Tiga dokumen menjelaskan bagaimana teknologi dan perilaku konsumen yang berubah telah mengubah industri perbankan dan bisnis lainnya. Teknologi memungkinkan transaksi digital yang mudah diakses sehingga transaksi konvensional di bank menurun. Konsumen menginginkan layanan 24 jam yang praktis secara online. Beberapa industri seperti perbankan dan bioskop rentan terganggu oleh teknologi baru ini.
2. • Transformasi industri menjadi hal yang tak
terelakkan seiring dengan perkembangan teknologi
dan informasi yang telah mengubah gaya hidup
dan cara belanja konsumen saat ini.
• Teknologi, pasar, konsumen dan ekosistem bisnis
yang berubah telah mengubah layanan perbankan.
Mengingat Bank tidak lagi bersaing dengan sesama
bank, tetapi dengan financial technology (fintech).
• Perubahan ini diharapkan mampu mendobrak
anggapan klasik bahwa perbankan adalah industri
yang kaku (karena terbentur sistem serta regulasi
yang ketat), tetapi menjadi lebih dinamis, efektif
dan tentunya memudahkan para nasabah untuk
mengakses layanan perbankan.
Introduction
3. Introduction …
• Saat ini, masyarakat sudah mulai beralih pada transaksi
digital yang bisa diakses kapanpun dan dimanapun.
• Hal ini dapat mengakibatkan transaksi perbankan
konvensional di kantor-kantor bank cenderung menjadi
semakin berkurang.
• Pelayanan yang diinginkan tidak lagi terpusat pada kantor
yang memiliki keterbatasan waktu, melainkan bisa terus
dilakukan selama 24 jam.
• Kecanggihan teknologi membuat masyarakat terasa
malas beraktivitas keluar rumah. Apalagi harus mengantri
dan menempuh perjalanan. Transaksi lebih digemari bila
dapat diselesaikan secara online, dengan satu click,
menggunakan gadget di tangan masing-masing nasabah.
4. Marketing Perbankan dan
Disrupsi Digital
• Marketing Perbankan juga menghadapi
tantangan yang signifikan dari disrupsi digital.
• Tantangan tersebut muncul, baik secara
internal maupun secara eksternal, sehingga
perbankan harus mampu mengoptimalkan
pemanfaatan kemajuan teknologi, khususnya
digital marketing.
• Saat ini kecepatan, efisiensi, ketepatan dan
fleksibelitas menjadi hal yang utama.
• Perlu adanya adaptasi terhadap perubahan
tersebut.
6. 1. Produknya memang menarik untuk difoto
2. Produk yang kesannya susah didapatkan.
3. Keberadaannya di dalam produk (product co-
creator)
4. Produk yang harganya fantastis.
Umumnya :
Produk
7. Produk menarik untuk difoto
• mempunyai spot menarik untuk berfoto
• memuaskan rasa ingin tahu
• dapat menambah koleksi foto mereka.
https://digitalentrepreneur.id/4-ide-bisnis-untuk-generasi-millennial/
8. • Keingintahuan “kepo” yang cenderung tinggi bagi anak
muda, misalnya melihat orang lain antri begitu panjang
atau ada yang memasang foto duluan, akan membuat
mereka penasaran dan ingin mencobanya.
• Produknya bisa apa saja (tentu produknya harus layak
dibeli juga). Tidak perlu mahal, yang penting bikin
penasaan.
• Untuk membuat seseorang menjadi penasaran, bisa
dengan melakukan pembatasan, misal :
– Hanya dijual atau diskon hari ini.
– Hanya dijual dalam 1 jam saja.
– Hanya tersedia 10 buah.
– Ada artis (public figure) yang rela antri.
Tinggal dipikirkan bagaimana agar mereka bersedia antri.
Produk yang kesannya susah
didapatkan
10. Produk : Keberadaan dia di dalam
produk
• Salah satu kebiasaan masyarakat saat ini adalah ingin
“eksis”.
• Contoh saja Starbucks yang akan menuliskan nama
kita di gelas minuman kita. Atau minuman biasa
dimana penutupnya di-print foto kita.
• Konsumen akan tergoda untuk mem-posting itu.
Tentunya ini cenderung akan menarik perhatian dan
mendorong “follower” nya untuk ingin juga
melakukan hal yang sama, atau lebih dari itu.
(Product co-creator)
11. Contoh lain: desain kaos yang cukup laris dibeli oleh ibu-ibu,
yaitu coretan gambar anak mereka sendiri
12. Produk : yang harganya fantastis
• Harga seringkali tidak begitu menjadi masalah.
• Ini akan dibahas lebih lanjut pada P ke-2
(yaitu: Price) berikut ini.
13. Harga seringkali tidak begitu menjadi masalah,
asalkan produk itu:
• Dipandangnya layak (setelah melalui pertimbangan
dari teman atau perbandingan secara online, dll),
• Mudah didapatkan,
• Dapat memenuhi keinginan/kepuasannya,
• Menambah gengsi dirinya,
• Adanya unsur diskon.
Price (Harga)
14. • Contoh, membeli nasi goreng biasa dengan harga
150 ribu rupiah. Ini memang agak tidak masuk
akal, tapi entah mengapa tetap ada yang
membelinya.
• Membeli produk dengan harga yang tidak wajar
dianggap akan menaikkan gengsi pembelinya,
dan berlagak seolah orang lain tidak bisa seperti
dia.
• Spontan pembeli tersebut akan segera memfoto
nasi goreng itu dan mem-posting-nya. Atau
minimal foto struk pembelian yang “fantastis”
tersebut.
17. Kecepatan & Ketepatan
• Semakin banyak masyarakat yang sindrom
gratifikasi instan (Instant Gratification
Syndrome).
• Cepat dalam akses (utk memesan atau
mendapatkan),
• Cenderung menyukai adanya
kejelasan/kepastian hasil. Misalnya, kepastian
status diterimanya pesanan.
• Kesesuaian dengan apa yang
diinginkan/pesanan.
18. Kepraktisan & Fleksibelitas
• Sudah menjadi tugas penyedia jasa/produk untuk
menyediakan fasilitas sebagai ‘rumah kedua’ bagi
para konsumen.
• Tempat yang dipandang keren adalah dapat
memberikan fasilitas dan memanjakan
konsumen, yang membuat mereka nyaman,
merasa seperti di rumah sendiri.
• Masyarakat menginginkan kepraktisan dalam
pemesanan, pelayanan, dan pembayaran.
• Cenderung tidak ingin yang sifatnya bertele-tele
dengan prosedur yang rumit.
20. Respon
Terhadap
• Masyarakat mulai tidak terpengaruh oleh iklan.
• Bisa dikatakan bahwa mereka sangat percaya
pada kekuatan word of mouth. Hal ini bisa
bertahan lama apabila kita berhasil menciptakan
image yang sesuai dengan karakter generasinya.
• Jika memang tetap akan ada iklan, sebaiknya
konten promosi yang digunakan lebih menjurus
pada soft selling, bukan hard selling (promosi
produk secara terang-terangan).
Iklan (Advertising)
21. • Iklan bukanlah media yang efektif dalam
merangkul pasar saat ini.
• Masyarakat cenderung lebih kritis dan analisis
bila mendapati sebuah iklan. Mereka bahkan
mulai tak terlalu suka ‘diperintah’.
• Karena itu, jangan buat konten yang terang-
terangan meminta mereka untuk membeli atau
menggunakan produk Anda. Tapi buatlah konten
yang cenderung menyentuh atau bahkan
membuka kesadaran mereka terhadap manfaat
produk.
Respon
Terhadap Iklan (Advertising) …
22. • Dalam pemasaran langsung sangat penting
untuk mengkomunikasikan nilai-nilai positif
serta reputasi (termasuk kelebihan dan
keunggulan produk Anda yang dipandang dari
sisi konsumen).
• Bangun image atau citra yang baik agar
konsumen percaya untuk melakukan transaksi
terus menerus.
Respon
Terhadap Direct Marketing
23. • Masyarakat mulai lebih tertarik bila pembelian
diikuti dengan adanya unsur diskon, bonus,
voucher belanja dan sejenisnya.
• Bisa juga dilakukan membuat promosi yang
melibatkan konsumen untuk melakukan
“promosi” untuk produk atau brand Anda.
Kepada mereka yang terlibat tersebut dapat
juga diberikan insentif penjualan yang
menarik baginya.
Respon
Terhadap Sales Promotion
24. • Publikasi yang dilakukan akan lebih menarik dengan
pendekatan personal branding dari sebuah merek.
• Personal branding memiliki arti penting dalam
dunia bisnis online, yaitu untuk membangun brand
awareness khalayak terhadap produk Anda (produk
branded).
• Tujuannya adalah membuat orang lain terkesan dan
kemudian menganggap merek produk memiliki
kapabilitas tertentu. Di sinilah peran personal
branding diperlukan.
Respon
Terhadap Publisitas
25. • Personal selling yang dibutuhkan tidak la seperti
pemasaran konvensional selama ini (di mana
penjual dan pembeli akan bertatap muka secara
langsung). Melainkan, nyaris seluruh kegiatan jual
beli terjadi di dunia maya/online, tanpa adanya
tatap muka. Oleh karena itu, faktor kepercayaan
adalah yang utama.
• Masyarakat lebih tertarik dan percaya pada
pengalaman langsung (testimoni) dari teman-
temannya/orang lain yang sudah pernah
menggunakan suatu produk.
Respon
Terhadap Personal Selling
26. 1. RESTO
2. CINEMA
3. UNIVERSITY
4. HOTEL
5. BIMBEL
6. BUKU
7. BANK
8. PRAKTIK DOKTER
9. MANUFACTURING
10. MALL
10 Industri Terancam di Era
Revolusi Industri 4.0 di Indonesia
27. 10 Industri Terancam …
• Perubahan perilaku/kebiasaan menabung, menjadi
konsumtif, atau dialihkan ke investasi bisnis atau
kepemilikan saham-saham yang dilakukan secara online
• Di beberapa negara lain, menabung bukannya dapat
bunga, tetapi adanya “Extra Fee” yang harus dibayar.
• Juga disebabkan oleh adanya :
Penetapan bunga tabungan yang rendah
dibandingkan dengan keuntungan dari
investasi/saham yang jauh lebih besar.
Perubahan perilaku nasabah yang lebih menginginkan
kepraktisan bertransaksi secara online.