2. PENGERTIAN
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price,
Patofisiologi, 1995). Kanker paru merupakan abnormalitas
dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru
(Underwood, Patologi, 2000)
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun
keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru).(
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003)
3. ETIOLOGI
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker
paru belum diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi berkepanjangan
suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor resiko utama. Beberapa
faktor risiko penyebab terjadinya kanker paru adalah:
1. Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85%
dariseluruh kasus. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh
usia mulaimerokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya
kebiasaanmerokok, dan lamanya berhenti merokok
2. Perokok pasif. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-
orang yang tidakmerokok, tetapi mengisap asap rokok dari orang lain,
risiko menderita kanker paru meningkat dua kali
3. Polusi udara. Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi
udara, tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok.
Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah
perkotaan dibandingkan dengandaerah pedesaan
4. Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik
jugadapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru
obstruktifkronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena
kanker paru
4. PATOFIOLOGI
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor
lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan
dengan resiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai
dengan adanya zat yang bersifat intiation yang merangasang permulaan
terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan
berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor.
Initiati agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang
berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari
komponen genetik ( DNA ). Keadaan selanjutnya diakibatkan
keterpaparan yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma
dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama mingguan sampai
tahunan. Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub
bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi
pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka
menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer
yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus
ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung
pada kosta dan korpus vertebra.
5. PATOFIOLOGI
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang
bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan
ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian
distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing
unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya
menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati.
Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur
terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka
6. Manifestasi Klinis
Kehilangan BB yang tidak dapat
dijelaskan dan/ kelelahan
Kesulitan benapas atau mengi
(wheezing)
Demam yang berulang
Batuk
Darah dalam dahak atau
haemoptisis
Bronchitis atau infeksi
pernapasan berulang
Nyeri dada saat menarik nafas dalam-dalam, kekakuan, suara
sesak, disfalgia, edema pada leher dan kepala (efusi pleural/
pericardial.
Tempat metastasis yang umum adalah nodus limfe, tulang, otak,
paru kolateral, kelenjar adrenalin.
Kelemahan, anoreksia, penurunan BB dan anemia terjadi pada
tahap akhir.
7. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
hipoventilasi
I
N
T
E
R
V
E
N
S
I
a. Kaji status pernapasan dengan sering, catat peningkatan
frekuensi/ upaya peningkatan /perubahan pola napas.
b. Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya
bunyi tambahan
c. Kaji adanya sianosis
d.Kolaborasi : Pemberian oksigen lembab sesuai indikasi.
8. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
Bersihkan jalan napas
I
N
T
E
R
V
E
N
S
I
a. Catat perubahan upaya dan pola napas
Rasional : Penggunaan otot interkostal dan pelebaran nasal menunjukkan
peningkatan upaya bernapas.
b. Observasi penurunan ekspensi dada
Rasional : Ekspansi dada terbatas atau tidak sama sehubungan dengan
akumulasi cairan,edema sekret dalam seksi lobus.
c. Catat karakteristik batuk ( menetap.efektif dan tidak efektif ) juga
produksi dan karakteristik sputum
Rasional : Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab
gagal perbatasan.
d. Kolaborasi : Pemberian bronkodiator, contoh aminofilin,albuterol. Awasi
untuk efek samping merugikan dari obat contoh
takikardi,hipertensi,tremor,insomnia.
Rasional : Obat diberikan untuk menurunkan viskositas sekret dan
memudahkan pmbuangan sekret.
9. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
Nyeri (akut)
I
N
T
E
R
V
E
N
S
I
a. Kaji skala nyeri klien. Buat rentang intensitas pada skala 0-10.
Rasional : Membantu dalam mengevaluasi gejala nyeri karena
Kanker. Penggunaan skala rentang membantu klien
dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat
untuk evaluasi ke ekfektifan analgesik
b. Kaji pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien.
Rasional : Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal /non verbal dapat
memberi tahukan petunjuk derajat nyeri ke efektifan
intervensi.
c. Berikan tindakan kenyaman.Dorong dan ajarkan penggunaan teknik
relaksasi
Rasional : Dalam meningkatkan relaksasi rasa nyeri klien dapat
dialihkan.
10. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
Ketakutan / Anxietas
I
N
T
E
R
V
E
N
S
I
a. Observasi peningkatan gelisah,emosi labil
Rasional : Memburuknya penyakit dapat menyebabkan
meningkatnya ansietas.
b. Membantu dengan teknik relaksasi,bimbingan imajinasi.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk pasien menangani
ansietas sendiri dan merasa terkontrol.
c. Identifikasi persepsi klien terhadap ancaman yang ada oleh situasi.
Rasional: Membantu pengenalan ansietas / takut dan
mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu untuk
individu.
d. Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan.
Rasional: Langkah awal dalam mengatasi perasaan adalah dengan
mengidentifikasi ekspresi.
11. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
hipoventilasi
I
N
T
E
R
V
E
N
S
I
a. Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Berikan
informasi dalam cara yang jelas dan singkat.
Rasional : Sembuh dalamgangguan ca paru dapat sangat
menghambat lingkup perhatian pasien, konsentrasi dan
energi untuk penerimaan informasi /tugas baru.
b. Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat.
Rasional : Pemberian intruksi penggunaan obat yang aman
memampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat
program pengobotan.
c. Kaji konsultasi nutrisi tentang rencana mkan dengan ahli gizi atau
dietisien kebutuhan makanan kalori tinggi.
Rasional : Pasien dengan masalah pernaasan berat biasanya
mengalami penurunan berat badan dan anoreksi sehingga
memerlukan peningkatan nutrisi untuk menyembuhkan.
12. TAHAP IMPLEMENTASI
A
B
C
D
Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan
yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan
anjuran dokter dan menjalankan ketentuan dari
rumah sakit. Sebelum pelaksanaan, terlebih dahulu
harus mengecek kembali data yang ada, karena
kemungkinan ada perubahan data dan bila terjadi
hal demikian kemungkinan rencana yang harus
direvisi sesuai kebutuhan pasien.
13. Tahap Evaluasi
Tahapan evaluasi merupakan proses yang
menentukan sejauh mana tujuan akan dapat
dicapai, sehingga dalam mengevaluasi tindakan
keperawatan perawat perlu mnegetahui kriteria ini
harus dapat diukur dan diamati agar kemajuan
perkembangan keperawatan kesehatan klien dapat
diketahui.
Dalam evaluasi dapat dikemukakan 3
kemungkinan yang menentukan keperawatan
selanjutnya, yaitu ;
1. Masalah dapat dipecahkan.
2. Sebagian masalah klien dapat dipecahkan.
3. Dapat muncul evaluasi baru.