Tinjauan pustaka membahas konsep dasar persalinan dan ketuban pecah dini. Persalinan terdiri atas 4 tahap yaitu pembukaan, pengeluaran bayi, pelepasan plasenta, dan observasi. Ketuban pecah dini terjadi sebelum persalinan dimulai dan dapat disebabkan infeksi, trauma, atau kelainan janin/ibu. Gejala berupa keluarnya cairan dari vagina. Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan cairan dan ultrason
1. 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Persalinan
1. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir ataulalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri). (Ari Sulistyawati dan Esti Nugraheny, 2010)
2. Tahapan Persalinan
a. Kala I (Pembukaan)
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan 0 - 10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini terbagi menjadi
dua fase, yaitu :
1) Fase Laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm.
2) Fase Aktif (7 jam) dimana serviks membuka dari 4 - 10 cm.
Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi selama fase aktif. Pada
permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga parturient (ibu yang sedang bersalin) masih dapat berjalan-
jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan Kurve
Friedman, diperhitungan pembukaan primigravida 1 cm per jam dan
2. 7
pembukaan multigravida 2 cm per jam. Dengan perhitungan tersebut
maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.
b. Kala II (Pengeluaran Bayi)
Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari
pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya
ditambah kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga lahir. Proses
ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multigravida. Diagnosa persalinan kala II ditegakkan dengan
melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah
lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5 - 6
cm.
Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :
1) His semakin kuat dengan interval 2 - 3 menit, dengan durasi 50 -
100 detik
2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan meneran karena terletaknya fleksus frankenhouser.
4) Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong kepala bayi
sehingga kepala membuka pintu : suboksiput bertindak sebagai
hipomochlin, berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung
dan muka, serta kepala seluruhnya
3. 8
5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung
6) Setelah putaran paksi berlangsung, maka persalinan bayi ditolong
dengan jalan berikut :
a) Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu,
kemudian ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu
depan, kemudian ditarik curam ke atas untuk melahirkan bahu
belakang.
b) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban
7) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30
menit
c. Kala III (Pelepasan Plasenta)
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran
plasenta. Setelah kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit,
kontraksi uterus berhenti sekitar 5 - 10 menit. Dengan lahirnya bayi
dan proses retraksi uterus, maka plasenta lepas dari lapisan Nitabusch.
Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan
tanda-tanda sebagai berikut :
1) Semburan darah
2) Pemanjangan tali pusat
3) Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular (bulat)
4) Perubahan dalam posisi uterus, yaitu uterus naik di dalam abdomen
4. 9
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan
secara crede pada fundus uterus.
d. Kala IV (Observasi)
Kala IV adalah dimulai dari lahirnya plasenta selama 1-2
jam. Pada
kala ini dilakukan observasi terhadap perdarahan pascapersalinan,
paling
sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Tingkat kesadaran pasien
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, dan
pernafasan
3) Kontraksi uterus
4) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila
jumlahnya tidak melebihi 500 cc.
(Ari Sulistyawati dan Esti Nugraheny, 2010)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
a. Power
Power / kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan
adalah his, kontraksi otot – otot perut, kontraksi diagfragma, dan
aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan
adalah his, sedangkan tenaga sekundernya adalah tenaga meneran ibu.
5. 10
b. Passage
Passage / jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian
tulang padat, dasar panggul, vagina dan introitus. Janin harus berhasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku, oleh
karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum
persalinan dimulai.
c. Passanger
Passenger / cara penumpang atau janin bergerak di sepanjang
jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu ukuran
kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin . (Rohani, dkk,
2011)
B. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini
1. Pengertian Ketuban Pecah Dini
a. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. (Sarwono Prawirohardjo, 2008).
b. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan / sebelum inpartu, pada pembukaan< 4 cm (fase laten). (dr.
Taufan Nugroho, 2010)
c. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.
(Manuaba I.B.G, 2008)
6. 11
d. Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan dari jalan lahir / vagina
sebelum proses persalinan. (Eni Nur Rahmawati, 2011)
e. Ketuban pecah dini adalah bila ketuban telah pecah sebelum
pembukaan 5 cm. (Ari Sulistyawati dan Esti Nugraheny, 2010)
2. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat diketahui dan
tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebabkan faktor-
faktor yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun faktor-
faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang
menjadi faktor predisposisinya adalah :
a. Infeksi : Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban
maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban
bisa
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
b. Serviks yang inkopetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, curettage).
c. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramion, gamelli.
d. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual (coitus), Koitus atau
kegiatan seksual dapat merupakan suatu faktor penyebab naiknya
bakteri melalui sperma, terutama jika ada khorioamnionitis selain itu
enzim pada semen atau prostaglandin dapat membantu proses
7. 12
pelemahan membran dan memulai kontraksi uterus, pemeriksaan
dalam, maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya ketuban pecah
dini karena biasanya disertai infeksi.
e. Kelainan letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah
yang menutupi pintu atas panggul serta dapat menghalangi tekanan
terhadap membran bagian bawah.
f. Keadaan sosial ekonomi
g. Faktor Lain
1) Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang
tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk
kelemahan jaringan kulit ketuban
2) Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu
3) Faktor multi graviditas, merokok dan pendarahan antepartum
4) Difisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C). (dr.
Taufan Nugroho, 2010)
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang terjadi adalah:
a. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina
b. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri
pucat dan bergaris warna darah
8. 13
c. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran.
d. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. (Joseph
HK. dan M. Nugroho S, 2010)
4. Diagnosa
Diagnosa Ketuban Pecah Dini ditegakkan dengan cara :
a. Anamnese
Penderita mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba - tiba
dari jalan lahir. Cairan berbau khas, keluarnya cairan sebelum ada his
atau his belum teratur dan belum ada pengeluaran lendir dan darah.
b. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa, akan tampak keluarnya
cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban
masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
c. Pemeriksaan dengan speculum
Pemeriksaan dengan spekulum pada ketuban pecah dini akan
tampak keluar cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE), kalau
belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta
untuk mengedan atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak
keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik anteripeor.
9. 14
d. Pemeriksaan dalam
Di dalam vagina didapati cairan dan selaput ketuban sudah
tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher
perlu dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum
dalam persalinan tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam. Karena
pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi
segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal.
Mikroorganisme tersebut biasa dengan cepat menjadi
patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang
sudah dalam persalinan dan dibatasi sedikit mungkin. (dr. Taufan
Nugroho, 2010)
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi,
bau dan pHnya.
2) Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban,
urine atau secret vagina.
3) Secret vagina ibu hamil pH : 4 - 5, dengan kertas nitrazin tdk
berubah warna, tetap kuning.
4) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru, menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air
10. 15
ketuban 7 -7,5, darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes
yang positif palsu.
5) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada
gelas objek dan dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik
menunjukkan gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
1) Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri.
2) Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.
(dr. Taufan Nugroho, 2010)
6. Insidensi
Insidensi KPD berkisar antara 8 s/d 10% dari semua persalinan.
(Sarwono Prawirohardjo, 2008)
7. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini, antara lain:
a. Infeksi maternal ataupun neonatal
b. Persalinan prematur
c. Hipoksia
d. Deformitas janin (Sarwono Prawirohardjo, 2008)
11. 16
8. Penanganan
a. Konservatif
1) Rawat di Rumah Sakit dengan tirah baring.
2) Berikan antibiotik : bila ketuban pecah > 6 jam berupa ampisilin 4
x 500 mg atau gentamicyn 1 x 80 mg
3) Jika umur kehamilan < 32 - 34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4) Jika umur kehamilan 32 - 37 minggu, belum inpartu, tidak ada
infeksi, tes busa negative : beri deksametason, observasi tanda -
tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Treminasi pada umur
kehamilan 37 minggu.
5) Jika umur kehamilan 32 - 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada
infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi
sesudah 24 jam.
6) Jika umur kehamilan 32 - 37 minggu, ada infeksi, beri antibiotic
dan lakukan induksi.
7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauterin).
8) Pada usia kehamilan 32 - 34 minggu berikan steroid untuk
memacu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan priksa
kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12
12. 17
mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg
setiap 6 jam sebanyak 4 kali. (dr. Taufan Nugroho, 2010)
b. Aktif
1) Kehamilan > 37 mingggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal
seksio caesar. Dapat pula diberikan misoprostol 50 µg intravaginal
tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi, dan
persalinan diakhiri :
a) Bila skor pelvic < 5, lakukan dengan seksio sesarea.
b) Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
(Ratna Dewi Pudiastuti, 2012)
C. Tinjauan Umum Variabel Yang Dteliti
Banyak faktor yang mempengaruhi sehingga terjadi ketuban pecah
dini, tetapi peneliti membatasi beberapa faktor untuk diteliti berdasarkan latar
belakang dan tujuan penelitian yang berhubungan dengan angka kejadian
ketuban pecah dini yaitu, menurut umur, paritas, dan pekerjaan.
1. Umur
Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia
aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20 - 35 tahun. Kematian
maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun
ternyata 2 - 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi
pada usia 20 - 35 tahun.
13. 18
Jika seorang wanita hamil < 20 tahun, dianggap sebagai
kehamilan remaja dan terkait dengan buruknya hasil akhir perinatal,
ketergantungan ibu dalam hal kesejahteraan seperti tidak memperhatikan
gizi makanan, menyebabkan kekurangan nutrisi yang akan mempengaruhi
pembentukan selaput ketuban menjadi abnormal sehingga ketuban mudah
pecah sebelum waktunya. Dan pada usia > 35 tahun merupakan gerbang
memasuki periode usia risiko tinggi dari segi reproduksi sehingga terjadi
penurunan kemampuan organ-organ reproduksi yang berpengaruh pada
proses embriogenesis sehingga selaput ketuban lebih tipis yang
memudahkan untuk pecah sebelum waktunya.
2. Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang telah dilakukan ibu.
Paritas 1 - 3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih
tinggi.
Ibu dengan paritas rendah cenderung bayi yang dilahirkannya
tidak matur atau ada komplikasi karena merupakan pengalaman pertama
terhadap kemampuan alat reproduksi ibu dan kemungkinan akan timbul
penyakit dalam kehamilan dan persalinan. Sedangkan ibu dengan paritas
tinggi (melahirkan lebih dari 3 kali) cenderung mengalami komplikasi
yang akhirnya berpengaruh pada persalinan. (Anonim 2011 )
14. 19
Paritas
Coitus
3. Coitus
Koitus atau kegiatan seksual dapat merupakan suatu faktor
penyebab naiknya bakteri melalui sperma, terutama jika ada
khorioamnionitis selain itu enzim pada semen atau prostaglandin dapat
membantu proses pelemahan membran dan memulai kontraksi uterus.
D. Kerangka Konsep Penelitian
Umur
Keteragan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Variabel yang diteliti
E. Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif
1. Umur Ibu
Umur ibu adalah lamanya ibu hidup dihitung sejak lahir sampai
kunjungan pertama yang dilihat dari status pasien dan dinyatakan dalam
tahun.
Angka Kejadian
Ketuban Pecah Dini
dini
15. 20
Kriteria objektif :
Resiko tinggi : bila umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun
Resiko rendah : bila umur ibu 20 – 35 tahun
2. Paritas
Paritas adalah frekuensi persalinan yang pernah dialami oleh ibu
dalam keadaan hidup atau meninggal.
Kriteria objektif :
Resiko tinggi : bila jumlah kelahiran >3orang
Resiko rendah : bila jumlah kelahiran 1-3 orang
3. Coitus
Koitus atau kegiatan seksual dapat merupakan suatu faktor
penyebab naiknya bakteri melalui sperma, terutama jika ada
khorioamnionitis selain itu enzim pada semen atau prostaglandin dapat
membantu proses pelemahan membran dan memulai kontraksi uterus.
Kriteria objektif :
Resiko tinggi : bila saat coitus penis mengenai membrane ketuban
serta myebabkan kontraksi uterus
Resiko rendah : bila saat coitus penis tidak mengenai membrane
ketuban serta myebabkan kontraksi uterus
16. 21
F. Hipotesis
1. Hipotesis alternative (Ha) artinya ada hubungan antara umur dengan
kejadian ketuban pecah dini di RSUD H. A. Sulthan Daeng Radja Tahun
2012.
2. Hipotesis alternative (Ha) artinya ada hubungan antara paritas dengan
kejadian ketuban pecah dini di RSUD H. A. Sulthan Daeng Radja
Bulukumba Tahun 2012.
3. Hipotesis alternative (Ha) artinya ada hubungan antara coitus dengan
kejadian ketuban pecah dini di RSUD H. A. Sulthan Daeng Radja
Bulukumba Tahun 2012.