SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
LAPORAN PENDAHULUAN
MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
KANKER PARU
Oleh:
Mutiara Sari Dewi
PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIAYATULLAH JAKARTA
2014
1
A. Definisi
Tumor adalah pembengkakan yang disebabkan oleh adanya inflamasi atau
peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam tubuh. Tipe tumor
berdasarkan pertumbuhannya dapat dibedakan menjadi benigna (jinak) dan maligna
(ganas). Tumor maligna inilah yang menjadi kanker.
Tabel perbedaan tumor benigna dan maligna
Benigna Maligna
Serupa sel asal Tidak sama dengan sel asal
Tepian licin (bersimpai) Tepian tidak rata
Menekan Menyusup
Tunbuh perlahan Tumbuh cepat
Sedikit vaskuler Vaskuler/sangat vaskuler
Jarang timbul ulang Sering residif setelah dibuang
Jarang nekrosis dan ulserasi Umumnya nekrosis dan ulserasi
Jarang efek sistemik kecuali tumor
endokrin
Umumnya efek sistemik
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas
atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak
normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan
pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi
pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan
bentuk epitel dan menghilangnya silia.
Karsinoma bronkogenik adalah tumor maligna yang timbul dari epitelium
bronkial. Empat tipe sel utama dari kanker paru termasuk karsinoma epidermoid (sel
skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), adenokarsinoma, dan karsinoma sel besar
(takterbedakan). Tahap dari tumor mengacu pada luasnya tumor secara anatomi,
penyebaran pada nodus limfe regional dan penyebaran metastatis. Prognosis tampak
2
lebih baik pada karsinoma epidermoid dan adenokarsinoma, tumor sel kecil (sel oat)
takterbedakan mempunyai prognosis yang buruk.
B. Etiologi
Faktor risiko pada karsinoma bronkogenik antara lain merokok kretek, perokok
pasif, populasi udara, pemajanan di tempat kerja (okupasional), radon, dan defisiensi
vitamin A. Faktor lainnya termasuk predisposisi genetik dan penyakit pernapasan lain
misalnya PPOM dan tuberkulosis.
C. Proses Terjadinya Kanker
1. Inisiasi (Initiation)
Tahap pertama ialah permulaan atau inisiasi, dimana sel normal berubah
menjadi pre-maligna. Karsinogen harus merupakan mutagen yaitu zat yang
dapat menimbulkan mutasi gen. Pada tahap inisiasi karsinogen bereaksi dengan
DNA, menyebabkan amplifikasi gen dan produksi copy multiple gen.
Proses inisiasi ini :
a. Karsinogen yang merupakan initiator adalah mutagen
b. Cukup terkena sekali paparan karsinogen
c. Keadaan ini permanen dan irreversible
d. Proses tidak mengubah ekspresi gen
2. Promosi (promotion)
Promotor adalah zat non mutagen tetapi dapat menaikkan reaksi
karsinogen. Sifat-sifat promotor adalah :
a. Mengikuti kerja inisiator
b. Perlu paparan berkali-kali
c. Keadaan dapat reversible
3
d. Dapat mengubah ekspresi gen seperti hyperplasia, induksi enzim, induksi
diferensiasi
3. Progresi (progession)
Pada progesi ini terjadi aktivasi, mutasi atau hilangnya gen. Pada progresi
ini timbul perubahan benigna menjadi pra-maligna dan maligna. Dalam
karsinogenesis ada 3 mekanisme yang terlibat :
a. Onkogen yang dapat menginduksi timbulnya kanker
b. Anti-onkogen atau gen suppressor yang dapat mencegah timbulnyakanker.
c. Gen modulator yang dapat mempengaruhi ekspresi karakteristik gen yang
mempengaruhi penyebaran kanker
4. Metastasis
Sel-sel maligna menyebar ke tempat jauh melalui limfatik, hematogen
(pembuluh darah), dan rongga tubuh.
D. Klasifikasi Kanker
1. Klasifikasi kanker paru
a. Karsinoma epidermois (Karsinoma Sel Skuamos)
b. Adeno Karsinoma
c. Small cell undiferentiated carcinoma (oat cell)
d. Large cell undeferentiated carcinoma.
2. Berdasarkan TNM. (T= Tumor : N. : Nodul, yaitu kelenjar limfe M. :
Metastase)
a. T : T-0: Tidak tampak tumor primer
T-1: Diameter tumor kurang dari 3 cm. Tanpa invasi ke Bronkus
4
T-2: Diameter tumor lebih dari 3 cm. Dapat disertai atelektasis atau
pneumonitis , namun berjarak lebih dari 2 Cm. Dari Karina, serta
belum adaefusi pleura.
T-3: Tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar ( dinding
toraks , diafragma atau mediatinum )atau sudah berada dekat karina
disertai efusi pleura.
b. N : N-0 : Tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional.
N-1 : Terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral.
N-2 : Terdapat penjalaran ke kelenjar limfemediastinum atau
kontralateral
N-3 : Terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal.
c. M : M-0 : Tidak terdapat metastase jauh.
M-1 : Sudah terdapat metastae jauh ke organ-organ lain.
3. Berdasarkan TNM. Disusun pentahapan klinik sbb.
a. Karsinoma insitu : T-0, N-0, M-0 , namun sitologi sputum positif untuk sel
ganas.
b. Tahap I. T-1, N-0, M-0, atau T-2, N-0, M-0
c. Tahap II. T-2, N-1,,M-0.
d. Tahap III: bila sudah terdapat T-3, N-2, atau M-1.
E. Manifestasi Klinis
1. Lokal (tumor setempat)
a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b. Hemoptisis
c. Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
5
d. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
e. Aelektasis
2. Invasi lokal :
a. Nyeri dada
b. Dispnea karena efusi pleura
c. Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia
d. Sindrom vena cava superior
e. Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
f. Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
g. Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis
servikalis
3. Gejala penyakit metastasis :
a. Pada otak, tulang, hati, adrenal
b. Limfadenopati servikal dan supraklavikula
c. Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala
d. Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
e. Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
f. Hipertrofi : osteoartropati
g. Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
h. Neuromiopati
i. Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)
j. Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
k. Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
4. Asimtomatik dengan kelainan radiologis :
6
a. Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara
radiologis
b. Kelainan berupa nodul soliter
F. Patofisiologis
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan
cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia.
Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia
menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung
pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu
cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus
dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam,
dan dingin. Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut,
penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati.
Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
7
G. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
1. Kuratif. Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan
hidup klien.
2. Paliatif. Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
8
3. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal. Mengurangi dampak fisis
maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
4. Supotif. Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi
5. Pembedahan. Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru
lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.
6. Toraktomi eksplorasi. Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru
atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
7. Pneumonektomi (pengangkatan paru). Karsinoma bronkogenik bilaman dengan
lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
8. Lobektomi (pengangkatan lobus paru). Karsinoma bronkogenik yang terbatas
pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi
jamur; tumor jinak tuberkulois.
9. Resesi segmental. Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
10. Resesi baji. Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru –
paru berbentuk baji (potongan es).
11. Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura
viscelaris)
12. Radiasi. Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif
dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
9
13. Kemoterafi. Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas
serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
H. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesis
Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk
diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal
penyakit kanker paru. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang
bercampur darah, sesak nafas dengan suara pernafasan nyaring (wheezing),
nyeri dada, lemah, berat badan menurun, dan anoreksia merupakan keadaan
yang mendukung. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada pasien
tersangka kanker paru adalah faktor usia, jenis kelamin, keniasaan merokok, dan
terpapar zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter paru.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa
perubahan bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening
dan tanda-tanda obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura.
3. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
a. Radiologis ditemukan massa radiopaque di paru, obstruksi jalan nafas
dengan akibat atelektasis, pneumonia, pembesaran kelenjar hilar, kavitasi,
tumor pancoast.Ca. Bronchogenik yang terdapat disuperior pulmonary
sulcus, pada apek lobus superior, kelainan pada pleura, dan kelainan tulang
10
b. Bronkografi. Adapun gambaran bronkografi yang dianggap patognomonik
adalah obstruksi stenosis irreguler, stenosis ekor tikus dan indentasi cap
jempol.
c. Sitologi. Dahak yang representatif dapat diperoleh melalui batuk spontan,
dengan bantuan aerosol ( 20% propylene glycol dalam larutan 10% NaCl.
Dihangatkan sampai kurang lebih 45-50 C.) atau melalui bilasan/sikatan
aspirasi bronkial.
d. Endoskopi. Meliputi pemeriksaan laringoskopi dan bronkoskopi serta
bilasan bronkial, kerokan/sikatan serta biopsi. Tujuan pemeriksaan
bronkoskopi ( serat optik ) adalah mengetahui perubahan pada bronkus
akibat kanker paru, mengambil bahan untuk pemeriksaan sitologis,
memperhatikan perubahan pada permukaan tumor/mukosa untuk
memperkirakan jenis keganasan, menilai keberhasilan terapi dan
menentukan operbilitas kanker paru.
e. Biopsi. Bahan biopsi dapat diperoleh melalui cara biopsi perkutaneus
transbronkial ataupun open biopsi. Sedangkan bahannya dapat berupa
jaringan kelenjar regional jaringan pleura ataupun jaringan paru.
f. Imunologi. Adanya korelasi yang negatif antara kanker dan reaksi
imnunologi telah umum diketahui. Gangguan imunulogik terutama tampak
pada Cell mediated immunity yang dapat ditunjukan melalui delayed
hypersensitivity reaction yang jelak, toleransi terhadap skin graft, jumlah
circulatory T cell yang rendah, serta transformasi limfosit invitro yang
rendah. Pada saat ini pemeriksaan imunulogik lebih banyak berperan
sebagai faktor prognosis daripada faktor diagnostik. Kesimpulan korelasi
uji kulit dan tanggapan terhadap sitostatika yaitu kurang dari 1,0 cm
11
dikatakan prognosa jelek, penyakit luas sedangkan kurang dari 2,5 m
dikatakan prognosa lebih baik, penyakit terbatas, dan tanggap terhadap
khemoterapi baik.
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien yang mengalami tumor
paru antara lain:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d adanya eksudat di alveolus
2. Pola nafas tidak efektif b/d sindrom hipoventilasi
3. Gangguan pertukaran gas b/d hipoventilasi
J. Rencana Keperawatan
No.
Dx
Diagnosa Keperawatan
dan Kolaborasi
Tujuan Intervensi
1 Bersihan jalan nafas
tidak efektif b/d adanya
eksudat di alveolus
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam
diharapkan mampu
mempertahankan kebersihan
jalan nafas dengan kriteria :
Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernapas dengan
mudah)
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (frekuensi
pernafasan rentang normal,
tidak ada suara nafas
abnormal)
Mampu mengidentifikasi
dan mencegah faktor yang
dapat menghambat jalan
nafas
Airwey suction
Auskultasi suara nafas
sebulum dan sesudah
suctioning
Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
suctioning
Minta klien nafas dalam
sebelum suction dilakukan
Berikan O2 dengan
menggunakan nasal untuk
memfasilitasi
suktionnasotrakeal
Anjurkan pasien untuk
istirahat dan napas dalam
setelah kateter dikeluarkan
dari nasatrakeal
Ajarkan keluarga
bagaimana cara melakukan
suksion
Hentikan suksion dan
12
berikan oksigen apabila
pasien menunjukan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2,dll.
Airway management
Posisikan pasien u/
memaksimalkan ventilsi
Identifikasi pasien
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
Lakukan fisioterpi dada
jika perlu
Keluarkan sekret
Dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
2 Pola nafas tidak efektif
b/d sindrom
hipoventilasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam
diharapkan mampu
mempertahankan kebersihan
jalan nafas dengan kriteria :
Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernapas dengan
mudah)
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (frekuensi
pernafasan rentang normal,
tidak ada suara nafas
abnormal)
Tanda-tanda vital dalam
rentang normal
Terapi oksigen
Bersihkan mulut, hidung,
dan seckret trakea
Pertahankan jalan napas
yang paten
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi klien
Monitor TD, nadi, dan
RR
3 Gangguan pertukaran
gas b/d hipoventilasi
Respiratory status : gas
exchange
Keseimbangan asam basa,
elektrolit
Respiratory status:
Manajemen Asam Basa
Kegiatan :
Dapatkan / pertahankan
jalur intravena
Pertahankan kepatenan
13
ventilation
Vital sign
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3X24
jam gangguan pertukaran
gas pasien teratasi dengan
kriteria hasil :
Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat
Memehara kebersiha paru-
paru dan bebas dari tanda-
tanda distres pernafasan
Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis,
dan dispneu, mampu
bernafas dengan mudah,.
Tanda – tanda vital dalam
batas normal
AGD dalam batas normal
Status neurologis dalam
batas normal
jalan nafas
Monitor AGD dan
elektrolit
Monitor status
hemodinamik
Beri posisi ventilasi
adekuat
Monitor tanda gagal
nafas
Monitor kepatenan
respirasi
14
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M., et all. 2008. Nursing Interventions Classification. Edisi 5.
United States of Amerika: Mosby Elsiever
Johnson, Marion, et all. 2012. NOC and NIC Linkages to NANDA-I and Clinical
Conditions: Supporting Critical Reasoning and Quality Care. Edisi 3. United
States of Amerika: Mosby Elsiever
Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius:
Jakarta
Robert. T.Door & William.L.Fritz. 2003. Cancer Chemotherapy Handbook: Elsevier
New York.
Smeltzer, Suzanne C., dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
dan Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC
Subagian Onkologi Ginekologi. 2004. Penuntun Pelayanan Pendidikan Penelitian.
Bagian Obstetri Ginekologi. FKUI: Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: EGC

More Related Content

What's hot (19)

Ca. paru AKPER PEMKAB MUNA
Ca. paru AKPER PEMKAB MUNA Ca. paru AKPER PEMKAB MUNA
Ca. paru AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep ca paru maya
Askep ca paru mayaAskep ca paru maya
Askep ca paru maya
 
Kanker paru pit 2014
Kanker paru pit 2014Kanker paru pit 2014
Kanker paru pit 2014
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker paru
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker paruAsuhan keperawatan pada pasien dengan kanker paru
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker paru
 
lp-ca-bronkogenik
 lp-ca-bronkogenik lp-ca-bronkogenik
lp-ca-bronkogenik
 
Ca paru Akper pemkab muna
Ca paru Akper pemkab munaCa paru Akper pemkab muna
Ca paru Akper pemkab muna
 
Cancer lung-cancer-indonesian
Cancer lung-cancer-indonesianCancer lung-cancer-indonesian
Cancer lung-cancer-indonesian
 
FIX LP RSMH Ca Tiroid.docx
FIX LP RSMH Ca Tiroid.docxFIX LP RSMH Ca Tiroid.docx
FIX LP RSMH Ca Tiroid.docx
 
Bronchioloalveolar carcinoma
Bronchioloalveolar carcinomaBronchioloalveolar carcinoma
Bronchioloalveolar carcinoma
 
Saad ca paru AKPER PEMKAB MUNA
Saad ca paru AKPER PEMKAB MUNA Saad ca paru AKPER PEMKAB MUNA
Saad ca paru AKPER PEMKAB MUNA
 
Bab i agatha new
Bab i agatha newBab i agatha new
Bab i agatha new
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
CA Paru
CA Paru CA Paru
CA Paru
 
Vap
VapVap
Vap
 
Kanker paru akibat kerja dan manajemen resiko
Kanker paru akibat kerja dan manajemen resikoKanker paru akibat kerja dan manajemen resiko
Kanker paru akibat kerja dan manajemen resiko
 
Ca tiroid
Ca tiroidCa tiroid
Ca tiroid
 
Laporan pendahuluan ca laring
Laporan pendahuluan ca laringLaporan pendahuluan ca laring
Laporan pendahuluan ca laring
 
ferren oktavena faisal_limfadenopati presentasi
ferren oktavena faisal_limfadenopati presentasiferren oktavena faisal_limfadenopati presentasi
ferren oktavena faisal_limfadenopati presentasi
 
Askep emfisema. AKPER PEMKAB MUNA
Askep emfisema. AKPER PEMKAB MUNAAskep emfisema. AKPER PEMKAB MUNA
Askep emfisema. AKPER PEMKAB MUNA
 

Similar to Tumor paru

Manajemen Kanker Saluran Pernafasan dan Kegawatdaruratan Pada Pasien 2.pptx
Manajemen Kanker Saluran Pernafasan dan Kegawatdaruratan Pada Pasien 2.pptxManajemen Kanker Saluran Pernafasan dan Kegawatdaruratan Pada Pasien 2.pptx
Manajemen Kanker Saluran Pernafasan dan Kegawatdaruratan Pada Pasien 2.pptxDanielronadi
 
KONSEPTUAL MATA AJAR ASKEP RONGGA MULUT.ppt
KONSEPTUAL MATA AJAR ASKEP RONGGA MULUT.pptKONSEPTUAL MATA AJAR ASKEP RONGGA MULUT.ppt
KONSEPTUAL MATA AJAR ASKEP RONGGA MULUT.pptMahadabrata Mahadabrata
 
Radiologi_Case Report_Tiatira(1).pptx
Radiologi_Case Report_Tiatira(1).pptxRadiologi_Case Report_Tiatira(1).pptx
Radiologi_Case Report_Tiatira(1).pptxkristyagaki
 
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat KankerAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kankerpjj_kemenkes
 
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat KankerAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kankerpjj_kemenkes
 
Askep Karsinoma Laring
Askep Karsinoma LaringAskep Karsinoma Laring
Askep Karsinoma LaringSri Nala
 
Askeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAskeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaOperator Warnet Vast Raha
 
98769633 asuhan-keperawatan-kanker-serviks-1
98769633 asuhan-keperawatan-kanker-serviks-198769633 asuhan-keperawatan-kanker-serviks-1
98769633 asuhan-keperawatan-kanker-serviks-1RinaLestari17
 
Neoplasma, keganasan
Neoplasma, keganasanNeoplasma, keganasan
Neoplasma, keganasanABD. RAHMAN
 

Similar to Tumor paru (20)

Manajemen Kanker Saluran Pernafasan dan Kegawatdaruratan Pada Pasien 2.pptx
Manajemen Kanker Saluran Pernafasan dan Kegawatdaruratan Pada Pasien 2.pptxManajemen Kanker Saluran Pernafasan dan Kegawatdaruratan Pada Pasien 2.pptx
Manajemen Kanker Saluran Pernafasan dan Kegawatdaruratan Pada Pasien 2.pptx
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
KONSEPTUAL MATA AJAR ASKEP RONGGA MULUT.ppt
KONSEPTUAL MATA AJAR ASKEP RONGGA MULUT.pptKONSEPTUAL MATA AJAR ASKEP RONGGA MULUT.ppt
KONSEPTUAL MATA AJAR ASKEP RONGGA MULUT.ppt
 
Intoksikasi
IntoksikasiIntoksikasi
Intoksikasi
 
Radiologi_Case Report_Tiatira(1).pptx
Radiologi_Case Report_Tiatira(1).pptxRadiologi_Case Report_Tiatira(1).pptx
Radiologi_Case Report_Tiatira(1).pptx
 
Karsinoma Bronkogenik
Karsinoma BronkogenikKarsinoma Bronkogenik
Karsinoma Bronkogenik
 
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat KankerAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
 
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat KankerAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
 
Laporan pendahuluan
Laporan pendahuluanLaporan pendahuluan
Laporan pendahuluan
 
ASKEP KANKER new.pdf
ASKEP KANKER new.pdfASKEP KANKER new.pdf
ASKEP KANKER new.pdf
 
Dd
DdDd
Dd
 
Askep tiroid
Askep tiroidAskep tiroid
Askep tiroid
 
Bu ririn
Bu ririnBu ririn
Bu ririn
 
A
AA
A
 
Askep Karsinoma Laring
Askep Karsinoma LaringAskep Karsinoma Laring
Askep Karsinoma Laring
 
Askeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAskeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
98769633 asuhan-keperawatan-kanker-serviks-1
98769633 asuhan-keperawatan-kanker-serviks-198769633 asuhan-keperawatan-kanker-serviks-1
98769633 asuhan-keperawatan-kanker-serviks-1
 
Askep ca. colorektal
Askep ca. colorektalAskep ca. colorektal
Askep ca. colorektal
 
Neoplasma, keganasan
Neoplasma, keganasanNeoplasma, keganasan
Neoplasma, keganasan
 
Tumor ganas genitalia
Tumor ganas genitaliaTumor ganas genitalia
Tumor ganas genitalia
 

Recently uploaded

KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 

Recently uploaded (20)

KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 

Tumor paru

  • 1. LAPORAN PENDAHULUAN MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I KANKER PARU Oleh: Mutiara Sari Dewi PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIAYATULLAH JAKARTA 2014
  • 2. 1 A. Definisi Tumor adalah pembengkakan yang disebabkan oleh adanya inflamasi atau peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam tubuh. Tipe tumor berdasarkan pertumbuhannya dapat dibedakan menjadi benigna (jinak) dan maligna (ganas). Tumor maligna inilah yang menjadi kanker. Tabel perbedaan tumor benigna dan maligna Benigna Maligna Serupa sel asal Tidak sama dengan sel asal Tepian licin (bersimpai) Tepian tidak rata Menekan Menyusup Tunbuh perlahan Tumbuh cepat Sedikit vaskuler Vaskuler/sangat vaskuler Jarang timbul ulang Sering residif setelah dibuang Jarang nekrosis dan ulserasi Umumnya nekrosis dan ulserasi Jarang efek sistemik kecuali tumor endokrin Umumnya efek sistemik Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia. Karsinoma bronkogenik adalah tumor maligna yang timbul dari epitelium bronkial. Empat tipe sel utama dari kanker paru termasuk karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), adenokarsinoma, dan karsinoma sel besar (takterbedakan). Tahap dari tumor mengacu pada luasnya tumor secara anatomi, penyebaran pada nodus limfe regional dan penyebaran metastatis. Prognosis tampak
  • 3. 2 lebih baik pada karsinoma epidermoid dan adenokarsinoma, tumor sel kecil (sel oat) takterbedakan mempunyai prognosis yang buruk. B. Etiologi Faktor risiko pada karsinoma bronkogenik antara lain merokok kretek, perokok pasif, populasi udara, pemajanan di tempat kerja (okupasional), radon, dan defisiensi vitamin A. Faktor lainnya termasuk predisposisi genetik dan penyakit pernapasan lain misalnya PPOM dan tuberkulosis. C. Proses Terjadinya Kanker 1. Inisiasi (Initiation) Tahap pertama ialah permulaan atau inisiasi, dimana sel normal berubah menjadi pre-maligna. Karsinogen harus merupakan mutagen yaitu zat yang dapat menimbulkan mutasi gen. Pada tahap inisiasi karsinogen bereaksi dengan DNA, menyebabkan amplifikasi gen dan produksi copy multiple gen. Proses inisiasi ini : a. Karsinogen yang merupakan initiator adalah mutagen b. Cukup terkena sekali paparan karsinogen c. Keadaan ini permanen dan irreversible d. Proses tidak mengubah ekspresi gen 2. Promosi (promotion) Promotor adalah zat non mutagen tetapi dapat menaikkan reaksi karsinogen. Sifat-sifat promotor adalah : a. Mengikuti kerja inisiator b. Perlu paparan berkali-kali c. Keadaan dapat reversible
  • 4. 3 d. Dapat mengubah ekspresi gen seperti hyperplasia, induksi enzim, induksi diferensiasi 3. Progresi (progession) Pada progesi ini terjadi aktivasi, mutasi atau hilangnya gen. Pada progresi ini timbul perubahan benigna menjadi pra-maligna dan maligna. Dalam karsinogenesis ada 3 mekanisme yang terlibat : a. Onkogen yang dapat menginduksi timbulnya kanker b. Anti-onkogen atau gen suppressor yang dapat mencegah timbulnyakanker. c. Gen modulator yang dapat mempengaruhi ekspresi karakteristik gen yang mempengaruhi penyebaran kanker 4. Metastasis Sel-sel maligna menyebar ke tempat jauh melalui limfatik, hematogen (pembuluh darah), dan rongga tubuh. D. Klasifikasi Kanker 1. Klasifikasi kanker paru a. Karsinoma epidermois (Karsinoma Sel Skuamos) b. Adeno Karsinoma c. Small cell undiferentiated carcinoma (oat cell) d. Large cell undeferentiated carcinoma. 2. Berdasarkan TNM. (T= Tumor : N. : Nodul, yaitu kelenjar limfe M. : Metastase) a. T : T-0: Tidak tampak tumor primer T-1: Diameter tumor kurang dari 3 cm. Tanpa invasi ke Bronkus
  • 5. 4 T-2: Diameter tumor lebih dari 3 cm. Dapat disertai atelektasis atau pneumonitis , namun berjarak lebih dari 2 Cm. Dari Karina, serta belum adaefusi pleura. T-3: Tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar ( dinding toraks , diafragma atau mediatinum )atau sudah berada dekat karina disertai efusi pleura. b. N : N-0 : Tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional. N-1 : Terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral. N-2 : Terdapat penjalaran ke kelenjar limfemediastinum atau kontralateral N-3 : Terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal. c. M : M-0 : Tidak terdapat metastase jauh. M-1 : Sudah terdapat metastae jauh ke organ-organ lain. 3. Berdasarkan TNM. Disusun pentahapan klinik sbb. a. Karsinoma insitu : T-0, N-0, M-0 , namun sitologi sputum positif untuk sel ganas. b. Tahap I. T-1, N-0, M-0, atau T-2, N-0, M-0 c. Tahap II. T-2, N-1,,M-0. d. Tahap III: bila sudah terdapat T-3, N-2, atau M-1. E. Manifestasi Klinis 1. Lokal (tumor setempat) a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis b. Hemoptisis c. Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
  • 6. 5 d. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru e. Aelektasis 2. Invasi lokal : a. Nyeri dada b. Dispnea karena efusi pleura c. Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia d. Sindrom vena cava superior e. Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis) f. Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent g. Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis 3. Gejala penyakit metastasis : a. Pada otak, tulang, hati, adrenal b. Limfadenopati servikal dan supraklavikula c. Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala d. Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam e. Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi f. Hipertrofi : osteoartropati g. Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer h. Neuromiopati i. Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia) j. Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh k. Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH) 4. Asimtomatik dengan kelainan radiologis :
  • 7. 6 a. Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara radiologis b. Kelainan berupa nodul soliter F. Patofisiologis Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
  • 8. 7 G. Penatalaksanaan Tujuan pengobatan kanker dapat berupa : 1. Kuratif. Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien. 2. Paliatif. Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
  • 9. 8 3. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal. Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga. 4. Supotif. Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi 5. Pembedahan. Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker. 6. Toraktomi eksplorasi. Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy. 7. Pneumonektomi (pengangkatan paru). Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat. 8. Lobektomi (pengangkatan lobus paru). Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois. 9. Resesi segmental. Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru. 10. Resesi baji. Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es). 11. Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris) 12. Radiasi. Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
  • 10. 9 13. Kemoterafi. Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi. H. Pengkajian Keperawatan 1. Anamnesis Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal penyakit kanker paru. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang bercampur darah, sesak nafas dengan suara pernafasan nyaring (wheezing), nyeri dada, lemah, berat badan menurun, dan anoreksia merupakan keadaan yang mendukung. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru adalah faktor usia, jenis kelamin, keniasaan merokok, dan terpapar zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter paru. 2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa perubahan bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening dan tanda-tanda obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura. 3. Pemeriksaan diagnostik/penunjang a. Radiologis ditemukan massa radiopaque di paru, obstruksi jalan nafas dengan akibat atelektasis, pneumonia, pembesaran kelenjar hilar, kavitasi, tumor pancoast.Ca. Bronchogenik yang terdapat disuperior pulmonary sulcus, pada apek lobus superior, kelainan pada pleura, dan kelainan tulang
  • 11. 10 b. Bronkografi. Adapun gambaran bronkografi yang dianggap patognomonik adalah obstruksi stenosis irreguler, stenosis ekor tikus dan indentasi cap jempol. c. Sitologi. Dahak yang representatif dapat diperoleh melalui batuk spontan, dengan bantuan aerosol ( 20% propylene glycol dalam larutan 10% NaCl. Dihangatkan sampai kurang lebih 45-50 C.) atau melalui bilasan/sikatan aspirasi bronkial. d. Endoskopi. Meliputi pemeriksaan laringoskopi dan bronkoskopi serta bilasan bronkial, kerokan/sikatan serta biopsi. Tujuan pemeriksaan bronkoskopi ( serat optik ) adalah mengetahui perubahan pada bronkus akibat kanker paru, mengambil bahan untuk pemeriksaan sitologis, memperhatikan perubahan pada permukaan tumor/mukosa untuk memperkirakan jenis keganasan, menilai keberhasilan terapi dan menentukan operbilitas kanker paru. e. Biopsi. Bahan biopsi dapat diperoleh melalui cara biopsi perkutaneus transbronkial ataupun open biopsi. Sedangkan bahannya dapat berupa jaringan kelenjar regional jaringan pleura ataupun jaringan paru. f. Imunologi. Adanya korelasi yang negatif antara kanker dan reaksi imnunologi telah umum diketahui. Gangguan imunulogik terutama tampak pada Cell mediated immunity yang dapat ditunjukan melalui delayed hypersensitivity reaction yang jelak, toleransi terhadap skin graft, jumlah circulatory T cell yang rendah, serta transformasi limfosit invitro yang rendah. Pada saat ini pemeriksaan imunulogik lebih banyak berperan sebagai faktor prognosis daripada faktor diagnostik. Kesimpulan korelasi uji kulit dan tanggapan terhadap sitostatika yaitu kurang dari 1,0 cm
  • 12. 11 dikatakan prognosa jelek, penyakit luas sedangkan kurang dari 2,5 m dikatakan prognosa lebih baik, penyakit terbatas, dan tanggap terhadap khemoterapi baik. I. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien yang mengalami tumor paru antara lain: 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d adanya eksudat di alveolus 2. Pola nafas tidak efektif b/d sindrom hipoventilasi 3. Gangguan pertukaran gas b/d hipoventilasi J. Rencana Keperawatan No. Dx Diagnosa Keperawatan dan Kolaborasi Tujuan Intervensi 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d adanya eksudat di alveolus Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan mampu mempertahankan kebersihan jalan nafas dengan kriteria : Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah) Menunjukkan jalan nafas yang paten (frekuensi pernafasan rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas Airwey suction Auskultasi suara nafas sebulum dan sesudah suctioning Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suktionnasotrakeal Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasatrakeal Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion Hentikan suksion dan
  • 13. 12 berikan oksigen apabila pasien menunjukan bradikardi, peningkatan saturasi O2,dll. Airway management Posisikan pasien u/ memaksimalkan ventilsi Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan Lakukan fisioterpi dada jika perlu Keluarkan sekret Dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan 2 Pola nafas tidak efektif b/d sindrom hipoventilasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan mampu mempertahankan kebersihan jalan nafas dengan kriteria : Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah) Menunjukkan jalan nafas yang paten (frekuensi pernafasan rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Tanda-tanda vital dalam rentang normal Terapi oksigen Bersihkan mulut, hidung, dan seckret trakea Pertahankan jalan napas yang paten Monitor aliran oksigen Pertahankan posisi klien Monitor TD, nadi, dan RR 3 Gangguan pertukaran gas b/d hipoventilasi Respiratory status : gas exchange Keseimbangan asam basa, elektrolit Respiratory status: Manajemen Asam Basa Kegiatan : Dapatkan / pertahankan jalur intravena Pertahankan kepatenan
  • 14. 13 ventilation Vital sign Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam gangguan pertukaran gas pasien teratasi dengan kriteria hasil : Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat Memehara kebersiha paru- paru dan bebas dari tanda- tanda distres pernafasan Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis, dan dispneu, mampu bernafas dengan mudah,. Tanda – tanda vital dalam batas normal AGD dalam batas normal Status neurologis dalam batas normal jalan nafas Monitor AGD dan elektrolit Monitor status hemodinamik Beri posisi ventilasi adekuat Monitor tanda gagal nafas Monitor kepatenan respirasi
  • 15. 14 DAFTAR PUSTAKA Bulechek, Gloria M., et all. 2008. Nursing Interventions Classification. Edisi 5. United States of Amerika: Mosby Elsiever Johnson, Marion, et all. 2012. NOC and NIC Linkages to NANDA-I and Clinical Conditions: Supporting Critical Reasoning and Quality Care. Edisi 3. United States of Amerika: Mosby Elsiever Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta Robert. T.Door & William.L.Fritz. 2003. Cancer Chemotherapy Handbook: Elsevier New York. Smeltzer, Suzanne C., dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC Subagian Onkologi Ginekologi. 2004. Penuntun Pelayanan Pendidikan Penelitian. Bagian Obstetri Ginekologi. FKUI: Jakarta. Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: EGC