SlideShare a Scribd company logo
1 of 54
PATIENT SAFETY DAN
PENCEGAHAN INFEKSI DALAM
ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN
BALITA
Gita Kostania, S.S.T., M.Kes
Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Malang
Outline
Kewaspadaan pencegahan
infeksi
01
Teknik aseptik untuk melakukan
tindakan
03
Cara pencegahan infeksi
02
Mungkinkah infeksi terjadi di tempat
pelayanan kesehatan???
Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated Infections) / HAIs
adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.
 Dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi
dalam rumah sakit.
 Muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan
tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Reservoir
Portal of
exit
Cara
penularan
Portal of
entry
Pejamu
rentan
Agen
infeksi
Rantai
penularan
infeksi
Infeksi dapat menyebar
bila setiap mata rantai
tersambung.
Memutuskan sambungan
mana pun akan menghentikan
penularan infeksi.
Reservoir
Portal of
exit
Cara
penularan
Portal of
entry
Pejamu
rentan
Agen
infeksi
Rantai
penularan
infeksi
Bagaimana
caranya???
Permenkes No 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di Fasyankes
adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien,
petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
prinsip kewaspadaan standar
dan berdasarkan transmisi
penggunaan
antimikroba secara bijak
bundles
Dilaksanakan melalui penerapan
Kewaspadaan standar yaitu kewaspadaan
yang utama, dirancang untuk diterapkan
secara rutin dalam perawatan seluruh
pasien di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, baik yang
telah didiagnosis, diduga terinfeksi atau
kolonisasi.
Kewaspadaan Standar
Diterapkan untuk
mencegah
transmisi silang
setelah pasien
didiagnosis
sebelum pasien
didiagnosis
sebelum adanya
hasil pemeriksaan
laboratorium
11 Komponen Kewaspadaan Standar
(Menurut CDC dan HICPAC, 2007)
Alat
Pelindung
Diri (APD)
praktik lumbal
pungsi yang aman
penatalaksanaan
linen
dekontaminasi
peralatan perawatan
pasien
kebersihan tangan
perlindungan
kesehatan petugas
Alat Pelindung Diri
(APD)
kesehatan
lingkungan
penempatan pasienpengelolaan limbah
praktik menyuntik
yang aman
hygiene
respirasi/etika batuk
dan bersin
Kebersihan Tangan
 Bila tangan tampak kotor setelah kontak dengan cairan tubuh, atau
diduga terpajan organisme berspora, atau setelah menggunakan
toilet, tangan harus dibersihkan dengan sabun atau antiseptik dan
air mengalir.
 Bila tidak tampak kotor, tangan dapat dicuci dengan antiseptik
berbasis alkohol (hand rub).
Cara Kebersihan Tangan dengan
Antisepsik Berbasis Alkohol
Diadaptasi dari WHO Guidelines on
Hand Hygiene in Health Care: First
Global Patient Safety Challenge, World
Health Organization, 2009.
Cara Kebersihan Tangan dengan
Sabun dan Air mengalir
Diadaptasi dari WHO Guidelines on
Hand Hygiene in Health Care: First
Global Patient Safety Challenge, World
Health Organization, 2009.
Langkah mencuci tangan menggunakan handrub berbasis alkohol pra bedah
WHO guidelines on hand hygiene in health care, 2009
5 Momen Mencuci Tangan
Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang dipakai petugas untuk
melindungi kulit dan membran mukosa dari resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret,
ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir dari pasien ke petugas dan sebaliknya.
Jenis-Jenis APD
Sarung tangan
Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses
peralatan, menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu
membersihkan permukaan yang terkontaminasi.
Sarung tangan bedah (steril), dipakai sewaktu melakukan tindakan
invasif atau pembedahan.
Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi
petugas pemberi pelayanan kesehatan sewaktu melakukan
pemeriksaan atau pekerjaan rutin.
1
2
3
Kebutuhan penggunaan sarung tangan
berdasarkan jenisnya
Jenis-Jenis APD
Masker
Masker digunakan untuk melindungi wajah dan membran mukosa mulut dari cipratan darah
dan cairan tubuh dari pasien atau permukaan lingkungan udara yang kotor dan melindungi
pasien atau permukaan lingkungan udara dari petugas pada saat batuk atau bersin.
Masker
respiratorik
Masker bedah
Masker rumah
tangga
Jenis-Jenis APD
Gaun Pelindung
Gaun pelindung digunakan untuk melindungi baju petugas dari kemungkinan
paparan atau percikan darah atau cairan tubuh, sekresi, ekskresi atau melindungi
pasien dari paparan pakaian petugas pada tindakan steril.
Gaun pelindung
tidak kedap air
Gaun pelindung
kedap air
Gaun steril Gaun non steril
Jenis-Jenis APD
Goggle dan perisai wajah
Tujuan :
Melindungi mata dan wajah dari percikan darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi.
Jenis-Jenis APD
Sepatu pelindung
Tujuan :
Melindung kaki petugas dari tumpahan/percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah
dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan, sepatu tidak boleh
berlubang agar berfungsi optimal.
Jenis-Jenis APD
Topi pelindung
Tujuan :
Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan
kulit kepala petugas terhadap alat-alat/ daerah steril atau
membran mukosa pasien dan juga sebaliknya untuk
melindungi kepala/rambut petugas dari percikan darah atau
cairan tubuh dari pasien.
Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien
Non
Kritikal
Semi
Kritikal
Kritikal
Pengelolaan peralatan/
bahan dan praktik yang
berhubungan dengan kulit
utuh yang merupakan risiko
terendah.
Bahan dan praktik ini
berkaitan dengan jaringan
steril atau sistem darah
sehingga merupakan risiko
infeksi tingkat tertinggi.
Bahan dan praktik ini
merupakan terpenting kedua
setelah kritikal yang berkaitan
dengan mukosa dan area kecil
di kulit yang lecet.
Sterilisasi:
Proses menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteria, virus, fungi dan parasit) termasuk
endospora menggunakan uap tekanan tinggi
(otoklaf), panas kering (oven), sterilisasi
kimiawi, atau radiasi.
DTT dengan
klorin 0,5%
selama 10 menit.
alkohol 70%
Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Proses menghilangkan semua mikroorganisme,
kecuali beberapa endospora bakterial dari
objek, dengan merebus, menguapkan atau
memakai disinfektan kimiawi.
Pengendalian Lingkungan
Pengendalian lingkungan di fasilitas pelayanan kesehatan, antara lain berupa
upaya perbaikan kualitas udara, kualitas air, dan permukaan lingkungan, serta
desain dan konstruksi bangunan.
Contoh pengendalian lingkungan pada permukaan lingkungan
Menghindari penggunaan sapu ijuk dan yang sejenis, untuk mencegah
aerosolisasi kuman patogen penyebab infeksi pada saluran napas. Tapi
menggunakan cara basah (kain basah) dan mop (untuk pembersihan
kering/lantai),bila dimungkinkan mop terbuat dari microfiber.
 Pengelolaan alat medik bersih dengan yang kotor harus terpisah.
 Persiapan pemasangan infus dan suntikan dilakukan di ruang bersih dan terpisah dari
ruang prosedur kotor (pencucian pispot pasien, alat terkontaminasi, dan lain-lain).
 Harus tersedia ruangan sterilisasi alat medik.
 Semua alat steril harus disimpan di lemari/wadah tertutup dan bebas debu dan kuman.
 Alat disposable tidak boleh diproses/dicuci, tetapi langsung dibuang di tempat sampah
sesuai jenis limbahnya, baik yang infeksius maupun atau non-infeksius.
Pengelolaan alat medik reused dan disposable
Pengelolaan Limbah
Fasilitas pelayanan kesehatan harus mampu melakukan minimalisasi limbah yaitu upaya yang
dilakukan untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan
(reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle).
Tujuan Pengelolaan Limbah :
Melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan masyarakat
sekitar fasilitas pelayanan kesehatan dari penyebaran infeksi dan cidera.
Membuang bahan-bahan berbahaya (sitotoksik, radioaktif, gas, limbah
infeksius, limbah kimiawi dan farmasi) dengan aman.
Limbah cair segera dibuang ke tempat pembuangan/pojok limbah cair (spoelhoek).
Limbah infeksius: Limbah yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh masukkan kedalam kantong plastik
berwarna kuning.
Contoh: sampel laboratorium, limbah patologis (jaringan, organ, bagian dari tubuh, otopsi, cairan tubuh, produk
darah yang terdiri dari serum, plasma, trombosit dan lain-lain), diapers dianggap limbah infeksius bila bekas
pakai pasien infeksi saluran cerna, menstruasi dan pasien dengan infeksi yang di transmisikan lewat darah atau
cairan tubuh lainnya.
Limbah non-infeksius: Limbah yang tidak terkontaminasi darah dan cairan tubuh, masukkan ke dalam kantong
plastik berwarna hitam.
Contoh: sampah rumah tangga, sisa makanan, sampah kantor.
Limbah benda tajam: Limbah yang memiliki permukaan tajam, masukkan kedalam wadah tahan tusuk dan air.
Contoh: jarum, spuit, ujung infus, benda yang berpermukaan tajam.
1
2
3
4
Jenis-jenis Limbah
Limbah benda tajam dimusnahkan
dengan insenerator.
Needle destroyer
Limbah cair dibuang ke
spoelhoek.
Penatalaksanaan Linen
Penanganan, transportasi, dan pemrosesan linen yang telah dipakai dengan cara:
 Cegah pajanan pada kulit dan membran mukosa serta kontaminasi pada pakaian.
 Cegah penyebaran patogen ke pasien lain dan lingkungan.
Gbr. Pengangkutan linen
terkontaminasi.
Gbr. Linen siap pakai
Perlindungan Kesehatan Petugas
 Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap semua petugas baik
tenaga kesehatan maupun tenaga nonkesehatan.
 Fasyankes harus mempunyai kebijakan untuk penatalaksanaan akibat tusukan
jarum atau benda tajam bekas pakai pasien.
 Jangan melakukan penutupan kembali (recap) jarum yang telah dipakai,
memanipulasi dengan tangan, menekuk, mematahkan atau melepas jarum
dari spuit.
 Buang jarum, spuit, pisau,scalpel, dan peralatan tajam habis pakai lainnya
kedalam wadah khusus yang tahan tusukan/tidak tembus sebelum
dimasukkan ke insenerator.
Penempatan Pasien
 Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius.
 Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien (kontak, droplet, airborne)
sebaiknya ruangan tersendiri.
 Mobilisasi pasien infeksius yang jenis transmisinya melalui udara (airborne) agar dibatasi di lingkungan fasilitas
pelayanan kesehatan untuk menghindari terjadinya transmisi penyakit yang tidak perlu kepada yang lain.
 Pasien HIV tidak diperkenankan dirawat bersama dengan pasien TB dalam satu ruangan tetapi pasien TB-HIV
dapat dirawat dengan sesama pasien TB.
Kebersihan Pernapasan/ Etika Batuk dan Bersin
Seseorang dengan gejala gangguan napas harus menerapkan langkah-langkah
pengendalian sumber:
 Tutup hidung dan mulut saat batuk/bersin dengan tisu dan masker, serta membersihkan tangan
setelah kontak dengan sekret saluran napas.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus:
 Menempatkan pasien dengan gejala gangguan pernapasan akut setidaknya 1 meter dari pasien lain saat berada di
ruang umum jika memungkinkan.
 Letakkan tanda peringatan untuk melakukan kebersihan pernapasan dan etika batuk pada pintu masuk fasilitas
pelayanan kesehatan.
 Pertimbangkan untuk meletakkan perlengkapan/ fasilitas kebersihan tangan di tempat umum dan area evaluasi pasien
dengan gangguan pernapasan.
Praktik Penyuntikan yang Aman
 Pakai spuit dan jarum suntik steril sekali pakai untuk setiap suntikan, berlaku juga pada
penggunaan vial multidose untuk mencegah timbulnya kontaminasi mikroba saat obat
dipakai pada pasien lain.
 Jangan lupa membuang spuit dan jarum suntik bekas pakai ke tempatnya dengan benar.
Praktik Lumbal Pungsi yang Aman
 Semua petugas harus memakai masker bedah, gaun bersih, sarung tangan steril saat akan
melakukan tindakan lumbal pungsi, anestesi spinal/epidural/pasang kateter vena sentral.
 Penggunaan masker bedah pada petugas dibutuhkan agar tidak terjadi droplet flora
orofaring yang dapat menimbulkan meningitis bakterial.
TEKNIK ASEPTIK MELAKUKAN TINDAKAN
Aseptik = tanpa mikroorganisme.
 Teknik aseptik dapat digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi
sampai tingkat aman jumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan, dan
benda mati.
Teknik Aseptik???
 upaya yang digunakan untuk meminimalisasi masuknya mikroorganisme
ke dalam area tubuh manapun yang sering menyebabkan infeksi.
Jenis Teknik Aseptik
• Disebut juga teknik bersih, prosedur yang
digunakan untuk mencegah penyebaran
mikroorganisme.
• Contoh : mencuci tangan, mengganti
linen, dan menggunakan cangkir untuk
obat.
Aseptik Medis
• Tindakan teknik steril, prosedur yang digunakan untuk
membunuh mikroorganisme dan spora dari suatu area.
• Digunakan di ruang perawatan untuk prosedur invasif, seperti
pemasangan kateter vena sentral.
• Teknik aseptik bedah mencakup mencuci tangan
menggunakan teknik scrub bedah lengkap, dan penggunaan
apron, sarung tangan, serta pengalas steril.
Aseptik Bedah
Tahapan mengerjakan
teknik aseptik
 Gosok tangan selama tiga sampai lima menit dengan menggunakan sabun antiseptik, dan bilas
dengan air yang mengalir.
 Biarkan tangan kering dengan udara atau keringkan tangan dengan handuk atau tisue.
 Oakai sarung tangan bersih
 Siapkan kulit untuk prosedur dengan mencucinya menggunakan swab atau bola kapas yang
direndam dalam larutan antiseptik dengan gerakan spiral ke arah luar. Ulangi dua kali lagi dengan
menggunakan swab baru atau bola kapas setiap kalinya, dan biarkan kering. Jika digunakan
polividon iodin, biarkan kering setelah mengolesnya atau tunggu minimal dua menit sebelum
melanjutkan dengan prosedur.
 Lepas sarung tangan bersih dan apaki sarungn tangan steril.
 Gunakan instrumen dan peralatan yang didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
 Jika terdapat pertanyaan tentang apakah suatu barang steril atau tidak, anggap barang tersebut
terkontaminasi.
Cara Memegang Syringe
 Pegang syringe pada bagian barrel dan ujung piston
 Jangan memegang bagian hub pada jarum
 Jangan membuka penutup jarum bila tidak diperlukan
 Semua bagian needle adalah “critical area”
 Tidak boleh disentuh dengan tangan non steril
 Selalu tutup dengan needla cap
 Pegang badan ampul dengan tangan kiri atau tangan yang kurang dominan
 Pegang kepala ampul dengan tangan kanan atau tangan yang lebih dominan dengan
kedua ibu jari saling berhadapan
 Patahkan leher ampul dengan cara menekan kepala ampul ke depam atau ke atas
 Buang kepala ampul ke dalam tempat pembuangan benda tajam
Teknik Mematahkan Leher Ampul
Teknik Mengambil Larutan dari Ampul
 Pegang ampul pada posisi horisontal
 Pegang syringe dengan bagian bevel jarum menghadap ke atas
 Masukkan jarum ke dalam bagian shoulder ampul dan ambil
larutan sejumlah volume yang dikehendaki
 Jangan memegang bagian kritis
 Minimalkan membuat blocking pada kritical area
 Ambil sejumlah volume udara (0,25 ml)
 Gabungkan gelembung-gelembung kecil dengan
gelembung besar dengan memutar syringe
 Hilangkan gelebung dari syringe
Teknik Mengeluarkan Gelembung dari Syringe
Vial yang digunakan berkali-kali
 Gunakan jarum dan spuit yang baru dan steril setiap kali obat diambil dari vial atau wadah yang
digunakan berali-kali.
 Simpan vial yang digunakan berkali-kali sesuai dengan petunjuk penyimpannan.
 Catat pada vial tanggal dan waktu vial dibuka, dan gunakan sampai satu bulan atau sesuai dengan
tanggal kadaluwarsa.
 Jangan membiarkan ampul kaca terbuka. Obat tersebut dapat tidak stabil dan mengetuk tutup
ampul tidak akan mencegah kontaminasi.
 Buang larutan pengencer (mis. Air steril atau salin normal) setelah 24 jam.
 Ganti set infus dan kantong cairan IV setiap 24 jam.
Pencegahan kontaminasi pada laurtan antiseptik dan desinfektan
 Larutan antiseptik : digunakan pada kulit dan biasanya tidak sekuat desinfektan.
 Larutan desinfektan : digunakan untuk mendekontaminasi atau mendesinfeksi tingkat tiggi instrumen dan peralatan.
Pencegahan kontaminasi pada laurtan antiseptik dan desinfektan
 Gunakan hanya air mendidih untuk pengenceran, jika pengenceran diperlukan (didihkan air selama
20 menit untuk mendesinfeksi tingkat tinggi).
 Berhati-hati agar tidak mengontaminasi mulut wadah saat menuang larutan ke dalam wadah yang
lebih kecil.
 Kosongkan dan cuci wadah dengan sabun dan air dan biarkan kering dengan udara minimal sekali
seminggu.
 Tuang larutan antiseptik pada bola kapas atau kasa. Jangan mencelupkan ke dalam larutan secara
langsung.
 Simpan larutan di tempat sejuk dan gelap (minim cahaya).
Penanganan instrumen tajam dengan aman
 Setelah digunakan, dekontaminasi spuit dan jarum dengan membilasnya menggunakan larutan
desinfektan sebanyak tiga kali.
 Segera buang benda tajam dengan meletakkannya ke dalam wadah anti bocor. Jangan menutup
kembali, membengkokkan, atau mematahkan jarum, atau melepasnya dari spuit.
 Jika jarum hatus ditutup kembali, gunakan metode penutupan jarum dengan satu tangan :
 Letakkan tutup pada permukaan keras dan datar
 Pegang spuit dengan satu tangan dan gunakan jarum untuk mengangkat tutup
 Ketika tutup menutupi jarum sepenuhnya, pegang dasar jarum dan gunakan tangan lain untuk
memfiksasi tutup.
Pemrosesan instrumen
 Pastikan instrumen yang menembus kulit (mis.
Jatum, kateter) disterilkan atau didesinfeksi
tingkat tinggi secara adekuat sebelum
digunakan dan diproses secara benar setelah
digunakan.
 Gunakan larutan desinfeksi untuk
membersihkan peralatan yang tidak kontak
dengan aliran darah (mis. Stetoskop,
inkubator) antara tiap kali penggunaan, dan
terutama antara penggunaan pada bayi yang
berbeda.
Penangana rumah tangga
 Pembersihan yang teratur dan menyeluruh akan mengurangi mikroorganisme pada permukaan
dan membantu mencegah infeksi.
 Bersihkan dari atas ke bawah (mis. Dinding dan penutup jendela).
 Selalu pakai sarung tangan karet atau sarung tangan lateks serbaguna.
 Segera bersihkan percikan darah atau cairan tubuh dengan larutan desinfeksi.
 Bungkus atau tutupi seprei bersih dan simpan dalam lemari tertutup untuk mencegah
kontaminasi debu.
 Setiap selesai digunakan, bersihkan tempat tidur, meja, dan troli prosedur dengan larutan
desinfektan.
Penangana rumah tangga
References
● Abdurrochim. Teknik Aseptik. https://www.rsuharapanibu.co.id/wp-content/uploads/2019/07/TEKNIK-ASEPTIK.pdf,
diakses 23 September 2020.
● Tim Penyusun Keterampilan Klinik FK UNS. 2018. Buku Manual Keterampilan Klinik Topik Teknik Aseptik. Kementerian
Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Universitas Sebelas Maret Fakultas Kedokteran.
● WHO. 2008. Penerapan Kewaspadaan Standar di fasilitas pelayanan kesehatan.
https://www.who.int/csr/resources/publications/AMStandardPrecautions_bahasa.pdf?ua=1, Diakses 23 September
2020.
● Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta.
● WHO. 2003. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir : Panduan untuk Dokter, Perawat, dan Bidan. Jakarta : EGC.
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Perubahan anatomi fisiologis sistem muculoskeletal
Perubahan anatomi fisiologis sistem muculoskeletalPerubahan anatomi fisiologis sistem muculoskeletal
Perubahan anatomi fisiologis sistem muculoskeletalRahayu Pratiwi
 
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamilPerubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamilHetty Astri
 
Komplikasi dan Penyulit Kehamilan
Komplikasi dan Penyulit KehamilanKomplikasi dan Penyulit Kehamilan
Komplikasi dan Penyulit KehamilanGita Kostania
 
02 sistem rujukan maternal & neonatal
02 sistem rujukan maternal & neonatal02 sistem rujukan maternal & neonatal
02 sistem rujukan maternal & neonatalJoni Iswanto
 
Perubahan fisiologis pada ibu nifas,sisten endokrin,kardiovaskular,ppt
Perubahan fisiologis pada ibu nifas,sisten endokrin,kardiovaskular,pptPerubahan fisiologis pada ibu nifas,sisten endokrin,kardiovaskular,ppt
Perubahan fisiologis pada ibu nifas,sisten endokrin,kardiovaskular,pptmartaagustinasirait
 
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatalmartaagustinasirait
 
Kb 1 konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatal
Kb 1 konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatalKb 1 konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatal
Kb 1 konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatalpjj_kemenkes
 
Perawatan luka dalam praktek kebidanan
Perawatan luka dalam praktek kebidananPerawatan luka dalam praktek kebidanan
Perawatan luka dalam praktek kebidananGita Kostania
 
Perawatan Payudara Ibu Nifas
Perawatan Payudara Ibu NifasPerawatan Payudara Ibu Nifas
Perawatan Payudara Ibu Nifasindahfedri
 
Makalah lengkap perdarahan antepartum
Makalah lengkap perdarahan antepartumMakalah lengkap perdarahan antepartum
Makalah lengkap perdarahan antepartumWarnet Raha
 
Mekanisme Persalinan
Mekanisme PersalinanMekanisme Persalinan
Mekanisme PersalinanAnna Nisa
 
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal NeonatalPembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal NeonatalAffiZakiyya
 
KB 2 - Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Nifas
KB 2 - Pemeriksaan Fisik Pada Ibu NifasKB 2 - Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Nifas
KB 2 - Pemeriksaan Fisik Pada Ibu NifasUwes Chaeruman
 
Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan praktik perkawinan, kehamilan,persa...
Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan praktik perkawinan, kehamilan,persa...Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan praktik perkawinan, kehamilan,persa...
Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan praktik perkawinan, kehamilan,persa...Aprillia Indah Fajarwati
 
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAHKEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAHsri wahyuni
 
Kelompok dokep sonia fitri
Kelompok dokep sonia fitriKelompok dokep sonia fitri
Kelompok dokep sonia fitriAzispcp
 
Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan -power-passenger-
Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan -power-passenger-Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan -power-passenger-
Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan -power-passenger-Gita Kostania
 

What's hot (20)

Perubahan anatomi fisiologis sistem muculoskeletal
Perubahan anatomi fisiologis sistem muculoskeletalPerubahan anatomi fisiologis sistem muculoskeletal
Perubahan anatomi fisiologis sistem muculoskeletal
 
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamilPerubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
 
Komplikasi dan Penyulit Kehamilan
Komplikasi dan Penyulit KehamilanKomplikasi dan Penyulit Kehamilan
Komplikasi dan Penyulit Kehamilan
 
02 sistem rujukan maternal & neonatal
02 sistem rujukan maternal & neonatal02 sistem rujukan maternal & neonatal
02 sistem rujukan maternal & neonatal
 
Perubahan fisiologis pada ibu nifas,sisten endokrin,kardiovaskular,ppt
Perubahan fisiologis pada ibu nifas,sisten endokrin,kardiovaskular,pptPerubahan fisiologis pada ibu nifas,sisten endokrin,kardiovaskular,ppt
Perubahan fisiologis pada ibu nifas,sisten endokrin,kardiovaskular,ppt
 
INFEKSI NIFAS
INFEKSI NIFASINFEKSI NIFAS
INFEKSI NIFAS
 
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
 
Kb 1 konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatal
Kb 1 konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatalKb 1 konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatal
Kb 1 konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatal
 
Perawatan luka dalam praktek kebidanan
Perawatan luka dalam praktek kebidananPerawatan luka dalam praktek kebidanan
Perawatan luka dalam praktek kebidanan
 
Perawatan Payudara Ibu Nifas
Perawatan Payudara Ibu NifasPerawatan Payudara Ibu Nifas
Perawatan Payudara Ibu Nifas
 
Kebutuhan dasar ibu masa nifas
Kebutuhan dasar ibu masa nifasKebutuhan dasar ibu masa nifas
Kebutuhan dasar ibu masa nifas
 
Makalah lengkap perdarahan antepartum
Makalah lengkap perdarahan antepartumMakalah lengkap perdarahan antepartum
Makalah lengkap perdarahan antepartum
 
Mekanisme Persalinan
Mekanisme PersalinanMekanisme Persalinan
Mekanisme Persalinan
 
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal NeonatalPembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
 
KB 2 - Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Nifas
KB 2 - Pemeriksaan Fisik Pada Ibu NifasKB 2 - Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Nifas
KB 2 - Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Nifas
 
Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan praktik perkawinan, kehamilan,persa...
Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan praktik perkawinan, kehamilan,persa...Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan praktik perkawinan, kehamilan,persa...
Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan praktik perkawinan, kehamilan,persa...
 
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAHKEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
 
Kelompok dokep sonia fitri
Kelompok dokep sonia fitriKelompok dokep sonia fitri
Kelompok dokep sonia fitri
 
Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan -power-passenger-
Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan -power-passenger-Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan -power-passenger-
Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan -power-passenger-
 
Proses laktasi dan menyusui,ppt
Proses laktasi dan menyusui,pptProses laktasi dan menyusui,ppt
Proses laktasi dan menyusui,ppt
 

Similar to PATIENT SAFETY

PERSENTASI PROGRAM TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI .ppt
PERSENTASI PROGRAM TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI .pptPERSENTASI PROGRAM TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI .ppt
PERSENTASI PROGRAM TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI .pptPPIRSUSyifaMedina
 
Pertemuan 1. PPT_Pencegahan_Infeksi.pptx
Pertemuan 1. PPT_Pencegahan_Infeksi.pptxPertemuan 1. PPT_Pencegahan_Infeksi.pptx
Pertemuan 1. PPT_Pencegahan_Infeksi.pptxDaniPatrick2
 
sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) lokbul bulan Agustus.pptx
sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) lokbul bulan Agustus.pptxsosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) lokbul bulan Agustus.pptx
sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) lokbul bulan Agustus.pptxAnggitaDwiP1
 
Materi Sosialisasi.pptx
Materi Sosialisasi.pptxMateri Sosialisasi.pptx
Materi Sosialisasi.pptxlennimnthe
 
Pencegahan infeksi dalam praktik kebidanan
Pencegahan infeksi dalam praktik kebidananPencegahan infeksi dalam praktik kebidanan
Pencegahan infeksi dalam praktik kebidananDewi260205
 
1_PRINSIP_PENCEGAHAN_INFEKSI_ppt.ppt
1_PRINSIP_PENCEGAHAN_INFEKSI_ppt.ppt1_PRINSIP_PENCEGAHAN_INFEKSI_ppt.ppt
1_PRINSIP_PENCEGAHAN_INFEKSI_ppt.pptannisamelhannah1
 
Prisip pencegahan infeksi
Prisip pencegahan infeksiPrisip pencegahan infeksi
Prisip pencegahan infeksiVhe Fransisca
 
Aspek mikrobiologi dalam pencegahan dan penanggulangan infeksi nosokomial
Aspek mikrobiologi dalam pencegahan dan penanggulangan infeksi nosokomialAspek mikrobiologi dalam pencegahan dan penanggulangan infeksi nosokomial
Aspek mikrobiologi dalam pencegahan dan penanggulangan infeksi nosokomialzalpanandrian
 
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6tristyanto
 
6. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi_PPI HIV.pptx
6. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi_PPI HIV.pptx6. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi_PPI HIV.pptx
6. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi_PPI HIV.pptxRetnoListyawati
 
4. Materi Pengendalian & Pencegahan Infeksi (Tri Wahyuni I).pptx
4. Materi Pengendalian & Pencegahan Infeksi (Tri Wahyuni I).pptx4. Materi Pengendalian & Pencegahan Infeksi (Tri Wahyuni I).pptx
4. Materi Pengendalian & Pencegahan Infeksi (Tri Wahyuni I).pptxRSUMitraHusada
 
Pemenuhan kebutuhan keamanan fisik
Pemenuhan kebutuhan keamanan fisikPemenuhan kebutuhan keamanan fisik
Pemenuhan kebutuhan keamanan fisikstikesby kebidanan
 
Kebutuhan keamanan fisik (ibu mekar)
Kebutuhan keamanan fisik (ibu mekar)Kebutuhan keamanan fisik (ibu mekar)
Kebutuhan keamanan fisik (ibu mekar)stikesby kebidanan
 
Kebutuhan Dasar Manusia (Prinsip Pencegahan Infeksi)
Kebutuhan Dasar Manusia (Prinsip Pencegahan Infeksi)Kebutuhan Dasar Manusia (Prinsip Pencegahan Infeksi)
Kebutuhan Dasar Manusia (Prinsip Pencegahan Infeksi)intan fadilla
 
Masalah infeksi di sarkes(revisi)
Masalah infeksi di sarkes(revisi)Masalah infeksi di sarkes(revisi)
Masalah infeksi di sarkes(revisi)Joni Iswanto
 
MPI.3 Pencegahan Penyakit Infeksi
MPI.3 Pencegahan Penyakit Infeksi MPI.3 Pencegahan Penyakit Infeksi
MPI.3 Pencegahan Penyakit Infeksi Oktarina Permatasari
 

Similar to PATIENT SAFETY (20)

PERSENTASI PROGRAM TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI .ppt
PERSENTASI PROGRAM TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI .pptPERSENTASI PROGRAM TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI .ppt
PERSENTASI PROGRAM TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI .ppt
 
Pertemuan 1. PPT_Pencegahan_Infeksi.pptx
Pertemuan 1. PPT_Pencegahan_Infeksi.pptxPertemuan 1. PPT_Pencegahan_Infeksi.pptx
Pertemuan 1. PPT_Pencegahan_Infeksi.pptx
 
PPI-1.pptx
PPI-1.pptxPPI-1.pptx
PPI-1.pptx
 
sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) lokbul bulan Agustus.pptx
sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) lokbul bulan Agustus.pptxsosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) lokbul bulan Agustus.pptx
sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) lokbul bulan Agustus.pptx
 
Materi Sosialisasi.pptx
Materi Sosialisasi.pptxMateri Sosialisasi.pptx
Materi Sosialisasi.pptx
 
Pencegahan infeksi dalam praktik kebidanan
Pencegahan infeksi dalam praktik kebidananPencegahan infeksi dalam praktik kebidanan
Pencegahan infeksi dalam praktik kebidanan
 
1_PRINSIP_PENCEGAHAN_INFEKSI_ppt.ppt
1_PRINSIP_PENCEGAHAN_INFEKSI_ppt.ppt1_PRINSIP_PENCEGAHAN_INFEKSI_ppt.ppt
1_PRINSIP_PENCEGAHAN_INFEKSI_ppt.ppt
 
PPI-2019.ppt
PPI-2019.pptPPI-2019.ppt
PPI-2019.ppt
 
Prisip pencegahan infeksi
Prisip pencegahan infeksiPrisip pencegahan infeksi
Prisip pencegahan infeksi
 
Aspek mikrobiologi dalam pencegahan dan penanggulangan infeksi nosokomial
Aspek mikrobiologi dalam pencegahan dan penanggulangan infeksi nosokomialAspek mikrobiologi dalam pencegahan dan penanggulangan infeksi nosokomial
Aspek mikrobiologi dalam pencegahan dan penanggulangan infeksi nosokomial
 
Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksiPencegahan infeksi
Pencegahan infeksi
 
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
 
6. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi_PPI HIV.pptx
6. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi_PPI HIV.pptx6. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi_PPI HIV.pptx
6. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi_PPI HIV.pptx
 
4. Materi Pengendalian & Pencegahan Infeksi (Tri Wahyuni I).pptx
4. Materi Pengendalian & Pencegahan Infeksi (Tri Wahyuni I).pptx4. Materi Pengendalian & Pencegahan Infeksi (Tri Wahyuni I).pptx
4. Materi Pengendalian & Pencegahan Infeksi (Tri Wahyuni I).pptx
 
Pemenuhan kebutuhan keamanan fisik
Pemenuhan kebutuhan keamanan fisikPemenuhan kebutuhan keamanan fisik
Pemenuhan kebutuhan keamanan fisik
 
Kebutuhan keamanan fisik (ibu mekar)
Kebutuhan keamanan fisik (ibu mekar)Kebutuhan keamanan fisik (ibu mekar)
Kebutuhan keamanan fisik (ibu mekar)
 
Kebutuhan Dasar Manusia (Prinsip Pencegahan Infeksi)
Kebutuhan Dasar Manusia (Prinsip Pencegahan Infeksi)Kebutuhan Dasar Manusia (Prinsip Pencegahan Infeksi)
Kebutuhan Dasar Manusia (Prinsip Pencegahan Infeksi)
 
Masalah infeksi di sarkes(revisi)
Masalah infeksi di sarkes(revisi)Masalah infeksi di sarkes(revisi)
Masalah infeksi di sarkes(revisi)
 
PPI-UMSIDA.pptx
PPI-UMSIDA.pptxPPI-UMSIDA.pptx
PPI-UMSIDA.pptx
 
MPI.3 Pencegahan Penyakit Infeksi
MPI.3 Pencegahan Penyakit Infeksi MPI.3 Pencegahan Penyakit Infeksi
MPI.3 Pencegahan Penyakit Infeksi
 

More from Gita Kostania

Asuhan pada Neonatus, Bayi, dan Anak Balita Normal dan Abnormal
Asuhan pada Neonatus, Bayi, dan Anak Balita Normal dan AbnormalAsuhan pada Neonatus, Bayi, dan Anak Balita Normal dan Abnormal
Asuhan pada Neonatus, Bayi, dan Anak Balita Normal dan AbnormalGita Kostania
 
Konsep Organisasi dan Sistim Informasi Manajemen Kesehatan
Konsep Organisasi dan Sistim Informasi Manajemen KesehatanKonsep Organisasi dan Sistim Informasi Manajemen Kesehatan
Konsep Organisasi dan Sistim Informasi Manajemen KesehatanGita Kostania
 
Skrining Pertumbuhan dan Perkembangan dengan SDIDTK
Skrining Pertumbuhan dan Perkembangan dengan SDIDTKSkrining Pertumbuhan dan Perkembangan dengan SDIDTK
Skrining Pertumbuhan dan Perkembangan dengan SDIDTKGita Kostania
 
Skrining Perkembangan Anak menggunakan Instrumen DDST
Skrining Perkembangan Anak menggunakan Instrumen DDSTSkrining Perkembangan Anak menggunakan Instrumen DDST
Skrining Perkembangan Anak menggunakan Instrumen DDSTGita Kostania
 
Skrining Pertumbuhan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)
Skrining Pertumbuhan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)Skrining Pertumbuhan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)
Skrining Pertumbuhan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)Gita Kostania
 
Pemantauan tumbang dan stimulasi
Pemantauan tumbang dan stimulasiPemantauan tumbang dan stimulasi
Pemantauan tumbang dan stimulasiGita Kostania
 
Sistem Urinaria (Sistem Perkemihan)
Sistem Urinaria (Sistem Perkemihan)Sistem Urinaria (Sistem Perkemihan)
Sistem Urinaria (Sistem Perkemihan)Gita Kostania
 
Sistem Digestive (Sistem Pencernaan Manusia)
Sistem Digestive (Sistem Pencernaan Manusia)Sistem Digestive (Sistem Pencernaan Manusia)
Sistem Digestive (Sistem Pencernaan Manusia)Gita Kostania
 
Sistem Respirasi (Sistem Pernafasan Manusia)
Sistem Respirasi (Sistem Pernafasan Manusia)Sistem Respirasi (Sistem Pernafasan Manusia)
Sistem Respirasi (Sistem Pernafasan Manusia)Gita Kostania
 
Sistem Kardiovaskuler (Sistem Peredaran Darah Manusia)
Sistem Kardiovaskuler (Sistem Peredaran Darah Manusia)Sistem Kardiovaskuler (Sistem Peredaran Darah Manusia)
Sistem Kardiovaskuler (Sistem Peredaran Darah Manusia)Gita Kostania
 
Penginderaan (Sistem Indra Manusia)
Penginderaan (Sistem Indra Manusia)Penginderaan (Sistem Indra Manusia)
Penginderaan (Sistem Indra Manusia)Gita Kostania
 
Konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah
Konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolahKonsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah
Konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolahGita Kostania
 
Daftar tilik konseling perencanaan persiapan persalinan dan kesiagaan kegawat...
Daftar tilik konseling perencanaan persiapan persalinan dan kesiagaan kegawat...Daftar tilik konseling perencanaan persiapan persalinan dan kesiagaan kegawat...
Daftar tilik konseling perencanaan persiapan persalinan dan kesiagaan kegawat...Gita Kostania
 
Rancangan Tugas / Uraian tugas perawatan luka dalam praktek kebidanan
Rancangan Tugas / Uraian tugas perawatan luka dalam praktek kebidananRancangan Tugas / Uraian tugas perawatan luka dalam praktek kebidanan
Rancangan Tugas / Uraian tugas perawatan luka dalam praktek kebidananGita Kostania
 
Deteksi dini dan penanganan komplikasi persalinan
Deteksi dini dan penanganan komplikasi persalinanDeteksi dini dan penanganan komplikasi persalinan
Deteksi dini dan penanganan komplikasi persalinanGita Kostania
 

More from Gita Kostania (20)

Asuhan pada Neonatus, Bayi, dan Anak Balita Normal dan Abnormal
Asuhan pada Neonatus, Bayi, dan Anak Balita Normal dan AbnormalAsuhan pada Neonatus, Bayi, dan Anak Balita Normal dan Abnormal
Asuhan pada Neonatus, Bayi, dan Anak Balita Normal dan Abnormal
 
Sistem Integumen
Sistem IntegumenSistem Integumen
Sistem Integumen
 
Sel dan Jaringan
Sel dan JaringanSel dan Jaringan
Sel dan Jaringan
 
Dasar Dasar Anatomi
Dasar Dasar AnatomiDasar Dasar Anatomi
Dasar Dasar Anatomi
 
Konsep Organisasi dan Sistim Informasi Manajemen Kesehatan
Konsep Organisasi dan Sistim Informasi Manajemen KesehatanKonsep Organisasi dan Sistim Informasi Manajemen Kesehatan
Konsep Organisasi dan Sistim Informasi Manajemen Kesehatan
 
Konsep Dasar SIK
Konsep Dasar SIKKonsep Dasar SIK
Konsep Dasar SIK
 
Sistim Endokrin
Sistim EndokrinSistim Endokrin
Sistim Endokrin
 
Skrining Pertumbuhan dan Perkembangan dengan SDIDTK
Skrining Pertumbuhan dan Perkembangan dengan SDIDTKSkrining Pertumbuhan dan Perkembangan dengan SDIDTK
Skrining Pertumbuhan dan Perkembangan dengan SDIDTK
 
Skrining Perkembangan Anak menggunakan Instrumen DDST
Skrining Perkembangan Anak menggunakan Instrumen DDSTSkrining Perkembangan Anak menggunakan Instrumen DDST
Skrining Perkembangan Anak menggunakan Instrumen DDST
 
Skrining Pertumbuhan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)
Skrining Pertumbuhan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)Skrining Pertumbuhan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)
Skrining Pertumbuhan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)
 
Pemantauan tumbang dan stimulasi
Pemantauan tumbang dan stimulasiPemantauan tumbang dan stimulasi
Pemantauan tumbang dan stimulasi
 
Sistem Urinaria (Sistem Perkemihan)
Sistem Urinaria (Sistem Perkemihan)Sistem Urinaria (Sistem Perkemihan)
Sistem Urinaria (Sistem Perkemihan)
 
Sistem Digestive (Sistem Pencernaan Manusia)
Sistem Digestive (Sistem Pencernaan Manusia)Sistem Digestive (Sistem Pencernaan Manusia)
Sistem Digestive (Sistem Pencernaan Manusia)
 
Sistem Respirasi (Sistem Pernafasan Manusia)
Sistem Respirasi (Sistem Pernafasan Manusia)Sistem Respirasi (Sistem Pernafasan Manusia)
Sistem Respirasi (Sistem Pernafasan Manusia)
 
Sistem Kardiovaskuler (Sistem Peredaran Darah Manusia)
Sistem Kardiovaskuler (Sistem Peredaran Darah Manusia)Sistem Kardiovaskuler (Sistem Peredaran Darah Manusia)
Sistem Kardiovaskuler (Sistem Peredaran Darah Manusia)
 
Penginderaan (Sistem Indra Manusia)
Penginderaan (Sistem Indra Manusia)Penginderaan (Sistem Indra Manusia)
Penginderaan (Sistem Indra Manusia)
 
Konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah
Konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolahKonsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah
Konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah
 
Daftar tilik konseling perencanaan persiapan persalinan dan kesiagaan kegawat...
Daftar tilik konseling perencanaan persiapan persalinan dan kesiagaan kegawat...Daftar tilik konseling perencanaan persiapan persalinan dan kesiagaan kegawat...
Daftar tilik konseling perencanaan persiapan persalinan dan kesiagaan kegawat...
 
Rancangan Tugas / Uraian tugas perawatan luka dalam praktek kebidanan
Rancangan Tugas / Uraian tugas perawatan luka dalam praktek kebidananRancangan Tugas / Uraian tugas perawatan luka dalam praktek kebidanan
Rancangan Tugas / Uraian tugas perawatan luka dalam praktek kebidanan
 
Deteksi dini dan penanganan komplikasi persalinan
Deteksi dini dan penanganan komplikasi persalinanDeteksi dini dan penanganan komplikasi persalinan
Deteksi dini dan penanganan komplikasi persalinan
 

Recently uploaded

Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfAlanRahmat
 
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanKemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRJessieArini1
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptssuser940815
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfestidiyah35
 
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...MAKSIPUASA1
 
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docxhurufd86
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxNadiraShafa1
 

Recently uploaded (10)

Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
 
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanKemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
 
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
 
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
 

PATIENT SAFETY

  • 1. PATIENT SAFETY DAN PENCEGAHAN INFEKSI DALAM ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA Gita Kostania, S.S.T., M.Kes Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Malang
  • 2. Outline Kewaspadaan pencegahan infeksi 01 Teknik aseptik untuk melakukan tindakan 03 Cara pencegahan infeksi 02
  • 3. Mungkinkah infeksi terjadi di tempat pelayanan kesehatan??? Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated Infections) / HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.  Dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit.  Muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
  • 4. Reservoir Portal of exit Cara penularan Portal of entry Pejamu rentan Agen infeksi Rantai penularan infeksi Infeksi dapat menyebar bila setiap mata rantai tersambung. Memutuskan sambungan mana pun akan menghentikan penularan infeksi.
  • 6. Permenkes No 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasyankes adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) prinsip kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi penggunaan antimikroba secara bijak bundles Dilaksanakan melalui penerapan
  • 7. Kewaspadaan standar yaitu kewaspadaan yang utama, dirancang untuk diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh pasien di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik yang telah didiagnosis, diduga terinfeksi atau kolonisasi. Kewaspadaan Standar Diterapkan untuk mencegah transmisi silang setelah pasien didiagnosis sebelum pasien didiagnosis sebelum adanya hasil pemeriksaan laboratorium
  • 8. 11 Komponen Kewaspadaan Standar (Menurut CDC dan HICPAC, 2007) Alat Pelindung Diri (APD) praktik lumbal pungsi yang aman penatalaksanaan linen dekontaminasi peralatan perawatan pasien kebersihan tangan perlindungan kesehatan petugas Alat Pelindung Diri (APD) kesehatan lingkungan penempatan pasienpengelolaan limbah praktik menyuntik yang aman hygiene respirasi/etika batuk dan bersin
  • 9. Kebersihan Tangan  Bila tangan tampak kotor setelah kontak dengan cairan tubuh, atau diduga terpajan organisme berspora, atau setelah menggunakan toilet, tangan harus dibersihkan dengan sabun atau antiseptik dan air mengalir.  Bila tidak tampak kotor, tangan dapat dicuci dengan antiseptik berbasis alkohol (hand rub).
  • 10. Cara Kebersihan Tangan dengan Antisepsik Berbasis Alkohol Diadaptasi dari WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care: First Global Patient Safety Challenge, World Health Organization, 2009.
  • 11. Cara Kebersihan Tangan dengan Sabun dan Air mengalir Diadaptasi dari WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care: First Global Patient Safety Challenge, World Health Organization, 2009.
  • 12. Langkah mencuci tangan menggunakan handrub berbasis alkohol pra bedah
  • 13.
  • 14. WHO guidelines on hand hygiene in health care, 2009
  • 15. 5 Momen Mencuci Tangan
  • 16. Alat Pelindung Diri (APD) Alat pelindung diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang dipakai petugas untuk melindungi kulit dan membran mukosa dari resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir dari pasien ke petugas dan sebaliknya.
  • 17. Jenis-Jenis APD Sarung tangan Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses peralatan, menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi. Sarung tangan bedah (steril), dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau pembedahan. Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi petugas pemberi pelayanan kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin. 1 2 3
  • 18. Kebutuhan penggunaan sarung tangan berdasarkan jenisnya
  • 19. Jenis-Jenis APD Masker Masker digunakan untuk melindungi wajah dan membran mukosa mulut dari cipratan darah dan cairan tubuh dari pasien atau permukaan lingkungan udara yang kotor dan melindungi pasien atau permukaan lingkungan udara dari petugas pada saat batuk atau bersin. Masker respiratorik Masker bedah Masker rumah tangga
  • 20. Jenis-Jenis APD Gaun Pelindung Gaun pelindung digunakan untuk melindungi baju petugas dari kemungkinan paparan atau percikan darah atau cairan tubuh, sekresi, ekskresi atau melindungi pasien dari paparan pakaian petugas pada tindakan steril. Gaun pelindung tidak kedap air Gaun pelindung kedap air Gaun steril Gaun non steril
  • 21. Jenis-Jenis APD Goggle dan perisai wajah Tujuan : Melindungi mata dan wajah dari percikan darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi.
  • 22. Jenis-Jenis APD Sepatu pelindung Tujuan : Melindung kaki petugas dari tumpahan/percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan, sepatu tidak boleh berlubang agar berfungsi optimal.
  • 23. Jenis-Jenis APD Topi pelindung Tujuan : Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat/ daerah steril atau membran mukosa pasien dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala/rambut petugas dari percikan darah atau cairan tubuh dari pasien.
  • 24. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien Non Kritikal Semi Kritikal Kritikal Pengelolaan peralatan/ bahan dan praktik yang berhubungan dengan kulit utuh yang merupakan risiko terendah. Bahan dan praktik ini berkaitan dengan jaringan steril atau sistem darah sehingga merupakan risiko infeksi tingkat tertinggi. Bahan dan praktik ini merupakan terpenting kedua setelah kritikal yang berkaitan dengan mukosa dan area kecil di kulit yang lecet.
  • 25. Sterilisasi: Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora menggunakan uap tekanan tinggi (otoklaf), panas kering (oven), sterilisasi kimiawi, atau radiasi. DTT dengan klorin 0,5% selama 10 menit. alkohol 70% Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) Proses menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali beberapa endospora bakterial dari objek, dengan merebus, menguapkan atau memakai disinfektan kimiawi.
  • 26. Pengendalian Lingkungan Pengendalian lingkungan di fasilitas pelayanan kesehatan, antara lain berupa upaya perbaikan kualitas udara, kualitas air, dan permukaan lingkungan, serta desain dan konstruksi bangunan. Contoh pengendalian lingkungan pada permukaan lingkungan Menghindari penggunaan sapu ijuk dan yang sejenis, untuk mencegah aerosolisasi kuman patogen penyebab infeksi pada saluran napas. Tapi menggunakan cara basah (kain basah) dan mop (untuk pembersihan kering/lantai),bila dimungkinkan mop terbuat dari microfiber.
  • 27.  Pengelolaan alat medik bersih dengan yang kotor harus terpisah.  Persiapan pemasangan infus dan suntikan dilakukan di ruang bersih dan terpisah dari ruang prosedur kotor (pencucian pispot pasien, alat terkontaminasi, dan lain-lain).  Harus tersedia ruangan sterilisasi alat medik.  Semua alat steril harus disimpan di lemari/wadah tertutup dan bebas debu dan kuman.  Alat disposable tidak boleh diproses/dicuci, tetapi langsung dibuang di tempat sampah sesuai jenis limbahnya, baik yang infeksius maupun atau non-infeksius. Pengelolaan alat medik reused dan disposable
  • 28. Pengelolaan Limbah Fasilitas pelayanan kesehatan harus mampu melakukan minimalisasi limbah yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle). Tujuan Pengelolaan Limbah : Melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan dari penyebaran infeksi dan cidera. Membuang bahan-bahan berbahaya (sitotoksik, radioaktif, gas, limbah infeksius, limbah kimiawi dan farmasi) dengan aman.
  • 29. Limbah cair segera dibuang ke tempat pembuangan/pojok limbah cair (spoelhoek). Limbah infeksius: Limbah yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh masukkan kedalam kantong plastik berwarna kuning. Contoh: sampel laboratorium, limbah patologis (jaringan, organ, bagian dari tubuh, otopsi, cairan tubuh, produk darah yang terdiri dari serum, plasma, trombosit dan lain-lain), diapers dianggap limbah infeksius bila bekas pakai pasien infeksi saluran cerna, menstruasi dan pasien dengan infeksi yang di transmisikan lewat darah atau cairan tubuh lainnya. Limbah non-infeksius: Limbah yang tidak terkontaminasi darah dan cairan tubuh, masukkan ke dalam kantong plastik berwarna hitam. Contoh: sampah rumah tangga, sisa makanan, sampah kantor. Limbah benda tajam: Limbah yang memiliki permukaan tajam, masukkan kedalam wadah tahan tusuk dan air. Contoh: jarum, spuit, ujung infus, benda yang berpermukaan tajam. 1 2 3 4 Jenis-jenis Limbah
  • 30. Limbah benda tajam dimusnahkan dengan insenerator. Needle destroyer Limbah cair dibuang ke spoelhoek.
  • 31. Penatalaksanaan Linen Penanganan, transportasi, dan pemrosesan linen yang telah dipakai dengan cara:  Cegah pajanan pada kulit dan membran mukosa serta kontaminasi pada pakaian.  Cegah penyebaran patogen ke pasien lain dan lingkungan. Gbr. Pengangkutan linen terkontaminasi. Gbr. Linen siap pakai
  • 32. Perlindungan Kesehatan Petugas  Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap semua petugas baik tenaga kesehatan maupun tenaga nonkesehatan.  Fasyankes harus mempunyai kebijakan untuk penatalaksanaan akibat tusukan jarum atau benda tajam bekas pakai pasien.  Jangan melakukan penutupan kembali (recap) jarum yang telah dipakai, memanipulasi dengan tangan, menekuk, mematahkan atau melepas jarum dari spuit.  Buang jarum, spuit, pisau,scalpel, dan peralatan tajam habis pakai lainnya kedalam wadah khusus yang tahan tusukan/tidak tembus sebelum dimasukkan ke insenerator.
  • 33. Penempatan Pasien  Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius.  Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien (kontak, droplet, airborne) sebaiknya ruangan tersendiri.  Mobilisasi pasien infeksius yang jenis transmisinya melalui udara (airborne) agar dibatasi di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan untuk menghindari terjadinya transmisi penyakit yang tidak perlu kepada yang lain.  Pasien HIV tidak diperkenankan dirawat bersama dengan pasien TB dalam satu ruangan tetapi pasien TB-HIV dapat dirawat dengan sesama pasien TB.
  • 34. Kebersihan Pernapasan/ Etika Batuk dan Bersin Seseorang dengan gejala gangguan napas harus menerapkan langkah-langkah pengendalian sumber:  Tutup hidung dan mulut saat batuk/bersin dengan tisu dan masker, serta membersihkan tangan setelah kontak dengan sekret saluran napas. Fasilitas pelayanan kesehatan harus:  Menempatkan pasien dengan gejala gangguan pernapasan akut setidaknya 1 meter dari pasien lain saat berada di ruang umum jika memungkinkan.  Letakkan tanda peringatan untuk melakukan kebersihan pernapasan dan etika batuk pada pintu masuk fasilitas pelayanan kesehatan.  Pertimbangkan untuk meletakkan perlengkapan/ fasilitas kebersihan tangan di tempat umum dan area evaluasi pasien dengan gangguan pernapasan.
  • 35. Praktik Penyuntikan yang Aman  Pakai spuit dan jarum suntik steril sekali pakai untuk setiap suntikan, berlaku juga pada penggunaan vial multidose untuk mencegah timbulnya kontaminasi mikroba saat obat dipakai pada pasien lain.  Jangan lupa membuang spuit dan jarum suntik bekas pakai ke tempatnya dengan benar.
  • 36. Praktik Lumbal Pungsi yang Aman  Semua petugas harus memakai masker bedah, gaun bersih, sarung tangan steril saat akan melakukan tindakan lumbal pungsi, anestesi spinal/epidural/pasang kateter vena sentral.  Penggunaan masker bedah pada petugas dibutuhkan agar tidak terjadi droplet flora orofaring yang dapat menimbulkan meningitis bakterial.
  • 37. TEKNIK ASEPTIK MELAKUKAN TINDAKAN Aseptik = tanpa mikroorganisme.  Teknik aseptik dapat digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi sampai tingkat aman jumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan, dan benda mati. Teknik Aseptik???  upaya yang digunakan untuk meminimalisasi masuknya mikroorganisme ke dalam area tubuh manapun yang sering menyebabkan infeksi.
  • 38. Jenis Teknik Aseptik • Disebut juga teknik bersih, prosedur yang digunakan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. • Contoh : mencuci tangan, mengganti linen, dan menggunakan cangkir untuk obat. Aseptik Medis • Tindakan teknik steril, prosedur yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme dan spora dari suatu area. • Digunakan di ruang perawatan untuk prosedur invasif, seperti pemasangan kateter vena sentral. • Teknik aseptik bedah mencakup mencuci tangan menggunakan teknik scrub bedah lengkap, dan penggunaan apron, sarung tangan, serta pengalas steril. Aseptik Bedah
  • 40.  Gosok tangan selama tiga sampai lima menit dengan menggunakan sabun antiseptik, dan bilas dengan air yang mengalir.  Biarkan tangan kering dengan udara atau keringkan tangan dengan handuk atau tisue.  Oakai sarung tangan bersih  Siapkan kulit untuk prosedur dengan mencucinya menggunakan swab atau bola kapas yang direndam dalam larutan antiseptik dengan gerakan spiral ke arah luar. Ulangi dua kali lagi dengan menggunakan swab baru atau bola kapas setiap kalinya, dan biarkan kering. Jika digunakan polividon iodin, biarkan kering setelah mengolesnya atau tunggu minimal dua menit sebelum melanjutkan dengan prosedur.  Lepas sarung tangan bersih dan apaki sarungn tangan steril.  Gunakan instrumen dan peralatan yang didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.  Jika terdapat pertanyaan tentang apakah suatu barang steril atau tidak, anggap barang tersebut terkontaminasi.
  • 41. Cara Memegang Syringe  Pegang syringe pada bagian barrel dan ujung piston  Jangan memegang bagian hub pada jarum  Jangan membuka penutup jarum bila tidak diperlukan
  • 42.  Semua bagian needle adalah “critical area”  Tidak boleh disentuh dengan tangan non steril  Selalu tutup dengan needla cap
  • 43.  Pegang badan ampul dengan tangan kiri atau tangan yang kurang dominan  Pegang kepala ampul dengan tangan kanan atau tangan yang lebih dominan dengan kedua ibu jari saling berhadapan  Patahkan leher ampul dengan cara menekan kepala ampul ke depam atau ke atas  Buang kepala ampul ke dalam tempat pembuangan benda tajam Teknik Mematahkan Leher Ampul
  • 44. Teknik Mengambil Larutan dari Ampul  Pegang ampul pada posisi horisontal  Pegang syringe dengan bagian bevel jarum menghadap ke atas  Masukkan jarum ke dalam bagian shoulder ampul dan ambil larutan sejumlah volume yang dikehendaki  Jangan memegang bagian kritis  Minimalkan membuat blocking pada kritical area
  • 45.  Ambil sejumlah volume udara (0,25 ml)  Gabungkan gelembung-gelembung kecil dengan gelembung besar dengan memutar syringe  Hilangkan gelebung dari syringe Teknik Mengeluarkan Gelembung dari Syringe
  • 46. Vial yang digunakan berkali-kali  Gunakan jarum dan spuit yang baru dan steril setiap kali obat diambil dari vial atau wadah yang digunakan berali-kali.  Simpan vial yang digunakan berkali-kali sesuai dengan petunjuk penyimpannan.  Catat pada vial tanggal dan waktu vial dibuka, dan gunakan sampai satu bulan atau sesuai dengan tanggal kadaluwarsa.  Jangan membiarkan ampul kaca terbuka. Obat tersebut dapat tidak stabil dan mengetuk tutup ampul tidak akan mencegah kontaminasi.  Buang larutan pengencer (mis. Air steril atau salin normal) setelah 24 jam.  Ganti set infus dan kantong cairan IV setiap 24 jam.
  • 47. Pencegahan kontaminasi pada laurtan antiseptik dan desinfektan  Larutan antiseptik : digunakan pada kulit dan biasanya tidak sekuat desinfektan.  Larutan desinfektan : digunakan untuk mendekontaminasi atau mendesinfeksi tingkat tiggi instrumen dan peralatan.
  • 48. Pencegahan kontaminasi pada laurtan antiseptik dan desinfektan  Gunakan hanya air mendidih untuk pengenceran, jika pengenceran diperlukan (didihkan air selama 20 menit untuk mendesinfeksi tingkat tinggi).  Berhati-hati agar tidak mengontaminasi mulut wadah saat menuang larutan ke dalam wadah yang lebih kecil.  Kosongkan dan cuci wadah dengan sabun dan air dan biarkan kering dengan udara minimal sekali seminggu.  Tuang larutan antiseptik pada bola kapas atau kasa. Jangan mencelupkan ke dalam larutan secara langsung.  Simpan larutan di tempat sejuk dan gelap (minim cahaya).
  • 49. Penanganan instrumen tajam dengan aman  Setelah digunakan, dekontaminasi spuit dan jarum dengan membilasnya menggunakan larutan desinfektan sebanyak tiga kali.  Segera buang benda tajam dengan meletakkannya ke dalam wadah anti bocor. Jangan menutup kembali, membengkokkan, atau mematahkan jarum, atau melepasnya dari spuit.  Jika jarum hatus ditutup kembali, gunakan metode penutupan jarum dengan satu tangan :  Letakkan tutup pada permukaan keras dan datar  Pegang spuit dengan satu tangan dan gunakan jarum untuk mengangkat tutup  Ketika tutup menutupi jarum sepenuhnya, pegang dasar jarum dan gunakan tangan lain untuk memfiksasi tutup.
  • 50. Pemrosesan instrumen  Pastikan instrumen yang menembus kulit (mis. Jatum, kateter) disterilkan atau didesinfeksi tingkat tinggi secara adekuat sebelum digunakan dan diproses secara benar setelah digunakan.  Gunakan larutan desinfeksi untuk membersihkan peralatan yang tidak kontak dengan aliran darah (mis. Stetoskop, inkubator) antara tiap kali penggunaan, dan terutama antara penggunaan pada bayi yang berbeda.
  • 51. Penangana rumah tangga  Pembersihan yang teratur dan menyeluruh akan mengurangi mikroorganisme pada permukaan dan membantu mencegah infeksi.  Bersihkan dari atas ke bawah (mis. Dinding dan penutup jendela).  Selalu pakai sarung tangan karet atau sarung tangan lateks serbaguna.  Segera bersihkan percikan darah atau cairan tubuh dengan larutan desinfeksi.  Bungkus atau tutupi seprei bersih dan simpan dalam lemari tertutup untuk mencegah kontaminasi debu.  Setiap selesai digunakan, bersihkan tempat tidur, meja, dan troli prosedur dengan larutan desinfektan.
  • 53. References ● Abdurrochim. Teknik Aseptik. https://www.rsuharapanibu.co.id/wp-content/uploads/2019/07/TEKNIK-ASEPTIK.pdf, diakses 23 September 2020. ● Tim Penyusun Keterampilan Klinik FK UNS. 2018. Buku Manual Keterampilan Klinik Topik Teknik Aseptik. Kementerian Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Universitas Sebelas Maret Fakultas Kedokteran. ● WHO. 2008. Penerapan Kewaspadaan Standar di fasilitas pelayanan kesehatan. https://www.who.int/csr/resources/publications/AMStandardPrecautions_bahasa.pdf?ua=1, Diakses 23 September 2020. ● Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta. ● WHO. 2003. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir : Panduan untuk Dokter, Perawat, dan Bidan. Jakarta : EGC.

Editor's Notes

  1. Penyakit infeksi yang didapat di rumah sakit beberapa waktu yang lalu disebut sebagai Infeksi Nosokomial (Hospital Acquired Infection). Saat ini penyebutan diubah menjadi Infeksi Terkait Layanan Kesehatan atau “HAIs” (Healthcare-Associated Infections) Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated Infection (HAIs) merupakan salah satu masalah kesehatan diberbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Dalam forum Asian Pasific Economic Comitte (APEC) atau Global health Security Agenda (GHSA) penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan telah menjadi agenda yang di bahas. Hal ini menunjukkan bahwa HAIs yang ditimbulkan berdampak secara langsung sebagai beban ekonomi negara.
  2. Salah satu faktor risiko HAIs yaitu: Umur, dimana neonatus dan orang lanjut usia lebih rentan.
  3. Bundles merupakan sekumpulan praktik berbasis bukti sahih yang menghasilkan perbaikan keluaran poses pelayanan kesehatan bila dilakukan secara kolektif dan konsisten.
  4. kebijakan untuk penatalaksanaan akibat tusukan jarum atau benda tajam bekas pakai pasien, yang berisikan antara lain siapa yang harus dihubungi saat terjadi kecelakaan dan pemeriksaan serta konsultasi yang dibutuhkan oleh petugas yang bersangkutan.