SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal disekitarnya . (FKUI, 1990;FKPP, 1997).
Karsinoma serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks.
Karsinoma serviks merupakan karsinoma yang primer berasal dari serviks (kanalis
servikalis dan atau porsio). Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur
ke vagina (Cunningham, 2010).
B. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko
dan predisposisi yang menonjo menurut Wiknjosastro 2006, antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda
2. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma
akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi
diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
Penyebab terjadinya kanker cerviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat
beberapa factor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker cerviks.
Adapun faktor- faktor resiko dari kanker cerviks adalah
1. Wanita
a. Menjalankan aktivitas seksual di usia muda
b. Sering berganti- ganti pasangan
c. Prostitusi (mempunyai resiko 4x lipat tehadap berkembangnya kanker
cerviks)
Perokok
d. Usia
e. Status sosial ekonomi
f.

Terpajan pada virus HIV

2. Pria (Penyebab Potensial)
a. Kandungan sperma
b. Kondisi higienis
c. Jumlah pasangan seksual
d. Perokok
e. Kanker penis
C. Tanda dan Gejala
Menurut Prawirohardjo (1994), kondisi pra-kanker umumnya ditemukan melalui tes
Pap Smear dimana ditemukan sel-sel abnormal. Bila sel-sel abnormal ini
berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala sebagai berikut:
1. Kanker stadium dini sering ditandai keputihan berlebihan, berbau busuk dan tidak
sembuh-sembuh
2. Perdarahan vagina yang tidak normal
Perdarahan terjadi diantara periode menstruasi yang reguler; Periode menstruasi
yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya; Perdarahan setelah hubungan
seksual atau pemeriksaan panggul; Perdarahan pada wanita usia menopause.
3. Rasa sakit saat hubungan seksual
4. Cepat lelah
5. Kehilangan berat badan
6. Anemia
7. Pucat, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri di daerah sekitar panggul
8. Bila kanker sudah mencapai Stadium Tiga keatas, maka akan terjadi
pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha dan sebagainya.
Apabila kanker serviks tidak ditangani, pada stadium lanjut ketika tumor keluar
serviks dan melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti,
nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki, hal ini menandakan keterlibatan ureter,
dinding panggul atau nervus skiatik. Beberapa penderita mengeluhkan nyeri
berkemih, hematuri, perdarahan rektum, sampai sulit berkemih dan buang air besar.
Penyebaran ke kelenjar getah bening, tungkai bawah dapat menimbulkan oedema
tungkai bawah, atau terjadi uremia bila terjadi penyumbatan kedua ureter
(Wiknjosastro, 2006).
D. Klasifikasi
1. Klasifikasi Klinis
Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Tingkat

Kriteria

0

Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh

I

Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke
korpus uteri

Ia

Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan
sel tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak
tedapat didalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.

Ib

Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi
pada

pemeriksaan

histologi

ternyata

sel

tumor

telah

mengadakan invasi stroma melebihi Ia
II

Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3
bagian atas vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai
dinding panggul

II a

Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari
infitrat tumor
II b

Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum
sampai dinding panggul

III a

Penyebaran

sampai

½

bagian

distal

vagina,

sedang

parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding
panggul.
III b

Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan
daerah infiltrat antara tumor dengan dinding panggul.

IV

Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan
melibatkan mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau telah
bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh

IV a

Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria
atau sudah keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum
terjadi

IV b

Telah terjadi metastasi jauh.

2. Kasifikasi bertumbuhan sel
a. Mikroskopis
1) Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia
berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan
dengan karsinoma insitu.
2) Stadium karsinoma insitu.
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang
tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel
cadangan endoserviks.
3) Stadium karsinoma mikroinvasif.
Pada

karksinoma

mikroinvasif,

disamping

perubahan

derajat

pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis
dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis,
biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining
kanker.
4) Stadium karsinoma invasif.
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol
besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir
posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan
forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
5) Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks:
a) Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina
dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam
vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
b) Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh
progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan
parametrium.
c) Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
b. Makroskopis
1) Stadium preklinis.
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
2) Stadium permulaan.
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3) Stadium setengah lanjut.
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4) Stadium lanjut.
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti
ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
E. Patofisiologi
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks;
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari
cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan
terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka
secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK (Sel skuamosa karsinoma) asli dan
SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan
epitel kolumnar (Rahmawan, 2009).
Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi. Masuknya
mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada
saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas.
Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari
agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human
papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi
tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel
yang disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang
mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma
in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma
invasif tetapi membrana basalis masih utuh (Rahmawan, 2009). Klasifikasi terbaru
menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) untuk kedua bentuk
displasia dan karsinoma in-situ. NIS terdiri dari ; NIS 1, untuk displasia ringan; NIS 2,
untuk displasia sedang; dan NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.
Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit yang dimulai
dari displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ untuk kemudian
berkembang menjadi karsinoma invasif. Beberapa penelitian menemukan bahwa 3035% NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2. Karena tidak
dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progresif dan mana
yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial menjadi ganas sehingga
harus ditatalaksanai sebagaimana mestinya. (Rahmawan, 2009)

F. Pathway

(Julandary. 2013)
G. Pemeriksaan Diagostik
1. Tes Pap Smear
Wanita bisa mengurangi risiko terserangnya kanker serviks dengan melakukan
Pap Smear secara teratur. Tes Pap adalah suatu tes yang digunakan untuk
mengamati sel-sel leher rahim. Tes Pap dapat menemukan adanya kanker leher
rahim atau sel abnormal (pra-kanker) yang dapat menyebabkan kanker serviks
(Bryant, 2012). Hal yang paling sering terjadi adalah, sel-sel abnormal yang
ditemukan oleh tes Pap bukanlah sel kanker. Sampel sel-sel yang sama dapat
dipakai untuk pengujian infeksi HPV (Puteh, 2008).
2. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat, merupakan
metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam
asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika
tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks
(Bryant, 2012).
3. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat
yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
4. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.Keuntunganadalah dapat melihat jelas daerah yang
bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.Kelemahan adalah
hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan
pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
5. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
6. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
7. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
H. Penanganan
Penanganan menurut Lachman 2012 adalah
1. Terapi local
Terapi local dilakukan pada penyakit prainvasif, yang meliputi biopsy, cauterasi,
terapi laser, konisasi, dan bedah buku.
2. Histerektomi
Histerektomi mungkin juga dilakukan tergantung pada usia wanita, status anak,
dan atau keinginan untuk sterilisasi. Histerektomi radikal adalah pengangkatan
uterus, pelvis dan nodus limfa para aurtik.
3. Pembedahan dan terapi radiasi
a. Pembedahan dilakukan untuk pengangkatan sel kanker.
b. Dilakukan pada kanker serviks invasive
c. Pada terapi batang eksternalbertujuan mengatahui luas dan lokasi tumor
serta mengecilkan tumor
4. Radioterapi batang eksternal
a. Dilakukan jika nodus limfe positif terkena dan bila batas-batas pembedahan
itu tegas.
b. Untuk terapi radiasi ini biasanya para wanita dipasang kateter urine sehingga
tetap berada di tempat tidur, makan makanan dengan diet ketat dan
memakan obat untuk mencegah defekasi, karena pada terapi ini biasanya
terpasang tampon (aplikator).
5. Eksenterasi pelvic
a. Dilakukan jika terjadi kanker setempat yang berulang
b. Dapat dilakukan pada bagian anterior, posterior, atau total tergantung organ
yang diangkat ditambah dengan uterus dan nodus limfa disekitarnya.
6. Kolostomi dan illeustomi
Illeustomi dilakukan untuk sebagai saluran pembuangan illeus.
7. Terapi biologi
Yaitu dengan memperkuat system kekebalan tubuh (system imun)
8. Kemoterapi
Dengan menggunakan obat-obatan sitostastik.
9. Irradiasi
a. Dapat dipakai untuk semua stadium
b. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
c. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
d. Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II
e. Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal
I.

Komplikasi
1.

Berkaitan dengan intervensi pembedahan
a. Vistula Uretra
b. Disfungsi bladder
c. Emboli pulmonal
d. Infeksi pelvis
e. Obstruksi usus

2.

Berkaitan dengan kemoterapi
a. Sistitis radiasi Enteritis
b. Supresi sumsum tulang
c. Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung sisplatin
d. Kerusakan membrane mukosa GI
e. Mielosupresi (Devi, 2011)

J. Pengkajian
1. Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
2. Data pasien
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat
jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
3. Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan
menyerupai air.
4. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu,
baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti :
perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
5. Riwayat penyakit sebelumnya
Data yang perlu dikaji adalah :Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi
masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga
yang menderita kanker.
6. Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya:
Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah,
berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat
mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat

personal hygiene terutama

kebersihan dari saluran urogenital.
7. Data khusus
Riwayat kebidanan ; paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan warna darah,
adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah
koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang
8. Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikografi,
pemeriksaan visual langsung, gineskopi.

K. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas

berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,

kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
2. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan
hubungan dengan pasangan dan keluarga.
3. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi
bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ;
paradisis saraf.
4. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
5. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi
dan pembedahan.
6. Kurangnya pengetahuan tentang aspek-aspek perioperatif histierektomi dan
perawatan diri (Doenges, 2000).

L. Perencanaan
1. Ansietas

berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,

kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
Ditandai dengan:Peningkatan ketegangan, gemetaran, ketakutan, gelisah,
mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.
Tujuan : Rasa cemas pasien hilang/tidak cemas lagi
Kriteria Hasil

: Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan

berkurangnya rasa takut dan cemas
Intervensi:
a. Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker.
Tentukan apakah dokter telah menjelaskan kepada pasien dan apakah
kesimpulan pasien telah dicapai.
Rasional :Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep
berdasarkan pada pengalaman pada kanker.
b. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional :Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta
kesalaahn konsep tentang diagnostik.
c. Berikan

informasi

akurat,

konsistensi

mengenai

prognosis,

hindari

memperdebatkan tentang persepsi pasien terhadap situasi.
Rasional :Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat
keputusan/ pilihan berdasarkan realita.
2. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan
hubungan dengan pasangan dan keluarga
Ditandai dengan : Mengungkapkan perubahan dalam gaya hidup tentang tubuh,
perasaan tidak berdaya, putus asa, dan tidak mampu.Tidak mengambil tanggung
jawab untuk perawatan diri, kurang mengikuti perubahan pada persepsi
diri/persepsi orang lain tentang peran.
Tujuan

: Meningkatkan harga diri pasien

Kriteria Hasil

:Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh,

penerimaan diri dalam situasi.
Intervensi :
a. Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker/pengobatan
pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tua dan sebagainya.
Rasional :Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi
penerimaan pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit.
b. Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses
adaptasi.
Rasional :Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk
tindakan apapun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.
c. Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik
dan fase pengobatan.
Rasional :Meskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan
efek kanker atau efek samping terapi, banyak memerlukan dukungan
tambahan selama periode ini.
d. Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada).
Rasional :Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baik untuk
pasien/ orang terdekat, memberikan kontak dengan pasien dengan kanker
pada berbagai tingkatan pengobatan dan/atau pemulihan.
3. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi
bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ;
paradisis saraf.
Ditandai dengan : Sensasi kandung kemih penuh, tiba-tiba, frekuensi sedikit
untuk berkemih atau tak ada keluarnya urins, inkontinensia aliran berlebihan,
distensi kandung kemih.
Tujuan : Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
Kriteria Hasil : Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.
Intervensi :
a. Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.
Rasional : Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering
dalam jumlah sedikit/kurang (< 100 ml).
b. Palpasi

kandung

kemih,

selidiki

keluhan

ketidaknyaman,

penuh

ketidakmampuan berkemih.
Rasional : Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih di atas
simpisis pubis menunjukkan retensi urine.
c. Berikan tindakan berkemih rutin, posisi normal, aliran air pada baskom,
penyiraman air hangat pada perineum.
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah
upaya berkemih.
d. Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter.
Rasional : Meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko ISK asenden.
e. Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.
Rasional : Retensi urine, drainase vagina, dan kemungkinan adanya kateter
intermitten/ tak menetap meningkatkan resiko infeksi, khususnya bila pasien
mempunyai jahitan parineal.
f.

Pemasangan kateter bila diindikasikan
Rasional : Edema atau pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan atoni
kandungan kemih/retensi kandung kemih memerlukan dekompresi kandung
kemih.

4. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
Ditandai dengan : adanya keluhan nyeri, perilaku berhati-hati.
Kriteria Hasil :

Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan

pengaruh minimal.
Tujuan
Intervensi :

: Nyeri hilang/berkurang
a. Tentukan riwayat nyeri, misalnya : lokasi uteri, frekuensi, durasi dan
intensitas (skala 0-10) dan tindakan kehilangan yang digunakan.
Rasional

:

Informasi

memberikan

data

dasar

untuk

mengevaluasi

kebutuhan/keefektifan intervensi.
b. Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya reposisi, gosokkan punggung)
dan aktifitas hiburan (misalnya musik, televisi).
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali
perhatian.
c. Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi,
sentuhan terapeutik)
Rasional

:

Memungkinkan

pasien

berpartisipasi

secara

aktif

dan

meningkatkan rasa kontrol nyeri
d. Kolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan analgesik sesuai dengan
indikasi
Rasional : Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker,meskipun respon
individual berbeda-beda.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi
dan pembedahan.
Ditandai dengan : berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk
tinggi dan bentuk tubuh
Tujuan : tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
Kriteria Hasil : penambahan berat badan progresif ke arah tujuan normalisasi
Intervensi :
a. Pantau masukan makanan
Rasional : mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi
b. Ukur TB, BB setiap hari sesuai indikasi
Rasional : membantu mengidentifikasi malnutrisi protein-kalori
c. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan
cairan adekuat
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga dengan
cairan
6.

Kurangnya

pengetahuan

mengenai

prognosis

penyakit,

dan

kebutuhan

pengobatan
Ditandai dengan : pernyataan/meminta informasi, mengungkapkan masalah,
salah persepsi
Tujuan : pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan
pengobatan
Kriteria Hasil : mengungkapkan informasi yang akurat tentang diagnosa dan
aturan pengobatan dan melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan.
Intervensi :
a. Bantu pasien menentukan persepsi tentang kanker dan pengobatan
Rasional : membantu identifikasi ide, sikap, dan rasa takut
b. Berikan informasi yang jelas dan akurat
Rasional : membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan informasi yang
diperlukan
c. Minta pasien memberikan umpan balik verbal, dan perbaiki kesalahan konsep
Rasional : kesalaahan konsep tentang kanker lebih mengganggu daripada
kenyataan

dan

(Doenges, 2000).

mempengaruhi

pengobatan/penurunan

penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA
Bryant, E. (2012). The Impact of policy and screening on cervical cancer in england. British
Journal of Nursing, Volume 21, s4-s10.
Cunningham, F. G. (2010). Dasar- dasar ginekologi & obstetri. Jakarta: EGC.
Doenges, M. E. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.
Gale, D. (2000). Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta: EGC.
Lachman. 2012. Helath and the environment journal. Jakarta: UI Press
Prayitno, A. (2005). Ekspresi protein p53, Rb, dan c-myc pada kanker serviks uteri dengan
pengecatan immunohistokimia. Biodiversitas, Volume 6, Nomor 3, 157-159.
Puteh, S. E. (2008). Economic burden of cervical cancer in malaysia. Med J Indones,
Volume 17, 272-280.
Prawirohardjo, Sarwono. 1994. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta:Yayasan Bina
Pustaka Pustaka
Rahmawan, A. (2009). Kanker serviks pada kehamilan. Banjarmasin: Ilmu Kebidanan dan
Penyakit Kandungan.
Suhartini, & Herlina, T. (2010). Hubungan antara menikah dan paritas dengan kejadian
kanker serviks di RSUD DR.Soeroto ngawi. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara
Forikes, Vol.I No.1 , 41-46.
Wiknjosastro, H. (2006). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

More Related Content

What's hot (18)

Kankerserviks
KankerserviksKankerserviks
Kankerserviks
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Tumor Ganas Ginekologi
Tumor Ganas GinekologiTumor Ganas Ginekologi
Tumor Ganas Ginekologi
 
Fakta Herbal Pembasmi Kanker Rahim, Tanpa Operasi
Fakta Herbal Pembasmi Kanker Rahim, Tanpa OperasiFakta Herbal Pembasmi Kanker Rahim, Tanpa Operasi
Fakta Herbal Pembasmi Kanker Rahim, Tanpa Operasi
 
Kanser Serviks
Kanser ServiksKanser Serviks
Kanser Serviks
 
Kata pengantar (2)
Kata pengantar (2)Kata pengantar (2)
Kata pengantar (2)
 
98769633 asuhan-keperawatan-kanker-serviks-1
98769633 asuhan-keperawatan-kanker-serviks-198769633 asuhan-keperawatan-kanker-serviks-1
98769633 asuhan-keperawatan-kanker-serviks-1
 
Kanser kolorektal
Kanser kolorektalKanser kolorektal
Kanser kolorektal
 
Tumor jalan-lahir
Tumor jalan-lahirTumor jalan-lahir
Tumor jalan-lahir
 
Kanker Serviks
Kanker ServiksKanker Serviks
Kanker Serviks
 
Presentation2 imser
Presentation2 imserPresentation2 imser
Presentation2 imser
 
Kanser pangkal rahim
Kanser pangkal rahimKanser pangkal rahim
Kanser pangkal rahim
 
Laporan skenario Onkogenesis
Laporan skenario OnkogenesisLaporan skenario Onkogenesis
Laporan skenario Onkogenesis
 
KANKER SERVIKS
KANKER SERVIKSKANKER SERVIKS
KANKER SERVIKS
 
Kanser serviks
Kanser serviksKanser serviks
Kanser serviks
 
Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 
Leaflet tumor service
Leaflet tumor serviceLeaflet tumor service
Leaflet tumor service
 
Neoplasia(kanser)
Neoplasia(kanser)Neoplasia(kanser)
Neoplasia(kanser)
 

Viewers also liked

Landasan teoritis asuransi syariah
Landasan teoritis asuransi syariahLandasan teoritis asuransi syariah
Landasan teoritis asuransi syariahUlfi Oktaviana
 
Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)Okta-Shi Sama
 
Judul Skripsi Kesehatan Masyarakat
Judul Skripsi Kesehatan MasyarakatJudul Skripsi Kesehatan Masyarakat
Judul Skripsi Kesehatan MasyarakatKesehatan Masyarakat
 
Jenis- jenis kontrasepsi
Jenis- jenis kontrasepsiJenis- jenis kontrasepsi
Jenis- jenis kontrasepsiDini Harianti
 
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga Berencana
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga BerencanaPenggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga Berencana
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga BerencanaCandra Wiguna
 

Viewers also liked (6)

Landasan pemikiran
Landasan pemikiranLandasan pemikiran
Landasan pemikiran
 
Landasan teoritis asuransi syariah
Landasan teoritis asuransi syariahLandasan teoritis asuransi syariah
Landasan teoritis asuransi syariah
 
Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)
 
Judul Skripsi Kesehatan Masyarakat
Judul Skripsi Kesehatan MasyarakatJudul Skripsi Kesehatan Masyarakat
Judul Skripsi Kesehatan Masyarakat
 
Jenis- jenis kontrasepsi
Jenis- jenis kontrasepsiJenis- jenis kontrasepsi
Jenis- jenis kontrasepsi
 
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga Berencana
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga BerencanaPenggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga Berencana
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga Berencana
 

Similar to KANKER SERVIKS

Kanker Pada Sistem Reproduksi
Kanker Pada Sistem ReproduksiKanker Pada Sistem Reproduksi
Kanker Pada Sistem Reproduksinovaangelia125
 
Askeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAskeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaOperator Warnet Vast Raha
 
Fakta Herbal Pembasmi Kanker Serviks, Tanpa Operasi
Fakta Herbal Pembasmi Kanker Serviks, Tanpa OperasiFakta Herbal Pembasmi Kanker Serviks, Tanpa Operasi
Fakta Herbal Pembasmi Kanker Serviks, Tanpa OperasiDimasKuncoro4
 
Patologi anatomi- CARCINOMA SERVIKS
Patologi anatomi- CARCINOMA SERVIKSPatologi anatomi- CARCINOMA SERVIKS
Patologi anatomi- CARCINOMA SERVIKSVrilisda Sitepu
 
217643085 case-ca-mamae-in-ul
217643085 case-ca-mamae-in-ul217643085 case-ca-mamae-in-ul
217643085 case-ca-mamae-in-ulhomeworkping9
 
Kanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan Bandung
Kanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan BandungKanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan Bandung
Kanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan Bandungrafaclinic
 
Gangguan pada tuba falopi d atau uterus
Gangguan pada tuba falopi d atau uterusGangguan pada tuba falopi d atau uterus
Gangguan pada tuba falopi d atau uterusIyyiee Iyyiee
 
deteksidinikankerservik-230126154838-c36c56ed.pptx
deteksidinikankerservik-230126154838-c36c56ed.pptxdeteksidinikankerservik-230126154838-c36c56ed.pptx
deteksidinikankerservik-230126154838-c36c56ed.pptxNoniek1
 
Deteksi dini-kanker-servik
Deteksi dini-kanker-servikDeteksi dini-kanker-servik
Deteksi dini-kanker-servikYenniy Ismullah
 
KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptxKESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptxKiaTauhid
 

Similar to KANKER SERVIKS (20)

Askep kanker serviks
Askep kanker serviksAskep kanker serviks
Askep kanker serviks
 
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
 
Kanker Pada Sistem Reproduksi
Kanker Pada Sistem ReproduksiKanker Pada Sistem Reproduksi
Kanker Pada Sistem Reproduksi
 
Kanker serviks
Kanker serviksKanker serviks
Kanker serviks
 
Askep pada klien dengan ca AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan ca AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan ca AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan ca AKPER PEMKAB MUNA
 
Bab i bab ii
Bab i bab iiBab i bab ii
Bab i bab ii
 
Askeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAskeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askeb urologi husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Askep pada klien dengan ca AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan ca AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan ca AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan ca AKPER PEMKAB MUNA
 
Fakta Herbal Pembasmi Kanker Serviks, Tanpa Operasi
Fakta Herbal Pembasmi Kanker Serviks, Tanpa OperasiFakta Herbal Pembasmi Kanker Serviks, Tanpa Operasi
Fakta Herbal Pembasmi Kanker Serviks, Tanpa Operasi
 
Patologi anatomi- CARCINOMA SERVIKS
Patologi anatomi- CARCINOMA SERVIKSPatologi anatomi- CARCINOMA SERVIKS
Patologi anatomi- CARCINOMA SERVIKS
 
217643085 case-ca-mamae-in-ul
217643085 case-ca-mamae-in-ul217643085 case-ca-mamae-in-ul
217643085 case-ca-mamae-in-ul
 
Kanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan Bandung
Kanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan BandungKanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan Bandung
Kanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan Bandung
 
Gangguan pada tuba falopi d atau uterus
Gangguan pada tuba falopi d atau uterusGangguan pada tuba falopi d atau uterus
Gangguan pada tuba falopi d atau uterus
 
Ca boli makalah
Ca boli makalahCa boli makalah
Ca boli makalah
 
deteksidinikankerservik-230126154838-c36c56ed.pptx
deteksidinikankerservik-230126154838-c36c56ed.pptxdeteksidinikankerservik-230126154838-c36c56ed.pptx
deteksidinikankerservik-230126154838-c36c56ed.pptx
 
CA Rectum
CA RectumCA Rectum
CA Rectum
 
Deteksi dini-kanker-servik
Deteksi dini-kanker-servikDeteksi dini-kanker-servik
Deteksi dini-kanker-servik
 
Kanker Serviks
Kanker ServiksKanker Serviks
Kanker Serviks
 
KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptxKESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptx
 
Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 

Recently uploaded

Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 

Recently uploaded (20)

Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 

KANKER SERVIKS

  • 1. BAB I TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya . (FKUI, 1990;FKPP, 1997). Karsinoma serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Karsinoma serviks merupakan karsinoma yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio). Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina (Cunningham, 2010). B. Etiologi Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjo menurut Wiknjosastro 2006, antara lain : 1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda 2. Jumlah kehamilan dan partus Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks. 3. Jumlah perkawinan Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini. 4. Infeksi virus Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks 5. Sosial Ekonomi Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh. 6. Hygiene dan sirkumsisi
  • 2. Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma. 7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks. Penyebab terjadinya kanker cerviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa factor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker cerviks. Adapun faktor- faktor resiko dari kanker cerviks adalah 1. Wanita a. Menjalankan aktivitas seksual di usia muda b. Sering berganti- ganti pasangan c. Prostitusi (mempunyai resiko 4x lipat tehadap berkembangnya kanker cerviks) Perokok d. Usia e. Status sosial ekonomi f. Terpajan pada virus HIV 2. Pria (Penyebab Potensial) a. Kandungan sperma b. Kondisi higienis c. Jumlah pasangan seksual d. Perokok e. Kanker penis C. Tanda dan Gejala Menurut Prawirohardjo (1994), kondisi pra-kanker umumnya ditemukan melalui tes Pap Smear dimana ditemukan sel-sel abnormal. Bila sel-sel abnormal ini berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala sebagai berikut: 1. Kanker stadium dini sering ditandai keputihan berlebihan, berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh 2. Perdarahan vagina yang tidak normal
  • 3. Perdarahan terjadi diantara periode menstruasi yang reguler; Periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya; Perdarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan panggul; Perdarahan pada wanita usia menopause. 3. Rasa sakit saat hubungan seksual 4. Cepat lelah 5. Kehilangan berat badan 6. Anemia 7. Pucat, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri di daerah sekitar panggul 8. Bila kanker sudah mencapai Stadium Tiga keatas, maka akan terjadi pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha dan sebagainya. Apabila kanker serviks tidak ditangani, pada stadium lanjut ketika tumor keluar serviks dan melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti, nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki, hal ini menandakan keterlibatan ureter, dinding panggul atau nervus skiatik. Beberapa penderita mengeluhkan nyeri berkemih, hematuri, perdarahan rektum, sampai sulit berkemih dan buang air besar. Penyebaran ke kelenjar getah bening, tungkai bawah dapat menimbulkan oedema tungkai bawah, atau terjadi uremia bila terjadi penyumbatan kedua ureter (Wiknjosastro, 2006). D. Klasifikasi 1. Klasifikasi Klinis Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978 Tingkat Kriteria 0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri Ia Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau pembuluh darah. Ib Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari
  • 4. infitrat tumor II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding panggul III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul. III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah infiltrat antara tumor dengan dinding panggul. IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi IV b Telah terjadi metastasi jauh. 2. Kasifikasi bertumbuhan sel a. Mikroskopis 1) Displasia Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu. 2) Stadium karsinoma insitu. Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks. 3) Stadium karsinoma mikroinvasif. Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker. 4) Stadium karsinoma invasif. Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir
  • 5. posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri. 5) Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks: a) Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan. b) Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium. c) Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus. b. Makroskopis 1) Stadium preklinis. Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa 2) Stadium permulaan. Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum 3) Stadium setengah lanjut. Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio 4) Stadium lanjut. Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah. E. Patofisiologi Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks; epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK (Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar (Rahmawan, 2009). Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel
  • 6. yang disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh (Rahmawan, 2009). Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) untuk kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS terdiri dari ; NIS 1, untuk displasia ringan; NIS 2, untuk displasia sedang; dan NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma in-situ. Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit yang dimulai dari displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ untuk kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Beberapa penelitian menemukan bahwa 3035% NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2. Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progresif dan mana yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial menjadi ganas sehingga harus ditatalaksanai sebagaimana mestinya. (Rahmawan, 2009) F. Pathway (Julandary. 2013)
  • 7. G. Pemeriksaan Diagostik 1. Tes Pap Smear Wanita bisa mengurangi risiko terserangnya kanker serviks dengan melakukan Pap Smear secara teratur. Tes Pap adalah suatu tes yang digunakan untuk mengamati sel-sel leher rahim. Tes Pap dapat menemukan adanya kanker leher rahim atau sel abnormal (pra-kanker) yang dapat menyebabkan kanker serviks (Bryant, 2012). Hal yang paling sering terjadi adalah, sel-sel abnormal yang ditemukan oleh tes Pap bukanlah sel kanker. Sampel sel-sel yang sama dapat dipakai untuk pengujian infeksi HPV (Puteh, 2008). 2. Tes IVA IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat, merupakan metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Bryant, 2012). 3. Schillentest Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna. 4. Koloskopi Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.Keuntunganadalah dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.Kelemahan adalah hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat. 5. Kolpomikroskopi Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali 6. Biopsi Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya. 7. Konisasi Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
  • 8. H. Penanganan Penanganan menurut Lachman 2012 adalah 1. Terapi local Terapi local dilakukan pada penyakit prainvasif, yang meliputi biopsy, cauterasi, terapi laser, konisasi, dan bedah buku. 2. Histerektomi Histerektomi mungkin juga dilakukan tergantung pada usia wanita, status anak, dan atau keinginan untuk sterilisasi. Histerektomi radikal adalah pengangkatan uterus, pelvis dan nodus limfa para aurtik. 3. Pembedahan dan terapi radiasi a. Pembedahan dilakukan untuk pengangkatan sel kanker. b. Dilakukan pada kanker serviks invasive c. Pada terapi batang eksternalbertujuan mengatahui luas dan lokasi tumor serta mengecilkan tumor 4. Radioterapi batang eksternal a. Dilakukan jika nodus limfe positif terkena dan bila batas-batas pembedahan itu tegas. b. Untuk terapi radiasi ini biasanya para wanita dipasang kateter urine sehingga tetap berada di tempat tidur, makan makanan dengan diet ketat dan memakan obat untuk mencegah defekasi, karena pada terapi ini biasanya terpasang tampon (aplikator). 5. Eksenterasi pelvic a. Dilakukan jika terjadi kanker setempat yang berulang b. Dapat dilakukan pada bagian anterior, posterior, atau total tergantung organ yang diangkat ditambah dengan uterus dan nodus limfa disekitarnya. 6. Kolostomi dan illeustomi Illeustomi dilakukan untuk sebagai saluran pembuangan illeus. 7. Terapi biologi Yaitu dengan memperkuat system kekebalan tubuh (system imun) 8. Kemoterapi Dengan menggunakan obat-obatan sitostastik. 9. Irradiasi a. Dapat dipakai untuk semua stadium b. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk c. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi. d. Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II e. Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal
  • 9. I. Komplikasi 1. Berkaitan dengan intervensi pembedahan a. Vistula Uretra b. Disfungsi bladder c. Emboli pulmonal d. Infeksi pelvis e. Obstruksi usus 2. Berkaitan dengan kemoterapi a. Sistitis radiasi Enteritis b. Supresi sumsum tulang c. Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung sisplatin d. Kerusakan membrane mukosa GI e. Mielosupresi (Devi, 2011) J. Pengkajian 1. Data dasar Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang 2. Data pasien Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir. 3. Keluhan utama Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air. 4. Riwayat penyakit sekarang Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal. 5. Riwayat penyakit sebelumnya Data yang perlu dikaji adalah :Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita kanker. 6. Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya: Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat
  • 10. mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital. 7. Data khusus Riwayat kebidanan ; paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang 8. Pemeriksaan penunjang Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi. K. Diagnosa Keperawatan 1. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh. 2. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga. 3. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf. 4. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya. 5. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan. 6. Kurangnya pengetahuan tentang aspek-aspek perioperatif histierektomi dan perawatan diri (Doenges, 2000). L. Perencanaan 1. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh. Ditandai dengan:Peningkatan ketegangan, gemetaran, ketakutan, gelisah, mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup. Tujuan : Rasa cemas pasien hilang/tidak cemas lagi Kriteria Hasil : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut dan cemas Intervensi: a. Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker. Tentukan apakah dokter telah menjelaskan kepada pasien dan apakah kesimpulan pasien telah dicapai.
  • 11. Rasional :Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada pengalaman pada kanker. b. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. Rasional :Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta kesalaahn konsep tentang diagnostik. c. Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari memperdebatkan tentang persepsi pasien terhadap situasi. Rasional :Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan/ pilihan berdasarkan realita. 2. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga Ditandai dengan : Mengungkapkan perubahan dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak berdaya, putus asa, dan tidak mampu.Tidak mengambil tanggung jawab untuk perawatan diri, kurang mengikuti perubahan pada persepsi diri/persepsi orang lain tentang peran. Tujuan : Meningkatkan harga diri pasien Kriteria Hasil :Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri dalam situasi. Intervensi : a. Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker/pengobatan pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tua dan sebagainya. Rasional :Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi penerimaan pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit. b. Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptasi. Rasional :Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk tindakan apapun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi. c. Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik dan fase pengobatan. Rasional :Meskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek kanker atau efek samping terapi, banyak memerlukan dukungan tambahan selama periode ini. d. Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada). Rasional :Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baik untuk pasien/ orang terdekat, memberikan kontak dengan pasien dengan kanker pada berbagai tingkatan pengobatan dan/atau pemulihan.
  • 12. 3. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf. Ditandai dengan : Sensasi kandung kemih penuh, tiba-tiba, frekuensi sedikit untuk berkemih atau tak ada keluarnya urins, inkontinensia aliran berlebihan, distensi kandung kemih. Tujuan : Eliminasi kembali lancar seperti biasanya Kriteria Hasil : Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas. Intervensi : a. Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine. Rasional : Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering dalam jumlah sedikit/kurang (< 100 ml). b. Palpasi kandung kemih, selidiki keluhan ketidaknyaman, penuh ketidakmampuan berkemih. Rasional : Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih di atas simpisis pubis menunjukkan retensi urine. c. Berikan tindakan berkemih rutin, posisi normal, aliran air pada baskom, penyiraman air hangat pada perineum. Rasional : Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah upaya berkemih. d. Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter. Rasional : Meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko ISK asenden. e. Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau. Rasional : Retensi urine, drainase vagina, dan kemungkinan adanya kateter intermitten/ tak menetap meningkatkan resiko infeksi, khususnya bila pasien mempunyai jahitan parineal. f. Pemasangan kateter bila diindikasikan Rasional : Edema atau pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan atoni kandungan kemih/retensi kandung kemih memerlukan dekompresi kandung kemih. 4. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya. Ditandai dengan : adanya keluhan nyeri, perilaku berhati-hati. Kriteria Hasil : Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal. Tujuan Intervensi : : Nyeri hilang/berkurang
  • 13. a. Tentukan riwayat nyeri, misalnya : lokasi uteri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 0-10) dan tindakan kehilangan yang digunakan. Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi. b. Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya reposisi, gosokkan punggung) dan aktifitas hiburan (misalnya musik, televisi). Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian. c. Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, sentuhan terapeutik) Rasional : Memungkinkan pasien berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol nyeri d. Kolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan analgesik sesuai dengan indikasi Rasional : Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker,meskipun respon individual berbeda-beda. 5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan. Ditandai dengan : berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh Tujuan : tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan Kriteria Hasil : penambahan berat badan progresif ke arah tujuan normalisasi Intervensi : a. Pantau masukan makanan Rasional : mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi b. Ukur TB, BB setiap hari sesuai indikasi Rasional : membantu mengidentifikasi malnutrisi protein-kalori c. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan cairan adekuat Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga dengan cairan 6. Kurangnya pengetahuan mengenai prognosis penyakit, dan kebutuhan pengobatan Ditandai dengan : pernyataan/meminta informasi, mengungkapkan masalah, salah persepsi
  • 14. Tujuan : pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan Kriteria Hasil : mengungkapkan informasi yang akurat tentang diagnosa dan aturan pengobatan dan melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan. Intervensi : a. Bantu pasien menentukan persepsi tentang kanker dan pengobatan Rasional : membantu identifikasi ide, sikap, dan rasa takut b. Berikan informasi yang jelas dan akurat Rasional : membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan informasi yang diperlukan c. Minta pasien memberikan umpan balik verbal, dan perbaiki kesalahan konsep Rasional : kesalaahan konsep tentang kanker lebih mengganggu daripada kenyataan dan (Doenges, 2000). mempengaruhi pengobatan/penurunan penyembuhan
  • 15. DAFTAR PUSTAKA Bryant, E. (2012). The Impact of policy and screening on cervical cancer in england. British Journal of Nursing, Volume 21, s4-s10. Cunningham, F. G. (2010). Dasar- dasar ginekologi & obstetri. Jakarta: EGC. Doenges, M. E. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC. Gale, D. (2000). Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta: EGC. Lachman. 2012. Helath and the environment journal. Jakarta: UI Press Prayitno, A. (2005). Ekspresi protein p53, Rb, dan c-myc pada kanker serviks uteri dengan pengecatan immunohistokimia. Biodiversitas, Volume 6, Nomor 3, 157-159. Puteh, S. E. (2008). Economic burden of cervical cancer in malaysia. Med J Indones, Volume 17, 272-280. Prawirohardjo, Sarwono. 1994. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta:Yayasan Bina Pustaka Pustaka Rahmawan, A. (2009). Kanker serviks pada kehamilan. Banjarmasin: Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Suhartini, & Herlina, T. (2010). Hubungan antara menikah dan paritas dengan kejadian kanker serviks di RSUD DR.Soeroto ngawi. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, Vol.I No.1 , 41-46. Wiknjosastro, H. (2006). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo