Fazlur Rahman adalah seorang pemikir Islam berpengaruh dari Pakistan. Ia mengembangkan tiga metodologi utama untuk memahami al-Quran, yaitu metode kritik sejarah, interpretasi sistematis, dan gerakan ganda yang melibatkan pemikiran induktif dan deduktif. Rahman berargumen bahwa al-Quran harus dipahami dalam konteks sejarah dan sosial agar tidak disalahartikan.
2. BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN FAZLUR RAHMAN
Fazlur Rahman dilahirkan pada tanggal 21 September 1919 di
Hazara, suatu daerah di Anak Benua Indo-Pakistan yang sekarang
terletak di barat laut Pakistan. Wilayah Anak Benua Indo-Pakistan sudah
tidak diragukan lagi telah melahirkan banyak pemikir Islam yang cukup
berpengaruh dalam perkembangan pemikiran Islam. Fazlur Rahman
dilahirkan dalam suatu keluarga Muslim yang sangat religius, dengan
latar belakang kehidupan keagamaan yang matang, maka menjadi
wajar ketika berumur sepuluh tahun ia sudah dapat menghafal Alquran.
Adapun mazhab yang dianut oleh keluarganya ialah mazhab
Hanafi. Ayah Fazlur Rahman merupakan penganut mazhab Hanafi yang
sangat kuat, ayahnya inilah yang kemudian mempengaruhi pemikiran
dan keyakinan Fazlur Rahman, kemudian pada tahun 1933, Fazlur
Rahman melanjutkan pendidikannya di sebuah sekolah modern di
Lahore. Selain mengenyam pendidikan formal, Fazlur Rahman pun
mendapatkan pendidikan atau pengajaran tradisinonal dalam kajian-
kajian keislaman dari ayahnya, Maulana Syahab al Din.
3. Perkembangan Pemikiran dan Karya-Karya
Pemikiran Fazlur Rahman dapat dibagi menjadi tiga fase atau periode, yakni
periode awal, periode Pakistan, dan periode Chicago. Periode pertama belangsung
sekitar dekade 50-an dan pada periode ini Rahman hanya menghasilkan karya-karya
yang besifat historis, seperti Avicenna’s Psycology, Avicenna’s De Anima, dan Propecy
in Islam: Philosophy and Orthodoxy. Melalui ketiga buku Rahman ini akan terlihat
jelas concern pemikirannya, yakni kajian historis murni. Namun demikian, kajian yang
dilakukan Rahman pada buku yang disebut terakhir mempengaruhi pandangannya
tentang proses pewahyuan kepada nabi Muhammad saw.
Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi perubahan concern pemikiran Rahman ini
ialah :
1. Adanya kontroversi yang akut di Pakistan antara kalngan modernis disatu pihak dan
kalangan tradisionalis dan fundamentalis di lain pihak. Kontroversi ini bermuara pada
definisi Islam untuk negeri Pakistan ketika itu,
2. Kontak yang intens dengan Barat ketika menetap di sana, sangat berarti dalam
penyadaran dirinya pada hakikat tantangan Islam pada periode modern,
3. Posisi penting sebagai Direktur Lembaga Riset Islam dan anggota Dewan Penasehat
Ideologi Islam Pemerintah Pakistan, yang kemudeian mendorong Rahman untuk turut
aktif dalam meberikan definisi Islam bagi Pakistan dari kalangan modernis.
4. Sepanjang karir intelektualitasnya, doctor lulusan Oxford University
tersebut menulis pelbagai artikel di beberapa jurnal ilmiah dan sebagian
dari artikel-artikel tersebut dikumpulkan menjadi beberapa buku.
Adapun buku-buku yang dihasilkan olehnya ialah sebagai berikut :
Avicenna’s Psycology
Propecy in Islam: Philosophy and Ortodoxy
Avicennas’s De Anima, being the Psycological Part of Kitab al Shifa
The Philosophy of Mulla Shadra
Islamic Methodology in History
Islam
MajorTimes of the Qur’an
Islam and Modernity:Transformation of an IntelectualTradition
Revival and Reform in Islam: A Study of Islamic Fundamentalism
Health and Medicine in IslamicTradition
5. Di antara pemikiran Fazlur Rahman antara lain :
1) Ia menegaskan bahwa al-Qur’an bukanlah suatu karya misterius atau karya sulit
yang memerlukan manusia berlatih secara teknis untuk memahami dan
menafsirkan perintah-perintahnya, di sini di jelaskan pula prosedur yang benar
untuk memahami al-Qur’an.
Seseorang harus mempelajari al-Qur’an dalam Ordo Histories untuk
mengapresiasikan tema-tema dan gagasan-gagasannya.
2) Seseorang harus mengkajikan dalam konteks latar belakang social
historisnya, hal ini tidak hanya berlaku untuk ayat-ayatnya secara individual tapi
juga untuk al-Qur’an secara keseluruhan. Tanpa memahami latar belakang mikro
dan makronya secara memadai. Menurut Fazlur Rahman, besar kemungkinan
seseorang akan salah tangkap terhadap élan dan maksud al-Qur’an aktifitas
Nabi baik di Mekkah atau di Madinah.
3) Dalam karyanya Islam and Modernity 1982 Fazlur Rahman menekankan, akan
mutlak perlunya mensistematiskan materi ajaran al-Qur’an. Tanpa usaha ini bisa
terjadi penerapan ayat-ayatnya secara individual dan terpisah berbagai situasi
akan menyesatkan.
6. Berikut adalah tiga metodologi yang dikembangkan oleh
Rahman, yaitu:
Metode Kritik Sejarah (The Critical Histori Method)
William Montgomeri Watt menggunakan istilah The Critical
Histori Method yang merupakan pendekatan kesejarahan
yang pada prinsipnya bertujuan menemukan fakta-fakta
objektifsecara utuh dan mencari nilai-nilai tertentu yang
terkandung didalamnya. Metode kritik
sejarah, sebagaimana yang dimaksudkan Fazlur
Rahman, telah banyak diterapkan dalam penelitian sejarah
islam oleh para Orientalis seperti David S.
Margoliouth, Ignaz Goldziher, Henry Lamen, Joseph Schact
dll. Penelitian dari para orientalis tersebut menghasilkan
berbagai tesis yang menghebohkan terutama bagi
kalangan muslim tradisional.
7. Metode Penafsiran Sistematis (The Sistematic interpretation
method)
Metode kritik sejarah yang telah lama diaplikasikan
dalam menuliskan pikiran-pikirannya yang tajam dan
kritis, kemudian dikembangkan menjadi metode yang lebih
sistematis, yang disebut dengan The Sistematic
interpretation method. Menurut Rahman, jika orang-orang
islam dengan keras dan gigih berbicara tentang
kelangsungan hidup islam sebagai sistem doktrin dan
praktek didunia dewasa ini sungguh-sungguh sejati (suatu
pertanyaan yang jawabnya tidak mudah), kelihatan dengan
jelas bahwa mereka harus memulai sekali lagi dari tingkat
intelektual.
8. Metode Suatu Gerakan Ganda (a Double Movement)
Metode ini bisa dilakukan dengan (1) membawa problem-
problem umat (sosial) untuk dicarikan solusinya pada al-Qur’an
atau (2) memaknai al-Qur’an dalam konteksnya dan
memproyeksikannya kepada situasi sekarang. Lebih lanjut Fazlur
Rahman menawarkan metode berfikir yang terdiri atas dua
gerakan, yaitu: pertama, metode berpikir dari yang khusus
kepada yang umum (induktif), dan kedua, metode berpikir dari
yang umum kepada yang khusus (deduktif). Sehubungan dengan
metode berpikir pertama, gerakan pertama melibatkan
pemahaman terhadap prinsip al-Qur’an dengan mana Sunnah
merupakan bagian organisnya.