SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
FILSAFAT PENDIDIKAN
Oleh: Hariyatunnisa Ahmad
Filsafat pendidikan (philosophy of education) dapat didefinisikan sebagai studi
tentang tujuan, proses, sifat dan cita-cita pendidikan. Kata 'education' berasal dari satu atau
kedua konsep berikut:
'Educare' - untuk menarik dan menyadari potensi;
'Educere' - untuk dibesarkan dan dipelihara.
Kedua konsep ini tergabung dalam klaim Kant (1960) yang terkenal bahwa tujuan
pendidikan adalah untuk memungkinkan manusia berkembang dan berkembang: 'Manusia
hanya bisa menjadi manusia biasa’ (Jordan, 2014).
Philosophy of education is the philosophical study of education and its problems:
Filsafat pendidikan adalah studi filosofis tentang pendidikan dan segala permasalahannya..
Filsuf pendidikan mempelajari masalah pendidikan tentang beberapa cabang filsafat standar,
seperti teori pengetahuan, bahasa, etika, sosial atau politik, dan sains (Noddings, 1998: 7).
Filsafat pendidikan adalah cabang filsafat yang membahas pertanyaan filosofis
mengenai sifat, tujuan, dan masalah pendidikan. Sebagai cabang filsafat praktis, para praktisi
memandang baik ke dalam inti disiplin filsafat dan praktik pendidikan ke luar, juga
perkembangan psikologi, sains kognitif secara lebih umum, sosiologi, dan disiplin ilmu
terkait lainnya (Siegel, 2009).
TOKOH-TOKOH FILSUF PENDIDIKAN
1. Socrates dan Plato (469-399 SM)
Socrates menemukan suatu metode pendidikan yang kemudian diberi nama
"metode Sokrates". Metode pengajaran ini lebih populer di sekolah hukum. Metode ini
dimulai dengan guru mengajukan pertanyaan sederhana seperti, “Apa itu kebenaran?”
atau “Apa artinya menjadi adil?”, ketika seorang siswa menjawab, guru tersebut
merespons dengan pertanyaan lain yang meminta dia untuk berpikir lebih dalam dan
memberikan jawaban baru. Prosesnya juga disebut pemeriksaan silang destruktif
(elenchus) dan terus berlanjut sampai guru atau siswa atau keduanya merasa bahwa
mereka dapat menerima persepsi tersebut.
Plato percaya bahwa siswa harus dididik sesuai dengan kemampuan mereka,
siswa tidak seharusnya diberi pendidikan yang sama. Model pendidikan Plato adalah
"fungsionalis", yaitu sebuah model yang dirancang untuk menghasilkan orang dewasa
yang kompeten untuk memenuhi kebutuhan negara. Plato mengembangkan pemikirannya
tentang pendidikan dalam konteks menggambarkan keadaan ideal, dan menurutnya tidak
ada konflik yang inheren antara individu dan negara (Noddings, 1998: 10-13).
2. Aristoteles (340-335 SM)
Aristoteles, berbeda dengan Plato, tidak berusaha menciptakan keadaan ideal.
Pemikirannya yaitu bahwa kehidupan dan perilaku manusia tidak terlepas dari moral dan
etika. Aristoteles percaya, seperti yang dilakukan Plato, bahwa orang harus dididik atau
dilatih sesuai dengan kemampuan mereka. Pemikiran lain dari Aristoteles yang relevan
bagi pendidik saat ini, yaitu Aristoteles tidak percaya bahwa orang bisa, meski dengan
usaha keras, menjamin perilaku moral mereka sendiri secara konsisten, karena keadaan
dapat mempengaruhi kita. Orang-orang dengan kebaikan besar belum tentu dapat
bertahan dalam godaan yang besar dan dapat diandalkan untuk melakukan hal yang benar
dalam banyak situasi ekstrim, bahkan pahlawan pun dapat terbebani oleh kondisi di luar
kendali mereka (Noddings, 1998: 14-15).
3. Rousseau (1712-1778)
Rousseau sering disebut sebagai filsuf kebebasan karena ia memuji sifat alami
(atau primitif) manusia atas makhluk beradab, dan di alam manusia bisa menjadi seperti
binatang yang bebas dari tekanan. Dia percaya bahwa "manusia" lahir bebas dan baik,
serta bisa tetap seperti itu dalam keadaan alam yang ideal. Rousseau menyatakan bahwa
pendidikan untuk anak laki-laki dan perempuan berbeda. Sebagian besar dari apa yang
kita pikirkan saat ini adalah dari kontribusi Rousseau terhadap pendidikan progresif yang
diarahkan pada pendidikan anak laki-laki. Tidaklah sulit untuk mengatakan bahwa "filsuf
kebebasan" percaya pada kebebasan untuk pria tapi tidak untuk wanita. Namun, dalam
keadilan, kita harus mencatat bahwa ia percaya bahwa kebebasan untuk pria, dan paksaan
yang terlindung untuk perempuan (Noddings, 1998: 16-18).
4. Pestalozzi (1746-1827), Herbart (1776-1841), dan Froebel (1782-1852)
Pestalozzi menyempurnakan gagasan Rousseau dan kemudian menciptakan
sebuah pendekatan yang disebut "object lesson (pelajaran objek)". Sebuah pelajaran objek
dimulai dengan pameran objek dan meminta siswa untuk menggambarkannya,
menceritakan bagaimana cara kerjanya, dan seterusnya. Pelajaran objek dari Pestalozzi
biasanya berakhir dengan moral. Dia sangat peduli dengan pendidikan moral dan percaya
bahwa semua pelajaran seharusnya memiliki nilai moral dan juga kognitif (Noddings,
1998: 19).
Herbart juga membangun gagasan Rousseau, dia menggambarkan fungsi pikiran
dalam presentasi yang disebut "apperceptive mass (massa apersepsi)." Herbart percaya
bahwa metode pengajaran harus dirancang agar sesuai dengan cara kerja pikiran. Guru
harus mengarahkan siswa agar mendapatkan materi baru yang berkaitan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa, sehingga siswa dapat memahami materi baru yang
nantinya akan berguna di masa mendatang. Metodenya sangat kognitif dan menekankan
aktivitas guru lebih dari pada siswa (teacher centered) (Noddings, 1998: 20).
Froebel, pemikir ketiga yang dipengaruhi oleh Rousseau, paling dikenal saat ini
sebagai Bapak TK (Taman Kanak-kanak). Dalam sistem Froebel, taman kanak-kanak
adalah taman di mana anak-anak, seperti bunga, tumbuh dan tumbuh. Gagasan Rousseau
tentang kebaikan adalah bawaan anak, sedangkan gagasan Froebel, kebaikan merupakan
hal yang harus dipelihara dan ditanamkan sejak kecil. Taman kanak-kanak harus
menanamkan dan mengajarkan siswa untuk selalu berbuat baik (Noddings, 1998: 20).
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Noddings (1998) menjelaskan aliran-aliran filsafat pendidikan, sebagai berikut:
1. Existentialism
Gagasan eksistensialis muncul pada awal zaman Yunani, yaitu religius dan
ateistik. Eksistensialis menolak gagasan tentang sifat manusia yang dapat digunakan
untuk membimbing pendidikan, menentukan tugas, memprediksi takdir, dan
menggambarkan peran manusia di alam semesta. Eksistensialis, selain menolak gagasan
tentang sifat manusia yang esensial, juga menolak sistem supremasi. Mereka tidak
mempelajari manusia sebagai wakil dari jenis atau unsur dalam sistem yang tertib.
Sebaliknya, mereka peduli dengan individu dan bagaimana individu menjalankan
kebebasan mereka untuk mendefinisikan diri mereka sendiri.
2. Phenomenology
Fenomenologi dalam filsafat adalah metode yang sangat teknis, namun kata
tersebut juga digunakan untuk menunjuk pada berbagai metode deskriptif dalam
penelitian psikologi dan sosial. Fenomenologi teknis kontemporer dimulai dengan karya
Edmund Husserl, yang berhubungan dengan usaha Descartes untuk menemukan
pengetahuan tentang apa yang tak terbayangkan oleh kesadaran manusia. Diktat
Descartes yang terkenal, yaitu "Saya pikir, oleh karena itu, saya". Sartre, seorang ahli
fenomenologi sekaligus eksistensialis, berulang kali menyebut "metode keraguan
Descartes" sebagai metode dasar fenomenologi.
3. Critical Theory
Nancy Fraser memulai diskusi tentang teori kritis dengan definisi Marx tentang
perusahaan tersebut sebagai "klarifikasi diri atas perjuangan dan keinginan zaman ini."
Mereka percaya bahwa keberhasilan dalam pendidikan formal akan memberi anak-anak
mereka kesempatan untuk mendapatkan kesuksesan. Kritik terhadap pendekatan ini takut
bahwa orang tua semacam itu mungkin menjadi korban kesadaran palsu. Mungkin akan
lebih baik, menurut mereka, untuk menuntut bentuk pendidikan yang dirancang untuk
kebutuhan siswa yang bervariasi dan khusus. Pada tingkat teoritis, pendidik mungkin
mempertanyakan nilai pendidikan dari kurikulum sekarang alih-alih menerimanya
sebagai sesuatu yang diberikan dan mencoba memberi akses pada siswa.
4. Hermeneutics
Hermeneutika melibatkan pencarian data yang belum tentu kebenarannya atau
bersifat mutlak. Hermeneutika memiliki kecenderungan praktis. Richard Rorty
menggambarkan hermeneutika sebagai pendekatan yang "melihat hubungan antara
berbagai wacana seperti alur cerita dalam percakapan yang mungkin, percakapan yang
mengandaikan tidak ada matriks disipliner yang menyatukan para pembicara, namun di
mana harapan kesepakatan tidak akan pernah hilang asalkan percakapan berlangsung”.
5. Postmodernism
Postmodernis setuju dengan Dewey, mereka menerima apa yang mungkin disebut
"kebenaran lokal". Fakta sejenis yang mungkin kita sepakati baik melalui pengamatan
umum atau melalui konvensi metodologis. Misalnya, kita semua mungkin setuju bahwa
sebagian besar dari apa yang dilaporkan di surat kabar harian seperti sejumlah acara
olahraga, laporan kecelakaan, pengumuman kematian dan pernikahan adalah "benar".
Masalah pendidikan yang disinggung sebelumnya yaitu keputusan untuk memberikan
kurikulum yang sama untuk semua anak. Pada titik ini, harus jelas bahwa upaya untuk
memaksa semua anak ke dalam program studi yang sama, betapapun kerasnya usaha, jika
dilihat dari perspektif postmodernisme, ini tidak benar (dan tidak etis) untuk
mengasimilasi semua anak dengan model yang ditetapkan oleh kriteria yang dibuat oleh
beberapa orang.
Jordan (2008) mengemukakan pendapatnya mengenai aliran-aliran filsafat
pendidikan, yaitu:
1. Idealism
Doktrin filosofis yang berkaitan dengan ide adalah 'idealisme', yaitu gagasan
bahwa gagasan mewakili kenyataan. Idealisme berasal dari Plato, pemikir abad ke-2 SM,
yang percaya bahwa ada kebenaran obyektif, yang diekspresikan melalui bentuk dunia
yang tidak berubah. Pemikiran Plato memiliki implikasi yang signifikan terhadap gagasan
tentang pendidikan dan pengetahuan. Menurut Plato, seseorang memiliki moral yang baik
adalah orang yang memiliki pengetahuan sejati. Tapi proses memperoleh pengetahuan
sejati itu menyakitkan, karena kebanyakan kita dirantai dunia indera, tidak dapat melihat
ke luar. Idealisme memiliki tiga implikasi utama untuk pendidikan:
- penekanan pada teori sebelum latihan;
- penekanan pada pemikiran logis;
- nilai tinggi yang melekat pada pendidikan
2. Empiricism
Pandangan bahwa semua pengetahuan diperoleh dari indera muncul di dunia pada
abad ketujuh belas, ketika filsuf Inggris John Locke berpendapat bahwa 'tidak ada apapun
yang ada di dalam pikiran yang tidak didapatkan dari indera '. Dalam pandangan ini,
pikiran adalah batu tulis kosong di mana pengalaman tercetak. Menurut Locke, semua
gagasan primer dan sekunder, termasuk gagasan abstrak, datang dari indera. Menurut para
empiris, agar sebuah pernyataan dinyatakan benar, pastilah harus diverifikasi dengan
pengalaman. Empirisme mengarah pada pandangan umum tentang pendidikan sebagai
'pengisian kapal kosong' yaitu, menyampaikan pengetahuan kepada orang-orang yang
membutuhkan, pelajar tidak perlu menyiapkan apapun, cukup dengan kemauan untuk
belajar.
3. Romanticism
Romantisisme muncul pada abad kedelapan belas untuk memberikan perspektif
alternatif pada peran pengalaman dalam belajar. Romantisisme lebih mementingkan
emosi dan oleh karena itu pendidikan bagi seluruh orang adalah penanaman perasaan dan
penekanan pada individu, berlawanan dengan kelompok. Hal itu mendorong ekspresi diri
dan aktualisasi diri. “Indera dan perasaan adalah yang utama; pikiran dan abstraksi itu
untuk melayani mereka”.
4. Teleology
Filosofis yang muncul dari kategori pengembangan adalah teleologi, yaitu studi
tentang tujuan, yang berawal dari pemikiran Aristoteles. Dalam kemanusiaan, bentuk
kegiatan manusia yang paling tinggi dan paling memuaskan diarahkan terhadap
pemerolehan pengetahuan dan rasionalitas: “Semua manusia secara alamiah memiliki
keinginan untuk tahu” dia mendukung teori bahwa bermain dan bersenang-senang
merupakan bagian dari pendidikan: “Ada cabang pembelajaran dan pendidikan yang
harus kita pelajari hanya dengan maksud untuk menghabiskan waktu luang dalam
aktivitas intelektual, dan ini harus dihargai demi kepentingan mereka siswa”
Texas Education Agency (2014) menyatakan bahwa aliran filsafat pendidikan ada
lima, yaitu:
1. Essentialism
Esensialisme adalah yang berkaitan dengan kurikulum. Esensialisme berarti
mengajarkan apa yang penting untuk diketahui. Esensialisme percaya bahwa siswa harus
diajarkan kurikulum membaca, matematika, sastra, sejarah, sains dan bahasa asing.
Esensialisme tidak percaya pada pelatihan kejuruan, seperti koperasi, program kerja atau
magang siswa. Sebaliknya, mereka fokus pada hasil belajar.
2. Existentialism
Eksistensialisme percaya pada kebebasan pilihan dan tanggung jawab pribadi.
Pendidik yang menganut teori ini mendorong siswa untuk mengembangkan ide mereka
sendiri, memilih untuk diri mereka sendiri dan memikul tanggung jawab pribadi atas
pilihan yang mereka ambil.
3. Perennialism
Perennialisme menganut sistem kepercayaan Aristoteles dan Plato bahwa
pendidikan seharusnya dilakukan secara terus menerus dan informasi yang diberikan
kepada siswa dapat merangsang pemikiran siswa untuk berdiskusi. Pendidik hanya
mengajarkan prinsip-prinsip dan bukan fakta.
4. Progressivism
Progresifisme adalah pemberian materi pelajaran yang relevan dengan kebutuhan,
minat, dan pengalaman siswa. Sistem ini mengatakan bahwa pendidikan yang diberikan
pada siswa harus relevan dengan dunia hari ini dan di masa depan.
5. Reconstructionism
Rekonstruksionisme percaya bahwa pendidikan harus segera memperhatikan
masalah sosial dan mencari perubahan dalam masyarakat. Oleh karena itu, para pendidik
memberi siswa masalah yang berkaitan dengan pengalaman nyata dan berdiskusi untuk
memecahkan permasalahan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Jordan. (2014). Chapter 1 Philosophy of Education. New York: McGraw Hill.
Noddings, Nel. (1998). Philosophy of Education. Stanford: Stanford University.
Siegel, Harvey. (2009). The Oxford Handbook of Philosophy of Education.
Diakses pada situs:
http://www.oxfordhandbooks.com/view/10.1093/oxfordhb/9780195312881.001.0001/o
xfordhb-9780195312881-e-001 pada tanggal 26 Oktober 2017.
Texas Education Agency. (2014). Presentation Notes Philosophy of Education.
Diakses pada situs:
http://cte.sfasu.edu/wp-content/uploads/2014/08/Presentation-Notes-for-Philosophy-of-
Education.pdf pada tanggal 26 Oktober 2017.

More Related Content

What's hot

15. Realism in Education by Amirul PQH6001
15. Realism in Education by Amirul PQH600115. Realism in Education by Amirul PQH6001
15. Realism in Education by Amirul PQH6001Amirul Khairi
 
Aliran aliran filsafat pendidikan
Aliran aliran filsafat pendidikanAliran aliran filsafat pendidikan
Aliran aliran filsafat pendidikanReni Nazta
 
Falsafah Eksistensialisme
Falsafah EksistensialismeFalsafah Eksistensialisme
Falsafah EksistensialismeSiti Zulaikha
 
Aliran realisme dalam filsafat pendidikan
Aliran  realisme dalam filsafat pendidikanAliran  realisme dalam filsafat pendidikan
Aliran realisme dalam filsafat pendidikanFauzan Wildan
 
Filsafat Materialisme
Filsafat MaterialismeFilsafat Materialisme
Filsafat Materialismedianacitra
 
Cabang cabang falsafah
Cabang cabang falsafahCabang cabang falsafah
Cabang cabang falsafahKathal Paiya
 
Tajuk 8 Penyahjajahan Dekolonisasi
Tajuk 8 Penyahjajahan DekolonisasiTajuk 8 Penyahjajahan Dekolonisasi
Tajuk 8 Penyahjajahan DekolonisasiMahyuddin Khalid
 
Positivisme dalam Pendidikan
Positivisme dalam PendidikanPositivisme dalam Pendidikan
Positivisme dalam Pendidikanalvianica nanda
 
Pentingnya Idealisme dalam Dunia Pendidikan
Pentingnya Idealisme dalam Dunia PendidikanPentingnya Idealisme dalam Dunia Pendidikan
Pentingnya Idealisme dalam Dunia Pendidikandinirahmaseptiana17
 
Pandangan esensialisme dalam pendidikan
Pandangan esensialisme dalam pendidikanPandangan esensialisme dalam pendidikan
Pandangan esensialisme dalam pendidikanTjoetnyak Izzatie
 
Powerpoint Filsafat Eksistensialisme "Eksistensialisme dan Kehidupan Individ...
Powerpoint Filsafat Eksistensialisme  "Eksistensialisme dan Kehidupan Individ...Powerpoint Filsafat Eksistensialisme  "Eksistensialisme dan Kehidupan Individ...
Powerpoint Filsafat Eksistensialisme "Eksistensialisme dan Kehidupan Individ...triyusti
 
Makalah eksistensialisme
Makalah eksistensialismeMakalah eksistensialisme
Makalah eksistensialismeErna Mariana
 

What's hot (20)

15. Realism in Education by Amirul PQH6001
15. Realism in Education by Amirul PQH600115. Realism in Education by Amirul PQH6001
15. Realism in Education by Amirul PQH6001
 
Aliran aliran filsafat pendidikan
Aliran aliran filsafat pendidikanAliran aliran filsafat pendidikan
Aliran aliran filsafat pendidikan
 
Pragmatisme
PragmatismePragmatisme
Pragmatisme
 
Mazhab filsafat pendidikan
Mazhab filsafat pendidikanMazhab filsafat pendidikan
Mazhab filsafat pendidikan
 
Falsafah Eksistensialisme
Falsafah EksistensialismeFalsafah Eksistensialisme
Falsafah Eksistensialisme
 
Berfilsafat hilda p
Berfilsafat  hilda pBerfilsafat  hilda p
Berfilsafat hilda p
 
Aliran realisme dalam filsafat pendidikan
Aliran  realisme dalam filsafat pendidikanAliran  realisme dalam filsafat pendidikan
Aliran realisme dalam filsafat pendidikan
 
Mazhab filsafat pendidikan
Mazhab filsafat pendidikanMazhab filsafat pendidikan
Mazhab filsafat pendidikan
 
Filsafat Materialisme
Filsafat MaterialismeFilsafat Materialisme
Filsafat Materialisme
 
Powerpoint filsafat
Powerpoint filsafatPowerpoint filsafat
Powerpoint filsafat
 
Falsafah Realisme
Falsafah RealismeFalsafah Realisme
Falsafah Realisme
 
Ppt filsafat
Ppt filsafatPpt filsafat
Ppt filsafat
 
Cabang cabang falsafah
Cabang cabang falsafahCabang cabang falsafah
Cabang cabang falsafah
 
Tajuk 8 Penyahjajahan Dekolonisasi
Tajuk 8 Penyahjajahan DekolonisasiTajuk 8 Penyahjajahan Dekolonisasi
Tajuk 8 Penyahjajahan Dekolonisasi
 
Positivisme dalam Pendidikan
Positivisme dalam PendidikanPositivisme dalam Pendidikan
Positivisme dalam Pendidikan
 
Pentingnya Idealisme dalam Dunia Pendidikan
Pentingnya Idealisme dalam Dunia PendidikanPentingnya Idealisme dalam Dunia Pendidikan
Pentingnya Idealisme dalam Dunia Pendidikan
 
Pandangan esensialisme dalam pendidikan
Pandangan esensialisme dalam pendidikanPandangan esensialisme dalam pendidikan
Pandangan esensialisme dalam pendidikan
 
Logika
LogikaLogika
Logika
 
Powerpoint Filsafat Eksistensialisme "Eksistensialisme dan Kehidupan Individ...
Powerpoint Filsafat Eksistensialisme  "Eksistensialisme dan Kehidupan Individ...Powerpoint Filsafat Eksistensialisme  "Eksistensialisme dan Kehidupan Individ...
Powerpoint Filsafat Eksistensialisme "Eksistensialisme dan Kehidupan Individ...
 
Makalah eksistensialisme
Makalah eksistensialismeMakalah eksistensialisme
Makalah eksistensialisme
 

Similar to Filsafat Pendidikan

Aliran-aliran filsafat dalam pendidikan .pptx
Aliran-aliran filsafat dalam pendidikan .pptxAliran-aliran filsafat dalam pendidikan .pptx
Aliran-aliran filsafat dalam pendidikan .pptxSDN3LimbanganTengah
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Warnet Raha
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Warnet Raha
 
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina Amril
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina AmrilMakalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina Amril
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina AmrilHidayat Amin
 
Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...
Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...
Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...Ndya2
 
Tantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuTantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuayu Naoman
 
Landasan Filosofis Pragmatisme
Landasan Filosofis PragmatismeLandasan Filosofis Pragmatisme
Landasan Filosofis PragmatismeQueenDaresa
 
Landasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikanLandasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikanSiwi Danar
 
M. Abu Siri, Dr. Mohammad Hori, M.Ag FILSAFAT KURIKULUM.pptx
M. Abu Siri, Dr. Mohammad Hori, M.Ag FILSAFAT KURIKULUM.pptxM. Abu Siri, Dr. Mohammad Hori, M.Ag FILSAFAT KURIKULUM.pptx
M. Abu Siri, Dr. Mohammad Hori, M.Ag FILSAFAT KURIKULUM.pptxabuzaf
 
Aliran filsafat pendidikan
Aliran filsafat pendidikanAliran filsafat pendidikan
Aliran filsafat pendidikanElma Pan
 
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxPPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx22D082MuhammadIlham
 
PERTEMUAN-11.pdf
PERTEMUAN-11.pdfPERTEMUAN-11.pdf
PERTEMUAN-11.pdfilmisa1
 
PERTEMUAN-11.pptx
PERTEMUAN-11.pptxPERTEMUAN-11.pptx
PERTEMUAN-11.pptxMalik Fauzi
 
KONSEP ASAS FALSAFAH DAN FALSAFAH PENDIDIKAN
KONSEP ASAS FALSAFAH DAN FALSAFAH PENDIDIKANKONSEP ASAS FALSAFAH DAN FALSAFAH PENDIDIKAN
KONSEP ASAS FALSAFAH DAN FALSAFAH PENDIDIKANssuser48003a
 

Similar to Filsafat Pendidikan (20)

Aliran-aliran filsafat dalam pendidikan .pptx
Aliran-aliran filsafat dalam pendidikan .pptxAliran-aliran filsafat dalam pendidikan .pptx
Aliran-aliran filsafat dalam pendidikan .pptx
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4 (2)
Makalah filsafat 4 (2)Makalah filsafat 4 (2)
Makalah filsafat 4 (2)
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina Amril
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina AmrilMakalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina Amril
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina Amril
 
Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafat
 
Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...
Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...
Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...
 
Tantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuTantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmu
 
Landasan Filosofis Pragmatisme
Landasan Filosofis PragmatismeLandasan Filosofis Pragmatisme
Landasan Filosofis Pragmatisme
 
Landasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikanLandasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikan
 
M. Abu Siri, Dr. Mohammad Hori, M.Ag FILSAFAT KURIKULUM.pptx
M. Abu Siri, Dr. Mohammad Hori, M.Ag FILSAFAT KURIKULUM.pptxM. Abu Siri, Dr. Mohammad Hori, M.Ag FILSAFAT KURIKULUM.pptx
M. Abu Siri, Dr. Mohammad Hori, M.Ag FILSAFAT KURIKULUM.pptx
 
Aliran filsafat pendidikan
Aliran filsafat pendidikanAliran filsafat pendidikan
Aliran filsafat pendidikan
 
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxPPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
 
PERTEMUAN-11.pdf
PERTEMUAN-11.pdfPERTEMUAN-11.pdf
PERTEMUAN-11.pdf
 
PERTEMUAN-11.pptx
PERTEMUAN-11.pptxPERTEMUAN-11.pptx
PERTEMUAN-11.pptx
 
KONSEP ASAS FALSAFAH DAN FALSAFAH PENDIDIKAN
KONSEP ASAS FALSAFAH DAN FALSAFAH PENDIDIKANKONSEP ASAS FALSAFAH DAN FALSAFAH PENDIDIKAN
KONSEP ASAS FALSAFAH DAN FALSAFAH PENDIDIKAN
 

More from Hariyatunnisa Ahmad

Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen PendidikanMini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen PendidikanHariyatunnisa Ahmad
 
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra IndonesiaHakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra IndonesiaHariyatunnisa Ahmad
 
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstemPerangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstemHariyatunnisa Ahmad
 
Filsafat Pendidikan Esensialisme
Filsafat Pendidikan EsensialismeFilsafat Pendidikan Esensialisme
Filsafat Pendidikan EsensialismeHariyatunnisa Ahmad
 
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1Hariyatunnisa Ahmad
 
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi PembelajaranKonsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi PembelajaranHariyatunnisa Ahmad
 
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)Hariyatunnisa Ahmad
 
Analisis Pengembangan Kurikulum PKn
Analisis Pengembangan Kurikulum PKnAnalisis Pengembangan Kurikulum PKn
Analisis Pengembangan Kurikulum PKnHariyatunnisa Ahmad
 

More from Hariyatunnisa Ahmad (20)

Model Lesson Study di Jepang
Model Lesson Study di JepangModel Lesson Study di Jepang
Model Lesson Study di Jepang
 
Media Ajar 3 Dimensi
Media Ajar 3 DimensiMedia Ajar 3 Dimensi
Media Ajar 3 Dimensi
 
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen PendidikanMini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
 
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra IndonesiaHakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
 
Analisis Wacana
Analisis WacanaAnalisis Wacana
Analisis Wacana
 
Sastra Anak
Sastra AnakSastra Anak
Sastra Anak
 
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstemPerangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
 
Pembuktian Fonem
Pembuktian FonemPembuktian Fonem
Pembuktian Fonem
 
Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Pemikiran Ki Hajar DewantaraPemikiran Ki Hajar Dewantara
Pemikiran Ki Hajar Dewantara
 
Filsafat Pendidikan Pancasila
Filsafat Pendidikan PancasilaFilsafat Pendidikan Pancasila
Filsafat Pendidikan Pancasila
 
Filsafat Pendidikan Esensialisme
Filsafat Pendidikan EsensialismeFilsafat Pendidikan Esensialisme
Filsafat Pendidikan Esensialisme
 
Membaca
MembacaMembaca
Membaca
 
Duga Daya Simak Diri
Duga Daya Simak DiriDuga Daya Simak Diri
Duga Daya Simak Diri
 
Menyimak
MenyimakMenyimak
Menyimak
 
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
 
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi PembelajaranKonsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
 
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
 
Konsep Dasar Manajemen Kelas
Konsep Dasar Manajemen KelasKonsep Dasar Manajemen Kelas
Konsep Dasar Manajemen Kelas
 
Analisis Butir Soal
Analisis Butir SoalAnalisis Butir Soal
Analisis Butir Soal
 
Analisis Pengembangan Kurikulum PKn
Analisis Pengembangan Kurikulum PKnAnalisis Pengembangan Kurikulum PKn
Analisis Pengembangan Kurikulum PKn
 

Recently uploaded

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 

Recently uploaded (20)

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 

Filsafat Pendidikan

  • 1. FILSAFAT PENDIDIKAN Oleh: Hariyatunnisa Ahmad Filsafat pendidikan (philosophy of education) dapat didefinisikan sebagai studi tentang tujuan, proses, sifat dan cita-cita pendidikan. Kata 'education' berasal dari satu atau kedua konsep berikut: 'Educare' - untuk menarik dan menyadari potensi; 'Educere' - untuk dibesarkan dan dipelihara. Kedua konsep ini tergabung dalam klaim Kant (1960) yang terkenal bahwa tujuan pendidikan adalah untuk memungkinkan manusia berkembang dan berkembang: 'Manusia hanya bisa menjadi manusia biasa’ (Jordan, 2014). Philosophy of education is the philosophical study of education and its problems: Filsafat pendidikan adalah studi filosofis tentang pendidikan dan segala permasalahannya.. Filsuf pendidikan mempelajari masalah pendidikan tentang beberapa cabang filsafat standar, seperti teori pengetahuan, bahasa, etika, sosial atau politik, dan sains (Noddings, 1998: 7). Filsafat pendidikan adalah cabang filsafat yang membahas pertanyaan filosofis mengenai sifat, tujuan, dan masalah pendidikan. Sebagai cabang filsafat praktis, para praktisi memandang baik ke dalam inti disiplin filsafat dan praktik pendidikan ke luar, juga perkembangan psikologi, sains kognitif secara lebih umum, sosiologi, dan disiplin ilmu terkait lainnya (Siegel, 2009). TOKOH-TOKOH FILSUF PENDIDIKAN 1. Socrates dan Plato (469-399 SM) Socrates menemukan suatu metode pendidikan yang kemudian diberi nama "metode Sokrates". Metode pengajaran ini lebih populer di sekolah hukum. Metode ini dimulai dengan guru mengajukan pertanyaan sederhana seperti, “Apa itu kebenaran?” atau “Apa artinya menjadi adil?”, ketika seorang siswa menjawab, guru tersebut merespons dengan pertanyaan lain yang meminta dia untuk berpikir lebih dalam dan memberikan jawaban baru. Prosesnya juga disebut pemeriksaan silang destruktif (elenchus) dan terus berlanjut sampai guru atau siswa atau keduanya merasa bahwa mereka dapat menerima persepsi tersebut. Plato percaya bahwa siswa harus dididik sesuai dengan kemampuan mereka, siswa tidak seharusnya diberi pendidikan yang sama. Model pendidikan Plato adalah "fungsionalis", yaitu sebuah model yang dirancang untuk menghasilkan orang dewasa
  • 2. yang kompeten untuk memenuhi kebutuhan negara. Plato mengembangkan pemikirannya tentang pendidikan dalam konteks menggambarkan keadaan ideal, dan menurutnya tidak ada konflik yang inheren antara individu dan negara (Noddings, 1998: 10-13). 2. Aristoteles (340-335 SM) Aristoteles, berbeda dengan Plato, tidak berusaha menciptakan keadaan ideal. Pemikirannya yaitu bahwa kehidupan dan perilaku manusia tidak terlepas dari moral dan etika. Aristoteles percaya, seperti yang dilakukan Plato, bahwa orang harus dididik atau dilatih sesuai dengan kemampuan mereka. Pemikiran lain dari Aristoteles yang relevan bagi pendidik saat ini, yaitu Aristoteles tidak percaya bahwa orang bisa, meski dengan usaha keras, menjamin perilaku moral mereka sendiri secara konsisten, karena keadaan dapat mempengaruhi kita. Orang-orang dengan kebaikan besar belum tentu dapat bertahan dalam godaan yang besar dan dapat diandalkan untuk melakukan hal yang benar dalam banyak situasi ekstrim, bahkan pahlawan pun dapat terbebani oleh kondisi di luar kendali mereka (Noddings, 1998: 14-15). 3. Rousseau (1712-1778) Rousseau sering disebut sebagai filsuf kebebasan karena ia memuji sifat alami (atau primitif) manusia atas makhluk beradab, dan di alam manusia bisa menjadi seperti binatang yang bebas dari tekanan. Dia percaya bahwa "manusia" lahir bebas dan baik, serta bisa tetap seperti itu dalam keadaan alam yang ideal. Rousseau menyatakan bahwa pendidikan untuk anak laki-laki dan perempuan berbeda. Sebagian besar dari apa yang kita pikirkan saat ini adalah dari kontribusi Rousseau terhadap pendidikan progresif yang diarahkan pada pendidikan anak laki-laki. Tidaklah sulit untuk mengatakan bahwa "filsuf kebebasan" percaya pada kebebasan untuk pria tapi tidak untuk wanita. Namun, dalam keadilan, kita harus mencatat bahwa ia percaya bahwa kebebasan untuk pria, dan paksaan yang terlindung untuk perempuan (Noddings, 1998: 16-18). 4. Pestalozzi (1746-1827), Herbart (1776-1841), dan Froebel (1782-1852) Pestalozzi menyempurnakan gagasan Rousseau dan kemudian menciptakan sebuah pendekatan yang disebut "object lesson (pelajaran objek)". Sebuah pelajaran objek dimulai dengan pameran objek dan meminta siswa untuk menggambarkannya, menceritakan bagaimana cara kerjanya, dan seterusnya. Pelajaran objek dari Pestalozzi biasanya berakhir dengan moral. Dia sangat peduli dengan pendidikan moral dan percaya bahwa semua pelajaran seharusnya memiliki nilai moral dan juga kognitif (Noddings, 1998: 19).
  • 3. Herbart juga membangun gagasan Rousseau, dia menggambarkan fungsi pikiran dalam presentasi yang disebut "apperceptive mass (massa apersepsi)." Herbart percaya bahwa metode pengajaran harus dirancang agar sesuai dengan cara kerja pikiran. Guru harus mengarahkan siswa agar mendapatkan materi baru yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, sehingga siswa dapat memahami materi baru yang nantinya akan berguna di masa mendatang. Metodenya sangat kognitif dan menekankan aktivitas guru lebih dari pada siswa (teacher centered) (Noddings, 1998: 20). Froebel, pemikir ketiga yang dipengaruhi oleh Rousseau, paling dikenal saat ini sebagai Bapak TK (Taman Kanak-kanak). Dalam sistem Froebel, taman kanak-kanak adalah taman di mana anak-anak, seperti bunga, tumbuh dan tumbuh. Gagasan Rousseau tentang kebaikan adalah bawaan anak, sedangkan gagasan Froebel, kebaikan merupakan hal yang harus dipelihara dan ditanamkan sejak kecil. Taman kanak-kanak harus menanamkan dan mengajarkan siswa untuk selalu berbuat baik (Noddings, 1998: 20). ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN Noddings (1998) menjelaskan aliran-aliran filsafat pendidikan, sebagai berikut: 1. Existentialism Gagasan eksistensialis muncul pada awal zaman Yunani, yaitu religius dan ateistik. Eksistensialis menolak gagasan tentang sifat manusia yang dapat digunakan untuk membimbing pendidikan, menentukan tugas, memprediksi takdir, dan menggambarkan peran manusia di alam semesta. Eksistensialis, selain menolak gagasan tentang sifat manusia yang esensial, juga menolak sistem supremasi. Mereka tidak mempelajari manusia sebagai wakil dari jenis atau unsur dalam sistem yang tertib. Sebaliknya, mereka peduli dengan individu dan bagaimana individu menjalankan kebebasan mereka untuk mendefinisikan diri mereka sendiri. 2. Phenomenology Fenomenologi dalam filsafat adalah metode yang sangat teknis, namun kata tersebut juga digunakan untuk menunjuk pada berbagai metode deskriptif dalam penelitian psikologi dan sosial. Fenomenologi teknis kontemporer dimulai dengan karya Edmund Husserl, yang berhubungan dengan usaha Descartes untuk menemukan pengetahuan tentang apa yang tak terbayangkan oleh kesadaran manusia. Diktat Descartes yang terkenal, yaitu "Saya pikir, oleh karena itu, saya". Sartre, seorang ahli fenomenologi sekaligus eksistensialis, berulang kali menyebut "metode keraguan Descartes" sebagai metode dasar fenomenologi.
  • 4. 3. Critical Theory Nancy Fraser memulai diskusi tentang teori kritis dengan definisi Marx tentang perusahaan tersebut sebagai "klarifikasi diri atas perjuangan dan keinginan zaman ini." Mereka percaya bahwa keberhasilan dalam pendidikan formal akan memberi anak-anak mereka kesempatan untuk mendapatkan kesuksesan. Kritik terhadap pendekatan ini takut bahwa orang tua semacam itu mungkin menjadi korban kesadaran palsu. Mungkin akan lebih baik, menurut mereka, untuk menuntut bentuk pendidikan yang dirancang untuk kebutuhan siswa yang bervariasi dan khusus. Pada tingkat teoritis, pendidik mungkin mempertanyakan nilai pendidikan dari kurikulum sekarang alih-alih menerimanya sebagai sesuatu yang diberikan dan mencoba memberi akses pada siswa. 4. Hermeneutics Hermeneutika melibatkan pencarian data yang belum tentu kebenarannya atau bersifat mutlak. Hermeneutika memiliki kecenderungan praktis. Richard Rorty menggambarkan hermeneutika sebagai pendekatan yang "melihat hubungan antara berbagai wacana seperti alur cerita dalam percakapan yang mungkin, percakapan yang mengandaikan tidak ada matriks disipliner yang menyatukan para pembicara, namun di mana harapan kesepakatan tidak akan pernah hilang asalkan percakapan berlangsung”. 5. Postmodernism Postmodernis setuju dengan Dewey, mereka menerima apa yang mungkin disebut "kebenaran lokal". Fakta sejenis yang mungkin kita sepakati baik melalui pengamatan umum atau melalui konvensi metodologis. Misalnya, kita semua mungkin setuju bahwa sebagian besar dari apa yang dilaporkan di surat kabar harian seperti sejumlah acara olahraga, laporan kecelakaan, pengumuman kematian dan pernikahan adalah "benar". Masalah pendidikan yang disinggung sebelumnya yaitu keputusan untuk memberikan kurikulum yang sama untuk semua anak. Pada titik ini, harus jelas bahwa upaya untuk memaksa semua anak ke dalam program studi yang sama, betapapun kerasnya usaha, jika dilihat dari perspektif postmodernisme, ini tidak benar (dan tidak etis) untuk mengasimilasi semua anak dengan model yang ditetapkan oleh kriteria yang dibuat oleh beberapa orang. Jordan (2008) mengemukakan pendapatnya mengenai aliran-aliran filsafat pendidikan, yaitu:
  • 5. 1. Idealism Doktrin filosofis yang berkaitan dengan ide adalah 'idealisme', yaitu gagasan bahwa gagasan mewakili kenyataan. Idealisme berasal dari Plato, pemikir abad ke-2 SM, yang percaya bahwa ada kebenaran obyektif, yang diekspresikan melalui bentuk dunia yang tidak berubah. Pemikiran Plato memiliki implikasi yang signifikan terhadap gagasan tentang pendidikan dan pengetahuan. Menurut Plato, seseorang memiliki moral yang baik adalah orang yang memiliki pengetahuan sejati. Tapi proses memperoleh pengetahuan sejati itu menyakitkan, karena kebanyakan kita dirantai dunia indera, tidak dapat melihat ke luar. Idealisme memiliki tiga implikasi utama untuk pendidikan: - penekanan pada teori sebelum latihan; - penekanan pada pemikiran logis; - nilai tinggi yang melekat pada pendidikan 2. Empiricism Pandangan bahwa semua pengetahuan diperoleh dari indera muncul di dunia pada abad ketujuh belas, ketika filsuf Inggris John Locke berpendapat bahwa 'tidak ada apapun yang ada di dalam pikiran yang tidak didapatkan dari indera '. Dalam pandangan ini, pikiran adalah batu tulis kosong di mana pengalaman tercetak. Menurut Locke, semua gagasan primer dan sekunder, termasuk gagasan abstrak, datang dari indera. Menurut para empiris, agar sebuah pernyataan dinyatakan benar, pastilah harus diverifikasi dengan pengalaman. Empirisme mengarah pada pandangan umum tentang pendidikan sebagai 'pengisian kapal kosong' yaitu, menyampaikan pengetahuan kepada orang-orang yang membutuhkan, pelajar tidak perlu menyiapkan apapun, cukup dengan kemauan untuk belajar. 3. Romanticism Romantisisme muncul pada abad kedelapan belas untuk memberikan perspektif alternatif pada peran pengalaman dalam belajar. Romantisisme lebih mementingkan emosi dan oleh karena itu pendidikan bagi seluruh orang adalah penanaman perasaan dan penekanan pada individu, berlawanan dengan kelompok. Hal itu mendorong ekspresi diri dan aktualisasi diri. “Indera dan perasaan adalah yang utama; pikiran dan abstraksi itu untuk melayani mereka”. 4. Teleology Filosofis yang muncul dari kategori pengembangan adalah teleologi, yaitu studi tentang tujuan, yang berawal dari pemikiran Aristoteles. Dalam kemanusiaan, bentuk kegiatan manusia yang paling tinggi dan paling memuaskan diarahkan terhadap
  • 6. pemerolehan pengetahuan dan rasionalitas: “Semua manusia secara alamiah memiliki keinginan untuk tahu” dia mendukung teori bahwa bermain dan bersenang-senang merupakan bagian dari pendidikan: “Ada cabang pembelajaran dan pendidikan yang harus kita pelajari hanya dengan maksud untuk menghabiskan waktu luang dalam aktivitas intelektual, dan ini harus dihargai demi kepentingan mereka siswa” Texas Education Agency (2014) menyatakan bahwa aliran filsafat pendidikan ada lima, yaitu: 1. Essentialism Esensialisme adalah yang berkaitan dengan kurikulum. Esensialisme berarti mengajarkan apa yang penting untuk diketahui. Esensialisme percaya bahwa siswa harus diajarkan kurikulum membaca, matematika, sastra, sejarah, sains dan bahasa asing. Esensialisme tidak percaya pada pelatihan kejuruan, seperti koperasi, program kerja atau magang siswa. Sebaliknya, mereka fokus pada hasil belajar. 2. Existentialism Eksistensialisme percaya pada kebebasan pilihan dan tanggung jawab pribadi. Pendidik yang menganut teori ini mendorong siswa untuk mengembangkan ide mereka sendiri, memilih untuk diri mereka sendiri dan memikul tanggung jawab pribadi atas pilihan yang mereka ambil. 3. Perennialism Perennialisme menganut sistem kepercayaan Aristoteles dan Plato bahwa pendidikan seharusnya dilakukan secara terus menerus dan informasi yang diberikan kepada siswa dapat merangsang pemikiran siswa untuk berdiskusi. Pendidik hanya mengajarkan prinsip-prinsip dan bukan fakta. 4. Progressivism Progresifisme adalah pemberian materi pelajaran yang relevan dengan kebutuhan, minat, dan pengalaman siswa. Sistem ini mengatakan bahwa pendidikan yang diberikan pada siswa harus relevan dengan dunia hari ini dan di masa depan. 5. Reconstructionism Rekonstruksionisme percaya bahwa pendidikan harus segera memperhatikan masalah sosial dan mencari perubahan dalam masyarakat. Oleh karena itu, para pendidik memberi siswa masalah yang berkaitan dengan pengalaman nyata dan berdiskusi untuk memecahkan permasalahan tersebut.
  • 7. DAFTAR PUSTAKA Jordan. (2014). Chapter 1 Philosophy of Education. New York: McGraw Hill. Noddings, Nel. (1998). Philosophy of Education. Stanford: Stanford University. Siegel, Harvey. (2009). The Oxford Handbook of Philosophy of Education. Diakses pada situs: http://www.oxfordhandbooks.com/view/10.1093/oxfordhb/9780195312881.001.0001/o xfordhb-9780195312881-e-001 pada tanggal 26 Oktober 2017. Texas Education Agency. (2014). Presentation Notes Philosophy of Education. Diakses pada situs: http://cte.sfasu.edu/wp-content/uploads/2014/08/Presentation-Notes-for-Philosophy-of- Education.pdf pada tanggal 26 Oktober 2017.