SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
HIPOSPADIA
Disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Keperawatan Anak
Pembimbing : Ns. Ayu Yuliani S, M.Kep., Sp.Kep. An
Tim Kelompok :
1. Fransiska Oktafiani : NIM. P2.06.20.02.15.054
2. Salsabillah Firdausy : NIM. P2.06.20.02.15.069
3. Triadi : NIM. P2.06.20.02.15.075
POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
Program Studi DIII Keperawatan Cirebon
Jalan Pemuda No. 38 Cirebon
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan
Keperawatan pada Anak dengan Hipospadia”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan Hipospadia pada Anak ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Cirebon, Maret 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipospadia adalah malformasi yang umum terjadi di saluran genital laki-laki yang
ditunjukan dengan muara uretra yang abnormal dimana lokasi muara uretra/ostium uretra
eksternum (OUE) dapat berada di bagian anterior (glandular, coronal, dan distal penile),
bagian pertengahan, atau bagian posterior (penoscrotal, scrotal, perineal) dengan derajat
kurvatura penis yang berbeda.
Istilah hipospadia berasal dari bahasa Yunani, yaitu Hypo (below) dan spaden
(opening). Hipospadia menyebabkan terjadinya berbagai tingkatan defisiensi uretra. Jaringan
fibrosis yang menyebabkan chordee menggantikan fascia Bucks dan tunika dartos. Kulit dan
preputium pada bagian ventral menjadi tipis, tidak sempurna dan membentuk kerudung
dorsal di atas glans (Duckett, 1986, Mc Aninch,1992).
Kelainan konginetal pada penis menjadi suatu masalah yang sangat penting, karena
selain berfungsi sebagai pengeluaran urine juga berfungsi sebagai alat seksual yang pada
kemudian hari dapat berpengaruh terhadap fertilitas. Salah satu kelainan konginetal terbanyak
kedua pada penis setelah cryptorchidism yaitu hipospadia.
Selain berpengaruh terhadap fungsi reproduksi yang paling utama adalah pengaruh
terhadap psikologis dan sosial anak. Penyebab dari hiposapadia ini sangat multifaktorial
antara lain disebabkan oleh gangguan dan ketidakseimbangan hormone, genetika dan
lingkungan. Ganguan keseimbangan hormon yang dimaksud adalah hormone androgen yang
mengatur organogenesis kelamin (pria). Sedangkan dari faktor genetika , dapat terjadi karena
gagalnya sintesis androgen sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi. Dan untuk faktor
lingkungan adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan
mutasi.
Insiden malformasi ini bervariasi di seluruh dunia dan memiliki kecenderungan yang
meningkat setiap tahun. Hipospadia mengenai sekitar 1:250 sampai 1:125 kelahiran bayi laki-
laki di Amerika serikat. Sumber lain menyebutkan bahwa kelainan ini mengenai 30-40 anak
per 10.000 kelahiran bayi laki-laki. Kelainan ini cenderung terjadi pada ras Kaukasia
dibanding non Kaukasia. Sebuah studi di Asia menyebutkan bahwa 27 (0.41%) bayi baru
lahir dari 6.538 kelahiran bayi laki-laki memiliki hipospadia. Insiden ini meningkat dari 2.85
per seribu di tahun 1999 sampai 6.89 per seribu di tahun 2005. Sedangkan prevalensi
malformasi ini di Cina sekitar 5,8 per 10.000 kelahiran bayi laki-laki dan cenderung
meningkat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan
masalah yaitu sebagai berikut :
1. Apa definisi hipospadia ?
2. Bagaimana antomi dan fisiologi uretra?
3. Bagaimana patofisiologi pada hipospadia ?
4. Apa etiologi hipospadia ?
5. Apa saja klasifikasi hipospadia ?
6. Bagaimana manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik serta penatalaksanaan medis
pada pasien (anak) hipospadia ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan hipospadia ?
C. Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas keperawatan
anak dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Hipospadia”
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah agar penulis ataupun pembaca
mengetahui serta memahami :
1. Definisi hipospadia
2. Anatomi fisiologi uretra
3. Patofisiologi hipospadia
4. Etiologi hipospadia
5. Klasifikasi hipospadia
6. Manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostic dan menatalaksanaan medis hipospadia
7. Asuhan keperawatan pada anak dengan hipospadia
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
1. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa
terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang
normal/ujung glans penis. (Yayuk Susanti, 2011:3)
2. Hipospadia merupakan kelainan kongenital yang dapat dideteksi ketika atau segera
setelah bayi lahir, istilah hipospadia menjelaskan adanya kelainan pada muara uretra
pria. Kelainan hipospadia lebih sering terjadi pada muara uretra, biasanya tampak
disisi ventral batang penis. Sering kali, kendati tidak selalu kelainan tersebut
diasosiasikan sebagi suatu chordee, yaitu untuk istilah penis yang menekuk kebawah.
(Khathleen Morgan Speer, 2008:168)
3. Hipospadia yaiitu lubang uretra tidak terletak pada tempatnya, misalnya : berada di
bawah pangkal penis. Jika lubang kecil saja tidak memerlukan tindakan karena dapat
menutup sendiri. Tetapi jika lubang tersebut besar perlu tindakan bedah dan
menunggu anak sudah dalam usia remaja sampai ke 14. (Rukiah & Yulianti, 2013)
B. Anatomi Fisiologi Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari buli-buli melalui
proses miksi. Pada pria organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan sperma. Uretra
diperlengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan
uretra, dan sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior.
Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Uretra pars anterior, yaitu uretra yang dibungkus oleh korpus spongiosum penis,
terdiri dari: pars bulbosa, pars pendularis, fossa navikulare, dan meatus uretra
eksterna.
2. Uretra pars posterior, terdiri dari uretra pars prostatika, yaitu bagian uretra yang
dilengkapi oleh kelenjar prostat, dan uretra pars membranasea.
Uretra merupakan sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kencing ke lubang
luar, dilapisi membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi kandung
kencing. Meatus urinarius terdiri atas serabut otot lingkar yang membentuk sfingter uretra
(Pearce, 2006). Uretra mengalirkan urin dari kandung kencing ke bagian eksterior tubuh.
Uretra laki-laki panjangnya mencapai 20 cm dan melalui kalenjar prostat dan penis. Ada tiga
bagian uretra (Sloane, 2003), yaitu:
1. Uretra prostatik
Dikelilingi oleh kalenjar prostat. Uretra ini menerima dua duktus ejakulator yang masing-
masing terbentuk dari penyatuan duktus deferen dan duktus kalenjar vesikel seminal, serta
menjadi tempat bermuaranya sejumlah duktus dari kalenjar prostat.
2. Uretra membranosa
Bagian yang terpendek (1 cm sampai 2 cm). Bagian ini berdinding tipis dan dikelilingi oleh
otot rangka sfingter uretra eksternal.
3. Uretra kavernous (penile, bersepons)
Merupakan bagian yang terpanjang. Bagian ini menerima duktus kalenjar bulbouretra dan
merentang sampai orifisium uretra eksternal pada ujung penis. Tepat sebelum mulut penis,
uretra membesar untuk membentuk suatu dilatasi kecil, fosa navicularis. Uretra kavernous
dikelilingi korpus spongiosum, yaitu suatu kerangka ruang vena yang besar.
Uretra terbentuk dari penyatuan lipatan uretra sepanjang permukaan ventral penis.
Glandula uretra terbentuk dari kanalisasi funikulus ektoderm yang tumbuh melalui glands
untuk menyatu dengan lipatan uretra yang menyatu. Hipospadia terjadi bila penyatuan di
garis tengah lipatan uretra tidak lengkap sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral
penis. Ada beberapa derajat kelainan pada glandular (letak meatus yang salah pada glands),
korona (pada sulkus korona), penis (di sepanjang batang penis), penoskrotal (pada pertemuan
ventral penis dan skrotum), dan perineal/pada perineum (Andi Susanto, 2015:2-3).
Keterangan Gambar :
A : Penis yang Normal
B :Hypospadias dengan
chorda
C. Patofisiologi
Hypospadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembangan uretra dalam utero.
Hypospadia di mana lubang uretra terletak pada perbatasan penis dan skortum, ini dapat
berkaitan dengan crodee kongiental.
Paling umum pada hypospadia adalah lubang uretra bermuara pada tempat frenum,
frenumnya tidak berbentuk, tempat normalnya meatus uranius di tandai pada glans penis
sebagai celah buntuh.
Pada embrio yang berumur 2 minggu baru terdapat 2 lapisan yaitu ektoderm dan
endoderm. Baru kemudian terbentuk lekukan di tengah-tengah yaitu mesoderm yang
kemudian bermigrasi ke perifer, memisahkan ektoderm dan endoderm, sedangkan di bagian
kaudalnya tetap bersatu membentuk membran kloaka.
Pada permulaan minggu ke-6, terbentuk tonjolan antara umbilical cord dan tail yang
disebut genital tubercle. Di bawahnya pada garis tengah terbenuk lekukan dimana di bagian
lateralnya ada 2 lipatan memanjang yang disebut genital fold/crodee. Selama minggu ke-7,
genital tubercle akan memanjang dan membentuk glans. Bila terjadi agenesis dari mesoderm,
maka genital tubercle tak terbentuk, sehingga penis juga tak terbentuk.
Bagian anterior dari membrana kloaka, yaitu membrana urogenitalia akan ruptur dan
membentuk sinus. Sementara itu genital fold akan membentuk sisi-sisi dari sinus
urogenitalia. Bila genital fold gagal bersatu di atas sinus urogenitalia, maka akan terjadi
hipospadia. (Andi Yudianto, 2014:10)
D. Klasifikasi
Hipospadia biasanya diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi meatus urethra :
1. Anterior atau hipospadia distal (meatus urethra terletak di gland penis), pada
hipospadia derajat pertama ini letak meatus urethra eksterna dapat dibagi menjadi 3 bagian
yaitu hipospadial sine (curvatura ventral penis dengan letak meatus urethra eksterna normal,
jenis ini sering dianggap hipospadia yang bukan sebenarnya), glandular (letak meatus ekterna
hanya turun sedikit pada bagian ventral gland penis), dan sub-coronal (letak meatus urethra
eksterna terletak di sulcus coronal penis).
2. Middle shaft atau intermediate hipospadia, yang disebut hipospadia derajat dua,
juga dapat dibagi berdasar letak meatus urethra menjadi distal penis, mid-shaft, dan tipe
proksimal.
3. Hipospadia posterior atau proksimal atau derajat tiga dibagi menjadi penoscrotal
(meatus urethra di antara pertemuan basis penis dan scrotum), scrotal (meatus urethra eksterna
di scrotum), dan perineal (meatus urethra eksterna di bawah scrotum dan pada area perineum).
Hipospadia anterior/distal/derajat 1
1. Hipospadiasine
2. Glandular
3. Sub-coronal
Hipospadia media/derajat 2
4. Penis distal
5. Midshaft
6. Penis proksimal
Hipospadia posterior/derajat 3
7. Penoscrotal
8. Scrotal
9. Perineal
Gambar 1. Klasifikasi hipospadia berdasar letak anatomis meatus urethra.
Keterangan gambar : Hipospadia dibagi menjadi tiga berdasarkan letak anatomis
meatus eksterna menjadi hipospadia anterior/distal/derajat1, hipospadia media/ derajat 2,
dan hipospadia porterior/proksimal/derajat 3. (Khilyatul Mufida, 2012:11-12)
E. Etiologi
Penyebab fimosis pada bayi baru lahir harus diketahui secara dini agar petugas
kesehatan terutama perawat/bidan dalam hal ini sering melakukan pertolongan persalinan
pada ibu agar mudah melakukan antisipasi penyebabnya antara lain : uretra terlalu pendek,
sehingga tidak mencapai glans penis, kelainan terbatas pada uretra anterior dan leher kandung
kemih, merupakan kelainan congenital, terjadi adanya hambatan penutupan uretra penis pada
kehamilan minggu ke 10. (Rukiah & Yulianti, 2013)
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui
penyebab pasti dari hipospadi dan epispadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli
dianggap paling berpengaruh antara lain:
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon
Hormon yang dimaksud di sini adalah hormon androgen yang mengatur
organogenesis kelamin (pria). Atau bisa juga karena reseptor hormon androgennya sendiri di
dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormon androgen sendiri telah
terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan
suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormon androgen tidak
mencukupi pun akan berdampak sama.
2. Genetika terjadi karena gagalnya sintesis androgen.
Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen
tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
3. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang
bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.
4. Faktor eksogen yang lain
Pajanan prenatal terhadap kokain, alcohol, fenitoin, progestin, rubella, atau diabetes
gestasional. (Andi Susanto, 2015:4-5)
F. Pathways
G. Manifestasi Klinis
1. Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada di bawah atau di dasar penis.
2. Penis melengkung ke bawah
3. Penis tempat seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit depan penis.
(Rukiah & Yulianti, 2013:134)
4. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar,
mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK.
5. Pada Hipospadia grandular/koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan
mengangkat penis keatas.
6. Pada Hipospadia peniscrotal/perineal anak berkemih dengan jongkok. (Yayuk
Susanti, 2011:7)
7. Preputium tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis.
8. Biasanya jika penis mengalami kurvatura (melengkung) ketika ereksi, maka dapat
disimpulkan adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang membentang hingga ke
glans penis.
9. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
10. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
11. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum). (Andi
Yudianto, 2014:7)
Pada kebanyakan penderita terdapat penis yang melengkung ke arah bawah yang akan
tampak lebih jelas pada saat ereksi. Hal ini disebabkan oleh adanya chordee yaitu suatu
jaringan fibrosa yang menyebar mulai dari meatus yang letaknya abnormal ke glands
penis.Jaringan fibrosa ini adalah bentuk rudimeter dari uretra, korpus spongiosum dan
tunika dartos. Walaupun adanya chordee adalah salah satu ciri khas untuk mencurigai
suatu hipospadia, perlu diingat bahwa tidak semua hipospadia memiliki chordee. (Andi
Yudianto, 2014:11)
H. Komplikasi
1. Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin dalam 1 jenis
kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu).
2. Psikis (malu) karena perubahan posisi BAK.
3. Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat dewasa.
Komplikasi paska operasi yang terjadi :
1. Edema / pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat bervariasi,
juga terbentuknya hematom / kumpulan darah dibawah kulit, yang biasanya dicegah
dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi.
2. Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi
dari anastomosis.
3. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang
atau pembentukan batu saat pubertas.
4. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan sebagai
parameter untuyk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur satu tahap saat ini
angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10 %.
5. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna,
dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar yang
berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang.
6. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau adanya
stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut. (Andi Yudianto,2014:7)
I. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika hipospadia terdapat di
pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa kelainan
bawaan lainnya.
Untuk mengetahui hypospadia pada masa kehamilan sangat sulit. Berbagai sumber
menyatakan bahwa hypospadia dapat diketahui segera setelah kelahiran dengan inspeksi
genital pada bayi baru lahir atau dengan melakukan pemeriksaan lain seperti :
1. Rontgen
2. USG sistem kemih kelamin
3. BNO – IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan kelainan kongenital
ginjal
4. Kultur urine/Anak-hipospadia (Yayuk Susanti, 2011:9)
J. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah dengan cara operasi, dikenal
banyak teknik operasi hipospadia, yang umumnya terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1. Operasi pelepasan chordee dan tunneling
Dilakukan pada usia satu setengah hingga dua tahun. Pada tahap ini dilakukan operasi
eksisi chordee dari muara uretra sampai ke glans penis. Setelah eksisi chordee maka penis
akan menjadi lurus akan tetapi meatus uretra masih terletak abnormal. Untuk melihat
keberhasilan setelah eksisi dilakukan tes ereksi buatan intraoperatif dengan menyuntikan
NaCl 0,9% ke dalam korpus kavernosum.
2. Operasi uretroplasti
Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama. Uretra dibuat dari kulit penis
bagian ventral yang diinsisi secara longitudinal paralel di kedua sisi.
Dan pada tahun-tahun terakhir ini, sudah mulai deterapkan operasi yang dilakukan hanya satu
tahap, akan tetapi operasi hanya dapat dilakukan pada hipospadia tipe distal dengan ukuran
penis yang cukup besar.
Tujuan pembedahan :
a. Membuat normal fungsi perkemihan dan fungsi sosial.
b. Perbaikan untuk kosmetik pada penis.
Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-Chaula, Teknik Horton dan
Devine. (Yayuk Susanti, 2011:5-6)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi:
a. Nama : tergantung pada pasien,
b. Umur : biasanya terjadi pada bayi baru lahir,
c. Jenis kelamin : pada umumnya terjadi pada laki-laki,
d. Pendidikan: orang tua yang biasanya rendah,
e. Pekerjaan: pada orang tua yang tergolong berpenghasilan rendah,
f. Diagnosa medis: Hipospadia.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya orang tua pasien mengeluh dan ketakutan dengan kondisi anaknya
karena penis yang melengkung kebawah dan adanya lubang kencing yang tidak pada
tempatnya.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang.
Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang kencing yang
tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak diketahui dengan pasti penyebabnya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu.
Adanya riwayat ibu pada saat kehamilan, misalnya adanya gangguan atau
ketidakseimbangan hormone dan factor lingkungan. Pada saat kehamilan ibu sering terpapar
dengan zat atau polutan yang bersifat tertogenik yang menyebabkan terjadinya mutasi gen
yang dapat menyebabkan pembentukan penis yang tidak sempurna.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga.
Adanya riwayat keturunan atau genetic dari orang tua atau saudara-saudara kandung
dari pasien yang pernah mengalami hipospadia.
4. Pemeriksaan Fisik
 Preoperasi
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) Hasil Pengecekan TTV
4) Pemeriksaan Head To Toe, yang meliputi :
 Kepala
Bentuk kepala, kesimetrisan, kelengkapan, pertumbuhan/tekstur rambut,
warna rambut, keadaan kulit, adanya benjolan/nodul/lesi, adanya nyeri
tekan dsb.
 Wajah dan leher
Bentuk, kesimetrisan, kelengkapan, keadaan kulit, ekspresi wajah,
fungsional mata, telinga, hidung, pengecapan dan pendengaran adanya
nodul/lesi, adanya nyeri tekan, pembesaran kelenjar dsb.
 Dada/thorax
Bentuk dada, kesimetrisan, ekspandi/pengembangan dada, keadaan kulit,
frekuensi, irama dan sifat denyut jantung serta suara pernafasan, hasil
suara perkusi pada dada, batas-batas jantung dan paru apakah ada
kardiomegali dsb.
 Abdomen
Bentuk, kesimetrisan, keadaan kulit, peristaltic usus, batas-batas hepar,
gastrik serta ginjal, biasanya pada kasus hipospadia ketika dipalpasi ginjal
adanya masa/hidronefrosis. Adanya nodul/lesi, adanya nyeri tekan dsb.
 Genetalia
Bentuk penis melengkung ke bawah, kelainan pada kulit depan penis,
adanya kelainan preputium, adanya nyeri tekan, periksa warna, jumlah dan
bau urin.
 Ekstremitas
Bentuk, kesimetrisan dan kelengkapan tangan serta kaki, keadaan kulit,
adanya lesi/nodul atau adanya kelainan warna, kekuatan masa otot,
kelincahan ROM, kelainan jalan atau tidak. (Rukiah & Yulianti, 2013)
 Postoperasi
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) Hasil Pengecekan TTV
Apakah ada peningkatan pada suhu, tekanan darah, respirasi serta denyut nadi.
4) Pemeriksaan Head To Toe, yang meliputi :
 Kepala
 Wajah dan leher
 Dada/thorax
 Abdomen
Apakah ada peningkatan peristaltic usus atau kelainan bentuk setelah
pembedahan.
 Genetalia
Adanya luka pembedahan, nyeri tekan post operasi.
 Ekstremitas
Adanya kelemahan masa otot akibat pembedahan atau efek anastesi,
gangguan pada mobilitas klien. (Rukiah & Yulianti, 2013)
5. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola nyeri/kenyamanan
Pada umumnya pasien tidak mengalami gangguan kenyamanan dan tidak mengalami nyeri.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada umumnya pasien hipospadia nutrisi cairan dan elektrolit dalam tubuhnya tidak
mengalami gangguan.
c. Pola aktivitas
Aktifitas pasien hipospadia tidak ada masalah.
d. Pola eliminasi
Pada saat BAK ibu mengatakan anak harus jongkok karena pancaran kencing pada
saat BAK tidak lurus dan biasanya kearah bawah, menyebar dan mengalir melalui batang
penis.
e. Pola tidur dan istirahat
Pada umumnya pasien dengan hipospadia tidak mengalami gangguan atau tiaak ada
masalah dalam istirahat dan tidurnya.
f. Pola sensori dan kognitif
Secara fisik daya penciuman, perasa, peraba dan daya penglihatan pada pasien
hipospadia adalan normal, secara mental kemungkinan tidak ditemukan adanya gangguan.
g. Pola persepsi diri
Adanya rasa malu pada orang tua kalau anaknya mempunyai kelainan. Pada pasien
sendiri apabila sudah dewasa juga akan merasa malu dan kurang percaya diri atas kondisi
kelainan yang dialaminya.
h. Pola hubungan dan peran
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan
peraen serta megnalami tmbahan dalam menjalankan perannya selama sakit.
i. Pola seksual
Adanya kelainan pada alat kelamin terutama pada penis pasien akan membuat pasien
mengalami gangguan pada saat berhubungan seksual karena penis yang tidak bisa ereksi.
j. Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua pasien akan mengalami stress pada kondisi anaknya yang
mengalami kelainan.
k. Pola higiene.
Pada umumnya pola hygiene pasien tidak ada masalah. (Susanto, 2015:8-10)
B. Diagnosa Keperawatan
 Preoperasi
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan malformasi kongenital.
2. Ansietas (anak dan orang tua) yang berhubungan dengan prosedur pembedahan
(uretroplasti)
3. Resiko infeksi (traktus urinarius) yang berhubungan dengan pemasangan kateter
menetap.
 Postoperasi
1. Perubahan eliminasi (retensi urin) berhubungan dengan obstruksi mekanik/trauma
operasi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tindakan operasi.
3. Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan.
4. Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan penampilan penis anak setelah
pembedahan.
5. Defisit pengetahuan yang berhubungn dengan perawatan rumah.
6. Risiko cedera yang berhubungan dengan kateter urin dicabut atau kateter urin
diangkat. (Yayuk Susanti, 2011:10 & Speer, 2008)
C. Intervensi Keperawatan
DX Tujuan/NIC-NOC Intervensi Rasional
1. Gangguan citra tubuh
berkurang yang
dibuktikan oleh selalu
menunjukkan
adaptasi dengan
ketunadayaan fisik,
citra tubuh positif,
tidak mengalami
keterlambatan dalam
perkembangan anak
dan harga diri positif.
1. Kaji secara verbal dan
nonverbal respon klien
terhadap tubuhnya.
2. Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya
3. Monitor frekuensi
mengkritik dirinya
4. Fasilitasi kontak
dengan individu lain
dalam kelompok kecil
1. Untuk mengkaji
respon diri terhadap
keadaan tubuhnya
2. Agar mengetahui
penilaian diri klien
dan membantu klien
mengekspresikan diri
3. Untuk mengkaji
tingkat kecemasan diri
4. Sosialisasi yang baik
dapat meningkatkan
citra diri yang positif
2. Anak dan orang tua
mengalami penurunan
rasa cemas yang
ditandai oleh
ungkapan
pemahaman tentang
prosedur bedah.
1. Jelaskan kepada anak
dan orang tua tentang
prosedur pembedahan
dan perawatan
pascaoperasi. Gunakan
gambar dan boneka
ketika menjelaskan
prosedur kepada anak.
2. Beri anak kesempatan
untuk
mengekspresikan rasa
takut dan fantasinya
dengan menggunakan
boneka dan wayang.
1. Menjelaskan rencana
pembedahan dan
pascaoperasi
membantu meredakan
rasa cemas dan takut,
dengan membiarkan
anak dan orang tua
mengantisipasi dan
mempersiapkan
peristiwa yang akan
terjadi. Simulasi
dengan
mempergunakan
gambar dan boneka
untuk menjelaskan
prosedur dapat
membuat anak
memahami konsep
yang rumit.
2. Mengekspresikan rasa
takut memungkinkan
anak menghilangkan
rasa takutnya dan
memberi anda
kesempatan untuk
mengkaji tingkat
kognitif dan
kemampuan untuk
memahami kondisi,
serta perlunya
pembedahan.
3. Anak tidak
mengalami infeksi
yang ditandai oleh
hasil urinalisis normal
dan suhu tubuh
normal.
1. Pertahankan kantong
drainase kateter di
bawah geris kandung
kemih dan pastikan
bahwa selang tidak
terdapat simpul dan
kusut
2. Gunakan teknik
aseptic ketika
mengosongkan
kantong kateter.
3. Pantau urine anak
untuk pendeteksian
kekeruhan atau
sedimentasi. Juga
periksa balutan bedah
setiap 4 jam, untuk
1. Mempertahankan
kantong drainase tetap
pada posisi ini
mencegah infeksi
dengan mencegah
urine yang tidak steril
mengalir balik ke
dalam kandung
kemih.
2. Teknik aseptic
mencegah kontaminan
masuk ke dalam
traktur urinarius
3. Tanda ini dapat
mengindikasikan
infeksi.
4. Penigkatan asupan
mengkaji bila tercium
bau busuk atau
drainase purulent;
laporkan tanda-tanda
tersebut kepada dokter
dengan segera.
4. Anjurkan anak untuk
minum sekurang-
kurangnya 60ml/jam
5. Beri obat antibiotic
profilaktik sesuai
program, untuk
membantu mencegah
infeksi. Pantau anak
untuk efek terapeutik
dan efek samping.
cairan dapat
mengencerkan urine
dan mendorong untuk
berkemih.
5. Pemantauan yang
demikian membantu
menentukan
kemanjuran obat
antibiotic dan
toleransi anank
terhadap obat tersebut.
 Postoperasi
DX. Tujuan/ NIC-NOC Intervensi Rasional
1. Menunjukkan
eliminasi urin yang
dibuktikan dengan
menunjukkan
pengosongan
kandung kemih
dengan prosedur
bersih kateterisasi
intermiten mandiri.
1. Melakukan pencapaian
secara komperhensif
jalan urin berfokus
kepada inkontinensia
(ex: urin output,
keinginan BAK yang
paten, fungsi kognitif
dan masalah urin).
2. Monitor kandung
kemih dengan papilasi
dan perkusi
1. Untuk melatih pola
eliminasi yang baik.
2. Bebas dari kebocoran
urin sebelum BAK dan
memonitoring untuk
waktu yang adekuat
antara keinginan BAK.
2. Berkurangnya
intoleransi aktifitas
dengan menunjukkan
1. Dorong penggunaan
alat Bantu tongkat
2. Libatkan orang
1. Dukungan dapat
memberikan keamanan
yang diperlukan untuk
partisipasi dalam
aktifitas fisik, dan
menampilkan aktifitas
sehari-hari dengan
beberapa bantuan.
terdekat dalam
mambantu klien saat
latihan rentang gerak,
mengubah posisi dan
berjalan
3. Puji kliensaat ia
berhasil
menyelesaikan hal-hal
yang kecil
beraktifitas
2. Bantuan dari pasangan
atau orang lan yang
dekay dengan klien
dapat mendorong klien
mengulangi aktivitas
dan mencapai tujuan
3. Dorongan menstimulasi
penampilan yang lebih
baik
3. Anak akan
memperlihatkan
peningkatan rasa
nyaman yang
ditandai oleh
berkurangnya
ekspresi menagis
dan gelisah.
1. Beri obat analgesic
sesuai program.
2. Pastikan kateter
terpasang dengan
benar dan bebas dari
simpul.
1. Untuk meredakan rasa
nyeri.
2. Penempatan kateter
yang tidak tepat dapat
menyebabkan rasa nyeri
atau gesekan akibat
balon yang
digelembungkan.
4. Orang tua akan
mengalami
penurunan rasa
cemas yang ditandai
oleh ungkapan
perasaan mereka
tentang kelainan
anak.
1. Anjurkan orang tua
untuk
mengekspresikan
perasaan dan
kekhawatiran mereka
tentang
ketidaksempurnaan
fisik anak. Fokuskan
pada pertanyaan
tentang seksualitas dan
reproduksi.
2. Bantu orang tua
melalui proses berduka
yang normal.
3. Rujuk orang tua
1. Memberikan perasaan
didukung dan
dimengerti sehingga
mengurangi rasa cemas
mereka.
2. Memungkinkan orang
tua untuk dapat melalui
kecemasan dan perasaan
distress mereka.
3. Untuk membantu orang
tua mengatasi
ketidaksempurnaan fisik
anak.
4. Dengan mendiskusikan
hal ini dengan orang tua
kepada kelompok
pendukung yang tepat,
jika diperlukan.
4. Jelaskan perlunya
menjalani pembedahan
multiple dan jawab
setiap pertanyaan yang
muncul dari orang tua.
dan memberi
kesempatan
mengekspresikan
perasaan mereka, dapat
mengurangi kecemasan.
5. Orang tua
mengekspresikan
pemahaman tentang
instruksi perawatan
di rumah dan
mendemostrasikan
prosedur perawatan
rumah.
1. Ajarkan orang tua tanda
serta gejala infeksi
saluran kemih atau
infeksi pada area insisi,
termasuk peningkatan
suhu, urin keruh, dan
drainase purulent dari
insisi.
2. Ajarkan orang tua cara
merawat kateter dan
penis, mengosongkan
kantung drainase dan
memfiksasi kateter.
Jelaskan perntingnya
memantau warna serta
kejernihan urin.
3. Anjurkan orang tua
untuk mencegah anak
untuk tidak mengambil
posisi mengangkang
saat mengendarai
sepeda atau
menggunakan kuda.
4. Ajarkan orang tua
tentang tujuan dan
1. Untuk mendorong orang
tua mencari pertolongan
medis ketika
membutuhkan.
2. Untuk meningkatkan
kepatuhan terhadap
penatalaksanaan
perawatan di rumah dan
membangu mencegah
kateter lepas serta
infeksi.
3. Posisi mengkangkang
dapat menyebabkan
kateter terlepas dan
merusak area operasi.
4. Dengan mengetahui efek
samping mendorong
orang tua mencari
pertolongan medis ketika
membutuhkan.
oenggunaan antibiotic
serta obat-obatan.
6. Anak tidak
mengalami cedera
yang ditandai oleh
anak dapat
mempertahankan
penempatan kateter
urin yang benar
sampai diangkat oleh
perawat atau dokter.
1. Fiksasi kateter pada
penis anak dengan
menggunakan balutan
dan plester.
2. Tempatkan restrein
pada lengan anak ketika
ia tidak diawasi atau
sedang tidur.
3. Gunakan pengait
tempat tidur untuk
menghindari linen
bersentuhan dngan
kateter dan penis.
1. Sebuah balutan
pengaman dapat
mengurangi
kemungkinan selang
lepas tanpa sengaja.
2. Restrein mencegah anak
menarik atau melepas
kateter.
3. Mencegah selang lepas
tanpa disengaja.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian
bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir.
Yang disebabkan oleh embriologi dan Maskulinisasi inkomplit dari genetalia karena
involusi yang prematur dari sel intersitisial testis. Hipospadia dibagi menjadi tiga berdasarkan
letak anatomis meatus eksterna menjadi hipospadia anterior/distal/derajat1, hipospadia media/
derajat 2,dan hipospadia porterior/proksimal/derajat 3.
B. Saran
Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Asuhan Keperawatan Anak Dengan
Hipospadia/Epispadia merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan yang harus dimiliki
oleh tenaga kesehatan khususnya perawat agar dapat mengaplikasikannya serta berinovasi
dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Ini akan mendukung profesionalisme
dalam wewenang dan tanggung jawab perawat sebagai bagian dari tenaga medis yang
memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan secara komprehensif.

More Related Content

What's hot

Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAsuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Amalia Senja
 
Kumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r clKumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r cl
Yabniel Lit Jingga
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brTeye Onti
 
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanJawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Abdul Rochman
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitas
LSIM
 
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Fransiska Oktafiani
 
Form askep JIWA
Form askep JIWAForm askep JIWA
Form askep JIWA
Mifta Hussa'adah
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etik
Al-Ikhlas14
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
masantian
 
Sp isolasi sosial
Sp isolasi sosialSp isolasi sosial
Sp isolasi sosial
DiniHadianingsih
 
Pemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopoldPemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopold
Mariza Mustika
 
Resume hd tn.y
Resume hd tn.yResume hd tn.y
Resume hd tn.y
DINARIZ
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
Vyan Achmad
 
Konsep dasar-kep.-maternitas
Konsep dasar-kep.-maternitasKonsep dasar-kep.-maternitas
Konsep dasar-kep.-maternitas
DoraSinurat
 
Askep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisiAskep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisi
Sulistia Rini
 
Lp anc benar
Lp anc benarLp anc benar
Lp anc benar
Nurse Jering
 

What's hot (20)

Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAsuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
 
Kumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r clKumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r cl
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Macam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikanMacam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikan
 
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanJawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
 
Tugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensiTugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensi
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitas
 
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
 
Form askep JIWA
Form askep JIWAForm askep JIWA
Form askep JIWA
 
Ii. askep hipertensi
Ii. askep hipertensiIi. askep hipertensi
Ii. askep hipertensi
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etik
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Sp isolasi sosial
Sp isolasi sosialSp isolasi sosial
Sp isolasi sosial
 
Pemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopoldPemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopold
 
Resume hd tn.y
Resume hd tn.yResume hd tn.y
Resume hd tn.y
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Konsep dasar-kep.-maternitas
Konsep dasar-kep.-maternitasKonsep dasar-kep.-maternitas
Konsep dasar-kep.-maternitas
 
Askep atresia ani
Askep atresia aniAskep atresia ani
Askep atresia ani
 
Askep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisiAskep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisi
 
Lp anc benar
Lp anc benarLp anc benar
Lp anc benar
 

Similar to Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan Hipospadia

all about hipospadia, criteria and diagnosis
all about hipospadia, criteria and diagnosisall about hipospadia, criteria and diagnosis
all about hipospadia, criteria and diagnosis
fida579383
 
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3Nindi Yulianti
 
Ppt hipospadia
Ppt hipospadiaPpt hipospadia
Ppt hipospadiaMidwife
 
Materi biologi x ppt bab 10 fix
Materi biologi x ppt bab 10 fixMateri biologi x ppt bab 10 fix
Materi biologi x ppt bab 10 fix
eli priyatna laidan
 
Reproduksi manusia
Reproduksi manusiaReproduksi manusia
Reproduksi manusia
Dani Ibrahim
 
Anatomi dan fisiologi alat reproduksi
Anatomi dan fisiologi alat reproduksiAnatomi dan fisiologi alat reproduksi
Anatomi dan fisiologi alat reproduksi
pjj_kemenkes
 
Bab 2 sistem reproduksi pada manusia
Bab 2 sistem reproduksi pada manusiaBab 2 sistem reproduksi pada manusia
Bab 2 sistem reproduksi pada manusiaNining Mtsnkra
 
Smp1 kelompok6
Smp1 kelompok6Smp1 kelompok6
Smp1 kelompok6
Leo Januard
 
belajar biologi
belajar biologibelajar biologi
Mid embriologi
Mid embriologiMid embriologi
Mid embriologi
Nining Nuraida
 
Maternitas
MaternitasMaternitas
Maternitasrakkas
 
organ reproduksi jantan
organ reproduksi jantanorgan reproduksi jantan
organ reproduksi jantan
REVINA SRI UTAMI,S.Pd
 
REPRODUKSI WANITA . KELOMPOK 2
REPRODUKSI WANITA . KELOMPOK 2REPRODUKSI WANITA . KELOMPOK 2
REPRODUKSI WANITA . KELOMPOK 2
NutfahKamila
 
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
pjj_kemenkes
 
Sistem reproduksi manusia
Sistem reproduksi  manusiaSistem reproduksi  manusia
Sistem reproduksi manusia
Tiara Nutnum
 
Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan
Faktor faktor yang mempengaruhi persalinanFaktor faktor yang mempengaruhi persalinan
Faktor faktor yang mempengaruhi persalinancahyatoshi
 
Biologi sistem reproduksi pada manusia
Biologi sistem reproduksi pada manusiaBiologi sistem reproduksi pada manusia
Biologi sistem reproduksi pada manusiaArief Rahman
 

Similar to Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan Hipospadia (20)

all about hipospadia, criteria and diagnosis
all about hipospadia, criteria and diagnosisall about hipospadia, criteria and diagnosis
all about hipospadia, criteria and diagnosis
 
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3
 
Ppt hipospadia
Ppt hipospadiaPpt hipospadia
Ppt hipospadia
 
Makalah kelamin
Makalah kelaminMakalah kelamin
Makalah kelamin
 
Materi biologi x ppt bab 10 fix
Materi biologi x ppt bab 10 fixMateri biologi x ppt bab 10 fix
Materi biologi x ppt bab 10 fix
 
Modul 1 akk kb 1
Modul 1 akk kb 1Modul 1 akk kb 1
Modul 1 akk kb 1
 
Reproduksi manusia
Reproduksi manusiaReproduksi manusia
Reproduksi manusia
 
Anatomi dan fisiologi alat reproduksi
Anatomi dan fisiologi alat reproduksiAnatomi dan fisiologi alat reproduksi
Anatomi dan fisiologi alat reproduksi
 
Bab 2 sistem reproduksi pada manusia
Bab 2 sistem reproduksi pada manusiaBab 2 sistem reproduksi pada manusia
Bab 2 sistem reproduksi pada manusia
 
Smp1 kelompok6
Smp1 kelompok6Smp1 kelompok6
Smp1 kelompok6
 
belajar biologi
belajar biologibelajar biologi
belajar biologi
 
Mid embriologi
Mid embriologiMid embriologi
Mid embriologi
 
Maternitas
MaternitasMaternitas
Maternitas
 
organ reproduksi jantan
organ reproduksi jantanorgan reproduksi jantan
organ reproduksi jantan
 
Tugas semester 3 ipa
Tugas semester 3 ipaTugas semester 3 ipa
Tugas semester 3 ipa
 
REPRODUKSI WANITA . KELOMPOK 2
REPRODUKSI WANITA . KELOMPOK 2REPRODUKSI WANITA . KELOMPOK 2
REPRODUKSI WANITA . KELOMPOK 2
 
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
 
Sistem reproduksi manusia
Sistem reproduksi  manusiaSistem reproduksi  manusia
Sistem reproduksi manusia
 
Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan
Faktor faktor yang mempengaruhi persalinanFaktor faktor yang mempengaruhi persalinan
Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan
 
Biologi sistem reproduksi pada manusia
Biologi sistem reproduksi pada manusiaBiologi sistem reproduksi pada manusia
Biologi sistem reproduksi pada manusia
 

More from Fransiska Oktafiani

Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anakSatuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Fransiska Oktafiani
 
Format asuhan keperawatan anak 2018
Format asuhan keperawatan anak 2018Format asuhan keperawatan anak 2018
Format asuhan keperawatan anak 2018
Fransiska Oktafiani
 
Patofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anakPatofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anak
Fransiska Oktafiani
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
Fransiska Oktafiani
 
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan DiareProposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
Fransiska Oktafiani
 
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
Fransiska Oktafiani
 
Sejarah Obat Herbal Indonesia
Sejarah Obat Herbal IndonesiaSejarah Obat Herbal Indonesia
Sejarah Obat Herbal Indonesia
Fransiska Oktafiani
 
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAHDIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
Fransiska Oktafiani
 
Drugs And Defibrillation
Drugs And DefibrillationDrugs And Defibrillation
Drugs And Defibrillation
Fransiska Oktafiani
 
Sindroma Koroner Akut
Sindroma Koroner AkutSindroma Koroner Akut
Sindroma Koroner Akut
Fransiska Oktafiani
 
Defibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
Defibrillation || DC (Dirrect Current) ShockDefibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
Defibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
Fransiska Oktafiani
 
Ambulans Keperawatan
Ambulans KeperawatanAmbulans Keperawatan
Ambulans Keperawatan
Fransiska Oktafiani
 
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paruCardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
Fransiska Oktafiani
 
Diagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan SyokDiagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan Syok
Fransiska Oktafiani
 
proses keperawatan jiwa 2017
proses keperawatan jiwa 2017proses keperawatan jiwa 2017
proses keperawatan jiwa 2017
Fransiska Oktafiani
 
konsep dasar karya tulis ilmiah
konsep dasar karya tulis ilmiahkonsep dasar karya tulis ilmiah
konsep dasar karya tulis ilmiah
Fransiska Oktafiani
 
Konsep keperawatan keluarga 2017
Konsep keperawatan keluarga 2017Konsep keperawatan keluarga 2017
Konsep keperawatan keluarga 2017
Fransiska Oktafiani
 
penyajian data hasil karya tulis ilmiah
 penyajian data hasil karya tulis ilmiah  penyajian data hasil karya tulis ilmiah
penyajian data hasil karya tulis ilmiah
Fransiska Oktafiani
 
Skenario penyegaran kader
Skenario penyegaran kaderSkenario penyegaran kader
Skenario penyegaran kader
Fransiska Oktafiani
 
Bagian inti BABI KTI
Bagian inti BABI KTIBagian inti BABI KTI
Bagian inti BABI KTI
Fransiska Oktafiani
 

More from Fransiska Oktafiani (20)

Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anakSatuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
 
Format asuhan keperawatan anak 2018
Format asuhan keperawatan anak 2018Format asuhan keperawatan anak 2018
Format asuhan keperawatan anak 2018
 
Patofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anakPatofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anak
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
 
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan DiareProposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
 
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
 
Sejarah Obat Herbal Indonesia
Sejarah Obat Herbal IndonesiaSejarah Obat Herbal Indonesia
Sejarah Obat Herbal Indonesia
 
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAHDIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
 
Drugs And Defibrillation
Drugs And DefibrillationDrugs And Defibrillation
Drugs And Defibrillation
 
Sindroma Koroner Akut
Sindroma Koroner AkutSindroma Koroner Akut
Sindroma Koroner Akut
 
Defibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
Defibrillation || DC (Dirrect Current) ShockDefibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
Defibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
 
Ambulans Keperawatan
Ambulans KeperawatanAmbulans Keperawatan
Ambulans Keperawatan
 
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paruCardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
 
Diagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan SyokDiagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan Syok
 
proses keperawatan jiwa 2017
proses keperawatan jiwa 2017proses keperawatan jiwa 2017
proses keperawatan jiwa 2017
 
konsep dasar karya tulis ilmiah
konsep dasar karya tulis ilmiahkonsep dasar karya tulis ilmiah
konsep dasar karya tulis ilmiah
 
Konsep keperawatan keluarga 2017
Konsep keperawatan keluarga 2017Konsep keperawatan keluarga 2017
Konsep keperawatan keluarga 2017
 
penyajian data hasil karya tulis ilmiah
 penyajian data hasil karya tulis ilmiah  penyajian data hasil karya tulis ilmiah
penyajian data hasil karya tulis ilmiah
 
Skenario penyegaran kader
Skenario penyegaran kaderSkenario penyegaran kader
Skenario penyegaran kader
 
Bagian inti BABI KTI
Bagian inti BABI KTIBagian inti BABI KTI
Bagian inti BABI KTI
 

Recently uploaded

Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
nadyahermawan
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Winda Qowiyatus
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 

Recently uploaded (20)

Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 

Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan Hipospadia

  • 1. MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HIPOSPADIA Disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Keperawatan Anak Pembimbing : Ns. Ayu Yuliani S, M.Kep., Sp.Kep. An Tim Kelompok : 1. Fransiska Oktafiani : NIM. P2.06.20.02.15.054 2. Salsabillah Firdausy : NIM. P2.06.20.02.15.069 3. Triadi : NIM. P2.06.20.02.15.075 POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA Program Studi DIII Keperawatan Cirebon Jalan Pemuda No. 38 Cirebon
  • 2. KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Hipospadia” Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Hipospadia pada Anak ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca. Cirebon, Maret 2017 Penulis
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipospadia adalah malformasi yang umum terjadi di saluran genital laki-laki yang ditunjukan dengan muara uretra yang abnormal dimana lokasi muara uretra/ostium uretra eksternum (OUE) dapat berada di bagian anterior (glandular, coronal, dan distal penile), bagian pertengahan, atau bagian posterior (penoscrotal, scrotal, perineal) dengan derajat kurvatura penis yang berbeda. Istilah hipospadia berasal dari bahasa Yunani, yaitu Hypo (below) dan spaden (opening). Hipospadia menyebabkan terjadinya berbagai tingkatan defisiensi uretra. Jaringan fibrosis yang menyebabkan chordee menggantikan fascia Bucks dan tunika dartos. Kulit dan preputium pada bagian ventral menjadi tipis, tidak sempurna dan membentuk kerudung dorsal di atas glans (Duckett, 1986, Mc Aninch,1992). Kelainan konginetal pada penis menjadi suatu masalah yang sangat penting, karena selain berfungsi sebagai pengeluaran urine juga berfungsi sebagai alat seksual yang pada kemudian hari dapat berpengaruh terhadap fertilitas. Salah satu kelainan konginetal terbanyak kedua pada penis setelah cryptorchidism yaitu hipospadia. Selain berpengaruh terhadap fungsi reproduksi yang paling utama adalah pengaruh terhadap psikologis dan sosial anak. Penyebab dari hiposapadia ini sangat multifaktorial antara lain disebabkan oleh gangguan dan ketidakseimbangan hormone, genetika dan lingkungan. Ganguan keseimbangan hormon yang dimaksud adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Sedangkan dari faktor genetika , dapat terjadi karena gagalnya sintesis androgen sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi. Dan untuk faktor lingkungan adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi. Insiden malformasi ini bervariasi di seluruh dunia dan memiliki kecenderungan yang meningkat setiap tahun. Hipospadia mengenai sekitar 1:250 sampai 1:125 kelahiran bayi laki- laki di Amerika serikat. Sumber lain menyebutkan bahwa kelainan ini mengenai 30-40 anak per 10.000 kelahiran bayi laki-laki. Kelainan ini cenderung terjadi pada ras Kaukasia dibanding non Kaukasia. Sebuah studi di Asia menyebutkan bahwa 27 (0.41%) bayi baru
  • 4. lahir dari 6.538 kelahiran bayi laki-laki memiliki hipospadia. Insiden ini meningkat dari 2.85 per seribu di tahun 1999 sampai 6.89 per seribu di tahun 2005. Sedangkan prevalensi malformasi ini di Cina sekitar 5,8 per 10.000 kelahiran bayi laki-laki dan cenderung meningkat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu sebagai berikut : 1. Apa definisi hipospadia ? 2. Bagaimana antomi dan fisiologi uretra? 3. Bagaimana patofisiologi pada hipospadia ? 4. Apa etiologi hipospadia ? 5. Apa saja klasifikasi hipospadia ? 6. Bagaimana manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik serta penatalaksanaan medis pada pasien (anak) hipospadia ? 7. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan hipospadia ? C. Tujuan Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas keperawatan anak dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Hipospadia” Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah agar penulis ataupun pembaca mengetahui serta memahami : 1. Definisi hipospadia 2. Anatomi fisiologi uretra 3. Patofisiologi hipospadia 4. Etiologi hipospadia 5. Klasifikasi hipospadia 6. Manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostic dan menatalaksanaan medis hipospadia 7. Asuhan keperawatan pada anak dengan hipospadia
  • 5. BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi 1. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal/ujung glans penis. (Yayuk Susanti, 2011:3) 2. Hipospadia merupakan kelainan kongenital yang dapat dideteksi ketika atau segera setelah bayi lahir, istilah hipospadia menjelaskan adanya kelainan pada muara uretra pria. Kelainan hipospadia lebih sering terjadi pada muara uretra, biasanya tampak disisi ventral batang penis. Sering kali, kendati tidak selalu kelainan tersebut diasosiasikan sebagi suatu chordee, yaitu untuk istilah penis yang menekuk kebawah. (Khathleen Morgan Speer, 2008:168) 3. Hipospadia yaiitu lubang uretra tidak terletak pada tempatnya, misalnya : berada di bawah pangkal penis. Jika lubang kecil saja tidak memerlukan tindakan karena dapat menutup sendiri. Tetapi jika lubang tersebut besar perlu tindakan bedah dan menunggu anak sudah dalam usia remaja sampai ke 14. (Rukiah & Yulianti, 2013) B. Anatomi Fisiologi Uretra Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari buli-buli melalui proses miksi. Pada pria organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan sperma. Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra, dan sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior. Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Uretra pars anterior, yaitu uretra yang dibungkus oleh korpus spongiosum penis, terdiri dari: pars bulbosa, pars pendularis, fossa navikulare, dan meatus uretra eksterna. 2. Uretra pars posterior, terdiri dari uretra pars prostatika, yaitu bagian uretra yang dilengkapi oleh kelenjar prostat, dan uretra pars membranasea. Uretra merupakan sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kencing ke lubang luar, dilapisi membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi kandung kencing. Meatus urinarius terdiri atas serabut otot lingkar yang membentuk sfingter uretra (Pearce, 2006). Uretra mengalirkan urin dari kandung kencing ke bagian eksterior tubuh.
  • 6. Uretra laki-laki panjangnya mencapai 20 cm dan melalui kalenjar prostat dan penis. Ada tiga bagian uretra (Sloane, 2003), yaitu: 1. Uretra prostatik Dikelilingi oleh kalenjar prostat. Uretra ini menerima dua duktus ejakulator yang masing- masing terbentuk dari penyatuan duktus deferen dan duktus kalenjar vesikel seminal, serta menjadi tempat bermuaranya sejumlah duktus dari kalenjar prostat. 2. Uretra membranosa Bagian yang terpendek (1 cm sampai 2 cm). Bagian ini berdinding tipis dan dikelilingi oleh otot rangka sfingter uretra eksternal. 3. Uretra kavernous (penile, bersepons) Merupakan bagian yang terpanjang. Bagian ini menerima duktus kalenjar bulbouretra dan merentang sampai orifisium uretra eksternal pada ujung penis. Tepat sebelum mulut penis, uretra membesar untuk membentuk suatu dilatasi kecil, fosa navicularis. Uretra kavernous dikelilingi korpus spongiosum, yaitu suatu kerangka ruang vena yang besar. Uretra terbentuk dari penyatuan lipatan uretra sepanjang permukaan ventral penis. Glandula uretra terbentuk dari kanalisasi funikulus ektoderm yang tumbuh melalui glands untuk menyatu dengan lipatan uretra yang menyatu. Hipospadia terjadi bila penyatuan di garis tengah lipatan uretra tidak lengkap sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral penis. Ada beberapa derajat kelainan pada glandular (letak meatus yang salah pada glands), korona (pada sulkus korona), penis (di sepanjang batang penis), penoskrotal (pada pertemuan ventral penis dan skrotum), dan perineal/pada perineum (Andi Susanto, 2015:2-3). Keterangan Gambar : A : Penis yang Normal B :Hypospadias dengan chorda
  • 7. C. Patofisiologi Hypospadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembangan uretra dalam utero. Hypospadia di mana lubang uretra terletak pada perbatasan penis dan skortum, ini dapat berkaitan dengan crodee kongiental. Paling umum pada hypospadia adalah lubang uretra bermuara pada tempat frenum, frenumnya tidak berbentuk, tempat normalnya meatus uranius di tandai pada glans penis sebagai celah buntuh. Pada embrio yang berumur 2 minggu baru terdapat 2 lapisan yaitu ektoderm dan endoderm. Baru kemudian terbentuk lekukan di tengah-tengah yaitu mesoderm yang kemudian bermigrasi ke perifer, memisahkan ektoderm dan endoderm, sedangkan di bagian kaudalnya tetap bersatu membentuk membran kloaka. Pada permulaan minggu ke-6, terbentuk tonjolan antara umbilical cord dan tail yang disebut genital tubercle. Di bawahnya pada garis tengah terbenuk lekukan dimana di bagian lateralnya ada 2 lipatan memanjang yang disebut genital fold/crodee. Selama minggu ke-7, genital tubercle akan memanjang dan membentuk glans. Bila terjadi agenesis dari mesoderm, maka genital tubercle tak terbentuk, sehingga penis juga tak terbentuk. Bagian anterior dari membrana kloaka, yaitu membrana urogenitalia akan ruptur dan membentuk sinus. Sementara itu genital fold akan membentuk sisi-sisi dari sinus urogenitalia. Bila genital fold gagal bersatu di atas sinus urogenitalia, maka akan terjadi hipospadia. (Andi Yudianto, 2014:10) D. Klasifikasi Hipospadia biasanya diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi meatus urethra : 1. Anterior atau hipospadia distal (meatus urethra terletak di gland penis), pada hipospadia derajat pertama ini letak meatus urethra eksterna dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu hipospadial sine (curvatura ventral penis dengan letak meatus urethra eksterna normal, jenis ini sering dianggap hipospadia yang bukan sebenarnya), glandular (letak meatus ekterna hanya turun sedikit pada bagian ventral gland penis), dan sub-coronal (letak meatus urethra eksterna terletak di sulcus coronal penis). 2. Middle shaft atau intermediate hipospadia, yang disebut hipospadia derajat dua, juga dapat dibagi berdasar letak meatus urethra menjadi distal penis, mid-shaft, dan tipe proksimal.
  • 8. 3. Hipospadia posterior atau proksimal atau derajat tiga dibagi menjadi penoscrotal (meatus urethra di antara pertemuan basis penis dan scrotum), scrotal (meatus urethra eksterna di scrotum), dan perineal (meatus urethra eksterna di bawah scrotum dan pada area perineum). Hipospadia anterior/distal/derajat 1 1. Hipospadiasine 2. Glandular 3. Sub-coronal Hipospadia media/derajat 2 4. Penis distal 5. Midshaft 6. Penis proksimal Hipospadia posterior/derajat 3 7. Penoscrotal 8. Scrotal 9. Perineal Gambar 1. Klasifikasi hipospadia berdasar letak anatomis meatus urethra. Keterangan gambar : Hipospadia dibagi menjadi tiga berdasarkan letak anatomis meatus eksterna menjadi hipospadia anterior/distal/derajat1, hipospadia media/ derajat 2, dan hipospadia porterior/proksimal/derajat 3. (Khilyatul Mufida, 2012:11-12) E. Etiologi Penyebab fimosis pada bayi baru lahir harus diketahui secara dini agar petugas kesehatan terutama perawat/bidan dalam hal ini sering melakukan pertolongan persalinan pada ibu agar mudah melakukan antisipasi penyebabnya antara lain : uretra terlalu pendek, sehingga tidak mencapai glans penis, kelainan terbatas pada uretra anterior dan leher kandung kemih, merupakan kelainan congenital, terjadi adanya hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan minggu ke 10. (Rukiah & Yulianti, 2013) Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadi dan epispadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain: 1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon
  • 9. Hormon yang dimaksud di sini adalah hormon androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau bisa juga karena reseptor hormon androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormon androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormon androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama. 2. Genetika terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi. 3. Lingkungan Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi. 4. Faktor eksogen yang lain Pajanan prenatal terhadap kokain, alcohol, fenitoin, progestin, rubella, atau diabetes gestasional. (Andi Susanto, 2015:4-5) F. Pathways
  • 10. G. Manifestasi Klinis 1. Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada di bawah atau di dasar penis. 2. Penis melengkung ke bawah 3. Penis tempat seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit depan penis. (Rukiah & Yulianti, 2013:134) 4. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar, mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK. 5. Pada Hipospadia grandular/koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan mengangkat penis keatas. 6. Pada Hipospadia peniscrotal/perineal anak berkemih dengan jongkok. (Yayuk Susanti, 2011:7) 7. Preputium tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis. 8. Biasanya jika penis mengalami kurvatura (melengkung) ketika ereksi, maka dapat disimpulkan adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang membentang hingga ke glans penis. 9. Kulit penis bagian bawah sangat tipis. 10. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada. 11. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum). (Andi Yudianto, 2014:7) Pada kebanyakan penderita terdapat penis yang melengkung ke arah bawah yang akan tampak lebih jelas pada saat ereksi. Hal ini disebabkan oleh adanya chordee yaitu suatu jaringan fibrosa yang menyebar mulai dari meatus yang letaknya abnormal ke glands penis.Jaringan fibrosa ini adalah bentuk rudimeter dari uretra, korpus spongiosum dan tunika dartos. Walaupun adanya chordee adalah salah satu ciri khas untuk mencurigai suatu hipospadia, perlu diingat bahwa tidak semua hipospadia memiliki chordee. (Andi Yudianto, 2014:11) H. Komplikasi 1. Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin dalam 1 jenis kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu). 2. Psikis (malu) karena perubahan posisi BAK. 3. Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat dewasa. Komplikasi paska operasi yang terjadi :
  • 11. 1. Edema / pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat bervariasi, juga terbentuknya hematom / kumpulan darah dibawah kulit, yang biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi. 2. Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi dari anastomosis. 3. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang atau pembentukan batu saat pubertas. 4. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan sebagai parameter untuyk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur satu tahap saat ini angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10 %. 5. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna, dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang. 6. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut. (Andi Yudianto,2014:7) I. Pemeriksaan Diagnostik Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa kelainan bawaan lainnya. Untuk mengetahui hypospadia pada masa kehamilan sangat sulit. Berbagai sumber menyatakan bahwa hypospadia dapat diketahui segera setelah kelahiran dengan inspeksi genital pada bayi baru lahir atau dengan melakukan pemeriksaan lain seperti : 1. Rontgen 2. USG sistem kemih kelamin 3. BNO – IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan kelainan kongenital ginjal 4. Kultur urine/Anak-hipospadia (Yayuk Susanti, 2011:9) J. Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah dengan cara operasi, dikenal banyak teknik operasi hipospadia, yang umumnya terdiri dari beberapa tahap yaitu: 1. Operasi pelepasan chordee dan tunneling
  • 12. Dilakukan pada usia satu setengah hingga dua tahun. Pada tahap ini dilakukan operasi eksisi chordee dari muara uretra sampai ke glans penis. Setelah eksisi chordee maka penis akan menjadi lurus akan tetapi meatus uretra masih terletak abnormal. Untuk melihat keberhasilan setelah eksisi dilakukan tes ereksi buatan intraoperatif dengan menyuntikan NaCl 0,9% ke dalam korpus kavernosum. 2. Operasi uretroplasti Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama. Uretra dibuat dari kulit penis bagian ventral yang diinsisi secara longitudinal paralel di kedua sisi. Dan pada tahun-tahun terakhir ini, sudah mulai deterapkan operasi yang dilakukan hanya satu tahap, akan tetapi operasi hanya dapat dilakukan pada hipospadia tipe distal dengan ukuran penis yang cukup besar. Tujuan pembedahan : a. Membuat normal fungsi perkemihan dan fungsi sosial. b. Perbaikan untuk kosmetik pada penis. Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-Chaula, Teknik Horton dan Devine. (Yayuk Susanti, 2011:5-6)
  • 13. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Identitas Meliputi: a. Nama : tergantung pada pasien, b. Umur : biasanya terjadi pada bayi baru lahir, c. Jenis kelamin : pada umumnya terjadi pada laki-laki, d. Pendidikan: orang tua yang biasanya rendah, e. Pekerjaan: pada orang tua yang tergolong berpenghasilan rendah, f. Diagnosa medis: Hipospadia. 2. Keluhan Utama Pada umumnya orang tua pasien mengeluh dan ketakutan dengan kondisi anaknya karena penis yang melengkung kebawah dan adanya lubang kencing yang tidak pada tempatnya. 3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Penyakit Sekarang. Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang kencing yang tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak diketahui dengan pasti penyebabnya. b. Riwayat Penyakit Dahulu. Adanya riwayat ibu pada saat kehamilan, misalnya adanya gangguan atau ketidakseimbangan hormone dan factor lingkungan. Pada saat kehamilan ibu sering terpapar dengan zat atau polutan yang bersifat tertogenik yang menyebabkan terjadinya mutasi gen yang dapat menyebabkan pembentukan penis yang tidak sempurna. c. Riwayat Kesehatan Keluarga. Adanya riwayat keturunan atau genetic dari orang tua atau saudara-saudara kandung dari pasien yang pernah mengalami hipospadia. 4. Pemeriksaan Fisik  Preoperasi 1) Keadaan umum
  • 14. 2) Kesadaran 3) Hasil Pengecekan TTV 4) Pemeriksaan Head To Toe, yang meliputi :  Kepala Bentuk kepala, kesimetrisan, kelengkapan, pertumbuhan/tekstur rambut, warna rambut, keadaan kulit, adanya benjolan/nodul/lesi, adanya nyeri tekan dsb.  Wajah dan leher Bentuk, kesimetrisan, kelengkapan, keadaan kulit, ekspresi wajah, fungsional mata, telinga, hidung, pengecapan dan pendengaran adanya nodul/lesi, adanya nyeri tekan, pembesaran kelenjar dsb.  Dada/thorax Bentuk dada, kesimetrisan, ekspandi/pengembangan dada, keadaan kulit, frekuensi, irama dan sifat denyut jantung serta suara pernafasan, hasil suara perkusi pada dada, batas-batas jantung dan paru apakah ada kardiomegali dsb.  Abdomen Bentuk, kesimetrisan, keadaan kulit, peristaltic usus, batas-batas hepar, gastrik serta ginjal, biasanya pada kasus hipospadia ketika dipalpasi ginjal adanya masa/hidronefrosis. Adanya nodul/lesi, adanya nyeri tekan dsb.  Genetalia Bentuk penis melengkung ke bawah, kelainan pada kulit depan penis, adanya kelainan preputium, adanya nyeri tekan, periksa warna, jumlah dan bau urin.  Ekstremitas Bentuk, kesimetrisan dan kelengkapan tangan serta kaki, keadaan kulit, adanya lesi/nodul atau adanya kelainan warna, kekuatan masa otot, kelincahan ROM, kelainan jalan atau tidak. (Rukiah & Yulianti, 2013)  Postoperasi 1) Keadaan umum 2) Kesadaran 3) Hasil Pengecekan TTV Apakah ada peningkatan pada suhu, tekanan darah, respirasi serta denyut nadi.
  • 15. 4) Pemeriksaan Head To Toe, yang meliputi :  Kepala  Wajah dan leher  Dada/thorax  Abdomen Apakah ada peningkatan peristaltic usus atau kelainan bentuk setelah pembedahan.  Genetalia Adanya luka pembedahan, nyeri tekan post operasi.  Ekstremitas Adanya kelemahan masa otot akibat pembedahan atau efek anastesi, gangguan pada mobilitas klien. (Rukiah & Yulianti, 2013) 5. Pola-pola fungsi kesehatan a. Pola nyeri/kenyamanan Pada umumnya pasien tidak mengalami gangguan kenyamanan dan tidak mengalami nyeri. b. Pola nutrisi dan metabolisme Pada umumnya pasien hipospadia nutrisi cairan dan elektrolit dalam tubuhnya tidak mengalami gangguan. c. Pola aktivitas Aktifitas pasien hipospadia tidak ada masalah. d. Pola eliminasi Pada saat BAK ibu mengatakan anak harus jongkok karena pancaran kencing pada saat BAK tidak lurus dan biasanya kearah bawah, menyebar dan mengalir melalui batang penis. e. Pola tidur dan istirahat Pada umumnya pasien dengan hipospadia tidak mengalami gangguan atau tiaak ada masalah dalam istirahat dan tidurnya. f. Pola sensori dan kognitif Secara fisik daya penciuman, perasa, peraba dan daya penglihatan pada pasien hipospadia adalan normal, secara mental kemungkinan tidak ditemukan adanya gangguan.
  • 16. g. Pola persepsi diri Adanya rasa malu pada orang tua kalau anaknya mempunyai kelainan. Pada pasien sendiri apabila sudah dewasa juga akan merasa malu dan kurang percaya diri atas kondisi kelainan yang dialaminya. h. Pola hubungan dan peran Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan peraen serta megnalami tmbahan dalam menjalankan perannya selama sakit. i. Pola seksual Adanya kelainan pada alat kelamin terutama pada penis pasien akan membuat pasien mengalami gangguan pada saat berhubungan seksual karena penis yang tidak bisa ereksi. j. Pola penanggulangan stress Biasanya orang tua pasien akan mengalami stress pada kondisi anaknya yang mengalami kelainan. k. Pola higiene. Pada umumnya pola hygiene pasien tidak ada masalah. (Susanto, 2015:8-10) B. Diagnosa Keperawatan  Preoperasi 1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan malformasi kongenital. 2. Ansietas (anak dan orang tua) yang berhubungan dengan prosedur pembedahan (uretroplasti) 3. Resiko infeksi (traktus urinarius) yang berhubungan dengan pemasangan kateter menetap.  Postoperasi 1. Perubahan eliminasi (retensi urin) berhubungan dengan obstruksi mekanik/trauma operasi. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tindakan operasi. 3. Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan. 4. Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan penampilan penis anak setelah pembedahan. 5. Defisit pengetahuan yang berhubungn dengan perawatan rumah.
  • 17. 6. Risiko cedera yang berhubungan dengan kateter urin dicabut atau kateter urin diangkat. (Yayuk Susanti, 2011:10 & Speer, 2008) C. Intervensi Keperawatan DX Tujuan/NIC-NOC Intervensi Rasional 1. Gangguan citra tubuh berkurang yang dibuktikan oleh selalu menunjukkan adaptasi dengan ketunadayaan fisik, citra tubuh positif, tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan anak dan harga diri positif. 1. Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya. 2. Dorong klien mengungkapkan perasaannya 3. Monitor frekuensi mengkritik dirinya 4. Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil 1. Untuk mengkaji respon diri terhadap keadaan tubuhnya 2. Agar mengetahui penilaian diri klien dan membantu klien mengekspresikan diri 3. Untuk mengkaji tingkat kecemasan diri 4. Sosialisasi yang baik dapat meningkatkan citra diri yang positif 2. Anak dan orang tua mengalami penurunan rasa cemas yang ditandai oleh ungkapan pemahaman tentang prosedur bedah. 1. Jelaskan kepada anak dan orang tua tentang prosedur pembedahan dan perawatan pascaoperasi. Gunakan gambar dan boneka ketika menjelaskan prosedur kepada anak. 2. Beri anak kesempatan untuk mengekspresikan rasa takut dan fantasinya dengan menggunakan boneka dan wayang. 1. Menjelaskan rencana pembedahan dan pascaoperasi membantu meredakan rasa cemas dan takut, dengan membiarkan anak dan orang tua mengantisipasi dan mempersiapkan peristiwa yang akan terjadi. Simulasi dengan mempergunakan gambar dan boneka untuk menjelaskan
  • 18. prosedur dapat membuat anak memahami konsep yang rumit. 2. Mengekspresikan rasa takut memungkinkan anak menghilangkan rasa takutnya dan memberi anda kesempatan untuk mengkaji tingkat kognitif dan kemampuan untuk memahami kondisi, serta perlunya pembedahan. 3. Anak tidak mengalami infeksi yang ditandai oleh hasil urinalisis normal dan suhu tubuh normal. 1. Pertahankan kantong drainase kateter di bawah geris kandung kemih dan pastikan bahwa selang tidak terdapat simpul dan kusut 2. Gunakan teknik aseptic ketika mengosongkan kantong kateter. 3. Pantau urine anak untuk pendeteksian kekeruhan atau sedimentasi. Juga periksa balutan bedah setiap 4 jam, untuk 1. Mempertahankan kantong drainase tetap pada posisi ini mencegah infeksi dengan mencegah urine yang tidak steril mengalir balik ke dalam kandung kemih. 2. Teknik aseptic mencegah kontaminan masuk ke dalam traktur urinarius 3. Tanda ini dapat mengindikasikan infeksi. 4. Penigkatan asupan
  • 19. mengkaji bila tercium bau busuk atau drainase purulent; laporkan tanda-tanda tersebut kepada dokter dengan segera. 4. Anjurkan anak untuk minum sekurang- kurangnya 60ml/jam 5. Beri obat antibiotic profilaktik sesuai program, untuk membantu mencegah infeksi. Pantau anak untuk efek terapeutik dan efek samping. cairan dapat mengencerkan urine dan mendorong untuk berkemih. 5. Pemantauan yang demikian membantu menentukan kemanjuran obat antibiotic dan toleransi anank terhadap obat tersebut.  Postoperasi DX. Tujuan/ NIC-NOC Intervensi Rasional 1. Menunjukkan eliminasi urin yang dibuktikan dengan menunjukkan pengosongan kandung kemih dengan prosedur bersih kateterisasi intermiten mandiri. 1. Melakukan pencapaian secara komperhensif jalan urin berfokus kepada inkontinensia (ex: urin output, keinginan BAK yang paten, fungsi kognitif dan masalah urin). 2. Monitor kandung kemih dengan papilasi dan perkusi 1. Untuk melatih pola eliminasi yang baik. 2. Bebas dari kebocoran urin sebelum BAK dan memonitoring untuk waktu yang adekuat antara keinginan BAK. 2. Berkurangnya intoleransi aktifitas dengan menunjukkan 1. Dorong penggunaan alat Bantu tongkat 2. Libatkan orang 1. Dukungan dapat memberikan keamanan yang diperlukan untuk
  • 20. partisipasi dalam aktifitas fisik, dan menampilkan aktifitas sehari-hari dengan beberapa bantuan. terdekat dalam mambantu klien saat latihan rentang gerak, mengubah posisi dan berjalan 3. Puji kliensaat ia berhasil menyelesaikan hal-hal yang kecil beraktifitas 2. Bantuan dari pasangan atau orang lan yang dekay dengan klien dapat mendorong klien mengulangi aktivitas dan mencapai tujuan 3. Dorongan menstimulasi penampilan yang lebih baik 3. Anak akan memperlihatkan peningkatan rasa nyaman yang ditandai oleh berkurangnya ekspresi menagis dan gelisah. 1. Beri obat analgesic sesuai program. 2. Pastikan kateter terpasang dengan benar dan bebas dari simpul. 1. Untuk meredakan rasa nyeri. 2. Penempatan kateter yang tidak tepat dapat menyebabkan rasa nyeri atau gesekan akibat balon yang digelembungkan. 4. Orang tua akan mengalami penurunan rasa cemas yang ditandai oleh ungkapan perasaan mereka tentang kelainan anak. 1. Anjurkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mereka tentang ketidaksempurnaan fisik anak. Fokuskan pada pertanyaan tentang seksualitas dan reproduksi. 2. Bantu orang tua melalui proses berduka yang normal. 3. Rujuk orang tua 1. Memberikan perasaan didukung dan dimengerti sehingga mengurangi rasa cemas mereka. 2. Memungkinkan orang tua untuk dapat melalui kecemasan dan perasaan distress mereka. 3. Untuk membantu orang tua mengatasi ketidaksempurnaan fisik anak. 4. Dengan mendiskusikan hal ini dengan orang tua
  • 21. kepada kelompok pendukung yang tepat, jika diperlukan. 4. Jelaskan perlunya menjalani pembedahan multiple dan jawab setiap pertanyaan yang muncul dari orang tua. dan memberi kesempatan mengekspresikan perasaan mereka, dapat mengurangi kecemasan. 5. Orang tua mengekspresikan pemahaman tentang instruksi perawatan di rumah dan mendemostrasikan prosedur perawatan rumah. 1. Ajarkan orang tua tanda serta gejala infeksi saluran kemih atau infeksi pada area insisi, termasuk peningkatan suhu, urin keruh, dan drainase purulent dari insisi. 2. Ajarkan orang tua cara merawat kateter dan penis, mengosongkan kantung drainase dan memfiksasi kateter. Jelaskan perntingnya memantau warna serta kejernihan urin. 3. Anjurkan orang tua untuk mencegah anak untuk tidak mengambil posisi mengangkang saat mengendarai sepeda atau menggunakan kuda. 4. Ajarkan orang tua tentang tujuan dan 1. Untuk mendorong orang tua mencari pertolongan medis ketika membutuhkan. 2. Untuk meningkatkan kepatuhan terhadap penatalaksanaan perawatan di rumah dan membangu mencegah kateter lepas serta infeksi. 3. Posisi mengkangkang dapat menyebabkan kateter terlepas dan merusak area operasi. 4. Dengan mengetahui efek samping mendorong orang tua mencari pertolongan medis ketika membutuhkan.
  • 22. oenggunaan antibiotic serta obat-obatan. 6. Anak tidak mengalami cedera yang ditandai oleh anak dapat mempertahankan penempatan kateter urin yang benar sampai diangkat oleh perawat atau dokter. 1. Fiksasi kateter pada penis anak dengan menggunakan balutan dan plester. 2. Tempatkan restrein pada lengan anak ketika ia tidak diawasi atau sedang tidur. 3. Gunakan pengait tempat tidur untuk menghindari linen bersentuhan dngan kateter dan penis. 1. Sebuah balutan pengaman dapat mengurangi kemungkinan selang lepas tanpa sengaja. 2. Restrein mencegah anak menarik atau melepas kateter. 3. Mencegah selang lepas tanpa disengaja.
  • 23. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir. Yang disebabkan oleh embriologi dan Maskulinisasi inkomplit dari genetalia karena involusi yang prematur dari sel intersitisial testis. Hipospadia dibagi menjadi tiga berdasarkan letak anatomis meatus eksterna menjadi hipospadia anterior/distal/derajat1, hipospadia media/ derajat 2,dan hipospadia porterior/proksimal/derajat 3. B. Saran Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Asuhan Keperawatan Anak Dengan Hipospadia/Epispadia merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan khususnya perawat agar dapat mengaplikasikannya serta berinovasi dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Ini akan mendukung profesionalisme dalam wewenang dan tanggung jawab perawat sebagai bagian dari tenaga medis yang memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan secara komprehensif.