SlideShare a Scribd company logo
1 of 42
DEMAM
TIFOID
FARMASI - F
KELOMPOK 4
ANI MUFIDATUL ULLA 201910410311270
FATIMA AZZAHRA ROSADI 201910410311272
NOVI SUS MAHFITA NINGSIH 201910401311273
TASYA ZAHRA SAFIRA 201910401311299
NANA PUTRI SUMADI 201910401311303
DEFINISI
01
March 31
Typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella typhi
C. Penyakit ini mempunyai tanda – tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang
berlangsung kurang lebih 3 minggu disertai gejala demam, nyeri perut, dan erupsi
kulit. Penyakit ini termasuk dalam penyakit daerah tropis dan penyakit ini sangat
sering di jumpai di Asia termasuk di Indonesia.
(Abdurrachman & Febriana, 2018)
Gejala klinis yang ditimbulkan secara bertahap, mulai dari yang ringan hingga
berat, timbul dalam bentuk gejala umum 1-3 minggu setelah terpapar seperti
demam, sakit kepala, malaise (merasa tidak nyaman), anoreksia (hilangnya nafsu
makan), serta mialgia (nyeri otot). Namun pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan
berupa gejala demam dan terus meningkat hingga suhu mencapai 40OC. (Metode
et al., 2021)
DEFINISI DEMAM TIFOID
Salmonella Typhi merupakan bakteri dari subspesies Salmonella enterica
yang menjadi penyebab demam tifoid dengan manifestasi demam yang berlangsung
lama. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang, tumbuh pada
suasana aerob dan fakultatif aerob serta masuk dalam keluarga Enterobacteriaceae.
Bakteri ini tidak berspora, bergerak dengan flagella serta memiliki 3 jenis antigen
yaitu antigen O, H, dan VI didalam serum penderita demam tifoid. Seseorang yang
serumnya mengalami infeksi akan mendapatkan perlindungan dari aksi bakterisida
karena peran dari antigen Vi (JANNAH, 2021)
Faktor yang menimbulkan terjadinya penyakit demam tifoid antara lain
tingkat higienis dan sanitasi lingkungan yang rendah, makanan dan minuman yang
telah terkontaminasi bakteri yang berasal dari feses maupun urin yang terinfeksi.
(Hapsari, 2019).
ETIOLOGI DEMAM TIFOID
EPIDEMIOLOGI
Manusia adalah satu-satunya reservoir untuk Salmonella Typhi dengan penularan
penyakit yang terjadi melalui rute fecal-oral, biasanya konsumsi makanan atau air
yang terkontaminasi. Diperkirakan 17 juta kasus penyakit demam tifoid dan
paratifoid terjadi secara global pada tahun 2015 terutama di Asia Selatan, Asia
Tenggara, dan Afrika sub-Sahara, dengan beban dan insiden terbesar yang terjadi
di Asia Selatan. Tanpa diobat, baik demam tifoid maupun paratifoid mungkin fatal
dengan 178.000 kematian diperkirakan di seluruh dunia pada tahun 2015 (Ardiaria,
M. 2019).
Menurut Kementrian Kesehatan RI, prevalensi demam tifoidadi Indonesia sekitar
350-810 per 100.000 penduduk. Artinya terdapat 600.000-1.500.000 kasus demam
tifoid tiap tahunnya. (Levani & Prastya, 2020).
PATOFISIOLOGI
02
Kuman salmonella typhi yang masuk kesaluran gastro Intestinal, ditelan oleh sel-sel fagosit ketika masuk
melewati mukosa dan oleh makrofag yang ada di dalam lamina propina.
Sebagian dari salmonella typhi masuk ke usus halus mengadakan invanigasi ke jaringan limfoid usus halus (plak
peyer) dan jaringan limfoid mesentrika. Kemudian Salmonella typhi masuk melalui folikel limfatik dan sirkulasi
darah sistemik sehingga terjadi bakterimia.
Pada mulanya, plakat peyer penuh dengan fagosit, membesar, menonjol, dan tampak seperti infitrat atau
hyperplasia di mukosa usus. Pada akhir minggu pertama infeksi, terjadi nekrosis dan tukak
Setelah kuman melewati fase awal intestinal, kemudian masuk ke sirkulasi sistemik dengan tanda
peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi dengan tanda tanda infeksi pada RES
Pada minggu selanjutnya di mana infeksi Intestinal terjadi dengan tanda-tanda suhu tubuh masih
tetap tingi, tetapi nilainya lebih rendah dari fase bakterimia dan berlangsung terus menerus (demam kontinu)
MANIFESTASI
KLINIS
03
Gejala dari demam tifoid beragam. Gejala dari demam tifoid biasanya
berkembang sekitar 1-3 minggu setelah terpapar. Demam, pusing, sakit
kepala, rasa tidak nyaman di perut, mual muntah, diare, batuk merupakan
gejala klinis yang timbul pada minggu pertama. Setelah itu, pada minggu
kedua pasien merasakan demam yang lebih berat dimana akan meningkat
pada sore dan malam hari. Selain itu, muncul gejala seperti rose-spot pada
dada serta hepatosplenomegaly (Dougan G & Baker S, 2014)
MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ranganatha A. Devaranavadagi dan
Srinivasa S. pada September 2015 hingga Desember 2016, ditemukan gejala tifoid
yang mana gejala yang paling umum adalah demam (100%), diikuti anoreksia (61%),
muntah (44%), sakit perut (18%), diare (16%), sakit kepala (12%), serta batuk (10%)
(Devaranavadagi & S, 2017). Selain itu, berdasarkan studi yang dilakukan oleh Dr Amit
Kumar pada tahun 2019, didapatkan beberapa manifestasi klinis umum dari demam
tifoid yaitu demam, malaise, anoreksia, muntah, sakit kepala, diare, serta
organomegali (meliputi splenomegaly, hepatomegaly dan hepatosplenomegaly)
(Kumar, 2019).
MANIFESTASI KLINIS
Penatalaksanaan
1. Pengobatan spesifik : Antibiotika
2. Pengobatan umum :
- Pemberian rehidrasi oral ataupun parenteral,
- Penggunaan antipiretik,
- Pemberian nutrisi
- Transfusi darah bila ada indikasi
MANAJEMEN TERAPI
● Tatalaksana Antibiotik
Pemilihan antibiotik didasarkan pada Multidrug Resistant (MDR) Salmonella typhi.
Resistensi multidrug, didefinisikan sebagai resistensi terhadap ketiga antimikroba yaitu
amoksisilin, kloramfenikol dan trimetoprim-sulfametoksazol, menyebabkan penggunaan
fluoroquinolones (ciprofloxacin, ofloxacin, levofloxacin) untuk demam enterik. Resistensi
fluorokuinolon sekarang dilaporkan di Asia Selatan dan semakin meningkat di Afrika.
Sefalosporin spektrum luas, oral cefixime dan ceftriaxone parenteral, dan azitromisin oral
sekarang adalah opsi yang direkomendasikan.
● Tatalaksana Umum
Pasien biasanya dapat ditangani di rumah jika mereka tidak
memiliki komplikasi. Rujukan ke rumah sakit diperlukan jika
pasien muntah dan tidak dapat minum obat oral, secara klinis tidak
stabil, mengalami komplikasi, atau jika diagnosisnya tidak pasti.
Pastikan hidrasi yang cukup, antipiretik untuk demam, dan berhati-
hati saat melakukan tindak lanjut.
STUDI KASUS
1. Nama : Tn. M
2. Ginjal : -
3. Umur : 31 tahun
4. Hepar : +
5. Keluhan utama : Diare ± 7 hari sebelum MRS, cair, berlendir tetapi
tidak berdarah, pasien mengalami mual dan muntah
1 x sehari, nafsu makan menurun, sudah menjalani
pengobatan di Puskesmas setempat namun belum
ada perubahan
6. Riwayat Penyakit : Pernah sakit liver pada tahun 2003 dan hipertensi
7. Riwayat Pengobatan : Captopril 25 mg dan Lasix® (Furosemid)
8. Diagnosa : Typhoid Febris + Gastroenteritis Dehidrasi Sedang.
Identitas Pasien
STRATEGI
PHARMACEUTICAL CARE
S-O-A-P
S
(Subjective)
SUBJECTIVE
 Diare ± 7 hari sebelum MRS, cair,
berlendir tetapi tidak berdarah
 Pasien mengalami mual dan
muntah 1 x sehari
 Nafsu makan menurun
 Sudah menjalani pengobatan di
Puskesmas setempat namun
belum ada perubahan
O
(Objective)
DATA KLINIK
DATA KLINIK NILAI NORMAL
TANGGAL
11/12 12/12 13/12 14/12 15/12
Tekanan darah 120/ 80 mmHg 120/ 80 140/ 80 130/ 90 140/ 90 KRS
Nadi 80 – 100 x/ mnt 88 88 88 88
RR 16 – 22 x/ mnt 18 18 18 18
Suhu 36-37 ± 0,50C 36,7 36,7 36,5 37,3
Pusing Negatif +
Diare Negatif 4 x +
Mual dan muntah Negatif + +
Nyeri perut Negatif + +
Panas Negatif
Mules Negatif + +
Kembung Negatif + +
Menggigil Negatif +
Susah BAB Negatif +
DATA LAB
DATA LABORATORIUM NILAI NORMAL
TANGGAL
11/12 12/12 13/12
Pemeriksaan serum:
Kreatinin 0,6 – 1,1 mg/ dL 0,67
BUN 5 – 25 mg/ dL 23,7
Pemeriksaan gula darah:
GDA < 120 mg/ dL 103
GDP 70 – 105 mg/ dL 75
GD 2JPP < 140 mg/ dL 127
Profil liver :
SGOT ≤ 35 U/ L 36
SGPT ≤ 45 U/ L 40
Darah lengkap :
WBC 4,0 – 11.103/mm3
6,8.103 13,7. 103
RBC 3,8 – 5,3.106/ μL 6,88.106 6,55. 106
Hb 12 – 18 g/ dL 16,1 15,4
PLT 150 – 400.103/mm3
260.103 287.103
DATA LAB
DATA LAB NILAI NORMAL
TANGGAL
11/12 12/12 13/12
HCT 34 – 48 %
51,2 48,5
MCV 80 – 100 fL
74,4 74
MCH 27 – 32 pg
23 23,5
MCHC 32 – 36 g/ dL 31,4 31,8
DATA LAB
DATA LAB NILAI NORMAL
TANGGAL
11/12 12/12 13/12
Widal :
S. Typhi O Negatif
(+) 1/160
S. Typhi H Negatif (+) 1/160
S. Paratyphi A Negatif
S. Paratyphi B Negatif (+) 1/160
PROFIL PENGOBATAN
Obat Rute Dosis Frek
Tanggal Pemberian Obat
11/12 12/12 13/12 14/12 15/12
RL iv 4 kolf/ hari 30 tts/ mnt √ √ √ // KRS
Viccilin® (Ampicillin) iv 1 g 3 x 1 vial √ √ √ //
Dexamethason iv 5 mg/ mL 3 x 1 amp √ √ √ 1 x 1 amp im
Loperamid p.o 2 mg 2-1-1 tablet √ √ //
Primperan® (Metoclopramid
HCl)
iv 10 mg/ 2 mL 1 x 1 amp
√ √ √ //
Multivitaplex®
(Multivitamin)
p.o - 3 x 1 tablet
√ √ √
Aspar K® (Suplemen
Kalium)
p.o 300 mg 3 x 1 tablet
√ √ √
Paracetamol p.o 500 mg 3 x 1 tablet
k/p
√ √
Amoxicillin p.o 500 mg 3 x 1 kapsul √
Vitamin B1 p.o 100 mg 1 x 1 tablet √
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
Tanggal Problem/ Kejadian/ Tindakan Klinisi
11 Des 2010  Pasien MRS dengan keluhan diare ± 7 hari sebelum MRS, cair, berlendir tetapi tidak
berdarah, pasien mengalami mual dan muntah 1 x sehari, nafsu makan menurun,
sudah menjalani pengobatan di Puskesmas setempat namun belum ada perubahan
 Pasien pernah mengalami sakit liver pada tahun 2003 dan hipertensi
 Pasien mendapat terapi infus RL (4 kolf/ hari), inj. Viccilin® (Ampicillin) 3 x 1 g, inj.
Dexamethason (3 x 1 amp), Loperamid tab (2-1-1) dan inj. Primperan® (Metoclopramid
HCl) 3 x 1 amp
 Diagnosa kerja Gastroenteritis Akut + Dehidrasi Sedang
12 Des 2010  Kondisi umum pasien cukup, pasien mengalami diare 1 x cair, nyeri perut dan perut
mulas
 Terapi obat tetap, ditambah dengan pemberian Multivitaplex® (Multivitamin) 3 x 1
tablet, Aspar K® (suplemen kalium) 3 x 1 tablet
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
Tanggal Problem/ Kejadian/ Tindakan Klinisi
13 Des 2010  Kondisi umum pasien cukup, pasien tidak mengalami diare namun perut kembung, mual dan
panas naik turun
 Terapi obat tetap, ditambah dengan pemberian Paracetamol 500 mg (3 x 1 k/p), pemberian
Loperamid (2-1-1) dihentikan
14 Des 2010  Kondisi umum pasien lemah, pasien menggigil dan mengeluh mual, muntah, perut mulas
dan tidak bisa BAB
 Terapi infus RL (4 kolf/ hari), inj. Viccilin® (Ampicillin) 3 x 1 g dan inj. Primperan®
(Metoclopramid HCl) 3 x 1 amp dihentikan. Sedangkan inj. Dexamethason (3 x 1 amp)
diturunkan menjadi 1 x 1 amp secara i.m. Terapi lain tetap dan ditambah pemberian
Amoxicillin 500 mg (3 x 1), Vitamin B1 100 mg (1 x 1) dan Dulcolax® supp 10 mg (1 x 1)
15 Des 2010  Kondisi umum pasien cukup, tidak ada keluhan dari pasien
 Masalah teratasi sebagian, terapi oral dilanjutkan, pasien KRS
A
(ASSESMENT)
Problem
medik
S / O Terapi RUTE Dosis Analisis DRP
Typhoid Febris
+
Gastroenteritis
Dehidrasi
Sedang
MRS - - Tepat -
- Diare
- Mual &
muntah
- Dehidrasi
sedang
infus RL IV
4 kolf/ hari
30 tts/ mnt
Pengganti cairan /elektrolit yang
hilang
-
typhi O +, typhi
H +, Paratyphi
B +
Viccilin®
(Ampicillin)
IV
1g
3 x 1 vial
penanganan bakteri pada GI tract -
Radang+inflam
asi pada
lapisan
membran GI Dexamethason IV
5 mg/ mL
3x1 amp
Tepat  Meredakan radang dan
inflamasi pada lapisan membran
GI
-
diare
Loperamid PO
2 mg
2-1-1 tablet
Tepat  memulihkan sel-sel
yang berada pada hipersekresi ke
keadaan resorpsi normal kembali
-
Mual dan
muntah
Primperan®
(Metoclopramid
HCl)
IV
10 mg/ 2 mL
1 x 1 amp
Tepat  mengurangi mual dan
muntah
-
Problem
medik
S / O Terapi RUTE Dosis Analisis DRP
Typhoid
Febris +
Gastroenter
itis
Dehidrasi
Sedang
Keadaan px
lemah
Multivitaplex®
(Multivitamin) p.o
3 x 1 tablet Tepat  Sebagai
multivitamin -
Aspar K® (Suplemen
Kalium)
p.o
300 mg
3 x 1 tablet
Tepat  Suplemen
kalium untuk Pengobatan
dan pencegahan
hipokalemia -
Suhu tubuh px
meningkat
Paracetamol
p.o
500 mg
3 x 1 tablet k/p
Tepat  menurunkan
suhu subuh
-
typhi O +, typhi
H +, Paratyphi
B +
Amoxicillin
p.o
500 mg
3 x 1 kapsul
Lanjutan terapi ampicillin
-
Lemah, intake
makanan
berkurang
Vitamin B1 p.o
100 mg
1 x 1 tablet
Tepat  membantu
tubuh dalam mengubah
makanan menjadi energi
-
konstipasi Dulcolax® (Bisacodil) Per rectal
10 mg
1 x 1 supp
Tepat  untuk stimulan
defekasi -
P
(PLAN)
PLAN
Rekomendasi Terapi
Monitoring terapi
KIE
REKOMENDASI TERAPI
 Ampicillin dan amoksisilin adalah terapi antibiotik aternatif efektif jika
pasien resisten dengan antibiotik golongan florokuinolon, sebaiknya
diganti terapi antibiotik optimal untuk demam tifoid yaitu florokuinolon
(ciprofloksasin). Dosis Ciprofloksasin 400 mg 2 x sehari IV drip.
 Diberikan terapi antihipertensi karena pasien memiliki riwayat
hipertensi agar TD pasien tetap normal. Captopril 25mg 2x sehari PO.
 Terapi cairan lebih baik diberikan RA (Ringer Asetat) karena pasien
memiliki riwayat penyakit liver.
 Dilakukan tes widal, lab, dan klinik sebelum pasien diputuskan KRS
MONITORING KEFARMASIAN
OBAT MONITORING EFEKTIFITAS
Infus RL Keadaan umum px meningkat
Ampicillin Melawan bakteri S. thypi
Deksametasone Inflamasi+Radang pada membran GI (-)
Loperamid Diare (-)
metoklopramid Mual muntah ( - )
Multivitaplex® (Multivitamin) Pasien tidak lemas
Aspar K® (Suplemen Kalium) Tidak tjd Hipokalemi
Paracetamol Suhu tubuh normal
Amoxicillin Melawan bakteri S. thypi
Vitamin B1 Pasien tidak lemas, nafsu makan membaik
Dulcolax® (Bisacodil) Defekasi normal
MONITORING EFEK SAMPING OBAT
Deksametason
Ulkus peptikum
osteoporosis
psikosis.
Metoklopramid
• Kelelahan
• Diare
• konstipasi
Ampisilin
• Mual
• Muntah
• Diare
• hipersensitifitas
Infus RL
• Penumpukan asam
laktat
• Asidosis metabolik
• edema
Loperamide
• Mual
• Muntah
• Mulut kering
• Konstipasi
Amoksisilin
• Hipersensitifitas,
Insomnia, Urtikaria,
Mulut kering
Dulcolax® (Bisacodil)
• Palpitasi
• Mual
• Muntah
• Diare
• Berkeringat
Parasetamol
• Anemia
• ruam kulit
• Gatal
• Trombositopenia
• hepatotoksik pada dosis
besar
Aspar K®
• Gangguan GI
• Hiperkalemia
PLAN
Anjurkan patuh dalam
meminum obat
Sediakan termometer untuk
mengecek suhu tubuh pasien
Asupan nutrisi (diusahakan pemberian
Gizi yang cukup, sayur dan buah),
terutama makanan yang mengandung
banyak kalium
PLAN
Anjurkan minum obat scr patuh dan teratur sesuai aturan
pakainya
Segera kontrol (pada Rawat Jalan) utk pemeriksaan lanjut
antibiotik oral harus diminum sampai habis
Obat penurun panas (parasetamol) diminum jika perlu
Asupan nutrisi (diusahakan pemberian Gizi yang cukup, sayur
dan buah yang mengandung kalium)
Cek suhu tubuh pasien
Jika suhu tubuh meningkat segera kompres dengan air biasa
atau bisa dengan parutan mentimun
TERAPI NON FARMAKOLOGIS
Makan sedikit-sedikit tapi sering dengan
makanan yang tidak kasar, misalnya
bubur.
Makanan yang mengandung kalium
(sayuran dan buah-buahan)
Minum air kelapa muda
Minum air gula garam hangat
DAFTAR PUSTAKA
Tifoid, D., Ruang, D. I. and Rumah, C. (2021) ‘ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN
DIAGNOSA DEMAM TIFOID DI RUANG CEMARA RUMAH SAKIT UMUM KOTA TARAKAN
LAPORAN TUGAS AKHIR’.
Insan, L. (2019) ‘Demam Typhoid Di Bangsal Sofa Program Studi Keperawatan’.
Manesh, A., Meltzer, E., Jin, C., Britto, C., Deodhar, D., Radha, S., Schwartz, E., & Rupali, P. (2021).
Typhoid and paratyphoid fever: a clinical seminar. Journal of travel medicine, 28(3), taab012.
https://doi.org/10.1093/jtm/taab012
Bhandari J, Thada PK, DeVos E. Typhoid Fever. [Updated 2021 Oct 26]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557513/
Murzalina, C. (2019). Pemeriksaan Laboratorium untuk Penunjang Diagnostik Demam Tifoid. Jurnal
Kesehatan Cehadum, 1(3), 61–68.
Basnyat, B., Qamar, F. N., Rupali, P., Ahmed, T., & Parry, C. M. (2021). Enteric fever. The BMJ, 372, 1–7.
https://doi.org/10.1136/bmj.n437
Communicable Disease Branch. (2019). Typhoid and Paratyphoid Fevers NSW Control Guidelines for
Public Health Units. 1–27.
Hartanto, D. (2021). Diagnosis dan Tatalaksana Demam Tifoid pada Dewasa. Cdk-292, 48(1), 5–7.
Retrieved from http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/1255
Bhandari, Jenish et al. Typhoid Fever. Statpearl. 2020. Tersedia di:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557513/
DAFTAR PUSTAKA
Hökelek, Murat. Toxoplasmosis. Medscape. 2019. Tersedia di:
https://emedicine.medscape.com/article/229969-clinical
Herchline, Thomas E. tuberculosis (TB). Medscape. 2020. Tersedia di:
https://emedicine.medscape.com/article/230802-overview
Wijedoru, Lalith, et al. Rapid diagnostic tests for typhoid and paratyphoid (enteric) fever.
Cochrane Database Syst Rev. 2017 May; 2017(5): CD008892. Tersedia di:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5458098/
Cammie F. Lesser, Samuel I. Miller, 2005. Salmonellosis. Harrison’s Principles of Internal
Medicine (16th ed), 897-900.
Chambers, H.F., 2006. Infectious Disease: Bacterial and Chlamydial. Current Medical
Diagnosis and Treatment (45th ed), 1425-1426.
Brusch, J.L., 2010, Typhoid Fever. http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview.
Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008, Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis (2nd ed), Badan
Penerbit IDAI, Jakarta.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006, Standar Pelayanan Medik, PB
PABDI, Jakarta
RHH Nelwan (2019) ‘Tata Laksana Terkini Demam Tifoid’, Countinuing Medical Education,
46(1), pp. 247-250.
YOU
THANK
March 31

More Related Content

Similar to F4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptx

Similar to F4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptx (20)

Kasus farmakoterapi DYSPEPSIA
Kasus farmakoterapi DYSPEPSIAKasus farmakoterapi DYSPEPSIA
Kasus farmakoterapi DYSPEPSIA
 
GEA.pptx
GEA.pptxGEA.pptx
GEA.pptx
 
RECURRENT ABDOMINAL PAIN
RECURRENT ABDOMINAL PAINRECURRENT ABDOMINAL PAIN
RECURRENT ABDOMINAL PAIN
 
askep typus abdominalis
askep typus abdominalisaskep typus abdominalis
askep typus abdominalis
 
laporan kasuss demam berdarah dengue.pptx
laporan kasuss demam berdarah dengue.pptxlaporan kasuss demam berdarah dengue.pptx
laporan kasuss demam berdarah dengue.pptx
 
Belibis a17 demam_tifoid
Belibis a17 demam_tifoidBelibis a17 demam_tifoid
Belibis a17 demam_tifoid
 
LASKAP ANAK ITP (2) copy.pptx
LASKAP ANAK ITP (2) copy.pptxLASKAP ANAK ITP (2) copy.pptx
LASKAP ANAK ITP (2) copy.pptx
 
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT DR. HEKA.pptx
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT  DR. HEKA.pptxPPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT  DR. HEKA.pptx
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT DR. HEKA.pptx
 
Longcase Demam Dengue Dr Galuh - Nadya Rahma Indarti.pptx
Longcase Demam Dengue Dr Galuh - Nadya Rahma Indarti.pptxLongcase Demam Dengue Dr Galuh - Nadya Rahma Indarti.pptx
Longcase Demam Dengue Dr Galuh - Nadya Rahma Indarti.pptx
 
PPT THYPOD .pptx
PPT THYPOD .pptxPPT THYPOD .pptx
PPT THYPOD .pptx
 
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
 
118661489 gerd
118661489 gerd118661489 gerd
118661489 gerd
 
Presentasi case report tentang MALARIA.pptx
Presentasi case report tentang MALARIA.pptxPresentasi case report tentang MALARIA.pptx
Presentasi case report tentang MALARIA.pptx
 
INFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.ppt
INFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.pptINFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.ppt
INFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.ppt
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
 
Naskah publikasi
Naskah publikasiNaskah publikasi
Naskah publikasi
 
NCP_DM_ULKUS.docx
NCP_DM_ULKUS.docxNCP_DM_ULKUS.docx
NCP_DM_ULKUS.docx
 
Case Diare Novia.pptx
Case Diare Novia.pptxCase Diare Novia.pptx
Case Diare Novia.pptx
 
kasus sulit.ppt
kasus sulit.pptkasus sulit.ppt
kasus sulit.ppt
 
BATUK KRONIK.pptx
BATUK KRONIK.pptxBATUK KRONIK.pptx
BATUK KRONIK.pptx
 

Recently uploaded

materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 

Recently uploaded (19)

materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 

F4_DEMAM TYFOID_Literatur 5.pptx

  • 2. KELOMPOK 4 ANI MUFIDATUL ULLA 201910410311270 FATIMA AZZAHRA ROSADI 201910410311272 NOVI SUS MAHFITA NINGSIH 201910401311273 TASYA ZAHRA SAFIRA 201910401311299 NANA PUTRI SUMADI 201910401311303
  • 4. Typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella typhi C. Penyakit ini mempunyai tanda – tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu disertai gejala demam, nyeri perut, dan erupsi kulit. Penyakit ini termasuk dalam penyakit daerah tropis dan penyakit ini sangat sering di jumpai di Asia termasuk di Indonesia. (Abdurrachman & Febriana, 2018) Gejala klinis yang ditimbulkan secara bertahap, mulai dari yang ringan hingga berat, timbul dalam bentuk gejala umum 1-3 minggu setelah terpapar seperti demam, sakit kepala, malaise (merasa tidak nyaman), anoreksia (hilangnya nafsu makan), serta mialgia (nyeri otot). Namun pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan berupa gejala demam dan terus meningkat hingga suhu mencapai 40OC. (Metode et al., 2021) DEFINISI DEMAM TIFOID
  • 5. Salmonella Typhi merupakan bakteri dari subspesies Salmonella enterica yang menjadi penyebab demam tifoid dengan manifestasi demam yang berlangsung lama. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang, tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif aerob serta masuk dalam keluarga Enterobacteriaceae. Bakteri ini tidak berspora, bergerak dengan flagella serta memiliki 3 jenis antigen yaitu antigen O, H, dan VI didalam serum penderita demam tifoid. Seseorang yang serumnya mengalami infeksi akan mendapatkan perlindungan dari aksi bakterisida karena peran dari antigen Vi (JANNAH, 2021) Faktor yang menimbulkan terjadinya penyakit demam tifoid antara lain tingkat higienis dan sanitasi lingkungan yang rendah, makanan dan minuman yang telah terkontaminasi bakteri yang berasal dari feses maupun urin yang terinfeksi. (Hapsari, 2019). ETIOLOGI DEMAM TIFOID
  • 6. EPIDEMIOLOGI Manusia adalah satu-satunya reservoir untuk Salmonella Typhi dengan penularan penyakit yang terjadi melalui rute fecal-oral, biasanya konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Diperkirakan 17 juta kasus penyakit demam tifoid dan paratifoid terjadi secara global pada tahun 2015 terutama di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika sub-Sahara, dengan beban dan insiden terbesar yang terjadi di Asia Selatan. Tanpa diobat, baik demam tifoid maupun paratifoid mungkin fatal dengan 178.000 kematian diperkirakan di seluruh dunia pada tahun 2015 (Ardiaria, M. 2019). Menurut Kementrian Kesehatan RI, prevalensi demam tifoidadi Indonesia sekitar 350-810 per 100.000 penduduk. Artinya terdapat 600.000-1.500.000 kasus demam tifoid tiap tahunnya. (Levani & Prastya, 2020).
  • 8. Kuman salmonella typhi yang masuk kesaluran gastro Intestinal, ditelan oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa dan oleh makrofag yang ada di dalam lamina propina. Sebagian dari salmonella typhi masuk ke usus halus mengadakan invanigasi ke jaringan limfoid usus halus (plak peyer) dan jaringan limfoid mesentrika. Kemudian Salmonella typhi masuk melalui folikel limfatik dan sirkulasi darah sistemik sehingga terjadi bakterimia. Pada mulanya, plakat peyer penuh dengan fagosit, membesar, menonjol, dan tampak seperti infitrat atau hyperplasia di mukosa usus. Pada akhir minggu pertama infeksi, terjadi nekrosis dan tukak Setelah kuman melewati fase awal intestinal, kemudian masuk ke sirkulasi sistemik dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi dengan tanda tanda infeksi pada RES Pada minggu selanjutnya di mana infeksi Intestinal terjadi dengan tanda-tanda suhu tubuh masih tetap tingi, tetapi nilainya lebih rendah dari fase bakterimia dan berlangsung terus menerus (demam kontinu)
  • 9.
  • 11. Gejala dari demam tifoid beragam. Gejala dari demam tifoid biasanya berkembang sekitar 1-3 minggu setelah terpapar. Demam, pusing, sakit kepala, rasa tidak nyaman di perut, mual muntah, diare, batuk merupakan gejala klinis yang timbul pada minggu pertama. Setelah itu, pada minggu kedua pasien merasakan demam yang lebih berat dimana akan meningkat pada sore dan malam hari. Selain itu, muncul gejala seperti rose-spot pada dada serta hepatosplenomegaly (Dougan G & Baker S, 2014) MANIFESTASI KLINIS
  • 12. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ranganatha A. Devaranavadagi dan Srinivasa S. pada September 2015 hingga Desember 2016, ditemukan gejala tifoid yang mana gejala yang paling umum adalah demam (100%), diikuti anoreksia (61%), muntah (44%), sakit perut (18%), diare (16%), sakit kepala (12%), serta batuk (10%) (Devaranavadagi & S, 2017). Selain itu, berdasarkan studi yang dilakukan oleh Dr Amit Kumar pada tahun 2019, didapatkan beberapa manifestasi klinis umum dari demam tifoid yaitu demam, malaise, anoreksia, muntah, sakit kepala, diare, serta organomegali (meliputi splenomegaly, hepatomegaly dan hepatosplenomegaly) (Kumar, 2019). MANIFESTASI KLINIS
  • 13. Penatalaksanaan 1. Pengobatan spesifik : Antibiotika 2. Pengobatan umum : - Pemberian rehidrasi oral ataupun parenteral, - Penggunaan antipiretik, - Pemberian nutrisi - Transfusi darah bila ada indikasi
  • 14. MANAJEMEN TERAPI ● Tatalaksana Antibiotik Pemilihan antibiotik didasarkan pada Multidrug Resistant (MDR) Salmonella typhi. Resistensi multidrug, didefinisikan sebagai resistensi terhadap ketiga antimikroba yaitu amoksisilin, kloramfenikol dan trimetoprim-sulfametoksazol, menyebabkan penggunaan fluoroquinolones (ciprofloxacin, ofloxacin, levofloxacin) untuk demam enterik. Resistensi fluorokuinolon sekarang dilaporkan di Asia Selatan dan semakin meningkat di Afrika. Sefalosporin spektrum luas, oral cefixime dan ceftriaxone parenteral, dan azitromisin oral sekarang adalah opsi yang direkomendasikan. ● Tatalaksana Umum Pasien biasanya dapat ditangani di rumah jika mereka tidak memiliki komplikasi. Rujukan ke rumah sakit diperlukan jika pasien muntah dan tidak dapat minum obat oral, secara klinis tidak stabil, mengalami komplikasi, atau jika diagnosisnya tidak pasti. Pastikan hidrasi yang cukup, antipiretik untuk demam, dan berhati- hati saat melakukan tindak lanjut.
  • 16. 1. Nama : Tn. M 2. Ginjal : - 3. Umur : 31 tahun 4. Hepar : + 5. Keluhan utama : Diare ± 7 hari sebelum MRS, cair, berlendir tetapi tidak berdarah, pasien mengalami mual dan muntah 1 x sehari, nafsu makan menurun, sudah menjalani pengobatan di Puskesmas setempat namun belum ada perubahan 6. Riwayat Penyakit : Pernah sakit liver pada tahun 2003 dan hipertensi 7. Riwayat Pengobatan : Captopril 25 mg dan Lasix® (Furosemid) 8. Diagnosa : Typhoid Febris + Gastroenteritis Dehidrasi Sedang. Identitas Pasien
  • 19. SUBJECTIVE  Diare ± 7 hari sebelum MRS, cair, berlendir tetapi tidak berdarah  Pasien mengalami mual dan muntah 1 x sehari  Nafsu makan menurun  Sudah menjalani pengobatan di Puskesmas setempat namun belum ada perubahan
  • 21. DATA KLINIK DATA KLINIK NILAI NORMAL TANGGAL 11/12 12/12 13/12 14/12 15/12 Tekanan darah 120/ 80 mmHg 120/ 80 140/ 80 130/ 90 140/ 90 KRS Nadi 80 – 100 x/ mnt 88 88 88 88 RR 16 – 22 x/ mnt 18 18 18 18 Suhu 36-37 ± 0,50C 36,7 36,7 36,5 37,3 Pusing Negatif + Diare Negatif 4 x + Mual dan muntah Negatif + + Nyeri perut Negatif + + Panas Negatif Mules Negatif + + Kembung Negatif + + Menggigil Negatif + Susah BAB Negatif +
  • 22. DATA LAB DATA LABORATORIUM NILAI NORMAL TANGGAL 11/12 12/12 13/12 Pemeriksaan serum: Kreatinin 0,6 – 1,1 mg/ dL 0,67 BUN 5 – 25 mg/ dL 23,7 Pemeriksaan gula darah: GDA < 120 mg/ dL 103 GDP 70 – 105 mg/ dL 75 GD 2JPP < 140 mg/ dL 127 Profil liver : SGOT ≤ 35 U/ L 36 SGPT ≤ 45 U/ L 40 Darah lengkap : WBC 4,0 – 11.103/mm3 6,8.103 13,7. 103 RBC 3,8 – 5,3.106/ μL 6,88.106 6,55. 106 Hb 12 – 18 g/ dL 16,1 15,4 PLT 150 – 400.103/mm3 260.103 287.103
  • 23. DATA LAB DATA LAB NILAI NORMAL TANGGAL 11/12 12/12 13/12 HCT 34 – 48 % 51,2 48,5 MCV 80 – 100 fL 74,4 74 MCH 27 – 32 pg 23 23,5 MCHC 32 – 36 g/ dL 31,4 31,8
  • 24. DATA LAB DATA LAB NILAI NORMAL TANGGAL 11/12 12/12 13/12 Widal : S. Typhi O Negatif (+) 1/160 S. Typhi H Negatif (+) 1/160 S. Paratyphi A Negatif S. Paratyphi B Negatif (+) 1/160
  • 25. PROFIL PENGOBATAN Obat Rute Dosis Frek Tanggal Pemberian Obat 11/12 12/12 13/12 14/12 15/12 RL iv 4 kolf/ hari 30 tts/ mnt √ √ √ // KRS Viccilin® (Ampicillin) iv 1 g 3 x 1 vial √ √ √ // Dexamethason iv 5 mg/ mL 3 x 1 amp √ √ √ 1 x 1 amp im Loperamid p.o 2 mg 2-1-1 tablet √ √ // Primperan® (Metoclopramid HCl) iv 10 mg/ 2 mL 1 x 1 amp √ √ √ // Multivitaplex® (Multivitamin) p.o - 3 x 1 tablet √ √ √ Aspar K® (Suplemen Kalium) p.o 300 mg 3 x 1 tablet √ √ √ Paracetamol p.o 500 mg 3 x 1 tablet k/p √ √ Amoxicillin p.o 500 mg 3 x 1 kapsul √ Vitamin B1 p.o 100 mg 1 x 1 tablet √
  • 26. CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN Tanggal Problem/ Kejadian/ Tindakan Klinisi 11 Des 2010  Pasien MRS dengan keluhan diare ± 7 hari sebelum MRS, cair, berlendir tetapi tidak berdarah, pasien mengalami mual dan muntah 1 x sehari, nafsu makan menurun, sudah menjalani pengobatan di Puskesmas setempat namun belum ada perubahan  Pasien pernah mengalami sakit liver pada tahun 2003 dan hipertensi  Pasien mendapat terapi infus RL (4 kolf/ hari), inj. Viccilin® (Ampicillin) 3 x 1 g, inj. Dexamethason (3 x 1 amp), Loperamid tab (2-1-1) dan inj. Primperan® (Metoclopramid HCl) 3 x 1 amp  Diagnosa kerja Gastroenteritis Akut + Dehidrasi Sedang 12 Des 2010  Kondisi umum pasien cukup, pasien mengalami diare 1 x cair, nyeri perut dan perut mulas  Terapi obat tetap, ditambah dengan pemberian Multivitaplex® (Multivitamin) 3 x 1 tablet, Aspar K® (suplemen kalium) 3 x 1 tablet
  • 27. CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN Tanggal Problem/ Kejadian/ Tindakan Klinisi 13 Des 2010  Kondisi umum pasien cukup, pasien tidak mengalami diare namun perut kembung, mual dan panas naik turun  Terapi obat tetap, ditambah dengan pemberian Paracetamol 500 mg (3 x 1 k/p), pemberian Loperamid (2-1-1) dihentikan 14 Des 2010  Kondisi umum pasien lemah, pasien menggigil dan mengeluh mual, muntah, perut mulas dan tidak bisa BAB  Terapi infus RL (4 kolf/ hari), inj. Viccilin® (Ampicillin) 3 x 1 g dan inj. Primperan® (Metoclopramid HCl) 3 x 1 amp dihentikan. Sedangkan inj. Dexamethason (3 x 1 amp) diturunkan menjadi 1 x 1 amp secara i.m. Terapi lain tetap dan ditambah pemberian Amoxicillin 500 mg (3 x 1), Vitamin B1 100 mg (1 x 1) dan Dulcolax® supp 10 mg (1 x 1) 15 Des 2010  Kondisi umum pasien cukup, tidak ada keluhan dari pasien  Masalah teratasi sebagian, terapi oral dilanjutkan, pasien KRS
  • 29. Problem medik S / O Terapi RUTE Dosis Analisis DRP Typhoid Febris + Gastroenteritis Dehidrasi Sedang MRS - - Tepat - - Diare - Mual & muntah - Dehidrasi sedang infus RL IV 4 kolf/ hari 30 tts/ mnt Pengganti cairan /elektrolit yang hilang - typhi O +, typhi H +, Paratyphi B + Viccilin® (Ampicillin) IV 1g 3 x 1 vial penanganan bakteri pada GI tract - Radang+inflam asi pada lapisan membran GI Dexamethason IV 5 mg/ mL 3x1 amp Tepat  Meredakan radang dan inflamasi pada lapisan membran GI - diare Loperamid PO 2 mg 2-1-1 tablet Tepat  memulihkan sel-sel yang berada pada hipersekresi ke keadaan resorpsi normal kembali - Mual dan muntah Primperan® (Metoclopramid HCl) IV 10 mg/ 2 mL 1 x 1 amp Tepat  mengurangi mual dan muntah -
  • 30. Problem medik S / O Terapi RUTE Dosis Analisis DRP Typhoid Febris + Gastroenter itis Dehidrasi Sedang Keadaan px lemah Multivitaplex® (Multivitamin) p.o 3 x 1 tablet Tepat  Sebagai multivitamin - Aspar K® (Suplemen Kalium) p.o 300 mg 3 x 1 tablet Tepat  Suplemen kalium untuk Pengobatan dan pencegahan hipokalemia - Suhu tubuh px meningkat Paracetamol p.o 500 mg 3 x 1 tablet k/p Tepat  menurunkan suhu subuh - typhi O +, typhi H +, Paratyphi B + Amoxicillin p.o 500 mg 3 x 1 kapsul Lanjutan terapi ampicillin - Lemah, intake makanan berkurang Vitamin B1 p.o 100 mg 1 x 1 tablet Tepat  membantu tubuh dalam mengubah makanan menjadi energi - konstipasi Dulcolax® (Bisacodil) Per rectal 10 mg 1 x 1 supp Tepat  untuk stimulan defekasi -
  • 33. REKOMENDASI TERAPI  Ampicillin dan amoksisilin adalah terapi antibiotik aternatif efektif jika pasien resisten dengan antibiotik golongan florokuinolon, sebaiknya diganti terapi antibiotik optimal untuk demam tifoid yaitu florokuinolon (ciprofloksasin). Dosis Ciprofloksasin 400 mg 2 x sehari IV drip.  Diberikan terapi antihipertensi karena pasien memiliki riwayat hipertensi agar TD pasien tetap normal. Captopril 25mg 2x sehari PO.  Terapi cairan lebih baik diberikan RA (Ringer Asetat) karena pasien memiliki riwayat penyakit liver.  Dilakukan tes widal, lab, dan klinik sebelum pasien diputuskan KRS
  • 34. MONITORING KEFARMASIAN OBAT MONITORING EFEKTIFITAS Infus RL Keadaan umum px meningkat Ampicillin Melawan bakteri S. thypi Deksametasone Inflamasi+Radang pada membran GI (-) Loperamid Diare (-) metoklopramid Mual muntah ( - ) Multivitaplex® (Multivitamin) Pasien tidak lemas Aspar K® (Suplemen Kalium) Tidak tjd Hipokalemi Paracetamol Suhu tubuh normal Amoxicillin Melawan bakteri S. thypi Vitamin B1 Pasien tidak lemas, nafsu makan membaik Dulcolax® (Bisacodil) Defekasi normal
  • 35. MONITORING EFEK SAMPING OBAT Deksametason Ulkus peptikum osteoporosis psikosis. Metoklopramid • Kelelahan • Diare • konstipasi Ampisilin • Mual • Muntah • Diare • hipersensitifitas Infus RL • Penumpukan asam laktat • Asidosis metabolik • edema Loperamide • Mual • Muntah • Mulut kering • Konstipasi Amoksisilin • Hipersensitifitas, Insomnia, Urtikaria, Mulut kering Dulcolax® (Bisacodil) • Palpitasi • Mual • Muntah • Diare • Berkeringat Parasetamol • Anemia • ruam kulit • Gatal • Trombositopenia • hepatotoksik pada dosis besar Aspar K® • Gangguan GI • Hiperkalemia
  • 36. PLAN Anjurkan patuh dalam meminum obat Sediakan termometer untuk mengecek suhu tubuh pasien Asupan nutrisi (diusahakan pemberian Gizi yang cukup, sayur dan buah), terutama makanan yang mengandung banyak kalium
  • 37. PLAN Anjurkan minum obat scr patuh dan teratur sesuai aturan pakainya Segera kontrol (pada Rawat Jalan) utk pemeriksaan lanjut antibiotik oral harus diminum sampai habis Obat penurun panas (parasetamol) diminum jika perlu Asupan nutrisi (diusahakan pemberian Gizi yang cukup, sayur dan buah yang mengandung kalium) Cek suhu tubuh pasien Jika suhu tubuh meningkat segera kompres dengan air biasa atau bisa dengan parutan mentimun
  • 38. TERAPI NON FARMAKOLOGIS Makan sedikit-sedikit tapi sering dengan makanan yang tidak kasar, misalnya bubur. Makanan yang mengandung kalium (sayuran dan buah-buahan) Minum air kelapa muda Minum air gula garam hangat
  • 39.
  • 40. DAFTAR PUSTAKA Tifoid, D., Ruang, D. I. and Rumah, C. (2021) ‘ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN DIAGNOSA DEMAM TIFOID DI RUANG CEMARA RUMAH SAKIT UMUM KOTA TARAKAN LAPORAN TUGAS AKHIR’. Insan, L. (2019) ‘Demam Typhoid Di Bangsal Sofa Program Studi Keperawatan’. Manesh, A., Meltzer, E., Jin, C., Britto, C., Deodhar, D., Radha, S., Schwartz, E., & Rupali, P. (2021). Typhoid and paratyphoid fever: a clinical seminar. Journal of travel medicine, 28(3), taab012. https://doi.org/10.1093/jtm/taab012 Bhandari J, Thada PK, DeVos E. Typhoid Fever. [Updated 2021 Oct 26]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557513/ Murzalina, C. (2019). Pemeriksaan Laboratorium untuk Penunjang Diagnostik Demam Tifoid. Jurnal Kesehatan Cehadum, 1(3), 61–68. Basnyat, B., Qamar, F. N., Rupali, P., Ahmed, T., & Parry, C. M. (2021). Enteric fever. The BMJ, 372, 1–7. https://doi.org/10.1136/bmj.n437 Communicable Disease Branch. (2019). Typhoid and Paratyphoid Fevers NSW Control Guidelines for Public Health Units. 1–27. Hartanto, D. (2021). Diagnosis dan Tatalaksana Demam Tifoid pada Dewasa. Cdk-292, 48(1), 5–7. Retrieved from http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/1255 Bhandari, Jenish et al. Typhoid Fever. Statpearl. 2020. Tersedia di: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557513/
  • 41. DAFTAR PUSTAKA Hökelek, Murat. Toxoplasmosis. Medscape. 2019. Tersedia di: https://emedicine.medscape.com/article/229969-clinical Herchline, Thomas E. tuberculosis (TB). Medscape. 2020. Tersedia di: https://emedicine.medscape.com/article/230802-overview Wijedoru, Lalith, et al. Rapid diagnostic tests for typhoid and paratyphoid (enteric) fever. Cochrane Database Syst Rev. 2017 May; 2017(5): CD008892. Tersedia di: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5458098/ Cammie F. Lesser, Samuel I. Miller, 2005. Salmonellosis. Harrison’s Principles of Internal Medicine (16th ed), 897-900. Chambers, H.F., 2006. Infectious Disease: Bacterial and Chlamydial. Current Medical Diagnosis and Treatment (45th ed), 1425-1426. Brusch, J.L., 2010, Typhoid Fever. http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview. Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008, Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis (2nd ed), Badan Penerbit IDAI, Jakarta. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006, Standar Pelayanan Medik, PB PABDI, Jakarta RHH Nelwan (2019) ‘Tata Laksana Terkini Demam Tifoid’, Countinuing Medical Education, 46(1), pp. 247-250.