BANYAK PENGERTIAN ANAK-ANAK DIDALAM ALKITAB TENTANG ANAK-ANAK. ENTAH YANG MASIH DIDALAM DIDIKAN AYAH DAN IBU ATAU DISEBUT ANAK-ANAK AYAH DAN ANAK-ANAK MANUSIA SERTA ANAK-ANAK IBU. YANG SERINGKALI MEMBUAT KITA BINGUNG DALAM MENELAHNYA
MAKALAH apa yang disebut anak anak dalam buku kitab amsal 1
1. SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
BAPTIS KALVARI
----------------------------------------------------------
TUGAS MAKALAH PL3
(SURVEY PERJANJIAN LAMA)
Pengertian prinsip pendidkan anak menurut Amsal 1 – 7
Di berikan kepada
Dr. Harry Sudarma
Di buat oleh
Harius N Yaas
Nim : S1. Teo. 16. 041
Jakarta 2017
2. KATA PENGANTAR
Segalah hormat puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa didalam
Yesus Kristus dengan membuat dan selesainya makalah yang berjudul "Prinsip pendidikan Anak
Menurut Amsal 1-7". Atas dukungan moral dan materi yang di berikan dalam penyusunan makalah
ini, maka saya sangat mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Saudari Ivon Rahmani selaku bimbingan belajar menjadi pemberi arahan motifasi, yang
memberikan bimbingan, saran, dan ide.
2. Kakak Pieter M selaku mentor I, yang memberikan dorongan, semangat masukan kepada
saya.
3. Kakak Sukandi selaku mentor II, yang banyak memberikan materi pendukung, masukan,
bimbingan kepada saya.
4. Kakak Gian selaku sahabat yang menambah semangat dalam membuat Tugas makalah
kepada saya.
Sebab itu menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat di butuhkan untuk penyempurnaan makalah ini
dalam Tugas Survey perjanjian lama PL3.
Jakarta, november 2017
Harius Nathaniel Yaas
3. Daftar isi
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................................
PRAKARTA...................................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. lantar belakang masalah..........................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
BAB III LANDASAN TEORI
1. Pengertian Guru............................................................................................................................
2. Peran guru....................................................................................................................................
3. Landasan Teologis.......................................................................................................................
BAB IV METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Penelitian...........................................................................................
2. Sumber Data..........................................................................................................
3. Teknik Pencarian Data.................................................................................................
4. Teknik Analisis Data...............................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN..................................................................................................
B. SARAN …...........................................................................................................
4. BAB I PENDAHULUAN
A. lantar belakang masalah.
Ketika saya merenungkan dan memperbandingkan pola pendidikan yang saya terima dulu
dengan pola yang ada sekarang, saya merasa jiwa dan seni ajar mengajar sudah mengalami
perbedaan dan pergeseran nilai.
Sebuah peribahasa Latin yang berbunyi “Non scholae sed vitae discimus” dapat
diterjemahkan sebagai kita belajar bukan untuk nilai sekolah, namun demi nilai kehidupan. Artinya
di sini adalah tujuan utama dari sekolah bukanlah demi nilai yang tinggi atau demi orang tua, diri
sendiri atau guru/sekolah, namun yang ingin dicapai dengan bersekolah adalah mendapat manfaat
yang bisa dipergunakan dalam hidup.
Maka peran orang Tua lebih berperan dalam mendidik anak seperti apa yang di katakan
dalam alkitab “Apa yang Kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,
haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya
apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau
berbaring dan apabila engkau bangun” (Ulangan 6:6-7).
Pada awalnya pendidikan dimaksudkan untuk mendidik benih manusia agar anak manusia
ini tumbuh menjadi seorang yang berakhlak tinggi dan mulia, seperti apa yang dikatakan Firman
Allah kepada kita.
Kitab Amsal berisi banyak nasehat-nasehat / wejangan-wejangan hikmat dari orang-orang
bijak, orang-orang berpengetahuan. Di dalam bahasa Ibrani kata pengetahuan mempunyai asosiasi
kuat akan pengenalan akan Allah dan manusia dan kehidupan yang bijaksana, didalam kitab
Amsal, sering disinggung hubungan antara Guru - murid "anakku" sebagai panggilan akrab untuk
murid, orang yang diajar ayah kepada anak. Seorang anak yang dibiarkan akan membawa aib
kepada orangtuanya. Apa sebabnya seorang anak yang tak berdisiplin, terbiar, membawa aib bagi
orangtua ( Amsal 29:15) Sebab, sungguhpun anak-anak kecil ada didalam satu pengertian tidak
bersalah, ada suatu prinsip berdosa yang sedang bekerja yang menggerakan mereka ke arah
perilaku berdosa dan egois. Maka anak-anak harus diajar untuk tidak berdusta atau mencuri.
Mereka harus diajar untuk menjadi tak egois, untuk mencintai dan menghormati orang lain, dan
untuk menghormati otoritas.
Dua Sisi Koin
Untuk mengajar seorang anak menurut jalannya orang tua harus mengetahui dan percaya
bahwa tiap-tiap anak dilahirkan dengan dua kecenderungan, kecenderungan kearah kejahatan
(kecenderungan suka menentang) dan kecenderungan kearah baik ( yang dapat digunakan untuk
kemuliaan Tuhan dan berkat bagi yang lain).
5. B. Rumusan masalah
1. Siapa anak-anak yang dimaksud dalam kitab Amsal ?
2. Berapa usia anak-anak yang diajarkan didalam kitab Amsal ?
3. Apa maksud dari kitab Amsal tentang anak ?
4. Bagaiman cara mendidik anak yang bernar menurut pandangan Alkitab ?
5. Apakah yang diharapkan Allah dari anak-anak ?
6. Apa peran orang tua dalam mendidik anak menurut kitab Amsal ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a) Untuk memenuhi satu tugas makalah survey Perjanjian lama PL3.
b) Untuk memberi suatu pandangan yang baik kepada orang Tua untuk mendidik anak sesuai
dengan pandangan Alkitabiah.
c) Memberi suatu cara pandang yang baik kepada seorang pendidik atau orang tua.
6. BAB III LANDASAN TEORI
Taukah kita apa yang dimaksud tentang anak yang diajarkan didalam kitab Amsal, dan
berapakah usia yang diajarkan oleh kitab Amsal kepada Anak-anak, sebelum kita maju lebih jauh
saya akan membahas tentang Anak yang dimaksud didalam kitab atau buku Amsal.
Didalam kitab Pengkhotbah dimana mengatakan bahwa dimasa muda adalah suatu waktu
yang baik untuk mengembangkan suatu hubungan dengan Allah, kitab Pengkhotbah mengatakan
dalam atlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan
mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!"
(Pengkhotbah 12:1). Sebab oleh itu Allah lebih tertarik dengan kerelaan daripada umur. Kita bisa
melihat kepada Samuel, Samuel yang masih anak-anak itu terus melayani TUHAN” (1 Samuel
2:18).
III. I Siapa anak-anak yang dimaksud dalam kitab Amsal ?
Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau
belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata "anak"
merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun
mereka telah dewasa.
Dalam tradisi pendidikan Yahudi tidak ada sekularisiasi, anak-anak Yahudi sudah
dibiasakan menaati peraturan agama yang dilakukan sesuai tahapan usianya.
• Pada usia sekitar 5 tahun anak-anak diberi pelajaran dasar membaca Taurat. Usia 10 tahun
mulai diberi pengajaran, yaitu misyna (secara harafiah berarti bahan ulangan yang perlu
dihafalkan).
• Pada usia 12 – 13 tahun anak-anak wajib menaati sepenuhnya peraturan hukum Yahudi
yaitu, mitswoth. Pada tahap ini anak laki-laki telah dianggap sebagai “anak-anak hukum
Taurat” yaitu,bar-mitswa segera setelah berusia 13 tahun tambah satu hari.
Disinilah kita bisa mengetahui bawah batasan-batasan Anak-anak Yahudi dalam belajar
Firman Allah, yang diajarkan orang tua mereka kepada anak-anak mereka sejak masa muda anak-
anak mereka, maka mereka (anak-anak) akan bertumbuh dengan Takut akan Allah dan mentaati
orang Tua mereka.
7. Jadi, pada tahap inilah yang disebut anak-anak dalam kitab atau buku Amsal merupakan
anak-anak yang masih membutuhkan bimbingan orang Tua atau guru yang masih membimbing
mereka dalam pengajaran.
III. II Berapa usia anak-anak yang diajarkan didalam kitab Amsal ?
Seperti yang saya jelaskan di atas (Bab III. I) bahwa anak-anak yang diajarkan melalui
tahap-tahap umur anak-anak dari sekitar umur 5 sampai 13 tahun maka dengan sendirinya mereka
akan memahami pengarahan yang turun temurun diajarkan didalam tradisi Yahudi yang sesuai
dengan Alkitabiah yaitu Torah seperti yang firman Allah yang sampaikan kepada bangsa Israel
dalam kitab Taurat “Apa yang Kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau
perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan
membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan,
apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun” (Ul 6:6-7). Anak-anak Yahudi juga
diajarkan hakarat hatov (membalas lebih dari yang diberikan orang lain). Pendidikan moral juga
diajarkan pada anak-anak Yahudi, sebagai contoh etika menerima tamu (hakhnasat orhim).
III. III Apa maksud dari kitab Amsal tentang anak ?
Maka didalam kitab Amsal membahas tentang didikan seorang anak adalah merupakan
suatu perintah yang diberikan Allah kepada orang Tua karena itu Anak-anak seharusnya belajar
dari orang tua mereka. Ada dalam Alkitab,"Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan
jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu” (Amsal 1:8) mereka yang belum bisa mencelah
kehidupan mereka dengan baik maka orang Tua harus membimbing mereka kepada ajaran yang
benar, sebelum mereka terjerumus kedalam pengajaran yang menyesatkan mereka didalam
kehidupan mereka diwaktu masih muda, dan didalam pertumbuhan mereka mereka dapat
bertekun dan berpegang kepada pengajaran yang sehat yang sesuai dengan ajaran Allah kepada
ciptaan-Nya serupa dan segambar dengan mereka.
Pendidikan merupakan hal terbesar yang selalu diutamakan oleh para orang tua. Saat ini
masyarakat semakin menyadari pentingnya memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak-
anak mereka sejak dini. Untuk itu orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam
membimbing dan mendampingi anak dalam kehidupan keseharian anak. Sudah merupakan
kewajiban para orang tua untuk menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga dapat
memancing keluar potensi anak, kecerdasan dan rasa percaya diri. Dan tidak lupa memahami
tahap perkembangan anak serta kebutuhan pengembangan potensi kecerdasan dari setiap tahap.
.
III. IV Bagaiman cara mendidik anak yang bernar menurut pandangan Alkitab ?
Apa yang diajarkan Firman Tuhan kepada kita melalui Firman-Nya kepada kita sebagai
orang Tua suatu kelak nanti "Apa yang Kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau
perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan
8. membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam
perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun” (Ul 6:6-7).
Pengajaran firman Tuhan kepada anak perlu dilakukan secara berulang-ulang dan dengan
tidak bosan-bosannya karena ini akan memudahkan anak untuk mengerti apa yang kita ajarkan.
Dalam kitab Ulangan 11:19 dengan jelas-jelas mengatakan bawah kita harus mengajarkan
kepada anak kita seperti apa yang di katakan yaitu, “Kamu harus mengajarkannya kepada anak-
anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau
sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.”Sejarah
bangsa Ibrani memperlihatkan bahwa ayah harus rajin mengajar anak-anaknya menuruti jalan
dan firman Tuhan demi untuk pertumbuhan rohani dan kesejahteraan mereka. Ayah yang taat
kepada perintah-perintah dalam Firman Tuhan akan melakukan hal ini. Kepentingan utama dari
ayat ini adalah anak-anak didewasakan dalam “ajaran dan nasehat Tuhan” yang adalah
merupakan tanggung jawab seorang ayah dalam rumah tangga. Dalam Amsal 22:6-11,
khususnya ayat 6 yang berbunyi “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka
pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” Mendidik
mengindikasikan pendidikan mula-mula yang diberikan ayah dan ibu pada seorang anak, yaitu
pendidikan awal. Pendidikan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan anak pada pola hidup
yang direncanakan baginya. Maka kita harus mengajar dengan suka cita dan penuh dengan kasih
seperti yang diajarkan Yesus Kristus dan Rasul paulus kepada kita orang Kristen, untuk lebih
teliti untuk mengajarkan anak-anak kita suatu kelak nanti.
III. V Apakah yang diharapkan Allah dari anak-anak ?
III. VI Apa peran orang tua dalam mendidik anak menurut kitab Amsal ?
Kita bisa melihat Tokoh Kristen memandang soal pendidikan anak adalah : Dimana Martin
Luther mengatakan didalam bukunya bahwa tujuan Pendidikan Agama Kristen adalah
"Melibatkan semua warga jemaat, khususnya yang muda, dalam rangka belajar teratur dan tertib
agar semakin sadar akan dosa mereka serta bergembira dalam Firman Yesus Kristus yang
memerdekakan mereka disamping memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya
pengalaman berdoa, Firman tertulis, Alkitab, dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka
mampu melayani sesamanya termasuk masyarakat dan negera serta mengambil bagian secara
bertanggung-jawab dalam persekutuan Kristen, yaitu Gereja". Seperti juga yang dikatan oleh
tokoh Kristen yang lain seperti Yohanes Calvin adalah Pemupukan akal orang-orang percaya dan
anak-anak mereka dengan Firman Allah di bawah bimbingan Roh Kudus melalui sejumlah
pengalaman belajar yang dilaksanakan gereja, sehingga dalam diri mereka dihasilkan
pertumbuhan rohani yang bersinambung yang diejawantahkan semakin mendalam melalui
pengabdian diri kepada Allah Bapa Tuhan Yesus Kristus berupa tindakan-tindakan terhadap
sesamanya.
Maka dari pemahaman kedua tokoh ini jika kita sebagai orang Tua dengan jelas yang
dikatakan oleh Firman Tuhan didalam Ulangan dan Amsal seperti di Kitab Ulangan 6 : 6 – 7
yang menyatakan "Apa yang Kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau
9. perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan
membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam
perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun” kitab Amsalpun juga
mengatakan hal yang sama di pasal 22 : 6 – 11 jika kita membacanya khususnya di ayat 6 yang
berbunyi “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun
ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” Dengan jelas-jelas orang tua memiliki peran
penting dalam bidang mendidik Anak mereka seperti sebuah pepatah mengatak buah yang baik
maupun buruk di kenal dari pohonnya, begitupun juga sebagai orang tua kepada Anaknya orang
tua yang takut akan Tuhan dengan sendirinya pengajaran itu akan ditranfer kepada Anaknya
dengan pengajaran baik kepada anaknya.
BAB IV METODE PENELITIAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Jika orang tua mau mengajar anak-anak mereka menurut Alkitab, percaya itu adalah
Firman Tuhan, maka mereka harus pula mengetahui dan menerima apa yang diajarkan Alkitab
tentang nature dan penciptaan manusia. Ini adalah suatu dasar yang perlu dan pemandu untuk
apa yang harus diharapkan dari seorang anak. Manusia modern katakan bahwa orang-orang pada
dasarnya baik, dan permasalahan kita bersumber terutama dari lingkungan kita. Tidak
seorangpun menyangkal bahwa lingkungan akan mempengaruhi karakter seorang anak secara
negatif atau maupun secara positif. Tentu saja, itulah mengapa Alkitab menempatkan penekanan
yang kuat seperti itu pada keluarga dan pemeliharaan anak-anak. Tetapi Alkitab mengajar kita
bahwa inti atau permasalahan dalam perilaku penuh dosa didalam anak-anak dan jalan yang
mereka hasilkan ada diluar lingkungan. Permasalahannya adalah dosa. Meskipun diciptakan
dalam gambaran Tuhan dan tanpa dosa, Adam berdosa dan ras kita jatuh. Alkitab mengajar kita
yaitu:
1. Dosa diteruskan turun temurun.
Dalam Kejadian 5:1 kita diberitahu kalau Adam diciptakan serupa dengan Tuhan.
Dengan suatu kepribadian ( kesadaran diri, akal, kemauan, dan emosi) manusia diciptakan
segambar dengan Allah. Akan tetapi didalam ayat 3 kita lihat bahwa Adam mempunyai seorang
putra yang serupa dengannya, menurut gambarannya. Dalam kaitan dengan kejatuhan ini tidak
hanya termasuk phisik, mental, dan faktor emosional turunan, tetapi juga suatu nature penuh
dosa atau bengkok kearah kejahatan, seperti didefinisikan Alkitab sebagai kejahatan yang tidak
bisa disembuhkan, menipu, dan apa yang hanya dapat diketahui Allah ( Rom. 5:12; 7:17-18).
10. Jika kita adalah untuk sungguh-sungguh mengenal diri kita dan anak-anak kita. Maka kita harus
mengetahui apa yang dinyatakan Tuhan tentang hati manusia menurut FirmanNya
2. Setiap anak mewarisi nature dosa dari orangtuanya.
Daud menulis, “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku
dikandung ibuku” ( P. 51:5, NIV). Daud baru saja mengaku dosanya dalam Mazmur ini dan
mengakui bahwa ia tidak bisa menyalahkan lingkungan atau keadaan. Ia adalah orang yang
berdosa dan sudah begitu sejak lahir. Maksud Daud ia telah dilahirkan dalam keadaan berdosa,
orang berdosa dengan natur dosa, dengan kecenderungan berbuat dosa.
3. Bahkan anak kecil juga berdosa.
Lalu apa yang orangtua harapkan? “Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang,
sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat” ( P. 58:3, NIV). Mengapa? Sebab anak telah
melakukan dosa? Tidak! Seorang anak berdosa sebab didalam anak tidak bersalah ada
kecenderungan alami ke arah kejahatan seperti menceritakan kepalsuan untuk melindungi dirinya
dari konsekwensi perilaku tidak baik.
4. Seorang anak yang dibiarkan akan membawa aib kepada orangtuanya.
Apa sebabnya seorang anak yang tak berdisiplin, terbiar, membawa aib bagi orangtua (
Prov. 29:15)? Sebab, sungguhpun anak-anak kecil ada didalam satu pengertian tidak bersalah,
ada suatu prinsip berdosa yang sedang bekerja yang menggerakan mereka ke arah perilaku
berdosa dan egois. Maka anak-anak harus diajar untuk tidak berdusta atau mencuri. Mereka
harus diajar untuk menjadi tak egois, untuk mencintai dan menghormati orang lain, dan untuk
menghormati otoritas.
Referensi Luar
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Anak
https://andibooks.wordpress.com/definisi-anak/
https://www.bersosial.com/threads/pengertian-anak-menurut-para-ahli-adalah.21788/
http://www.landasanteori.com/2015/08/pengertian-anak-menurut-definisi-
ahli.html
2. 4 http://mengenal-tuhan.blogspot.co.id/2013/05/pendidikan-anak-kristen-dan-yahudi.html