SlideShare a Scribd company logo
1
2
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
1 Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama ...... x24 jam diharapakan
kecemasan menurun atau pasien dapat
tenang dengankriteria :
SLKI :
Tingkat ansietas
1. Menyingkirkan tanda kecemasaan.
2. Tidak terdapat perilaku gelisah
3. Frekuensi napas menurun
4. Frekuensi nadi menurun
5. Menurunkan stimulasi lingkungan
ketika cemas.
6. Menggunakan teknik relaksasi untuk
menurunkan cemas.
7. Konsentrasi membaik
8. Pola tidur membaik
Dukungan sosial
1. Bantuan yang ditawarkan oleh orang
lain meningkat
Reduksi ansietas
1. Tanda ansietas
2. Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
3. Pahami situasi yang membuat ansietas
4. Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
6. Anjurkan keluarga untuk selalu
disamping dan mendukung pasien
7. Latih teknik relaksasi
2 Bersihan jalan napas tidak efektif
Definisi : Ketidakmampuan membersihkan
sekresi atau obstruksidari saluran napas
untuk mempertahankan bersihan jalan
nafas.
Batasan Karakteristik:
1. Batuk yang tidak efektif
2. Dispnea
3. Gelisah
Status pernapasan: kepatenan jalan
napas
1. Frekuensi pernafasan (5) tidak ada
deviasi dari kisaran normal.
2. Irama pernafasan (5) tidak ada deviasi
dari kisaran normal.
3. Kedalaman inspirasi(5) tidak ada
deviasi dari kisaran normal.
4. Kemampuan untuk mengeluarkan
Manajemen Jalan Napas
1. Monitor pola napas (frekuensi,kedalaman, usaha
napas)
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling,
mengi, wheezing, ronkhikering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
4. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
head tilt dan chin lift (jaw thrust) jika curiga
trauma servikal
5. Posisikan semi fowler atau fowler
3
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
4. Kesulitan verbalisasi
5. Mata terbuka lebar
6. Ortopnea
7. Penurunan bunyi nafas
8. Perubahan frekuensi nafas
9. Perubahan pola nafas
10. Sianosis
11. Sputum dalam jumlah yang berlebih
12. Suara napas tambahan
13. Tidak ada batuk
Faktor yang berhubungan
1. Lingkungan
2. Perokok
3. Perokok pasif
4. Terpajan asap
Obstruksi jalan nafas
1. Adanya jalan napas buatan
2. Benda asing dalam jalan napas
3. Eksudat dalam alveoli
4. Hyperplasia pada dinding
bronkus
5. Mucus berlebih
6. Penyakit paru obstruktif kronis
7. Sekresi yang tertahan
8. Spasme jalan napas
Fisiologi
1. Asma
2. Disfungsi neuromuscular
secret (5) tidak ada deviasi dari kisaran
normal.
5. Suara nafas tambahan (5) tidak ada.
6. Pernafasan cuping hidung (5) tidak
ada.
7. Penggunaan otot bantu nafas (5)tidak
ada.
8. Batuk (5) tidak ada.
6. Berikan minum hangat
7. Lakukan fisioterapi dada
8. Lakukan penghisapan lender kurang dari 15
detik
9. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
10. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep
Mcgill
11. Berikan oksigen
12. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak
kontraindikasi
13. Ajarkan teknik batuk efektif
14. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
Latihan Batuk Efektif
1. Identifikasi kemampuan batuk
2. Monitor adanya retensi sputum
3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
4. Monitor input dan output cairan (mis. jumlah
dan karakteristik)
5. Atur posisi semi fowler atau fowler
6. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
7. Buang secret pada tempat sputum
8. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
9. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung
selama 4 detik ditahan selama 2 detik kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detiik
10. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga
4
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
3. Infeksi
4. Jalan napas alergik
3 kali
11. Anjurkan batuk dengan kuat langsungsetelah
tarik napas dalam yang ke-3
12. Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
Terapi Oksigen
1. Monitor kecepatan aliran oksigen
2. Monitor posisi alat terapi oksigen
3. Monitor aliran oksigen secara periodic dan
pastikan fraksi yang diberikan cukup
4. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis
oksimetri, analisa gas darah)
5. Monitor kemampuan melepaskan oksigensaat
makan
6. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
7. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan
atelektasis
8. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi
oksigen
9. Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
10. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan
trakea, jika perlu
11. Pertahankan kepatenan jalan napas
12. Siapkan dan atur peralatan pemberianoksigen
13. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
14. Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
15. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
5
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
dengan tingkat mobilitas pasien
16. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
oksigen di rumah
17. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
18. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan atau tidur
3 Defisit Pengetahuan
Penyebab
1. Keterbatasan kognitif
2. Gangguan fungsi kognitif
3. Kekeliruan mengikuti anjuran
4. Kurang terpapar informasi
5. Kurang minat dalam belajar
6. Kurang mampu mengingat
7. Ketidaktahuan menemukan sumber
informasi
Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
1. Menanyakan masalah yang dihadapi
2. Objektif :
3. Menunjukkan perilaku tidak sesuai
anjuran
4. Menunjukkan persepsi yang keliru
terhadap masalah
Gejala dan tanda minor
Subjektif : -
Objektif :
1. Menjalani pemeriksaan tidak tepat
Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama …x… jam diharapkan tingkat
pengetahuan meningkat dengan kriteria
hasil :
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat
2. Verbalisasi minat dalam belajar
meningkat
3. Kemampuan menjelaskan
pengetahuan tentang suatu topik
meningkat
4. Kemampuan menggambarkan
pengalaman sebelumnya yang
sesuai topik meningkat
5. Perilaku sesuai dengan
pengetahuan
6. Pertanyaan tentang masalah
yang dihadapi menurun
7. Persepsi yang keliru terhadap
masalah menurun
8. Menjalani pemeriksaan yang
tidak tepat menurun
9. Perilaku membaik
Edukasi Menyusui
Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
2. Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui
Terapeutik
1. Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
4. Dukung ibu meningkatkan kepercayaandiri
dalam menyusui
5. Libatkan sistem pendukung : suami,
keluarga, tenaga kesehatan dan masyarakat
Edukasi
1. Berikan konseling menyusui
2. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
3. Ajarkan 4 posisi menyusui dan perlekatan
dengan benar
6
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
2. Menunjukkan perilaku berlebihan 4. Ajarkan perawatan payudara antepartum
dengan mengkompres dengan kapas yangtelah
diberikan minyak kelapa
5. Ajarkan perawatan payudara post partum (Mis
memerah ASI, pijat payudara, pijatoksitosin)
4 Defisit perawatan diri
Penyebab :
1. Gangguan musculoskeletal
2. Gangguan neuromuskuler
3. Kelemahan
4. Gangguan psikologis dan/psikotik
5. Penurunan motivasi/minat
Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
1. Menolak melakukan perawatan diri
Objektif :
1. Tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/makan/ketoilet/ berhias
secara mendiri
2. Minat melakukan perawatan diri
kurang
Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama …x… jam diharapkan perawatan
diri meningkat dengan kriteria hasil :
1. Kemampuan mandi meningkat
2. Kemampuan mengenakan pakaian
meningkat
3. Kemampuan makan meningkat
4. Kemampuan ke toiliet (BAB/BAK)
meningkat
5. Verbalisasi keinginan melakukan
perawatan diri meningkat
6. Minat melakukan perawatan diri
meningkat
7. Mempertahankan kebersihan diri
meningka
8. Mempertahankan kebersihan mulut
Dukungan Perawatan Diri
Observasi
1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
sesuai usia
2. Monitor tingkat kemandirian
3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
berpakaian, berhias, danmakan
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan terapeutik (suasana
hangat, rileks, provasi)
2. Siapkan keperluan pribadi
3. Damping dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
4. Fasilitasi untuk menerima keadaan
ketergantungan
5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidakmampu
melakukan perawatan diri
6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
7
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
5 Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama…x…jam gangguan citra tubuh
pasien teratasi dengan kriteria hasil :
SLKI :
Citra tubuh
1. Verbalisasi perasaan negatif tentang
perubahan tubuh menurun
2. Fokus pada penampilan masa lalu
menurun
3. Hubungan sosial membaik
Harga diri
1. Penilaian diri positif meningkat
2. Perasaan malu menurun
Promosi citra tubuh
1. Monitor frekuensi mengkritik dirinya
2. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
3. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap
harga diri
4. Jelaskan kepada keluarga tentangperawatan dan
perubahan citra tubuh
5. Latih peningkatan penampilan diri
Latih pengungkapan kemampuan diri kepada
orang lain maupun kelompok
6
Gangguan eliminasi urin Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama ….x… jam, diharapkan gangguan
eliminasi urin yang dirasakan pasien
berkurang dengan kriteria hasil :
SLKI :
Eliminasi urin
1. Sensasi berkemih meningkat
2. Distensi kandung kemih meningkat
3. Berkemih tidak tuntas menurun
Kontinensia urin
1. Kemampuan berkemih meningkat
2. Residu volume setelah berkemih
menurun
Perawatan Retensi Urine
a. Monitor tingkat distensi kandung kemih
dengan palpasi dan perkusi
b. Berikan rangsangan berkemih (kompres
dingin pada abdomen)
c. Jelaskan penyebab retensi urine
d. Ajarkan cara melakukan rangsangan berkemih
8
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
7
Ganggguan pertukaran gas
Penyebab
1. Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
2. Penurunan membrane alveolus-
kapiler
Gejala dan tanda :
Mayor
Subjektif
1. Dyspnea
Objektif
1. PCO2 meningkat/ menurun
2. PO2 menurun
3. Takikardia
4. pH arteri meningkat/menurun
5. Bunyi napas tambahan
Minor
Subjektif
1. Pusing
2. Penglihatan kabur
Objektif
1. Sianosis
2. Diaphoresis
3. Gelisah
4. Napas cuping hidung
5. Pola nafas abnormal
6. Warna kulit abnormal
7. Kesadaran menurun
Respirasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
….. x…. jam, maka Gangguan pertukaran
gas meningkat dengan kriteria hasil :
1. Dispnea menurun
2. Bunyi nafas tambahan menurun
3. Gelisah menurun
4. PCO2 membaik
5. PO2 membaik
6. Takikardia membaik
7. pH arteri membaik
Respirasi
Pemantauan respirasi
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
upaya nafas
2. Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes,
ataksisk)
3. Monitor saturasi oksigen
4. Auskultasi bunyi nafas
5. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
6. Monitor nilai AGD
7. Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Terapi oksigen
Observasi
1. Monitor kecepatan aliran oksigen
2. Monitor alat terapi oksigen
3. Monitor aliran oksigen secara periodic dan
pastikan fraksi yang diberikan cukup
4. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.
Oksimetri, AGD), jika perlu
9
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
5. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat
Kondisi klinis terkait
1. PPOK
makan
6. Monitor tanda tanda hipoventilasi
2. GJK 7. Monitor tanda dan gejala toksikasioksigen dan
3. Asma atelektasis
4. Pneumonia 8. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi
5. Tuberkulosis paru oksigen
6. Penyakit membrane hialin 9. Monitor integritas mukosa hidung akibat
7. Asfiksia pemasangan oksigen
8. PPHN Terapeutik
9. Prematuritas 1. Bersihkan secret pada mulut, hidung,dan
10. Infeksi saluran nafas trakea, jika perlu
2. Siapkan dan atur peralatan pemberianoksigen
3. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
4. Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
5. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan
tingkat mobilitas pasien
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
oksigen dirumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
10
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
8
Hipertermia
Penyebab
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis. Infeksi dan
kanker)
4. Ketidaksesuaian pakaian dengansuhu
lingkungan
5. Peningkatan laju metabolissme
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebih
8. Penggunaan incubator
Gejala dan tanda :
Mayor
Subyektif : -
Obyektif
1. Suhu tubuh diatas nilai normal
Minor
Subyektif : -
Obyektif
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takardi
4. Tachipnea
5. Kulit terasa hangat
Kondisi Klinis Terkait
1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
Termoregulasi
Setelah dilakukan intervensi selama
….x…… jam, maka hipertermia menurun
dengan keriteria hasil :
1. Menggigil menurun
2. Tidak tampak kulit yang memerah
3. Tidak ada kejang
4. Tidak tampakAkrosianosis
5. Konsumsi oksigen menurun
6. Piloereksi menurun
7. Idak tampak pucat
8. Tidak terdapat takikardia
9. Tidak tampak takipnea
10. Tidak terdapat bradikardia
11. Tidak ada hipoksia
12. Suhu tubuh membaik
13. Suhu kulit membaik
14. Kadar glukosa membaik
Nyeri dan Kenyamanan
Manajemen Nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nhyeri nonverbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dankeyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudahdiberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
11
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. Prematuritas
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetic secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jikaperlu
Terapi relaksasi
Observasi
1. Identifikasi penurunan energi,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
lain yang mengangu kemampuan kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
penggunaan teknik sebelumnya
4. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tenang
tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruangannyaman, jika memungkinkan
2. Gunakan pakaian longgar
3. Gunakan nada suara lembut dengan irama
lambat dan berirama
4. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang
dengan analgetik atautindakan medis lain, jika
sesuai
12
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulamgi atau melatih teknik
yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
9
Hipovolemia
Penyebab :
1. Kehilangan cairan aktif
2. Kegagalan mekanisme regulasi
3. Peningkatan permiabelitas kapiler
4. Kekurangan intake cairan
5. Evaporasi
Gejala dan tanda
Mayor
Subjektif : -
Objektif :
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan darah menyempit
5. Turgor kulit menurun
6. Membrane mukosa kering
7. Volume urin menurun
Setelah diberikan intervensi selama
…x….jam maka status cairan membaik,
dengan kriteria hasil :
1. Kekuatan nadi meningkat
2. Turgor kulit meningkat
3. Ortopnea menurun
4. Dyspnea menurun
5. Frekuensi nadi membaik
6. Tekanan darah membaik
7. Tekanan nadi membaik
8. Membrane mukosa membaik
9. Kadar hb membaik
10. Kadar ht membaik
11. Intake cairan membaik
Manajemen hypovolemia
Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis.
Frekuensi nadi meningkat, nadi terba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membrane
mukosa kering, volume urin menurun,
hematocrit meningkat, haus, lemah)
2. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi mified tredelenburg
3. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
13
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
8. Hematocrit meningkat
Minor
Subjektif
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus
Objektif
1. Pengisian vena menurun
2. Status mental berubah
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IVisotonis (mis.
NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberiancairan IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
Albumin, plasmanate
4. Kolaborasi pemberian produk darah
Manajemen syok hypovolemia
Observasi
1. Monitor status kardiopulmogonal
(frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi
nafas, TD, MAP)
2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi,
AGD)
3. Monitor status cairan (masukan dan
haluaran, turgor kulit, CRT)
4. Periksa tingkat kesadarajndan responpupil
5. Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap
adanya DOTS (deformity/ deformitas, open
wound/luka terbuka, tenderness/nyeri
tekan, swelling/bengkak
Terapeutik
1. Pertahankan jalan nafas paten
2. Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94%
3. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika
perlu
14
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
4. Lakukan penekanan langsung (direct pressure)
pada perdarahan eksternal
5. Berikan posisi syok (modified tredelenberg)
6. Pasang jalur IV berukuran besar (mis.14 atau 16)
7. Pasang kateter urine untuk menilai produksi
urine
8. Pasang selang nasogastric untuk dekompresi
lambung
9. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1-2
L pada dewasa
2. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20
mL/kgBB pada anak
3. Kolaborasi pemberian transfuse darah jika perlu
15
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
10
Risiko hipovolemia
Faktor risiko
1. Kehilangan cairan secara aktif
2. Gangguan absorbs cairan
3. Usia lanjut
4. Kelebihan berat badan
5. Status hipermetabolik
6. Kegagalan mekanisme regulasi
7. Evaporasi
8. Kekurangan intake cairan
9. Efek agen farmakologis
Kondisi klinis terkait
1. Penyakit Addison
2. Trauma/perdarahan
3. Luka bakar
4. AIDS
5. Penyait Crohn
6. Muntah
7. Diare
8. Colitis ulseratif
Setelah diberikan intervensi selama …x….
jam maka status cairan membaik, dengan
kriteria hasil :
1. Kekuatan nadi meningkat
2. Turgor kulit meningkat
3. Ortopnea menurun
4. Dyspnea menurun
5. Frekuensi nadi membaik
6. Tekanan darah membaik
7. Tekanan nadi membaik
8. Membrane mukosa membaik
9. Kadar hb membaik
10. Kadar ht membaik
11. Intake cairan membaik
Manajemen hypovolemia
Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis.
Frekuensi nadi meningkat, nadi terba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membrane
mukosa kering, volume urin menurun,
hematocrit meningkat, haus, lemah)
2. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi mified tredelenburg
3. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberiancairan IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%, NaCl0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
Albumin, plasmanate
4. Kolaborasi pemberian produk darah
16
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Pemantauan cairan
Observasi
1. Monitor rekuensi dan kekuatan nadi
2. Monitor frekuensi napas
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor berat badan monitor waktu
pengisian kapiler
5. Monitor turgor kulit
6. Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
7. Monitor kadar albumin dan protein total
8. Monitor hasil pemeriksaan urine
9. Monitor intake dan output cairan
10. Identifikasi tanda-tanda hypovolemia
11. Identifikasi factor risiko ketidakseimbangan
cairan
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedurpemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jikaperlu
17
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
11
Hipervolemia
Penyebab
1. Gangguan mekanisme regulasi
2. Kelebihan asupan cairan
3. Kelebihan asupan natrium
4. Gangguan aliran balik vena
5. Efek agen farmakologis
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1. Ortopnea
2. Dyspnea
3. Paroxysmal nocturnal dyspnea
Objektif
1. Edema anasarka dan/atau edema
perifer
2. Berat badan meningkat dalam
waktu sinngkat
3. JVP atau CVP
4. Reflek hepatojugular positif
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif (tidak tersedia)
Objektif
1. Distensi vena jugularis
2. Terdengar suara nafas tambahan
3. Hepaotomegali
4. Kadar Hb/Ht turun
5. Oliguria
6. Intake lebih banyak dari output
Setelah diberikan intervensi selama
…x…. jam maka keseimbangan cairan
meningkat, dengan kriteria hasil :
1. Asupan cairan meningkat
2. Haluaran urine meningkat
3. Kelembaban membrane mukosa
meningkat
4. Edema menurun
5. Dehidrasi menurun
6. Tekanan darah membaik
7. Denyut nadi membaik
8. Membrane mukosa membaik
9. Berat badan membaik
Manajemen hypervolemia
Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hypervolemia
2. Identifikasi penyebab hypervolemia
3. Monitor status hemodinamik
4. Monitor intake dan output cairan
5. Monitor tanda hemokonsentrasi
6. Monitor tanda peningkatan tekananonkotik
plasma
7. Monitor kecepatan infus secara ketat
8. Monitor efek samping diuretic
Terapeutik
1. Timbang berat badan setiap hari padawaktu
yang sama
2. Batasi asupan cairan dan garam
3. Tinggikan keoala tempat tidur 30-40o
Edukasi
1. Anjurkan melapor jika haluaran urine <0,5
mL/kg/jam dalam 6 jam
2. Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg
dalam sehari
3. Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan
dan haluaran cairan ajarkan cara membatasi
cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretic
2. Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat
diuretic
18
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
7. Kongesti paru
Kondisi klinis terkait
1. Penyakit ginjal
2. Hipoalbuminemia
3. Kolaborasi pemberian CRRT, bila perlu
Pemantauan cairan
Observasi
1. Monitor rekuensi dan kekuatan nadi
2. Monitor frekuensi napas
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor berat badan monitor waktu
pengisian kapiler
5. Monitor turgor kulit
6. Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
7. Monitor kadar albumin dan proteintotal
8. Monitor hasil pemeriksaan urine
9. Monitor intake dan output cairan
10. Identifikasi tanda-tanda hipervolemia
11. Identifikasi factor risiko ketidakseimbangan
cairan
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuaidengan
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jikaperlu
19
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
12
Kesiapan Persalinan Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama ….x… jam, diharapkan kesiapan
persalinan dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
SLKI
Status antepartum
1. Kelekatan emosional dengan janin
meningkat
2. Koping dengan ketidaknyamanan
kehamilan menurun
Tingkat pengetahuan
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat
2. Perilaku sesuai pengetahuan
meningkat
3. Perilaku keliru terhadap masalah
menurun
Perawatan Kehamilan Trimester
Ketiga
1. Memonitor tanda-tanda vital
2. Timbang berat badan ibu
3. Umur tinggi fundus
4. Periksa denyut jantung janin
5. Anjurkan menghindari kelelahan
Edukasi Persalinan
1.Identifikasi tingkat pengetahuan
2. Identifikasi pemahaman ibu tentang persalinan
3. Siapkan materi dan media Pendidikan kesehatan
4. Berikan kesempatan untuk bertanya
5. Jelaskan metode persalinan yang ibu inginkan
6. Jelaskan persiapan dan tempat persalinan
7. Anjurkan ibu mengikuti kelas ibu hamil pada usia
kehamilan lebih dari 36 minggu
8. Ajarkan teknik relaksasi untuk meredakan
kecemasan dan ketidaknyamanan persalinan
20
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
13
Kesiapan Peningkatan Manajemen
Kesehatan
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1. Mengekspresikan keinginan untuk
mengelola masalah kesehatan dan
pencegahannya
Objektif
1. Pilihan hidup sehari-hari tepat untuk
memenuhi tujuan program kesehatan
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Mengekspresikan tidak adanya
hambatan yang berarti dalam
mengintegrasikan program yang
ditetapkan untuk mengatasi masalah
kesehatan
2. Menggambarkan berkurangnya
faktor risiko terjadinya masalah
kesehatan
Objektif
1. Tidak ditemukan adanya gejala
masalah kesehatan atau penyakit
yang tidak terduga
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama ... x ... menit diharapakan
manajemen kesehatan meningkat
dengan kriteria hasil :
1. Melakukan tindakan untuk
mengurangi faktor risiko meningkat
2. Aktivitas sehari-hari efektif
memenuhi tujuan kesehatan
meningkat
Bimbingan Antisipatif
1. Identifikasi metode penyelesaian masalahyang
biasa digunakan
2. Identifikasi kemungkinan perkembangan atau
krisis situasional yang akan terjadi serta
dampaknya pada anak dan keluarga
3. Jadwalkan kunjungan pada setiap tahap
perkembangan anak (jadwal imunisasi, rutin
mengukur BB dan PB anak)
4. Berikan referensi baik cetak ataupun elektronik
(tentang penyakit polio dan jadwal imunisasi)
5. Jelaskan perkembangan dan perilaku normal
pada anak
Edukasi Kesehatan
1. Identifikasi ibu atau untuk kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
2. Identifikasi faktor – faktor ibu yang dapat
meningkatkan dan menurunkan motivasi
mengetahui tentang penyakit
3. Berikan kesempatan ibu untuk bertanya
4. Jelaskan pada ibu faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan anak
5. Ajarkan pada ibu perilaku hidup bersih dan sehat
Edukasi Penyakit
1. Identifikasi ibu atau untuk kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
2. Berikan kesempatan ibu dan keluarga untuk
bertanya
21
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
3. Jelaskan tanda dan gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit hepatitis B
4. Anjurkan melapor jika merasakan tanda dan
gejala penyakit hepatitis B
5. Jelaskan jadwal imunisasi
Identifikasi Risiko
1. Identifikasi risiko biologis, lingkungan dan
perilaku
2. Tentukan metode pengelolaan risiko yang baik
3. Lakukan pengelolaan risiko secara efektif
4. Lakukan update perencanaan secara regular
(mis, bulanan, triwulan, tahunan)
Manajemen Perilaku
1. Identifikasi harapan untuk mengendalikan
perilaku
2. Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
3. Jadwalkan pemeriksaan anak secara rutin
4. Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan
kegiatan perawatan konsisten setiap dinas
Penentuan Tujuan Bersama
1. Identifikasi tujuan – tujuan yang akan dicapai
2. Nyatakan tujuan dengan kalimat positif dan
jelas
3. Anjurkan mengenal masalah yang dialami
22
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
14
Kesiapan Peningkatan Pengetahuan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Mengungkapkan minat dalam belajar
2. Menjelaskan pengetahuan tentang
suatu topik
3. Menggambarkan pengalaman
sebelum yang sesuai dengan topik
Objektif :
1. Prilaku sesuai dengan pengetahuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama …x …. jam pasien mampu
meningkatkan kesiapan pengetahuan
dengan kriteria hasil :
Tingkat pengetahuan
1. Keberlanjutan pelayanan rutin
komunitas
2. Ketersediaan pelayanan kesehatan
3. Ketersediaan sumber daya untuk
memenuhi kebutuhan dasar
4. Kesiapan komunitas untuk tanggap
krisis
5. Adaptasi komunitas terhadap
perubahan
Motivasi
1. Upaya mencari sumber sesuai
kebutuhan
2. Upayakan mencari dukungan sesui
kebutuhan
3. Prilaku bertujuan inisiatif
4. Proses informasi
5. Tingkat kepatuhan
6. Status kognitif
Promosi kesiapan penerimaan informasi
1. Identifikasi informasi yang akan disampaikan
2. Identifikasi pemahaman tentang kondisi
kesehatan saat ini
3. Identifikasi kesiapan penerimaan informasi
4. Lakukan penguatan potensi dan keluarga untuk
menerima informasi
5. Libatkan pengambilan keputusandalam keluarga
untuk menerima informasi
6. Fasilitasi mengenali kondisi tubuh yang
membutuhkan layanan keperawatan
7. Dahulukan menyampaikan informasi baik
(positif) sebelum menyampaikan informasi
kurang baik ( negative) terkait kondisi pasien
8. Berikan nomor kontak yang dapat dihubungi
jika pasien membutuhkan bantuan
9. Catat identitas dan nomor kontakpasien untuk
meningkatkan atau follow up kondisi pasien
10. Fasilitasi askes pelayanan pada saat
dibutuhkan
11. Berikan informasi berupa alur, leaflet atau
gambar untuk memudahkan pasien
mendapatkan informasi kesehatan
12. Anjurkan keluarga mendapingi pasien selama
fase akut, progresif atau terminal, jika
memungkinkan
23
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Edukasi Kesehatan
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan motivasi prilaku
hidup bersih dansehat
3. Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
5. Berikan kesempatan untuk bertanya
6. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
7. Ajarkan prilaku hidup bersih dan sehat
8. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan prilaku hidup bersih dan sehat
24
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
15
Konstipasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama…x…jam konstipasi pasien teratasi
dengan kriteria hasil :
Eliminasi fekal
1. Kontrol pengeluaran feses meningkat
2. Keluhan defekasi lama dan
sulitmenurun
3. Konsistensi feses membaik
4. Frekuensi defekasi membaik
Manajemen konstipasi
1. Identifikasi faktor risko konstipasi
2. Monitor tanda-tanda ruptur bowel/peritonitis
3. Jelaskan penyebab dan rasionalisasitindakan
pada pasien
4. Lakukan massase abdomen
5. Anjurkan diet (cairan dan serat)
6. Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan
laxative dalam waktu yanglama
7. Kolaborasi penggunaan obat pencahar
16
Menyusu Tidak Efektif
Etiologi :
Fisiologi
1. Ketidakadekuatan suplai ASI
2. Hambatan pada nenonatus
3. Abnormal payudara
4. Ketidakadekuatan reflex oksitosin
5. Payudara bengkak
6. Riwayat operasi payudara
7. Kelahiran kembar
Situasi
1. Tidak rawat gabung
2. Kurang terpapar informasi tentang
pentingnya menyusui dan manfaat
menyusui
Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama …x… jam diharapkan status
menyusui membaik dengan kriteria hasil :
1. Perlekatan bayi pada payudara ibu
meningkat
2. Kemampuan ibu memposisikan
bayi dengan benar meningkat
3. Miksi bayi lebih dari 8 kali/24 jam
meningkat
4. Berat badan bayi meningkat
5. Tetesan/pancaran ASI meningkat
6. Suplai ASI adekuat meningkat
7. Putting tidak lecet setelah 2 minggu
melahirkan meningkat
8. Kepercayaan diri ibu meningkat
Promosi ASI Ekslusif
Observasi
1. Identifikasi kebutuhan laktasi bagi ibupada
antenatal, intranatal, dan post natal
Terapeutik
1. Fasilitasi ibu melakukan IMD
2. Fasilitasi ibu untuk rawat gabung atauroom in
3. Gunakan sendok dan cangkir jika bayibelum
bisa menyusu
4. Dukung ibu menyusui denganmendampingi ibu
selama kegiatan menyusui berlangsung
5. Diskusikan dengan keluarga tentang ASI
ekslusif
6. Siapkan kelas menyusui pada masa prenatal
minimal 2 kali dan periode pasca partum
25
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
3. Kurangnya dukungan keluarga
Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
1. Kelelahan maternal
2. Kecemasan maternal
Objektif :
1. Bayi tidak mampu melekat pada
payudara ibu ASI tidak menetes/
memancar
2. BAK bayi kurang dari 8 kali dalam 24
jam
3. Nyeri dan /lecet terus menerus
setelah minggu kedua
Gejala dan tanda minor
Subjektif : -
Objektif :
1. Intake bayi tidak adekuat
2. Bayi menghisap tidak terus menerus
3. Bayi menangis saat disusui
4. Bayi rewel dan menangis terus dalam
jam-jam pertama setelahmenyusui
5. Menolak untuk menghisap
9. Bayi tidur setelah menyusu meningkat
10. Payudara ibu kosong setelah
menyusui meningkat
11. Intak bayi meningkat
12. Hisapan bayi meningkat
13. Lecet pada putting menurun
14. Kelelahan maternal menurun
15. Kecemasan maternal menurun
16. Bayi rewel
17. Bayi menangis setelah menyusu
minimal 4 kali
Edukasi
1. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
2. Jelaskan pentingnya menyusui di malam hari
untuk mempertahankan dan meningkatkan
produksi ASI
3. Jelaskan tanda-tanda bayi cukup ASI
4. Jelaskan manfaat rawat gabung
5. Anjurkan ibu menyusui sesegera mungkin
setelah melahirkan
6. Anjurkan ibu memberikan nutrisi kepadabayi
hanya dengan ASI
7. Anjurkan ibu menyusui sesering mungkinsetelah
lahir sesuai kebutuhan
8. Anjurkan ibu menjaga produksi ASI dengan
memerah walaupun kondisi bayi atau ibu
terpisah
Konseling Laktasi
Observasi
1. Identifikasi keadaan emosional ibu saatakan
dilakukan konseling menyusui
2. Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui
3. Identifikasi permasalahan yang ibu alami
selama proses menyusui
Terapeutik
1. Gunakan teknik mendengarkan aktif
2. Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang
benar
26
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Edukasi
1. Ajarkan teknik menyusui yang tepat
17
Nyeri akut
Penyebab :
1. Agen pencedra fisiologis (misalnya:
Inflamasi iskemia, neoplasma)
2. Agenpencedera kimiawi (misalnya:
Terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses,
amputasi, prosedur operasi, taruma,
dll)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif : mengeluh nyeri
Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap proaktif (mis. waspada,
posisi menghindari nyeri)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri pada
pasien berkurang dengan kriteria hasil:
Tingkat Nyeri
1. Nyeri berkurang dengan skala 2
2. Pasien tidak mengeluh nyeri
3. Pasien tampak tenang
4. Pasien dapat tidur dengan tenang
5. Frekuensi nadi dalam batas normal
(60-100 x/menit)
6. Tekanan darah dalam batas normal
(90/60 mmHg – 120/80 mmHg)
7. RR dalam batas normal (16-20x/menit)
Kontrol Nyeri
1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
Manajemen nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi factor yang memperingan dan
memperberat nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
6. Identifikasi budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
kualitas hidup pasien
8. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
27
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif : -
Objektif :
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
diaforesisi
dengan menggunakan manajemen
nyeri
2. Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Status Kenyamanan
1. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
9. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
Terapeutik
1. Fasilitasi istirahat tidur
2. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
(missal: suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan).
3. Beri teknik non farmakologis untuk meredakan
nyeri (aromaterapi, terapi pijat, hypnosis,
biofeedback, teknik imajinasi terbimbimbing,
teknik tarik napas dalam dan kompres hangat/
dingin)
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
4. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
18
Nyeri Kronis Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri pada
pasien berkurang dengan kriteria hasil :
Tingkat Nyeri
1. Nyeri berkurang dengan skala 2
2. Pasien tidak mengeluh nyeri
3. Pasien tampak tenang
4. Pasien dapat tidur dengan tenang
5. Frekuensi nadi dalam batas normal
Manajemen nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
4. Identifikasi faktor yang memperingan dan
memperberat nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
28
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
(60-100x/menit)
6. Tekanan darah dalam batas normal
(90/60 mmHg – 120/80mmHg)
7. RR dalam batas normal (16-20x/menit)
Kontrol Nyeri
1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen
nyeri
2. Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Status Kenyamanan
1. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
nyeri
6. Identifikasi budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas
hidup pasien
8. Monitor efek samping penggunaan analgetik
9. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
Terapeutik
1. Berikan teknik non farmakologis untuk
meredakan nyeri (aromaterapi, terapi pijat,
hypnosis, biofeedback, teknik imajinasi
terbimbimbing, teknik tarik napas dalam dan
kompres hangat/ dingin)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
(missal: suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat tidur
Perawatan kenyamanan
Observasi
1. Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan
(mis. Mual, nyeri, gatal,sesak)
2. Identifikasi pemahaman tentang kondisi,
situasi dan perasaannya
Terapeutik
1. Berikan posisi yang nyaman
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman
Edukasi
1. Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan
29
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
terapi/pengobatan
2. Ajarkan terapi relaksasi
3. Ajarkan teknik distraksi dan imajinasi
terbimbing
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesik, antipruritus,
antihistamin, jika perlu
19
Resiko Hipotermia Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama ...x... jam diharapkan klien
terhindar dari resiko hipotermia dengan
kriteria hasil:
Termoregulasi
1. Suhu tubuh bayi dalam
rentang normal (36,5-37,5°C)
2. Warna kulit merah muda
Manajemen Hipotermia
1. Monitor suhu tubuh
2. Monitor nadi dan pernafasan
3. Pertahankan suhu tubuh bayi
4. Selimuti bayi segera setelah lahir
5. Tempatkan bayi baru lahir dalam inkubator
dibawah penghangat sesuai kebutuhan
20
Resiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama ...x... jam diharapkan klien
terhindar dari resiko infeksi dengan
kriteriahasil:
Tingkat Infeksi
1. Integritas Kulit Baik
Pencegahan Infeksi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
3. Lakukan perawatan tali pusat
4. Ajarkan ibu cara cuci tangan dengan benar
5. Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu
30
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
21
Retensi Urine
Penyebab
1. Peningkatan tekanan uretra
2. Kerusakan arkus reflex
3. Blok sfingter
4. Disfungsi neurologis (mis. Trauma,
penyakit saraf)
5. Efek agen farmakologis (mis.atropine,
belladonna, psikotropik, antihistamin,
opiate)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
1. Sensasi penuh pada kandung kemih
Objektif :
1. Disuria atau anuria
2. Distensi kandung kemih
Gejala dan tanda minor
Subjektif : Dribbling
Objektif :
1. Inkontinensia berlebih
2. Residu urine 150 ml atau lebih
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama…x…jam diharapkan masalah
retensi urine membaik dengan kriteria
hasil:
1. Sensasi berkemih meningkat
2. Distensi kandung kemih menurun
3. Berkemih tidak tuntas menurun
4. Volume residu urine menurun
5. Urine menetes (dribbling) menurun
6. Disuria menurun
7. Frekuensi BAK membaik
8. Karakteristik urine membaik
Manajemen Eliminasi Urine
Observasi
1. Identifikasi tanda dan gejala retensi urine
2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi
urine
3. Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi,
konsistensi, aroma, volume dan warna)
Terapeutik
1. Catat waktu dan haluaran berkemih
2. Batasi asupan cairan, jika perlu
Edukasi
1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran
kemih
2. Ajarkan mengukur asupan cairan danhaluaran
urine
3. Ajarkan mengenali tanda berkemih danwaktu
yang tepat untuk berkemih
4. Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot
panggul/berkemih
5. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
6. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat Supositoriauretra
jika perlu
Perawatan Kateter UrineObservasi
1. Monitor kepatenan kateter urine
2. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
31
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
kemih
3. Monitor tanda dan gejala obstruksi aliran urine
4. Monitor kebocoran kateter, selang dan
kantung urine
5. Monitor input dan output cairan (mis.Jumlah
dan karakteristik)
Terapeutik
1. Gunakan teknik aseptic selama perawatan
kateter urine
2. Pastikan kateter dan kantung urine terbebas
dari lipatan
3. Pastikan kantung urine diletakkan di bawah
ketinggian kandung kemih dan tidak di lantai
4. Lakukan perawatan perineal minimal 1x sehari
5. Kosongkan kantung urine jika kantung urine
sudah terisi setengahnya
6. Lepaskan kateter urine sesuai kebutuhan
7. Jaga privasi selama melakukan tindakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur danrisiko
sebelum pemasangan kateter
Perawatan Retensi Urine
Observasi
1. Identifikasi penyebab retensi urine
2. Monitor efek agens farmakologis
3. Monitor intake dan output cairan
4. Monitor tingkat distensi kandung kemih
dengan palpasi atau perkusi
32
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Terapeutik
1. Sediakan privasi untuk berkemih
2. Berikan rangsangan berkemih (mis. Kompres
dingin pada abdomen)
3. Fasilitasi berkemih dengan interval yang
teratur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab retensi urine
2. Anjurkan pasien atau keluarga mencatat
output urine
3. Ajarkan cara melakukan rangsangan berkemih
22
Pencapaian Peran Menjadi Orang Tua
Gejala dan tanda mayor
Objektif :
1. Bounding attachment optiomal
2. Perilaku positif menjadi orangtua
3. Saling berinteraksi dalam merawat
bayi
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
1. Mengungkapkan kepuasan dengan
bayi
Objektif :
1. Melakukan stimulasi visual, taktildan
pendengaran terhadap bayi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama…x…jam diharapkan pencapaian
peran menjadi orang tua membaik
dengan kriteria hasil:
1. Bounding attachment meningkat
2. Perilaku positif menjadi orangtua
meningkat
3. Interaksi perawatan bayi meningkat
4. Verbalisasi kepuasan memiliki bayi
meningkat
5. Kebutuhan fisik anak/anggota keluarga
terpenuhi meningkat
6. Kebutuhan emosi anak atau anggota
keluarga terpenuhi meningkat
7. Keinginan meningkatkan peran
menjadi orang tua meningkat
Promosi Antisipasi Keluarga
Observasi
1. Identifikasi kemungkinan krisis situasi atau
masalah perkembangan serta dampaknya pada
kehidupan keluarga
2. Identifikasi metode pemecahan masalah yang
sering digunakan keluarga
Terapeutik
1. Fasilitasi dalam memutuskan strategi
pemecahan masalah yang dihadapi keluarga
2. Lakukan kunjungan kepada keluargasecara
berkala, jika perlu
3. Buat jadwal aktivitas bersama keluarga terkait
masalah kesehatan yang dihadapi
Edukasi
1. Jelaskan perkembangan dan perilaku yang
normal kepada keluarga
33
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Kolaborasi
1. Kerjasama dengan tenaga kesehatan terkait
lainnya, jika perlu
Edukasi Perawatan bayi
Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik
1. Sediakan materi dan media pendidikan
Kesehatan
2. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan manfaat perawatan bayi
2. Ajarkan memandikan bayi dengan
memperhatikan suhu ruangan 21-24oC dan
dalam waktu 5-10 menit, sehari 2 kali
3. Ajarkan perawatan tali pusat
4. Ajarkan memantau tanda vital bayi 36,5-
37,5oC
5. Anjurkan menjemur bayi sebelum jam 9 pagi
6. Ajarkan pijat bayi
7. Anjurkan segera mengganti popok jika basah
8. Anjurkan penggunaan pakaian bayi dari bahan
katun
9. Anjurkan menyusui sesuai kebutuhan bayi
34
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
23
Pola nafas tidak efektif
Penyebab
1. Depresi pusat pernapasan
2. Hambatan upaya napas
3. Deformitas dinding dada
4. Deformitas tulang dada
5. Gangguan neuromuscular
6. Gangguan neurologis
7. Penurunan energy
8. Obesitas
9. Posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru
10. Sindrom hipoventilasi
11. Kerusakan inervasi diafragma
12. Cedera pada medulla spinalis
13. Efek agen farmakologis
14. Kecemasan
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1. Dyspnea
Objektif
1. Penggunaan otot bantu pernafasan
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola nafas abnormal
Gejala dan tanda minor
Sujektif : Ortopnea
Objektif
1. Pernafasan pursed lips
Respirasi :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
...x... jam, maka pola nafas tidak efektif
menigkat dengankriteria hasil :
1. Penggunaan otot bantu nafas
menurun
2. Dispnea menurun
3. Pemanjangan fase ekspirasi menurun
4. Frekuensi nafas membaik
5. Kedalaman nafas membaik
Manajemen jalan nafas
Observasi
1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
nafas)
2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi)
Terapeutik
1. Posisikan semi fowler
2. Berikan minuman hangat
3. Berikan oksigen
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 200 ml/hari,jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran,mukolitik, jika perlu
Pemantauan respirasi
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
nafas
2. Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul,cheyne-stokes, ataksisk)
3. Monitor saturasi oksigen
4. Auskultasi bunyi nafas
5. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
6. Monitor nilai AGD
7. Monitor hasil x-ray thoraks
35
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
2. Pernapasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
Kondisi klinis terkait
1. Depresi system saraf pusat
2. Cedera kepala
3. Trauma thoraks
4. Gullian bare syndrome
5. Multiple sclerosis
6. Myasthenia gravis
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Intoksikasi alcohol
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
24
Risiko Perdarahan
Faktor Risiko:
1. Aneurisma
2. Gangguan gastrointestinal
3. Gangguan fungsi hati (mis. Sirosis
hepatis)
4. Komplikasi kehamilan (mis. Ketuban
pecah dini, plasenta previa, kehamilan
kembar, dll)
5. Komplikasi pasca partum (mis.Atoni
Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama …x… jam diharapkan Tingkat
perdarahan menurun dengan kriteria
hasil :
1. Kelembapan membarane mukosa
meningkat
2. Kelembapan kulit meningkat
3. Kognitif meningkat
4. Hemoptisis menurun
5. Hematemesis menurun
Pencegahan perdarahan
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
2. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum
dan setelah kehilangan darah
3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
4. Monitor koagulasi (mis. Prothrombin time,
fibrinogen, degradasi fibrin)
Terapeutik
1. Pertahankan bed rest selama perdarahan
36
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
uteri, retensi plasenta)
6. Gangguan koagulasi
7. Efek agen farmakologis
8. Tindakan pembedahan
9. Trauma
10. Kurang terpapar informasi tentang
pencegahan perdarahan
11. Proses keganasan
6. Hematuri menurun
7. Perdarahan anus menurun
8. Distensi abdomen menurun
9. Perdarahan vagina menurun
10. Perdarahan pasca operasi menurun
11. Hemoglobin membaik
12. Hematokrit membaik
13. Tekanan darah membaik
14. Denyut nadi apikal membaik
15. Suhu tubuh membaik
2. Batasi tindakan invasif, jika perlu
3. Gunkan kasur pencegah dekubitus
4. Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2. Anjurkan menggunakan kaus kaki saat
ambulasi
3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
4. Anjurkan menghindari aspirin atau
antikoagulan
5. Anjurkan meningkatkan makanan dan vitaminK
6. Anjurkan segera lapor segera jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
Perawatan area insisi
Observasi
1. Perisa lokasi insisi adanya kemerahan bengkak
atau tanda-tanda dehisen atau eviserasi
2. Monitor penyembuhan area insisi
3. Monitor tanda dan gejaka-gejala infeksi
Terapeutik
1. Bersihkan area insisi dengan pembersihan
yang tepat
37
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
2. Usap area insisi dari area yang bersih menuju
area yang kurang bersih.
3. Berikan salep asepti, jika perlu
Edukasi
1. Ajarkan meminimalkan penekanan pada area
insisi
2. Ajarkan cara merawat area insisi.
25
Risiko perfusi jaringan perifer tidak
efektif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama …x… jam tidak terjadi perfusi
jaringan perifer tidak efektif dengan
kriteria hasil :
Status sirkulasi
Kriteria hasil:
1. Kekuatan nadi mengingkat
2. Tekanan systole dan diastole dalam
rentang yang diharapkan
3. Akral dingin menurun
4. Fatigue menurun
Manajemen sensasi perifer
1. Periksa perbedaan panas atau dingin
2. Monitor perubahan kulit
3. Hindari pemakaian benda-benda yang
berlebihan suhuhnya (terlalu panas/dingin)
4. Anjurkan pemakaian sepatu lembut dan
bertumit rendah
5. Kolaborasi pemberian analgetik
26
Risiko Termoregulasi Tidak Efektif
Penyebab
1. Stimulasi pusat termotergulasi
hipotalamus
2. Fluktuasi suhu lingkungan
3. Proses penyakit (mis. Infeksi)
4. Proses penuaan
5. Dehidrasi
6. Ketidaksesuaian pakaian untuk
suhu lingkungan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama ... x... menit diharapkan suhu
tubuh membaik dengan kriteria hasil :
Termoregulasi
1. Mengigil menurun
2. Suhu tubuh membaik
3. Suhu kulit membaik
4. Takikardi menurun
5. Bradikardi menurun
6. Takipnea menurun
Edukasi pengukuran suhu tubuh
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
2. Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
4. Dokumentasikan hasil pengukuran suhu
5. Jelaskan prosedur pengukuran suhu tubuh
6. Anjurkan terus memegang bahu dan menahan
38
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
7. Peningkatan kebutuhan oksigen
8. Perubahan laju metabolism
9. Suhu lingkungan ekstrem
10. Ketidakadekuatan suplai lemak
subkutan
11. Berat badan ekstrem
12. Efek agen farmakologis
Gejala dan tanda mayor
Objektif
1. Kulit dingin / hangat
2. Menggigil
3. Suhu tubuh fluktuatif
Gejala dan tanda minor
Objektif
1. Piloereksi
2. Pengisian kapiler >3 detik
3. Tekanan darah meningkat
4. Pucat
5. Frekuensi napas meingkat
6. Takikardia
7. Kejang
8. Kulit kemerahan
9. Dasar kuku sianotik
7. Pucat menurun
8. Kejang menurun
9. Hipoksia menurun
10. Tekanan darah membaik
11. Kadar glukosa darah membaik
dada saat pengukuran aksila
7. Ajarkan memilih lokasi pengukuran suhu oral
dan aksila
8. Ajarkan cara meletakkan ujung thermometer
dibawah lidak atau di bagian tengah aksila
9. Ajarkan cara membaca hasil thermometer raksa
dan/atau elektronik
Edukasi termotergulasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
2. Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
4. Berikan kesempatan untuk bertanya
5. Ajarkan kompres hangat bila demam
6. Ajarkan cara pengukuran suhu
7. Anjurkan penggunaan pakaian yang dapat
menyerap keringat
8. Anjurkan tetap memandikan pasien, jika
memungkinkan
9. Anjurkan pemberian antipiretik, sesuaiindikasi
10. Anjurkan menciptakan lingkungan yangaman
11. Anjurkan banyak minum
12. Anjurkan penggunaan pakaian yang longgar
13. Anjurkan minum analgesic jika merasapusing
14. Anjurkan melakukan pemeriksaan darah jika
demam > 3 hari.
39
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
27
Berat Badan Lebih b.d
1. Kurang aktivitas fisik harian
2. Kelebihan konsumsi gula
3. Gangguan kebiasaan makan
4. Gangguan persepsi makan
5. Kelebihan konsumsi alkohol
6. Penggunaan energi kurang dari
asupan
7. Sering mengemil
8. Sering memakan makanan
berminyak/ berlemak
9. Faktor keturunan (misal distribusi
jaringan adiposa, pengeluaran energi,
aktivitas lipase lipoprotein, sintesis
lipid, lipolisis)
10.Penggunaan makanan formula atau
makanan campuran (pada bayi)
11.Asupan kalium rendah (pada anak-
anak)
12.Berat badan bertambah cepat
13.Makanan padat sebagai sumber
makanan utama pada usia <5 bulan
d.d gejala dan tanda
Mayor :
1. IMT >25 kg/m2 (pada dewasa) atau
berat dan panjang badan lebih dari
persentil 95 (anak-anak <2 tahun)
atau IMT pada persentil ke 85-95
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
selama.... jam, maka status berat badan
dalam batas normal dengan kriteria hasil:
1. Berat badan membaik (normal)
2. Tebal lipatan kulit membaik
(berkurang)
3. Indeks massa tubuh (IMT) normal
Konseling Nutrisi
Observasi :
1. Identifikasi kebiasaan makan dan perilaku
makan yang akan diubah
2. Identifikasi kemajuan modifikasi diet secara
reguler
3. Monitor intake dan output cairann nilai Hb,
tekanan darah, kenaikan berat badan, dan
kebiasaan membeli makanan
Terapiutik :
1. Bina hubungan terapiutik
2. Sepakati lama waktu pemberian konseling
3. Tetapkan tujuan jangka pendek dan jangka
panjang yang realistis
4. Gunakan standar nutrisi sesuai program diet
dalam mengevaluasi kecukupan asupan
makanan
5. Pertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan gizi (mis, usia, tahap
pertumbuhan dan perkembangan, penyakit)
Edukasi
1. Informasikan perlunya modifikasi diet
2. Jelaskan program gizi dan persepsi pasien
terhadap diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
1. Rujuk pada ahli gizi
40
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
(pada anak-anak 2-18 tahun)
Minor :
1. Tebal lipatan kulit trisep >25 mm
Manajemen Berat Badan
Observasi :
1. Identifikasi kondisi kesehatan pasien yangdapat
mempengaruhi berat badan
Terapiutik :
1. Hitung berat badan ideal pasien
2. Hitung persentase lemak dan otot pasien
3. Fasilitasi menentukan target berat badanyang
realistis
Edukasi :
1. Jelaskan hubungan antara asupan makanan,
ativitas fisik, penambahan berat badan
penambahan berat badan dan penurunan
berat badan
2. Jelaskan faktor risiko berat badan lebih dan
berat badan kurang
3. Anjurkan mencatat berat badan setiap minggu
4. Anjurkan melakukan pencatatan asupan
makanan, aktivitas fisik dan perubahan berat
badan
28
Risiko berat badan lebih
Faktor risiko :
1. Kurang aktivitas fisik harian
2. Kelebihan konsumsi gula
3. Gangguan kebiasaan makan
4. Gangguan persepsi makan
5. Kelebihan konsumsi alkohol
6. Penggunaan energi kurang dari asupan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
selama ….x…. jam, maka berat badan
dalam batas normal dengan kriteria hasil :
1. Berat badan membaik
2. Tebal liptan kulit berkurang
3. Indeks massa tubuh dalam batas
normal
Edukasi Diet
Observasi :
1. Identifikasi kemampuan pasien dan
keluarga menerima informasi
2. Identifikasi tingkat pengetahuan saat ini
3. Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini dan
masa lalu
4. Identifikasi persepsi pasien dan keluarga
41
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
7. Sering mengemil
8. Sering memakan makanan berminyak/
berlemak
9. Faktor keturunan
tentang diet yang diprogramkan
5. Identifikasi keterbatasan finansial untuk
menyediakan makanan
Terapiutik :
1. Persiapkan materi, media dan alat peraga
2. Jadwalkan waktu yang tepat untuk
memberikan pendidikan kesehatan
3. Berikan kesempatan pasien dan keluarga
berencana
4. Sediakan rencana makan tertulis, jika perlu
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap
kesehatan
2. Informasikan makanan yang
diperbolehkan dan dilarang
3. Informasikan kemungkinan interaksi obatdan
makanan, jika perlu
4. Anjurkan mempertahankan posisi semifowler 20
– 30 menit setelah makan
5. Anjurkan mengganti bahan makanan sesuai
dengan diet yang diprogramkan
6. Anjurkan melakukan olahraga sesuai toleransi
7. Ajarkan cara membaca label dan memilih
makanan yang sesuai
8. Ajarkan cara merencanakan makanan sesuai
program
Kolaborasi :
1. Rujuk ke ahli gizi dan sertakan keluarga
42
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
29
Risiko defisit nutrisi
Faktor risiko :
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (misal, finansial tidak
mencukupi)
6. Faktor psikologis (misal, stres,
keengganan untuk makan)
Risiko defisit nutrisi
Faktor risiko :
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (misal, finansial tidak
mencukupi)
6. Faktor psikologis (misal, stres,
keenggananuntuk makan)
Manajemen Gangguan Makan
Observasi :
1. Monitor asupan dan keluarnya makanandan
cairan serta kebutuhan kalori
Terapiutik :
1. Timbang berat badan secara rutin
2. Diskusikan perilaku makanan dan jumlah
aktivitas fisik (termasuk olahraga) yangsesuai
3. Laukan kontrak perilaku (misal, target berat
badan, tanggungjawab perilaku)
4. Berikan penguatan positif terhadap
keberhasilan target dan perubahan perilaku
5. Berikan konsekuensi jika tidak mencapai
6. target sesuai kontrak Rencanakan program
pengobatan untuk perawatan dirumah
Edukasi :
1. Anjurkan membuat catatan harian tentang
perasaan dan situasi pemicu pengeluaran
makanan (misal, pengeluaran yangdisengaja,
muntah, aktivitas berlebih)
2. Ajarkan pengaturan diet yang tepat
3. Ajarkan keterampilan koping untuk
penyelesaian masalah perilaku makan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat
badan, kebutuhan kalori dan pilihan makanan
43
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
30
Risiko Ketidakseimbangan Cairan
Faktor Risiko
1. Prosedur pembedahan mayor
2. Trauma/ perdarahan
3. Luka bakar
4. Aferesis
5. Asites
6. Obstruksi intestinal
7. Peradangan pankreas
8. Penyakit ginjal dan kelenjar
9. Disfungsi intestinal
Kondisi Klinis Terkait
1. Prosedur pembedahan mayor
2. Penyakit ginjal dan kelenjar
3. Perdarahan
4. Luka bakar
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
selama … x 24 jam maka keseimbangan
cairan meningkat dengan kriteria hasil:
1. Asupan cairan meningkat
2. Haluaran urin meningkat
3. Keseimbangan membran mukosa
4. Asupan makanan meningkat
5. Tidak terjadi Edema
6. Tidak ada Dehidrasi
7. Tekanan darah normal
8. Denyut nadi radial normal
9. Tekanan arteri rata-rata
10. Membran mukosa lembab
11. Mata tidak cekung
12. Turgor kulit < 2 detik
13. Berat badanmeningka
Manajemen Cairan
Observasi
1. Monitor status hidrasi (mis, frekuensi nadi,
kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
kelembaban mukosa, turgor kulit, tekanan
darah)
2. Monitor berat badan harian
3. Monitor berat badan sebelum dan sesudah
dialisis
4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium(mis,
hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urine, BUN)
5. Monitor status hemodinamik (mis, MAP, CVP,
PAP, PCWP jika tersedia)
Terapeutik
1. Catat intake output dan hitungbalance cairan 24
jam
2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik, jikaperlu
Pemantauan Cairan
Observasi
1. Monior frekuensi dan kekuatan nadi
2. Monitor frekuensi napas
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor berat badan
5. Monitor waktu pengisian kapiler
6. Monitor elastisitas turgor kulit
44
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
7. Monitor jumlah, warna dan berat jenisurine
8. Monitor kadar albumin dan protein total
9. Monitor pemeriksaan serum (mis,
osmolaritas serum, hematokrit, natrium,
kalium, BUN)
10. Monitor intake dan output cairan Identifikasi
tanda- tanda hipovolemia (mis, frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
menurun,tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membran mukosa kering, volume
urine menurun, hematokrit meningkat, haus,
lemah, konsentrasi urine meningkat, berat
badan menurun dalam waktu singkat)
11. Identifikasi tanda- tanda hipervolemia (mis,
dispnea, edema perifer, edema anasarka, JVP
menigkat, CVP menigkat,refleks hepatojugular
positif, berat badan menurun dalam waktu
singkat)
12. Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan
cairan (mis, prosedur pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka bakar, aferesis,
obstruksi intestinal, peradangan pankreas,
penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuaidengan
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
45
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
31
Termoregulasi Tidak Efektif
Penyebab :
1. Stimulasi pusat termoregulasi
hipotalamus
2. Fluktuasi suhu lingkungan
3. Proses penualot (mis. Infeksi)
4. Proses penuaan
5. Dehidrasi
6. Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu
lingkungan
7. Peningkatan kebutuhan oksigen
8. Perubahan laju metabolisme
9. Suhu lingkungan ekstrem
10. Ketidakadekuatan suplai lemak
subkutan
11. Berat badan ekstrem
12. Efek agen farmakologis (mis. Sedasi)
Gejala dan Tanda Mayor:
Subjektif : -
Objektif
1. Kulit dingin / hangat
2. Menggigil
3. Suhu tubuh fluktuatif
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : -
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama ... x 24 jam. Diharapkan
termoregulasi tidak efektif pasien dapat
teratasi dengan kriteria hasil :
Termoregulasi
1. Pasien tidak menggigil
2. Wajah pasien tidak pucat
3. Pasien tidak kejang
4. Tidak ada kulit kemerahan
5. Suhu tubuh pasien normal
6. Tekanan darah normal
Regulasi Temperatur
Observasi
1. Monitor suhu tubuh anak sampai stabil (36,5°C
– 37,5°C)
2. Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika
Perlu
3. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan
dan nadi
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor dan catat tanda dan gejala
hipotermia dan hipertermia
Terapeutik
1. Pasang alat pemantau suhu kontinu, jikaperlu
2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat
3. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien
Edukasi
1. Jelaskan cara pencegahan hipotermia karena
terpapar udara dingin
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu.
46
NO Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Objektif :
1. Piloreksi
2. Pengisian kapiler > 3 detik
3. Taknan darah meningkat
4. Pucat
5. Frekuensi napas meningkat
6. Takikardia
7. Kejang
8. Kulit kemerahan
9. Dasar kuku sianosis
Pemantauan Cairan
Observasi
1. Monitor Nadi, RR dan TD
2. Monitor berat badan
3. Monitor elastisitas atau turgor kulit
4. Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
5. Monior intake dan output cairan
6. Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan
cairan
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantuan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
47

More Related Content

What's hot

Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
pjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan Infeksi
Amee Hidayat
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
nanang aw aw
 
Lp defisit perawatan diri
Lp defisit perawatan diriLp defisit perawatan diri
Lp defisit perawatan diri
ekasafitri55
 
Sp isolasi sosial
Sp isolasi sosialSp isolasi sosial
Sp isolasi sosial
DiniHadianingsih
 
Tipe keluarga
Tipe keluargaTipe keluarga
Tipe keluarga
budi-waluyo25
 
Lk
LkLk
Lp tb paru
Lp tb paruLp tb paru
Lp tb paru
Yabniel Lit Jingga
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfﱞﱞ ﱞﱞ ﱞﱞ
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brTeye Onti
 
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Sinta Sari
 
Pengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaPengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaNs.Heri Saputro
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitas
LSIM
 
Diagnosa keperawatan dan kasus
Diagnosa keperawatan dan kasusDiagnosa keperawatan dan kasus
Diagnosa keperawatan dan kasusRirinisahawaitun
 
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutikMateri buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON
 
asuhan-keperawatan-tiroid
asuhan-keperawatan-tiroidasuhan-keperawatan-tiroid
asuhan-keperawatan-tiroid
Masben27
 
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien AnemiaAsuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
andalizah
 

What's hot (20)

Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan Infeksi
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Lp defisit perawatan diri
Lp defisit perawatan diriLp defisit perawatan diri
Lp defisit perawatan diri
 
Sp isolasi sosial
Sp isolasi sosialSp isolasi sosial
Sp isolasi sosial
 
Tipe keluarga
Tipe keluargaTipe keluarga
Tipe keluarga
 
Lk
LkLk
Lk
 
Lp tb paru
Lp tb paruLp tb paru
Lp tb paru
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
 
Pengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaPengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan Keluarga
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitas
 
Diagnosa keperawatan dan kasus
Diagnosa keperawatan dan kasusDiagnosa keperawatan dan kasus
Diagnosa keperawatan dan kasus
 
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutikMateri buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
 
Sp rpk
Sp rpkSp rpk
Sp rpk
 
Askep febris AKPER PEMDA MUNA
Askep febris AKPER PEMDA MUNA Askep febris AKPER PEMDA MUNA
Askep febris AKPER PEMDA MUNA
 
asuhan-keperawatan-tiroid
asuhan-keperawatan-tiroidasuhan-keperawatan-tiroid
asuhan-keperawatan-tiroid
 
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien AnemiaAsuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
 
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
 

Similar to KUMPULAN SDKI SLKI SIKI TERBARU.docx

Kumpulan-Sdki-Slki-Siki.doc
Kumpulan-Sdki-Slki-Siki.docKumpulan-Sdki-Slki-Siki.doc
Kumpulan-Sdki-Slki-Siki.doc
MuslihUdin14
 
Rencana asuhan keperawatan stroke (cva)
Rencana asuhan keperawatan stroke (cva)Rencana asuhan keperawatan stroke (cva)
Rencana asuhan keperawatan stroke (cva)ningrumwahyusetyowati
 
Diagnosa.pdf
Diagnosa.pdfDiagnosa.pdf
Diagnosa.pdf
HermanPitayadi
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary survey
Ira Rahmawati
 
Kak phbs pesantren
Kak phbs pesantrenKak phbs pesantren
Kak phbs pesantren
Nurlaela54
 
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal
pjj_kemenkes
 
Membangun Homecare menuju enterpreneurship terkait perawatan pasien stroke di...
Membangun Homecare menuju enterpreneurship terkait perawatan pasien stroke di...Membangun Homecare menuju enterpreneurship terkait perawatan pasien stroke di...
Membangun Homecare menuju enterpreneurship terkait perawatan pasien stroke di...
JufrikaGusni
 
askep gangguan pola napas tidak efektif.pptx
askep gangguan pola napas tidak efektif.pptxaskep gangguan pola napas tidak efektif.pptx
askep gangguan pola napas tidak efektif.pptx
NurFitriApriliani
 
TEORI_DAN_MODEL_KONSEP_KEPERAWATAN_ppt.ppt
TEORI_DAN_MODEL_KONSEP_KEPERAWATAN_ppt.pptTEORI_DAN_MODEL_KONSEP_KEPERAWATAN_ppt.ppt
TEORI_DAN_MODEL_KONSEP_KEPERAWATAN_ppt.ppt
ferdiriansyah4
 
Pedoman praktikum 1 kdk 1
Pedoman praktikum 1 kdk 1Pedoman praktikum 1 kdk 1
Pedoman praktikum 1 kdk 1
pjj_kemenkes
 
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakitModul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
pjj_kemenkes
 
darwin CG.pptx
darwin CG.pptxdarwin CG.pptx
darwin CG.pptx
IdaNainggolan
 
Standar asuhan keperawatan
Standar asuhan keperawatanStandar asuhan keperawatan
Standar asuhan keperawatan
Sulistia Rini
 
Asuhan keperawatan istirahat & tidur
Asuhan keperawatan istirahat & tidurAsuhan keperawatan istirahat & tidur
Asuhan keperawatan istirahat & tidurmuhammad isra
 
Intervensi askep icu revisi.docx
Intervensi askep icu revisi.docxIntervensi askep icu revisi.docx
Intervensi askep icu revisi.docx
MerryAja
 
Keperluan eliminasi
Keperluan eliminasiKeperluan eliminasi
Keperluan eliminasi
Muhammad Nasrullah
 
PPT SEMINAR ANAK ASUHAN KEPERAWATAN RESPIRATOTY DISTRESS SYNDROM.pptx
PPT SEMINAR ANAK ASUHAN KEPERAWATAN RESPIRATOTY DISTRESS SYNDROM.pptxPPT SEMINAR ANAK ASUHAN KEPERAWATAN RESPIRATOTY DISTRESS SYNDROM.pptx
PPT SEMINAR ANAK ASUHAN KEPERAWATAN RESPIRATOTY DISTRESS SYNDROM.pptx
nurulfaizah274930
 
Satuan Acara Penyuluhan Nafas Dalam dan Batuk Efektif
Satuan Acara Penyuluhan Nafas Dalam dan Batuk EfektifSatuan Acara Penyuluhan Nafas Dalam dan Batuk Efektif
Satuan Acara Penyuluhan Nafas Dalam dan Batuk Efektif
HeravFebrianto
 

Similar to KUMPULAN SDKI SLKI SIKI TERBARU.docx (20)

Kumpulan-Sdki-Slki-Siki.doc
Kumpulan-Sdki-Slki-Siki.docKumpulan-Sdki-Slki-Siki.doc
Kumpulan-Sdki-Slki-Siki.doc
 
Konsep asuhan keperawatan
Konsep asuhan keperawatanKonsep asuhan keperawatan
Konsep asuhan keperawatan
 
Rencana asuhan keperawatan stroke (cva)
Rencana asuhan keperawatan stroke (cva)Rencana asuhan keperawatan stroke (cva)
Rencana asuhan keperawatan stroke (cva)
 
Diagnosa.pdf
Diagnosa.pdfDiagnosa.pdf
Diagnosa.pdf
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary survey
 
Kak phbs pesantren
Kak phbs pesantrenKak phbs pesantren
Kak phbs pesantren
 
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal
 
Membangun Homecare menuju enterpreneurship terkait perawatan pasien stroke di...
Membangun Homecare menuju enterpreneurship terkait perawatan pasien stroke di...Membangun Homecare menuju enterpreneurship terkait perawatan pasien stroke di...
Membangun Homecare menuju enterpreneurship terkait perawatan pasien stroke di...
 
askep gangguan pola napas tidak efektif.pptx
askep gangguan pola napas tidak efektif.pptxaskep gangguan pola napas tidak efektif.pptx
askep gangguan pola napas tidak efektif.pptx
 
TEORI_DAN_MODEL_KONSEP_KEPERAWATAN_ppt.ppt
TEORI_DAN_MODEL_KONSEP_KEPERAWATAN_ppt.pptTEORI_DAN_MODEL_KONSEP_KEPERAWATAN_ppt.ppt
TEORI_DAN_MODEL_KONSEP_KEPERAWATAN_ppt.ppt
 
Pedoman praktikum 1 kdk 1
Pedoman praktikum 1 kdk 1Pedoman praktikum 1 kdk 1
Pedoman praktikum 1 kdk 1
 
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakitModul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
 
darwin CG.pptx
darwin CG.pptxdarwin CG.pptx
darwin CG.pptx
 
Standar asuhan keperawatan
Standar asuhan keperawatanStandar asuhan keperawatan
Standar asuhan keperawatan
 
Asuhan keperawatan istirahat & tidur
Asuhan keperawatan istirahat & tidurAsuhan keperawatan istirahat & tidur
Asuhan keperawatan istirahat & tidur
 
Intervensi askep icu revisi.docx
Intervensi askep icu revisi.docxIntervensi askep icu revisi.docx
Intervensi askep icu revisi.docx
 
Keperluan eliminasi
Keperluan eliminasiKeperluan eliminasi
Keperluan eliminasi
 
PPT SEMINAR ANAK ASUHAN KEPERAWATAN RESPIRATOTY DISTRESS SYNDROM.pptx
PPT SEMINAR ANAK ASUHAN KEPERAWATAN RESPIRATOTY DISTRESS SYNDROM.pptxPPT SEMINAR ANAK ASUHAN KEPERAWATAN RESPIRATOTY DISTRESS SYNDROM.pptx
PPT SEMINAR ANAK ASUHAN KEPERAWATAN RESPIRATOTY DISTRESS SYNDROM.pptx
 
Satuan Acara Penyuluhan Nafas Dalam dan Batuk Efektif
Satuan Acara Penyuluhan Nafas Dalam dan Batuk EfektifSatuan Acara Penyuluhan Nafas Dalam dan Batuk Efektif
Satuan Acara Penyuluhan Nafas Dalam dan Batuk Efektif
 
Ida jean orlando
Ida jean orlandoIda jean orlando
Ida jean orlando
 

Recently uploaded

Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan txPRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
rrherningputriganisw
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
ResidenUrologiRSCM
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 

Recently uploaded (20)

Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan txPRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 

KUMPULAN SDKI SLKI SIKI TERBARU.docx

  • 1. 1
  • 2. 2 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 1 Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...... x24 jam diharapakan kecemasan menurun atau pasien dapat tenang dengankriteria : SLKI : Tingkat ansietas 1. Menyingkirkan tanda kecemasaan. 2. Tidak terdapat perilaku gelisah 3. Frekuensi napas menurun 4. Frekuensi nadi menurun 5. Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas. 6. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas. 7. Konsentrasi membaik 8. Pola tidur membaik Dukungan sosial 1. Bantuan yang ditawarkan oleh orang lain meningkat Reduksi ansietas 1. Tanda ansietas 2. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan 3. Pahami situasi yang membuat ansietas 4. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang 5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi 6. Anjurkan keluarga untuk selalu disamping dan mendukung pasien 7. Latih teknik relaksasi 2 Bersihan jalan napas tidak efektif Definisi : Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksidari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas. Batasan Karakteristik: 1. Batuk yang tidak efektif 2. Dispnea 3. Gelisah Status pernapasan: kepatenan jalan napas 1. Frekuensi pernafasan (5) tidak ada deviasi dari kisaran normal. 2. Irama pernafasan (5) tidak ada deviasi dari kisaran normal. 3. Kedalaman inspirasi(5) tidak ada deviasi dari kisaran normal. 4. Kemampuan untuk mengeluarkan Manajemen Jalan Napas 1. Monitor pola napas (frekuensi,kedalaman, usaha napas) 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing, ronkhikering) 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) 4. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head tilt dan chin lift (jaw thrust) jika curiga trauma servikal 5. Posisikan semi fowler atau fowler
  • 3. 3 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 4. Kesulitan verbalisasi 5. Mata terbuka lebar 6. Ortopnea 7. Penurunan bunyi nafas 8. Perubahan frekuensi nafas 9. Perubahan pola nafas 10. Sianosis 11. Sputum dalam jumlah yang berlebih 12. Suara napas tambahan 13. Tidak ada batuk Faktor yang berhubungan 1. Lingkungan 2. Perokok 3. Perokok pasif 4. Terpajan asap Obstruksi jalan nafas 1. Adanya jalan napas buatan 2. Benda asing dalam jalan napas 3. Eksudat dalam alveoli 4. Hyperplasia pada dinding bronkus 5. Mucus berlebih 6. Penyakit paru obstruktif kronis 7. Sekresi yang tertahan 8. Spasme jalan napas Fisiologi 1. Asma 2. Disfungsi neuromuscular secret (5) tidak ada deviasi dari kisaran normal. 5. Suara nafas tambahan (5) tidak ada. 6. Pernafasan cuping hidung (5) tidak ada. 7. Penggunaan otot bantu nafas (5)tidak ada. 8. Batuk (5) tidak ada. 6. Berikan minum hangat 7. Lakukan fisioterapi dada 8. Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik 9. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal 10. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep Mcgill 11. Berikan oksigen 12. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak kontraindikasi 13. Ajarkan teknik batuk efektif 14. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik Latihan Batuk Efektif 1. Identifikasi kemampuan batuk 2. Monitor adanya retensi sputum 3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas 4. Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan karakteristik) 5. Atur posisi semi fowler atau fowler 6. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien 7. Buang secret pada tempat sputum 8. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif 9. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik ditahan selama 2 detik kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detiik 10. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga
  • 4. 4 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 3. Infeksi 4. Jalan napas alergik 3 kali 11. Anjurkan batuk dengan kuat langsungsetelah tarik napas dalam yang ke-3 12. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu Terapi Oksigen 1. Monitor kecepatan aliran oksigen 2. Monitor posisi alat terapi oksigen 3. Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang diberikan cukup 4. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis oksimetri, analisa gas darah) 5. Monitor kemampuan melepaskan oksigensaat makan 6. Monitor tanda-tanda hipoventilasi 7. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis 8. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen 9. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen 10. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu 11. Pertahankan kepatenan jalan napas 12. Siapkan dan atur peralatan pemberianoksigen 13. Berikan oksigen tambahan, jika perlu 14. Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi 15. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
  • 5. 5 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dengan tingkat mobilitas pasien 16. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah 17. Kolaborasi penentuan dosis oksigen 18. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan atau tidur 3 Defisit Pengetahuan Penyebab 1. Keterbatasan kognitif 2. Gangguan fungsi kognitif 3. Kekeliruan mengikuti anjuran 4. Kurang terpapar informasi 5. Kurang minat dalam belajar 6. Kurang mampu mengingat 7. Ketidaktahuan menemukan sumber informasi Gejala dan tanda mayor Subjektif : 1. Menanyakan masalah yang dihadapi 2. Objektif : 3. Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran 4. Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah Gejala dan tanda minor Subjektif : - Objektif : 1. Menjalani pemeriksaan tidak tepat Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… jam diharapkan tingkat pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil : 1. Perilaku sesuai anjuran meningkat 2. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat 3. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat 4. Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai topik meningkat 5. Perilaku sesuai dengan pengetahuan 6. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun 7. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun 8. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat menurun 9. Perilaku membaik Edukasi Menyusui Observasi 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2. Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui Terapeutik 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya 4. Dukung ibu meningkatkan kepercayaandiri dalam menyusui 5. Libatkan sistem pendukung : suami, keluarga, tenaga kesehatan dan masyarakat Edukasi 1. Berikan konseling menyusui 2. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi 3. Ajarkan 4 posisi menyusui dan perlekatan dengan benar
  • 6. 6 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 2. Menunjukkan perilaku berlebihan 4. Ajarkan perawatan payudara antepartum dengan mengkompres dengan kapas yangtelah diberikan minyak kelapa 5. Ajarkan perawatan payudara post partum (Mis memerah ASI, pijat payudara, pijatoksitosin) 4 Defisit perawatan diri Penyebab : 1. Gangguan musculoskeletal 2. Gangguan neuromuskuler 3. Kelemahan 4. Gangguan psikologis dan/psikotik 5. Penurunan motivasi/minat Gejala dan tanda mayor Subjektif : 1. Menolak melakukan perawatan diri Objektif : 1. Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ketoilet/ berhias secara mendiri 2. Minat melakukan perawatan diri kurang Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… jam diharapkan perawatan diri meningkat dengan kriteria hasil : 1. Kemampuan mandi meningkat 2. Kemampuan mengenakan pakaian meningkat 3. Kemampuan makan meningkat 4. Kemampuan ke toiliet (BAB/BAK) meningkat 5. Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri meningkat 6. Minat melakukan perawatan diri meningkat 7. Mempertahankan kebersihan diri meningka 8. Mempertahankan kebersihan mulut Dukungan Perawatan Diri Observasi 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia 2. Monitor tingkat kemandirian 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, danmakan Terapeutik 1. Sediakan lingkungan terapeutik (suasana hangat, rileks, provasi) 2. Siapkan keperluan pribadi 3. Damping dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri 4. Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan 5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidakmampu melakukan perawatan diri 6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri Edukasi 1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
  • 7. 7 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 5 Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x…jam gangguan citra tubuh pasien teratasi dengan kriteria hasil : SLKI : Citra tubuh 1. Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun 2. Fokus pada penampilan masa lalu menurun 3. Hubungan sosial membaik Harga diri 1. Penilaian diri positif meningkat 2. Perasaan malu menurun Promosi citra tubuh 1. Monitor frekuensi mengkritik dirinya 2. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya 3. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri 4. Jelaskan kepada keluarga tentangperawatan dan perubahan citra tubuh 5. Latih peningkatan penampilan diri Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun kelompok 6 Gangguan eliminasi urin Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x… jam, diharapkan gangguan eliminasi urin yang dirasakan pasien berkurang dengan kriteria hasil : SLKI : Eliminasi urin 1. Sensasi berkemih meningkat 2. Distensi kandung kemih meningkat 3. Berkemih tidak tuntas menurun Kontinensia urin 1. Kemampuan berkemih meningkat 2. Residu volume setelah berkemih menurun Perawatan Retensi Urine a. Monitor tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi b. Berikan rangsangan berkemih (kompres dingin pada abdomen) c. Jelaskan penyebab retensi urine d. Ajarkan cara melakukan rangsangan berkemih
  • 8. 8 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 7 Ganggguan pertukaran gas Penyebab 1. Ketidakseimbangan ventilasi perfusi 2. Penurunan membrane alveolus- kapiler Gejala dan tanda : Mayor Subjektif 1. Dyspnea Objektif 1. PCO2 meningkat/ menurun 2. PO2 menurun 3. Takikardia 4. pH arteri meningkat/menurun 5. Bunyi napas tambahan Minor Subjektif 1. Pusing 2. Penglihatan kabur Objektif 1. Sianosis 2. Diaphoresis 3. Gelisah 4. Napas cuping hidung 5. Pola nafas abnormal 6. Warna kulit abnormal 7. Kesadaran menurun Respirasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan ….. x…. jam, maka Gangguan pertukaran gas meningkat dengan kriteria hasil : 1. Dispnea menurun 2. Bunyi nafas tambahan menurun 3. Gelisah menurun 4. PCO2 membaik 5. PO2 membaik 6. Takikardia membaik 7. pH arteri membaik Respirasi Pemantauan respirasi Observasi 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas 2. Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, ataksisk) 3. Monitor saturasi oksigen 4. Auskultasi bunyi nafas 5. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru 6. Monitor nilai AGD 7. Monitor hasil x-ray thoraks Terapeutik 1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien 2. Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu Terapi oksigen Observasi 1. Monitor kecepatan aliran oksigen 2. Monitor alat terapi oksigen 3. Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang diberikan cukup 4. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. Oksimetri, AGD), jika perlu
  • 9. 9 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 5. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat Kondisi klinis terkait 1. PPOK makan 6. Monitor tanda tanda hipoventilasi 2. GJK 7. Monitor tanda dan gejala toksikasioksigen dan 3. Asma atelektasis 4. Pneumonia 8. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi 5. Tuberkulosis paru oksigen 6. Penyakit membrane hialin 9. Monitor integritas mukosa hidung akibat 7. Asfiksia pemasangan oksigen 8. PPHN Terapeutik 9. Prematuritas 1. Bersihkan secret pada mulut, hidung,dan 10. Infeksi saluran nafas trakea, jika perlu 2. Siapkan dan atur peralatan pemberianoksigen 3. Berikan oksigen tambahan, jika perlu 4. Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi 5. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien Edukasi 1. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah Kolaborasi 1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen 2. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
  • 10. 10 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 8 Hipertermia Penyebab 1. Dehidrasi 2. Terpapar lingkungan panas 3. Proses penyakit (mis. Infeksi dan kanker) 4. Ketidaksesuaian pakaian dengansuhu lingkungan 5. Peningkatan laju metabolissme 6. Respon trauma 7. Aktivitas berlebih 8. Penggunaan incubator Gejala dan tanda : Mayor Subyektif : - Obyektif 1. Suhu tubuh diatas nilai normal Minor Subyektif : - Obyektif 1. Kulit merah 2. Kejang 3. Takardi 4. Tachipnea 5. Kulit terasa hangat Kondisi Klinis Terkait 1. Proses infeksi 2. Hipertiroid Termoregulasi Setelah dilakukan intervensi selama ….x…… jam, maka hipertermia menurun dengan keriteria hasil : 1. Menggigil menurun 2. Tidak tampak kulit yang memerah 3. Tidak ada kejang 4. Tidak tampakAkrosianosis 5. Konsumsi oksigen menurun 6. Piloereksi menurun 7. Idak tampak pucat 8. Tidak terdapat takikardia 9. Tidak tampak takipnea 10. Tidak terdapat bradikardia 11. Tidak ada hipoksia 12. Suhu tubuh membaik 13. Suhu kulit membaik 14. Kadar glukosa membaik Nyeri dan Kenyamanan Manajemen Nyeri Observasi 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. Identifikasi skala nyeri 3. Identifikasi respons nhyeri nonverbal 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri 5. Identifikasi pengetahuan dankeyakinan tentang nyeri 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudahdiberikan 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri 2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri 3. Fasilitasi istirahat dan tidur 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
  • 11. 11 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 3. Stroke 4. Dehidrasi 5. Trauma 6. Prematuritas 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri 4. Anjurkan menggunakan analgetic secara tepat 5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian analgetik, jikaperlu Terapi relaksasi Observasi 1. Identifikasi penurunan energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengangu kemampuan kognitif 2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan 3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya 4. Monitor respons terhadap terapi relaksasi Terapeutik 1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tenang tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruangannyaman, jika memungkinkan 2. Gunakan pakaian longgar 3. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama 4. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atautindakan medis lain, jika sesuai
  • 12. 12 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edukasi 1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia 2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih 3. Anjurkan mengambil posisi nyaman 4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi 5. Anjurkan sering mengulamgi atau melatih teknik yang dipilih 6. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi 9 Hipovolemia Penyebab : 1. Kehilangan cairan aktif 2. Kegagalan mekanisme regulasi 3. Peningkatan permiabelitas kapiler 4. Kekurangan intake cairan 5. Evaporasi Gejala dan tanda Mayor Subjektif : - Objektif : 1. Frekuensi nadi meningkat 2. Nadi teraba lemah 3. Tekanan darah menurun 4. Tekanan darah menyempit 5. Turgor kulit menurun 6. Membrane mukosa kering 7. Volume urin menurun Setelah diberikan intervensi selama …x….jam maka status cairan membaik, dengan kriteria hasil : 1. Kekuatan nadi meningkat 2. Turgor kulit meningkat 3. Ortopnea menurun 4. Dyspnea menurun 5. Frekuensi nadi membaik 6. Tekanan darah membaik 7. Tekanan nadi membaik 8. Membrane mukosa membaik 9. Kadar hb membaik 10. Kadar ht membaik 11. Intake cairan membaik Manajemen hypovolemia Observasi 1. Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi terba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urin menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah) 2. Monitor intake dan output cairan Terapeutik 1. Hitung kebutuhan cairan 2. Berikan posisi mified tredelenburg 3. Berikan asupan cairan oral Edukasi 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral 2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
  • 13. 13 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 8. Hematocrit meningkat Minor Subjektif 1. Merasa lemah 2. Mengeluh haus Objektif 1. Pengisian vena menurun 2. Status mental berubah Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian cairan IVisotonis (mis. NaCl, RL) 2. Kolaborasi pemberiancairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%) 3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate 4. Kolaborasi pemberian produk darah Manajemen syok hypovolemia Observasi 1. Monitor status kardiopulmogonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi nafas, TD, MAP) 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD) 3. Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT) 4. Periksa tingkat kesadarajndan responpupil 5. Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS (deformity/ deformitas, open wound/luka terbuka, tenderness/nyeri tekan, swelling/bengkak Terapeutik 1. Pertahankan jalan nafas paten 2. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94% 3. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
  • 14. 14 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 4. Lakukan penekanan langsung (direct pressure) pada perdarahan eksternal 5. Berikan posisi syok (modified tredelenberg) 6. Pasang jalur IV berukuran besar (mis.14 atau 16) 7. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine 8. Pasang selang nasogastric untuk dekompresi lambung 9. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1-2 L pada dewasa 2. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 mL/kgBB pada anak 3. Kolaborasi pemberian transfuse darah jika perlu
  • 15. 15 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 10 Risiko hipovolemia Faktor risiko 1. Kehilangan cairan secara aktif 2. Gangguan absorbs cairan 3. Usia lanjut 4. Kelebihan berat badan 5. Status hipermetabolik 6. Kegagalan mekanisme regulasi 7. Evaporasi 8. Kekurangan intake cairan 9. Efek agen farmakologis Kondisi klinis terkait 1. Penyakit Addison 2. Trauma/perdarahan 3. Luka bakar 4. AIDS 5. Penyait Crohn 6. Muntah 7. Diare 8. Colitis ulseratif Setelah diberikan intervensi selama …x…. jam maka status cairan membaik, dengan kriteria hasil : 1. Kekuatan nadi meningkat 2. Turgor kulit meningkat 3. Ortopnea menurun 4. Dyspnea menurun 5. Frekuensi nadi membaik 6. Tekanan darah membaik 7. Tekanan nadi membaik 8. Membrane mukosa membaik 9. Kadar hb membaik 10. Kadar ht membaik 11. Intake cairan membaik Manajemen hypovolemia Observasi 1. Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi terba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urin menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah) 2. Monitor intake dan output cairan Terapeutik 1. Hitung kebutuhan cairan 2. Berikan posisi mified tredelenburg 3. Berikan asupan cairan oral Edukasi 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral 2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL) 2. Kolaborasi pemberiancairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl0,4%) 3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate 4. Kolaborasi pemberian produk darah
  • 16. 16 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Pemantauan cairan Observasi 1. Monitor rekuensi dan kekuatan nadi 2. Monitor frekuensi napas 3. Monitor tekanan darah 4. Monitor berat badan monitor waktu pengisian kapiler 5. Monitor turgor kulit 6. Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine 7. Monitor kadar albumin dan protein total 8. Monitor hasil pemeriksaan urine 9. Monitor intake dan output cairan 10. Identifikasi tanda-tanda hypovolemia 11. Identifikasi factor risiko ketidakseimbangan cairan Terapeutik 1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien 2. Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi 1. Jelaskan tujuan dan prosedurpemantauan 2. Informasikan hasil pemantauan, jikaperlu
  • 17. 17 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 11 Hipervolemia Penyebab 1. Gangguan mekanisme regulasi 2. Kelebihan asupan cairan 3. Kelebihan asupan natrium 4. Gangguan aliran balik vena 5. Efek agen farmakologis Gejala dan tanda mayor Subjektif 1. Ortopnea 2. Dyspnea 3. Paroxysmal nocturnal dyspnea Objektif 1. Edema anasarka dan/atau edema perifer 2. Berat badan meningkat dalam waktu sinngkat 3. JVP atau CVP 4. Reflek hepatojugular positif Gejala dan Tanda Minor Subjektif (tidak tersedia) Objektif 1. Distensi vena jugularis 2. Terdengar suara nafas tambahan 3. Hepaotomegali 4. Kadar Hb/Ht turun 5. Oliguria 6. Intake lebih banyak dari output Setelah diberikan intervensi selama …x…. jam maka keseimbangan cairan meningkat, dengan kriteria hasil : 1. Asupan cairan meningkat 2. Haluaran urine meningkat 3. Kelembaban membrane mukosa meningkat 4. Edema menurun 5. Dehidrasi menurun 6. Tekanan darah membaik 7. Denyut nadi membaik 8. Membrane mukosa membaik 9. Berat badan membaik Manajemen hypervolemia Observasi 1. Periksa tanda dan gejala hypervolemia 2. Identifikasi penyebab hypervolemia 3. Monitor status hemodinamik 4. Monitor intake dan output cairan 5. Monitor tanda hemokonsentrasi 6. Monitor tanda peningkatan tekananonkotik plasma 7. Monitor kecepatan infus secara ketat 8. Monitor efek samping diuretic Terapeutik 1. Timbang berat badan setiap hari padawaktu yang sama 2. Batasi asupan cairan dan garam 3. Tinggikan keoala tempat tidur 30-40o Edukasi 1. Anjurkan melapor jika haluaran urine <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam 2. Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg dalam sehari 3. Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan ajarkan cara membatasi cairan Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian diuretic 2. Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic
  • 18. 18 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 7. Kongesti paru Kondisi klinis terkait 1. Penyakit ginjal 2. Hipoalbuminemia 3. Kolaborasi pemberian CRRT, bila perlu Pemantauan cairan Observasi 1. Monitor rekuensi dan kekuatan nadi 2. Monitor frekuensi napas 3. Monitor tekanan darah 4. Monitor berat badan monitor waktu pengisian kapiler 5. Monitor turgor kulit 6. Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine 7. Monitor kadar albumin dan proteintotal 8. Monitor hasil pemeriksaan urine 9. Monitor intake dan output cairan 10. Identifikasi tanda-tanda hipervolemia 11. Identifikasi factor risiko ketidakseimbangan cairan Terapeutik 1. Atur interval waktu pemantauan sesuaidengan kondisi pasien 2. Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 2. Informasikan hasil pemantauan, jikaperlu
  • 19. 19 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 12 Kesiapan Persalinan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x… jam, diharapkan kesiapan persalinan dapat teratasi dengan kriteria hasil : SLKI Status antepartum 1. Kelekatan emosional dengan janin meningkat 2. Koping dengan ketidaknyamanan kehamilan menurun Tingkat pengetahuan 1. Perilaku sesuai anjuran meningkat 2. Perilaku sesuai pengetahuan meningkat 3. Perilaku keliru terhadap masalah menurun Perawatan Kehamilan Trimester Ketiga 1. Memonitor tanda-tanda vital 2. Timbang berat badan ibu 3. Umur tinggi fundus 4. Periksa denyut jantung janin 5. Anjurkan menghindari kelelahan Edukasi Persalinan 1.Identifikasi tingkat pengetahuan 2. Identifikasi pemahaman ibu tentang persalinan 3. Siapkan materi dan media Pendidikan kesehatan 4. Berikan kesempatan untuk bertanya 5. Jelaskan metode persalinan yang ibu inginkan 6. Jelaskan persiapan dan tempat persalinan 7. Anjurkan ibu mengikuti kelas ibu hamil pada usia kehamilan lebih dari 36 minggu 8. Ajarkan teknik relaksasi untuk meredakan kecemasan dan ketidaknyamanan persalinan
  • 20. 20 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 13 Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan Gejala dan tanda mayor Subjektif 1. Mengekspresikan keinginan untuk mengelola masalah kesehatan dan pencegahannya Objektif 1. Pilihan hidup sehari-hari tepat untuk memenuhi tujuan program kesehatan Gejala dan tanda minor Subjektif 1. Mengekspresikan tidak adanya hambatan yang berarti dalam mengintegrasikan program yang ditetapkan untuk mengatasi masalah kesehatan 2. Menggambarkan berkurangnya faktor risiko terjadinya masalah kesehatan Objektif 1. Tidak ditemukan adanya gejala masalah kesehatan atau penyakit yang tidak terduga Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... x ... menit diharapakan manajemen kesehatan meningkat dengan kriteria hasil : 1. Melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko meningkat 2. Aktivitas sehari-hari efektif memenuhi tujuan kesehatan meningkat Bimbingan Antisipatif 1. Identifikasi metode penyelesaian masalahyang biasa digunakan 2. Identifikasi kemungkinan perkembangan atau krisis situasional yang akan terjadi serta dampaknya pada anak dan keluarga 3. Jadwalkan kunjungan pada setiap tahap perkembangan anak (jadwal imunisasi, rutin mengukur BB dan PB anak) 4. Berikan referensi baik cetak ataupun elektronik (tentang penyakit polio dan jadwal imunisasi) 5. Jelaskan perkembangan dan perilaku normal pada anak Edukasi Kesehatan 1. Identifikasi ibu atau untuk kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2. Identifikasi faktor – faktor ibu yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi mengetahui tentang penyakit 3. Berikan kesempatan ibu untuk bertanya 4. Jelaskan pada ibu faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan anak 5. Ajarkan pada ibu perilaku hidup bersih dan sehat Edukasi Penyakit 1. Identifikasi ibu atau untuk kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2. Berikan kesempatan ibu dan keluarga untuk bertanya
  • 21. 21 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 3. Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit hepatitis B 4. Anjurkan melapor jika merasakan tanda dan gejala penyakit hepatitis B 5. Jelaskan jadwal imunisasi Identifikasi Risiko 1. Identifikasi risiko biologis, lingkungan dan perilaku 2. Tentukan metode pengelolaan risiko yang baik 3. Lakukan pengelolaan risiko secara efektif 4. Lakukan update perencanaan secara regular (mis, bulanan, triwulan, tahunan) Manajemen Perilaku 1. Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku 2. Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku 3. Jadwalkan pemeriksaan anak secara rutin 4. Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan kegiatan perawatan konsisten setiap dinas Penentuan Tujuan Bersama 1. Identifikasi tujuan – tujuan yang akan dicapai 2. Nyatakan tujuan dengan kalimat positif dan jelas 3. Anjurkan mengenal masalah yang dialami
  • 22. 22 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 14 Kesiapan Peningkatan Pengetahuan Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : 1. Mengungkapkan minat dalam belajar 2. Menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik 3. Menggambarkan pengalaman sebelum yang sesuai dengan topik Objektif : 1. Prilaku sesuai dengan pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x …. jam pasien mampu meningkatkan kesiapan pengetahuan dengan kriteria hasil : Tingkat pengetahuan 1. Keberlanjutan pelayanan rutin komunitas 2. Ketersediaan pelayanan kesehatan 3. Ketersediaan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dasar 4. Kesiapan komunitas untuk tanggap krisis 5. Adaptasi komunitas terhadap perubahan Motivasi 1. Upaya mencari sumber sesuai kebutuhan 2. Upayakan mencari dukungan sesui kebutuhan 3. Prilaku bertujuan inisiatif 4. Proses informasi 5. Tingkat kepatuhan 6. Status kognitif Promosi kesiapan penerimaan informasi 1. Identifikasi informasi yang akan disampaikan 2. Identifikasi pemahaman tentang kondisi kesehatan saat ini 3. Identifikasi kesiapan penerimaan informasi 4. Lakukan penguatan potensi dan keluarga untuk menerima informasi 5. Libatkan pengambilan keputusandalam keluarga untuk menerima informasi 6. Fasilitasi mengenali kondisi tubuh yang membutuhkan layanan keperawatan 7. Dahulukan menyampaikan informasi baik (positif) sebelum menyampaikan informasi kurang baik ( negative) terkait kondisi pasien 8. Berikan nomor kontak yang dapat dihubungi jika pasien membutuhkan bantuan 9. Catat identitas dan nomor kontakpasien untuk meningkatkan atau follow up kondisi pasien 10. Fasilitasi askes pelayanan pada saat dibutuhkan 11. Berikan informasi berupa alur, leaflet atau gambar untuk memudahkan pasien mendapatkan informasi kesehatan 12. Anjurkan keluarga mendapingi pasien selama fase akut, progresif atau terminal, jika memungkinkan
  • 23. 23 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edukasi Kesehatan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi prilaku hidup bersih dansehat 3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 5. Berikan kesempatan untuk bertanya 6. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan 7. Ajarkan prilaku hidup bersih dan sehat 8. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan prilaku hidup bersih dan sehat
  • 24. 24 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 15 Konstipasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x…jam konstipasi pasien teratasi dengan kriteria hasil : Eliminasi fekal 1. Kontrol pengeluaran feses meningkat 2. Keluhan defekasi lama dan sulitmenurun 3. Konsistensi feses membaik 4. Frekuensi defekasi membaik Manajemen konstipasi 1. Identifikasi faktor risko konstipasi 2. Monitor tanda-tanda ruptur bowel/peritonitis 3. Jelaskan penyebab dan rasionalisasitindakan pada pasien 4. Lakukan massase abdomen 5. Anjurkan diet (cairan dan serat) 6. Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan laxative dalam waktu yanglama 7. Kolaborasi penggunaan obat pencahar 16 Menyusu Tidak Efektif Etiologi : Fisiologi 1. Ketidakadekuatan suplai ASI 2. Hambatan pada nenonatus 3. Abnormal payudara 4. Ketidakadekuatan reflex oksitosin 5. Payudara bengkak 6. Riwayat operasi payudara 7. Kelahiran kembar Situasi 1. Tidak rawat gabung 2. Kurang terpapar informasi tentang pentingnya menyusui dan manfaat menyusui Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… jam diharapkan status menyusui membaik dengan kriteria hasil : 1. Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat 2. Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan benar meningkat 3. Miksi bayi lebih dari 8 kali/24 jam meningkat 4. Berat badan bayi meningkat 5. Tetesan/pancaran ASI meningkat 6. Suplai ASI adekuat meningkat 7. Putting tidak lecet setelah 2 minggu melahirkan meningkat 8. Kepercayaan diri ibu meningkat Promosi ASI Ekslusif Observasi 1. Identifikasi kebutuhan laktasi bagi ibupada antenatal, intranatal, dan post natal Terapeutik 1. Fasilitasi ibu melakukan IMD 2. Fasilitasi ibu untuk rawat gabung atauroom in 3. Gunakan sendok dan cangkir jika bayibelum bisa menyusu 4. Dukung ibu menyusui denganmendampingi ibu selama kegiatan menyusui berlangsung 5. Diskusikan dengan keluarga tentang ASI ekslusif 6. Siapkan kelas menyusui pada masa prenatal minimal 2 kali dan periode pasca partum
  • 25. 25 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 3. Kurangnya dukungan keluarga Gejala dan tanda mayor Subjektif : 1. Kelelahan maternal 2. Kecemasan maternal Objektif : 1. Bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu ASI tidak menetes/ memancar 2. BAK bayi kurang dari 8 kali dalam 24 jam 3. Nyeri dan /lecet terus menerus setelah minggu kedua Gejala dan tanda minor Subjektif : - Objektif : 1. Intake bayi tidak adekuat 2. Bayi menghisap tidak terus menerus 3. Bayi menangis saat disusui 4. Bayi rewel dan menangis terus dalam jam-jam pertama setelahmenyusui 5. Menolak untuk menghisap 9. Bayi tidur setelah menyusu meningkat 10. Payudara ibu kosong setelah menyusui meningkat 11. Intak bayi meningkat 12. Hisapan bayi meningkat 13. Lecet pada putting menurun 14. Kelelahan maternal menurun 15. Kecemasan maternal menurun 16. Bayi rewel 17. Bayi menangis setelah menyusu minimal 4 kali Edukasi 1. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi 2. Jelaskan pentingnya menyusui di malam hari untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi ASI 3. Jelaskan tanda-tanda bayi cukup ASI 4. Jelaskan manfaat rawat gabung 5. Anjurkan ibu menyusui sesegera mungkin setelah melahirkan 6. Anjurkan ibu memberikan nutrisi kepadabayi hanya dengan ASI 7. Anjurkan ibu menyusui sesering mungkinsetelah lahir sesuai kebutuhan 8. Anjurkan ibu menjaga produksi ASI dengan memerah walaupun kondisi bayi atau ibu terpisah Konseling Laktasi Observasi 1. Identifikasi keadaan emosional ibu saatakan dilakukan konseling menyusui 2. Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui 3. Identifikasi permasalahan yang ibu alami selama proses menyusui Terapeutik 1. Gunakan teknik mendengarkan aktif 2. Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang benar
  • 26. 26 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edukasi 1. Ajarkan teknik menyusui yang tepat 17 Nyeri akut Penyebab : 1. Agen pencedra fisiologis (misalnya: Inflamasi iskemia, neoplasma) 2. Agenpencedera kimiawi (misalnya: Terbakar, bahan kimia iritan) 3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, prosedur operasi, taruma, dll) Gejala dan tanda mayor Subjektif : mengeluh nyeri Objektif 1. Tampak meringis 2. Bersikap proaktif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri) Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri pada pasien berkurang dengan kriteria hasil: Tingkat Nyeri 1. Nyeri berkurang dengan skala 2 2. Pasien tidak mengeluh nyeri 3. Pasien tampak tenang 4. Pasien dapat tidur dengan tenang 5. Frekuensi nadi dalam batas normal (60-100 x/menit) 6. Tekanan darah dalam batas normal (90/60 mmHg – 120/80 mmHg) 7. RR dalam batas normal (16-20x/menit) Kontrol Nyeri 1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang Manajemen nyeri Observasi 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. Identifikasi skala nyeri 3. Identifikasi respon nyeri non verbal 4. Identifikasi factor yang memperingan dan memperberat nyeri 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri 6. Identifikasi budaya terhadap respon nyeri 7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup pasien 8. Monitor efek samping penggunaan analgetik
  • 27. 27 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 3. Gelisah 4. Frekuensi nadi meningkat 5. Sulit tidur Gejala dan tanda minor Subjektif : - Objektif : 1. Tekanan darah meningkat 2. Pola nafas berubah 3. Nafsu makan berubah 4. Proses berpikir terganggu 5. Menarik diri 6. Berfokus pada diri sendiri diaforesisi dengan menggunakan manajemen nyeri 2. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Status Kenyamanan 1. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang 9. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan Terapeutik 1. Fasilitasi istirahat tidur 2. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (missal: suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan). 3. Beri teknik non farmakologis untuk meredakan nyeri (aromaterapi, terapi pijat, hypnosis, biofeedback, teknik imajinasi terbimbimbing, teknik tarik napas dalam dan kompres hangat/ dingin) Edukasi 1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 3. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat 4. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu 18 Nyeri Kronis Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri pada pasien berkurang dengan kriteria hasil : Tingkat Nyeri 1. Nyeri berkurang dengan skala 2 2. Pasien tidak mengeluh nyeri 3. Pasien tampak tenang 4. Pasien dapat tidur dengan tenang 5. Frekuensi nadi dalam batas normal Manajemen nyeri Observasi 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. Identifikasi skala nyeri 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal 4. Identifikasi faktor yang memperingan dan memperberat nyeri 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
  • 28. 28 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) (60-100x/menit) 6. Tekanan darah dalam batas normal (90/60 mmHg – 120/80mmHg) 7. RR dalam batas normal (16-20x/menit) Kontrol Nyeri 1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri 2. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Status Kenyamanan 1. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang nyeri 6. Identifikasi budaya terhadap respon nyeri 7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup pasien 8. Monitor efek samping penggunaan analgetik 9. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan Terapeutik 1. Berikan teknik non farmakologis untuk meredakan nyeri (aromaterapi, terapi pijat, hypnosis, biofeedback, teknik imajinasi terbimbimbing, teknik tarik napas dalam dan kompres hangat/ dingin) 2. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (missal: suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan) 3. Fasilitasi istirahat tidur Perawatan kenyamanan Observasi 1. Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan (mis. Mual, nyeri, gatal,sesak) 2. Identifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi dan perasaannya Terapeutik 1. Berikan posisi yang nyaman 2. Ciptakan lingkungan yang nyaman Edukasi 1. Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan
  • 29. 29 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) terapi/pengobatan 2. Ajarkan terapi relaksasi 3. Ajarkan teknik distraksi dan imajinasi terbimbing Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian analgesik, antipruritus, antihistamin, jika perlu 19 Resiko Hipotermia Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x... jam diharapkan klien terhindar dari resiko hipotermia dengan kriteria hasil: Termoregulasi 1. Suhu tubuh bayi dalam rentang normal (36,5-37,5°C) 2. Warna kulit merah muda Manajemen Hipotermia 1. Monitor suhu tubuh 2. Monitor nadi dan pernafasan 3. Pertahankan suhu tubuh bayi 4. Selimuti bayi segera setelah lahir 5. Tempatkan bayi baru lahir dalam inkubator dibawah penghangat sesuai kebutuhan 20 Resiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x... jam diharapkan klien terhindar dari resiko infeksi dengan kriteriahasil: Tingkat Infeksi 1. Integritas Kulit Baik Pencegahan Infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien 3. Lakukan perawatan tali pusat 4. Ajarkan ibu cara cuci tangan dengan benar 5. Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu
  • 30. 30 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 21 Retensi Urine Penyebab 1. Peningkatan tekanan uretra 2. Kerusakan arkus reflex 3. Blok sfingter 4. Disfungsi neurologis (mis. Trauma, penyakit saraf) 5. Efek agen farmakologis (mis.atropine, belladonna, psikotropik, antihistamin, opiate) Gejala dan tanda mayor Subjektif : 1. Sensasi penuh pada kandung kemih Objektif : 1. Disuria atau anuria 2. Distensi kandung kemih Gejala dan tanda minor Subjektif : Dribbling Objektif : 1. Inkontinensia berlebih 2. Residu urine 150 ml atau lebih Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama…x…jam diharapkan masalah retensi urine membaik dengan kriteria hasil: 1. Sensasi berkemih meningkat 2. Distensi kandung kemih menurun 3. Berkemih tidak tuntas menurun 4. Volume residu urine menurun 5. Urine menetes (dribbling) menurun 6. Disuria menurun 7. Frekuensi BAK membaik 8. Karakteristik urine membaik Manajemen Eliminasi Urine Observasi 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi urine 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi urine 3. Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi, aroma, volume dan warna) Terapeutik 1. Catat waktu dan haluaran berkemih 2. Batasi asupan cairan, jika perlu Edukasi 1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih 2. Ajarkan mengukur asupan cairan danhaluaran urine 3. Ajarkan mengenali tanda berkemih danwaktu yang tepat untuk berkemih 4. Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul/berkemih 5. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi 6. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian obat Supositoriauretra jika perlu Perawatan Kateter UrineObservasi 1. Monitor kepatenan kateter urine 2. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
  • 31. 31 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) kemih 3. Monitor tanda dan gejala obstruksi aliran urine 4. Monitor kebocoran kateter, selang dan kantung urine 5. Monitor input dan output cairan (mis.Jumlah dan karakteristik) Terapeutik 1. Gunakan teknik aseptic selama perawatan kateter urine 2. Pastikan kateter dan kantung urine terbebas dari lipatan 3. Pastikan kantung urine diletakkan di bawah ketinggian kandung kemih dan tidak di lantai 4. Lakukan perawatan perineal minimal 1x sehari 5. Kosongkan kantung urine jika kantung urine sudah terisi setengahnya 6. Lepaskan kateter urine sesuai kebutuhan 7. Jaga privasi selama melakukan tindakan Edukasi 1. Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur danrisiko sebelum pemasangan kateter Perawatan Retensi Urine Observasi 1. Identifikasi penyebab retensi urine 2. Monitor efek agens farmakologis 3. Monitor intake dan output cairan 4. Monitor tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi atau perkusi
  • 32. 32 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Terapeutik 1. Sediakan privasi untuk berkemih 2. Berikan rangsangan berkemih (mis. Kompres dingin pada abdomen) 3. Fasilitasi berkemih dengan interval yang teratur Edukasi 1. Jelaskan penyebab retensi urine 2. Anjurkan pasien atau keluarga mencatat output urine 3. Ajarkan cara melakukan rangsangan berkemih 22 Pencapaian Peran Menjadi Orang Tua Gejala dan tanda mayor Objektif : 1. Bounding attachment optiomal 2. Perilaku positif menjadi orangtua 3. Saling berinteraksi dalam merawat bayi Gejala dan tanda minor Subjektif : 1. Mengungkapkan kepuasan dengan bayi Objektif : 1. Melakukan stimulasi visual, taktildan pendengaran terhadap bayi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama…x…jam diharapkan pencapaian peran menjadi orang tua membaik dengan kriteria hasil: 1. Bounding attachment meningkat 2. Perilaku positif menjadi orangtua meningkat 3. Interaksi perawatan bayi meningkat 4. Verbalisasi kepuasan memiliki bayi meningkat 5. Kebutuhan fisik anak/anggota keluarga terpenuhi meningkat 6. Kebutuhan emosi anak atau anggota keluarga terpenuhi meningkat 7. Keinginan meningkatkan peran menjadi orang tua meningkat Promosi Antisipasi Keluarga Observasi 1. Identifikasi kemungkinan krisis situasi atau masalah perkembangan serta dampaknya pada kehidupan keluarga 2. Identifikasi metode pemecahan masalah yang sering digunakan keluarga Terapeutik 1. Fasilitasi dalam memutuskan strategi pemecahan masalah yang dihadapi keluarga 2. Lakukan kunjungan kepada keluargasecara berkala, jika perlu 3. Buat jadwal aktivitas bersama keluarga terkait masalah kesehatan yang dihadapi Edukasi 1. Jelaskan perkembangan dan perilaku yang normal kepada keluarga
  • 33. 33 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Kolaborasi 1. Kerjasama dengan tenaga kesehatan terkait lainnya, jika perlu Edukasi Perawatan bayi Observasi 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Terapeutik 1. Sediakan materi dan media pendidikan Kesehatan 2. Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi 1. Jelaskan manfaat perawatan bayi 2. Ajarkan memandikan bayi dengan memperhatikan suhu ruangan 21-24oC dan dalam waktu 5-10 menit, sehari 2 kali 3. Ajarkan perawatan tali pusat 4. Ajarkan memantau tanda vital bayi 36,5- 37,5oC 5. Anjurkan menjemur bayi sebelum jam 9 pagi 6. Ajarkan pijat bayi 7. Anjurkan segera mengganti popok jika basah 8. Anjurkan penggunaan pakaian bayi dari bahan katun 9. Anjurkan menyusui sesuai kebutuhan bayi
  • 34. 34 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 23 Pola nafas tidak efektif Penyebab 1. Depresi pusat pernapasan 2. Hambatan upaya napas 3. Deformitas dinding dada 4. Deformitas tulang dada 5. Gangguan neuromuscular 6. Gangguan neurologis 7. Penurunan energy 8. Obesitas 9. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru 10. Sindrom hipoventilasi 11. Kerusakan inervasi diafragma 12. Cedera pada medulla spinalis 13. Efek agen farmakologis 14. Kecemasan Gejala dan tanda mayor Subjektif 1. Dyspnea Objektif 1. Penggunaan otot bantu pernafasan 2. Fase ekspirasi memanjang 3. Pola nafas abnormal Gejala dan tanda minor Sujektif : Ortopnea Objektif 1. Pernafasan pursed lips Respirasi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x... jam, maka pola nafas tidak efektif menigkat dengankriteria hasil : 1. Penggunaan otot bantu nafas menurun 2. Dispnea menurun 3. Pemanjangan fase ekspirasi menurun 4. Frekuensi nafas membaik 5. Kedalaman nafas membaik Manajemen jalan nafas Observasi 1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas) 2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi) Terapeutik 1. Posisikan semi fowler 2. Berikan minuman hangat 3. Berikan oksigen Edukasi 1. Anjurkan asupan cairan 200 ml/hari,jika tidak kontraindikasi 2. Ajarkan teknik batuk efektif Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,mukolitik, jika perlu Pemantauan respirasi Observasi 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas 2. Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul,cheyne-stokes, ataksisk) 3. Monitor saturasi oksigen 4. Auskultasi bunyi nafas 5. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru 6. Monitor nilai AGD 7. Monitor hasil x-ray thoraks
  • 35. 35 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 2. Pernapasan cuping hidung 3. Diameter thoraks anterior posterior meningkat 4. Ventilasi semenit menurun 5. Kapasitas vital menurun 6. Tekanan ekspirasi menurun 7. Tekanan inspirasi menurun 8. Ekskursi dada berubah Kondisi klinis terkait 1. Depresi system saraf pusat 2. Cedera kepala 3. Trauma thoraks 4. Gullian bare syndrome 5. Multiple sclerosis 6. Myasthenia gravis 7. Stroke 8. Kuadriplegia 9. Intoksikasi alcohol Terapeutik 1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien 2. Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu 24 Risiko Perdarahan Faktor Risiko: 1. Aneurisma 2. Gangguan gastrointestinal 3. Gangguan fungsi hati (mis. Sirosis hepatis) 4. Komplikasi kehamilan (mis. Ketuban pecah dini, plasenta previa, kehamilan kembar, dll) 5. Komplikasi pasca partum (mis.Atoni Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… jam diharapkan Tingkat perdarahan menurun dengan kriteria hasil : 1. Kelembapan membarane mukosa meningkat 2. Kelembapan kulit meningkat 3. Kognitif meningkat 4. Hemoptisis menurun 5. Hematemesis menurun Pencegahan perdarahan Observasi 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan 2. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik 4. Monitor koagulasi (mis. Prothrombin time, fibrinogen, degradasi fibrin) Terapeutik 1. Pertahankan bed rest selama perdarahan
  • 36. 36 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) uteri, retensi plasenta) 6. Gangguan koagulasi 7. Efek agen farmakologis 8. Tindakan pembedahan 9. Trauma 10. Kurang terpapar informasi tentang pencegahan perdarahan 11. Proses keganasan 6. Hematuri menurun 7. Perdarahan anus menurun 8. Distensi abdomen menurun 9. Perdarahan vagina menurun 10. Perdarahan pasca operasi menurun 11. Hemoglobin membaik 12. Hematokrit membaik 13. Tekanan darah membaik 14. Denyut nadi apikal membaik 15. Suhu tubuh membaik 2. Batasi tindakan invasif, jika perlu 3. Gunkan kasur pencegah dekubitus 4. Hindari pengukuran suhu rektal Edukasi 1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan 2. Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi 3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi 4. Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan 5. Anjurkan meningkatkan makanan dan vitaminK 6. Anjurkan segera lapor segera jika terjadi perdarahan Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu 2. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu 3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu Perawatan area insisi Observasi 1. Perisa lokasi insisi adanya kemerahan bengkak atau tanda-tanda dehisen atau eviserasi 2. Monitor penyembuhan area insisi 3. Monitor tanda dan gejaka-gejala infeksi Terapeutik 1. Bersihkan area insisi dengan pembersihan yang tepat
  • 37. 37 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 2. Usap area insisi dari area yang bersih menuju area yang kurang bersih. 3. Berikan salep asepti, jika perlu Edukasi 1. Ajarkan meminimalkan penekanan pada area insisi 2. Ajarkan cara merawat area insisi. 25 Risiko perfusi jaringan perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… jam tidak terjadi perfusi jaringan perifer tidak efektif dengan kriteria hasil : Status sirkulasi Kriteria hasil: 1. Kekuatan nadi mengingkat 2. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan 3. Akral dingin menurun 4. Fatigue menurun Manajemen sensasi perifer 1. Periksa perbedaan panas atau dingin 2. Monitor perubahan kulit 3. Hindari pemakaian benda-benda yang berlebihan suhuhnya (terlalu panas/dingin) 4. Anjurkan pemakaian sepatu lembut dan bertumit rendah 5. Kolaborasi pemberian analgetik 26 Risiko Termoregulasi Tidak Efektif Penyebab 1. Stimulasi pusat termotergulasi hipotalamus 2. Fluktuasi suhu lingkungan 3. Proses penyakit (mis. Infeksi) 4. Proses penuaan 5. Dehidrasi 6. Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu lingkungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... x... menit diharapkan suhu tubuh membaik dengan kriteria hasil : Termoregulasi 1. Mengigil menurun 2. Suhu tubuh membaik 3. Suhu kulit membaik 4. Takikardi menurun 5. Bradikardi menurun 6. Takipnea menurun Edukasi pengukuran suhu tubuh 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 4. Dokumentasikan hasil pengukuran suhu 5. Jelaskan prosedur pengukuran suhu tubuh 6. Anjurkan terus memegang bahu dan menahan
  • 38. 38 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 7. Peningkatan kebutuhan oksigen 8. Perubahan laju metabolism 9. Suhu lingkungan ekstrem 10. Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan 11. Berat badan ekstrem 12. Efek agen farmakologis Gejala dan tanda mayor Objektif 1. Kulit dingin / hangat 2. Menggigil 3. Suhu tubuh fluktuatif Gejala dan tanda minor Objektif 1. Piloereksi 2. Pengisian kapiler >3 detik 3. Tekanan darah meningkat 4. Pucat 5. Frekuensi napas meingkat 6. Takikardia 7. Kejang 8. Kulit kemerahan 9. Dasar kuku sianotik 7. Pucat menurun 8. Kejang menurun 9. Hipoksia menurun 10. Tekanan darah membaik 11. Kadar glukosa darah membaik dada saat pengukuran aksila 7. Ajarkan memilih lokasi pengukuran suhu oral dan aksila 8. Ajarkan cara meletakkan ujung thermometer dibawah lidak atau di bagian tengah aksila 9. Ajarkan cara membaca hasil thermometer raksa dan/atau elektronik Edukasi termotergulasi 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 4. Berikan kesempatan untuk bertanya 5. Ajarkan kompres hangat bila demam 6. Ajarkan cara pengukuran suhu 7. Anjurkan penggunaan pakaian yang dapat menyerap keringat 8. Anjurkan tetap memandikan pasien, jika memungkinkan 9. Anjurkan pemberian antipiretik, sesuaiindikasi 10. Anjurkan menciptakan lingkungan yangaman 11. Anjurkan banyak minum 12. Anjurkan penggunaan pakaian yang longgar 13. Anjurkan minum analgesic jika merasapusing 14. Anjurkan melakukan pemeriksaan darah jika demam > 3 hari.
  • 39. 39 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 27 Berat Badan Lebih b.d 1. Kurang aktivitas fisik harian 2. Kelebihan konsumsi gula 3. Gangguan kebiasaan makan 4. Gangguan persepsi makan 5. Kelebihan konsumsi alkohol 6. Penggunaan energi kurang dari asupan 7. Sering mengemil 8. Sering memakan makanan berminyak/ berlemak 9. Faktor keturunan (misal distribusi jaringan adiposa, pengeluaran energi, aktivitas lipase lipoprotein, sintesis lipid, lipolisis) 10.Penggunaan makanan formula atau makanan campuran (pada bayi) 11.Asupan kalium rendah (pada anak- anak) 12.Berat badan bertambah cepat 13.Makanan padat sebagai sumber makanan utama pada usia <5 bulan d.d gejala dan tanda Mayor : 1. IMT >25 kg/m2 (pada dewasa) atau berat dan panjang badan lebih dari persentil 95 (anak-anak <2 tahun) atau IMT pada persentil ke 85-95 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama.... jam, maka status berat badan dalam batas normal dengan kriteria hasil: 1. Berat badan membaik (normal) 2. Tebal lipatan kulit membaik (berkurang) 3. Indeks massa tubuh (IMT) normal Konseling Nutrisi Observasi : 1. Identifikasi kebiasaan makan dan perilaku makan yang akan diubah 2. Identifikasi kemajuan modifikasi diet secara reguler 3. Monitor intake dan output cairann nilai Hb, tekanan darah, kenaikan berat badan, dan kebiasaan membeli makanan Terapiutik : 1. Bina hubungan terapiutik 2. Sepakati lama waktu pemberian konseling 3. Tetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang realistis 4. Gunakan standar nutrisi sesuai program diet dalam mengevaluasi kecukupan asupan makanan 5. Pertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi (mis, usia, tahap pertumbuhan dan perkembangan, penyakit) Edukasi 1. Informasikan perlunya modifikasi diet 2. Jelaskan program gizi dan persepsi pasien terhadap diet yang diprogramkan Kolaborasi : 1. Rujuk pada ahli gizi
  • 40. 40 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) (pada anak-anak 2-18 tahun) Minor : 1. Tebal lipatan kulit trisep >25 mm Manajemen Berat Badan Observasi : 1. Identifikasi kondisi kesehatan pasien yangdapat mempengaruhi berat badan Terapiutik : 1. Hitung berat badan ideal pasien 2. Hitung persentase lemak dan otot pasien 3. Fasilitasi menentukan target berat badanyang realistis Edukasi : 1. Jelaskan hubungan antara asupan makanan, ativitas fisik, penambahan berat badan penambahan berat badan dan penurunan berat badan 2. Jelaskan faktor risiko berat badan lebih dan berat badan kurang 3. Anjurkan mencatat berat badan setiap minggu 4. Anjurkan melakukan pencatatan asupan makanan, aktivitas fisik dan perubahan berat badan 28 Risiko berat badan lebih Faktor risiko : 1. Kurang aktivitas fisik harian 2. Kelebihan konsumsi gula 3. Gangguan kebiasaan makan 4. Gangguan persepsi makan 5. Kelebihan konsumsi alkohol 6. Penggunaan energi kurang dari asupan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ….x…. jam, maka berat badan dalam batas normal dengan kriteria hasil : 1. Berat badan membaik 2. Tebal liptan kulit berkurang 3. Indeks massa tubuh dalam batas normal Edukasi Diet Observasi : 1. Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga menerima informasi 2. Identifikasi tingkat pengetahuan saat ini 3. Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini dan masa lalu 4. Identifikasi persepsi pasien dan keluarga
  • 41. 41 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 7. Sering mengemil 8. Sering memakan makanan berminyak/ berlemak 9. Faktor keturunan tentang diet yang diprogramkan 5. Identifikasi keterbatasan finansial untuk menyediakan makanan Terapiutik : 1. Persiapkan materi, media dan alat peraga 2. Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan 3. Berikan kesempatan pasien dan keluarga berencana 4. Sediakan rencana makan tertulis, jika perlu Edukasi : 1. Jelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap kesehatan 2. Informasikan makanan yang diperbolehkan dan dilarang 3. Informasikan kemungkinan interaksi obatdan makanan, jika perlu 4. Anjurkan mempertahankan posisi semifowler 20 – 30 menit setelah makan 5. Anjurkan mengganti bahan makanan sesuai dengan diet yang diprogramkan 6. Anjurkan melakukan olahraga sesuai toleransi 7. Ajarkan cara membaca label dan memilih makanan yang sesuai 8. Ajarkan cara merencanakan makanan sesuai program Kolaborasi : 1. Rujuk ke ahli gizi dan sertakan keluarga
  • 42. 42 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 29 Risiko defisit nutrisi Faktor risiko : 1. Ketidakmampuan menelan makanan 2. Ketidakmampuan mencerna makanan 3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien 4. Peningkatan kebutuhan metabolisme 5. Faktor ekonomi (misal, finansial tidak mencukupi) 6. Faktor psikologis (misal, stres, keengganan untuk makan) Risiko defisit nutrisi Faktor risiko : 1. Ketidakmampuan menelan makanan 2. Ketidakmampuan mencerna makanan 3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien 4. Peningkatan kebutuhan metabolisme 5. Faktor ekonomi (misal, finansial tidak mencukupi) 6. Faktor psikologis (misal, stres, keenggananuntuk makan) Manajemen Gangguan Makan Observasi : 1. Monitor asupan dan keluarnya makanandan cairan serta kebutuhan kalori Terapiutik : 1. Timbang berat badan secara rutin 2. Diskusikan perilaku makanan dan jumlah aktivitas fisik (termasuk olahraga) yangsesuai 3. Laukan kontrak perilaku (misal, target berat badan, tanggungjawab perilaku) 4. Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan perilaku 5. Berikan konsekuensi jika tidak mencapai 6. target sesuai kontrak Rencanakan program pengobatan untuk perawatan dirumah Edukasi : 1. Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu pengeluaran makanan (misal, pengeluaran yangdisengaja, muntah, aktivitas berlebih) 2. Ajarkan pengaturan diet yang tepat 3. Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan Kolaborasi : 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan makanan
  • 43. 43 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 30 Risiko Ketidakseimbangan Cairan Faktor Risiko 1. Prosedur pembedahan mayor 2. Trauma/ perdarahan 3. Luka bakar 4. Aferesis 5. Asites 6. Obstruksi intestinal 7. Peradangan pankreas 8. Penyakit ginjal dan kelenjar 9. Disfungsi intestinal Kondisi Klinis Terkait 1. Prosedur pembedahan mayor 2. Penyakit ginjal dan kelenjar 3. Perdarahan 4. Luka bakar Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama … x 24 jam maka keseimbangan cairan meningkat dengan kriteria hasil: 1. Asupan cairan meningkat 2. Haluaran urin meningkat 3. Keseimbangan membran mukosa 4. Asupan makanan meningkat 5. Tidak terjadi Edema 6. Tidak ada Dehidrasi 7. Tekanan darah normal 8. Denyut nadi radial normal 9. Tekanan arteri rata-rata 10. Membran mukosa lembab 11. Mata tidak cekung 12. Turgor kulit < 2 detik 13. Berat badanmeningka Manajemen Cairan Observasi 1. Monitor status hidrasi (mis, frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler, kelembaban mukosa, turgor kulit, tekanan darah) 2. Monitor berat badan harian 3. Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis 4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium(mis, hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urine, BUN) 5. Monitor status hemodinamik (mis, MAP, CVP, PAP, PCWP jika tersedia) Terapeutik 1. Catat intake output dan hitungbalance cairan 24 jam 2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan 3. Berikan cairan intravena, jika perlu Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian diuretik, jikaperlu Pemantauan Cairan Observasi 1. Monior frekuensi dan kekuatan nadi 2. Monitor frekuensi napas 3. Monitor tekanan darah 4. Monitor berat badan 5. Monitor waktu pengisian kapiler 6. Monitor elastisitas turgor kulit
  • 44. 44 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 7. Monitor jumlah, warna dan berat jenisurine 8. Monitor kadar albumin dan protein total 9. Monitor pemeriksaan serum (mis, osmolaritas serum, hematokrit, natrium, kalium, BUN) 10. Monitor intake dan output cairan Identifikasi tanda- tanda hipovolemia (mis, frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi urine meningkat, berat badan menurun dalam waktu singkat) 11. Identifikasi tanda- tanda hipervolemia (mis, dispnea, edema perifer, edema anasarka, JVP menigkat, CVP menigkat,refleks hepatojugular positif, berat badan menurun dalam waktu singkat) 12. Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan (mis, prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, aferesis, obstruksi intestinal, peradangan pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal) Terapeutik 1. Atur interval waktu pemantauan sesuaidengan kondisi pasien 2. Dokumentasikan hasil pemantauan
  • 45. 45 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edukasi 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu 31 Termoregulasi Tidak Efektif Penyebab : 1. Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus 2. Fluktuasi suhu lingkungan 3. Proses penualot (mis. Infeksi) 4. Proses penuaan 5. Dehidrasi 6. Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu lingkungan 7. Peningkatan kebutuhan oksigen 8. Perubahan laju metabolisme 9. Suhu lingkungan ekstrem 10. Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan 11. Berat badan ekstrem 12. Efek agen farmakologis (mis. Sedasi) Gejala dan Tanda Mayor: Subjektif : - Objektif 1. Kulit dingin / hangat 2. Menggigil 3. Suhu tubuh fluktuatif Gejala dan Tanda Minor Subjektif : - Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam. Diharapkan termoregulasi tidak efektif pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil : Termoregulasi 1. Pasien tidak menggigil 2. Wajah pasien tidak pucat 3. Pasien tidak kejang 4. Tidak ada kulit kemerahan 5. Suhu tubuh pasien normal 6. Tekanan darah normal Regulasi Temperatur Observasi 1. Monitor suhu tubuh anak sampai stabil (36,5°C – 37,5°C) 2. Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika Perlu 3. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi 4. Monitor warna dan suhu kulit 5. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia Terapeutik 1. Pasang alat pemantau suhu kontinu, jikaperlu 2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat 3. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien Edukasi 1. Jelaskan cara pencegahan hipotermia karena terpapar udara dingin Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu.
  • 46. 46 NO Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Objektif : 1. Piloreksi 2. Pengisian kapiler > 3 detik 3. Taknan darah meningkat 4. Pucat 5. Frekuensi napas meningkat 6. Takikardia 7. Kejang 8. Kulit kemerahan 9. Dasar kuku sianosis Pemantauan Cairan Observasi 1. Monitor Nadi, RR dan TD 2. Monitor berat badan 3. Monitor elastisitas atau turgor kulit 4. Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine 5. Monior intake dan output cairan 6. Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan Terapeutik 1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien 2. Dokumentasikan hasil pemantuan Edukasi 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
  • 47. 47