2. Pencernaan Zat Makanan
• Pencernaan zat makanan merupakan proses
perombakan ukuran bobot makanan secara
fisik dan kimia.
• Secara fisik ukuran partikelnya menjadi lebih
kecil
• Secara kimia zat akan terurai menjadi senyawa
yang lebih sederhana dan berbobot molekul
rendah (misalnya protein menjadi asam
amino)
3. • Perombakan secara fisik dilakukan dalam
mulut (hewan bergigi).
• Pada unggas terdapat alat pencernaan berotot
(setalah proventikulus/lambung) yaitu
rempela (Gizard) yang berfungsi sebagai
tempat penggilingan dengan otot dibantu grit
(kerikil/pasir).
• Perombakan secara kimia menggunakan
bantuan enzim yang dikeluarkan oleh saluran
pencernaan (hidrolisis) dan enzim mikroba
dalam saluran pencernaan (fermentasi).
4. 1. Mulut
• Terjadi proses pengecilan ukuran partikel
makanan dengan gigi. Proses pengecilan
partikel ini tidak terjadi pada unggas.
• Proses ini dilumasi oleh saliva. Saliva
mengandung 99% air, 1%-nya terdiri atas
mucin (zat pelicin), mineral-mineral, dan
enzim amilase. Amilase (ptyalin) adalah enzim
pencerna karbohidrat (tidak terdapat pada
kucing, anjing dan kuda.
5. ESOFAGUS
• Tidak ada proses pencernaan. Pada unggas
befungsi sebagai tembolok, yaitu tempat
menampung sementara makanan
6. Lambung
• Monogastrik
1. Lambung terdiri atas kardia, fundus dan pilorus
2. Bagian fundus mengeluarkan sekresi cairan
lambung yang isinya terdiri atas mucin, asam
lambung (HCl), enzim pepsin, renin, lipase,
tripsin, kimotripsin, karboksipeptidase,
ribonuklease.
3. HCl menyebabkan pH lambung menjadi 2
7. • Poligastrik
1. retikulo rumen
• Berfungsi sebagai tempat fermentasi
makanan oleh bakteri
• Mampu melakukan regurgitasi (pengembalian
bolus makanan yang masih kasar ke mulut untuk
diremastikasi/dikunyah ulang
• Hasil akhir fermentasi makanan berupa asam
lemak terbang, CO2, CH4 dan sedikit asam lemak
lainnya
•Asetat, propionat dan butirat diserap oleh
dinding rumen untuk sumber energi utama.
8. • Protein difermentasi menjadi amonia dan
asam lemak terbang
• VFA dan Amonia dimanfaatkan oleh mikroba
untuk mensintesis protein tubuhnya. Protein
Mikroba merupakan sumber protein untuk
ternak yang akan dicerna di usus halus
• Terjadi sintesis sejumlah vitamin B dan K oleh
mikroba dan dapat diserap oleh tubuh ternak
di usus halus
9. 2. Omasum
Tempat penyerapan air digesta
3. Abomasum
Merupakan lambung yang sama fungsinya
dengan lambung non ruminansia
4 Usus Halus
• Terdiri atas 3 bagian; Duodenum, jejenum
dan ileum
• Merupakan tempat penyerapan utama
hasil pencernaan zat makanan
10. • Duodenum mengeluarkan cairan yang berfungsi
sebagai pelicin dan pelindung duodenum dari
cairan asam lambung. Juga mengeluarkan enzim
enterokinase yang merubah trisinogen menjadi
tripsin.
• Cairan empedu fari kantung empedu di hati
dikeluarkan melalui saluran empedu ke
duodenum. Cairan empedu mengandung garam-
garam natrium dan kalium, asam empedu, zat
warna empedu, mucin dan kolesterol. Cairan
empedu berfungsi sebagai pengemulsi lemak.
11. • Kelenjar pankreas mengeluarkan zat-zat
berikut ke duodenum :
1. ion-ion karbonat konsentrasi tinggi untuk
menetralisis asam lambung.
2. Enzim-enzim : Deoksiribonukease, alfa-amilase,
lipase, fosfolipase, kolesterol esterase,
tripsinogen.
• Mikrofili sepanjang usus halus mensekresikan cairan
yang mengandung enzin-enzim :amino peptidase,
dipeptidase, nukleotidase, fosfatase,
monogliriserida, lipase, lesitinase, sukrase, maltase,
dan laktase
12. 5. Usus Besar dan Kolon
Tidak mengeluarkan enzim, kecuali cairan pelicin
(mukosa)
Terjadi kegiatan fermentasi oleh mikroba, dan hasilnya
vitamin B dan K tidak dapat diserap tubuh, kecuali
fecesnya dimakan ternak
Sangat sedikit sekali hasil pencernaan zat makanan dapat
diserap di bagian ini.
Usus besar hewan tertentu (domba, kelinci, marmot, dan
unta) terjadi reabsorbsi air digesta yang menyebabkan
feces lebih padat dan kering.
Ukuran sekum/kolon kuda dan kelinci sangat besar dari
bagian lainnya sehingga fermentasi bahan makanan
serat lebih besar
13. Kecernaan
• Adalah bagian zat makanan dari pakan yang tidak
dikeskresikan dalam feses
• Bagian zat makanan dari pakan yang diserap atau
dicerna oleh tubuh dari saluran pencernaan
• Satuan pengukurannya disebut KOEFESIEN CERNA
yang penyajiannya dalam satuan persen (%)
14. • Hal-hal yang terlibat dalam pengukuran
kecernaan adalah :
1. Pakan atau ransum yang akan diuji
2. Ternak
3. Analisis Kimia (Proksimat)
4. Prosedur
15. • Penggunaan ternak sebaiknya :
1.Hewan jantan, karena kemudahnnya
memisahkan feces dengan urine (penggunaan
kantong Urine
2. Dipilih yang sehat dan jinak
3. Menggunakan kandang khusus, Kandang
metabolisme (60x120 cm) terdapat fasilitas
mempermudah koleksi fese, pakan urin dan
air.
16. • Uji kecernaan pada Unggas mempunyai
masalah (terutama kecernaan protein). Feces
dan urine dikeluarkan bersama KLOAKA, maka
perlu dilakukan 2 alternatif pemecahannya :
1. Nitrogen dari urine (berupa ASAM URAT)
dianalisis secara kimia, kemudian dijadikan
koleksi terhadap nitrogen feces.
2. Dilakukan pembedahan dengan memisahkan
saluran urine dan feces
17. Pengukuran Kecernaan
1. Pendahukuan, 7-10 hari bertujuan untuk :
a) Pembiasaan terhadap pakan yang diuji
b) menghilangkan pengaruh pakan
sebelumnya.
2. Koleksi, 5-15 hari
a) Pencatatan jumlah konsumsi pakan setiap
hari
b) Pencatatan jumlah produksi feces setiap hari
18. c) Pengambilan dan pencatatan cuplikan feces
sebanyak 10% dari produksi feces harian.
d) Cuplikan feces dikeringkan jemurkan setiap
hari
e) Cuplikan feces disatukan selama periode
pengamatan
f) Cuplikan feces dan pakan atau ransum
dianalisis kimia dan energinya.
19. • Rumus untuk mendapatkan jumlah Ekresi rata-rata
Bahan Kering Feces Harian (EBKFH) untuk satu ekor
ternak percobaan.
• EBKFH = (A) x (B) x (D)
(C) x (E)
A = % kandungan bahan kering total cuplikan feces
kering jemur
B = Berat total cuplikan Feces Kering jemur (g)
C = Berat total cuplikan feces basah (segar/g)
D = Berat total produksi feces (Kilogram atau gram)
E = Lamanya periode koleksi (hari)
20. • Untuk mendapatkan jumlah ekskresi rata-rata
zat makanannya (Abu, PK, Lk, SK, BETN)
tinggal mengganti nilai (A) sesuai dengan hasil
analisis kimia tersebut (Hasil analisis
berdasarkan kering jemur)
21. BK BO PK LK SK BETN
Komposisi Kimia (%BK)
Hijauan (%) 89,1 10,1 1,5 33,0 44,3
Feces (%) 87,0 11,0 1,6 31,0 43,4
Perhitungan
Jumlah Konsumsi (kg) 6,00 5,35 0,61 0,09 1,98 2,67
Jumlah Ekskresi (kg) 2,50 2,18 0,28 0,04 0,78 1,59
Jumlah dicerna (kg) 3,50 3,17 0,33 0,05 1,20 1,58
Koefesien Cerna (%) 58,3 59,3 54,1 55,6 60,6 59,2
Contoh : Hasil Percobaan Kecernaan dengan 5 ekor sapi
terhadap Hijauan yang Dicincang
22. • Koefisien Cerna (%) adalah
Zat mak. Yg Dikon-Zat mak. Yg Dieks x 100%
Zat mak yang Dikonsumsi
Jumlah Zat Makanan yang Dicerna x 100%
Zat Makanan yang Dikonsumsi
23. • Catatan :
Untuk mendapatkan nilai kecernaan satu bahan
pakan dari ransum (karena memberi pakan pada
ternak untuk beberapa bahan tertentu tidak bisa
diberikan secara tersendiri), maka pakan utamnya
harus diketahui dulu nilai kecernaannya (misalnya
rumput), lalu kecernaan bahan yang diuji dihitung
sebagai berikut :
misalnya jagung untuk ternak ruminansia yang
berpakan utamanya rumput diperoleh data
berikut :
24. Tambahkan konsumsi bahan kering jagung -= 1
kg, tambhan ekskresi bahan kering feces =
2,75-2,5 = 0,25 kg
Koef cerna BK = 1-0,25 x 100% = 75%
1
2. Koleksi Feses secara total tidak perlu
dilakukan bila kita menggunakan INDIKATOR,
maka rumusnya sebagai berikut :
KoCe = 100-(100 % I Mak x % ZM dlm feces)
% I Fes % ZM Mak
25. Faktor yang Mempengaruhi
Koefesien Cerna
1. Komposisi makanan
2. Keofesien cerna semu Protein kasar
3. Lemak
4. Komposisi Ransum
5. Penyiapan Makanan
6. Faktor Ternak
7. Jumlah Makanan