1. BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal disekitarnya . (FKUI, 1990;FKPP, 1997).
Karsinoma serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks.
Karsinoma serviks merupakan karsinoma yang primer berasal dari serviks (kanalis
servikalis dan atau porsio). Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur
ke vagina (Cunningham, 2010).
B. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko
dan predisposisi yang menonjo menurut Wiknjosastro 2006, antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda
2. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma
akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi
2. Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi
diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
Penyebab terjadinya kanker cerviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat
beberapa factor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker cerviks.
Adapun faktor- faktor resiko dari kanker cerviks adalah
1. Wanita
a. Menjalankan aktivitas seksual di usia muda
b. Sering berganti- ganti pasangan
c. Prostitusi (mempunyai resiko 4x lipat tehadap berkembangnya kanker
cerviks)
Perokok
d. Usia
e. Status sosial ekonomi
f.
Terpajan pada virus HIV
2. Pria (Penyebab Potensial)
a. Kandungan sperma
b. Kondisi higienis
c. Jumlah pasangan seksual
d. Perokok
e. Kanker penis
C. Tanda dan Gejala
Menurut Prawirohardjo (1994), kondisi pra-kanker umumnya ditemukan melalui tes
Pap Smear dimana ditemukan sel-sel abnormal. Bila sel-sel abnormal ini
berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala sebagai berikut:
1. Kanker stadium dini sering ditandai keputihan berlebihan, berbau busuk dan tidak
sembuh-sembuh
2. Perdarahan vagina yang tidak normal
3. Perdarahan terjadi diantara periode menstruasi yang reguler; Periode menstruasi
yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya; Perdarahan setelah hubungan
seksual atau pemeriksaan panggul; Perdarahan pada wanita usia menopause.
3. Rasa sakit saat hubungan seksual
4. Cepat lelah
5. Kehilangan berat badan
6. Anemia
7. Pucat, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri di daerah sekitar panggul
8. Bila kanker sudah mencapai Stadium Tiga keatas, maka akan terjadi
pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha dan sebagainya.
Apabila kanker serviks tidak ditangani, pada stadium lanjut ketika tumor keluar
serviks dan melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti,
nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki, hal ini menandakan keterlibatan ureter,
dinding panggul atau nervus skiatik. Beberapa penderita mengeluhkan nyeri
berkemih, hematuri, perdarahan rektum, sampai sulit berkemih dan buang air besar.
Penyebaran ke kelenjar getah bening, tungkai bawah dapat menimbulkan oedema
tungkai bawah, atau terjadi uremia bila terjadi penyumbatan kedua ureter
(Wiknjosastro, 2006).
D. Klasifikasi
1. Klasifikasi Klinis
Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Tingkat
Kriteria
0
Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I
Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke
korpus uteri
Ia
Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan
sel tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak
tedapat didalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.
Ib
Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi
pada
pemeriksaan
histologi
ternyata
sel
tumor
telah
mengadakan invasi stroma melebihi Ia
II
Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3
bagian atas vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai
dinding panggul
II a
Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari
4. infitrat tumor
II b
Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum
sampai dinding panggul
III a
Penyebaran
sampai
½
bagian
distal
vagina,
sedang
parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding
panggul.
III b
Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan
daerah infiltrat antara tumor dengan dinding panggul.
IV
Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan
melibatkan mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau telah
bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh
IV a
Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria
atau sudah keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum
terjadi
IV b
Telah terjadi metastasi jauh.
2. Kasifikasi bertumbuhan sel
a. Mikroskopis
1) Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia
berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan
dengan karsinoma insitu.
2) Stadium karsinoma insitu.
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang
tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel
cadangan endoserviks.
3) Stadium karsinoma mikroinvasif.
Pada
karksinoma
mikroinvasif,
disamping
perubahan
derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis
dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis,
biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining
kanker.
4) Stadium karsinoma invasif.
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol
besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir
5. posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan
forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
5) Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks:
a) Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina
dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam
vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
b) Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh
progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan
parametrium.
c) Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
b. Makroskopis
1) Stadium preklinis.
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
2) Stadium permulaan.
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3) Stadium setengah lanjut.
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4) Stadium lanjut.
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti
ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
E. Patofisiologi
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks;
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari
cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan
terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka
secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK (Sel skuamosa karsinoma) asli dan
SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan
epitel kolumnar (Rahmawan, 2009).
Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi. Masuknya
mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada
saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas.
Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari
agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human
papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi
tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel
6. yang disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang
mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma
in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma
invasif tetapi membrana basalis masih utuh (Rahmawan, 2009). Klasifikasi terbaru
menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) untuk kedua bentuk
displasia dan karsinoma in-situ. NIS terdiri dari ; NIS 1, untuk displasia ringan; NIS 2,
untuk displasia sedang; dan NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.
Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit yang dimulai
dari displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ untuk kemudian
berkembang menjadi karsinoma invasif. Beberapa penelitian menemukan bahwa 3035% NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2. Karena tidak
dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progresif dan mana
yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial menjadi ganas sehingga
harus ditatalaksanai sebagaimana mestinya. (Rahmawan, 2009)
F. Pathway
(Julandary. 2013)
7. G. Pemeriksaan Diagostik
1. Tes Pap Smear
Wanita bisa mengurangi risiko terserangnya kanker serviks dengan melakukan
Pap Smear secara teratur. Tes Pap adalah suatu tes yang digunakan untuk
mengamati sel-sel leher rahim. Tes Pap dapat menemukan adanya kanker leher
rahim atau sel abnormal (pra-kanker) yang dapat menyebabkan kanker serviks
(Bryant, 2012). Hal yang paling sering terjadi adalah, sel-sel abnormal yang
ditemukan oleh tes Pap bukanlah sel kanker. Sampel sel-sel yang sama dapat
dipakai untuk pengujian infeksi HPV (Puteh, 2008).
2. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat, merupakan
metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam
asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika
tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks
(Bryant, 2012).
3. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat
yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
4. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.Keuntunganadalah dapat melihat jelas daerah yang
bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.Kelemahan adalah
hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan
pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
5. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
6. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
7. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
8. H. Penanganan
Penanganan menurut Lachman 2012 adalah
1. Terapi local
Terapi local dilakukan pada penyakit prainvasif, yang meliputi biopsy, cauterasi,
terapi laser, konisasi, dan bedah buku.
2. Histerektomi
Histerektomi mungkin juga dilakukan tergantung pada usia wanita, status anak,
dan atau keinginan untuk sterilisasi. Histerektomi radikal adalah pengangkatan
uterus, pelvis dan nodus limfa para aurtik.
3. Pembedahan dan terapi radiasi
a. Pembedahan dilakukan untuk pengangkatan sel kanker.
b. Dilakukan pada kanker serviks invasive
c. Pada terapi batang eksternalbertujuan mengatahui luas dan lokasi tumor
serta mengecilkan tumor
4. Radioterapi batang eksternal
a. Dilakukan jika nodus limfe positif terkena dan bila batas-batas pembedahan
itu tegas.
b. Untuk terapi radiasi ini biasanya para wanita dipasang kateter urine sehingga
tetap berada di tempat tidur, makan makanan dengan diet ketat dan
memakan obat untuk mencegah defekasi, karena pada terapi ini biasanya
terpasang tampon (aplikator).
5. Eksenterasi pelvic
a. Dilakukan jika terjadi kanker setempat yang berulang
b. Dapat dilakukan pada bagian anterior, posterior, atau total tergantung organ
yang diangkat ditambah dengan uterus dan nodus limfa disekitarnya.
6. Kolostomi dan illeustomi
Illeustomi dilakukan untuk sebagai saluran pembuangan illeus.
7. Terapi biologi
Yaitu dengan memperkuat system kekebalan tubuh (system imun)
8. Kemoterapi
Dengan menggunakan obat-obatan sitostastik.
9. Irradiasi
a. Dapat dipakai untuk semua stadium
b. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
c. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
d. Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II
e. Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal
9. I.
Komplikasi
1.
Berkaitan dengan intervensi pembedahan
a. Vistula Uretra
b. Disfungsi bladder
c. Emboli pulmonal
d. Infeksi pelvis
e. Obstruksi usus
2.
Berkaitan dengan kemoterapi
a. Sistitis radiasi Enteritis
b. Supresi sumsum tulang
c. Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung sisplatin
d. Kerusakan membrane mukosa GI
e. Mielosupresi (Devi, 2011)
J. Pengkajian
1. Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
2. Data pasien
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat
jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
3. Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan
menyerupai air.
4. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu,
baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti :
perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
5. Riwayat penyakit sebelumnya
Data yang perlu dikaji adalah :Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi
masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga
yang menderita kanker.
6. Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya:
Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah,
berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat
10. mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat
personal hygiene terutama
kebersihan dari saluran urogenital.
7. Data khusus
Riwayat kebidanan ; paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan warna darah,
adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah
koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang
8. Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikografi,
pemeriksaan visual langsung, gineskopi.
K. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas
berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,
kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
2. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan
hubungan dengan pasangan dan keluarga.
3. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi
bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ;
paradisis saraf.
4. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
5. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi
dan pembedahan.
6. Kurangnya pengetahuan tentang aspek-aspek perioperatif histierektomi dan
perawatan diri (Doenges, 2000).
L. Perencanaan
1. Ansietas
berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,
kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
Ditandai dengan:Peningkatan ketegangan, gemetaran, ketakutan, gelisah,
mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.
Tujuan : Rasa cemas pasien hilang/tidak cemas lagi
Kriteria Hasil
: Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan
berkurangnya rasa takut dan cemas
Intervensi:
a. Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker.
Tentukan apakah dokter telah menjelaskan kepada pasien dan apakah
kesimpulan pasien telah dicapai.
11. Rasional :Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep
berdasarkan pada pengalaman pada kanker.
b. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional :Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta
kesalaahn konsep tentang diagnostik.
c. Berikan
informasi
akurat,
konsistensi
mengenai
prognosis,
hindari
memperdebatkan tentang persepsi pasien terhadap situasi.
Rasional :Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat
keputusan/ pilihan berdasarkan realita.
2. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan
hubungan dengan pasangan dan keluarga
Ditandai dengan : Mengungkapkan perubahan dalam gaya hidup tentang tubuh,
perasaan tidak berdaya, putus asa, dan tidak mampu.Tidak mengambil tanggung
jawab untuk perawatan diri, kurang mengikuti perubahan pada persepsi
diri/persepsi orang lain tentang peran.
Tujuan
: Meningkatkan harga diri pasien
Kriteria Hasil
:Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh,
penerimaan diri dalam situasi.
Intervensi :
a. Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker/pengobatan
pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tua dan sebagainya.
Rasional :Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi
penerimaan pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit.
b. Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses
adaptasi.
Rasional :Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk
tindakan apapun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.
c. Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik
dan fase pengobatan.
Rasional :Meskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan
efek kanker atau efek samping terapi, banyak memerlukan dukungan
tambahan selama periode ini.
d. Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada).
Rasional :Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baik untuk
pasien/ orang terdekat, memberikan kontak dengan pasien dengan kanker
pada berbagai tingkatan pengobatan dan/atau pemulihan.
12. 3. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi
bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ;
paradisis saraf.
Ditandai dengan : Sensasi kandung kemih penuh, tiba-tiba, frekuensi sedikit
untuk berkemih atau tak ada keluarnya urins, inkontinensia aliran berlebihan,
distensi kandung kemih.
Tujuan : Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
Kriteria Hasil : Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.
Intervensi :
a. Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.
Rasional : Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering
dalam jumlah sedikit/kurang (< 100 ml).
b. Palpasi
kandung
kemih,
selidiki
keluhan
ketidaknyaman,
penuh
ketidakmampuan berkemih.
Rasional : Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih di atas
simpisis pubis menunjukkan retensi urine.
c. Berikan tindakan berkemih rutin, posisi normal, aliran air pada baskom,
penyiraman air hangat pada perineum.
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah
upaya berkemih.
d. Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter.
Rasional : Meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko ISK asenden.
e. Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.
Rasional : Retensi urine, drainase vagina, dan kemungkinan adanya kateter
intermitten/ tak menetap meningkatkan resiko infeksi, khususnya bila pasien
mempunyai jahitan parineal.
f.
Pemasangan kateter bila diindikasikan
Rasional : Edema atau pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan atoni
kandungan kemih/retensi kandung kemih memerlukan dekompresi kandung
kemih.
4. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
Ditandai dengan : adanya keluhan nyeri, perilaku berhati-hati.
Kriteria Hasil :
Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan
pengaruh minimal.
Tujuan
Intervensi :
: Nyeri hilang/berkurang
13. a. Tentukan riwayat nyeri, misalnya : lokasi uteri, frekuensi, durasi dan
intensitas (skala 0-10) dan tindakan kehilangan yang digunakan.
Rasional
:
Informasi
memberikan
data
dasar
untuk
mengevaluasi
kebutuhan/keefektifan intervensi.
b. Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya reposisi, gosokkan punggung)
dan aktifitas hiburan (misalnya musik, televisi).
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali
perhatian.
c. Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi,
sentuhan terapeutik)
Rasional
:
Memungkinkan
pasien
berpartisipasi
secara
aktif
dan
meningkatkan rasa kontrol nyeri
d. Kolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan analgesik sesuai dengan
indikasi
Rasional : Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker,meskipun respon
individual berbeda-beda.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi
dan pembedahan.
Ditandai dengan : berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk
tinggi dan bentuk tubuh
Tujuan : tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
Kriteria Hasil : penambahan berat badan progresif ke arah tujuan normalisasi
Intervensi :
a. Pantau masukan makanan
Rasional : mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi
b. Ukur TB, BB setiap hari sesuai indikasi
Rasional : membantu mengidentifikasi malnutrisi protein-kalori
c. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan
cairan adekuat
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga dengan
cairan
6.
Kurangnya
pengetahuan
mengenai
prognosis
penyakit,
dan
kebutuhan
pengobatan
Ditandai dengan : pernyataan/meminta informasi, mengungkapkan masalah,
salah persepsi
14. Tujuan : pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan
pengobatan
Kriteria Hasil : mengungkapkan informasi yang akurat tentang diagnosa dan
aturan pengobatan dan melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan.
Intervensi :
a. Bantu pasien menentukan persepsi tentang kanker dan pengobatan
Rasional : membantu identifikasi ide, sikap, dan rasa takut
b. Berikan informasi yang jelas dan akurat
Rasional : membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan informasi yang
diperlukan
c. Minta pasien memberikan umpan balik verbal, dan perbaiki kesalahan konsep
Rasional : kesalaahan konsep tentang kanker lebih mengganggu daripada
kenyataan
dan
(Doenges, 2000).
mempengaruhi
pengobatan/penurunan
penyembuhan
15. DAFTAR PUSTAKA
Bryant, E. (2012). The Impact of policy and screening on cervical cancer in england. British
Journal of Nursing, Volume 21, s4-s10.
Cunningham, F. G. (2010). Dasar- dasar ginekologi & obstetri. Jakarta: EGC.
Doenges, M. E. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.
Gale, D. (2000). Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta: EGC.
Lachman. 2012. Helath and the environment journal. Jakarta: UI Press
Prayitno, A. (2005). Ekspresi protein p53, Rb, dan c-myc pada kanker serviks uteri dengan
pengecatan immunohistokimia. Biodiversitas, Volume 6, Nomor 3, 157-159.
Puteh, S. E. (2008). Economic burden of cervical cancer in malaysia. Med J Indones,
Volume 17, 272-280.
Prawirohardjo, Sarwono. 1994. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta:Yayasan Bina
Pustaka Pustaka
Rahmawan, A. (2009). Kanker serviks pada kehamilan. Banjarmasin: Ilmu Kebidanan dan
Penyakit Kandungan.
Suhartini, & Herlina, T. (2010). Hubungan antara menikah dan paritas dengan kejadian
kanker serviks di RSUD DR.Soeroto ngawi. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara
Forikes, Vol.I No.1 , 41-46.
Wiknjosastro, H. (2006). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo