1. Selain penggunaan bahan konstruksi diatas ,ada juga terdapat bahan konstruksi yang
ramah lingkungan yang di istilahkan dengan “TREN”. Tren ini hasil masukan dari berbagai pihak
seperti pemerintah, pengembang, arsitek, broker properti, termasuk para pemilik rumah. Tren
ini mencakup tren penggunaan perabot pintar (smart appliances), analisis masa pakai bahan
bangunan, serta pemanfaatan energi berbasis komunitas yang makin terjangkau oleh
masyarakat.
1. Tren “hijau” kini semakin terjangkau. Masih banyak yang mengaitkan tren ramah
lingkungan dan bangunan hemat energi dengan biayanya yang mahal. Kini tidak
lagi. Teknologi ramah lingkungan dan bahan baku berkualitas tinggi semakin murah dan
mudah didapat. Audit energi yang murah dan gratis banyak tersedia. Pemilik rumah
semakin sadar atas manfaat modifikasi hemat energi yang simpel dan murah. Program
Solar City di AS memungkinkan pemilik rumah memasang panel surya tanpa uang muka.
Program lain seperti Habitat for Humanity menyediakan rumah ramah lingkungan sesuai
dengan standar sertifikasi LEED dan Energy Star dengan harga terjangkau (US$100.000).
2. Tren kompetisi penghematan energi. Anda bisa menciptakan kompetisi hemat energi di
berbagai jejaring sosial seperti Facebook, Twitter atau jejaring media lain. Ajak teman-
teman Anda bergabung dalam kompetisi ini. Earth Aid misalnya, menggelar program yang
memungkinkan Anda melacak penggunaan energi di rumah dengan sponsor toko-toko ritel
lokal. Anda juga bisa berbagi dan menemukan info cara penghematan energi paling efektif
di Earth Aid. Didukung program dari Kementrian Energi AS seperti program Home Energy
Score dan program Energy Performance Score di Oregon dan Washington, penduduk AS
kini bisa saling membandingkan konsumsi energi dan menemukan cara penghematan
energi terbaik bagi rumah mereka.
3. Tren peraturan energi berbasis kinerja (performance-based energy codes). Penggunaan
energi bisa tak terkontrol tanpa adanya peraturan pemerintah. Untuk itu, dibutuhkan
regulasi yang mengatur standar pemakaian energi untuk peralatan rumah tangga seperti
pemanas maupun pendingin ruangan. Hal ini penting bagi para pemilik bangunan yang
ingin memodifikasi bangunan mereka menjadi bangunan ramah lingkungan. Pemilik
2. bangunan bisa memilih strategi hijau yang paling efektif bagi bangunan dan penghuninya
namun mereka juga harus memenuhi target minimal penghematan energi dan melaporkan
pemakaian energi mereka selama satu tahun ke lembaga terkait. Kota Seattle dan New
Building Institute bekerja sama dengan Preservation Green Lab dari National Trusts telah
menciptakan dan memraktekkan peraturan hijau ini bagi gedung lama maupun baru.
4. Tren energi terbarukan berbasis komunitas (Community Renewable Energy). Kini,
banyak komunitas yang telah bekerja sama mendapatkan energi surya dengan harga
terjangkau. Membeli panel surya secara berkelompok bisa mengurangi biaya instalasi dan
produksi hingga 15-25%.
5. Tren perabot pintar (Smart Appliances). Dengan memanfaatkan teknologi pengukuran
pintar (smart meters), pemilik gedung bisa mendapatkan tips cara menghemat energi pada
jam-jam sibuk. Pemilik gedung juga bisa mengetahui kebutuhan energi setiap perabot yang
mereka pakai. Pihak pabrikan banyak yang telah menerapkan teknologi pengatur waktu
dan pengatur konsumsi energi canggih di produk mereka sehingga pemakaian energi bisa
semakin dikontrol.
6. Tren berbagi ruang. Saat krisis ekonomi, banyak penyewa gedung yang memodifikasi
bangunan mereka sehingga bisa dihuni lebih banyak orang. Bangunan kecil tambahan yang
bisa dimanfaatkan sebagai kantor, studio, atau disewakan itu memenuhi syarat ideal sebuah
bangunan yang hemat energi dan berwawasan lingkungan. Bangunan tambahan ini bisa
memaksimalkan penggunaan ruang di perkotaan dan memberikan nilai tambah bagi
pemilik bangunan. Kota-kota seperti Portland, Oregon, dan Santa Cruz, California,
membebaskan biaya administrasi bagi bangunan-bangunan seperti ini.
7. Tren penyekatan bangunan secara optimal. Teknologi saat ini memungkinkan bangunan
disekat sedemikian rupa sehingga tidak ada energi yang keluar. Desain ini sangat cocok
bagi negara yang memiliki empat musim. Saat musim dingin, bangunan yang memiliki
sekat sempurna dipanaskan oleh aktifitas dalam ruang tanpa harus menggunakan pemanas
elektrik. Bangunan yang memiliki sekat dalam sistem pemanas atau pendingin yang baik
bisa menghemat energi dan biaya pemanasan atau pendinginan gedung. Konsep ini sesuai
dengan sertifikasi Energy Star. Bangunan juga bisa menggunakan sistem pemanas atau
pendingin yang berasal dari panas bumi (geothermal) yang lebih ramah lingkungan.
3. 8. Tren daur ulang air limbah. Air semakin sulit didapat. Di beberapa wilayah seperti di
bagian barat laut AS dan bagian selatan California, sistem daur ulang air semakin populer.
Dengan mendaur ulang air kita bisa menghemat penggunaannya dan bisa mengurangi
limbah. Walaupun beberapa kota masih enggan menggunakan air hasil daur ulang (grey
water), namun sejumlah negara telah memanfaatkannya bahkan untuk irigasi. Singapura
adalah negara di Asia yang mendaur ulang air limbahnya untuk digunakan pada kebutuhan
sehari-hari.
9. Tren sertifikasi gedung-gedung kecil. Sebanyak 95% gedung-gedung komersial di AS
memiliki luas di bawah 4.645 m2. Namun bangunan yang memiliki sertifikasi LEED
(Leadership in Energy & Environmental Design) biasanya memiliki ukuran yang jauh lebih
besar. Hal ini karena biaya sampingan untuk sertifikasi seperti biaya komisi, rancang
bangun energi (energy modeling), pendaftaran proyek , dan biaya administrasi lain masih
sangat besar sehingga biaya sertifikasi ini menjadi sangat mahal bagi pemilik dan
pengembang gedung kecil. Program sertifikasi yang didesain khusus bagi gedung-gedung
kecil kini semakin marak seperti Earthcraft Light Commercial dan Earth Advantage
Commercial.
10. Tren analisis masa pakai (Lifecycle Analysis/LCA). Memahami masa pakai bahan
bangunan dan efeknya dari pabrikan hingga ke pembuangan sangat penting bagi
pengembang berwawasan lingkungan. Dengan memahami prinsip masa pakai tersebut,
industri konstruksi bisa memelajari efek bahan-bahan bangunan itu dimulai dari produksi
hingga ke pembuangannya.
Analis bisa meneliti dampak dari bahan-bahan bangunan itu sepanjang masa pakainya
dengan menggunakan berbagai indikator lingkungan seperti efeknya terhadap polusi air dan
udara, energi yang dibutuhkan untuk memroduksi bahan bangunan, dan efek dari limbah bahan
bangunan itu terhadap lingkungan dan pemanasan global.Hasildarianalisis ini membantu arsitek
merancang bangunan yang benar-benar “hijau” atau berwawasan lingkungan.
Konsep green building atau bangunan ramah lingkungan didorong menjadi tren dunia bagi
pengembangan properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan ini punya kontribusi menahan laju
pemanasan global dengan membenahi iklim mikro.
4. Fakta akibat pemanasan global mendorong lahirnya berbagai inovasi produk industri terus
berkembang dalamdunia arsitektur dan bahaN bangunan. Konsep pembangunan arsitektur hijau
menekankan peningkatan efisiensi dalampenggunaan air, energi, dan material bangunan, mulai
dari desain building interior, pembangunan, hingga pemeliharaan bangunan itu ke depan.
Desain rancang building
memerhatikan banyak bukaan untuk
memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya
alami. Sedikit mungkin menggunakan
penerangan lampu dan pengondisi udara
pada siang hari. Desain building hemat
energi, membatasi lahan terbangun, layout
sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah
lingkungan. Atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap (roof garden, green roof)
yang memiliki nilai ekologis tinggi (suhu udara turun, pencemaran berkurang, ruang hijau
bertambah).
Penggunaan material bahan bangunan yang tepat berperan besar dalam menghasilkan
bangunan berkualitas yang ramah lingkungan. Beberapa jenis bahan bangunan ada yang memiliki
tingkat kualitas yang memengaruhi harga. Penetapan anggaran biaya sebaiknya sesuai dengan
anggaran biaya yang tersedia dan dilakukan sejak awal perencanaan sebelum konstruksi untuk
mengatur pengeluaran sehingga baik building interior maupun eksteriornya tetap berkualitas.
Konsep membangun rumah berwawasan lingkungan tidak selalu identik dengan rumah
mewah. Kenaikan harga bahan bakar minyak memukul telak industri properti di Tanah Air. Harga
bahan bangunan meroket, sementara daya beli masyarakat semakin menurun. Di tengah
keterpurukan ekonomi seperti ini, kita dituntut hidup hemat, bertindak bijak, dan kreatif dalam
segala lini kehidupan.
Kenaikan harga bahan bangunan membuat masyarakat yang berniat atau telanjur tengah
merenovasi dan membangun rumah dipaksa mengevaluasi kembali rencana atau kegiatan
pembangunan rumah yang sedang berlangsung. Prioritas pekerjaan disusun ulang, utamakan
5. kegiatan yang paling mendesak dilakukan. Penghematan pengeluaran dengan membelanjakan
bahan bangunan yang paling diperlukan untuk pembangunan sekarang.
Lakukanlah survei terlebih dahulu untuk mencari alternatif bahan bangunan yang bersifat
praktis, mampu memberi solusi tepat kebutuhan bangunan baik untuk building interior design
maupun bagian eksteriornya, dan ramah lingkungan. Hal ini bisa dilihat mulai dari lama waktu
proses pengerjaan, tingkat kepraktisan, dan hasil yang diperoleh.
Building design menggunakan bahan bangunan yang tepat, efisien, dan ramah
lingkungan. Beberapa produsen telah membuat produk dengan inovasibaru yang meminimalkan
terjadinya kontaminasi lingkungan, mengurangi pemakaian sumber daya alam tak terbarukan
dengan optimalisasi bahan baku alternatif, dan menghemat penggunaan energi secara
keseluruhan.
Bahan baku building interior design maupun eksteriornya yang ramah lingkungan
berperan penting dalammenjaga kelestarian lingkungan bumi. Beragaminovasi teknologi proses
produksi terus dikembangkan agar industri bahan baku tetap mampu bersahabat dengan alam.
Industri bahan bangunan sangat berperan penting untuk menghasilkan bahan bangunan yang
berkualitas sekaligus ramah lingkungan. Konstruksi building design yang berkelanjutan dilakukan
dengan penggunaan bahan-bahan alternatif dan bahan bakar alternatif yang dapat mengurangi
emisi CO2 sehingga lebih rendah daripada kadar normal bahan baku yang diproduksi
sebelumnya.
Semen, keramik, batu bata,
aluminium, kaca, dan baja sebagai
bahan baku utama dalam pembuatan
sebuah bangunan berperan penting
dalam mewujudkan konsep bangunan
ramah lingkungan.
Untuk kerangka bangunan
utama dan atap, kini material kayu
sudah mulai digantikan material baja
ringan. Isu penebangan liar (illegal
6. logging) akibat pembabatan kayu hutan yang tak terkendali menempatkan bangunan berbahan
kayu mulai berkurang sebagai wujud kepedulian dan keprihatinan terhadap penebangan kayu
dan kelestarianbumi. Peran kayu pun perlahan mulai digantikan oleh baja ringan dan aluminium.
Baja ringan dapat dipilih berdasarkan beberapa tingkatan kualitas tergantung dari bahan
bakunya. Rangka atap dan bangunan dari baja memiliki keunggulan lebih kuat, antikarat,
antikeropos, antirayap, lentur, mudah dipasang, dan lebih ringan sehingga tidak membebani
konstruksi dan fondasi, serta dapat dipasang dengan perhitungan desain arsitektur dan kalkulasi
teknik sipil.
Kusen jendela dan pintu juga sudah mulai menggunakan bahan aluminium sebagai
generasi bahan bangunan masa datang. Aluminium memiliki keunggulan dapat didaur ulang
(digunakan ulang), bebas racun dan zat pemicu kanker, bebas perawatan dan praktis (sesuaigaya
hidup modern), dengan desain insulasi khusus mengurangi transmisi panas dan bising (hemat
energi, hemat biaya), lebih kuat, tahan lama, antikarat, tidak perlu diganti sama sekali hanya
karet pengganjalsaja,tersediaberagamwarna, bentuk, dan ukuran dengan tekstur variasi(klasik,
kayu).
Bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas matahari dengan baik. Batu bata
alami atau fabrikasi batu bata ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan lain) memiliki
karakteristik tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap suara, dan
menyerap panas matahari secara signifikan.
Penggunaan keramik pada dinding menggeser wallpaper merupakan salah satu bentuk
inovatif desain. Dinding keramik memberikan kemudahan dalam perawatan, pembersihan
dinding (tidak perlu dicat ulang, cukup dilap), motif beragam dengan warna pilihan eksklusif dan
elegan, serta menyuguhkan suasana ruang yang bervariasi.
Fungsi setiap ruang dalam rumah berbeda-beda sehingga membuat desain dan bahan
lantai menjadi beragam, seperti marmer, granit, keramik, teraso, dan parquet. Merangkai lantai
tidak selalu membutuhkan bahan yang mahal untuk tampil artistik.
7. Lantai teraso (tegel) berwarna abu-abu gelap dan
kuning yang terkesan sederhana dan antik dapat diekspos
baik asal dikerjakan secara rapi. Kombinasi plesteran pada
dinding dan lantai di beberapa tempat akan terasa unik.
Teknik plesteran juga masih memberi banyak pilihan
tampilan.
Konsep ramah lingkungan dewasa ini juga telah
merambah ke dunia sanitasi. Septic tank dengan penyaring
biologis (biological filter septic tank) berbahan fiberglass
dirancang dengan teknologi khusus untuk tidak mencemari
lingkungan, memiliki sistempenguraian secara bertahap, dilengkapi dengan sistemdesinfektan,
hemat lahan, antibocor atau tidak rembes, tahan korosi, pemasangan mudah dan cepat, serta
tidak membutuhkan perawatan khusus.
Kotoran diproses penguraian secara biologis dan filterisasi secara bertahap melalui tiga
kompartemen. Media kontak yang dirancang khusus dan sistem desinfektan sarana pencuci
hama yang digunakan sesuai kebutuhan membuat buangan limbah kotoran tidak menyebabkan
pencemaran pada air tanah dan lingkungan.
Untuk mengantisipasi krisis air bersih, kita harus mengembangkan sistem pengurangan
pemakaian air (reduce), penggunaan kembali air untuk berbagai keperluan sekaligus (reuse),
mendaur ulang buangan air bersih (recycle), dan pengisian kembali air tanah (recharge).
Beberapa arsitek sudah mulai mengembangkan sistempengolahan air limbah bersih yang
mendaur ulang air buangan sehari-hari (cuci tangan, piring, kendaraan, bersuci diri) maupun air
limbah (airbuangan dari kamar mandi) yang dapat digunakan kembali untuk mencuci kendaraan,
membilas kloset, dan menyirami taman, serta membuat sumur resapan air (1 x 1 x 2 meter) dan
lubang biopori (10 sentimeter x 1 meter) sesuai kebutuhan.
Penggunaan panel sel surya meringankan kebutuhan energi listrik bangunan dan
memberikan keuntungan tidak perlu takut kebakaran, hubungan pendek (korsleting), bebas
polusi, hemat listrik, hemat biaya listrik,dan rendah perawatan. Panel selsurya diletakkan di atas
atap, berada tepat pada jalur sinar matahari dari timur ke barat dengan posisi miring. Kapasitas
8. panel sel surya harus terus ditingkatkan sehingga kelak dapat memenuhi kebutuhan energi listrik
setiap bangunan.
Pada akhirnya di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan krisis ekonomi
sekarang, cara pandang merencanakan atau merenovasi bangunan sudah harus mulai diubah.
Bagaimana menghadirkan bangunan yang hemat (bahan bangunan, waktu, tenaga) yang
berujung pada penghematan anggaran biaya dengan tetap menjaga kualitas dan tampilan
bangunan, serta ramah lingkungan.
Sejak fenomena pemanasan global mencuat, isu-isu yang berkaitan dengan lingkungan
banyak digaungkan di berbagai bidang termasuk properti. Di bidang ini, pemilihan material atau
bahan bangunan adalah salah satu langkah yang dilakukan dalam upaya menciptakan green
property atau properti yang ramah lingkungan. Masyarakat Indonesia saat ini semakin sadar akan
pentingnya memilih bahan atau material yang mengakomodasi isu-isu lingkungan misalnya yang
menyangkut go green, low energy, dan antitoksin.
Secara sederhana, dijelaskan bahwa pemilihan material yang ramah dapat dijabarkan
menjadi dua hal yakni dari sisi teknologi dan penggunaan. Dari sisi teknologi, misalnya, pemilihan
bahan sebaiknya menghindari adanya toksin atau racun dan diproduksi tidak bertentangan dengan
alam. Sebagai contoh, minimalkan penggunaan material kayu, batu alam ataupun bahan bangunan
yang mengandung racun seperti asbeston.
Sedangkan dari sisi penggunaan, pemilihan material yang ramah lingkungan misalnya
menggunakan lampu hemat energi seperti lampu LED yang rendah konsumsi listrik, semen instan
yang praktis dan efisien, atau pun memilih keran yang memakai tap yang hanya mengeluarkan air
dalam volume tertentu.
SEKIAN