1. Dokumen tersebut membahas latar belakang masalah kedisiplinan siswa SMA Negeri 1 Waled terhadap tata tertib sekolah dan perlunya program bimbingan pribadi untuk meningkatkannya.
2. Teridentifikasi bahwa banyak siswa kelas XI melanggar berbagai tata tertib sekolah seperti berseragam, kehadiran, dan penampilan.
3. Peneliti membatasi ruang lingkupnya pada rancangan program bimbingan
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk
generasi bangsa, karena melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan
generasi penerus yang bertakwa, berbudi pekerti luhur, dan sadar akan
kesadaran nilai-nilai. Seperti yang tercantum dalam Undang-undang RI No. 20
Tahun 2003 Pasal 3 yang menyatakan bahwa “Tujuan pendidikan nasional
adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab”.
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tersebut, menekankan
bahwa sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan memiliki peran untuk
mewujudkannya. Karena sekolah memiliki tujuan yang sama dengan
pendidikan nasional, yaitu bertugas menumbuhkembangkan keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, budi pekerti luhur, pengetahuan,
keterampilan, menumbuhkan daya penilaian yang benar, menumbuhkan
kesadaran tentang nilai-nilai kehidupan melalui penyelenggaraan proses belajar
mengajar, membimbing, mendidik, melatih, dan mengembangkan kemampuan
siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Mencapai tujuan tersebut tidak selalu
1
2. 2
berjalan dengan lancar, karena banyak faktor penghambat yang dijumpai dalam
penyelengaraan pendidikan. Baik dari faktor peserta didik maupun pihak
sekolah. Salah satu faktor yang berasal dari peserta didik yaitu disiplin yang
rendah. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pendidikan salah satu upaya
yang dilakukan oleh sekolah yaitu dengan meningkatkan kedisiplinan siswa
dalam mematuhi tata tertib sekolah.
Soegeng (Tu’u, 2004:31) mengungkapkan bahwa disiplin adalah suatu
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian
perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian
perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui keluarga,
pendidikan, dan pengalaman.
Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia (1994:284) dijelaskan bahwa
tata tertib adalah peraturan-peraturan yang harus ditaati atau dilakukan demi
tertibnya sesuatu. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
disiplin tata tertib adalah perilaku yang menunjukkan ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan dan keteraturan seorang individu dalam mematuhi peraturan-
peraturan yang berlaku di lingkungan demi terciptanya kondisi yang kondusif.
SMA Negeri 1 Waled merupakan salah satu sekolah di wilayah
kabupaten Cirebon yang memberlakukan tata tertib yang tegas dan mengikat
bagi siswanya, karena bagi siswa yang melanggar tata tertib akan mendapatkan
sanksi. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Harsono,S.Pd selaku wakil
kepala SMA Negeri 1 Waled bidang kesiswaan mengungkapkan bahwa bagi
siswa yang melanggar tata tertib akan diberikan sanksi tegas berupa peringatan,
panggilan hingga dikeluarkan. Namun pada kenyataannya, seperti
3. 3
dikebanyakan sekolah lainnya, meskipun SMA Negeri 1 Waled telah
memberlakukan sanksi yang tegas bagi siswa yang melanggar tata tertib, tetap
saja masih banyak dijumpai tindak pelanggaran tata tertib siswa, dari mulai
tindak pelanggaran ringan seperti terlambat datang ke sekolah, membolos,
hingga tindak pelanggaran berat seperti membawa HP ke sekolah.
Hal ini sejalan dengan hasil observasi awal yang telah dilakukan oleh
peneliti, bahwa masih banyak tindak pelanggaran tata tertib yang dilakukan
oleh siswa SMA Negeri 1 Waled. Seperti observasi yang dilakukan pada saat
pelaksanaan upacara bendera, terlihat 3 orang siswa laki-laki tidak memakai
dasi dan 2 orang siswa laki-laki tidak memakai topi. Pada hari berikutnya,
terlihat lebih dari 5 orang siswa laki-laki terlihat tidak memakai dasi baik saat
di lingkungan sekolah, maupun saat di ruang kelas, dan pada hari lainnya
terlihat lebih dari 10 orang tidak memakai baju pramuka, 2 orang siswa tidak
memakai sabuk dengan baju seragam dikeluarkan, dan 1 orang siswa
perempuan memakai baju lengan pendek dengan rok panjang. Selain itu selama
observasi peneliti juga menemukan siswa laki-laki berambut gondrong,
beberapa siswa yang berada di kantin saat kegiatan belajar mengajar sedang
berlangsung, dan beberapa siswa lainnya terlambat datang di sekolah. Tidak
hanya melalui observasi, dari studi dokumentasi absensi siswa kelas X dan XI,
peneliti juga menemukan banyak siswa yang alpa lebih dari tiga kali dalam
seminggu.
Melengkapi hasil-hasil penemuan tersebut peneliti melakukan
wawancara dengan ibu Sri Rahayu Ningsih, S.Pd selaku guru BK SMA Negeri
4. 4
1 Waled. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa tindak
pelanggaran tata tertib terbanyak dilakukan oleh kelas XI, hal ini disebabkan
karena pada kelas XI siswa mulai sulit untuk diatur, dan mulai berani untuk
mencoba hal-hal baru meskipun hal tersebut melanggar norma yang ada di
lingkungannya. Berbeda dengan kelas X dan kelas XII. Karena kelas X
tergolong siswa baru, dan masih beradaptasi dengan lingkungan sekolah,
mereka lebih mudah untuk diarahkan. Sedangkan pada siswa kelas XII mereka
lebih berpikir dewasa, untuk lebih memperhatikan dampak dari setiap perilaku
yang mereka lakukan, mengingat mereka akan menghadapi ujian nasional, dan
akan memasuki jenjang karir atau perguruan tinggi. Oleh karena itu, tindak
pelanggaran tata tertib di kelas X dan XII lebih sedikit dibandingkan dengan
kelas XI. Adapun menurut ibu Sri tindak pelanggaran tata tertib yang terbanyak
adalah berseragam, kehadiran, ketertiban, dan penampilan. Seperti siswa yang
berseragam tidak sesuai ketentuan sekolah, seperti siswa yang memakai baju
seragam tidak sesuai jadwal yang telah ditetapkan, siswa yang memakai atribut
seragam yang tidak lengkap, siswa yang memakai baju seragam yang ketat dan
dikeluarkan, siswa yang tidak memakai dasi saat di lingkungan sekolah dan di
kelas, siswa yang terlambat datang di sekolah, siswa yang alpa melebihi tiga
kali dalam seminggu, siswa yang membawa HP, siswa yang menggunakan
aksesoris mainan, siswa yang mengobrol saat KBM berlangsung, duduk-duduk
di depan kelas atau berada di kantin saat ada guru mata pelajaran yang tidak
masuk.
5. 5
Berdasarkan fenomena tersebut maka siswa membutuhkan suatu
mekanisme sebagai alternatif solusi yang dapat membantu mengarahkan dan
meningkatkan kedisiplinan siswa dalam mematuhi tata tertib yang berlaku di
sekolah yaitu melalui program bimbingan pribadi yang dirancang untuk
membentuk dan mengembangkan perilaku positif siswa, sehingga siswa dapat
mematuhi tata tertib yang ada di sekolah, karena jika tindak pelanggaran tata
tertib yang dilakukan oleh siswa diabaikan begitu saja akan berdampak
terhadap proses pembelajaran, prestasi belajar, dan perkembangan perilakunya.
Hasyim & Wiyono (2010:11) mengungkapkan bahwa sebagai bagian
yang terpadu dari keseluruhan program pendidikan di sekolah, program
BK diarahkan kepada upaya yang menfasilitasi siswa asuh mengenal dan
menerima dirinya sendiri serta lingkungannya secara positif dan dinamis
dan mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab,
mengembangkan serta mewujudkan diri secara efektif dan produktif sesuai
dengan peranan yang diinginkan dimasa depan.
Sedangkan bimbingan pribadi menurut Tohirin (2012:121) adalah jenis
bimbingan yang membantu para siswa dalam menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah pribadi, Seperti masalah individu yang
berkenaan dengan dirinya sendiri seperti kegagalan bersikap disiplin.
Akibatnya akan timbul sikap tidak bertanggung jawab, hingga tindakan-
tindakan yang menyimpang.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa keberadaan program
bimbingan pribadi untuk meningkatkan kedisiplinan tata tertib siswa memang
sangat dibutuhkan. Karena program bimbingan pribadi akan mengarahkan guru
bimbingan konseling untuk mewujudkan tugas-tugas perkembangan siswa
melalui layanan-layanan yang dirancang berdasarkan kebutuhan bagi
pengembangan siswa sesuai dengan kondisi pribadinya.
6. 6
Tahun 2013, Susilawati melakukan penelitian mengenai Upaya
Meningkatkan Kepatuhan Terhadap Tata Tertib Berseragam Melalui Layanan
Bimbingan Kelompok. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan hasil
observasi sebelum tindakan bimbingan kelompok kepatuhan terhadap tata
tertib berseragam siswa rendah dan masuk dalam kategori kurang dengan skor
rata-rata 20,3. Setelah diberi layanan bimbingan kelompok pada siklus I,
Kepatuhan terhadap tata tertib siswa meningkat menjadi kategori cukup dengan
skor rata-rata 30,2 terjadi peningkatan sebesar 9,9. Sedangkan pada siklus II
kepatuhan terhadap tata tertib berseragam siswa terus meningkat menjadi
kategori baik dengan perolehan skor rata-rata 42 terjadi peningkatan 11,8.
Selanjutnya tahun 2014, Pratiwi, Rosra, Widiastusi melakukan penelitian
mengenai Penggunaan Layanan Konseling Kelompok Dalam Mengurangi
Pelanggaran Tata Tertib Siswa Di Sekolah. Adapun hasil penelitian yang
diperoleh dari uji Wilcoxon menunjukkan bahwa pelanggaran tata tertib siswa
di sekolah berkurang setelah diberikan konseling kelompok. Hasil pretest dan
posttest yang diperoleh Zhitung = 2.692 < Ztabel 0.05 = 6, maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya pelanggaran tata tertib siswa di sekolah berkurang setelah
diberikan konseling kelompok.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang tepat dapat
meningkatkan kedisiplinan tata tertib siswa.
7. 7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
peneliti mengidentifikasi permasalahan pada penelitian sebagai berikut:
1. Banyak siswa kelas XI SMA Negeri 1 Waled Kabupaten Cirebon yang
berpakaian seragam tidak sesuai dengan jadwal yang diberlakukan sekolah
2. Banyak siswa kelas XI SMA Negeri 1 Waled Kabupaten Cirebon yang
tidak mengenakan atribut topi dan dasi saat mengikuti upacara hari senin.
3. Banyak siswa siswa kelas XI SMA Negeri 1 Waled Kabupaten Cirebon
yang memodifikasi seragamnya
4. Banyak siswa siswa kelas XI SMA Negeri 1 Waled Kabupaten yang
terlambat datang ke sekolah
5. Banyak siswa siswa kelas XI SMA Negeri 1 Waled kelas XI yang alpa
melebihi 3 kali dalam seminggu
6. Banyak siswa laki-laki siswa kelas XI SMA Negeri 1 Waled berambut
gondrong
7. Banyak siswa siswa kelas XI SMA Negeri 1 Waled yang membawa HP ke
sekolah
8. Ketidakdisiplinan siswa pada tata tertib siswa kelas XI SMA Negeri 1
Waled Kabupaten Cirebon akan berdampak negatif terhadap proses
belajar, prestasi belajar, dan perkembangan perilakunya.
9. Kegagalan siswa dalam bersikap disiplin termasuk dalam permasalahan
bidang pribadi
8. 8
10. Siswa membutuhkan bimbingan pribadi untuk meningkatkan
kedisiplinannya dalam mematuhi tata tertib sekolah.
11. Guru BK membutuhkan program bimbingan pribadi sebagai pedoman
untuk mengarahkan dan meningkatkan kedisiplinan siswa terhadap tata
tertib SMA Negeri 1 Waled
C. Pembatasan Masalah
Karena banyaknya masalah dalam identifikasi di atas, maka peneliti
membatasi penelitian pada:
1. Profil kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Waled Kabupaten
Cirebon terhadap tata tertib sekolah karena pelanggaran tata tertib lebih
banyak terjadi pada kelas XI
2. Tindak pelanggaran siswa terhadap tata tertib berseragam, kehadiran,
penampilan, dan ketertiban. Karena peneliti merasa tata tertib tersebut
yang banyak dilanggar oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Waled
Kabupaten Cirebon
3. Rancangan program bimbingan pribadi yang dirancang berdasarkan profil
kedisiplinan kelas XI SMA Negeri 1 Waled Kabupaten Cirebon terhadap
tata tertib sekolah
9. 9
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah profil kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Waled
Kabupaten Cirebon terhadap tata tertib sekolah?
2. Bagaimanakah profil kedisiplinan siswa putra dan siswa putri kelas XI SMA
Negeri 1 Waled Kabupaten Cirebon terhadap tata tertib sekolah?
3. Bagaimanakah profil setiap indikator kedisiplinan pada siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Waled Kabupaten Cirebon terhadap tata tertib sekolah?
4. Bagaimanakah rancangan program bimbingan pribadi untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Waled Kabupaten Cirebon
dalam mematuhi tata tertib sekolah?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin di capai
dalam penelitian ini adalah:
1. Memperoleh profil kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Waled
Kabupaten Cirebon terhadap tata tertib sekolah
2. Memperoleh profil kedisiplinan siswa putra dan siswa putri kelas XI SMA
Negeri 1 Waled Kabupaten Cirebon terhadap tata tertib sekolah
3. Memperoleh profil setiap indikator kedisiplinan pada siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Waled Kabupaten Cirebon terhadap tata tertib sekolah
10. 10
4. Merancang program bimbingan pribadi untuk meningkatkan kedisiplinan
siswa kelas XI SMA Negeri 1 Waled Kabupaten Cirebon terhadap tata
tertib sekolah
F. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan di atas, maka manfaat yang diharapkan adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam
mengembangkan program bimbingan dan konseling yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dalam mematuhi tata tertib sekolah
2. Manfaat Praktis
Secara praktis dari penelitian ini dapat diperoleh beberapa manfaat
antara lain :
a. Bagi pihak sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak
sekolah dalam pengembangan dan pembinaan kedisiplinan siswa
terhadap tata tertib sekolah
b. Bagi Guru BK
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai khazanah ilmu
pengetahuan dalam memberikan layanan bimbingan konseling untuk
meningkatkan kedisiplinan siswa terhadap tata tertib sekolah
11. 11
c. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan informasi dalam membantu siswa meningkatkan kedisiplinan dalam
mematuhi tata tertib sekolah sehingga berpengaruh baik terhadap proses
belajarnya di kelas, prestasi belajar dan perkembangan perilakunya