2. HISTAMIN
Adalah suatu amin nabati (bioamin), produk normal
dari pertukaran zat histidin melalui dekarboksilasi
enzimatik.
Masuk kedalam tubuh melalui daging (protein)
dijaringan (usus halus) diubah secara enzimatik
menjadi histamin (dekarboksilasi).
Hampir semua organ dan jaringan memiliki histamin
dalam keadaan terikat dan inaktif, dalam sel-sel
tertentu (mast sel), Seperti : kulit, mukosa dari mata,
hidung, saluran napas (bronkia, paru-paru) usus dan
lekositbasofil darah.
3. Dalam keadaan bebas aktif terdapat dalam darah
dan otak, dimana histamin bekerja sebagai
neurotransmitter. Diluar tubuh manusia, histamin
terdapat dalam bakteri, tanaman (bayam,tomat) dan
makanan (keju).
Histamin dibebaskan dari mast sel oleh berbagai
unsur misalnya suatu reaksi alergi (penggabungan
antigen-antibody), kecelakaan dengan cedera serius
dan sinar UV dari matahari, racun ular dan tawon,
enzim proteolitik dan obat tertentu (morfin, kodein,
tubokurarin, klordiazepoksid).
4. FUNGSI DAN KEGIATAN HISTAMIN
Histamin memegang peran utama pada proses
peradangan dan system daya tahan.
Mekanisme kerjanya melalui 3 jenis reseptor yaitu :
Reseptor H1 : secara selektif diblok oleh antihistaminik
(H1-blokers).
Reseptor H2 : oleh penghambat asam lambung (H2-
blokers)
Reseptor H3 : pada regulasi tonus saraf simpatikus.
5. AKTIVITAS HISTAMIN
- Kontraksi otot polos bronki, usus dan rahim.
- Vasodilatasi semua pembuluh dengan penurunan
tekanan darah.
- Memperbesar permeabilitas kapiler untuk cairan dan
protein, akibat udem dan pengembangan mukosa.
- Hipersekresi ingus dan air mata, ludah, dahak dan
asam lambung.
- Stimulasi ujung saraf dengan eritema dan gatal-gatal.
6. REAKSI ALERGI / HIPERSENSITIVITAS
Peristiwa Auto-imun dan kepekaan berbeda terhadap
suatu antigen eksogen berdasarkan proses imunologi.
Bila suatu protein asing (antigen) masuk berulangkali
kedalam aliran darah, limfosit B akan membentuk antibody
dari tipe IgE (reagin) mengikat diri pada membrane mast
sel tanpa menimbulkan gejala, apabila antigen (allergen)
yang sama atau mirip rumus bangunnya memasuki darah
lagi, maka IgE akan mengenali dan mengikatnya
menimbulkan reaksi alergi akibat pecahnya membran
mast sel (degranulasi) zat perantara (mediator) dilepaskan
histamin, serotonin, bradykinin dan asam arakidonat
diubah menjadi prostaglandin dan leukotrien.
7. PENGGOLONGAN REAKSI ALERGI/HIPERSENSITIVITAS
1. Tipe I, reaksi segera berdasarkan reaksi antara
allergen-antibody (IgE-dependent) dengan degranulasi
mast sel , khusus terjadi pada berbakat genetik
(keturunan) disebut alergi atopik/reaksi anafilaktik.
Terjadi di saluran napas (serangan pollinosis, rhinitis,
asma), dikulit (eksim resam/dermatitis atopik),mulai
reaksinya cepat 5-20 menit setelah kontak allergen,
gejala bertahan lebih kurang 1 jam.
8. 2. Tipe II, autoimunitas (reaksi sitolitik) antigen yang
terikat pada membran sel bereaksi dengan IgG atau
IgM dalam darah, menyebabkan sel musnah,
berlangsung disirkulasi darah, contoh gangguan auto-
imun akibat obat, anemia hemolitik (akibat penisilin),
agranulositosis (akibat sulfonamid), arthritis
rheumatica, SLE (systemic lupus erythematodes)
akibat hidralazin atau prokainamida.
Reaksi auto-imun ini , sembuh dalam beberapa bulan
setelah penggunaan obat dihentikan.
9. 3. Tipe III, gangguan imun kompleks (reaksi arthus),
antigen dalam sirkulasi bergabung dengan IgG menjadi
suatu imun kompleks, diendapkan pada endotel
pembuluh, sebagai respon timbul peradangan disebut
penyakit serum bercirikan : urticaria, demam, nyeri otot
dan sendi, reaksinya 4-6 jam setelah terkena, lamanya
6-12 hari. Obat-obat yang menginduksi reaksi ini
adalah sulfonamida, penisilin, dan iodida.
Imun kompleks dapat terjadi di jaringan yang
menimbulkan reaksi lokal (arthus) , dalam sirkulasi
(gangguan sistemik)
10. Tipe IV (reaksi lambat “delayed”), antigen kompleks
hapten + protein, bereaksi dengan T-limfosit yang
sudah disensitasi. Limfokin (sitokin dari limfosit)
dibebaskan, menarik makrofag dan neutrofil (proses
chemotaxis) timbul reaksi peradangan. Mulai reaksinya
sesudah 24-48 jam dan bertahan beberapa hari,
contoh reaksi tuberculin dan dermatitis kontak.
11. GANGUAN ALERGI ATOPIK KARENA IgE
a. Alergi makanan, disebabkan protein dalam
makanan berlangsung melalui IgE dan pelepasan
mediator. Alergen makanan : ikan, udang, kerrang,
daging babi, putih telur, susu sapi, keju/mentega,
gluten (protein dari jenis gandum), zat pengawet
(asam benzoat, asam sorbat, nipagin) zat warna
(tartrazin kuning), zat rasa dan zat penyedap
(monosodiumglutamat/MSG, vetsin).
Gejala : serangan asma, urticaria, mual, muntah,
kejang perut, diare.
12. b. Eksim atopik (dermatitis atopik), Alergen
menimbulkan reaksi IgE signifikan pada individu yang
berdasarkan keturunan terdisposisi disebut atopik.
Penyakit atopik : eksim atopik (eksim endogen) pada
anak-anak atopik.
Gejala : bercak kemerah-merahan, benjolan,
gelembung kecil dan gatal-gatal.biasanya dimuka,
siku, lutut, pergelangan tangan dan tengkuk. Hilang
pada usia 5-7 tahun dan masa puberitas muncul lagi
berupa asma, rhinitis dan alergi makanan.
13. c. Asma atau bengek , timbul pada orang dengan
resam (konstitusi) atopik, dalam darah dan ludahnya
terjadi peningkatan jumlah granulosit eosinophil
(eosinofilia).
Pernapasan dipersulit oleh penyempitan bronki akibat
reaksi antigen IgE dan terlepasnya mediator dengan
efek vasokonstriksi, dan obstruksi bronki akibat
peradangan kronis, pembengkakan mukosa,
banyaknya dahak dan kejang-kejang, mengakibatkan
sesak napas.
14. d. Demam merang (hay fever). Rhinitis allergica adalah
radang mukosa hidung, gangguan alergi atopik yang
paling banyak terjadi,disertai radang selaput ikat mata
(konjungtivitis).
Gejalanya : selesma berat, banyak mengeluarkan ingus
dan air mata , bersin, hidung mampat, gatal-gatal
disekitar mata dan hidung. Gejala bertahan > 4 minggu,
penderita umur 5-45 tahun.
15. PENYEBAB RHINITIS
Reaksi alergi terhadap tepung sari (pollen), tungau
debu rumah, spora jamur, serpihan kulit hewan atau
bahan makanan.
PENGOBATAN RHINITIS ;
1. Antihistaminik-H1 : dapat menanggulangi gejala
secara efektif, terutama bersin dan gatal-gatal pada
mata, berkhasiat menekan produksi mediator dalam
mast sel dengan efek meringankan reaksi alergi
lambat. Contoh obatnya: astemizol, terfenadine,
cetirizine dan loratadin.
16. 2. Decongestiv, digunakan untuk membuka saluran
yang tersumbat (hidung mampet) dengan mengurangi
penumpukan mukosa , digunakan adrenergik :
ksilometazolin dan oksimetazolin dalam bentuk tetes
hidung, spray dan oral.
3. Kortikosteroida, dalam dosis rendah digunakan
spray dan efektif terhadap hiperreaktivitas dan semua
gejala lambat. Obatnya: beklometason, budesonida
dan flutikason.
17. ANTIHISTAMINIK
Adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi
Efek histamin terhadap tubuh dengan memblok reseptor
histamin (penghambatan saingan).
1. H1-blokers (antihistamin klasik) menentang histamin
dengan memblok reseptor H1 diotot licin dari dinding
pembuluh, bronki, saluran cerna, kandung kemih dan
rahim. Serta melawan efek histamin di kapiler dan ujung
saraf (gatal, flare reaction).
Efeknya : simtomatis, antihistaminik tidak dapat
menghindari timbulnya reaksi alergi.
18. Ada 2 antihistaminik kerjanya terhadap SSP :
- Antihistaminik generasi ke-1 : prometazin, oksomemazin,
tripelennamine, klorfeniramin, difenhidramin, klemastin,
siproheptadin, azelastin, sinarizin, meklozin, hidroksizin,
ketotifen dan oksatomida. Obat ini berkhasiat sedatif
terhadap SSS dan Sebagian besar memiliki efek
antikolinergik.
- Antihistaminik generasi ke-2 : astemizol, terfenadine,
fexofenadine, akrivastin, cetirizin, loratadin, levokabastin
dan emedastin. Obat-obat ini dapat menghambat sintesis
mediator radang seperti prostaglandin, leukotrien dan kinin.
19. 2. H2-bloker (penghambat asam), obat ini secara
selektif menghambat sekresi asam lambung yang
meningkat akibat histamin, melalui persaingan
terhadap reseptor H2 di lambung.
Efeknya : berkurangnya hipersekresi asam klorida,
mengurangi vasodilatasi dan menurunkan tekanan
darah.
Obatnya : simetidin, ranitidin, famotidin, nizatidin dan
roksatidin.
20. KEGUNAAN ANTIHISTAMINIK
-Disamping rhinitis, pollinosis, dan alergi
makanan/obat.
- Asma bersifat alergi, untuk menanggulangi gejala
bronkokonstriksi. Contoh obatnya : ketotifen dan
oksatomida berkhasiat mencegah degranulasi dari
mast sel dan efektif untuk mencegah serangan.
- Sengatan serangga, khusus tawon dan lebah,
obatnya: adrenalin (i.m) atau hidrokortison (i.v).
- Urticaria (kaligata, biduran) seperti alimemazin,
azatadin dan oksatomida. Khasiat anti gatal, efek
sedativ dan efek anestetik lokal.
21. - Stimulasi nafsu makan, meningkatkan berat badan :
siproheptadin, oksatomida, zat ini berefek antiserotonin.
- Sebagai sedativ , efek menekan SSP, obatnya :
prometazin, difenhidramin, obat ini juga meredakan
rangsangan batuk.
- Penyakit Parkinson, efek antikolinergik : difenhidramin
dan turunan 4-metil(orfenadrin) berkhasiat spasmolitik.
-Mabuk jalan (mual), pusing (vertigo), obatnya : siklizin,
meklizin dan dimenhidrinat.
-Syok anafilaktik, pemberian adrenalin dan
kortikosteroid.
22. EFEK SAMPING ANTIHISTAMINIK
- Efek sedatif-hipnotik (mengantuk) akibat depresi SSP
dan khasiat antikolinergiknya.
- Efek sentral : pusing, gelisah, rasa letih, lesu dan tremor
(tangan gemetar),dosis berlebihan mengakibatkan
konvulsi dan koma.
- Gangguan saluran cerna : mual, muntah, diare,
anoreksia dan sembelit.
- Efek antikolinergik (anti muskarin) : mulut kering,
gangguan akomodasi, saluran cerna, sembelit, retensi
kemih.
- Efek antiserotonin dapat meningkatkan nafsu makan dan
BB.