SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
FISIKA DASAR
A
B
MODUL PERTEMUAN KE – 2
MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)
MATERI KULIAH:
Definisi Vektor, Komponen Vektor, Penjumlahan Vektor, Perkalian Vektor.
POKOK BAHASAN:
VEKTOR
2-1 DEFINISI VEKTOR
Skalar adalah besaran yang tidak mempunyai arah, misalnya waktu,
volume, energi, massa, densilitas, kerja. Penambahan skalar dilakukan dengan
metode aljabar misalnya, 2 detik + 5 detik = 7 detik; 10 kg + 5 kg = 15 kg.
Vektor adalah besaran yang mempunyai arah, misalnya gaya,
perpindahan, kecepatan, impuls.
Sebuah vektor dapat digambarkan dengan anak panah, dan anak panah
ini disebut dengan vektor. Sebuah vektor dengan besar dan arah tertentu
(Gambar 2-1). Titik A menyatakan arah, panjang 4 satuan menyatakan besar
serta garis yang melalui AB menyatakan garis kerja vektor.
Gambar 2-1. Vektor AB
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
FISIKA DASAR
Simbol vektor dinyatakan dengan huruf cetak tebal atau dengan A , a ,
AB dan besarnya dengan A, a, AB atau │ A │, │ a │, │ AB │.
Vektor Bebas adalah sebuah vektor yang dapat dipindahkan ke mana
saja dalam ruang, asalkan besar dan arahnya tetap.
Vektor Satuan adalah sebuah vektor yang besarnya satu satuan vektor.
Vektor satuan pada sumbu X, Y, dan Z dinyatakan dengan vektor satuan iˆ , jˆ ,
kˆ atau xaˆ , yaˆ , zaˆ .
Suatu vektor A bisa di tulis dengan :
A = A Aeˆ
Disini Aeˆ adalah vektor satuan dari vektor A .
Vektor Negatif P adalah vektor - P yang besarnya sama tetapi arahnya
berlawanan.
Vektor Resultan adalah jumlah terkecil vektor yang menggantikan sistem
vektor yang bersangkutan .
2-2 KOMPONEN VEKTOR
Vektor Dalam Ruang
Vektor A dalam ruang dinyatakan dengan
A = xA + yA + zA = iAx
ˆ + jAy
ˆ + kAz
ˆ
dan besarnya
A =
222
zyx AAA ++
xA , yA , zA dan iˆ, jˆ , kˆ masing – masing adalah komponen vektor dan
vektor satuan pada sumbu x, y, dan z.
disini xA = iAx
ˆ besarnya xA = A cos α
yA = jAy
ˆ yA = A cos β
zA = kAz
ˆ
zA = A cos γ
Arah vector A terhadap sumbu x, y, dan z positif adalah
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
FISIKA DASAR
Cos α =
A
Ax
, Cos β =
A
Ay
, Cos γ =
A
Az
Vektor Dalam Bidang
Dalam bidang sumbu Z tidak ada maka vector A adalah :
A = xA + yA = iAx
ˆ + jAy
ˆ
besarnya :
A =
22
yx AA +
Komponen vektornya :
xA = iAx
ˆ besarnya : xA = A cos α
yA = jAy
ˆ yA = A cos β = A sin α
Arahnya terhadap sumbu x dan y :
Cos α =
A
Ax
, dan Cos β =
A
Ay
Gambar 2.2. Vektor A dalam Ruang
Gambar 2.3. Vektor A dalam Bidang
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
FISIKA DASAR
2-3 PENJUMLAHAN VEKTOR
Dalam ilmu hitung (aritmetika) dan ilmu aljabar kita berhadapan dengan
bilangan semata – mata. Dalam ilmu analisa vektor, yang merupakan salah satu
cabang ilmu matematika murni, begitu pulalah halnya: sebuah vektor dianggap
semata – mata sebagai sebuah anak panah atau ”sepotong garis lurus yang
berarah” tanpa mempunyai arti fisis sama sekali. Tetapi, sama seperti hukum –
hukum ilmu hitung dan ilmu aljabar dapat menjelaskan operasi – operasi tertentu
yang dapat dilakukan dengan beberapa besaran fisika, hukum – hukum aljabar
vektor dapat pula menjelaskan beberapa (tidak semua) aspek besaran – besaran
fisika lainnya.
(a) Metode Grafik
Untuk menjumlahkan vektor A dengan vektor B , tariklah B sedemikian
rupa sehingga ekornya berada pada kepala A jumlah vector A dan B adalah
vektor R yang menghubungkan ekor A dan kepala B dan besar serta arahnya
dapat di ukur (Gambar 2-4).
Gambar 2.4. Penjumlahan 2 Vektor A dan B
Dengan cara yang sama dilakukan bila lebih dari 2 vektor dijumlahkan.
Vektor Resultan R adalah vektor yang ditarik dari ekor vektor pertama ke kepala
vektor terakhir. (Gambar 2.5).
Gambar 2.5. Penjumlahan Vektor R = A + B + C + D
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
FISIKA DASAR
(b) Metode Jajaran Genjang
Vector Resultan R = A + B dapat di hitung dengan :
(1) Membuat titik tangkap vektor A dan B
(2) Membuat jajaran genjang dengan vektor A dan B sebagai sisi – sisinya.
(3) Menarik diagonal dari titik tangkap vektor A dan B .
Vektor R = A + B adalah vektor diagonal jajaran genjang tersebut
(Gambar 2.6).
Gambar 2.6. Vektor R = A + B dengan metoda jajaran genjang.
Bila θ = ( A, B ) = sudut antara vector A dan B maka :
R = │ A + B │ = θ−−+ 180cos222
BABA
Arah vektor R terhadap vektor B adalah ( R , B ) disini :
( )θ−180sin
R
=
( )BR
A
,sin
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
FISIKA DASAR
(c) Metode Komponen
Menjumlahkan dua atau lebih vektor ......,,, CBA sekaligus dengan
metoda komponen dilakukan sebagai berikut.
(1) Uraikan semua vektor ke dalam komponen dalam arah x, y, dan z.
(2) Jumlahkan komponen – komponen dalam arah x, y, dan z bersama – sama
yang memberikan Rx, Ry, Rz.
Artinya, besarnya Rx, Ry, dan Rz diberikan oleh :
Rx = Ax + Bx + Cx + ........
Ry = Ay + By + Cy + ........
Rz = Az + Bz + Cz + .........
(3) Hitung besar dan arah Resultan R dari komponennya zyx RdanRR ,,
Besar vektor Resultan R dinyatakan dengan :
R = 222
Zyx RRR ++
Dan arahnya terhadap sumbu x, y, dan z adalah :
Cos α =
R
Rx
, Cos β =
R
Ry
, Cos γ =
R
Rz
Contoh :
1. Carilah jumlah dua vektor gaya berikut dengan cara parallelogram : 30 pon
pada 30° dan 20 pon pada 140° (satu pon gaya adalah gaya sedemikian
hingga benda dengan massa 1 kg mempunyai berat 2,21 pon di bumi. Satu
pon adalah sama dengan gaya 4,45 newton; ( 4,45 N )).
Kedua vektor gaya diperlihatkan pada gambar 2-10 (a). Kita bentuk
paralelogram dengan kedua gaya itu sebagai sisinya, lihat gambar 2-10 (b).
Resultannya, R , adalah diagonal paralelogram. Dengan pengukuran
ditemukan R adalah 3 pon pada 72°.
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
FISIKA DASAR
Gambar 2-10
2. Empat vektor sebidang bekerja pada sebuah benda dan berpotongan di titik
O. Lihat Gambar 2-11 (a). Carilah resultan gaya secara grafik. [ Pada
Gambar 2-11, satuan gaya N adalah Newton. Benda dengan massa 1 kg
beratnya 9,8 N di bumi : Gaya 1 N adalah sama dengan gaya 0,225 pon ].
Gambar 2-11
Dari titik • keempat vektor ditarik seperti tampak pada Gambar 2-11(b). Ekor
vektor yang satu diimpitkan dengan ujung vektor sebelumnya. Maka anak
panah yang dapat ditarik dari titik • ke titik ujung vektor terakhir adalah vektor
resultan.
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
FISIKA DASAR
Dengan mengingat skala gambar didapatkan dari gambar 2-11 (b) bahwa R
= 119 N. Dengan mistar busur sudut didapatkan 37°. Maka R membentuk
sudut θ = 180° - 37° = 143° dengan sumbu x positif. Resultan gaya-gaya itu
adalah 119 N pada sudut 143°.
3. Lima gaya sebidang bekerja pada sesuatu obyek. Lihat Gambar 2 - 13.
Tentukan resultan kelima gaya itu.
Gambar 2-13
a) Tentukan komponen x dan y setiap gaya sebagai berikut :
Gaya Komponen x Komponen y
19 N 19 0
15 N 15 cos 600
= 7.5 15 sin 600
= 13
16 N - 16 cos 45° = - 11.3 16 sin 45° = 11.3
11 N - 11 cos 30° = - 9.5 - 11 sin 30° = - 5.5
22 N 0 -22.0
Perhatikan tanda + dan – pada komponen – komponen diatas.
b) Komponen vektor R adalah Rx = ∑ Fx dan Ry = ∑ Fy berarti ” jumlah
semua komponen gaya adalah arah x”. Dengan demikian
Rx = 19,0 + 7,5 – 11,3 – 9,5 + 0 = + 5,7 N
Ry = 0 + 13,0 + 11,3 – 5,5 – 22,0 = -3,2 N
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T
FISIKA DASAR
c) Besarnya gaya resultan :
R = NRR yx 5.622
=+

More Related Content

What's hot

03 limit dan kekontinuan
03 limit dan kekontinuan03 limit dan kekontinuan
03 limit dan kekontinuanRudi Wicaksana
 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Maya Umami
 
Persamaan lagrange dan hamilton
Persamaan lagrange dan hamiltonPersamaan lagrange dan hamilton
Persamaan lagrange dan hamiltonKira R. Yamato
 
Contoh jurnal ilmiah its
Contoh jurnal ilmiah itsContoh jurnal ilmiah its
Contoh jurnal ilmiah itsAhmad Rupat
 
Tabel distribusi normal
Tabel distribusi normalTabel distribusi normal
Tabel distribusi normalDewa Amertha
 
Bilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapBilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapagus_budiarto
 
Laporan Pratikum analisis regresi linier sederhana
Laporan Pratikum analisis regresi linier sederhanaLaporan Pratikum analisis regresi linier sederhana
Laporan Pratikum analisis regresi linier sederhanagita Ta
 
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear Elementer
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear ElementerSistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear Elementer
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear ElementerKelinci Coklat
 
Penerapan fungsi logaritma dalam kehidupan sehari hari
Penerapan fungsi logaritma dalam kehidupan sehari hariPenerapan fungsi logaritma dalam kehidupan sehari hari
Penerapan fungsi logaritma dalam kehidupan sehari hariAna Sugiyarti
 
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )Kelinci Coklat
 
Konversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinya
Konversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinyaKonversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinya
Konversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinyaLuqman Aziz
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Charro NieZz
 
Metode Numerik Trapesium
Metode Numerik TrapesiumMetode Numerik Trapesium
Metode Numerik TrapesiumWahyu Priyanti
 

What's hot (20)

Basis dan Dimensi
Basis dan DimensiBasis dan Dimensi
Basis dan Dimensi
 
03 limit dan kekontinuan
03 limit dan kekontinuan03 limit dan kekontinuan
03 limit dan kekontinuan
 
Modul 7 basis dan dimensi
Modul 7 basis dan dimensiModul 7 basis dan dimensi
Modul 7 basis dan dimensi
 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1
 
Persamaan lagrange dan hamilton
Persamaan lagrange dan hamiltonPersamaan lagrange dan hamilton
Persamaan lagrange dan hamilton
 
Soal dan pembahasan integral permukaan
Soal dan pembahasan integral permukaanSoal dan pembahasan integral permukaan
Soal dan pembahasan integral permukaan
 
Contoh jurnal ilmiah its
Contoh jurnal ilmiah itsContoh jurnal ilmiah its
Contoh jurnal ilmiah its
 
Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruang
 
Tabel distribusi normal
Tabel distribusi normalTabel distribusi normal
Tabel distribusi normal
 
Bilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapBilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkap
 
Laporan Pratikum analisis regresi linier sederhana
Laporan Pratikum analisis regresi linier sederhanaLaporan Pratikum analisis regresi linier sederhana
Laporan Pratikum analisis regresi linier sederhana
 
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear Elementer
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear ElementerSistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear Elementer
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear Elementer
 
Penerapan fungsi logaritma dalam kehidupan sehari hari
Penerapan fungsi logaritma dalam kehidupan sehari hariPenerapan fungsi logaritma dalam kehidupan sehari hari
Penerapan fungsi logaritma dalam kehidupan sehari hari
 
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
 
Konversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinya
Konversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinyaKonversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinya
Konversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinya
 
Deret Fourier
Deret FourierDeret Fourier
Deret Fourier
 
Parametric Equations
Parametric EquationsParametric Equations
Parametric Equations
 
03 jenis jenis+data
03 jenis jenis+data03 jenis jenis+data
03 jenis jenis+data
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2
 
Metode Numerik Trapesium
Metode Numerik TrapesiumMetode Numerik Trapesium
Metode Numerik Trapesium
 

Similar to VEKTOR FISIKA

Materi vektor dalam aplikasi teknik sipil
Materi vektor dalam aplikasi teknik sipilMateri vektor dalam aplikasi teknik sipil
Materi vektor dalam aplikasi teknik sipilRizky Islami
 
Fismat 1 17 feb 2017
Fismat 1 17 feb 2017Fismat 1 17 feb 2017
Fismat 1 17 feb 2017agusroma dhon
 
Presentation2.pptx
Presentation2.pptxPresentation2.pptx
Presentation2.pptxMarfaNis
 
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisikaKuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisikajoey552517
 
Modul kelas x unit 2 vektor
Modul kelas x unit 2 vektorModul kelas x unit 2 vektor
Modul kelas x unit 2 vektorEKO SUPRIYADI
 
Modul kelas x unit 2 vektor
Modul kelas x unit 2 vektorModul kelas x unit 2 vektor
Modul kelas x unit 2 vektorEko Supriyadi
 
PPT BAB 1 VEKTOR KELAS 11.pptx
PPT BAB 1 VEKTOR KELAS 11.pptxPPT BAB 1 VEKTOR KELAS 11.pptx
PPT BAB 1 VEKTOR KELAS 11.pptxderistysabrinaap
 
Fisika 2 besaran skalar dan vektor
Fisika 2 besaran skalar dan vektorFisika 2 besaran skalar dan vektor
Fisika 2 besaran skalar dan vektorBoy Baihaqy
 
vektor_tm_ur_2010 mata pelajaran fisika.ppt
vektor_tm_ur_2010 mata pelajaran fisika.pptvektor_tm_ur_2010 mata pelajaran fisika.ppt
vektor_tm_ur_2010 mata pelajaran fisika.pptYhoppyApriliansyahHi1
 

Similar to VEKTOR FISIKA (20)

VEKTOR.pptx
VEKTOR.pptxVEKTOR.pptx
VEKTOR.pptx
 
Materi vektor dalam aplikasi teknik sipil
Materi vektor dalam aplikasi teknik sipilMateri vektor dalam aplikasi teknik sipil
Materi vektor dalam aplikasi teknik sipil
 
Bab 2 vektor
Bab 2  vektorBab 2  vektor
Bab 2 vektor
 
Fismat 1 17 feb 2017
Fismat 1 17 feb 2017Fismat 1 17 feb 2017
Fismat 1 17 feb 2017
 
P3_VEKTOR DAN SKALAR.pptx
P3_VEKTOR DAN SKALAR.pptxP3_VEKTOR DAN SKALAR.pptx
P3_VEKTOR DAN SKALAR.pptx
 
Presentation2.pptx
Presentation2.pptxPresentation2.pptx
Presentation2.pptx
 
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisikaKuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
 
PPT VEKTOR.ppt
PPT VEKTOR.pptPPT VEKTOR.ppt
PPT VEKTOR.ppt
 
Modul kelas x unit 2 vektor
Modul kelas x unit 2 vektorModul kelas x unit 2 vektor
Modul kelas x unit 2 vektor
 
Modul kelas x unit 2 vektor
Modul kelas x unit 2 vektorModul kelas x unit 2 vektor
Modul kelas x unit 2 vektor
 
Vektor
Vektor Vektor
Vektor
 
Penjelasan Vektor
Penjelasan VektorPenjelasan Vektor
Penjelasan Vektor
 
PPT BAB 1 VEKTOR KELAS 11.pptx
PPT BAB 1 VEKTOR KELAS 11.pptxPPT BAB 1 VEKTOR KELAS 11.pptx
PPT BAB 1 VEKTOR KELAS 11.pptx
 
Unit 2.pptx
Unit 2.pptxUnit 2.pptx
Unit 2.pptx
 
Fisika 2 besaran skalar dan vektor
Fisika 2 besaran skalar dan vektorFisika 2 besaran skalar dan vektor
Fisika 2 besaran skalar dan vektor
 
Stnurhudayaa
StnurhudayaaStnurhudayaa
Stnurhudayaa
 
Stnurhudaya
StnurhudayaStnurhudaya
Stnurhudaya
 
Materi 2. skalar vektor
Materi 2. skalar vektorMateri 2. skalar vektor
Materi 2. skalar vektor
 
vektor_tm_ur_2010.ppt
vektor_tm_ur_2010.pptvektor_tm_ur_2010.ppt
vektor_tm_ur_2010.ppt
 
vektor_tm_ur_2010 mata pelajaran fisika.ppt
vektor_tm_ur_2010 mata pelajaran fisika.pptvektor_tm_ur_2010 mata pelajaran fisika.ppt
vektor_tm_ur_2010 mata pelajaran fisika.ppt
 

More from MOSES HADUN

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4MOSES HADUN
 
SAMBUNG LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA LAMPIRAN GAMBAR
SAMBUNG LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA LAMPIRAN GAMBARSAMBUNG LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA LAMPIRAN GAMBAR
SAMBUNG LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA LAMPIRAN GAMBARMOSES HADUN
 
Tugas POSTER analisa lingkungan bangunan
Tugas POSTER analisa lingkungan bangunan Tugas POSTER analisa lingkungan bangunan
Tugas POSTER analisa lingkungan bangunan MOSES HADUN
 
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadunBISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadunMOSES HADUN
 
RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG
RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG
RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG MOSES HADUN
 
Bisnis plann kewirausahaan revisi (1)
Bisnis plann kewirausahaan  revisi (1)Bisnis plann kewirausahaan  revisi (1)
Bisnis plann kewirausahaan revisi (1)MOSES HADUN
 
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasiPpt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasiMOSES HADUN
 
Tugas besar konstruksi baja 1
Tugas besar konstruksi baja 1Tugas besar konstruksi baja 1
Tugas besar konstruksi baja 1MOSES HADUN
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1MOSES HADUN
 
Modul batang tekan
Modul batang tekanModul batang tekan
Modul batang tekanMOSES HADUN
 
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIAPERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIAMOSES HADUN
 
Penentuan kelas kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkan
Penentuan kelas kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkanPenentuan kelas kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkan
Penentuan kelas kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkanMOSES HADUN
 
Bentuk batu alam
Bentuk batu alamBentuk batu alam
Bentuk batu alamMOSES HADUN
 
JENIS-JENIS BATU ALAM DAN BATU BUATAN
JENIS-JENIS BATU ALAM DAN BATU BUATANJENIS-JENIS BATU ALAM DAN BATU BUATAN
JENIS-JENIS BATU ALAM DAN BATU BUATANMOSES HADUN
 
Bahan bangunan ramah lingkungan
Bahan bangunan ramah lingkunganBahan bangunan ramah lingkungan
Bahan bangunan ramah lingkunganMOSES HADUN
 
BAGIAN-BAGIAN KAYU
BAGIAN-BAGIAN KAYUBAGIAN-BAGIAN KAYU
BAGIAN-BAGIAN KAYUMOSES HADUN
 
TEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNG
TEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNGTEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNG
TEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNGMOSES HADUN
 
Statika per portal
Statika per portal Statika per portal
Statika per portal MOSES HADUN
 
Statika per gerber, STATIKA DAN MEKANIKA TEKNIK
Statika per gerber, STATIKA DAN MEKANIKA TEKNIKStatika per gerber, STATIKA DAN MEKANIKA TEKNIK
Statika per gerber, STATIKA DAN MEKANIKA TEKNIKMOSES HADUN
 

More from MOSES HADUN (20)

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
 
SAMBUNG LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA LAMPIRAN GAMBAR
SAMBUNG LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA LAMPIRAN GAMBARSAMBUNG LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA LAMPIRAN GAMBAR
SAMBUNG LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA LAMPIRAN GAMBAR
 
Tugas POSTER analisa lingkungan bangunan
Tugas POSTER analisa lingkungan bangunan Tugas POSTER analisa lingkungan bangunan
Tugas POSTER analisa lingkungan bangunan
 
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadunBISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
 
RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG
RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG
RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG
 
Business plan
Business planBusiness plan
Business plan
 
Bisnis plann kewirausahaan revisi (1)
Bisnis plann kewirausahaan  revisi (1)Bisnis plann kewirausahaan  revisi (1)
Bisnis plann kewirausahaan revisi (1)
 
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasiPpt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
 
Tugas besar konstruksi baja 1
Tugas besar konstruksi baja 1Tugas besar konstruksi baja 1
Tugas besar konstruksi baja 1
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
 
Modul batang tekan
Modul batang tekanModul batang tekan
Modul batang tekan
 
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIAPERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
 
Penentuan kelas kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkan
Penentuan kelas kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkanPenentuan kelas kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkan
Penentuan kelas kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkan
 
Bentuk batu alam
Bentuk batu alamBentuk batu alam
Bentuk batu alam
 
JENIS-JENIS BATU ALAM DAN BATU BUATAN
JENIS-JENIS BATU ALAM DAN BATU BUATANJENIS-JENIS BATU ALAM DAN BATU BUATAN
JENIS-JENIS BATU ALAM DAN BATU BUATAN
 
Bahan bangunan ramah lingkungan
Bahan bangunan ramah lingkunganBahan bangunan ramah lingkungan
Bahan bangunan ramah lingkungan
 
BAGIAN-BAGIAN KAYU
BAGIAN-BAGIAN KAYUBAGIAN-BAGIAN KAYU
BAGIAN-BAGIAN KAYU
 
TEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNG
TEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNGTEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNG
TEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNG
 
Statika per portal
Statika per portal Statika per portal
Statika per portal
 
Statika per gerber, STATIKA DAN MEKANIKA TEKNIK
Statika per gerber, STATIKA DAN MEKANIKA TEKNIKStatika per gerber, STATIKA DAN MEKANIKA TEKNIK
Statika per gerber, STATIKA DAN MEKANIKA TEKNIK
 

VEKTOR FISIKA

  • 1. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T FISIKA DASAR A B MODUL PERTEMUAN KE – 2 MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MATERI KULIAH: Definisi Vektor, Komponen Vektor, Penjumlahan Vektor, Perkalian Vektor. POKOK BAHASAN: VEKTOR 2-1 DEFINISI VEKTOR Skalar adalah besaran yang tidak mempunyai arah, misalnya waktu, volume, energi, massa, densilitas, kerja. Penambahan skalar dilakukan dengan metode aljabar misalnya, 2 detik + 5 detik = 7 detik; 10 kg + 5 kg = 15 kg. Vektor adalah besaran yang mempunyai arah, misalnya gaya, perpindahan, kecepatan, impuls. Sebuah vektor dapat digambarkan dengan anak panah, dan anak panah ini disebut dengan vektor. Sebuah vektor dengan besar dan arah tertentu (Gambar 2-1). Titik A menyatakan arah, panjang 4 satuan menyatakan besar serta garis yang melalui AB menyatakan garis kerja vektor. Gambar 2-1. Vektor AB
  • 2. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T FISIKA DASAR Simbol vektor dinyatakan dengan huruf cetak tebal atau dengan A , a , AB dan besarnya dengan A, a, AB atau │ A │, │ a │, │ AB │. Vektor Bebas adalah sebuah vektor yang dapat dipindahkan ke mana saja dalam ruang, asalkan besar dan arahnya tetap. Vektor Satuan adalah sebuah vektor yang besarnya satu satuan vektor. Vektor satuan pada sumbu X, Y, dan Z dinyatakan dengan vektor satuan iˆ , jˆ , kˆ atau xaˆ , yaˆ , zaˆ . Suatu vektor A bisa di tulis dengan : A = A Aeˆ Disini Aeˆ adalah vektor satuan dari vektor A . Vektor Negatif P adalah vektor - P yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan. Vektor Resultan adalah jumlah terkecil vektor yang menggantikan sistem vektor yang bersangkutan . 2-2 KOMPONEN VEKTOR Vektor Dalam Ruang Vektor A dalam ruang dinyatakan dengan A = xA + yA + zA = iAx ˆ + jAy ˆ + kAz ˆ dan besarnya A = 222 zyx AAA ++ xA , yA , zA dan iˆ, jˆ , kˆ masing – masing adalah komponen vektor dan vektor satuan pada sumbu x, y, dan z. disini xA = iAx ˆ besarnya xA = A cos α yA = jAy ˆ yA = A cos β zA = kAz ˆ zA = A cos γ Arah vector A terhadap sumbu x, y, dan z positif adalah
  • 3. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T FISIKA DASAR Cos α = A Ax , Cos β = A Ay , Cos γ = A Az Vektor Dalam Bidang Dalam bidang sumbu Z tidak ada maka vector A adalah : A = xA + yA = iAx ˆ + jAy ˆ besarnya : A = 22 yx AA + Komponen vektornya : xA = iAx ˆ besarnya : xA = A cos α yA = jAy ˆ yA = A cos β = A sin α Arahnya terhadap sumbu x dan y : Cos α = A Ax , dan Cos β = A Ay Gambar 2.2. Vektor A dalam Ruang Gambar 2.3. Vektor A dalam Bidang
  • 4. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T FISIKA DASAR 2-3 PENJUMLAHAN VEKTOR Dalam ilmu hitung (aritmetika) dan ilmu aljabar kita berhadapan dengan bilangan semata – mata. Dalam ilmu analisa vektor, yang merupakan salah satu cabang ilmu matematika murni, begitu pulalah halnya: sebuah vektor dianggap semata – mata sebagai sebuah anak panah atau ”sepotong garis lurus yang berarah” tanpa mempunyai arti fisis sama sekali. Tetapi, sama seperti hukum – hukum ilmu hitung dan ilmu aljabar dapat menjelaskan operasi – operasi tertentu yang dapat dilakukan dengan beberapa besaran fisika, hukum – hukum aljabar vektor dapat pula menjelaskan beberapa (tidak semua) aspek besaran – besaran fisika lainnya. (a) Metode Grafik Untuk menjumlahkan vektor A dengan vektor B , tariklah B sedemikian rupa sehingga ekornya berada pada kepala A jumlah vector A dan B adalah vektor R yang menghubungkan ekor A dan kepala B dan besar serta arahnya dapat di ukur (Gambar 2-4). Gambar 2.4. Penjumlahan 2 Vektor A dan B Dengan cara yang sama dilakukan bila lebih dari 2 vektor dijumlahkan. Vektor Resultan R adalah vektor yang ditarik dari ekor vektor pertama ke kepala vektor terakhir. (Gambar 2.5). Gambar 2.5. Penjumlahan Vektor R = A + B + C + D
  • 5. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T FISIKA DASAR (b) Metode Jajaran Genjang Vector Resultan R = A + B dapat di hitung dengan : (1) Membuat titik tangkap vektor A dan B (2) Membuat jajaran genjang dengan vektor A dan B sebagai sisi – sisinya. (3) Menarik diagonal dari titik tangkap vektor A dan B . Vektor R = A + B adalah vektor diagonal jajaran genjang tersebut (Gambar 2.6). Gambar 2.6. Vektor R = A + B dengan metoda jajaran genjang. Bila θ = ( A, B ) = sudut antara vector A dan B maka : R = │ A + B │ = θ−−+ 180cos222 BABA Arah vektor R terhadap vektor B adalah ( R , B ) disini : ( )θ−180sin R = ( )BR A ,sin
  • 6. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T FISIKA DASAR (c) Metode Komponen Menjumlahkan dua atau lebih vektor ......,,, CBA sekaligus dengan metoda komponen dilakukan sebagai berikut. (1) Uraikan semua vektor ke dalam komponen dalam arah x, y, dan z. (2) Jumlahkan komponen – komponen dalam arah x, y, dan z bersama – sama yang memberikan Rx, Ry, Rz. Artinya, besarnya Rx, Ry, dan Rz diberikan oleh : Rx = Ax + Bx + Cx + ........ Ry = Ay + By + Cy + ........ Rz = Az + Bz + Cz + ......... (3) Hitung besar dan arah Resultan R dari komponennya zyx RdanRR ,, Besar vektor Resultan R dinyatakan dengan : R = 222 Zyx RRR ++ Dan arahnya terhadap sumbu x, y, dan z adalah : Cos α = R Rx , Cos β = R Ry , Cos γ = R Rz Contoh : 1. Carilah jumlah dua vektor gaya berikut dengan cara parallelogram : 30 pon pada 30° dan 20 pon pada 140° (satu pon gaya adalah gaya sedemikian hingga benda dengan massa 1 kg mempunyai berat 2,21 pon di bumi. Satu pon adalah sama dengan gaya 4,45 newton; ( 4,45 N )). Kedua vektor gaya diperlihatkan pada gambar 2-10 (a). Kita bentuk paralelogram dengan kedua gaya itu sebagai sisinya, lihat gambar 2-10 (b). Resultannya, R , adalah diagonal paralelogram. Dengan pengukuran ditemukan R adalah 3 pon pada 72°.
  • 7. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T FISIKA DASAR Gambar 2-10 2. Empat vektor sebidang bekerja pada sebuah benda dan berpotongan di titik O. Lihat Gambar 2-11 (a). Carilah resultan gaya secara grafik. [ Pada Gambar 2-11, satuan gaya N adalah Newton. Benda dengan massa 1 kg beratnya 9,8 N di bumi : Gaya 1 N adalah sama dengan gaya 0,225 pon ]. Gambar 2-11 Dari titik • keempat vektor ditarik seperti tampak pada Gambar 2-11(b). Ekor vektor yang satu diimpitkan dengan ujung vektor sebelumnya. Maka anak panah yang dapat ditarik dari titik • ke titik ujung vektor terakhir adalah vektor resultan.
  • 8. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T FISIKA DASAR Dengan mengingat skala gambar didapatkan dari gambar 2-11 (b) bahwa R = 119 N. Dengan mistar busur sudut didapatkan 37°. Maka R membentuk sudut θ = 180° - 37° = 143° dengan sumbu x positif. Resultan gaya-gaya itu adalah 119 N pada sudut 143°. 3. Lima gaya sebidang bekerja pada sesuatu obyek. Lihat Gambar 2 - 13. Tentukan resultan kelima gaya itu. Gambar 2-13 a) Tentukan komponen x dan y setiap gaya sebagai berikut : Gaya Komponen x Komponen y 19 N 19 0 15 N 15 cos 600 = 7.5 15 sin 600 = 13 16 N - 16 cos 45° = - 11.3 16 sin 45° = 11.3 11 N - 11 cos 30° = - 9.5 - 11 sin 30° = - 5.5 22 N 0 -22.0 Perhatikan tanda + dan – pada komponen – komponen diatas. b) Komponen vektor R adalah Rx = ∑ Fx dan Ry = ∑ Fy berarti ” jumlah semua komponen gaya adalah arah x”. Dengan demikian Rx = 19,0 + 7,5 – 11,3 – 9,5 + 0 = + 5,7 N Ry = 0 + 13,0 + 11,3 – 5,5 – 22,0 = -3,2 N
  • 9. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T FISIKA DASAR c) Besarnya gaya resultan : R = NRR yx 5.622 =+