Makalah ini membahas konsep Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) dan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Professional (SP2KP). MPKP terdiri dari lima komponen yaitu nilai-nilai profesional, pendekatan manajemen, hubungan profesional, sistem pemberian asuhan keperawatan, dan kompensasi serta penghargaan. MPKP juga memiliki empat pilar utama yaitu pendekatan manajemen keperawatan, pengorganisasian, pengarahan,
sekolah-sehat-jiwa untuk sekolah dan puskesmas.pptx
Mpkp
1. KONSEP SISTEM MODEL PEMBERIAN ASKEP PROFESIONAL
(MPKP) (SAK)
DI SUSUN OLEH :
1. ARIF MUNANDAR (015.01.3172)
2. OMITA AYU SEPTIANA (015.01.3214)
3. YENI MARLIANI (015.01.3280)
4. KHAIRUL IHSAN (015.01.3194)
5. NURHAFIDAH (015.01.3213)
6. INDRI SAWITRI (015.01.3190)
7. DONAVA CELIA (015.01.3179)
8. SUSILAWATI (015.01.3229)
9. LU’LUU WALMARJAN (015.01.3199)
PROGRAM STUDI S – 1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MATARAM
2018
2. i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta,
tidak lupa sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw,
dengan rahmat dan karunianya Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa
pula saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam
menyelsaikan tugas ini. Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik
Manajemen Keperawatan
Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat
bagi siapa saja yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, semua kritik dan saran yang membangun
agar kita dapat memperbaiki makalah ini agar lebih sempurna.
Mataram, 27 Oktober 2018
Penyusun, Penyusun Kelompok 2
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN ...............................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................3
A. Definisi Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) .................................3
B. Tujuan Penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) .................3
C. Komponen dalam Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)..................4
D. Pilar – pilar Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) ...........................5
E. Metode Penugasan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) ..............12
F. Karakteristik Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) .......................18
G. Tingkatan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) ............................19
H. Langkah – langkah dalam Model Praktek Keperawatan Profesional
(MPKP) ...............................................................................................................20
I. Definisi SP2KP ...................................................................................................25
J. Komponen Pelayanan Keperawatan Profesional ................................................26
K. Pemberian Asuhan Keperawatan Professional Berdasarkan SP2KP ..................27
BAB III : PENUTUP.......................................................................................................29
A. Kesimpulan..........................................................................................................29
B. Saran....................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................31
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak berubah tetapi profesi
yang secara terus-menerus berkembang dan terlibat dalam masyarakat yang
berubah, sehingga pemenuhan dan metode perawatan berubah, karena gaya
hidup berubah. Berbicara tentang keperawatan ada hal penting yang harus
dibahas yaitu Model Praktik Keperawatan Profesioanal yang dapat diterapkan
dalam pemberian asuhan keperawatan dan dalam hal ini, makalah ini akan
membicarakan tentang “Model Praktik Keperawatan Profesional”.
Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien termasuk individu,
keluarga dan masyarakat. Perawat menerima tanggung jawab untuk membuat
keadaan lingkungan fisik, sosial dan spiritual yang memungkinkan untuk
penyembuhan dan menekankan pencegahan penyakit, serta meningkatkan
kesehatan dengan penyuluhan kesehatan. Karena beberapa fenomena diatas
wajib diketahui oleh seorang perawat yang profesional, sehingga profesi
keperawatan mampu memilih dan menerapkan Model Praktik Keperawatan
Profesioanl yang paling tepat bagi klien. Sehingga diharapkan nilai profesional
dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan mutu asuhan dan
pelayanan keperawatan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep model praktik keperawatan professional
(MPKP )dan sistem pemberian pelayanan keperawatan professional
(SP2KP).
a. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui definisi MPKP
2) Untuk mengetahui tujuan penerapan MPKP
3) Untuk mengetahui komponen dalam MPKP
4) Untuk mengetahui pilar-pilar MPKP
5. 2
5) Untuk mengetahui metode penugasan MPKP
6) Untuk mengetahui karakteristik MPKP
7) Untuk mengetahui tingkatan MPKP
8) Untuk mengetahui langkah - langkah dalam MPKP
9) Untuk megetahui definisi SP2KP
10) Untuk mengetahui komponen pelayanan kepeawatan professional
11) Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan professional
berdasarkanSP2KP
6. 3
BABII
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
Model praktek keperawatan profesional atau MPKP adalah suatu sistem
(struktur, proses, nilainilai profesional) yang memungkinkan perawat profesion
al mengtur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
menunjang asuhan tersebut.(Hoffart & Woods, 1996 dalam Huber, 2010).
Pengertian lain menyebutkan MPKP adalah salah satu metode pelayanan
keperawatan dari sistem, struktur, proses dan nilai-nilaiprofesional,yang
memfasilitasi perawat profesional yang mempunyai kemampuan dan tanggung
jawab dalam mengatasi masalah keperawatan dan telah menghasilkan berbagai
jenjang produk keperawatan untuk pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan tempat asuhan keperawatan tersebut diberikan (sitorus & Yulia,
2005).
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa Model Praktek
Keperawatan Profesional ( MPKP ) adalah suatu system ( struktur, proses, nilai
– nilai professional berupa metode pelayanan yang memfasilitasi perawat
professional dengan kemampuan dan tanggung jawab yang di miliki untuk
memberikan asuhan keperawatan termasuk lingkungan tempat asuhan
keperawatan itu di berikan.
B. Tujuan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
Tujuan utama Model Praktek Keperawatan Profesional ini adalah
untukmeningkatkan mutu pelayana keperawatan. Sedangkan tujuan secara
khusus dari MPKP adalah :
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan
asuhankeperawatan oleh tim keperawatan
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
7. 4
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagisetiap tim keperawatan.
C. Komponen Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP terdiri dari
limakomponen (sub sistem) yaitu (Huber, 2010):a.
1. Nilai– nilai profesiona l(ProfesionalValues)
Nilai – nilai professional menjadi komponen utama pada praktik
keperawatan professional. Nilai – nilai ini merupakan inti dari MPKP
2. Pendekatan manajemen (Management Approach)
Seorang perawat dalam melakukan asuhan keperawatan untuk
memenuhikebutuhan dasar manusia harus melakukan pendekatan
penyelesaian masalah,sehingga dapat diidentifikasi masalah klien, dan
nantinya dapat diterapkan terapikeperawatan yang tepat untuk masalah
klien.
3. Hubungan profesional (Profesional Relationship)
Asuhan kesehatan yang diberikan kepada klien melibatkan
beberapaanggota tim kesehatan yang mana focus pemberian asuhan
kesehatan adalahklien. Karena banyaknya anggota tim kesehatan yang
terlibat, maka perlu adanya kesepakatan mengenai hubungan kolaborasi
dalam pemberian asuhan kesehatan tersebut.
4. Sistem pemberian asuhan keperawatan (Care Delivery System)
Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan yang
profesional,digunakan beberapa metode pemberian asuhan keperawatan,
misalnya metodekasus, fungsional, tim, dan keperawatan primer, serta
manajemen kasus. Dalam praktik keperawatan profesional, metode yang
paling memungkinka pemberian asuhan keperawatan professional adalah
metode yang menggunakan the breath of keperawatan primer.
5. Kompensasi dan penghargaan (Compensation & Reward ).
Pada suatu profesi,seorang professional mempunyai ha katas
kompensasi dan penghargaan. Kompensasi yang di dapat merupkan imbalan
dari kewajiban profesi yang terlebih dahuu harus di penuhi. Konpensasi dan
8. 5
penghargaan yang di berikan pada MPKP dapat di sepakati di setiap institusi
dengan mengacu pada kesepakatan bahwa layanan keperawatan adalah
pelayanan professional
D. Pilar– pilar Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
Model praktek keperawatan profesional terdiri dari 4 pilar diantaranya:
(Keliat,2012).
1. Pilar I yaitu Pendekatan Manajemen Keperawatan MPKP mensyaratkan
pendekatan manajemen sebagai pilar praktek keperawatan profesional yang
pertama. Pada pilar I terdiri dari:
a. Perencanaan yaitu kegiatan Model Praktek Keperawatan
Profesional.Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran ddan
penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa
mendatang dalam rangka pencapaian tujuan (siagiran, 2007).
Melalui visis, misi, filosofi dan kebijakan. Sedangkan untuk
jenis perencanaan jangka pendek melalui rencana kegiatan harian, bulnan
,mingguan dan tahunan.
1) Visi.
Merupakan pernyataan singkat yang menyatakan mengapa
organisasi itu terbentuk serta tujuan organisasi tersebut. Visi di MPKP
adalah mengoptimalkan kemampuan kepada klien.
2) Misi.
Merupakan pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi
dalammencapai visi yang telah ditetapkan.
3) Filosofi
Yakni seperangkat nilai-nilai MPKP yang menjadi rujukan semua
kegiatan.
4) Kebijakan
Pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam
mengambilkeputusan.
5) Rencana jangka pendek di ruang Model Prktek Keperawatan
Profesional
9. 6
Kegiatan yang dlaksanakan oleh perawat sesuai dengan perannya
masing-masing yang dibuat setiap shif. Rencana harian dibuat
sebelum melakukan operan.
Rencana harian kepala ruangan
Asuhan keperawatan
Supevisi ketua tim
Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan tim lain
yangterkait.
Rencana harian ketua tim
Menyelenggarakan asuhan keperawatan pasien pada tim yang
menjadi tanggung jawab
Melakukan supervisi perawat pelaksana
Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain
Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
Rencana harian perawat pelaksana:
Pelaksanaan shif sore atau malam
Memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
Rencana bulanan kepala ruangan
Akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluasi hasil keempat
pilar.Berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan
membuat rencana bulanan ketua tim.
Rencana tahunan kepala ruangan
Akhir tahun kepala ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan
dalam satutahun yang dijadikan acuan rencana tindak lanjut serta
penyusunan rencanatahunan.Rencana kegiatan tahunan Model
Praktek Keperawatan Profesional (MPKP):
Menyusun laporan tahun yanhg berfungsi tentang kinerja model
proketekkeperawatan profesional serta evaluasi mutu pelayanan.
Melakukan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing–
masing tim.
10. 7
Pengembangan sumber daya manusia peningkatan jenjang karis
perawat pelaksana menjadi ketua tim dan ketua tim menjadi
kepala ruangan.
Membuat jadwal-jadwal pelatihan.
b. Pengorganisasian yaitu kegiatan dan tenaga perawat.
Merupakan pengelompokaan aktifitas untuk mencapai tujuan melalui
struktur organisasi MPKP, menyusun daftar dinas, menyusun daftar
alokasi asuhankeperawatan pasien.Penugasan kelompok tenaga
keperawatan
1) Struktur oganisasi
Susunan komponen– komponen dalam suatu organisasi, pada
pengertian struktur oganisasi adanya pembagian kerja.
2) Daftar dinass ruangan
Daftar yang berisi jadwal dinas perawat yang bertugas, penanggung
jawabdinas/shif.
3) Daftar pasien
Daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama perawat dalam
tim, penanggung jawab pasien dan alokasi perawat saan menjalankan
dinas setiap shif.
c. Pengarahan yaitu bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.Melalui pendelegasian, supervisi, komunikasi efektif
mencakup pre dan postkonferens serta manajemen konflik.
1) Pendelegasian
Melakukan pekerjaan melalui orang lain dalam pengorganisasian,
pendelegasian di lakukan agar aktifitas organisasi tetap berjalan untuk
mencapai tujuan yang di tetapkan.
Pendelegasian dilakukan melalui proses:
Buat rencana tugas yang dituntaskan
Identifikasi keterampilan dan tingkatkan pengetahuan
yangdiperlakukan untuk melaksanakan tugas
Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan
Evaluasi kerja setelah tugas selesai
11. 8
Pendelegasian terdiri dari tugas dan wewenang
2) Supervisi
Proses memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan tujuan
organisasi, dengan cara melakukan pelaksanaan terhadap pelaksanaan
kegiatan.
Penerapan supervisi di MPKP adalah:
Kepala seksi keperawatan atau konsultan melakukan
pengawasanterhadap kepala ruangan.
Kepala ruangan melakukan pengawasan terhadap ketua tim dan
perawat pelaksana.
Ketua tim melakukan pengawasan kepasa perawat pelaksana.
3) Komunikasi efektif
Fungsi pokok manajemen, komunikasi yang kurang baik dapat
mengganggukelancaran organisasi dalam mencapai tujuan organisasi
(Swanbrug, 2000)Penerapan organisasi di Model praktek keperawatan
profesional antara lain:
Pre konferens
Komunikasi ketua tim dengan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shif tersebut dipimpin oleh
ketua tim atau penanggung jawab.
Operan
Komunikasi serah terima anta shif pagi, siang dan malam.
Post konferens
Komunikasi ketua tim dengan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shif sebelum operan kepada shif berikutnya.
4) Manajemen konflik
Perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan orang
lain.Perbedaan konflik mudah terjadi demikian juga diruang MPKP
maka perlu dibudidayakan upaya-upaya mengantisipasi konflik antara
petugas tim.
Cara– cara penanganan konflik melalui:
12. 9
a) Berkolaborasi, yaitu upaya yang di tempuh untuk memuaskan
kedua belah pihak yang sedang bekonflik. Cara ini adalah satu
bentuk kerjasama berbagai pihak yang terlibat konflik, di dorong
menyelsaikan masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari
dan menemukan persamaan kepentingan dan bukan perbedaan.
Situasi yang di inginkan adalah tidak ada satu pihak pun yang di
rugikan istilah lain cara penyelsaian konflik ini adalah win – win
solution
b) Berkompromi, yaitu cara penyelesaian konflik dimana semua pihak
yang berkonflik mengorbankan kepentingannya demi terjaminnya
keharmonisan hubungan kedua belah pihak tersebut. dalam upaya
ini tidakada salah satu pihak yang menang atau kalah. Istilah lain
cara penyelesaian konflik ini adalah lose–lose solution Dimana
masing– masing pihak akan mengorbankan kepentingannya agar
hubungan yangdijalin tetap harmonis.
d. Pengendalian yaitu proses memastikan aktifitas sebenarnya sesuai
dengan aktifitas yang direncanakan. Melalui audit, strukturl, audit proses
dan audit hasil.Langkah– langkah yang harus dilakukan dalam
pengendalian meliputi:
1) Menetapkan standar dan menetapkan metode dan pengukuran prestasi
kerja.
2) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar:
Audit struktur
Berfokus pada sumber daya manusia, lingkungan, peratan,
peralatan standar dan indikator dengan menggunakan check list (√)
Audit proses
Pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan untuk
menentukanapakah hasil keperawatan tercapai.
Audit hasil
Audit pokok kerja berupa kondisi pasien, kondisi sumber daya
manusiaatau indikator mutu.
13. 10
2. Pilar II yaitu sistem penghargaan pada tenaga keperawatan.
Kemampuan perawat melakukan praktek profesional perlu dipertahankan
danditingkatkan melalui manajemen sumber daya manusia, sehingga
perawatmendapatkan kompensasi berupa penghargaan sesuai dengan apa
yang dikerjakan(Nursalam, 2007). Sistem penghargaan ini melalui proses
rekruitmen, seleksi kerja,orientasi, penilaian kinerja dan pengembangan
staff perawat.
a. Proses rekruitmen
Penentuan perawat yang dibutuhkan diruang MPKP yang mempunyai
kriteria:
1) Kepala ruangan
Pendidikan minimal S1 keperawatan. Jika belum ada masa
transisi boleh D3 bila diruangan tersebut belum ada perawat yang b
erpendidikan S1 dengan syarat mempunyai jiwa kepemimpinan.
Pengalaman menjadi kepala ruangan minimal 2 tahun dan
bekerja pada area keperawatan minimal 2 tahun.
Sehat jasmani dan rohani
Pernah mengikuti pelatihan antara lain:
Manajemen bangsal
Pelatihan Model Praktek Keperawatan Profesional
Komunikasi keperawatan
Lulus tes tulis dan wawancara
2) Ketua tim
Pendidikan minimal S1 keperawatan. Jika belum ada masa transisi
bolehD3 dengan syarat mempunyai jiwa kepemimpinan.
Pengalama kerja minimal 2 tahun
Sehat jasmani dan rohani
Pernah mengikuti pelatihan, antara lain:
Manajemen bangsal
Pelatihan Model Praktek Keperawatan Profesional
Komunikasi keperawatan
Lulus tes tulis dan wawancara
14. 11
3) Perawat pelaksana
Pendidikan minimal D3
Pengalaman kerja minimal 1 tahun
Sehat jasmani dan rohani
Pernah mengikuti pelatihan-
Lulus tes tulis dan wawancara.
b. Kerja orientasi
Perawat yang akan bekerja di ruang MPKP harus melalui masa orientasi
yangdisebut pelatihan awal sebelum bekerja pada unit kerja MPKP.
c. Penilaian kerja.
Penilaian kinerja di ruang MPKP ditujukan pada kepala ruangan,
ketuatim, perawat pelaksana menggunakan supervsi baik secara langsung
maupun secaratidak langsung.
d. Pengembangan staf
Membantu masing-masing perawat mencapai kinerja sesuai dengan
posisi danuntuk penghargaan terhadap kemampuan profesional, bentuk
pengembangankarir, pendidikan berkelanjutan dari D3 ke S1.
3. Pilar III yaitu hubungan profesional komunikasi horizontal antara kepala
ruangandengan ketua tim dan perawat pelaksana serta antara ketua tim
dengan perawat pelaksana. Komunikasi diagonal yang dilakukan perawat
dengan profesi lainnya.Hubungan profesional di ruang Model Praktek
Keperawatan profesional adalah:
a. Rapat perawat ruangan
b. Pere dan post konferens
c. Rapat tim kesehatan
d. Visit dokter
4. Pilar IV Manajemen asuhan keperawatan, yaitu memberikan asuhan
keperawatan pada pasien secara sistematis dan terorganisir. Manajemen
15. 12
asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam
menjalankan kegiatan kebutuhan klien atau menyelsaikan masalh klien.
E. Metode penugasan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
dalam keperawatan.
1. Metode kasus
Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang pertama kali
digunakan.Sampai perang dunia II metode tersebut merupakan metode
pemberian asuhan keperawatan yang paling banyak digunakan. Pada metode
ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan kepada seorang
klien secara total dalam satu periode dinas.
Jumlah klien yang di rawat oleh satu perawat bergantung pada
kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien.
(Sitorus,2006). Setelah perang dunia II jumlah Pendidikan keperawatan dari
berbagai jenis program meningkat dan banyak lulusan bekerja di rumah
sakit. Agar pemanfaatan tenaga yang bervariasi tersebut dapat maksimal dan
juga tuntutan peran yang di harapkan dari perawat sesuai dengan
perkembangan ilmu kedokteran, kemudian di kembangkan metode
fungsioanal
a. Kelebihan metode kasus:
1) Kebutuhan pasien terpenuhi.
2) Pasien merasa puas.
3) Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
4) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
b. Kekurangan metode kasus:
1) Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas
sehinggatidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
2) Membutuhkan banyak tenaga.
3) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas
rutin yangsederhana terlewatkan
4) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat
penaggung jawabklien bertugas.
16. 13
2. Metode fungsional
Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan
pada penyelesaian tugas atau prosedur. Setiap perawat diberi satu atau beber
apa tugas untuk dilaksanakan kepada semua klien di satu ruangan. (Sitorus,
2006).
Pada metode ibi kepala ruangan menentukan tugas setiap perawat
dalam satu ruangan. Perawat akan melaporkantugas yang di kerjakannya
kepada kepala ruangan dan kepala ruangan tersebut bertanggung jawab
dalam pembuatan laporan klien. Metode fungsional mungkin efesien dalam
menyelsaikan tugas – tugas apabila jumlah perawat sedikit, tetapi kien tidak
mendapatkan kepuasan asuhan yang di terimanya.
a. Kelebihan dari metode fungsional adalah:
1) Sederhana
2) Efisien.
3) Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
4) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
5) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang
kurangberpengalamanuntuk satu tugas yang sederhana.
6) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta
didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
b. Namun, Metode ini kurang efektif karena (Sitorus, 2006) :
1) Proritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang
menekankan pada pemenuhan kebutuhan holistik.
2) Mutu asuhan keperawatan sering terabaikan karena pemberian
asuhankeperawatan terfragmentasi.
3) Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu
perawat yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif,
kecuali mungkin kepala ruangan
4) Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa kurang puas
terhadap pelayanan atau asuhan yang diberikan karena seringkali klien
tidak mendapat jawaban yang tepat tentang hal-hal yang ditanyakan.
17. 14
5) Klien kurang merasakan adanya hubungan saling percaya dengan
perawat.Selama beberapa tahun menggunakan metode fungsional
beberapa
perawat pemimpin (nurse leader) mulai mempertanyakan keefektifan
metode tersebutdalam memberikan asuhan keperawatan profesional
kemudian pada tahun 1950metode tim digunakan untuk menjawab hal
tersebut. (Sitorus, 2006).
3. Metode tim
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu
seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dal
am memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya
kooperatif dan kolaboratif.
Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota
kelompokmempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan
asuhan keperawatansehingga menimbulkan rasa tanggung jawab yang
tinggi. (Sitorus, 2006).Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep berikut
(Sitorus, 2006) :
a. Ketua tim seabagai perawat professional harus mampu menggunakan
berbagai Teknik kepemimpinan . ketua tim harus dapat membuat
keputusan tentang prioritas perencanaan, supervise, dan evaluasi asuhan
keperawatan. Tanggung jawab ketua tim adalah :
1) Mengkaji setiap klien dan menetapkan renpra
2) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis
3) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota
kelompokdan memberikan bimbingan melalui konferensi
4) Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai
sertamendokumentasikannya
b. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra terjamin.
Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara,
terutama melalui renpratertulis yang merupakan pedoman pelaksanaan
asuhan, supervisi, dan evaluasi.
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
18. 15
d. Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode tim akan
berhasil baikapabila didukung oleh kepala ruang untuk itu kepala ruang
diharapkan telah :
1) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
2) Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan
3) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk pengembangan
kepemimpinan
4) Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim
keperawatan
5) Menjadi narasumber bagi ketua tim
6) Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset
keperawatang) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka.
Kelebihan metode ini adalah:
a. Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
b. Pasien dilayani secara komfrehesif
c. Terciptanya kaderisasi kepemimpinan.
d. Tercipta kerja sama yang baik .
e. Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
f. Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan
amandan efektif.
Kekurangan metode ini:
Kesinambungan asuhan keperawatan belum optimal sehingga
pakarmengembangkan metode keperawatan primer (Sitorus, 2006). Selain
itu:
a. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan
menjaditanggung jawabnya.
b. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakanatau trburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi
dan koordinasiantar anggota tim terganggu sehingga kelanncaran tugas
terhambat.
19. 16
c. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua
tim.
d. Akontabilitas dalam tim kabur.
4. Metode Perawat Primer
Metode keperawatan primer dikenal dengan ciri yaitu akuntabilitas,
otonomi,otoritas, advokasi, ketegasan, dan 5K yaitu kontinuitas,
komunikasi, kolaborasi,koordinasi, dan komitmen. (Sitorus, 2006). Setiap
PP biasanya merawat 4 sampai 6 kliendan bertanggungjawab selama 24 jam
selama klien tersebut dirawat dirumah sakit atau disuatu unit. Perawat akan
melakukan wawancara mengkaji secara komprehensif, danmerencanakan
asuhan keperawatan. Perawat yang peling mengetahui keadaaan klien.Jika
PP tidak sedang bertugas, kelanjutan asuhan akan di delegasikan kepada
perawat lain(associated nurse). PP bertanggungjawab terhadap asuhan
keperawatan klien danmenginformasikan keadaan klien kepada kepala
ruangan, dokter, dan staff keperawatan.(Sitorus, 2006).
Seorang PP bukan hanya mempunyai kewenangan untuk memberikan
asuhankeperawatan, tetapi juga mempunyai kewengangan untuk melakukan
rujukan kepada pekerja sosial, kontrak dengan lembaga sosial
di masyarakat, membuat jadwal perjanjianklinik, mengadakan kunjungan
rumah dan lain lain. Dengan diberikannya kewenangan,dituntut
akuntabilitas perawat yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang
diberikan.Metode keperawatan primer memberikan beberapa keuntungan
terhadap klien, perawat,dokter, dan rumah sakit (Gillies, 1989). (Sitorus,
2006).
Metode itu dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan karena (Sitorus,
2006) :
a. Hanya ada 1 perawat yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan
koordinasiasuhan keperawatan
b. Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 klien
c. PP bertanggung jawab selama 24 jam
d. Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal
20. 17
e. Rencana asuhan keperawatan dan rencana medik dapat berjalan paralel.
Kelebihan metode perawat primer:
a. Mendorong kemandirian perawat
b. Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
c. Berkomunikasi langsung dengan Dokter
d. Perawatan adalah perawatan komfrehensif
e. Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
f. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
g. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan
keperawatan.
Kelemahan metode perawat primer:
a. Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
b. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
c. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
5. Differentiated practice
National League for Nursing (NLN) dalam kozier et al (1995)
menjelaskan bahwadifferentiated practice adalah suatu pendekatan yang
bertujuan menjamin mutu asuhanmelalui pemanfaatan sumber-sumber
keperawatan yang tepat. Terdapat dua model yaitumodel kompetensi dan
model pendidikan. Pada model kompetensi, perawat terdaftar(registered
nurse) diberi tugas berdasarkan tanggung jawab dan struktur peran
yangsesuai dengan kemampuannya. Pada model pendidikan, penetapan
tugas keperawatandidasarkan pada tingkat pendidikan. Bedasarkan
pendidikan, perawat akan ditetapkan apayang menjadi tnggung jawab setiap
perawat dan bagaimana hubungan antar tenagatersebut diatur (Sitorus,
2006).
6. Manajemen kasus
Manajemen kasus merupakan system pemberian asuhan kesehatan
secara multidisiplin yang bertujuan meningkatkan pemanfaatan fungsi
berbagai anggota timkesehatan dan sumber-sumber yang ada sehingga dapat
dicapai hasil akhir asuhankesehatan yang optimal. ANA dalam Marquis dan
Hutson (2000) mengatakan bahwamanajemen kasus merupakan proses
21. 18
pemberian asuhan kesehatan yang bertujuanmengurangi fragmentasi,
meningkatkan kualitas hidup, dan efisiensi pembiayaan. Focus pertama
manajemen kasus adalah integrasi, koordinasi dan advokasi klien, keluarga
sertamasyarakat yang memerlukan pelayanan yang ektensif. Metode
manajemen kasusmeliputi beberapa elemen utama yaitu, pendekatan
berfokus pada klien, koordinasiasuhan dan pelayanan antar institusi,
berorientasi pada hasil, efisiensi sumber dankolaborasi (Sitorus, 2006).
F. Karakteristik Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
1. Penetapan jumlah tenaga keperawatan.
Penetapan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai
dengan derajat ketergantungan klien.
2. Penetapan jenis tenaga keperawatan.
Pada suatu ruang rawat MPKP, terdapat berbagai jenis tenaga asuhan
keperawatan yaitu Clinical Care Manager (CCM), Perawat Primer (PP),
dan Perawat Asosiet. Selain jenis tenaga tersebut terdapat juga seorang
kepala ruanga rawat yang bertanggung jawab terhadap manajemen
pelayanan keperawatn di ruang rawat tersebut.
3. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan (renpra).
Standar renpra perluditetapkan, karena berdasarkan hasil obsevasi,
penulisan renpra sangat menyitawaktu karena fenomena keperawatan
mencakup 14 kebutuhan dasar manusia
4. Penggunaan metode modifikasi keperwatan primer.
Pada MPKP digunakan metodemodifikasi keperawatn primer, sehingga
terdapat satu orang perawat profesionalyang disebut perawat primer yang
bertanggung jawab dan bertanggung gugat atasasuhan keperawatan yang
diberikan. Disamping itu, terdapat Clinical Care Manager(CCM) yang
mengarahkan dan membimbing PP dalam memberikan asuhankeperawatan.
CCM diharapkan akan menjadi peran ners spesialis pada masa yangakan
datang.
22. 19
G. Tingkatan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
1. Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan
keperawatan profesionaltingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga
perawat dengan kemampuan doctor dalam keperawatan klinik yang
berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat
melakukan riset sera memanfaatkan hasil-hasil riset dalam
memberikanasuhan keperawatan.
2. Model Praktek Keperawatan Profesional II.
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat II.Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan
kemampuan spesialis keperawatanyang spesifik untuk cabang ilmu tertentu.
Perawat spesialis berfungsi untukmemberikan konsultasi tentang asuhan
keperawatan kepada perawat primer padaarea spesialisnya. Disamping itu
melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan
asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satuorang
untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu
melakukanriset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan
asuhan keperawatan.Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang
untuk 10 perawat primer (1:10).
3. Model Praktek Keperawatan Profesional I.
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkatI dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama
yaitu: ketenagaankeperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan yang
digunakan pada model iniadalah kombinasi metode keperawatan primer
dan metode tim disebut tim primer.
4. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula.
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) merupakan
tahap awaluntuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan
asuhan keperawatan professional tingkat pemula. Pada model ini terdapat
3 komponen utama yaitu : ketenagaan keperawatan,metode pemberian
asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan.
23. 20
H. Langkah–langkah dalam Model Praktek Keperawatan Profesional
(MPKP)
1. Tahap Persiapan
2. Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal yang harus
dilakukan,yaitu (Sitorus, 2006).:
a. Pembentukan Tim
Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang digunakan
sebagaitempat proses belajar bagi mahasiswa keperawatan, sebaiknya
kelompok kerja inimelibatkan staf dari institusi yang berkaitan. Sehingga
kegiatan ini merupakankegiatan kolaborasi antara pelayanan/rumah saklit
dan institusi pendidikan. Timini bisa terdiri dari seorang koordinator
departemen, seorang penyelia, dan kepalaruang rawat serta tenaga dari
institusi pendidikan. (Sitorus, 2006).
b. Rancangan Penilaian Mutu
Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan klien/keluarga
kepatuhan perawat terhadap standar yang diniali dari dokumentasi kepera
watan, lama harirawat dan angka infeksi noksomial. (Sitorus, 2006).
Presentasi MPKPSelanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan
hasil penilaian mutu asuhankepada pimpinan rumah sakit,
departemen,staf keperawtan, dan staf lain yangterlibat. Pada presentasi
ini juga, sudah dapat ditetapkan ruang rawat tempatimplementasi MPKP
akan dilaksanakan. (Sitorus, 2006).
c. Penempatan Tempat Implementasi MPKP
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan tempat
implementasiMPKP, antara lain (Sitorus, 2006) :
1) Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang tersebut. Hal
inidiperlukan sehingga dari awal tenaga perawat tersebut akan
mendapat pembinaan tentang kerangka kerja MPKP.
2) Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut terdiri dari 1
swastadan 1 ruang rawat yang nantinya akan dikembangkan sebagai
pusat pelatihan bagi perawat dari ruang rawat lain.
24. 21
3) Penetapan Tenaga KeperawatanPada MPKP, jumlah tenaga
keperawatan di suatu ruang rawatditetapkan dari klasifikasi klien
berdasarkan derajat ketergantungan. Untukmenetapkan jumlah tenaga
keperawtan di suatu ruangrawat didahului denganmenghitung jumlah
klien derdasarkan derajat ketergantungan dalam waktutertentu,
minimal selama 7 hari berturut-turut. (Sitorus, 2006).
4) Penetapan Jenis TenagaPada MPKP metode pemberian asuhan
keperawatan yang digunakanadalah metode modifikasi keperawatan
primer. Dengan demikian, dalamsuatu ruang rawat terdapat beberapa
jenis tenaga, meliputi (Sitorus, 2006).:
a) Kepala ruang rawat
b) Clinical care manager
c) Perawat primer
d) Perawat asosiet
5) Pengembangan Standar rencana asuhan Keperawatan.
Pengembangan standar renpra bertujuan untuk mengurangi
waktu perawat menulis, sehingga waktu yang tersedia lebih banyak
dilakukan untukmelakukan tindakan sesuai kebutuhan klien. Adanya
standar renpramenunjukan asuhan keperawtan yang diberikan
berdasarkan konsep dan teorikeperwatan yang kukuh, yang
merupakan salah satu karakteristik
pelayanan professional. Format standar renpra yang digunakan biasan
ya terdiri dari bagianbagian tindakan keperawatan: diagnose keperawa
tan dan data penunjang, tujuan, tindakan keperawatan dan kolom keter
angan. (Sitorus,2006).
6) Penetapan Format Dokumentasi KeperawatanSelain standar renpra,
format dokumentasi keperawatan lain yangdiperlukan adalah (Sitorus,
2006) :
a) Format pengkajian awal keperawatan
b) Format implementasi tindakan keperawatan
c) Format kardex
d) Format catatan perkembangan
25. 22
e) Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan dokter
f) Format laporan pergantian shif
g) Resume perawatan
7) Identifikasi FasilitasFasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu
ruang MPKP sama dengan fasilitasyang dibutuhkan pada suatu ruang
rawat. Adapun fasilitas tambahan yang di perlukan adalah (Sitorus,
2006) :
a) Badge atau kartu nama timBadge atau kartu nama tim merupakan
kartu identitas tim yang berisinama PP dan PA dalam tim tersebut.
Kartu ini digunakan pertama kali satmelakukan kontrak dengan
klien/keluarga.
b) Papan MPKPPapan MPKP berisi darfat nama-nama klien, PP, PA,
dan timnya sertadokter yang merawat klien.
3. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-
langkah berikut ini (Sitorus,2006) :
a. Pelatihan tentang MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di
ruangyang sudah ditentukan.
b. Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan
konferensi.
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap
hari.Konferensi dilakukan setelah melaukan operan dinas, sore atau
malam sesuaidengan jadwal dinas PP. Konferensi sebaiknya dilakukan di
tempat tersendirisehingga dapat mengurangi gangguan dari luar. (Sitorus,
2006).
c. Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan ronde
dengan porawat asosiet (PA). Ronde keperawatan bersama dengan PA
sebaiknya juga dilakukansetiap hari. Ronde ini penting selain untuk
supervisi kegiatan PA, juga
sarana bagi PP untuk memperoleh tambahan data tentang kondisi klien. (
Sitorus,2006).
26. 23
d. Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar
renpra.Standar renpra merupakan acuan bagi tim dalam melaksanakan
asuhankeperawatan. Semua masalah dan tindakan yang direncenakan
mengacu padastandar tersebut. (Sitorus, 2006).
e. Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi
denganklien/keluarga.Kontrak antara perawat dan klien/keuarga
merupakan
kesepakatanantara perawat dan klien/keluarganya dalam pemberian asuh
an keperawatan.Kontrak ini diperlukan agar hubungan saling percaya
antara perawat danklien dapat terbina. Kontrak diawali dengan
pemberian orientasibagi kliendan keluarganya. (Sitorus, 2006).
f. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus dalam
tim. PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-kasus
klien yangdirawatnya. Melalui kasus ini PP dan PA dapat lebih
mempelajari kasus yangditanganinya secara mendalam. (Sitorus, 2006).
g. Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam
membimbing PP dan PA.Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam
melakukan implementasi MPKP dilakukan melalui supervisi secara
berkala. Agar terdapat kesinambungan bimbingan, diperlukan buku
komunikasi CCM. Buku inimenjadi sangat diperlukan karena CCM
terdiri dari beberapa orang yaituanggota tim/panitia yang diatur
gilirannya untuk memberikan bimbingankepada PP dan PA. Bila sudah
ada CCM tertentu untuk setiap ruangan, bukukomunikasi CCM tidak
diperlukan lagi. (Sitorus, 2006).
h. Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi
keperawatan.Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab
perawatkepada klien. Oleh karena itu, pengisisan dokumentasi secara
tepat menjadi penting.
4. Tahap Evaluasi
Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrumenevsluasi
MPKP oleh CCM. Evaluasi prses dilakukan oleh CCM dua kalidalam
seminggu. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara dinimaslah-
27. 24
masalah yang ditemukan dan dapat segera diberi umpan balik
atau bimbingan. Evluasi hasil (outcome) dapat dilakukan dengan (Sitorus,
2006) :
a. Memberika instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap
klien pulang.
b. Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang
dinilai berdasarkan dokumentasi.
c. Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang rawat).
d. Penilaian rata-rata lama hari rawat.
5. Tahap Lanjut MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem)
pemberian asuhan keperawatan. Agar implementasi MPKP memberikan
dampak yang lebih optimal, perlu disertai dengan implementasi substansi
keilmuan keperawatan. Pada ruang MPKP diuji coba ilmu dan teknologi
keperawatan karena sudah ada sistem yang tepat untuk menerapkannya.
(Sitorus, 2006).
a. MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada tingkat ini,
PP pemula diberi kesempatan meningkatkan pendidikan sehingga
mempunyai kemampuan sebagai SKp/Ners. Setelah
mendapatkan pendidikan tambahan tersebut berperan sebagai PP (bukan
PP pemula).(Sitorus, 2006).
b. MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada
MPKPtingkat I, PP adalah SKp/Ners. Agar PP dapat memberikan
asuhankeperawatan berdasarkan ilmu dan teknologi mutakhir,
diperlukankemampuan seorang Ners sepeialis yang akan berperan
sebagai CCM.Oleh karena itu, kemampuan perawat SKp/ Ners
ditingkatkan menjadiners spesialis. (Sitorus, 2006).
c. MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada tingkat
ini perawat denga kemampuan sebagai ners spesialis ditingkatkan menjad
idoktor keperawatan. Perawat diharapkan lebih banyak
melakukan penelitian keperawatan eksperimen yang dapat meningkatkan
asuhankeperwatan sekaligus mengembangkan ilmu keperawatan.
(Sitorus,2006).
28. 25
I. Definisi SP2KP
SP2KP merupakan system pemberian pelayanan keperawatan professional
yang merupakan pengembangan dari MPKP di mana dalam SP2KP ini terjadi
kerjasama professional antara perawat primer (PP) dan Perawat Asosiet (PA)
sert tenaga kesehatan lainya.(Perry,poter.2009)
SP2KP mempunyai sistem pengorganisasian yang baik dimana sesional
luruhkomponen yang terlibat dalam asuhan keperawatan diatur secara
profesional (Rantung2013). SP2KP merupakan kegiatan pengelolaan asuhan
keperawatan di setiap unit ruangrawat di rumah sakit. Komponennya terdiri
dari: perawat, profil pasien, sistem pemberianasuhan keperawatan,
kepemimpinan, nilai-nilai profesional, fasilitas, sarana prasarana(logistik) serta
dokumentasi asuhan keperawatan (Direktorat Bina PelayananKeperawatan
DEPKES RI, 2009).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa SP2KP yaitu system
pemeberian pelayanan keperawatan professional di setiap unit ruang rawat inap
di rumah sakit yang memungkinkan perawat untuk melakukan asuhan
keperawatn professional bagi pasien. Pelaksanaan MPKP maupun SP2KP
merupak upaya untuk meningkatkan mutu asuhankeperawatan sehingga
pelayanan keperawatan menjadi efektif dan efesien ( Keliat,2009). Pelayanan
keperawatan professional merupakan suatu bentuk pelayanan yang memberi
kesempatan kepada perawat professional untuk menerapkan otnominya dal
mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi untuk menerapkan
otonominya.pada aspek prosesdi tetapkan penggunaan metodemodifikasi
keperawatn primer.penetapan metode ini di tetapkan berdasarkan beberapa
alasan sbb :
a. Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan keperawatan dilakukan
secara berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya tanggung jawab
dan tanggung gugat yang merupakan esensi dari suatu layanan profesional.
29. 26
b. Terdapat satu orang perawat professional yang disebut PP, yang bertanggug
jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. Pada
MPKP , perawat primer adalah perawat lulusan sarjana keperawatan/Ners.
c. Pada metode keperawataan primer, hubungan professional dapat
ditingkatkan terutama dengan profesi lain.
d. Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena
membutuhkan jumlah tenaga Skp/Ners yang lebih banyak, karena setiap PP
hanya merawat 4-5klien dan pada metode modifikasi keperawatan primer ,
setiap PP merawat 9-10 klien.
e. Saat ini terdapat beberapa jenis tenaga keperawatan dengan kemampuan
yang berbedabeda. Kombinasi metode tim dan perawat primer menjadi penti
ng sehingga perawat dengan kemampuan yang lebih tinggi mampu mengara
hkan danmembimbing perawat lain di bawah tanggung jawabnya.
f. Metode tim tidak digunakan secara murni karena pada metode ini
tanggung jawabterhadap asuhan keperawatan terbagi kepada semua anggota
tim, sehingga sukarmenetapkan siapa yang bertanggung jawab dan
bertanggung gugat atas semua asuhanyang diberikan.
J. Komponen Pelayanan Keperawatan Profesional
Apabila ditinjau dari 5 sub sistem yang diidentifikasi oleh Hoffart &
Woods(1996), terdapat komponen pelayanan keperawatan professional yang
diantaranya yaitu(Kusnanto, 2004) :
1. Nilai-nilai profesional sebagai inti model
Pada model ini, PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga
sejakklien/keluarga masuk ke suatu ruang rawat yang merupakan awal dari
penghargaanatas harkat dan martabat manusia. Hubungan tersebut akan
terus dibina selama klien dirawat di ruang rawat, sehingga klien/keluarga
menjadi partner dalam memberikanasuhan keperawatan. Pelaksanaan dan
evaluasi renpra, PP mempunyai otonomi danakuntabilitas untuk
mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuktindakan yang
dilakukan PA di bawah tanggung jawab untuk membina performa PAagar
melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai professional.
30. 27
2. Pendekatan Manajemen
Model ini memberlakukan manajemen SDM, artinya ada garis
komunikasi yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim
menjadi tanggung jawab PP. PP adalah seorang manajer asuhan
keperawatan yang harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan
kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif
dan pemimpin yang efektif.
3. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah
modifikasi keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra
ditetapkan oleh PP. PP akanmengevaluasi perkembangan klien setiap hari
dan membuat modifikasi pada renprasesuai kebutuhan klien.
4. Hubungan professional
Hubungan professional dilakukan oleh PP dimana PP lebih
mengetahuitentang perkembangan klien sejak awal masuk ke suatu ruang ra
wat sehingga mampumember informasi tentang kondisi klien kepada profesi
lain khususnya dokter.Pemberian informasi yang akurat tentang
perkembangan klien akan membantu dalam penetapan rencana tindakan
medik.
5. Sistem kompensasi dan penghargaan
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan
keperawatan yang professional. Kompensasi san penghargaan yang
diberikankepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau kompensasi
dan penghargaan berdasarkan prosedur. Kompensasi berupa jasa dapat diber
ikan kepada PP dan PAdalam satu tim yang dapat ditentukan berdasarkan
derajat ketergantungan klien. PPdapat mempelajari secara detail asuhan
keperawatan klien tertentu sesuai dengan gangguan/masalah yang dialami
sehingga mengarah pada pendidikan ners spesialis.
K. Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional berdasarkan SP2KP
SP2KP sebagai sistem pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat,
dapatmemungkinkan perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang
31. 28
profesional bagi pasien. SP2KP ini memiliki sistem pengorganisasian yang
baik dimana semua komponenyang terlibat dalam pelaksanaan asuhan
keperawatadiatur secara profesional (Sitorus &Yulia, 2006). Praktik
keperawatan dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klienmengacu pada proses keperawatan itu sendiri yaitu meliputi pengkajian,
diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Dalam hal
pelaksanaan tindakan maupun pendokumentasiannya perawat dituntut untuk
profesional. Asuhan keperawatan merupakan aspek legal bagi seorang
perawat.Aspek legal dikaitkan dengan dokumentasikeperawatan (Dermawan,
2012). SP2KP merupakan bantuk pengembangan dari MPKPyang lebih
profesional dan lebih baik dalam memberikan tingkat pelayanan
asuhankeperawatan terhadap klien. Didalam SP2KP kita sering mengenal
perawat primer (PP)dan perawat associate (PA). Dalam pengembangan konsep
SP2KP, perawat PP bertugasdalam menjalankan komunikasi dengan tenaga
kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi,farkamasi, dll. Dalam hal ini, perawat PP
bertugas untuk memberikan hasil pemeriksaannya berdasarkan hasil
pengkajian yang berhubungan dengan perawatan pasienyang dilaksanakan oleh
PA, sehingga dapat membantu dalam memutuskan tindakan
medisselanjutnya.Dalam melakukan asuhan keperawatan yang professional,
diperlukannyamembuat suatu rencana asuhan keperawatan (renpra) untuk
membantu mengidentifikasi
32. 29
BABIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Model praktek keperawatan profesional atau MPKP adalah suatu
yangmemungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatantermasuk lingkungan untuk menunjang asuhan tersebut
2. Tujuan utama Model Praktek Keperawatan Profesional ini adalah untuk
meningkatkan mutu pelayana keperawatan.
3. Komponen Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) meliputi nilai-
nilai profesional, pendekatan manajemen, hubungan profesional, sistem
pemberian asuhan keperawatan, dan kompensasi dan penghargaan
4. Pilar– pilar Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) antara lain
pendekatan manajemen keperawatan, pengorganisasian, hubungan
profesional komunikasi horizontal antara kepala ruangan dengan ketua tim
dan perawat pelaksana serta antara ketua tim dengan perawat pelaksana, dan
manajemen asuhan keperawatan.
5. Metode penugasan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) antara
lainmetode kasus, fungsional, tim, perawat primer, manajemen kasus, dan
differentiated practice
6. SP2KP merupakan sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional
yangmerupakan pengembangan dari MPKP, dimana dalam SP2KP ini
terjadi
kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA)
serta tenagakesehatan lainnya.
7. Komponen pelayanan keperawatan professional antara lain: nilai-nilai
profesionalsebagai inti model, pendekatan manajemen, metode pemberian
asuhan keperawatan,hubungan professional, serta sistem kompensasi dan
penghargaan,.
33. 30
B. Saran
1. Untuk mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami konsep
MPKP dan SP2KP sehingga dapat menerapkan konsep tersebut ke dalam
pelaksanaan pelayanankeperawatan saat bekerja di klinik.
2. Bagi perawat hendaknya mampu menyesuaikan dengan program pelayanan
keperawatan MPKP dan SP2KP, dengan cara terus belajar dan melatih
kemampuan yang dimiliki demi mewujudkan kepuasan klien.
3. Untuk institusi pelayanan kesehatan, maka disarankan untuk dapat memilih
program pelayanan keperawatan yang sesuai demi mencapai asuhan kepera
watan yang professional
34. 31
DAFTAR PUSTAKA
Kelliat, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa.Jakarta : EGC.
Sitorus,Ratna.2006.Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah
Sakit.Jakarta:EGC
Swanburg, Russel C.2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan Perawatan Klinis.Jakarta:EGC.
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi Dan Prakitk Keperawatan Professional .
Jakarta : EGC Kedokteran
Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional, ed.2. Jakarta: Salemba Medika.