4 + HCl NH4Cl + H3BO3
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menetapkan kadar protein pada kista
artemia berdasarkan suhu penyimpanan yaitu -200
C selama 48 jam; 2)
Menetapkan kadar protein pada kista artemia berdasarkan suhu penyimpanan yaitu
310
C selama 48 jam; 3) Menetapkan kadar protein pada kista artemia berdasarkan
suhu penyimpanan yaitu 600
C selama 48 jam; dan 4) Mengetahui pengaruh suhu
terhadap kadar protein pada kista artemia berdasarkan suhu penyimpanan yaitu -
200
C, 310
C, dan 600
C yang disimpan selama 48 jam.
METODA
Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen. Sampel berupa kista artemia tidak
bermerk (curah) yang dibeli dari petambak artemia di kota Rembang sebanyak 100
gram dalam keadaan kering angin kemudian diambil ± 2 gram untuk penetapan kadar
air yang dilakukan secara duplo dan diambil ± 15 gram dan dibagi menjadi 15 bagian
yang setiap 5 bagian disimpan pada suhu -200
C, 310
C dan 600
C selama 48 jam
kemudian pada setiap suhu penyimpanan ditetapkan kadar proteinnya sebanyak 5 kali
menggunakan metode kjeldahl.
Prosedur Penelitian:
1. Penetapan kadar air
Prinsip: Kehilangan bobot pada pemanasan 1050
C dianggap sebagai kadar air yang
terdapat pada sampel. Ditimbang 1 gram sampel pada krus yang telah diketahui
bobotnya, dikeringkan pada oven suhu 1050
C selama 2 jam, didinginkan dalam
desikator 10-15 menit, ditimbang, diulangi hingga diperoleh bobot konstan.
Perhitungan: kadar air =
1W
W
x 100%
(W1 : Bobot sampel sebelum dikeringk, W : Kehilangan bobot setelah dikeringkan)
!"# !$% & "' $(
2. Penetapan Kadar Protein
Prinsip: Setelah didestruksi dan didestilasi, amoniak yang dibebaskan dititrasi secara
asam basa. Destruksi: ditimbang ± 0,5 gram sampel dimasukkan dalam labu kjeldahl
ditambah campuran selenium 5 gram dan 25 ml H2SO4 pekat kemudian dipanaskan
dengan api kecil sampai gas SO2 yang berwarna putih hilang dengan posisi labu
kjeldhal miring 450
. Pemanasan dilanjutkan sampai terjadi larutan yang jerni. Destilasi:
seluruh larutan pada labu kjeldhal dipindahkan secara kuantitatif ke labu destilasi serta
ditambah beberapa batu didih. Ditambah 150 ml aquades dan 75 ml NaOH 50% sedikit
demi sedikit pada labu destilasi dan dipanaskan. Destilat ditampung pada erlenmeyer
yang sudah berisi 20 - 50 ml H3BO3 2%, indikator MO, ujung alonga pada pendingin
liebig harus tercelup pada H3BO3 2% supaya NH3 yang terbentuk tidak menguap.
Proses destilasi dihentikan bila semua amoniak telah tertampung (dicek menggunakan
kertas lakmus dengan ditandai warna kertas lakmus tetap berwarna merah). Titrasi:
destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi
orange.
Perhitungan:
Kadar Protein (%) =
B
100%xFx0,014xNxV
Keterangan :
V = volume HCl yang diperlukan untuk titrasi sampel
N = normalitas HCl
B = bobot cuplikan yang ditimbang (gram)
F = faktor konversi (faktor umum = 6,25)
0,014 = BA Nitrogen / 1000 (jika bobot cuplikan dalam satuan gram)
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil penetapan kadar air
Tabel 3. Hasil Penetapan Kadar Air Pada Kista Artemia Curah
Pengulangan Kadar Air
1 8,68 %
2 8,56 %
Rata-rata 8,62 %
Dari hasil pemeriksaan kadar air pada kista artemia didapat rata-rata kadar air
kista artemia adalah 8,62%.
2. Penetapan Kadar Protein
Setelah kista artemia disimpan pada suhu- 200
C, 310
C, dan 600
C selama 48
jam, kemudian ditetapkan kadar proteinnya. Dari hasil pemeriksaan didapat kadar
proteinnya (Tabel 4)
!"# !$% & "' $(
Tabel 4. Hasil Penetapan Kadar Proteín (%)
Suhu penyimpanan
Ulangan
-200
C 310
C 600
C
1 46,39 % 45,78 % 42,56 %
2 47,22 % 46,89 % 40,81 %
3 46,05 % 45,74 % 41,41 %
4 48,17 % 47,77 % 42,18 %
5 46,01 % 45,82 % 40,87 %
Rata-rata 46,77 % 46,40 % 41,57 %
Dari hasil pemeriksaan tersebut dapat diketahui kadar protein pada kista
artemia setelah penyimpanan - 200
C selama 48 jam adalah 46,77 %, pada suhu 310
C
selama 48 jam kadarnya 46,40 % , dan pada suhu 600
C selama 48 jam kadarnya
41,57%.
Kadar protein kista artemia berdasarkan suhu penimpanan (- 200
C, 310
C, dan
600
C) dilakukan uji kenormalan yaitu Kolmogorov – Smirnov Z (lampiran 6) dan
diperoleh data normal karena p-value > (0,05) kemudian dilakukan uji
Homogenitas yaitu Levene Statistik (lampiran 6) dan diperoleh data homogen karena
p-value > (0,05). Selanjutnya dilakukan uji statistik Anova One Way dengan
menggunakan metode SPSS (lampiran 6).
Pada uji Anova One Way, pengaruh kadar protein berdasarkan penyimpanan
suhu -200
C, 310
C, dan 600
C didapat F hitung = 55,508 ; p-value = 0,000 ; dan =
0,05 (5%) sehingga harga p-value < maka ada pengaruh suhu terhadap kadar
protein pada penyimpanan suhu -200
C, 310
C, dan 600
C.
Pada uji Anova One Way (Bonferroni), pengaruh kadar protein pada
penyimpanan suhu -200
C dengan 310
C didapat p-value = 1,000 ; = 0,05 (5%)
sehingga harga p-value > maka tidak ada pengaruh suhu terhadap kadar protein
pada penyimpanan suhu -200
C dengan 310
C.
Pada uji Anova One Way (Bonferroni), pengaruh kadar protein pada
penyimpanan suhu -200
C dengan 600
C didapat F hitung p-value = 0,000 ; = 0,05
(5%) sehingga harga p-value < maka ada pengaruh suhu terhadap kadar protein
pada penyimpanan suhu -200
C dengan 600
C.
Pada uji Anova One Way (Bonferroni), pengaruh kadar protein pada
penyimpanan suhu -200
C dengan 310
C didapat F hitung p-value = 0,000 ; = 0,05 (5%)
sehingga harga p-value < maka ada pengaruh suhu terhadap kadar protein pada
penyimpanan suhu 310
C dengan 600
C.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian kadar air pada kista artemia adalah 8,62 % sehingga dapat
diambil kesimpulan :
1. Kadar protein pada kista artemia setelah penyimpanan pada suhu - 200
C selama 48
jam adalah 46,77%.
2. Kadar protein pada kista artemia setelah penyimpanan pada suhu 310
C selama 48
jam adalah 46,40%.
3. Kadar protein pada kista artemia setelah penyimpanan pada suhu 600
C selama 48
jam adalah 41,57%.
!"# !$% & "' $( )
4. Tidak ada pengaruh suhu terhadap kadar protein pada penyimpanan suhu -200
C
dengan 310
C, ada pengaruh suhu terhadap kadar protein pada penyimpanan suhu -
200
C dengan 600
C, dan ada pengaruh suhu terhadap kadar protein pada
penyimpanan suhu 310
C dengan 600
C.
SARAN
Diharapkan ada penelitian lebih lanjut tentang kadar protein pada kista
artemia bermerk dan pada kista artemia di daerah Jepara. Serta dilakukan penelitian
perbandingan kadar protein pada ikan yang diberi pakan kista artemia dengan ikan
yang tidak diberi pakan kista artemia.
DAFTAR PUSTAKA
______. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Amami III. Semarang : AAK Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2003. Artemia Pakan
Bergizi Untuk Larva dan Udang. www.dkp.go.id
Djarijah, Siregar, Abbas. 1995. Pakan Ikan Alami. Yogyakarta : Kanisius
Harefa, Fa’ahakododo. 1996. Pembudidayaan Artemia Untuk Pakan Udang dan Ikan.
Jakarta : Penebar Swadaya
Mujiman, Ahmad. 1984. Makanan Ikan. Jakarta : Penebar Swadaya
Poedjiadi, Anna.1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia
Priyambodo dan Tri Wahyuningsih. 2000. Budidaya Pakan Alami Untuk Ikan. Jakarta :
Penebar swadaya.
Sudarmadji, Slamet, dkk. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta :
Liberty.
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Majalah Demersal. 2006. Artemia Pakan Bergizi untuk Larva Udang dan Ikan
www.dkp.go.id.

More Related Content

What's hot

Meminimalkan ganti air dalam akuakultur
Meminimalkan ganti air dalam akuakulturMeminimalkan ganti air dalam akuakultur
Meminimalkan ganti air dalam akuakulturIbnu Sahidhir
 
2013 mirnawati-soedarwanto-surachmi-setiyaningsih
2013 mirnawati-soedarwanto-surachmi-setiyaningsih2013 mirnawati-soedarwanto-surachmi-setiyaningsih
2013 mirnawati-soedarwanto-surachmi-setiyaningsihRifqi Cahyo
 
6554 pengantar biotechnology
6554 pengantar biotechnology6554 pengantar biotechnology
6554 pengantar biotechnologyErika Wijayanti
 
Kuliah dasar teknologi hasil ternak
Kuliah dasar teknologi hasil ternakKuliah dasar teknologi hasil ternak
Kuliah dasar teknologi hasil ternakradenhilmiaja
 
Laporan uji biuret(editing)
Laporan uji biuret(editing)Laporan uji biuret(editing)
Laporan uji biuret(editing)Malikul Mulki
 
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...Repository Ipb
 
Magdalena praharani surya nigrum
Magdalena praharani surya nigrumMagdalena praharani surya nigrum
Magdalena praharani surya nigrummagdalenapraharani
 
Pipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambatPipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambatbrawijaya university
 
Biologi uji makanan (refisi
Biologi uji makanan (refisiBiologi uji makanan (refisi
Biologi uji makanan (refisiElsens Viele
 
kumpulan soal prediksi un SKL Bioteknologi
kumpulan soal prediksi un SKL Bioteknologikumpulan soal prediksi un SKL Bioteknologi
kumpulan soal prediksi un SKL BioteknologiDesty Erni
 
Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015
Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015
Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015Muhammad Eko
 
abon ayam pengol daging
abon ayam pengol dagingabon ayam pengol daging
abon ayam pengol dagingBBPP_Batu
 

What's hot (19)

Meminimalkan ganti air dalam akuakultur
Meminimalkan ganti air dalam akuakulturMeminimalkan ganti air dalam akuakultur
Meminimalkan ganti air dalam akuakultur
 
Materi mpp
Materi mppMateri mpp
Materi mpp
 
2013 mirnawati-soedarwanto-surachmi-setiyaningsih
2013 mirnawati-soedarwanto-surachmi-setiyaningsih2013 mirnawati-soedarwanto-surachmi-setiyaningsih
2013 mirnawati-soedarwanto-surachmi-setiyaningsih
 
6554 pengantar biotechnology
6554 pengantar biotechnology6554 pengantar biotechnology
6554 pengantar biotechnology
 
Kuliah dasar teknologi hasil ternak
Kuliah dasar teknologi hasil ternakKuliah dasar teknologi hasil ternak
Kuliah dasar teknologi hasil ternak
 
Biogas kimter
Biogas kimterBiogas kimter
Biogas kimter
 
Laporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar AbuLaporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar Abu
 
Laporan uji biuret(editing)
Laporan uji biuret(editing)Laporan uji biuret(editing)
Laporan uji biuret(editing)
 
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
 
Magdalena praharani surya nigrum
Magdalena praharani surya nigrumMagdalena praharani surya nigrum
Magdalena praharani surya nigrum
 
Jurnal 1
Jurnal 1Jurnal 1
Jurnal 1
 
391 754-1-pb
391 754-1-pb391 754-1-pb
391 754-1-pb
 
Pipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambatPipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambat
 
Biologi uji makanan (refisi
Biologi uji makanan (refisiBiologi uji makanan (refisi
Biologi uji makanan (refisi
 
kumpulan soal prediksi un SKL Bioteknologi
kumpulan soal prediksi un SKL Bioteknologikumpulan soal prediksi un SKL Bioteknologi
kumpulan soal prediksi un SKL Bioteknologi
 
Materi bioteknologi
Materi bioteknologiMateri bioteknologi
Materi bioteknologi
 
Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015
Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015
Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015
 
abon ayam pengol daging
abon ayam pengol dagingabon ayam pengol daging
abon ayam pengol daging
 
Present sempro
Present semproPresent sempro
Present sempro
 

Similar to PROTEIN KISTA ARTEMIA

Produksi_Protein_Sel_Tunggal.pptx
Produksi_Protein_Sel_Tunggal.pptxProduksi_Protein_Sel_Tunggal.pptx
Produksi_Protein_Sel_Tunggal.pptxmimingperdana
 
Teknologi Fermentasi pada Natadecoco
Teknologi Fermentasi pada NatadecocoTeknologi Fermentasi pada Natadecoco
Teknologi Fermentasi pada NatadecocoNuruliswati
 
fourmulasi
fourmulasifourmulasi
fourmulasifikan
 
poliploidisasi ikan mas.pptx
poliploidisasi ikan mas.pptxpoliploidisasi ikan mas.pptx
poliploidisasi ikan mas.pptxRusdiMachrizal1
 
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi  PakanPoir Poin Klh S2 2009 Formulasi  Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakanptkonline
 
Boiler untuk pengalengan ika1
Boiler untuk pengalengan ika1Boiler untuk pengalengan ika1
Boiler untuk pengalengan ika1wahyuIDM
 
Teknologi pengawetan ikan 1
Teknologi pengawetan ikan 1Teknologi pengawetan ikan 1
Teknologi pengawetan ikan 1Aguss Aja
 
Triploidisasi
TriploidisasiTriploidisasi
TriploidisasiIgna nada
 
Mamat presentation srikandi
Mamat presentation srikandiMamat presentation srikandi
Mamat presentation srikandiSamuel Daganzha
 
PRICILA AQUILLA BIFEL (METOPEN).pptx
PRICILA AQUILLA BIFEL (METOPEN).pptxPRICILA AQUILLA BIFEL (METOPEN).pptx
PRICILA AQUILLA BIFEL (METOPEN).pptxRissaBifel1
 
Kontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganismeKontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganismeJo Sugiharto
 
Kontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganismeKontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganismeJo Sugiharto
 
Pedoman informasi pakan ikan
Pedoman informasi pakan ikanPedoman informasi pakan ikan
Pedoman informasi pakan ikanWarta Wirausaha
 

Similar to PROTEIN KISTA ARTEMIA (20)

Bioteknologi
BioteknologiBioteknologi
Bioteknologi
 
Produksi_Protein_Sel_Tunggal.pptx
Produksi_Protein_Sel_Tunggal.pptxProduksi_Protein_Sel_Tunggal.pptx
Produksi_Protein_Sel_Tunggal.pptx
 
Prospek budidaya kerang abalon
Prospek budidaya kerang abalonProspek budidaya kerang abalon
Prospek budidaya kerang abalon
 
Mjlh9
Mjlh9Mjlh9
Mjlh9
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Teknologi Fermentasi pada Natadecoco
Teknologi Fermentasi pada NatadecocoTeknologi Fermentasi pada Natadecoco
Teknologi Fermentasi pada Natadecoco
 
fourmulasi
fourmulasifourmulasi
fourmulasi
 
poliploidisasi ikan mas.pptx
poliploidisasi ikan mas.pptxpoliploidisasi ikan mas.pptx
poliploidisasi ikan mas.pptx
 
Clostridium
ClostridiumClostridium
Clostridium
 
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi  PakanPoir Poin Klh S2 2009 Formulasi  Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakan
 
Boiler untuk pengalengan ika1
Boiler untuk pengalengan ika1Boiler untuk pengalengan ika1
Boiler untuk pengalengan ika1
 
Teknologi pengawetan ikan 1
Teknologi pengawetan ikan 1Teknologi pengawetan ikan 1
Teknologi pengawetan ikan 1
 
Triploidisasi
TriploidisasiTriploidisasi
Triploidisasi
 
Mamat presentation srikandi
Mamat presentation srikandiMamat presentation srikandi
Mamat presentation srikandi
 
PRICILA AQUILLA BIFEL (METOPEN).pptx
PRICILA AQUILLA BIFEL (METOPEN).pptxPRICILA AQUILLA BIFEL (METOPEN).pptx
PRICILA AQUILLA BIFEL (METOPEN).pptx
 
Kontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganismeKontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganisme
 
Kontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganismeKontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganisme
 
Pedoman informasi pakan ikan
Pedoman informasi pakan ikanPedoman informasi pakan ikan
Pedoman informasi pakan ikan
 
Chitosan from irradiated chitin -Dr.Ir gatot Trimulyadi
Chitosan from irradiated chitin -Dr.Ir gatot TrimulyadiChitosan from irradiated chitin -Dr.Ir gatot Trimulyadi
Chitosan from irradiated chitin -Dr.Ir gatot Trimulyadi
 

More from MochSalim1

Moch salim tokoh sukses memajukan rembang, gerbang timur jawa tengah
Moch salim tokoh sukses memajukan rembang, gerbang timur jawa tengahMoch salim tokoh sukses memajukan rembang, gerbang timur jawa tengah
Moch salim tokoh sukses memajukan rembang, gerbang timur jawa tengahMochSalim1
 
Moch salim dan bupati rembang Pertama Sampai Sekarang
Moch salim dan bupati rembang Pertama Sampai SekarangMoch salim dan bupati rembang Pertama Sampai Sekarang
Moch salim dan bupati rembang Pertama Sampai SekarangMochSalim1
 
Moch salim ante natal care (anc) dalam resprektif ibu hamil - gambaran ker...
Moch salim    ante natal care (anc) dalam resprektif ibu hamil - gambaran ker...Moch salim    ante natal care (anc) dalam resprektif ibu hamil - gambaran ker...
Moch salim ante natal care (anc) dalam resprektif ibu hamil - gambaran ker...MochSalim1
 
Moch salim Pemanfaatan limbah kilang minyak mfo 1000 c st yang diencerkan d...
Moch salim   Pemanfaatan limbah kilang minyak mfo 1000 c st yang diencerkan d...Moch salim   Pemanfaatan limbah kilang minyak mfo 1000 c st yang diencerkan d...
Moch salim Pemanfaatan limbah kilang minyak mfo 1000 c st yang diencerkan d...MochSalim1
 
Moch salim hubungan kemampuan, koordinasi, dan responsifitas terhadap efekti...
Moch salim  hubungan kemampuan, koordinasi, dan responsifitas terhadap efekti...Moch salim  hubungan kemampuan, koordinasi, dan responsifitas terhadap efekti...
Moch salim hubungan kemampuan, koordinasi, dan responsifitas terhadap efekti...MochSalim1
 
Moch salim studi penyusunan dan pemetaan potensi budidaya laut di perairan...
Moch salim    studi penyusunan dan pemetaan potensi budidaya laut di perairan...Moch salim    studi penyusunan dan pemetaan potensi budidaya laut di perairan...
Moch salim studi penyusunan dan pemetaan potensi budidaya laut di perairan...MochSalim1
 

More from MochSalim1 (6)

Moch salim tokoh sukses memajukan rembang, gerbang timur jawa tengah
Moch salim tokoh sukses memajukan rembang, gerbang timur jawa tengahMoch salim tokoh sukses memajukan rembang, gerbang timur jawa tengah
Moch salim tokoh sukses memajukan rembang, gerbang timur jawa tengah
 
Moch salim dan bupati rembang Pertama Sampai Sekarang
Moch salim dan bupati rembang Pertama Sampai SekarangMoch salim dan bupati rembang Pertama Sampai Sekarang
Moch salim dan bupati rembang Pertama Sampai Sekarang
 
Moch salim ante natal care (anc) dalam resprektif ibu hamil - gambaran ker...
Moch salim    ante natal care (anc) dalam resprektif ibu hamil - gambaran ker...Moch salim    ante natal care (anc) dalam resprektif ibu hamil - gambaran ker...
Moch salim ante natal care (anc) dalam resprektif ibu hamil - gambaran ker...
 
Moch salim Pemanfaatan limbah kilang minyak mfo 1000 c st yang diencerkan d...
Moch salim   Pemanfaatan limbah kilang minyak mfo 1000 c st yang diencerkan d...Moch salim   Pemanfaatan limbah kilang minyak mfo 1000 c st yang diencerkan d...
Moch salim Pemanfaatan limbah kilang minyak mfo 1000 c st yang diencerkan d...
 
Moch salim hubungan kemampuan, koordinasi, dan responsifitas terhadap efekti...
Moch salim  hubungan kemampuan, koordinasi, dan responsifitas terhadap efekti...Moch salim  hubungan kemampuan, koordinasi, dan responsifitas terhadap efekti...
Moch salim hubungan kemampuan, koordinasi, dan responsifitas terhadap efekti...
 
Moch salim studi penyusunan dan pemetaan potensi budidaya laut di perairan...
Moch salim    studi penyusunan dan pemetaan potensi budidaya laut di perairan...Moch salim    studi penyusunan dan pemetaan potensi budidaya laut di perairan...
Moch salim studi penyusunan dan pemetaan potensi budidaya laut di perairan...
 

Recently uploaded

Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxPersiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxunityfarmasis
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024Zakiah dr
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritisfidel377036
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxmarodotodo
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxHikmaLavigne
 
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptINFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptab368
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Arif Fahmi
 
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdfDETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdfBekti5
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Codajongshopp
 
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.pptTrifenaFebriantisitu
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxmade406432
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxsiampurnomo90
 

Recently uploaded (12)

Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxPersiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
 
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptINFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
 
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdfDETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
 
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
 

PROTEIN KISTA ARTEMIA

  • 1. !"# !$% & "' $( KADAR PROTEIN KISTA ARTEMIA CURAH YANG DIJUAL PETAMBAK KOTA REMBANG DENGAN VARIASI SUHU PENYIMPANAN Endang Triwahyuni Maharani1 Yusrin2 1, 2. . FakultasIlmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang Jl. Kedungmundu Raya no.18 Semarang, Indonesia ABSTRAK Kandungan nutrisi Artemia terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, air dan abu. Protein merupakan kandungan terbesar dapat mencapai 58,58%., sehingga peranannya sebagai pakan sangat dibutuhkan. Kandungan protein di dalam artemia Kista artemia sebagai pakan ikan alami yang telah diawetkan dengan cara pembekuan dibawah suhu 0° C, ditiriskan pada suhu ruang yang memiliki suhu antara 28° C – 31° C, dan pengeringan menggunakan alat ataupun dengan sinar matahari langsung yang suhunya 60° C. Sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap kandungan protein berdasarkan suhu penyimpanannya. Sampel penelitian diambil secara purporsif yaitu kista artemia tidak bermerk (curah) yang dibeli dari petambak artemia di kota Rembang sebanyak 100 gram dalam keadaan kering angin kemudian diambil ± 2 gram untuk penetapan kadar air yang dilakukan secara duplo, diambil ± 15 gram dan dibagi menjadi 15 bagian yang setiap 5 bagian disimpan pada suhu -20° C, 31° C dan 60° C selama 48 jam kemudian pada setiap suhu penyimpanan ditetapkan kadar proteinnya sebanyak 5 kali menggunakan metode kjeldahl. Hasilnya sebagai berikut: 1) Kadar protein pada kista artemia setelah penyimpanan pada suhu - 20° C selama 48 jam adalah 46,77 %; 2) setelah penyimpanan pada suhu 31° C selama 48 jam adalah 46,40 %; 3) setelah penyimpanan pada suhu 60° C selama 48 jam adalah 41,57 %; 4) Tidak ada pengaruh suhu terhadap kadar protein pada penyimpanan suhu -20° C dengan 31° C, ada pengaruh suhu terhadap kadar protein pada penyimpanan suhu -20° C dengan 60° C, dan ada pengaruh suhu terhadap kadar protein pada penyimpanan suhu 31° C dengan 60° C. Kata Kunci: kadar protein, kista artemia curah, variasi penyimpanan suhu PENDAHULUAN Kandungan nutrisi artemia terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, air dan abu. Protein merupakan kandungan terbesar dalam jasad renik ini dan merupakan kunci rahasia sehingga peranannya sebagai pakan sangat dibutuhkan. Kandungan protein inilah yang menyebabkan artemia digunakan sebagai pakan alami yang sulit digantikan dengan pakan yang lain. Menurut hasil penelitian Fakultas Peternakan IPB (1994), kandungan protein di dalam artemia dapat mencapai 58,58%. Komposisi kandungan nutrisi pada kista artemia ini cukup bervariasi. Faktor- faktor yang mempengaruhi perbedaan komposisi kandungan nutrisi tersebut diantaranya kondisi lingkungan, kualitas dan ketersediaan makanan bagi artemia sehingga mempengaruhi kandungan nutrisi pada kista artemia serta kondisi media tempat kista artemia disimpan. Sementara itu para peternak artemia melakukan beberapa perlakuan terhadap kista artemia ini mulai disimpan pada alat pengering pada suhu 600 C bahkan sampai dibekukan pada suhu kurang dari -200 C, dibiarkan pada karung di gudang penyimpanan, dan ada juga yang dijemur pada terik matahari langsung dengan tujuan pengeringan dan pengawetan. Kista artemia sebagai pakan ikan alami yang telah diawetkan dengan cara pembekuan dibawah suhu 00 C, ditiriskan pada suhu ruang yang memiliki suhu antara 280 C – 310 C, dan pengeringan menggunakan alat ataupun dengan sinar matahari langsung yang suhunya 600 C. Sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap kandungan protein berdasarkan suhu penyimpanannya. Kista artemia berbentuk bulat dan berwarna cokelat. Diameternya bervariasi antara 224,7-267,0 mikrometer dan beratnya rata-rata 1,885 mikrogram. Dalam keadaan
  • 2. !"# !$% & "' $( kering, kista artemia dapat disimpan bertahun-tahun tanpa kehilangan daya vigoritasnya atau kema mpuan untuk membentuk embrio. Secara anatomi, susunan kista artemia terdiri atas dua lapisan, yaitu karion dan selaput embrio. Bentuk artemia dewasa menyerupai udang kecil.Ukurannya hanya 10-20 mm, bagian kepala berukuran lebih besar dan kemudian mengecil hingga ke bagian ekor. Panjang ekor kurang lebih sepertiga dari total panjang tubuh.Dibagian kepala terdapat sepasang mata dan sepasang antenula. Pada bagian tubuh terdapat sebelas pasang kaki atau torakopoda. Antara ekor dan pasangan kaki paling belakang terdapat sepasang alat kelamin, masing-masing penis pada jantan dan ovarium pada betina. Individu artemia dewasa mencapai panjang antara 1-2 cm dan berat 10 mg, artemia menjadi dewasa setelah umur 14 hari dan dapat menghasilkan kista sebanyak 50-300 butir setiap 4-5 hari sekali. Kista artemia beratnya 3,6 mikogram. Saat menetas berat artemia hanya 15 mikogram dan panjangnya 0,4 mm. Umur maksimal artemia sekitar 6 bulan. Pemanenan kista artemia dilakukan dengan cara yang berbeda, baik secara teknik, waktu, maupun penanganannya. Biasanya kista artemia akan berkumpul pada salah satu sudut tambak karena didorong oleh angin karena kista mengapung pada permukaan air. Pengambilan kista artemia dari tambak menggunakan seser halus yang terbuat dari nilon yang ukuran lubangnya 150 mikron atau dengan gayuh. Kista yang dipanen langsung dicuci dan direndam dalam ember selama beberapa jam kemudian. Pada saat perendaman biasanya ukuran kista artemia akan mengecil. Protein merupakan salah satu kelompok makronutrien yang berperan penting dalam pembentukan biomolekul sebagai sumber energi. Strukturnya yang mengandung N, di samping C, H, O, S dan kadang kadang P, Fe dan Cu (sebagai senyawa kompleks dengan protein). Protein dalam bahan makanan sangat penting dalam proses kehidupan organisme seperti hewan dan manusia. Pada organisme yang sedang tumbuh, protein sangat penting dalam pembentukan sel-sel baru. Oleh sebab itu apabila organisme kekurangan protein dalam bahan makanan maka organisme tersebut akan mengalami hambatan pertumbuhan ataupun dalam proses biokimiawinya. Pentingnya protein dalam jaringan hewan dapat ditunjukkan oleh kadarnya yang tinggi yaitu antara 80 – 90% dari seluruh bahan organik yang ada dalam jaringan hewan. Fungsi protein adalah: a) sebagai bahan bakar atau energi karena mengandung karbon, maka dapat digunakan oleh tubuh sebagai bahan bakar. Protein akan dibakar manakala keperluan tubuh akan energi tidak diterpenuhi oleh lemak dan karbohidrat; b) Sebagai zat pengatur yaitu mengatur berbagai proses tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai bahan pembentuk zat-zat yang mengatur berbagai proses tubuh; dan c) Sebagai zat pembangun yaitu untuk membantu membangun sel-sel yang rusak maupun yang tidak rusak. Kebutuhan protein meningkat sesuai dengan pertambahan umur. Analisa protein dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1) Analisa kualitatif: Test Biuret, Test Molish, Test Xanthoprotein, Test Millon, Test Ninhidrin; dan 2) Analisa kuantitatif: Metode Dumas, Spektrofotometri UV, Titrasi formol, Turbidimetri atau kekeruhan, Metode Kjeldahl yang terbagi menjadi 3 tahap: a) Destruksi: Sampel dimasukkan dalam labu kjeldahl dengan bantuan corong kecil ditambah campuran selenium, 25 ml H2SO4 pekat kemudian dipanaskan dengan api kecil dulu sampai gas SO2 yang berwarna putih hilang dengan posisi labu kjeldhal miring 450 . Pemanasan dilanjutkan sampai terjadi larutan yang jernih.
  • 3. !"# !$% & "' $( Reaksi : H R C COOH CO2 + H2O + SO2 + NH3 NH2 NH3 + H2SO4 NH4HSO4 b) Destilasi: Hasil destruksi dipindahkan secara kuantitatif ke labu destilasi, ditambah 150 ml aquades dan 75 ml NaOH 50%. Hasil destilasi ditampung pada erlenmeyer yang telah berisi 20 – 50 ml H3BO3 2% dan indikator MO , proses destilasi selesai ditandai dengan pengecekan pH atau sampai amoniak habis. Reaksi : NH4HSO4 + NaOH Na2SO4 + NH3 + H2O NH3 + H3BO3 (NH4)3BO4 c) Titrasi: Destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi orange (F.G. Winarno, 2004). Reaksi : (NH4)3BO4 + HCl NH4Cl + H3BO3 Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menetapkan kadar protein pada kista artemia berdasarkan suhu penyimpanan yaitu -200 C selama 48 jam; 2) Menetapkan kadar protein pada kista artemia berdasarkan suhu penyimpanan yaitu 310 C selama 48 jam; 3) Menetapkan kadar protein pada kista artemia berdasarkan suhu penyimpanan yaitu 600 C selama 48 jam; dan 4) Mengetahui pengaruh suhu terhadap kadar protein pada kista artemia berdasarkan suhu penyimpanan yaitu - 200 C, 310 C, dan 600 C yang disimpan selama 48 jam. METODA Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen. Sampel berupa kista artemia tidak bermerk (curah) yang dibeli dari petambak artemia di kota Rembang sebanyak 100 gram dalam keadaan kering angin kemudian diambil ± 2 gram untuk penetapan kadar air yang dilakukan secara duplo dan diambil ± 15 gram dan dibagi menjadi 15 bagian yang setiap 5 bagian disimpan pada suhu -200 C, 310 C dan 600 C selama 48 jam kemudian pada setiap suhu penyimpanan ditetapkan kadar proteinnya sebanyak 5 kali menggunakan metode kjeldahl. Prosedur Penelitian: 1. Penetapan kadar air Prinsip: Kehilangan bobot pada pemanasan 1050 C dianggap sebagai kadar air yang terdapat pada sampel. Ditimbang 1 gram sampel pada krus yang telah diketahui bobotnya, dikeringkan pada oven suhu 1050 C selama 2 jam, didinginkan dalam desikator 10-15 menit, ditimbang, diulangi hingga diperoleh bobot konstan. Perhitungan: kadar air = 1W W x 100% (W1 : Bobot sampel sebelum dikeringk, W : Kehilangan bobot setelah dikeringkan)
  • 4. !"# !$% & "' $( 2. Penetapan Kadar Protein Prinsip: Setelah didestruksi dan didestilasi, amoniak yang dibebaskan dititrasi secara asam basa. Destruksi: ditimbang ± 0,5 gram sampel dimasukkan dalam labu kjeldahl ditambah campuran selenium 5 gram dan 25 ml H2SO4 pekat kemudian dipanaskan dengan api kecil sampai gas SO2 yang berwarna putih hilang dengan posisi labu kjeldhal miring 450 . Pemanasan dilanjutkan sampai terjadi larutan yang jerni. Destilasi: seluruh larutan pada labu kjeldhal dipindahkan secara kuantitatif ke labu destilasi serta ditambah beberapa batu didih. Ditambah 150 ml aquades dan 75 ml NaOH 50% sedikit demi sedikit pada labu destilasi dan dipanaskan. Destilat ditampung pada erlenmeyer yang sudah berisi 20 - 50 ml H3BO3 2%, indikator MO, ujung alonga pada pendingin liebig harus tercelup pada H3BO3 2% supaya NH3 yang terbentuk tidak menguap. Proses destilasi dihentikan bila semua amoniak telah tertampung (dicek menggunakan kertas lakmus dengan ditandai warna kertas lakmus tetap berwarna merah). Titrasi: destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi orange. Perhitungan: Kadar Protein (%) = B 100%xFx0,014xNxV Keterangan : V = volume HCl yang diperlukan untuk titrasi sampel N = normalitas HCl B = bobot cuplikan yang ditimbang (gram) F = faktor konversi (faktor umum = 6,25) 0,014 = BA Nitrogen / 1000 (jika bobot cuplikan dalam satuan gram) HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil penetapan kadar air Tabel 3. Hasil Penetapan Kadar Air Pada Kista Artemia Curah Pengulangan Kadar Air 1 8,68 % 2 8,56 % Rata-rata 8,62 % Dari hasil pemeriksaan kadar air pada kista artemia didapat rata-rata kadar air kista artemia adalah 8,62%. 2. Penetapan Kadar Protein Setelah kista artemia disimpan pada suhu- 200 C, 310 C, dan 600 C selama 48 jam, kemudian ditetapkan kadar proteinnya. Dari hasil pemeriksaan didapat kadar proteinnya (Tabel 4)
  • 5. !"# !$% & "' $( Tabel 4. Hasil Penetapan Kadar Proteín (%) Suhu penyimpanan Ulangan -200 C 310 C 600 C 1 46,39 % 45,78 % 42,56 % 2 47,22 % 46,89 % 40,81 % 3 46,05 % 45,74 % 41,41 % 4 48,17 % 47,77 % 42,18 % 5 46,01 % 45,82 % 40,87 % Rata-rata 46,77 % 46,40 % 41,57 % Dari hasil pemeriksaan tersebut dapat diketahui kadar protein pada kista artemia setelah penyimpanan - 200 C selama 48 jam adalah 46,77 %, pada suhu 310 C selama 48 jam kadarnya 46,40 % , dan pada suhu 600 C selama 48 jam kadarnya 41,57%. Kadar protein kista artemia berdasarkan suhu penimpanan (- 200 C, 310 C, dan 600 C) dilakukan uji kenormalan yaitu Kolmogorov – Smirnov Z (lampiran 6) dan diperoleh data normal karena p-value > (0,05) kemudian dilakukan uji Homogenitas yaitu Levene Statistik (lampiran 6) dan diperoleh data homogen karena p-value > (0,05). Selanjutnya dilakukan uji statistik Anova One Way dengan menggunakan metode SPSS (lampiran 6). Pada uji Anova One Way, pengaruh kadar protein berdasarkan penyimpanan suhu -200 C, 310 C, dan 600 C didapat F hitung = 55,508 ; p-value = 0,000 ; dan = 0,05 (5%) sehingga harga p-value < maka ada pengaruh suhu terhadap kadar protein pada penyimpanan suhu -200 C, 310 C, dan 600 C. Pada uji Anova One Way (Bonferroni), pengaruh kadar protein pada penyimpanan suhu -200 C dengan 310 C didapat p-value = 1,000 ; = 0,05 (5%) sehingga harga p-value > maka tidak ada pengaruh suhu terhadap kadar protein pada penyimpanan suhu -200 C dengan 310 C. Pada uji Anova One Way (Bonferroni), pengaruh kadar protein pada penyimpanan suhu -200 C dengan 600 C didapat F hitung p-value = 0,000 ; = 0,05 (5%) sehingga harga p-value < maka ada pengaruh suhu terhadap kadar protein pada penyimpanan suhu -200 C dengan 600 C. Pada uji Anova One Way (Bonferroni), pengaruh kadar protein pada penyimpanan suhu -200 C dengan 310 C didapat F hitung p-value = 0,000 ; = 0,05 (5%) sehingga harga p-value < maka ada pengaruh suhu terhadap kadar protein pada penyimpanan suhu 310 C dengan 600 C. KESIMPULAN Dari hasil penelitian kadar air pada kista artemia adalah 8,62 % sehingga dapat diambil kesimpulan : 1. Kadar protein pada kista artemia setelah penyimpanan pada suhu - 200 C selama 48 jam adalah 46,77%. 2. Kadar protein pada kista artemia setelah penyimpanan pada suhu 310 C selama 48 jam adalah 46,40%. 3. Kadar protein pada kista artemia setelah penyimpanan pada suhu 600 C selama 48 jam adalah 41,57%.
  • 6. !"# !$% & "' $( ) 4. Tidak ada pengaruh suhu terhadap kadar protein pada penyimpanan suhu -200 C dengan 310 C, ada pengaruh suhu terhadap kadar protein pada penyimpanan suhu - 200 C dengan 600 C, dan ada pengaruh suhu terhadap kadar protein pada penyimpanan suhu 310 C dengan 600 C. SARAN Diharapkan ada penelitian lebih lanjut tentang kadar protein pada kista artemia bermerk dan pada kista artemia di daerah Jepara. Serta dilakukan penelitian perbandingan kadar protein pada ikan yang diberi pakan kista artemia dengan ikan yang tidak diberi pakan kista artemia. DAFTAR PUSTAKA ______. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Amami III. Semarang : AAK Universitas Muhammadiyah Semarang. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2003. Artemia Pakan Bergizi Untuk Larva dan Udang. www.dkp.go.id Djarijah, Siregar, Abbas. 1995. Pakan Ikan Alami. Yogyakarta : Kanisius Harefa, Fa’ahakododo. 1996. Pembudidayaan Artemia Untuk Pakan Udang dan Ikan. Jakarta : Penebar Swadaya Mujiman, Ahmad. 1984. Makanan Ikan. Jakarta : Penebar Swadaya Poedjiadi, Anna.1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia Priyambodo dan Tri Wahyuningsih. 2000. Budidaya Pakan Alami Untuk Ikan. Jakarta : Penebar swadaya. Sudarmadji, Slamet, dkk. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Liberty. Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Majalah Demersal. 2006. Artemia Pakan Bergizi untuk Larva Udang dan Ikan www.dkp.go.id.