SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
Download to read offline
TYPHOID
Definisi Patofisiologi Etilogi
Faktor Resiko Gejala Klinis Manajemen Terapi
01 02 03
04 05 06
TYPHOID
DEFINISI
01
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi
sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi (S. typhi).
Penyakit ini ditandai dengan panas
berkepanjangan, disebabkan adanya
bakteremia dan invasi bakteri sekaligus
berkembang biak ke dalam sel fagosit
mononuklear dari organ hati, limpa, kelenjar
limfe usus dan Peyer’s patch
PATOFISIOLOGI
02
Penularan salmonella typhi sebagian besar jalur fecal-oral, yaitu
melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri
yang berasal dari penderita atau pembawa kuman, biasanya
keluar bersama dengan feses. Dapat juga terjadi transmisi
transplasental dari seorang ibu hamil yang berada pada
keadaan bakterimia kepada bayinya (pruss, 2016).
PATOFISIOLOGI
makanan/minuman yang tercemar
oleh bakteri
Sebagian dimusnahkan di lambung
Sebagian lolos ke usus dan
berkembang biak
Bila respon imun << → bakteri
menembus sel epitel (sel M)
Menembus lamina propia → difagosit oleh
makrofag
Dibawa oleh makrofag ke plak payeri ileum
Menjalar ke KGB mesentrika
Melalui ductus torasikus → aliran darah
sistemik (bakterimia I+ asimptomatik)
Menyebar ke seluruh sistem RES (TU hati
& limfa)
Berkembang di dalam organ hati & limfa
Masuk ke aliran darah Kembali
(bakterimia II = simptomatik) → gejala
klinis sistemik
Dari hati → empedu → Sebagian
dikeluarkan Bersama feses, Sebagian
diserap Kembali (proses berulang)
ETIOLOGI
03
Penyakit demam tifoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi (WHO, 2018).
Salmonella typhi sama dengan Salmonela yang lain yang adalah bakteri Gram-negatif,
berbentuk batang, mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif
anaerob (bisa menyesuaikan diri pada keadaan tertentu yang tidak membutuhkan oksigen)
Bakteri menyebar dari usus untuk menyebabkan penyakit sistemik.
(Ashurst, Truong, & Woodbury, 2019).
ETIOLOGI TYPHOID
FAKTOR RESIKO
04
FAKTOR RESIKO
01
Usia
02
Status Gizi
03
Riwayat Deam
Tifoid
Higiene dan
Sanitasi
04
GEJALA KLINIS
05
GEJALA KLINIS
Setelah masa inkubasi 10 – 14 hari:
• Demam meningkat bertahab, biasanya terjadi 5-21 hari
terutama di sore hari
• Lemas, nyeri otot, lesu
• Konstipasi >3 hari, nyeri perut, mual, muntah atau diare
• Jika berlanjut (komplikasi) → perdarahan usus, perforasi
(usus robek), infeksi usus, syok bahkan kematian
GEJALA KLINIS
Diagnosis
• Pemeriksaan darah lengkap (tidak spesifik)
 Leukosit bisa ↓ (leukopenia) atau bisa ↑ (leukositosis)
 Trombosit bisa ↓ (trombositopenia)
 Hb bisa ↓ (anemia)
• Widal (tidak dianjurkan karena tidak sensitive dan spesifikasinya rendah)
• Tubex → mendeteksi antibody IgM Tterhadap antigen typhoid O
• Tes PCR
• Pemeriksaan kultur (darah, urine, feses)
Tidak ada pemeriksaan
yang dapat dilakukan
untuk mendiagnosa
demam typhoid di
minggu pertama
demam, kecuali kultur
feses
KOMPLIKASI TIFOID
Komplikasi biasanya terjadi pada minggu kedua dan ketiga demam.
Komplikasi antara lain perdarahan, perforasi, sepsis, ensefalopati, dan infeksi organ lain:
 Tifoid toksik (Ensefalopati tifosa)
 Syok septik
 Perdarahan dan perforasi intestinal (peritonitis)
 Hepatitis tifosa
 Pankreatitis tifosa
 Pneumonia
MANAJEMEN
TERAPI
06
TATALAKSANA TYPHOID
Penderita demam tifoid, dengan gambaran klinik jelas sebaiknya dirawat di rumah sakit atau
sarana pelayanan Kesehatan lain yang ada fasilitas perawatan.
Tujuan Perawatan adalah:
1. Optimalisasi pengobatan dan mempercepat penyembuhan
2. Observasi terhadap perjalanan penyakit
3. Minimalisasi komplikasi
4. Isolasi untuk menjamin pencegahan terhadap pencemaran dan/atau kontaminasi
PENATALAKSANAAN TYPHOID
Tirah baring, atur posisi
Isolasi yang memadai
Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
(diet TKTP)
Pemberian Antibiotik
Algoritma
Pengelolaan Pasien
Demam
Dikutip dari:
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2021
TENTANG
PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
Terapi Antibiotik
Dikutip dari:
Pharmacotherapy Handbook
11th edition
Terapi Antibiotik
Indication Agent Dosage (Route) Duration, Days
Empirical Treatment
Ceftriaxone 2 g/d (IV) 10-14
Azithromycin 1 g/d (PO) 5
Fully Susceptible
Optimal treatment Ciprofloxacin
500 mg bid (PO) or 400
mg q12h (IV)
5-7
Azithromycin 1 g/d (PO) 5
Alternative treatment Amoxicillin
1 g tid (PO) or 2 g q6h
(IV)
14
Chloramphenicol 25 mg/kg tid (PO or IV) 14-21
Trimethoprim-
sulfamethoxazole
160-800 mg bid (PO) 7-14
Multidrug-Resistant
Optimal treatment Ceftriaxone 2 g/d (IV) 10-14
Azithromycin 1 g/d (PO) 5
Alternative treatment Ciprofloxacin
500 mg bid (PO) or 400
mg q12h (IV)
5-14
Quinolone-Resistant
Optimal treatment Ceftriaxone 2 g/d (IV) 10-14
Alternative treatment
High-dose
ciprofloxacin
750 mg bid (PO) or 400
mg q8h (IV)
10-14
(Pegues DA, Miller SI. Salmonellosis. In Kasper DL, et al. Harrison
Principles of Internal Medicine 19th ed. USA:
Mc Graw Hill; 2015)
Dikutip dari:
Jurnal ilmiah PAPDI, Darius Hartanto, Diagnosis dan
Tatalaksana Demam Tifoid
pada Dewasa, CDK-292/ vol. 48 no. 1 th. 2021
Terapi Antibiotik
Pilihan utama antibiotik tergantung pola kerentanan kuman S.typhi dan S.paratyphi di
area tertentu. Terapi first-line original adalah kloramfenikol, ampisilin, dan trimethropim
sulfametoksazol. Antibiotik ini efektif terhadap kuman yang sensitif, tetapi sering
ditemukan resistensi terhadap obat ini.
Fluoroquinolones adalah kelas yang paling efektif dengan angka kesembuhan mencapai
98%, angka relaps dan fecal carrier <2%, dan efek terapi paling ekstensif adalah dengan
Ciproflokxacin.
Terapi Antibiotik
DIAGNOSIS
KLINIS
BAKTERI
PENYEBAB
TERSERING
ANTIBIOTIK
PERHATIAN/
KETERANGAN
Demam
Tifoid
Salmonella
typhi,
Salmonella
paratyphi A, B,
C
Pilihan 1:
Kloramfenikol oral 500 mg
setiap 6 jam
Pada anak:
Kloramfenikol oral 25
mg/kgBB,
setiap 6 jam (maksimal 2
gram/hari)
atau
Kotrimoksazol oral 4 mg
(trimetoprim)/kgBB setiap 12
jam
atau
Amoksisilin oral 15-30
mg/kgBB
setiap 8 jam
Lama pengobatan sampai dg 5 hari
bebas demam, maksimal 14 hari
Perhatian untuk kloramfenikol:
• waspada efek samping
kloramfenikol: supresi sumsum
tulang.
• Penggunaan >7 hari harus
diikuti dengan pemeriksaan
morfologi sediaan apus darah
tepi
• Tidak dianjurkan untuk pasien
dengan jumlah leukosit
<2000/Ul
Tabel 12. Diagnosis Klinis Infeksi dan Pilihan Antibiotik Terapi Empiris
Dikutip dari:
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2021
TENTANG
PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
Terapi Antibiotik
DIAGNOSIS
KLINIS
BAKTERI
PENYEBAB
TERSERING
ANTIBIOTIK
PERHATIAN/
KETERANGAN
Demam
Tifoid
Salmonella
typhi,
Salmonella
paratyphi A, B,
C
Pilihan 2:
Siprofloksasin oral 500 mg atau
i.v. 400 mg setiap 12 jam
Pada anak:
Ampisilin i.v. 50-75 mg/kgBB
setiap 6 jam
Pilihan 3:
Seftriakson i.v. 1 gram setiap 12
jam atau (i.v.) 2 gram setiap 24
jam.
Pada anak:
Seftriakson i.v. 25-50mg/kgBB
setiap 12 jam
Lama pengobatan sampai dg 5 hari
bebas demam, maksimal 14 hari
Perhatian untuk kloramfenikol:
• waspada efek samping
kloramfenikol: supresi sumsum
tulang.
• Penggunaan >7 hari harus
diikuti dengan pemeriksaan
morfologi sediaan apus darah
tepi
• Tidak dianjurkan untuk pasien
dengan jumlah leukosit
<2000/Ul
Dikutip dari:
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2021
TENTANG
PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
KASUS
Pasien Tn. YP berusia 25 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan utama demam sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Demam naik turun dan dirasakan tinggi pada sore hingga malam hari. Riwayat buang air kecil normal dan riwayat buang air
besar belum bias sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh
pusing di daerah kapala bagian depan, terus menerus, mual dan muntah jika ada makanan yang masuk dan sudah >5x
muntah isi makanan, tidak ada darah dan lendir, muntah dirasakan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien
merasakan lidah terasa pahit dan nafsu makan menurun. Riwayat hidung mimisan tidak ada, sesak napas tidak ada, nyeri
perut di ulu hati, sebelumnya belum pernah mengalami hal yang sama. Di rumah tidak ada yang mengalami hal yang sama.
Vital Sign :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 90X/menit
Suhu : 37,5C
RR : 20x/menit
Diagnosis kerja : Observasi
Febris Hari ke-2
Diagnosis diferential :
• Typhoid Fever
• Dengue Fever
KASUS
Hb 14,2 13,5-17,5 g/dL
Leukosit 3,6 x 103/µl 4-10 x 103/µl
Eritrosit 4,32 juta/ µl 4,5-5,8 juta/ µl
Trombosit 153 150-400 ribu
Hematokrit 40,9 37-47%
Anti Salmonella IgM positif negatif
Terapi yang didapatkan pasien:
Infus RL
Inj Cefotaxim 1 gr/8 jam
Omeprazol 1 tab/12 jam
Paracetamol tab 500 mg /8 jam
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Subjective
Px Tn. YP berusia 25 th MRS dengan keluhan utama demam sejak 2 hari
sebelum MRS. Demam naik turun dan dirasakan tinggi pada sore hingga
malam hari. BAK normal ,BAB belum bisa sejak 2 hari sebelum MRS. Px juga
mengeluh pusing di daerah kepala bagian depan terus menerus, mual
muntah jika ada makanan yang masuk, sudah >5x muntah isi makanan,
tidak ada darah dan lendir, muntah dirasakan sejak 2 hari sebelum MRS. Px
merasakan lidah terasa pahit dan nafsu makan menurun. Riwayat hidung
mimisan (-), sesak napas (-), nyeri perut di ulu hati, sebelumnya belum
pernah mengalami hal yang sama. Di rumah tidak ada yang mengalami hal
yang sama.
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 90X/menit
Suhu : 37,5C
RR : 20x/menit
Diagnosis kerja : Observasi Febris Hari ke-2
Diagnosis diferential :
• Typhoid Fever
• Dengue Fever
Objective
ANALISA
Hb 14,2 13,5-17,5 g/dL
Leukosit 3,6 x 103/µl 4-10 x 103/µl
Eritrosit 4,32 juta/ µl 4,5-5,8 juta/ µl
Trombosit 153 150-400 ribu
Hematokrit 40,9 37-47%
Anti
Salmonella
IgM
positif negatif
Penatalaksanaan
Infus RL
Inj Cefotaxim 3 x 1 gr
Omeprazol 2 x 1 kap
Paracetamol 500 mg 3 x 1 tab
Terapi yang diberikan sudah tepat.
 Px terindentifikasi mengalami infeksi bakteri dari hasil tes anti Salmonella
IgM positif, dan telah diberikan tx antibiotik Cefotaxime 3x1 gr
 Px mengeluh demam, pusing, nyeri di ulu hati diberikan tx Paracetamol 500
mg 3x1 tab
 Untuk mengatasi mual muntah, diberikan tx Omeprazole 2x1 kap
Assasment
ANALISA
Rekomendasi:
 Menggunakan antibiotik yang lebih efektif, yaitu Ciprofloxacin i.v. 400 mg/12 jam atau Ceftriaxone 1 gr/12 jam
 Penambahan Lactulosa sirup sebagai pencahar untuk mengatasi susah BAB
 Diberikan vitamin penambah nasfsu makan
 Jika muntah masih berlanjut dapat ditambahkan Domperidon prn
Terima Kasih!
Do you have any questions?
Please contact us at
Muhammadiyah Hospital 

More Related Content

Similar to DETEKSI TYPHOID

Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)Ryan Shaputra
 
Revisi CRS KDK dengan TFA.pdf
Revisi CRS KDK dengan TFA.pdfRevisi CRS KDK dengan TFA.pdf
Revisi CRS KDK dengan TFA.pdfRuriAndrie
 
demam-tifoid-anak-160218082407.pptx
demam-tifoid-anak-160218082407.pptxdemam-tifoid-anak-160218082407.pptx
demam-tifoid-anak-160218082407.pptxMiftahulHuda476813
 
180219037-PPT-DEMAM-TIFOID-pptx.pptx
180219037-PPT-DEMAM-TIFOID-pptx.pptx180219037-PPT-DEMAM-TIFOID-pptx.pptx
180219037-PPT-DEMAM-TIFOID-pptx.pptxRiskiSyahputra4
 
Studi Kasus Farmakoterapi Infeksi Pneumonia
Studi Kasus Farmakoterapi Infeksi PneumoniaStudi Kasus Farmakoterapi Infeksi Pneumonia
Studi Kasus Farmakoterapi Infeksi PneumoniaNesha Mutiara
 
Laporan Kasus-PERFORASI GASTER.ppt
Laporan Kasus-PERFORASI GASTER.pptLaporan Kasus-PERFORASI GASTER.ppt
Laporan Kasus-PERFORASI GASTER.pptSanjaya Soebagio
 
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalisKonsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalisEncepal Cere
 
Tuberculosis.pptx
Tuberculosis.pptxTuberculosis.pptx
Tuberculosis.pptxIts4people
 
Tatalaksana Infeksi Oportunistik
Tatalaksana Infeksi OportunistikTatalaksana Infeksi Oportunistik
Tatalaksana Infeksi OportunistikOlivia590142
 
Diagnosis dan-penatalaksanaan-demam-tiphoid
Diagnosis dan-penatalaksanaan-demam-tiphoidDiagnosis dan-penatalaksanaan-demam-tiphoid
Diagnosis dan-penatalaksanaan-demam-tiphoidMuhammad Munandar
 
Konsep Dasar Demam Thypoid.docx
Konsep Dasar Demam Thypoid.docxKonsep Dasar Demam Thypoid.docx
Konsep Dasar Demam Thypoid.docxfarida937092
 

Similar to DETEKSI TYPHOID (20)

P petri tifoid
P petri tifoidP petri tifoid
P petri tifoid
 
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
 
GEA.pptx
GEA.pptxGEA.pptx
GEA.pptx
 
Revisi CRS KDK dengan TFA.pdf
Revisi CRS KDK dengan TFA.pdfRevisi CRS KDK dengan TFA.pdf
Revisi CRS KDK dengan TFA.pdf
 
demam-tifoid-anak-160218082407.pptx
demam-tifoid-anak-160218082407.pptxdemam-tifoid-anak-160218082407.pptx
demam-tifoid-anak-160218082407.pptx
 
kasus sulit.ppt
kasus sulit.pptkasus sulit.ppt
kasus sulit.ppt
 
LASKAP ANAK ITP (2) copy.pptx
LASKAP ANAK ITP (2) copy.pptxLASKAP ANAK ITP (2) copy.pptx
LASKAP ANAK ITP (2) copy.pptx
 
Ppt lapsus ika
Ppt lapsus ikaPpt lapsus ika
Ppt lapsus ika
 
Askep thipoid
Askep  thipoidAskep  thipoid
Askep thipoid
 
180219037-PPT-DEMAM-TIFOID-pptx.pptx
180219037-PPT-DEMAM-TIFOID-pptx.pptx180219037-PPT-DEMAM-TIFOID-pptx.pptx
180219037-PPT-DEMAM-TIFOID-pptx.pptx
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
 
Studi Kasus Farmakoterapi Infeksi Pneumonia
Studi Kasus Farmakoterapi Infeksi PneumoniaStudi Kasus Farmakoterapi Infeksi Pneumonia
Studi Kasus Farmakoterapi Infeksi Pneumonia
 
PPT DHF PADA ANAK.pptx
PPT DHF PADA ANAK.pptxPPT DHF PADA ANAK.pptx
PPT DHF PADA ANAK.pptx
 
Laporan Kasus-PERFORASI GASTER.ppt
Laporan Kasus-PERFORASI GASTER.pptLaporan Kasus-PERFORASI GASTER.ppt
Laporan Kasus-PERFORASI GASTER.ppt
 
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalisKonsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
 
Tuberculosis.pptx
Tuberculosis.pptxTuberculosis.pptx
Tuberculosis.pptx
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
 
Tatalaksana Infeksi Oportunistik
Tatalaksana Infeksi OportunistikTatalaksana Infeksi Oportunistik
Tatalaksana Infeksi Oportunistik
 
Diagnosis dan-penatalaksanaan-demam-tiphoid
Diagnosis dan-penatalaksanaan-demam-tiphoidDiagnosis dan-penatalaksanaan-demam-tiphoid
Diagnosis dan-penatalaksanaan-demam-tiphoid
 
Konsep Dasar Demam Thypoid.docx
Konsep Dasar Demam Thypoid.docxKonsep Dasar Demam Thypoid.docx
Konsep Dasar Demam Thypoid.docx
 

DETEKSI TYPHOID

  • 2. Definisi Patofisiologi Etilogi Faktor Resiko Gejala Klinis Manajemen Terapi 01 02 03 04 05 06 TYPHOID
  • 4. Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S. typhi). Penyakit ini ditandai dengan panas berkepanjangan, disebabkan adanya bakteremia dan invasi bakteri sekaligus berkembang biak ke dalam sel fagosit mononuklear dari organ hati, limpa, kelenjar limfe usus dan Peyer’s patch
  • 6. Penularan salmonella typhi sebagian besar jalur fecal-oral, yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari penderita atau pembawa kuman, biasanya keluar bersama dengan feses. Dapat juga terjadi transmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang berada pada keadaan bakterimia kepada bayinya (pruss, 2016).
  • 7. PATOFISIOLOGI makanan/minuman yang tercemar oleh bakteri Sebagian dimusnahkan di lambung Sebagian lolos ke usus dan berkembang biak Bila respon imun << → bakteri menembus sel epitel (sel M) Menembus lamina propia → difagosit oleh makrofag Dibawa oleh makrofag ke plak payeri ileum Menjalar ke KGB mesentrika Melalui ductus torasikus → aliran darah sistemik (bakterimia I+ asimptomatik) Menyebar ke seluruh sistem RES (TU hati & limfa) Berkembang di dalam organ hati & limfa Masuk ke aliran darah Kembali (bakterimia II = simptomatik) → gejala klinis sistemik Dari hati → empedu → Sebagian dikeluarkan Bersama feses, Sebagian diserap Kembali (proses berulang)
  • 9. Penyakit demam tifoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi (WHO, 2018). Salmonella typhi sama dengan Salmonela yang lain yang adalah bakteri Gram-negatif, berbentuk batang, mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob (bisa menyesuaikan diri pada keadaan tertentu yang tidak membutuhkan oksigen) Bakteri menyebar dari usus untuk menyebabkan penyakit sistemik. (Ashurst, Truong, & Woodbury, 2019). ETIOLOGI TYPHOID
  • 11. FAKTOR RESIKO 01 Usia 02 Status Gizi 03 Riwayat Deam Tifoid Higiene dan Sanitasi 04
  • 13. GEJALA KLINIS Setelah masa inkubasi 10 – 14 hari: • Demam meningkat bertahab, biasanya terjadi 5-21 hari terutama di sore hari • Lemas, nyeri otot, lesu • Konstipasi >3 hari, nyeri perut, mual, muntah atau diare • Jika berlanjut (komplikasi) → perdarahan usus, perforasi (usus robek), infeksi usus, syok bahkan kematian
  • 15. Diagnosis • Pemeriksaan darah lengkap (tidak spesifik)  Leukosit bisa ↓ (leukopenia) atau bisa ↑ (leukositosis)  Trombosit bisa ↓ (trombositopenia)  Hb bisa ↓ (anemia) • Widal (tidak dianjurkan karena tidak sensitive dan spesifikasinya rendah) • Tubex → mendeteksi antibody IgM Tterhadap antigen typhoid O • Tes PCR • Pemeriksaan kultur (darah, urine, feses)
  • 16. Tidak ada pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa demam typhoid di minggu pertama demam, kecuali kultur feses
  • 17. KOMPLIKASI TIFOID Komplikasi biasanya terjadi pada minggu kedua dan ketiga demam. Komplikasi antara lain perdarahan, perforasi, sepsis, ensefalopati, dan infeksi organ lain:  Tifoid toksik (Ensefalopati tifosa)  Syok septik  Perdarahan dan perforasi intestinal (peritonitis)  Hepatitis tifosa  Pankreatitis tifosa  Pneumonia
  • 19. TATALAKSANA TYPHOID Penderita demam tifoid, dengan gambaran klinik jelas sebaiknya dirawat di rumah sakit atau sarana pelayanan Kesehatan lain yang ada fasilitas perawatan. Tujuan Perawatan adalah: 1. Optimalisasi pengobatan dan mempercepat penyembuhan 2. Observasi terhadap perjalanan penyakit 3. Minimalisasi komplikasi 4. Isolasi untuk menjamin pencegahan terhadap pencemaran dan/atau kontaminasi
  • 20. PENATALAKSANAAN TYPHOID Tirah baring, atur posisi Isolasi yang memadai Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi (diet TKTP) Pemberian Antibiotik
  • 21. Algoritma Pengelolaan Pasien Demam Dikutip dari: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2021 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
  • 23. Terapi Antibiotik Indication Agent Dosage (Route) Duration, Days Empirical Treatment Ceftriaxone 2 g/d (IV) 10-14 Azithromycin 1 g/d (PO) 5 Fully Susceptible Optimal treatment Ciprofloxacin 500 mg bid (PO) or 400 mg q12h (IV) 5-7 Azithromycin 1 g/d (PO) 5 Alternative treatment Amoxicillin 1 g tid (PO) or 2 g q6h (IV) 14 Chloramphenicol 25 mg/kg tid (PO or IV) 14-21 Trimethoprim- sulfamethoxazole 160-800 mg bid (PO) 7-14 Multidrug-Resistant Optimal treatment Ceftriaxone 2 g/d (IV) 10-14 Azithromycin 1 g/d (PO) 5 Alternative treatment Ciprofloxacin 500 mg bid (PO) or 400 mg q12h (IV) 5-14 Quinolone-Resistant Optimal treatment Ceftriaxone 2 g/d (IV) 10-14 Alternative treatment High-dose ciprofloxacin 750 mg bid (PO) or 400 mg q8h (IV) 10-14 (Pegues DA, Miller SI. Salmonellosis. In Kasper DL, et al. Harrison Principles of Internal Medicine 19th ed. USA: Mc Graw Hill; 2015) Dikutip dari: Jurnal ilmiah PAPDI, Darius Hartanto, Diagnosis dan Tatalaksana Demam Tifoid pada Dewasa, CDK-292/ vol. 48 no. 1 th. 2021
  • 24. Terapi Antibiotik Pilihan utama antibiotik tergantung pola kerentanan kuman S.typhi dan S.paratyphi di area tertentu. Terapi first-line original adalah kloramfenikol, ampisilin, dan trimethropim sulfametoksazol. Antibiotik ini efektif terhadap kuman yang sensitif, tetapi sering ditemukan resistensi terhadap obat ini. Fluoroquinolones adalah kelas yang paling efektif dengan angka kesembuhan mencapai 98%, angka relaps dan fecal carrier <2%, dan efek terapi paling ekstensif adalah dengan Ciproflokxacin.
  • 25. Terapi Antibiotik DIAGNOSIS KLINIS BAKTERI PENYEBAB TERSERING ANTIBIOTIK PERHATIAN/ KETERANGAN Demam Tifoid Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, B, C Pilihan 1: Kloramfenikol oral 500 mg setiap 6 jam Pada anak: Kloramfenikol oral 25 mg/kgBB, setiap 6 jam (maksimal 2 gram/hari) atau Kotrimoksazol oral 4 mg (trimetoprim)/kgBB setiap 12 jam atau Amoksisilin oral 15-30 mg/kgBB setiap 8 jam Lama pengobatan sampai dg 5 hari bebas demam, maksimal 14 hari Perhatian untuk kloramfenikol: • waspada efek samping kloramfenikol: supresi sumsum tulang. • Penggunaan >7 hari harus diikuti dengan pemeriksaan morfologi sediaan apus darah tepi • Tidak dianjurkan untuk pasien dengan jumlah leukosit <2000/Ul Tabel 12. Diagnosis Klinis Infeksi dan Pilihan Antibiotik Terapi Empiris Dikutip dari: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2021 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
  • 26. Terapi Antibiotik DIAGNOSIS KLINIS BAKTERI PENYEBAB TERSERING ANTIBIOTIK PERHATIAN/ KETERANGAN Demam Tifoid Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, B, C Pilihan 2: Siprofloksasin oral 500 mg atau i.v. 400 mg setiap 12 jam Pada anak: Ampisilin i.v. 50-75 mg/kgBB setiap 6 jam Pilihan 3: Seftriakson i.v. 1 gram setiap 12 jam atau (i.v.) 2 gram setiap 24 jam. Pada anak: Seftriakson i.v. 25-50mg/kgBB setiap 12 jam Lama pengobatan sampai dg 5 hari bebas demam, maksimal 14 hari Perhatian untuk kloramfenikol: • waspada efek samping kloramfenikol: supresi sumsum tulang. • Penggunaan >7 hari harus diikuti dengan pemeriksaan morfologi sediaan apus darah tepi • Tidak dianjurkan untuk pasien dengan jumlah leukosit <2000/Ul Dikutip dari: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2021 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
  • 27. KASUS Pasien Tn. YP berusia 25 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan utama demam sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam naik turun dan dirasakan tinggi pada sore hingga malam hari. Riwayat buang air kecil normal dan riwayat buang air besar belum bias sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh pusing di daerah kapala bagian depan, terus menerus, mual dan muntah jika ada makanan yang masuk dan sudah >5x muntah isi makanan, tidak ada darah dan lendir, muntah dirasakan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien merasakan lidah terasa pahit dan nafsu makan menurun. Riwayat hidung mimisan tidak ada, sesak napas tidak ada, nyeri perut di ulu hati, sebelumnya belum pernah mengalami hal yang sama. Di rumah tidak ada yang mengalami hal yang sama. Vital Sign : TD : 120/80 mmHg Nadi : 90X/menit Suhu : 37,5C RR : 20x/menit Diagnosis kerja : Observasi Febris Hari ke-2 Diagnosis diferential : • Typhoid Fever • Dengue Fever
  • 28. KASUS Hb 14,2 13,5-17,5 g/dL Leukosit 3,6 x 103/µl 4-10 x 103/µl Eritrosit 4,32 juta/ µl 4,5-5,8 juta/ µl Trombosit 153 150-400 ribu Hematokrit 40,9 37-47% Anti Salmonella IgM positif negatif Terapi yang didapatkan pasien: Infus RL Inj Cefotaxim 1 gr/8 jam Omeprazol 1 tab/12 jam Paracetamol tab 500 mg /8 jam Hasil Pemeriksaan Laboratorium
  • 29. Subjective Px Tn. YP berusia 25 th MRS dengan keluhan utama demam sejak 2 hari sebelum MRS. Demam naik turun dan dirasakan tinggi pada sore hingga malam hari. BAK normal ,BAB belum bisa sejak 2 hari sebelum MRS. Px juga mengeluh pusing di daerah kepala bagian depan terus menerus, mual muntah jika ada makanan yang masuk, sudah >5x muntah isi makanan, tidak ada darah dan lendir, muntah dirasakan sejak 2 hari sebelum MRS. Px merasakan lidah terasa pahit dan nafsu makan menurun. Riwayat hidung mimisan (-), sesak napas (-), nyeri perut di ulu hati, sebelumnya belum pernah mengalami hal yang sama. Di rumah tidak ada yang mengalami hal yang sama. TD : 120/80 mmHg Nadi : 90X/menit Suhu : 37,5C RR : 20x/menit Diagnosis kerja : Observasi Febris Hari ke-2 Diagnosis diferential : • Typhoid Fever • Dengue Fever Objective ANALISA Hb 14,2 13,5-17,5 g/dL Leukosit 3,6 x 103/µl 4-10 x 103/µl Eritrosit 4,32 juta/ µl 4,5-5,8 juta/ µl Trombosit 153 150-400 ribu Hematokrit 40,9 37-47% Anti Salmonella IgM positif negatif
  • 30. Penatalaksanaan Infus RL Inj Cefotaxim 3 x 1 gr Omeprazol 2 x 1 kap Paracetamol 500 mg 3 x 1 tab Terapi yang diberikan sudah tepat.  Px terindentifikasi mengalami infeksi bakteri dari hasil tes anti Salmonella IgM positif, dan telah diberikan tx antibiotik Cefotaxime 3x1 gr  Px mengeluh demam, pusing, nyeri di ulu hati diberikan tx Paracetamol 500 mg 3x1 tab  Untuk mengatasi mual muntah, diberikan tx Omeprazole 2x1 kap Assasment ANALISA Rekomendasi:  Menggunakan antibiotik yang lebih efektif, yaitu Ciprofloxacin i.v. 400 mg/12 jam atau Ceftriaxone 1 gr/12 jam  Penambahan Lactulosa sirup sebagai pencahar untuk mengatasi susah BAB  Diberikan vitamin penambah nasfsu makan  Jika muntah masih berlanjut dapat ditambahkan Domperidon prn
  • 31. Terima Kasih! Do you have any questions? Please contact us at Muhammadiyah Hospital 