Dokumen tersebut membahas tentang empat masalah pokok pendidikan di Indonesia yaitu masalah pemerataan pendidikan, mutu pendidikan, efisiensi pendidikan, dan relevansi pendidikan. Masalah-masalah tersebut muncul karena belum terpenuhinya kesempatan belajar bagi seluruh warga negara, rendahnya kualitas hasil belajar, tidak efisiennya penggunaan sumber daya pendidikan, dan kurang relevannya pendidikan den
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakanng
Penididikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia
dimuka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi
apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan. Pendidikan diambil
dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik berarti memlihara
atau memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari pengertian ini didapat
beberapa hal yang berhubungan dengan Pendidikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah suatu usaha manusia
untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau sekolompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada hakikatnya pendidikan
adalah usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam penididkan terdapat
dua subjek pokok yang saling berinteraksi. Kedua subjek itu adalah pendidik dan subjek
didik. Subjek-subjek itu tidak harus selalu manusia, tetapi dapat berupa media atau alat-alat
pendidikan. Sehingga pada pendidikan terjadi interaksi antara pendidik dengan subjek didik
guna mencapai tujuan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan maalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana permasalahan pokok pendidikan?
2. Apa jenis permasalahan pokok pendidikan dan bagaimana penanggulangnnya?
3. Apa Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan?
4. Apa permasalahan pendidikan actual dan penanggulangannya
2. BAB II
PEMBAHASAN
A. Permasalahan Pokok Pendidikan
Sistem pendidikan rnenjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya
dan masyarakat sebagai suprasistem. Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti
apa - apa jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional. Kaitan yang erat antara bidang
pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial di budaya sebagai suprasistem tersebut
dimana sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa
sehingga permasalahan intern sistem pendidikan itu menjadi sangat kompleks. Artinya, suatu
perrnasalahan lntern dalam sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masarah di
luar sistem pendidikan itu sendiri. Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh
dunia pendidikan di tanah air kita dewasa ini, yaitu:
a. Bagaimana semua warga negara dapat menikmati kesempatan pendidikan
b. Bagaimana pendidikan dapat membekari peserta didik dengan
keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan
bermasyarakat.
B. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulangannya
Pada bagian ini akan dibahas empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi
kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya, masalah yang
dimaksud yaitu:
1. Masalah pemerataan pendidikan.
2. Masalah mutu pendidikan.
3. Masalah efisiensi pendidikan.
4. Masalah relevansi pendidikan.
1) Masalah pemerataan pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana pendidikan
sistem dapat menyediakan kesempatan yang seluas - luasnya kepada seluruh warga
negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi
pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.
3. Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara
khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat di tampung di dalam sistem atau
lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Pada
awalnya, di tanah air kita pemerataan pendidikan itu telah dinyatakan di dalam
undang – undang no.4 Tahun 1950 sebagai dasar – dasar pendidikan dan pengajaran
disekolah. Pada bab ini XI, pasal 17 berbunyi “Tiap-tiap warga.negara Republik
Indonesia rnempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi murid suatu sekolah
jika syarar-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran pada sekolah itu
dipenuhi”.
Selanjutnya dalam kaitannya dengan wajib berajar Bab VI pasal l0 Ayat l,
menyatakan “Semua anak yang sudah berumur 6 tahun berhak dan yang sudah
berumur 8 tahun diwajibkan belajar di sekolah, sedikitnya 6 tahun lamanya.” Ayat 2
menyatakan “Belajar di sekolah agama yang telah mendapat pengakuan dari menteri
agama dianggap telah memenuhi kewajiban belajar.”
Landasan yuridis pemerataan pendidikan tersebut penting sekali artinya,
sebagai landasan pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna mengejar
ketinggalan kita sebagai akibat penjajahan.
Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang penting anak-anak
usia sekolah memperoleh kesempatan berajar pada SD, maka mereka memilki bekal
dasar berupa kemampuan membaca, menulis, dan berhitung sehingga mereka dapat
mengikuti perkembangan kemajuan melalui berbagai media massa dan sumber
berajar yang tersedia baik mereka itu nantinya berperan sebagai produsen maupun
konsumen.
Dengan demikian mereka tidak terbelakang dan menjadi penghambat derap
pembangunan. OIeh karena itu, dengan melihat tujuan yang terkandung di dalam
upaya pemerataan pendidikan tersebut yaitu menyiapkan masyarakat untuk
menyiapkan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan, maka
setelah pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan terpenuhi, mulai diperhatikan juga
upaya pemerataan mutu pendidikan. Hal ini akan dibicarakan pada butir tentang
masalah mutu pendidikan.
Khusus untuk pendidikan formal atau pendidikan persekolahan yang
berjenjang dan tiap – tiap jenjang memiliki fungsinya masing – masing maupun
kebijakan memperoleh kesempatan pendidikan pada tiap jenjang itu diatur dengan
4. memperhitungkan factor – factor kuantitatif dan kualitatif serta relevansi yang selalu
ditentukan proyeksinya secara terus menerus dengan seksama.
• Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan
Banyak macam pemecahan rnasalah yang telah dan sedang dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, langkah-langkah ditempuh melalui cara konvensional dan cara
inovatif.
Cara konvensional antara lain:
a) Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan belajar.
b) Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan
sore).
Cara inovatif antara lain:
Sistem pamong (pendidikan oreh masyarakat, orang tua, dan guru) atau
Inpacts system (Instructionar Management by parent, community and, teacher). sistem
tersebut dirintis di solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi, SD kecil pada
daerah terpencil, Sistem Guru Kunjung, SMP Terbuka (ISOSA _ In School Out off
School Approach), Kejar Paket A dan B, Belajar Jarak Jauh, seperti Universitas
Terbuka.
2) Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf
seperti yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh
lembaga penghasil sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan sistem
sertifikasi. Selanjutnya jika luaran rersebut terjun ke lapangan kerja penilaian
dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga dengan sistem tes unjuk
kerja
(performance test).
Jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada kualitas keluarannya. Jika
tujuan pendidikan nasional dijadikan kriteria, maka pertanyaannya adalah: Apakah
keluaran dari suatu sistem pendidikan menjadikan pribadi yang bertakwa, mandiri
dan berkarya, anggota masyarakat yang social dan bertanggung jawab, warganegara
yang cinta kepada tanah air dan memiliki rasa kesetiakawanan sosial.
Meskipun disadari bahwa pada hakikatnya produk dengan ciri-ciri seperti itu
tidak semata-rnata hasii dari sistem pendidikan sendiri. Tetapi jika terhadap produk
5. seperti itu system pendidikan dianggap rnempunyai andil yang cukup, yang tetap
menjadi persoalan ialah bahw& eara pengukuran mutu produk tersebut tidak mudah.
Berhubung dengan sulitnya pengukuran terhadap produk tersebut maka jika orang
berbicara tentang rnutu pendidikan, umumnya hanya mengasosiasikan dengan hasil
belajar yang dikenal sebagai hasil EBTA' Ebtanas, atau trasil Sipenmaru, UMPTN
(yang biasa disebut instructional effect), karena ini yang rnudah diukur. Hasil EBTA
dan lain-lain tersebut itu dipandang sebagai gambaran tentang hasil pendidikan.
Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil
belajar yang bermutu. Jika terjadi belajar yang ridak optimal menghasilkan skor hasil
ujian.yang baik maka hamper dapat dipastikan bahwa hasil belajar tersebut adalah
semu' Ini berarti bahwa pokok permasalahan mutu pendidikan lebih terletak pada
masalah pemrosesan pendidikan.
Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemeraraan mutu, Di
dalam Tap MPR RI 1988 tentang GBHN dinyarakan bahwa titik berat pembangunan
pendidikan diletakkan pada peningkaran mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan,
dan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya untuk memacu
penguasaan iimu pengetahuan dan teknologi perlu lebih disempurnakan dan
ditingkatkan pengajaran ilmu pengetahuan alam dan matematika. (Bp-7 pusat. l9g9:
6g.) umumnya kondisi mutu pendidikan. di seluruh tanah air menunjukkan bahwa di
daerah pedesaan utamanya di daerah terpencil lebih rendah daripada di daerah
perkotaan.
• Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan
pada dasarnya pemecahan masarah mutu pendidikarl bersasaran pada perbaikan
kualitas komponen pendidikan (utamanya komponen rnasukan mentah untuk jenjang
pendidikan menengah dan tinggi, dan komponen masukan instrumental) serta
mobilitas komponen - komponen tersebut.
Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan daram garis besarnya meliputi hal-hal
yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen sebagai berikut:
1. Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya untuk SLTA dan
PT.
2. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut, misalnya
berupa pelatihan, penataran, seminar, kegiatan – kegiatan kelompok studi seperti PKG
dan lain – lain.
6. 3. Penyempurnaan kurikurum, misalnya dengan memberi materi yang lebih esensial dan
mengandung ,muatan lokal, metode yang menantang dan mengairahkan berajar, dan
melaksanakan evaluasi yang beracuan, PAP.
4. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk belajar.
5. Penyempumaan sarana berajar seperti buku paket, media pembelajaran dan peralatan
laboratorium.
6. Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran.
7. Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan – kegiatan :
• Laporan penyelenggaraan pendidikan oleh semua lembaga pendidikan.
• Supervisi dan Monitoring pendidikan dan penilik dan pengawas.
• Sistem ujian nasional / Negara seperti Ebtanas, Sipenmaru / UMPTN.
• Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu lembaga.
3) Masalah Efisiensi Pendidikan
Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu system
pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan
pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiennya tinggi.
Jika terjadi yang sebaliknya, efisiensi tensinya berar rendah.
Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting ialah :
a. Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan.
b. Bagaimana sarana dan prasarana kependidikan difungsikan.
c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan.
d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga.
Masalah ini meliputi pengangkatan, penempatan, dan pengembangan tenaga :
• Masalah pengangkatan terletak pada kesenjangan antara stok tenaga yang tersedia
dengan jatah pengangkatan yang sangat terbatas.
• Masalah penempatan guru, khususnya guru bidang penempatan studi, sering
mengalami kepincangan, tidak disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.
• Masalah pengembangan tenaga kependidikan di lapangan biasanya terlambat,
khususnya pada saat menyongsong hadirnya kurikulum baru. setiap pembaruan
kurikulum menuntut adanya penyesuaian dari para pelaksana di lapangan.
Sebenarnya kriteria relevansi seperti dinyatakan tersebut cukup ideal jika
dikaitkan dengan kondisi system pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang
kerjaan yang ada antara lain sebagai berikut :
7. • Status lembaga pendidikan sendiri masih bermacam – macam kualitasnya.
• Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan iuran siap pakai. Yang ada ialah
sikap kembang.
• Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratan yang dapat digunakan sebagai
pedoman oleh lembaga – lembaga pendidikan untuk menyusun programnya
tidak tersedia.
Dari keempat macam masalah pendidikan tersebut masing – masing dikatakan
teratasi jika pendidikan :
• Dapat rnenyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya: Semua warga
negara yang butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan.
• Dapat rnencapai hasil yang bermutu, artinya: Perencanaan, pemrosesan
pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
• Dapat terlaksana secara efisien, artinya: Pemrosesan pendidikan sesuai dengan
rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.
• Produknya yang bermutu tersebut relevan, artinya: Hasil pendidikan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
C. Saling Keterkait antara Masalah-Masalah Pendidikan
Pada dasamya pernbangunan di bidang pendidikan tentu menginginkan tercapainya
pemerataan pendidikan dan pendidikan yang berrnutu sekaligus.
Didalam sejarah terbukti bahwa belum ada suatu Negara yang dari sejarah berdirinya mampu
melaksanakan dan memenuhi keinginan seperti itu.
Ada dua factor yang dapat dikemukakan sebagai penyebab mengapa pendidikan bermutu
belum dapat diusahakan pada saat demikian.
Pertama, Gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan
pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengerahan dana daya.
Kedua, Kondisi satuan – satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya
peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengerahan tenaga
pendidikan yang kurang kompeten, kurikulum yang belum mantap, sarana yang tidak
memadai, dan seterusnya.Meskipun demikian pemerataan pendidikan tidak dapar diabaikan
karena upaya tersebut, terutama pada saat-saat suatu bangsa sedang mulai membangun
mempunyai tujuan ganda, yaitu di samping tujuan politis (memenuhi persamaan hak bagi
rakyat banyak) juga tujuan pembangunan, yaitu memberikan bekal dasar kepada warga
8. negara agar dapat menerima informasi dan memiliki pengetahuan dasar untuk
inengembangkan diri sehingga dapat berpartisipasi daiam pembangunan.
D. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan
1. Perkembangan lptek dan Seni
Perkembangan iptek
Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dengan iptek (ilmu pengetahuan
dan teknologi). Ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan
terorganisasi mengenai alam semesta, dan teknologi adalah penerapan yang direncanakan
dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup rnasyarakat.
Perkembangan Seni
Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara individual ataupun
kelompok yang rnenghasilkan sesuatu yang indah.Berkesenian menjadi kebutuhan hidup
manusia. Melalui kesenian manusia Liapat menyalurkan dorongan berkreasi (mencipta)
yang bersifat orisinil (bukan tiruan) dan dorongan spontanitas dalam menemukan
keindahan. Seni membutuhkan pengembangan.
2. Laju Pertumbuhan Penduduk
Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada dua hal, yaitu :
a. Pertambahan penduduk, dan
b. Penyebaran penduduk.
Gambaran pertambahan penduduk adalah sebagai berikut :
Dari skarang hingga abad XXI, terus menerus bahan pendudukan akan terjadi
pertambahan jumlah penduduk meskipun gerakan KB berhasil.
Tabel
Perkiraan jumlah penduduk
Menurut Bank Dunia Tahun 1986
Pertengahan Abad XXI
Tahun 1986 1990 2000 2050
Penduduk
(juta)
166 178 207 355
Pertambahan penduduk yang dibarengi dengan meningkatnya usia rata-rata dan
penurunan angka kematian, rnengakibatkan berubahnya struktur kependudukan, yaitu
9. proporsi penduduk usia sekolah dasar .menurun, sedangkan proporsi penduduk usia
sekolah lanjutan, angkatan kerja dan penduduk usia tua meningkat berkat kemajuan
bidang gizi dan Kesehatan
Penyebaran Penduduk
Penyebaran penduduk di seluruh pelosok tanah air tidak merata Ada daerah
yang padat penduduk, terutama di kota-kota besardan daerah yang penduduknya jarang
yaitu di daerah pedalaman khususnya di daerah tirpencil yang berlokasi dipegunungan
dan di pulau-pulau.
3. Aspirasi Masyarakat
Dalam dua dasa warsa terakhir ini. aspirasl masyasyarakat dalam banyak hal
meningkat khususnya aspirasi terhadap pendidikan hidup yang sehat aspirasi terhadap
pekerjaan, kesemuanya ini mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan.
Orang mulai melihat bahwa untuk dapat hidup yang lebih layak dan sehat haruss ada
pekerjaan tetap yang menopang, dan pendidikan memberi jaminan untuk memperoleh
pekerjaan yang layak dan menetap itu. Pendidikan dianggap memberikan jaminan bagi
peningkatan taraf hidup dan pendakian ditangga sosial. Sebagai akibat dari
meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan maka orang tua mendorong anaknya untuk
bersekolah, agar nantinya anak – anaknya memperoleh pekerjaan yang lebih baik
daripada orang tuanya sendiri. Dorongan yang kuat ini juga terdapat pada anak-anak
sendiri.
Beberapa hal yang tidak dikehendaki antara lain ialah seleksi penerimaan siswa
pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan menjadi kurang objektif, jumlah murid dan
siswa perkelas melebihi yang semestinya, jumlah kelas setiap sekolah membengkak,
diada kannya kesempatan belajar bergilir pagi dan sore dengan pengurangan .jam belajar,
kekurangan -sarana belajar, kekurangan guru, dan seterusnya. Dampak langsung dan
tidak langsung dari kondisi .sebagai, mana digambarkianitu ialah terjadinya penurunan
kaidar efektifitas dengan kata lain, massalisasi pendidikan menghambat upaya
pemecahan masalah mutu pendidikan. Massalisasi pendidikan ibarat peru-. sahaan
konveksi pakaian yang hanya melayani tiga macam ukuran (large, medium, dan, small).
Kebutuhan individual yang khusus tidak terlayani.
4. Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan
10. Keterbelakangan budaya adalah suatu istilah yang diberikan oleh
sekelompok masyarakat (yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain
pendukung suatu budaya. Bagi rnasyarakat pendukung budaya, kebudayaannya pasti
dipandang sebagai sesuatu yang bernilai dan baik. Terlepas dan kenyataan apakah
kebudayaannya tersebut tradisional atau sudah ketinggalan zaman. Karena itu penilaian
dari masyarakat luar itu dianggap subjektif.
Maupun dari dalam lingkungan rnasyarakat-sendiri. Kebudayaan baru itu baik
yang bersifat material seperti peralatan-peralatan pertanian, rumah tangga, transportasi,
telekomunikasi, dan yang bersifat nonmaterial seperti paham atau konsep baru tentang
keluarga berencana, budaya menabung, penghargaan terhadap waktu dan lain-iain.
Keterbelakangan budaya terjadi karena :
• Letak geografis tempat tinggal suatu masyarakat (misal terpencil).
• Penolakan masyarakat terhadap datangnya unsure budaya baru karena tidak
dipahami atau karena dikhawatirkan akan merusak sendi masyarakat.
• Ketidak mampuan masyarakat secara ekonomis menyangkut unsure
kebudayaan tersebut.
Sehubungan dengan factor penyebab terjadinya keterbelakangan budaya
umumnya dialami oleh :
• Masyarakat daerah terpencil.
• Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis
• Masyarakat yang kurang terdidik
• Permasalahan aktual Pendidikan dan Penaggulangannya.
E. Permasalahan Pendidikan Actual dan Penanggulangannya
1. Permasalahan Actual Pendidikan di Indonesia
Pendidikan selalu menghadapi masalah, karena selalu terdapat kesenjangan antara
apa yang diharapkan dengan hasil vang dapat dicapai dari proses pendidikan.
Permasalahan aktual berupa kesenjangan - kesenjangan yang pada saat ini kita hadapi
dan terasa mendesak untuk ditanggulangi.
Beberapa masalah aktual pendidikan yang akan dikemukakan meliputi masalah-
rnasalah keutuhan pencapaian sasaran, kurikulum, peranan guru, pendidikan dasar 9
tahun, dan pendayagunaan teknologi pendidikan.
11. Masalah aktual tersebut ada yang mengenai konsep dan ada yang mengenai
pelaksanaanya. Misalnya munculnya kurikulum baru adalah masalah konsep.
Masalah Keutuhan Pencapaian Sasaran
Di dalam undang-undang Nornor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab II Pasal 4 telah dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Banyak hambatan yang harus dihadapi
dalam pelaksanaan system pendidikan antara lain :
1. Kurikulum sudah terlalu sarat.
2. Pendidikan afektif sulit diprogramkan secara eksplisit karena dianggap
3. Menjadi bagian dari kurikulum tersembunyi (hiden curriculum) yang
keterlaksanaannya sangat tergantung kepada kemahiran dan pengalaman guru.
4. Pencapaian hasil pendidikan afektif rnemakan waktu, sehingga memerlukan
ketekunan dan kesabaran pendidik.
5. Menilai hasil pendidikan afektif tidak mudah. Bahkan kalau mau berhasil, juga
membutuhkan biaya. Misal, jika PR ingin berdaya mendidik (ketekunan, kepercayaan
diri, kejujuran kedisiplinan) maka harus diperiksa dengan saksama oleh guru dan
hasilnya dikembalikan kepada siswa untuk dibicarakan Untuk itu perlu ada insentif
bagi guru.
Masalah Kurikulum
Pada bagian ini akan dibahas masalah aktual mengenai kurikulum Masalah
kurikulum meliputi masalah konsep dan masalah pelaksanaannya.Yang menjadi sumber
masalah ini bagaimana system pendidikan dapat mernbekali peserta didik untuk terjun
kelapangan kerja (bagi yang tidak melanjutkan sekolah) dan memberikan bekal dasar
yang kuat untuk ke perguruan tinggi (bagi mereka yang ingin lanjut).
Masalah Peranan Guru
Konsep-konsep baru lahir sebagai cerminan humanisme yang memberikan arah
baru pada pendidikan. sejalan dengan itu perkembangan iptek yang pesat
menyumbangkan cara – cara baru yang lebih mantap terhadap pemecahan masalah
pendidikan. dalam realisasinya dipandu oleh kurikulum yang telah disempurnakan.
sejalan dengan itu maka guru sebagai suatu komponen system pendidikan juga harus
berubah.
12. Masalah pendidikan 9 tahun
Keberadaan pendidikan 9 tahun mempunyai landasan yang kuat. UU RI No 2
tahun 1989 Pasal 6 menyatakan tentang hak warga Negara untuk mengikuti pendidikan
sekurang – kurangnya tamat pendidikan dasar. Kemudian PP nomor 28 tahun 1990
tentang pendidikan dasar, pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan dasar merupakan
pendidikan 9 tahun terdiri atas program pendidikan 6 tahun di SD dan program
pendidikan 3 tahun di SLTP, pasal 3 memuat tujun pendidikan dasar yaitu memberikan
bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya
sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, dan anggota umat manusia, serta
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Dalam pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, lebih – lebih pada tahap awal sudah
pasti banyak hambatannya, hambatan tersebut ialah :
2. Realisasi pendidikan dasar yang diatur PP Nomor 28 Tahun 1989 masih harus
dicarikan titik temunya dengan PP Nomor 65 Tahun 1951 yang mengatur sekolah dasar
sebagai bagian dari pendidikan dasar, karena PP tersebut belum dicabut.
3. Kurikulum yang belum siap.
4. Pada masa transisi para pelaksana pendidikan di lapangan perlu disiapkan
melalui bimbingan – bimbinga, penyuluhan, penataran dan lain – lain.
2. Upaya Penangulangannya
Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah - masalah
actual antara lain sebagai berikut :
1. Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram tidak cukup
2. berlangsung hanya secara insidental.
3. Pelaksanaan ko dan ekstrakurikuier dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan
hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir ataupun pelulusan.
4. Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi
dengan yang akan terjun kemasyarakat merupakan hal yang prinsip karena pada
dasarnya tidak semua siswa secara potensial mampu belajar di pergutuan tinggi.
5. Pendidikan tenaga kependidikan perlu diberi perhatian khusus.
6. Untuk pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun apalagi jika dikaitkan dengan gerakan
wajib belajar, perlu diadakan penilitian secara meluas pada masyarakat untuk
menemukan faktor penunjang dan utamanya factor penghambatnya.
13. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan ditanah
air kita dewasa ini, yaitu :
• Bagaimana semua warga negara dapat menikmati kesempatan pendidikan
• Bagaimana pendidikan dapat membekari peserta didik dengan empat masalah pokok
pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan
penanggulangannya, ialah:
1) Masalah pemerataan pendidikan.
2) Masalah mutu pendidikan.
3) Masalah efisiensi pendidikan.
4) Masalah relevansi pendidikan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan, yaitu :
1) Perkembangan iptek dan seni
2) Laju pertumbuhan penduduk
3) Aspirasi Masyarakat
4) Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan.
Permasalahan aktual Pendidikan
1) Masalah keutuhan pencapaian sasaran
2) Masalah kurikulum
3) Masalah peranan guru
4) Masalah pendidikan dasar 9 tahun
Upaya Penanggulangan Permasalahan Aktual Pendidikan :
Pendidikan afektif perlu ditingkatkan
Pelaksanaan ekstrakulikuler dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan hasilnya
diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir ataupu pelulusan.
Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Pendidikan tenaga kependidikan perlu diberikan perhatian khusus.
14. B. Saran
Dewasa ini permasalahan pendidikan di Indonesia ini terlihat semakin kompleks,
untuk itu sangat diharapkan pemerintah terus meningkatkan upaya pengentasan yang lebih
efektif agar mutu pendidikan di Indonesia ini dapat semakin baik sesuai dengan yang
diharapkan.