2. Sub Tema
Identifikasi Gangguan Pada Organ dan Fungsi Reproduksi Perempuan
Skrining Keganasan Organ Reproduksi
Skrining Penyimpangan Perilaku Seksual
Skrining Kanker Serviks dengN IVA Test dan Pap Smear
KIE Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas
Edukasi tentang skrining gangguan pada system reproduksi perempuan dan penyimpangan perempuan
Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas
Konseling penganiayaan dan pelecehan seksual
Tatalaksana awal pada perempuan dengan korban kekerasan fisik dan seksual
4. HUBUNGAN SKRINING UNTUK KEGANASAN PENYAKIT
DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI
Menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit dalam masyarakat melalui deteksi dini dan
pengobatan pada keadaan belum terdapat symptom/gejala. Skrining merupakan upaya untuk
meningkatkan kesehatan reproduksi wanita sepanjang daur kehidupannya meliputi sejarah,
perkembangan wanita dalam aspek biologis, psikososial dan sosial spiritual, kesehatan reproduksi
dalam perspektif gender, permasalahannya serta indikator status kesehatan wanita.
5. PERAN BIDAN SKRINING UNTUK KEGANASAN ORGAN
REPRODUKSI
1. Memberikan motivasi pada para wanita untuk melakukan pentingnya melakukan langkah skrining.
2. Membantu dalam mengidentifikasi orang-orang yang berisiko terkena penyakit atau masalah kesehatan tertentu.
Penegakan diagnosis pasti ditindak lanjuti di fasilitas kesehatan
3. Membantu mengidentifikasi penyakit pada stadium dini, sehingga terapi dapat dimulai secepatnya dan prognosa
penyakit dapat diperbaiki
4. Membantu melindungi kesehatan individual
5. Membantu dalam pengendalian penyakit infeksi melalui proses identifikasi carrier penyakit di komunitas
6. Memberikan penyuluhan dalam pemilihan alat kontrasepsi dengan metode barrier (pelindung) seperti diafragma
dan kondom karena dapat memberi perlindungan terhadap kanker serviks.
7. Memberikan fasilitas skrining kanker serviks dengan metode pap smear kemudian membantu dalam pengiriman
hasil pemeriksaan ke laboratorium
6. Definisi deteksi dini atau skrining
merupakan penapisan dengan menggunaan tes atau metode diagnosis lain untuk mengetahui
apakah seseorang memiliki penyakit atau kondisitertentu sebelum menyebabkan gejala apapun.
Untuk banyak penyakit(misalnya, kanker) pengobatan dini mengarahkan hasil yang lebih
baik.Tujuan skrining adalah menemukan penyakit ini sehingga pengobatandapat dimulai sedini
mungkin.
8. Menurut WHO, Kanker serviks adalah kanker tersering kedua pada wanita berusia 15-45 tahun
setelah kanker payudara. Tidak kurang dari 500.000 kasus baru dengan kematian 280.000 penderita
terjadi tiap tahun di seluruh dunia.
Dari data Kementrian Kesehatan, insiden kanker serviks adalah 100 per 100.000 penduduk per
tahun. Sedangkan Laboratorium Patologi Anatomi menemukan bahwa di seluruh Indonesia,
frekuensi kanker serviks paling tinggi di antara kanker yang ada di Indonesia, penyebarannya
terlihat bahwa 92,4% terakumulasi di Jawa dan Bali.
9. Deteksi dini kanker serviks
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks/mulut rahim, di mana pada
keadaan ini terdapat sekelompok jaringan yang tumbuh secara terus-menerus dan tidak terbatas, tidak
terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh, sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat berfungsi
dengan baik.
10. Human papillomavirus (HPV) merupakan virus
yang menyebabkan keganasanan kanker
serviks. Virus ini bersifat onkogenik yang
berpotensi menyebabkan kanker. HPV
merupakan sebab mutlak terjadinya kanker
serviks HPV ini menyerang mulai adanya
kematangan seksual, mulai anak umur 9
tahun hingga lansia umur 70 tahun. Virus
papiloma manusia ini merupakan virus yang
menyerang kulit dan membran mukosa
manusia dan hewan. Saat ini telah
diidentifikasi sekitar 100 tipe HPV.
Kurang lebih 23 tipe HPV dapat menimbulkan
infeksi pada alat kelamin wanita atau laki-laki.
Virus itu meliputi tipe HPV 6, 11, 16, 18, 30,
31, 33, 34, 35, 39, 40, 42, 45, 51-58. Tipe HPV
16 dan 18 diketahui sebagai penyebab 70%
dari keganasan diserviks/leher rahim
wanita. Selain itu, tipe 45 dan 31
menduduki urutan ketiga dan keempat
tipe HPV penyebab kanker
serviks,sedangkan tipe 16, 18, 45 dan 31
secara bersaman bertanggung jawab atas
80% kejadian kanker serviks diseluruh dunia
11. Cara Penularan Virus HPV ( Human Papilloma Virus )
Melalui seksual
Virus HPV menular dari seseorang kepada orang
lain melalui kontak kulit saat berhubungan
seksual dengan penderita. Kontak kulit di sini
tidak melulu berarti saat terjadi penetrasi. Kontak
kulit bisa saja melalui seks anal atau bahkan seks
oral. Secara umum, infeksi HPV dianggap hanya
dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Perlu
diingat bahwa HPV dapat ditularkan melalui
kontak kulit (skin to skin contact)
Melalui jalur non seksual
Penularan jalur non seksual adalah dengan cara
penularan langsung. Misalnya yaitu dari ibu
kebayinya pada saat persalinan. Tentu saja ini
pada ibu yang telah tertular virus HPV.
Tidak melalui kelamin
Penularan tidak melalui kelamin misalnya
pakaian dalam, alat- alat kedokteran yang tidak
steril.
12. Faktor yang mempengaruhi kanker serviks
Faktor Risiko
a) Makanan
Makanan yang mungkin juga meningkatkan
risiko terjadi kanker serviks pada wanita adalah
makanan yang rendah : Beta karoten, retinol
(vitamin A), vitamin C, vitamin E, sedangkan
makanan yang dapat berkhasiat dalam
pencegahan kanker adalah bahan-bahan
antioksidan.
b) Gangguan Sistem Kekebalan
Wanita yang terkena gangguan kekebalan atau
kondisi imunosupres (penurunan kekebalan
tubuh) dapat terjadi peningkatan terjadi kanker
serviks. Pada wanita imunokompromise
(penurunan kekebalan tubuh) seperti transplasi
ginjal, dan HIV, dapat mengakselerasi
(mempercepat) pertumbuhan sel kanker dari
nonivasif menjadi invasive (tidak ganas menjadi
ganas).
13. c) Polusi Udara
Polusi udara ternyata dapat juga memicu penyakit
kanker serviks. Sumber dari polusi udara ini disebut
oleh dioksin. Zat dioksin ini tentu merugikan tubuh.
Adapun sumber dioksin berasal dari beberapa faktor
antara lain:
Pembakaran limbah padat dan cair
Pembakaran sampah, asap, kendaraan bermotor
Asap hasil industri
Kebakaran hutan dan asap rokok
f) Terlalu sering membersihkan vagina
Terlalu sering membersihkan vagina dengan
menggunakan antiseptik dapat menyebabkan iritasi
di serviks. Iritasi ini akan merangsang terjadinya
perubahan sel yang akhirnya berubah menjadi
kanker
14. Faktor Individu
a) HPV
b) Faktor Etologik
Penelitian saat ini menfokuskan virus sebagai penyebab
penting kanker serviks. Sebab infeksi protozoa, jamur, dan
bakteri tidak potensial onkogenik.
c) Herpes Simpleks Virus (HSV) Tipe 2
Virus ini hanya diduga sebagai faktor pemicu terjadinya kanker
d) Perubahan Fisiologik Epitel Serviks
Jaringan epitel pada serviks ada dua jenis yaitu epitel skumosa
dan epitel kolumnar. Kedua epitel tersebut dibatasi oleh
Sambungan Skuamosa Kolumnar (SSK). Namun letaknya
menyesuaikan umur, aktivitas, seksual dan paritas.
e) Perubahan Neoplastik Epitel
Proses terjadi kanker serviks begitu erat dengan proses
metaplasia. Akibat pH rendah maka bahan-bahan pemicu
kanker dapat bermutasi dan dapat mengubah sel aktif
metaplasia. Ini menimbulkan sel-sel berpotensi ganas.
f) Merokok
Tembakau adalah bahan pemicu kaeriogenik yang paling baik.
Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbon
heteroyclic nitrosamines. Wanita perokok memilih risiko 2 kali
lebih besar terkena kanker serviks dibanding dengan wanita
yang tidak merokok. Efek langsung bahan-bahan tersebut
pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga
dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus
15. Faktor Individu
g) Penggunaan celana ketat
Bahan celana yang dapat menghambat pernafasan daerah
vulva dan vagina misalnya nilon. Penggunaan celana
yang ketat dengan waktu yang lama akan mengakibatkan
kanker serviks karena didalam vagina banyak
mikroorganisme yang sebagian besar tidak membahayakan
tubuh. Hanya sekitar 5% saja pathogen yang berkeliaran
dalam vagina. Namun jika ada bakteri dari luar yang
menyerang maka bakteri tersebut dapat berkembang.
h) Umur
Pada usia 35-55 tahun memiliki risiko 2-3 kali lipat untuk
menderita kanker serviks. Semakin tua umur seseorang
akan mengalami proses kemunduran.
i) Paritas
j) Usia wanita saat menikah
Dalam kenyataan menikah dini mempunyai beberapa risiko.
Selain perubahan sel-sel serviks. Hal ini karena pada
saat usia muda, sel-sel rahim masih belum matang. Sel-sel
tersebut tidak rentan terhadap zat-zat yang dibawa oleh
sperma
16. Gejala kanker serviks
1. Perdarahan pada vagina dan tidak normal
Hal ini dapat ditandai dengan perdarahan
diantara periode menstruasi yang regular,
periode menstruasi yang lama dan lebih banyak
dari biasanya. Perdarahan setealah berhubungan
seksual atau pemeriksaan panggul.
2. Keputihan Tidak Normal
3. Rasa sakit saat berhubungan seksual
4. Jika kanker berkembang makin lanjut maka
dapat timbul gejala- gejala seperti kurang nafsu
makan, penurunan BB, kelelahan, nyeri panggul,
punggung, dan tungkai, keluar air kemih, dan
tinja dari vagina, patah tulang.
17. Stadium pada kanker serviks
Stadium adalah cara menggambarkan di mana kanker itu berada, di mana telah menyebar dan
apakah itu mmepengaruhi bagian tubuh yang lain. Salah satu cara yang dapat digunakan dokter
untuk menggambarkan stadium adalah sistem TNM. TNM merupakan singkatan untuk tumor (T),
node (N), dan metastasis (M).
Penentuan stadium kanker rahim ada lima tahap yaitu tahap 0 (nol) dan tahap 1 hingga IV (satu
sampai empat). Penggunaan angka Romawi merupakan jenis sistem lain yang digunakan untuk
menentukan stadium ini. Sistem tersebut menggunakan standar dari Federation Internationale de
Gynecologie et d’Obstetrique (FIGO), dimana sistem ini merupakan sistem internasional yang
digunakan oleh dokter-dokter di dunia untuk menentukan tahap kanker
18. Rincian lebih lanjut sistem FIGO
1. Stadium 0
Stadium terendah ini disebut juga dengan nama
karsinoma in situ karena sel-sel kanker belum
menyebar pada jaringan lain. Sel kanker ini masih
bertahan di lapisan leher rahim atau servix.
Ukurannya masih sangat kecil. Kanker ini hanya
dapat dktemukan pada lapisan atas dari sel-sel di
jaringan yang melapisi servix.
2. Stadium I
Pada stadium I, sel kanker hanya ditemukan di
servix (leher rahim) itu sendiri.
a. Stadium IA : Karsinoma invasif hanya
dapat didiagnosis melalui pemeriksaan
mikroskopis, kedalaman invasi ≤ 5 mm
dan ekstensi terluas ≥ 7 mm.
b. Stadium IB : Lesi yang nampak secara
klinis, terbatas pada servix uteri atau
kanker preklinis yang lebih besar daripada
stadium 1A
19. 3. Stadium II
Pada stadium II, sel kanker telah melalui servix dan
menginvasi bagian atas vagina. Namun, sel kanker tidak
menyebar ke dinding pelvic (1/3 bagian bawah vagina) ataupun
dinding panggul. Lokasi yang terserang kanker pada stadium
ini adalah servix dan uterus.
a. Stadium II A
Lesi telah meluas ke 1/3 proksimal vagina. Kanker
memang meluas sampai ke atas vagina, tetapi belum menyebar
ke dalam vagina. Kanker tida menginvasi parametrium.
Stadium ini dibagi menjadi Stadium IIA1 dan IIB2.
b. Stadium IIB
Pada stadium ini, lesi telah mencapai ke parametrium,
akan tetapi tidak mencapai dinding panggul.
4. Stadium III
Pada stadium III, sel kanker telah menyerang bagian pelciv atau
1/3 bagian bawah vagina. Bisa jadi sel kanker telah menyerang dinding
panggul. Jika kanker telah menyerang dinding panggul. Jika kanker
yang ada berukuran besar, mungkin memblok saluran urin dari ginjal
sehingga menyebabkan ginjal tida berfungsi dengan baik. Selain itu,
kanker juga telah meyebar ke simpul-simpul getah bening yang
berdekatan.
a. Stadium IIIA : pada stadium ini, lesi telah menyebar ke 1/3
vaginal distal. Tetapi tanpa adanya ekstensi ke dinding pelvis. Sel
kanker juga sudah menyerang sampai dinding samping panggul.
b. Stdium IIIB: pada stadium ini, sel kanker telah menyerang
dinding samping vagina. Karenanya, penderita akan mulai
kesulitan berkemih karena ada timbunan air sendi di ginjal.
Stadium ini juga mulai merusak kerja ginjal.
20. 5. Stadium IV
Pada stadium IV, sel kanker telah menyebar
ke bagian tubuh lain. Lesi telah keluar dari vagina.
Kondisi ini tentu sangat parah. Bisa jadi
karsinoma telah menyebar dan menyerang organ
lain seperti kandung kemih, rektim, paru-paru,
tulang, bahkan hati.
a. Stadium IVA: Pertumbuhan kanker telah
menyebar dan menyerang organ sekitar
servix
b. Stadium IVB : Pertumbuhan kanker telah
menyebar dan menyerang organ tubuh
yang lebih jauh dari servix. Misalnya paru-
paru, hati dan tulang
21. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 796 tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Pengendalian
Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim menyebutkan bahwa terdapat empat komponen penting
yang menjadi pilar dalam penanganan kanker leher rahim. Komponen penting tersebut terdiri atas:
tindakan pencegahan infeksi HPV dengan menghindari faktor risiko dan vaksinasi HPV,
melalui peningkatan kewaspadaan dan program skrining yang terorganisasi, diagnosis dan
laksana, serta perawatan paliatif untuk kasus lanjut.
22. Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA
IVA adalah pemeriksaan skrining kanker
serviks dengan cara inspeksi visual pada
serviks dengan aplikasi asam asetat (IVA).
Dengan metode inspeksi visual
23. Metode deteksi dini kanker serviks
Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA)
Metode skrining IVA mempunyai kelebihan, diantaranya:
1) Mudah, praktis dan sangat mampu laksana.
2) Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
3) Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
4) Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan
dokter ginekologi, dapat dilakukan oleh bidan di
setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu atau
dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih
5) Alat-alat yang dibutuhkan dan Teknik pemeriksaan
sederhana
6) Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan
sederhana
Syarat ikut IVA TEST
1. Sudah pernah melakukan hubungan
seksual
2. Tidak sedang datang bulan/haid
3. Tidak sedang hamil
4. 24 jam sebelumnya tidak melakukan
hubungan seksual
24. Tujuan Pemeriksaan
1. Deteksi dini dan
diagnosis kanker serviks
2. Mengetahui perubahan
perkembangan sel leher
rahim, sampai mengarah
pada pertumbuhan sel
kanker sejak dini
Kapan pemeriksaan dilakukan
1. Saat wanita berusia diatas 20 tahun yang
telah menikah atau sudah melakukan
senggama, dianjurkan sekali setahun
secarateratur seumur hidup.
2. Bila pemeriksaan tahunan 3x berturut– turut
hasilnya normal, pemeriksaan selanjutnya
dapat dilakukan setiap 3 tahun
25. Pelaksanaan skrining IVA
Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA,
dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut:
1. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan
posisi litotomi.
2. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan
pasien beradapada posisi litotomi.
3. Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
4. Spekulum vagina
5. Asam asetat (3-5%)
6. Swab-lidi berkapas
7. Sarung tangan
Teknik IVA Dengan spekulum melihat serviks yang dipulas
dengan asam asetat 3-5%. Pada lesi prakanker akan
menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white
epithelum. Dengan tampilnya porsio dan bercak putih
dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif, sebagai tindak
lanjut dapat dilakukan biopsi.
26. Kategori pemeriksaan
IVA
1. IVA negative = Serviks normal.
2. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau
kelainan jinak lainnya (polip serviks).
3. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white
epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran
temuanskrining kanker serviks dengan metode IVA
karena temuanini mengarah pada diagnosis Serviks-
pra kanker (dispalsiaringan-sedang-berat atau kanker
serviks in situ).
4. IVA-Kanker serviks Pada tahap ini pun, untuk upaya
penurunan temuan sta-dium kanker serviks, masih
akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat
kanker serviksbila ditemukan masih pada stadium
invasif dini.
27. Pap smear
Pap smear merupakan metode skrining ginekologi yang dilakukan untuk menemukan proses
premalignant (prakeganasan) dan malignancy (keganasan) di ektoservix (leher rahim bagian luar),
infeksi dalam endoservix (leher rahim bagian dalam) dan endometrium. Pemeriksaaan akan
dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Tujuan pap smear adalah menemukan sel abnormal
atau sel yang dapat berkembang menjadi kanker termasuk virus HPV.
28. Tanpa melihat usia anda, jika anda memiliki faktor resiko anda perlu melakukan tes setiap tahun.
Faktor resikonya yaitu:
1. Riwayat aktivitas seksual saat remaja, khususnya jika memiliki lebih dari 1 pasangan seks
2. Saat ini memiliki pasangan seks yang banyak (multiple)
3. Pasangan yang memulai aktivitas seksual sejak dini dan yang memiliki banyak pasangan seksual
sebelumnya
4. Riwayat penyakit menular seksual
5. Riwayat keluarga dengan kanker serviks
6. Diagnosis kanker serviks atau Pap smear memperlihatkan sel prakanker
7. Infeksi human papilloma virus (HPV)
8. Perokok
9. Terpapar dietilstilbestrol (DES) sebelum lahir
10. Infeksi HIV
11. Sistem imun yang lemah karena beberapa faktor seperti transplantasi organ, kemoterapi atau
penggunaan kortikosteroid kronis.
29. Persiapan Pasien Sebelum Tes Pap Smear
1. Berikan informasi paling jujur kepada petugas kesehatan tentang riwayat kesehatan, penyakit, dan
kegiatan sexual yang dialami
2. Waktu pengambilan sediaan minimal dua minggu setelah menstruasi dimulai dan sebelum menstruasi
berikutnya
3. Tidak melakukan hubungan sexual minimal 24 jam sebelum proses pemeriksaan
4. Tidak boleh menggunakan bahan-bahan kimia pembersih vagina (termasuk antiseptik) minimal 24 jam
sebelum pemeriksaan
5. Tidak boleh menggunakan obat-obatan yang dimasukan kedalam vagina minimal 48 jam sebelum
pemeriksaan
6. Penderita pasca melahirkan, pasca operasi rahim, pasca radiasi sebaiknya datang 6-8 minggu kemudian
30. Cara Pelaksanaan Pap Smear
1. alat-alat yang digunakan untuk pengambilan tes pap
smear :
a. Formulir konsultasi sitologi
b. Meja ginekologi
c. Spatula ayre yang dimodifikasi
d. Cytobrush
e. Preparat yang pada satu siisnya telah diberikan label
f. Spekulum cocor bebek (graves) kering
g. Tabung berisi larutan fiksasi (alkohol 96%)
h. Sarung tangan steril
i. Plester (untuk identifikasi preparat)
Teknisnya, pap smear merupakan pengambilan sampel
(sediaan) dengan cara menyapukan/mengusap vagina
untuk mengambil lendir leher rahim. Pengambilan ini
menggunakan spatula atau sejenis sikat halus.
Selanjutnya, sediaan akan dioleskan dan dilekatkan
pada kaca preparat dan diinterpretasi hasilnya.
31. Cara Pelaksanaan Pap Smear
1. Sebelum pengambilan sediaan, pastikan bahwa label
spesimen contoh telah diisi. Pastikan pula bahwa
kaca preparat telah diberi label berisikan tanggal
pengambilan sediaan, nama, serta nomor identitas
secara lenngkap.
2. Pastikan tenaga kesehatan menggunakan sarung
tangan
3. Pasang spekulum cocor bebek steril tanpa
menggunakan bahan pelicin untuk menampilkan
servix uteri.
4. Cytobrush dimasukan kedalam kanalis servikalis
sedalam 1-2 cm kemudian putar 360 derajat
5. Spatula ayre diusapkan 360 derajat searah jarum jam
pada permukaan serviks uteri dengan sedikit tekanan
pada servix uteri tanpa melukainya
6. Cytobrush diusapkan pada kaca preparat berlawanan
dengan arah jarum jam dan spatula ayre juga digeserkan
pada kaca preparat yang telah diberi label pada sisi kirinya.
Pergeseran meliputi setengah panjang gelas sediaan dan
hendaknya digeserkan sekali saja, hal yang sama dilakukan
pada spatula
7. Segera semprotkan dengan bahan fiksasi atau masukkan
bahan tersebut di dalam tabung berisi larutan fiksasi.
Sediaan difiksasi selama 30 menit
8. Sediaan dikeringkan
9. Bawa hasil sediaan ke lab. Sitologi. Warnai dengan
metode pewarnaan papanicolau
10. Amati hasil pengambilan secara cermat dengan
mikroskop binokuler
32.
33. Hasil pemeriksaan pap smear
1. Normal
Tes anda negatif (tidak ada sel abnormal terdeteksi). Andatidak
perlu pengobatan atau tes lebih lanjut sampai Pap
smeardanpemeriksaan panggul selanjutnya.
2. Sel bersisik atipikal tidak terdeterminasi signifikan
(Atypicalsquamous cells of undetermined significance)Sel
bersisik tipis dan datar, tumbuh di permukaan serviksyang
sehat. Pada kasus ini, Pap smear mengungkap adanyasedikit
sel bersisik abnormal, namun perubahan ini belumjelas
memperlihatkan apakah ada sel prakanker
3. Lesi intraepitelial sel bersisik (Squamous intraepithelial
lesion)Istilah ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel
yang diperoleh dari Pap smear mungkin sel prakanker. Jika
perubahan masih tingkat rendah, ukuran, bentuk dan
karakteristik lain dari sel memperlihatkan adanya
lesiprakanker yang dalam beberapa tahun akan menjadi
kanker.
4. Sel glandular atipikal (Atypical glandular cells)Sel glandular
memproduksi lendir dan tumbuh pada permulaan serviks dan
dalam uterus. Sel glandular atipikal mungkin menjadi
abnormal, namun tidak jelas apakah mereka bersifat kanker.
Tes lebih lanjut diperlukan untuk menentukan sumber sel
abnormal.
5. Kanker sel bersisik atau sel adenokarsinoma
(Squamouscancer or adenocarcinoma cells) Sel yang
diperoleh dari Papsmear memperlihatkan abnormal, sehingga
patologis hampiryakin ada kanker dalam vagina, serviks atau
uterus. Selbersisik menunjukkan kanker timbul di permukaan
datar selpada serviks.
34. Koloskopi
prosedur diagnostik medis untuk memeriksa
serviks serta vagina dan vulva secara visual
menggunakan kolposkop. Koloskopi yaitu suatu
alat yang dapat disamakan dengan mikroskop
bertenaga rendah, memiliki sumber cahaya di
dalamnya dan memiliki pembesaran 6-40 kali.
Dalam kolskopi yang dinilai adalah perubahan
morfologi sel yang mengalami eksfoliasi.
Sehingga, koloskopi menilai perubahan pola
epitel dan vaskular serviks yang mencerminkan
adanya perubahan biokimia dan perubahan
metabolik yang terjadi di jaringan serviks. Tes ini
dilakukan bila pada tes pap smear sebelumnya
ditemukan tanda-tanda lesi prakanker atau
kanker invasif atau abnormal
35. Biopsi
Bila area abnormal terlihat saat pemeriksaan
kolposkopi, dokter akan melakukan biopsy
dengan bius lokal. Biopsi adalah pengambilan
bagian yang sangat kecil dari jaringan sebagai
contoh untuk diperiksa. Biasanya hanya akan
diambil dengan ukuran beberapa millimeter
diameternya. Biopsi sangat penting dilakukan
untuk memvalidasi serta menentukan
keakuratan perubahan sel yang abnormal.
Jaringan yang dilakukan untuk biopsi
dikirimkan ke laboratorium untuk dites
36. Jenis Biopsi
Biopsi sumsum tulang
Biopsi sumsum tulang adalah prosedur memasukkan
sebuah jarum ke sumsum tulang dan menyedot cairan atau
jaringan. Jenis biopsi ini biasanya dilakukan ketika dokter
mencurigai kemungkinan adanya kanker darah, seperti
leukemia, limfoma, multiple myeloma, atau kanker yang
berasal atau menuju ke sumsum tulang.
Biopsi endoskopi
Pada biopsi endoskopi, dokter akan menggunakan
tabung tipis fleksibel (endoskop) yang dilengkapi
cahaya dan pemotong. Alat ini dimasukkan ke dalam
tubuh untuk mengambil sedikit jaringan yang dicurigai
sebagai kanker untuk sampel.
Biasanya, endoskop dimasukkan lewat mulut, rektum,
saluran kemih, atau sayatan kecil di kulit area kanker
berada. Contoh prosedur biopsi endoskopi termasuk
sistoskopi yaitu untuk mengumpulkan jaringan dari
dalam kandung kemih, bronkoskopi untuk
mendapatkan jaringan dari dalam paru, dan
kolonoskopi untuk mengumpulkan jaringan dari dalam
usus besar
37. Biopsi jarum
Biopsi jarum biasanya digunakan untuk mendeteksi adanya kanker pada benjolan payudara atau
pembengkakan di kelenjar getah bening. Berbagai metode dalam penerapan biopsi jarum yang biasanya
digunakan adalah:
Menggunakan jarum halus, panjang, dan tipis untuk mengeluarkan cairan dan sel untuk dianalisis.
Menggunakan jarum inti yang ukurannya lebih besar dengan ujung pemotong yang nantinya berfungsi
untuk menarik dan memotong jaringan dari area tertentu.
Menggunakan bantuan vakum (alat hisap) agar jumlah cairan dan sel lebih banyak dan dipisahkan
dengan sebuah jarum.
Menggunakan bantuan tes pencitraan, seperti CT scan, USG, MRI, dan sinar X-ray dengan jarum.
38. Pencegahan Kanker Serviks
Pencegahan primer
Pencegahan primer dapat dilakukan melalui promosi dan
penyuluhan pola hidup sehat, menunda aktivitas seksual
sampai usia 20 tahun dan berhubungan hanya dengan satu
pasangan, dan penggunaan vaksinasi HPV
a. Vaksinasi HPV
vaksinasi ini dapat mengurangi infeksi HPV karena
kemampuan proteksinya adalah sebesar >90%. Saat ini,
ada vaksin yang digunakan untuk mencegah infeksi Human
Papilloma Virus (HPV) yaitu virus yang menjadi pencetus
kanker servik. Cara kerja vaksin ini dengan merangsang
antibodi respon kekebalan tubuh terhadap HPV dimana
antibodi ditangkap untuk membunuh HPV sehingga virus
tidak masuk ke leher rahim (servik). Idealnya vaksin ini
diberikan pada wanita sebelum melakukan hubungan
seksual, yaitu sebelum kemungkinan terpapar virus HPV
pada usia 9-26 tahun. Meski demikian wanita yang telah
aktif secara seksual juga masih mendapatkan manfaat
vaksin, namun keuntungannya sedikit, karena mereka telah
terpapar virus HPV. Vaksin tidak dianjurkan untuk wanita
hamil
39. Pencegahan Kanker Serviks
Pencegahan sekunder
Dilakukan dengan mendasarkan pada risiko pasiennya yaitu
pasien dengan resiko sedang dan tinggi. pendeteksian dini,
dilakukan dengan pap smear.
Pencegahan Tersier
a. Waspadai gejalanya. Seperti pendarahan, terutama
setelah melakukan aktivitas seksual.
b. Hindari merokok. Wanita sebaiknya tidak
merokok,karena dapat merangsang timbulnya sel-sel
kanker melalui nikotin dikandung dalam darah.
c. Hindari pencucian vagina dengan menggunakan obat-
obatan antiseptik karena mengakibatkan iritasi di servik
yang merangsang terjadinya kanker.
d. Lakukan diet rendah lemak.
Lemak memproduksi hormon estrogen, sementara
endometrium yang sering terpapar hormon estrogen
mudah berubah sifat menjadi kanker.
e. Penuhi kebutuhan vitamin C (buah dan sayur- sayuran)
40. Deteksi Dini Kanker Mamae
Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal
dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya) maupun komponen selain kelenjar
seperti jaringan lemak, pembuluh darah dan persarafan jaringan payudara.
41. Faktor penyebab :
Faktor Genetik
1. Riwayat keluarga. Jika ada anggota keluarga
yang terkena kankerpayudara atau kanker
indung telur maka dapat meningkatkan
risiko.
2. Terbukti positif mutasi gen BRCA1 atau
BRCA2 pada pemeriksaangenetik terhadap
darah. Kondisi ini secara bermakna
meningkatkan peluang perempuan atau pria
terkena kanker payudara.
Faktor Hormon
1. Riwayat kehamilan.
Perempuan yang melahirkan anak di bawah usia
30 tahun mempunyai risiko lebih rendah
mengalami kanker payudara dibanding
perempuan yang melahirkan anak setelah 30
tahun atau tidak memilki anak sama sekali.
2. Riwayat menyusui.
Risiko kanker payudara akan menurun
jikaperempuan sering menyusui dan dalam
jangka waktu yang lama.
42. Faktor Lingkungan
1. Riwayat terkena radiasi di bagian dada terutama jika terkena pada usia sebelum 40 tahun,
misalnya pada penderita limfoma hodgkin yang mendapat terapi sinar (radioterapi) di dada.
2. Tidak ada hubungannya antara penggunaan pestisida atau beradapada lingkungan yang terpapar
dengan medan elektromagnetik dengan kejadian kanker payudara.
43. Faktor Hormon
3. Riwayat haid. Perempuan yang pertama kali
mengalami haid lebihawal (sebelum usia 12
tahun) atau mengalami menopause setelah
usia 55 tahun memiliki risiko tinggi.
4. Penggunaan hormon estrogen eksternal
seperti terapi sulih hormon, pil KB yang
mengandung estrogen saja. Faktor
risikoakan meningkat jika penggunaan
dilakukan terus-menerus dalam jangka
waktu lama
Faktor Diet
1. Diet tinggi lemak dan rendah serat dapat
meningkatkan faktor risiko kanker payudara.
Sedangkan diet yang mengandung omega3
(ikan), buah, sayur, makanan yang
mengandung fitoestrogen(tahu, tempe), dan
vitamin antioksidan (vitamin A, C, E) dapat
menurunkan faktor risiko.
2. Alkohol dan merokok dapat meningkatkan
faktor risiko melalui jalur hormonal.
44. Klasifikasi Kanker Payudara
Berdasarkan WHO Histological Klassification of
breast tumor, kanker payudara di klasifikasikan
sebagai berikut:
1) Kanker Payudara Non-Invasif
Kanker yang terjadi pada kantung (tube) susu
{penghubung antara alveolus (kelenjar yang
memproduksi susu) dan putting payudara}.
Dalam bahasa kedokteran disebut ‘ductal
carcinoma in situ’ (DCIS), yang mana kanker
belum menyebar ke bagian luar jaringan kantung
susu
2) Kanker Payudara Invasif
Sel kanker merusak saluran dan dinding kelenjar
susu serta menyerang lemak dan jaringan
konektif payudara di sekitarnya. Kanker dapat
bersifat invasive (menyerang) tanpa selalu
menyebar (metastatik) ke simpul limfe atau organ
lain dalam tubuh
45. Tanda dan Gejala Kanker Payudara
1. Gejala Klinis
Gejala klinis payudara dapat berupa benjolan
pada payudara, umumnya berupa benjolan yang
tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-
mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu
melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan
pada kulit payudara atau pada putting susu
Erosi atau Eksema puting susu
Kulit atau putting susu menjadi tertarik ke dalam
(retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-
coklatan sampai menjadi odema hingga kulit
kelihatan seperti kulit jeruk (peau d’orange),
mengkerut atau timbul borok (ulkus) pada
payudara. Borok itu makin lama makin besar dan
mendalam sehingga dapat menghancurkan
seluruh payudara, sering berbau busuk, dan
mudah berdarah
46. Stadium dan Grade Kanker Payudara
1) Stadium 0
Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau non
invasive Cancer yaitu kanker tidak menyebar
keluar dari pembuluh darah/saluran payudara
dan kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada
payudara
2) Stadium I
Ukuran tumor diameter <2cm, tidak terdapat
metastasis pada aksila/ketiak dan tidak meluas
pada kulit atau otot
47. 3) Stadium II A
Pada stadium ini tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm
dan telah ditemukan pada titik-titik saluran getah bening di
ketiak (axillary limph nodes). Diameter tumor lebih lebar
dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm, belum menyebar ke
titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak (axillary
limph nodes). Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara
tapi ditemukan pada titik-titik di pembuluh getah bening
ketiak
4) Stadium II B
Benjolan pada stadium dua telah ber ukuran kurang lebih
dua namun tidak lebih dari lima sentimeter dengan
penyebaran sudah sampai ke kelenjar susu dan daerah
ketiak. Pada stadium ini kemungkinan sembuh adalah 30-
40%. Jika sudah diketahui penderita kanker pada stadium 2
maka biasanya dilakukan operasi dengan pengangkatan
sel-sel kanker yang ada pada tubuh
5) Stadium III A
Tumor dengan diameter > 5 cm tapi masih bebas dari
jaringan sekitarnya dengan atau tanpa metastasis aksila
yang masih bebas satu sama lain, atau tumor dengan
metastasis aksila yang melekat
48. 6) Stadium III B
Tumor telah menyebar ke kulit payudara, dinding dada,
atau nodus limfe mamae internal, termasuk inflamasi
kanker payudara (Robson, 2011).
7) Stadium IV
Pada stadium kanker sudah begitu parah sudah menjalar
ke bagian tubuh lain. Sehingga tidak ada jalan lain selain
pengangkatan payudara. Kanker juga telah bermetafisis
yaitu kanker telah menyebar dari payudara dan kelenjar
getah bening di sekitar ketiak ke bagian lainnya seperti
paru, tulang, hati dan otak kanker pada payudara itu bisa
membengkak dan pecah, kalo sudah begini bau busuk dan
anyir akan keluar dari buah dada (Suryaningsih, 2009).
49. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
1. Inspeksi (melihat) payudara di muka cermin Berdirilah di
mukacermin, kemudian gantungkan kedua lengan secara
lemas disisi tubuh.Perhatikan apakah ada kelainan pada
payudara, seperti :
a. ketidaktarikan kulit
b. puting susu masuk ke dalam
c. benjolan
d. borok pada payudara
e. perubahan warna kulit
f. pori-pori yang melebar seperti kulit jeruk, atau
ketidaksamaan bentuk/besar payudara kanan dan kiri.
g. Kemudian angkat kedua lengan di samping kepala.
Perhatikan apakah ada kelainan atau ketidaksamaan
gerakan payudara kanan-kiri pada saat lengan
diangkat.
2. Palpasi (meraba) payudara sambil berbaring Pemeriksaan
palpasi dilakukan dengan ujung 4 jari tangan (jari telunjuk
sampai dengan kelingking) kecuali jempol. Lakukan perabaan,
dengan tangan kiri untuk payudara kanan dan dengan
tangan kanan untuk payudara kiri. Pada saat memeriksa
payudara sebelah kanan,punggung kiri diganjal bental,
demikian pula sebaliknya saat memeriksa payudara kiri.
Lakukan palpasi dengan sirkuler (melingkar), mengitari
putting susu kemudian pindah ke daerah di atasnya, lakukan
itu secara melingkar juga. demikian seterusnya sampai ke
tepi. Perhatikan, apakah ada perbedaan kepadatan antara
payudara kanan dengan payudara kiri, atau teraba benjolan,
dan terasa nyeri pada bagian yang anda raba, kalau iya
pastikan di mana letaknya.
50. Memijat puting susu dengan jari
Perhatikan apakah ada cairan abnormal yang keluar dari puting susu, seperti cairan jernih, nanah, darah
atau yang lainnya.
51.
52. Pemeriksaan Payudara dengan Mammografi
Mammografi adalah pemeriksaan radiologi khusus menggunakan sinar X dosis rendah yang dapat
mendeteksi adanya perubahan jaringan payudara, bahkan sebelum adanya perubahan yang
kelihatan pada payudara ataupun benjolanyang dapat dirasakan.
53.
54. Jenis Mammografi
Mammografi skrining (screening
mammography)
Mammografi skrining dilakukan untuk
mendeteksi kelainan pada payudara, walau
tidak ada keluhan, tanda, atau kelainan yang
dapat dilihat atau dirasakan. Tujuan
mammografi skrining adalah untuk
mendeteksi kanker payudara sejak dini,
terutama pada golongan yang berisiko.
Mammografi diagnostik (diagnostic
mammography)
Mammografi diagnostik dilakukan untuk
mencari tahu penyebab munculnya keluhan
atau perubahan pada payudara, seperti
nyeri, benjolan , perubahan warna kulit di
sekitar payudara, penebalan puting, atau
keluarnya cairan dari puting.
Mammografi diagnostik juga dapat
digunakan untuk mengevaluasi hasil
mammografi skrining yang tidak normal.
55. Indikasi Mammografi
Mammografi juga dilakukan pada wanita yang mengalami gangguan pada payudara, seperti:
Benjolan di payudara
Perubahan kulit payudara menjadi tebal dan berbintik-bintik seperti kulit jeruk
Nyeri payudara
Keluar cairan dari puting
Perubahan pada puting
56. American Cancer Society dalam proyek skrining kanker payudara menganjurkan hal berikut ini pada
wanita walaupun tidak dijumpai keluhan apapun:
1. Wanita > 20 tahun melakukan SADARI tiap tiga bulan.
2. Wanita > 35 tahun-40 tahun melakukan mammografi.
3. Wanita > 40 tahun melakukan check up pada dokter ahli.
4. Wanita > 50 tahun check up rutin/mammografi setiap tahun.
5. Wanita yang mempunyai faktor risiko tinggi (misalnya keluarga ada yang menderita kanker)
pemeriksaan ke dokter lebih rutin dan lebih sering.
57. Pada wanita berusia di atas 35 tahun pemeriksaan pertama yang dianjurkan adalah mamografi.
Dengan mamografi, kelainany ang teraba atau tidak teraba dapat terlihat dan mempunyai
gambaran yang khusus sehingga dapat dibedakan tumor jinakatau ganas.Di Indonesia sendiri,
wanita usia 35-39 tahun dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dasar mammografi setahun
sekali.
Sedangkan wanita usia 40-49 tahun dianjurkan setiap 1-2tahun dan bagi wanita usia 50 tahun ke
atas, sebaiknya memeriksa setahun sekali, meski tidak ada keluhan.
58. Cara Pelaksanaan Mammografi
Caranya, kita akan diminta berdiri di depan mesin. Beberapa menit kemudian, payudara akan
ditekan mendatar menggunakan 2 buah plat plastik. Untuk beberapa saat, tekanan pada payudara
ini akan membuat kita menjadi tak merasa nyaman. Semakin datar posisi payudara, hasil yang
diperlihatkan akan lebih bagus. Setiap payudara akan diambil dua gambar yang seluruhnya hanya
membutuhkan waktu beberapa menit saja. Melalui gambar inilah,dokter akan memeriksa segala
bentuk kelainan yang mungkin terjadi pada payudara kita. Mammografi dianggap sebagai
senjatayang paling efektif untuk deteksi dini kanker sebab dapat mendeteksi hampir 80%-90% dari
semua kasus kanker payudara.
59. Pasien akan mendapatkan hasil mammografi dalam bentuk foto Rontgen. Hasil dari mammografi
dapat menunjukkan jika terdapat kelainan pada jaringan payudara, seperti:
Penumpukan kalsium, yang bisa disebabkan oleh peradangan, bekas biopsi, atau tumor jinak
Benjolan yang bisa keras atau berisi cairan (kista)
Tumor jinak atau ganas (kanker)
Jaringan payudara yang lebih padat dari normalnya
60. Perubahan yang dapat terlihat dari mammogram adalah Mikrokalsifikasi yaitu deposit-deposit kecil
kalsium dalam jaringan payudara yang terlihat sebagai titik-titik kecil putih di sekitar jaringan
payudara. Mikrokalsifikasi yang dicurigai sebagai tanda kanker adalah titik-titik yang sangat kecil
dan berkumpul dalam suatu kelompok (cluster). Massa yang tampak pada mammogram dapat
disebabkan oleh kanker atau bukan kanker, untuk memastikannya bisa dilakukan biopsi.
61. USG payudara atau USG
mammae
USG payudara adalah salah satu pemeriksaan
radiologi pada payudara yang menggunakan
teknologi gelombang suara. Jenis pemeriksaan
ini berfungsi untuk mendeteksi gangguan dan
berbagai bentuk kelainan pada payudara, seperti
kista dan tumor.
USG payudara atau USG mammae adalah salah
satu jenis USG yang secara khusus dilakukan
untuk memeriksa kondisi payudara. Perangkat
USG payudara terdiri dari mesin pemindai, layar
monitor, serta alat sensor yang disebut
transduser dan Doppler probe. USG payudara bekerja menggunakan
gelombang suara frekuensi tinggi atau
ultrasonik. Gelombang ini akan muncul dari
mesin pemindai yang menghasilkan gambar
payudara bagian dalam dan akan ditampilkan
pada layar monitor.
62. Indikasi USG Payudara
Pemeriksaan USG payudara apabila memiliki beberapa keluhan atau kondisi berikut ini:
Keluarnya cairan yang tidak biasa dari puting
Nyeri, kemerahan, dan bengkak pada payudara, misalnya karena mastitis atau peradangan pada
jaringan payudara
Pernah menjalani operasi implan payudara
Perubahan warna kulit payudara
Masalah pada produksi ASI
63. Magnetic resonance imaging (MRI) Payudara
Merupakan prosedur yang dilakukan guna
mendeteksi adanya gangguan kesehatan
pada organ payudara. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menggabungkan medan
magnet yang kuat, gelombang radio, dan
layar komputer untuk menghasilkan gambar
detail dari struktur tubuh bagian dalam yang
sedang diperiksa. Prosedur ini biasanya
ditempuh saat pemeriksaan lain, seperti
mammogram atau ultrasonografi tidak dapat
memberikan informasi lengkap yang
dibutuhkan.
64. Pengobatan Medis Kanker Payudara
1. Operasi Kanker Payudara
Operasi untuk kanker payudara terbagi dua,
yaitu operasi yang hanya mengangkat tumor dan
operasi yang mengangkat payudara secara
menyeluruh (mastektomi). Operasi plastik
rekonstruksi biasanya dapat dilakukan langsung
setelah mastektomi
2. Kemoterapi
Umumnya ada dua jenis, yaitu kemoterapi yang
biasanya diterapkan setelah operasi untuk
menghancurkan sel-sel kanker dan kemoterapi
sebelum operasi yang digunakan untuk mengecilkan
tumor.
3. Radioterapi
Proses terapi untuk memusnahkan sisa-sisa sel
kanker dengan dosis radiasi terkendali. Proses ini
biasanya diberikan sekitar satu bulan setelah operasi
dan kemoterapi agar kondisi tubuh dapat pulih
terlebih dahulu.
65. Terapi Hormon Untuk Mengatasi Kanker
Payudara
Khusus untuk kanker payudara yang pertumbuhannya dipicu estrogen atau progesteron alami
(kanker positid resptor-hormon), terapi hormon digunakan untuk menurunkan tingkat atau
menghambat efek hormon tersebut. Langkah ini juga kdang dilakukan sebelum operasi untuk
mengecilkan tumor agar mudah diangkat, terapi ini umumnya diterapkan setelah operasi dan
kemoterapi.
66. Strategi Pencegahan Kanker Payudara
1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara
merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan
karena dilakukan pada orang yang “sehat” melalui
upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada
berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup
sehat. Pencegahan primer juga bisa berupa
pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara
sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga bisa
memperkecil factor resiko terkena kanker payudara
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan dilakukan dengan melakukan deteksi
dini berupa skrining melalui mammografi
3) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yaitu pencegahan yang lebih
diarahkan kepada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat
pada kanker payudara sesuai stadiumnya akan dapat
mengurangi kecacatan dan memperpanjang
harapan hidup penderita serta mencegah komplikasi
penyakit dan meneruskan pengobatan
67. Skrining Penyimpangan Perilaku Seksual
Perilaku penyimpangan seksual merupakan tingkah laku seksual yang tidak dapat diterima oleh
masyarakat karena tidak sesuai dengan tata cara serta norma- norma agama. Penyimpangan
seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual
dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan
obyek seks yang tidak wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan,
seperti pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik.
68. Perilaku penyimpangan seksual menurut Surtiretna (2001)
Dalam Jurnal Achmad Anwar Abidin (2016)
Perzinaan : Hubungan seksual antara dua orang yang bukan merupakan suami-istri, baik dilakukan oleh seorang
perjaka dengan perawan atau orang-orang yang sudah berumah tangga untuk memuaskan dorongan seksual sesaat.
Perkosaan: Tindakan menyetubuhi seorang wanita yang bukan isterinya dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.
Dalam bahasa inggris perbuatan tersebut dinamakan rape yang berasal dari bahasa latin rapere, yakni “mengambil
sesuatu dengan kekerasan”.
Pelacuran : Penyediaan pelayanan hubungan seks dengan imbalan uang atau hadiah- hadiah, disebut sebagai
hubungan seks diluar perkawinan karena terjadi hubungan seks antara orang yang tidak terikat oleh cinta perkawinan.
Homoseksual:Homoseksual adalah orang yang merasakan atau hanya tertarik dengan jenis kelamin yang sama, pria
suka sama pria. Bagi homoseksualitas pada pasangan pria dengan pria. Cara pemuasan seksual sedikit berbeda,
dimana seorang pria homoseksual dapat mencari obyek mangsanya diantara pria-pria yang tidak bertendensi
homoseksual, bahkan diantaranya anak-anak dibawah umur, dengan rayuan-rayuan, janji-janji dan imbalan-imbalan
material. Sering mereka menunjukkan gejala- gejala transvitisme, yaitu mengenakan pakaian wanita atau bermasturbasi
sambil mengkhayalkan sedang bermesraan dengan seorang pria
69. Lesbianisme: Lesbi adalah label yang diberikan untuk menyebut homoseksual perempuan atau perempuan yang
memiliki hasrat seksual dan emosi kepada perempuan. lainnya (Ricch, 2000: 94).Namun demikian banyak diantara
mereka yang menunjukkan sikap dingin (frigid) dalam hubungan heteroseksual (perempuan - lelaki). Lesbian yang aktif
tidak akan menikah, akan tetapi hanya pasangan yang sejenis kelaminnya saja. Frekuensi lesbianisme cukup tinggi,
menurut Jeffcoate kira-kira 25% dan menurut Kinsey dkk kira-kira 28%
Pencinta seks anak (Pedofilia erotica): Berasal dari kata paido (anak) dan philein (mencintai). Orang dewasa yang
merasakan kepuasan seksual dengan mengadakan persetubuhan dengan anak- anak. Biasanya dilakukan oleh orang
yang mempunyai kelainan mental
Transvetisme (Waria): Seseorang yang secara anatomis laki-laki, tetapi secara psikologis merasa dan menganggap
dirinya seorang perempuan. Ia akan berperilaku dan berpakaian seperti perempuan Untuk mendapatkan kegairahan
seksual.
Seks dubur (Sodomi):Pengertian Liwath (Sodomi) atau seksual analisme ialah pemakaian anus untuk bersenggama.
Dalam ensiklopedi agama dan filsafat, Liwath (Sodomi) dalambahasa Arab artinya melakukan jima (persetubuhan)
melalui lubang dubur yang dilakukan oleh sesama pria. Dalam al-Quran perilaku liwath disebut dengan kata fahisyah.
Rancap (Masturbasi): Masturbasi bisa disebut juga onani atau rancap. Kata masturbasi berasal dari bahasa latin yang
berarti memuaskan diri sendiri. Kata onani berasal dari nama orang yaitu Onan dalam kitab kejadian (Kitab Suci Yahudi
Kristen) pasal 38 ayat 9. Dalam kisah tersebut, Onan melakukan senggama terputus atau coitus interruptus. Masturbasi
diartikan sebagai pemenuhan dan pemuasan kebutuhan seksual dengan merangsang alat kelamin sendiri dengan
tangan atau alat-alat mekanik. Yang dilakukan pria adalah menggosok-gosok kemaluannya dengan tangan sendiri
sehingga spermanya keluar. Sedangkan yang dilakukan wanita adalah memasukkan jari tangannya kedalam vagina,
menggosok-gosok klitoris dan sebagainya, baik dilakukan dengan jari tangan atau alat lainnya seperti pisang, botol
kecil atau alat lain yang berbentuk seperti alat kelamin pria, misalnya dildo atau vibrator sehingga terjadi orgasme.
70. Pamer alat Vital (Ekshibionisme) :Kata ini berasal dari bahasa latin exhibere, yang berarti menunjukkan.
Adapun menurut istilahnya orang yang merasa puasa dengan memamerkan organ tubuhnya sendiri
kepada orang yang tidak dikenalnya dengan tujuan untuk mendapatkan kegairahan seksual, tanpa upaya
lanjut untuk mengadakan aktivitas seksual dengan orang yang tidak dikenalnya itu.
Pengintip (Voyeurisme): Adalah suka mengintip orang yang lagi berhubungan seks atau suka melihat alat
kelamin orang lain, yang jelas mereka seperti itu dengan sengaja alias punya niatan khusus untuk
kegiatan-kegiatan seperti tadi, dan sudah pasti ini menjadi kebiasaan mereka.
Hubungan intim Sedarah (Insestus): Berasal dari bahasa Latin cestus, yang berarti murni. Jadi insectus
berarti tidak murni. Hubungan seksual antara pria dan wanita yang satu sama lain terikat oleh pertalian
keluarga sedarah, pertalian keluarga karena perkawinan atau pertalian keluarga angkat yang menurut
agama atau kebudayaan dianggap sebagai penghalang bagi hubungan seksual itu
Seks dengan kekerasan (Sadisme)
Pencinta pakaian dalam (Fetikhisme):Ciri utama fetisisme adalah penggunaan benda mati (fetisy) sebagai
cara terpilih atau ekslusif untuk mencapai kepuasan seksual
Pencinta Mayat (Nekrofilia): Maksudnya yaitu Orang yang melakukan senggama dengan mayat dan
merasa puas secara seksual. Penyebabnya antara lain rasa minder, pemalu, tidak mampu mengadakan
sublimasi atau rasa dendam yang kronis. Perbuatan seksual atas mayat dapat berupa menciumi, memeluk
dan marabaraba tubuh mayat, melakukan masturbasi
71. Upaya Pencegahan Perilaku Penyimpangan Seksual
Pencegahan penyimpangan seksual adalah upaya untuk mencegah terjadinyaPenyimpangan
Seksual salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan seks sejak usia dini atau setidaknya
pada usia sekolah dengan memberikan pemahaman tentang teori-teori seks yang benar pada anak.
72. Pendidikan seks yang dilakukan dalam hal ini adalah dengan memberikan
materi-materi terkait dengan seks setidaknya ada beberapa hal sebagai berikut:
Memberikan pelajaran tentang perbedaan-perbedaan terkait jenis kelamin terutama tentang topik
biologis bentuk tubuh dan fungsi-fungsinya
Memberikan pemahaman tentang bagaimana sikap dan cara bergaul dengan lawan jenis dan sesama
jenis yang tidak diperbolehkan dan dibolehkan
Memberikan pemahaman tentang bentuk-bentuk terjadinya penyimpangan seksual
Mampu membedakan mana penyimpangan, pelecehan atau kekerasan seksual dan mana yang bukan
Mencegah agar anak tidak menjadi korban atau – bahkan pelaku–penyimpangan, pelecehan dan atau
kekerasan seksual
Menumbuhkan sikap berani untuk memberitahukan pada orang tua atau guru apabila
terjadi atau menjadi korban penyimpangan , pelecehan dan atau kekerasan seksual.