Dokumen tersebut membahas tentang antiinflamasi, termasuk pengertian inflamasi, jenis-jenis inflamasi, tanda-tanda inflamasi, peran inflamasi, mekanisme antiinflamasi, dan jenis obat antiinflamasi seperti steroid, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), dan indometasin.
2. PENGERTIAN ANTIINFLAMASI
Radang (bahasa Inggris : inflammation)
adalah respon dari suatu organisme
terhadap patogen dan alterasi mekanis
dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi
yang terjadi pada tempat jaringan yang
mengalami cedera, seperti karena terbakar,
atau terinfeksi. Radang atau inflamasi
adalah satu dari respon utama sistem
kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.
3. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia
(histamin, bradikinin, serotonin, leukotrien,
dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh
sel yang berperan sebagai mediator
radang di dalam sistem kekebalan untuk
melindungi jaringan sekitar dari
penyebaran infeksi.
4. Inflamasi merupakan suatu respon protektif
normal terhadap luka jaringan yang
disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia
yang merusak atau zat-zat mikrobiologik.
Inflamasi adalah usaha tubuh untuk
menginaktivasi atau merusak organisme
yang menyerang, menghilangkan zat
iritan, dan mengatur derajat perbaikan
jaringan
5. TANDA- TANDA PERADANGAN
Tanda-tanda inflamasi (peradangan) adalah
1. Rubor (kemerahan), terjadi karena banyak
darah mengalir ke dalam mikrosomal lokal
pada tempat peradangan.
2. Kalor (panas) ,dikarenakan lebih banyak
darah yang disalurkan pada tempat
peradangan dari pada yang disalurkan ke
daerah normal.
6. 3. Dolor (Nyeri) dikarenakan pembengkakan jaringan
Mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan juga
karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia
bioaktif lainnya.
4. Tumor (pembengkakan) pengeluaran ciran-cairan ke
jaringan interstisial.
5. Functio laesa (perubahan fungsi) adalah
terganggunya
fungsi organ tubuh
7. PERAN PENTING INFLAMASI
Radang mempunyai tiga peran penting
dalam perlawanan terhadap infeksi:
memungkinkan penambahan molekul dan
sel efektor ke lokasi infeksi untuk
meningkatkan performa makrofaga
menyediakan rintangan untuk mencegah
penyebaran infeksi
mencetuskan proses perbaikan untuk
jaringan yang rusak.
8. JENIS – JENIS RADANG
1. Radang akut: timbul tiba-tiba, lamanya 1-3
minggu. Kemudian pasien akan sembuh
atau mati.
2. Radang sub-akut: biasanya berlangsung
berangsur-angsur dan berbulan-bulan.
3. Radang kronis: dapat berlangsung sampai
bertahun-tahun, misalnya TBC.
10. MEKANISME ANTI INFLAMASI
1. Perubahan vaskular
Respon vaskular pada tempat
terjadinya cedera merupakan suatu
yang mendasar untuk reaksi inflamasi
akut. Perubahan ini meliputi perubahan
aliran darah dan permeabilitas
pembuluh darah. Perubahan aliran
darah karena terjadi dilatasi arteri lokal
sehingga terjadi pertambahan aliran
darah (hypermia) yang disusul dengan
perlambatan aliran darah. Akibatnya
bagian tersebut menjadi merah dan
panas.
11. Sel darah putih akan berkumpul di
sepanjang dinding pembuluh darah
dengan cara menempel. Dinding
pembuluh menjadi longgar susunannya
sehingga memungkinkan sel darah putih
keluar melalui dinding pembuluh. Sel
darah putih bertindak sebagai sistem
pertahanan untuk menghadapi serangan
benda-benda asing.
12. 2. Pembentukan cairan inflamasi
Peningkatan permeabilitas pembuluh
darah disertai dengan keluarnya sel
darah putih dan protein plasma ke dalam
jaringan disebut eksudasi. Cairan
inilah yang menjadi dasar terjadinya
pembengkakan. Pembengkakan
menyebabkan terjadinya tegangan dan
tekanan pada sel syaraf sehingga
menimbulkan rasa sakit
13. OBAT ANTIINFLAMASI
1. GOLONGAN STEROID (GLUKOKORTIKOID)
Glukokortikoid mempunyai potensi efek
antiinflamasi dan pertama kali
dipublikasikan, dianggap jawaban terakhir
dalam pengobatan peradangan.
Sayangnya, toksisitas yang berat
sehubungan dengan terapi kortikosteroid
kronis mencegah pemakaiannya kecuali
untuk mengontrol pembengkakan akut
penyakit sendi.
14. Glukokortikoid mempunyai efek mengurangi
peradangan yang disebabkan karena
efeknya terhadap konsentrasi, distribusi dan
fungsi leukosit perifer serta penghambatan
aktivitas fosfolipase A2. Setelah pemberian
dosis tunggal glukokortikoid bekerja singkat
dengan konsentrasi neutrofil meningkat yang
menyebabkan pengurangan jumlah sel pada
daerah peradangan.
15. 2. OBAT ANTIINFLAMASI NON-STEROIDA (OAINS)
OAINS merupakan suatu kelompok obat yang
heterogen, bahkan beberapa obat sangat
berbeda secara kimia. Walaupun demikian,
obat-obat ini mempunyai banyak persamaan
dalam efek terapi maupun efek samping. 15
Prototip obat golongan ini adalah aspirin, karena
itu OAINS sering juga disebut sebagai obat-obat
mirip aspirin (aspirin-like drug). Obat ini efektif
untuk peradangan akibat trauma (pukulan,
benturan, kecelakaan) juga setelah pembedahan,
atau pada memar akibat olah raga. Obat ini
dipakai pula untuk mencegah pembengkakan bila
diminum sedini mungkin dalam dosis yang cukup
tinggi.
16. Obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS)
terutama bekerja dengan jalan menghambat
enzim siklooksigenase tetapi tidak enzim
lipoksigenase. OAINS dibagi dalam 5
golongan yaitu :
a. Salisilat dan salisilamid, derivatnya yaitu
asetosal (aspirin), salisilamid, diflunisal.
b. Para aminofenol, derivatnya yaitu
asetaminofen dan fenasetin.
c. Pirazolon, derivatnya yaitu antipirin
(fenazon), aminopirin (amidopirin),
fenilbutazon dan turunannya.
17. d. Antirematik nonsteroid dan analgetik lainnya,
yaitu asam mefenamat dan meklofenamat,
ketoprofen, ibuprofen, naproksen,
indometasin, piroksikam, dan glafenin.
e. Obat pirai, dibagi menjadi dua, yaitu
(1) obat yang menghentikan proses inflamasi
akut, misalnya kolkisin, fenilbutazon,
oksifenbutazon.
(2) obat yang mempengaruhi kadar asam
urat, misalnya probenesid, alupurinol, dan
sulfinpirazon.
18. Aktivitas antiinflamasi obat AINS mempunyai
mekanisme kerja yang sama dengan aspirin
terutama bekerja melalui penghambatan
biosintesis prostaglandin. Tidak seperti
aspirin, obat-obat ini adalah penghambat
siklooksigenase yang reversibel. Selektivitas
terhadap COX I dan COX II, bervariasi dan
tak lengkap. Misalnya aspirin, indometasin,
piroksikam dan sulindak dianggap lebih
efektif menghambat COX I, metabolit aktif
nabumeton sedikit lebih selektif terhadap
COX II. Dari obat AINS yang tersedia,
indometasin dan diklofenak dapat
mengurangi sintesis baik prostaglandin
maupun leukotrin.
19. 3. INDOMETASIN
Indometasin yang diperkenalkan pada tahun
1963 adalah turunan indol. Obat ini lebih
toksik, tetapi dalam lingkungan tertentu obat
ini lebih efektif daripada aspirin atau AINS
lainnya. Obat ini merupakan peghambat
sintesis prostaglandin terkuat dan diabsorpsi
dengan baik setelah pemberian oral dan
sebagian besar terikat dengan protein
plasma. Walaupun potensinya sebagai obat
anti-inflamasi, toksisitas indometasin
membatasi pemakaiannya. Efek samping
indometasin terjadi sampai 50% penderita
yang diobati.
20. Kebanyakan efek samping ini
berhubungan dengan dosis. Keluhan
saluran cerna seperti mual, muntah,
anoreksia, diare dan nyeri abdomen.
Dapat terjadi ulserasi saluran cerna
bagian atas kadang-kadang dengan
pendarahan.
Indometasin tidak diajurkan diberikan
kepada anak, wanita hamil, penderita
penyakit lambung. Penggunaannya kini
dianjurkan hanya bila AINS lain kurang
berhasil.