Dokumen tersebut membahas tentang asuhan pada neonatus, bayi, dan anak balita normal dan abnormal yang mencakup pengkajian data, pencegahan infeksi, rawat gabung, antisipatory guidance, dan konsep bermain."
3. pengkajian data pada neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Pengkajian
Usaha pengumpulan data klien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan
berkesinambungan.
Menentukan status kesehatan dan fungsional klien, serta
pola respon klien pada saat ini dan waktu sebelumnya.
Tujuan
4. Pelayanan
pasca
persalinan
pada
bayi baru lahir
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai 28 hari terdiri dari
pelayanan saat lahir (0 – 6 jam) dan setelah lahir (6 jam - 28 hari).
Pelayanan pasca persalinan pada bayi baru lahir dimulai sejak usia
6 jam sampai 28 hari.
perawatan neonatal esensial setelah lahir (6 jam – 28 hari)
pelayanan kesehatan neonatal esensial
skrining bayi baru lahir
pemberian komunikasi, informasi dan edukasi
kepada ibu dan keluarganya.
5. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial (6 jam – 28 hari)
1x pada
umur 6-48 jam
(KN 1)
1x pada
umur 3-7 hari
(KN 2)
1x pada
umur 8-28 hari
(KN 3)
6. Meliputi :
Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial (6 jam – 28 hari)
menjaga Bayi tetap hangat
pemeriksaan neonatus menggunakan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
bimbingan pemberian ASI dan memantau kecukupan ASI
perawatan metode Kangguru (PMK)
pemantauan peertumbuhan neonatus
masalah yang paling sering dijumpai pada neonatus
7. Skrining Bayi Baru Lahir
Tujuan : mendeteksi adanya kelainan konginetal sedini mungkin
Salah satu penyakit yang bisa dideteksi : Hipotiroid Kongenital (HK).
Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK)
• skrining/uji saring untuk memilah bayi yang menderita hipotiroid kongenital
dari bayi yang bukan penderita.
• optimal pada saat bayi berusia 48-72 jam (kunjungan neonatus).
9. Pelayanan pada bayi baru lahir dari ibu yang menderita tuberkulosis
Pada bayi yang lahir dari ibu yang sedang dalam pengobatan TB,
pemberian BCG ditunda sampai selesai pemberian profilaksis
INH pada bayi tersebut.
Dosis profilaksis INH 10mg/KgBB/hari selama 6 bulan
10. Pada pelayanan ini, bayi baru lahir mendapatkan akses
pemeriksaan kesehatan oleh tenaga kesehatan.
Pelayanan
pasca
persalinan
pada
bayi baru lahirpendekatan
Manajemen Terpadu
Bayi Muda (MTBM)
Polindes
Poskesdes
Puskesmas
Praktik Mandiri Bidan (PMB)
Klinik Pratama
Klinik Utama
Posyandu
Kunjungan rumah
11. Komunikasi, Informasi dan Edukasi dan Konseling bagi Ibu dan Keluarga.
Perawatan Bayi Baru Lahir
ASI Eksklusif
Pengenalan dini tanda bahaya pada Bayi Baru Lahir
Pelayanan kesehatan pada Bayi Baru Lahir; dan
Skrining Bayi Baru Lahir
Perawatan metode kangguru (PMK) untuk BBLR
Pemberian KIE bagi ibu dan keluarganya dilaksanakan oleh tenaga kesehatan dan
kader kesehatan dengan menggunakan buku KIA atau media kesehatan lainnya.
12. anamnesIS
Tujuan tidak hanya mengumpulkan informasi dan
data, tetapi juga untuk membentuk hubungan terapeutik
dalam mengerti dan memahami masalah yang timbu
sehingga masalah dapat teratasi.
13. HAL-HAL YANG
PERLU DIKAJI
SAAT
ANAMNESIS
1. Keluhan pada bayi, balita, anak pra sekolah
2. Riwayat kesehatan saat ini
3. Riwayat kesehatan lalu (ada tidak alergi, riwayat pengobatan)
4. Riwayat kehamilan, perinatal, proses pelahiran dan kondisi saat lahir
Keluhan yang dirasakan sejak gejala pertama sampai saat dilakukan anamnesis, ada
tidaknya usaha untuk mengurangi keluhan, serta seberapa efektifkah usaha yang
dilakukan tersebut.
5. Riwayat tumbuh kembang
Pemantauan pertumbuhan yang disesuaikan dengan usia anak, riwayat imunisasi,
riwayat pemberian nutrisi terutama pada awal-awal kehidupan dan masa memulai
makanan pendamping, riwayat perkembangan anak termasuk fisik, kognitif,
bahasa, emosional dan sosial.
14. HAL-HAL
YANG PERLU
DIKAJI SAAT
ANAMNESIS
6. Riwayat biopsikososial dan kultural
genetik, keterpaparan obat
atau racun, gaya hidup di
keluarga, dan faktor lain yang
mempengaruhi perkembangan
dan kesehatan fisik anak.
Faktor biologi
ada tidaknya gangguan
atau penyakit kejiwaan
saat ini, masalah
kepribadian pada anak, dan
faktor interpersonal,
seperti kualitas hubungan
orang tua – anak saat ini
Faktor psikologi
menyangkut konteks sosial,
keamanan finansial dan
pekerjaan orang tua (sosial
ekonomi), dan hubungan
dengan lingkungan di sekitar
anak.
Faktor sosial dan
kultural
7. Riwayat pengasuhan
8. Pola kebutuhan sehari-hari
15. Pemeriksaan fisik
melibatkan penggunaan teknik inspeksi, palpasi, perkusi
dan aukultasi serta pengukuran tanda-tanda vital.
Bisa diperoleh dengan
pengamatan pada saat
anamnesa
Pemeriksaan dengan melibatkan sentuhan
fisik sebisa mungkin dilakukan saat anak
dipegang orang tua atau pengasuh
16. HAL-HAL
YANG PERLU
DIKAJI SAAT
pemeriksaan
fisik
1. Penampilan umum Tanpa menyentuh anak, amati:
- Tingkat kesadaran
- Simetri tubuh
- Postur anggota badan (tertekuk, memanjang)
- Gerakan tubuh (aktif tidaknya gerakan lengan dan kaki)
- Tanda-tanda kesulitan klinis (gangguan pernapasan termasuk dispnea,
pucat,sianosis)
- Respons terhadap suara
- Keterampilan motorik halus dan kasar saat anak bermain
- Adanya lesi (petechiae, eksim, impetigo)
- Pola interaksi, ucapan dan sifat anak terhadap orang tua dan tenaga medis
17. HAL-HAL
YANG PERLU
DIKAJI SAAT
pemeriksaan
fisik
2. Pemeriksaan Umum
Suhu
Usia dibawah 2 tahun disarankan melalui rektal, dan pada anak-anak risiko rendah bisa
melalui aksila.
Usia 2-5 tahun disarankan di rektal, dan anak dengan risiko rendah di aksila atau timpani.
Usia lebih dari 5 tahun dilakukan di oral / mulut, aksila, dan timpani.
Tekanan darah
Cukup dilakukan 1x pada anak dengan usia dibawah 2 tahun, dan selanjutnya dia atas
usia tersebut dilakukan rutin setiap tahun.
Denyut jantung (frekuensi denyut/menit dan irama)
Pernapasan (frekuensi napas/menit, keteraturan, usaha napas)
18. HAL-HAL
YANG PERLU
DIKAJI SAAT
pemeriksaan
fisik
3. Pengukuran Antropometri
posisi anak telentang untuk anak usia
kurang dari atau sama dengan 24 bulan
posisi berdiri untuk anak usia lebih dari
24 bulan, lingkar kepala, lingkar dada
dan lingkar lengan atas.
Berat
badan
Panjang
badan
Lingkar
lengan
atas
Lingkar
dada
Lingkar
kepala
19. HAL-HAL
YANG PERLU
DIKAJI SAAT
pemeriksaan
fisik
4. Pemeriksaan menyeluruh dari kepala sampai ujung kaki
Kepala dan
wajah
Palpasi bagian fontanel depan dan belakang untuk melihat ada tidaknya
cekungan, ukuran dan bentuk kepala, ada tidaknya memar kepala, simetri
wajah saat anak diam maupun menangis.
Mata Periksa kornea (adanya kekeruhan adalah tanda awal katarak), periksa bagian
palpebral, nilai nistagmus, periksa konjungtiva, dan refleks kornea terhadap
rangsangan cahaya.
Telinga Periksa simetri (posisi telinga dengan sudut mata sebagai skrining adanya
sindrom down), periksa sekret yang keluar bila ada.
Hidung Inspeksi apakah cuping hidung melebar saat bernapas sebagai tanda
meningkatnya upaya pernapasan anak dan inspeksi pengeluaran cairan hidung.
Bibir Periksa bibir, gusi, langit-langit, lidah, mukosa bukal, dan gigi untuk mengetahui
jumlah dan ada tidaknya karies.
Leher Inspeksi simetri dari bentuk leher dan massa, palpasi untuk memeriksa adanya
massa di leher, dan perabaan pada klavikula.
Sistem
kardiovas
kuler
Inspeksi adanya pusat atau sianosis, palpasi dinding dada untuk perabaan
denyutan
20. HAL-HAL
YANG PERLU
DIKAJI SAAT
pemeriksaan
fisik
Sistem
pernapasan
Inspeks adanya sianosis (warna biru pada ekstermitas bayi), upaya napas,
gerakan dada saat bernapas, bentuk dada, dan perkembangan puting maupun
payudara anak. Rabaan di sekitar dada untuk mengecek adan tidaknya massa.
Auskultasi suara napas, irama.
Abdomen Bentuk perut, ada tidaknya distensi abdomen, inspeksi pusar, ada tidaknya
diastesis rekti.
Genetalia Inspeksi genetalia anak laki-laki pada glans (warna, edema, perdarahan), lubang
uretra, kondisi preputium, kedua testis sudah turun ke skrotum. Pada genetalia
anak perempuan inspeksi labia, klitoris, lubang uretra, dan vagina.
Ekstermitas Pada ekstermitas atas, periksa lengan dan tangan, periksa jari dan lipatan
palmar. Sedangkan pada ekstermitas bawah periksa lengkung kai dan jari kaki.
21. HAL-HAL
YANG PERLU
DIKAJI SAAT
pemeriksaan
fisik
5. Pemeriksaan Reflek
- Rooting, muncul di usia sejak lahir atau mulai 3-4 bulan dan menghilang di
usia 12 bulan.
- Menghisap, muncul sejak lahir dan akan menghilang seiring bertambahnya
usia bayi yaitu 7 bulan.
- Tonic neck, muncul saat lahir sampai usia 2 bulan dan akan menghilang saat
usia 4-6 bulan.
- Palmar grasp, muncul sejak lahir dan akan menghilang saat usai 3-6 bulan.
- Moro, muncul sejak lahir dan akan menghilang saat usai 4 bulan.
- Plantar grasp, muncul sejak lahir dan akan menghilang saat usia 4-8 bulan.
- Babinski, muncul sejak lahir dan mengilang saat usai kurang lebih 12 bulan
(bervarisi tiap anak).
22. HAL-HAL
YANG PERLU
DIKAJI SAAT
pemeriksaan
fisik
6. Pemeriksaan perkembangan
Pemeriksaan perkembangan balita dan anak pra sekolah meliputi
kemampuan gerak kasar, gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa,
serta kemampuan bersosialisasi sesuai dengan umur kelompok.
Pada kelompok balita yaitu 12-15 bulan, 15-18 bulan, 18-24 bulan,
24-36 bulan, 36-60 bulan
kelompok masa pra sekolah yaitu usia 60-72 bulan.
7. Pemeriksaan penunjang dilakukan atas indikasi.
Instrumen SDIDTK / DDST
23. 02. PENCEGAHAN INFEKSI
Mencuci tangan secara seksama sebelum
dan setelah melakukan kontak dengan
bayi.
Memakai sarung tangan bersih pada saat
menangani bayi yang belum dimandikan
Memastikan semua peralatan, termasuk klem gunting dan klem tali pusat telah didesinfeksi
tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.
Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari satu bayi.
24. 02. PENCEGAHAN INFEKSI
Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain
yang digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih.
Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop,
dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam
keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali setelah digunakan)
Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya
dengan mandi setiap hari (putting susu tidak boleh disabun).
25. 02. PENCEGAHAN INFEKSI
Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir
dengan air bersih, hangat dan sabun setiap hari.
Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan
orang yang memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya.
26. 03. RAWAT GABUNG
ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah
ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh seharinya.
Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak bersama-sama pada tempat yang
berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat ibu dapat menyusui anaknya.
Rawat gabung
continue
Rawat gabung
parsial
27. Bayi lahir spontan, baik presentasi kepala atau bokong.
Jika lahir dengan tindakan maka rawat gabung dapat dilakukan setelah
bayi cukup sehat, reflek hisap baik dan tidak ada tanda infeksi.
Bayi yang lahir dengan anestesi umum, rawat gabung dilakukan setelah
ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak ngantuk)
Bayi tidak asfiksia 5 menit pertama (Nilai Apgar minimal 7)
Umur kehamilan 37 minggu atau lebih
Berat badan 2000-2500 gram atau lebih
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intra partum
Bayi dan ibu sehat
SYARAT DAN SASARAN RAWAT GABUNG
28. KONTRA INDIKASI RAWAT GABUNG
Ibu dengan penyakit jantung derajad III
Ibu pasca eklamsi
Ibu dengan penyakit infeksi akut ( TBC, Hepatitis, Terinfeksi HIV,
Cytomegalovirus,
Herpes Simplek, Karsinoma payudara)
Bayi Kejang
Bayi sakit berat pada jantung
Bayi yang memerlukan pengawasan intensif
Bayi dengan cacat bawaan sehingga tidak bisa menyusu
30. ASPEK PSIKOLOGIS ASPEK FISIK
Bagi Ibu Antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses
lekat (early infant mother bonding)
Memberikan kesempatan dan rasa percaya pada
ibu untuk belajar merawat bayinya.
Involusi uteri akan terjadi dengan baik karena
dengan menyusui akan terjadi kontraksi rahim yang
baik.
Ibu dapat merawat sendiri bayinya sehingga
mempercepat mobilisasi.
Bagi Bayi Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan
berpengaruh terhadap perkembangan psikologi
bayi selanjutnya
Bayi akan mendapatkan rasa aman dan
terlindung, dan ini merupakan dasar
terbentuknya rasa percaya pada diri anak.
Bayi segera mendapatkan colostrom atau ASI
jolong yang dapat memberikan
kekebalan/antibody
Bayi segera mendapatkan makanan sesuai
pertumbuhannya
Kemungkinan terjadi infeksi nosokomial kecil
Bahaya aspirasi akibat susu botol dapat berkurang
Penyakit sariawan pada bayi dapat
dihindari/dikurangi
Alergi terhadap susu buatan berkurang
31. ASPEK PSIKOLOGIS ASPEK EKONOMI
Bagi Keluarga Rawat gabung memberikan peluang bagi
keluarga untuk memberikan support pada ibu
untuk member ASI pada bayi.
Lama perawatan lebih pendek karena ibu cepat
pulih kembali dan bayi tidak menjadi sakit
sehingga biaya perawatan sedikit.
ASPEK FISIK
Bagi Petugas Bayi jarang menangis sehingga petugas di
ruang perawatan tenang dan dapat
melakukan pekerjaan lainnya.
Pekerjaan petugas akan berkurang karena
sebagian besar tugasnya diambil oleh ibu dan
tidak perlu repot menyediakan dan
memberikan susu buatan.
32. 04. Anticipatory guidance
Petunjuk-petunjuk yang perlu diketahui terlebih dahulu agar
orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara
bijaksana sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara
normal sesuai tahapan usianya.
Toilet training
Pencegahan cidera /
kecelakaan pada anak
Pencegahan
sibling rivalry
33. 04. Anticipatory guidance
Bimbingan antisipasi bagi orang tua akan berbeda untuk setiap tahap usia anak karena
disesuaikan dengan karakteristiknya
Usia Bayi
6 BULAN PERTAMA
Ajarkan perawatan bayi dan bantu orang tua
untuk memahami kebutuhan dan respons bayi
Bantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan
stimulasi bayi
Tekankan kebutuhan imunisasi
Persiapkan untuk pengenalan makanan padat
6 BULAN KEDUA
Siapkan orang tua akan respons stranger anxiety
(takut pada orang asing) dari anak.
Bimbing orang tua mengenai disiplin karena
peningkatan mobilitas bayi.
Ajarkan pencegahan cedera karena peningkatan
keterampilan motorik dan rasa keingintahuannya.
34. 04. Anticipatory guidance
Usia Toddler
(1-3 tahun)
12 – 18 BULAN
Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya perubahan tingkah laku
Dorong orang tua untuk melakukan penyapihan secara bertahap dan peningkatan pemberian makanan
padat.
Adanya jadwal waktu makan yang rutin.
Pencegahan bahaya kecelakaan yang potensial terjadi terutama di rumah.
Perlunya ketentuan-ketentuan/peraturan/aturan disiplin dengan lembut dan cara-cara untuk mengatasi
negatifistik dan temper tantrum.
Perlunya mainan baru untuk mengembangkan motorik, bahasa, pengetahuan dan keterampilan sosial.
35. 18 – 24 BULAN
Menekankan pentingnya persahabatan sebaya dalam bermain.
Menekankan pentingnya persiapan anak untuk kehadiran bayi baru dan kemungkinan
terjadinya persaingan dengan saudara kandung (sibling rivalry).
Mendiskusikan kesiapan fisik dan psikologis anak untuk toilet training, yang secara umum
dapat dilaksanakan pada setiap anak yang sudah mulai memasuki fase kemandirian (usia
18 – 24 bulan).
Perawat bertanggung jawab dalam membantu orang tua mengidentifikasi kesiapan anak
untuk toilet training. Latihan miksi biasanya dicapai sebelum defekasi.
Menyiapkan orang tua akan adanya tanda-tanda regresi pada waktu anak mengalami
stress (misalnya anak yang tadinya sudah tidak mengompol tibatiba menjadi sering
mengompol).
Mendiskusikan berkembangnya rasa takut seperti pada kegelapan atau suara keras.
36. 24 – 36 BULAN
Mendiskusikan kebutuhan anak untuk dilibatkan dalam kegiatan dengan
cara meniru.
Mendiskusikan pendekatan yang dilakukan dalam toilet training dan
sikap menghadapi keadaan-keadaan seperti mengompol atau buang air
besar (BAB) dicelana.
Menekankan keunikan dari proses berfikir toddler misalnya: melalui
bahasa yang digunakan, ketidakmampuan melihat kejadian dari
perspektif yang lain.
Menekankan disiplin harus tetap berstruktur dengan benar dan nyata,
ajukan alasan yang rasional, hindari kebingungan dan salah pengertian.
37. 04. Anticipatory guidance
Usia PraSekolah
USIA 3 TAHUN
Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam hubungan yang luas.
Menekankan pentingnya batas-batas/peraturan-peraturan.
Mengantisipasi perubahan perilaku yang agresif (menurunkan ketegangan/ tension).
Menganjurkan orang tua untuk menawarkan kepada anaknya alternatifalternatif
pilihan pada saat anak bimbang.
Perlunya perhatian ekstra.
38. USIA 4 TAHUN
Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas
motorik dan bahasa.
Menyiapkan meningkatnya rasa ingin tahu
tentang seksual.
Menekankan pentingnya batas-batas yang
realistik dari tingkah lakunya.
USIA 5 TAHUN
Menyiapkan anak memasuki
lingkungan sekolah.
Meyakinkan bahwa usia tersebut
merupakan periode tenang pada anak.
39. Menghindari aspirasi: Simpan pada tempat yang aman dan tidak terjangkau
atau buang benda-benda yang berpotensi menyebabkan aspirasi seperti bedak,
kancing, permen, biji-bijian dan sebagainya.
Kekurangan oksigen: jauhkan dan jangan biarkan anak bermain plastik, sarung
bantal atau benda-benda yang berpotensi membuat anak kekurangan oksigen.
Jangan pernah meninggalkan bayi sendirian di kamar bayi atau kamar mandi.
Jatuh : beri pengaman tempat tidur saat bayi/anak sedang tidur, usahakan
anak duduk di kursi khusus atau tidak memakai kursi tinggi, usahakan ujung
benda seperti meja dan kursi tidak tajam. Jangan pernah meninggalkan bayi
pada tempat yang tinggi.
Pencegahan
cidera /
kecelakaan
pada anak
Usia bayi (1)
40. Luka bakar : cek air mandi sebelum dipakai, simpan air panas di tempat
yang aman dan tidak terjangkau oleh anak. Jangan merokok di dalam
rumah atau dekat dengan bayi. Tempatkan peralatan listrik jauh dari
jangkauan bayi dan gunakan pengaman.
Keracunan : simpan bahan toxic dilemari/tempat yang aman. Buang bahan-
bahan yang mengandung zat kimia tidak terpakai seperti baterai ke tempat
yang jauh dari jangkauan bayi.
Sindrom kematian bayi mendadak
Pencegahan
cidera /
kecelakaan
pada anak
Usia bayi (2)
41. Sindrom
Kematian
Bayi
Mendadak
(Sudden Infant
Death
Syndrome/
SIDS)
SIDS kematian mendadak pada bayi yang berusia di bawah 1 tahun, dan
terjadi tanpa menimbulkan gejala-gejala terlebih dahulu.
Sebagian besar kematian terjadi ketika bayi sedang tertidur, tapi tidak
menutup kemungkinan bahwa kematian juga dapat terjadi saat bayi tidak
sedang tidur.
Penyebab pasti SIDS belum diketahui. Namun, terdapat dugaan bahwa
kematian mendadak pada bayi disebabkan oleh beberapa faktor
terjadinya mutasi atau kelainan gen, gangguan pada otak, berat badan
lahir rendah, infeksi paru.
Pencegahan SIDS:
Tidurkan bayi pada posisi telentang
Jaga dan atur tempat tidur bayi dengan baik
Gunakan pakaian hangat dan nyaman
Berbagi ruangan
Berikan ASI
Imunisasi
42. Awasi anak jika bermain dekat sumber air.
Ajarkan anak berenang.
Simpan korek api, hati-hati terhadap kompor masak dan strika.
Tempatkan bahan kimia/toxic di lemari.
Jangan biarkan anak main tanpa pengawasan.
Cek air mandi sebelum dipakai.
Tempatkan barang-barang berbahaya ditempat yang aman.
Jangan biarkan kabel listrik menggantung/menjuntai ke lantai.
Awasi anak pada saat memanjat, lari, lompat.
Pencegahan
cidera /
kecelakaan
pada anak
Usia Toddler
43. Kecelakaan terjadi biasanya karena anak kurang menyadari potensi
bahaya seperti: obyek panas, benda tajam, akibat naik sepeda misalnya
main di jalan, lari mengambil bola/layangan, menyeberang jalan.
Pencegahan
cidera /
kecelakaan
pada anak
Usia Prasekolah
Pencegahannya ada 2 cara:
1) Mengontrol lingkungan.
2) Mendidik anak terhadap keamanan dan potensial bahaya.
Jauhkan korek api dari jangkauan.
Mengamankan tempat-tempat yang secara potensial dapat
membahayakan anak.
Mendidik anak cara menyeberang jalan, arti rambu-rambu lalu lintas.
44. 05. KONSEP BERMAIN
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
merupakan media yang baik untuk belajar.
Dengan bermain anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan,
melakukan apa yang dapat dilakukan dan mengenal waktu, jarak, serta suara.
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri,
perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
45. Membantu perkembangan
sensorik dan motorik
Membantu perkembangan
kognitif
Meningkatkan sosialisasi
anak
Meningkatkan kreativitas
Meningkatkan kesadaran diri Mempunyai nilai terapeutik
Meningkatkan nilai moral
FUNGSI BERMAIN
46. Jenis-jenis permainan
BERDASARKAN ISINYA
1. Bermain afektif sosial (Social affective play)
1) Bermain bersenang-senang (Sense of
pleasure play)
2) Bermain keterampilan (skill play)
3) Games atau permainan
4) Unoccupied behavior
5) Dramatic play
BERDASARKAN KARAKTERISTIK SOSIAL
1. Onlooker play
2. Solitary play
3. Parallel play
4. Associative play
5. Cooperative play
47. PEDOMAN UNTUK KEMANAN BERMAIN
Agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka diperlukan hal-hal
seperti:
Ekstra energi Waktu Alat permainan
Ruang untuk
bermain
Pengetahuan
cara bermain
Teman
bermain
48. Alat permainan edukatif (ape)
Alat permainan edukatif merupakan alat permainan yang dapat
memberikan fungsi permainan secara optimal dan perkembangan
anak.
Dalam mencapai fungsi perkembangan secara optimal, maka alat
permainan ini harus aman, ukurannya sesuai dengan usia anak,
modelnya jelas, menarik, sederhana dan tidak mudah rusak.
49. Alat permainan edukatif (ape)
Permainan sepeda roda tiga atau dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong. Jenis
ini mempunyai fungsi pendidikan dalam pertumbuhan fisik atau motorik kasar.
Untuk mengembangkan motorik halus alat-alat permainan dapat berupa gunting,
pensil, bola, balok, lilin dan sebagainya.
Buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio dan lain-lain dapat
digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif atau kecerdasan anak.
Alat permainan seperti buku gambar, buku cerita, majalah, radio, tape dan televisi
dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan bahasa,
Alat permainan seperti gelas plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki dapat digunakan
dalam mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri
Alat permainan seperti kotak, bola dan tali, dapat digunakan untuk mengembangkan
tingkah laku sosial.
52. RESOURCES
Mares, S. & Woodgate, S. The Clinical Assessment Of Infants, Preschoolers And Their Families. 2017 (A4) : 6-12.
First Nations and Inuit Health Branch (FNIHB). Pediatric Health Assessment Pediatric Clinical Practice Guidelines
for Nurses in Primary Care. 2010 (1) : 1-19.
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Panduan Pelayanan Pasca Persalinan bagi Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :
Direktorat Kesehatan Masyarakat, Kemeneterian Kesehatan RI.
Nining dan Yuliastati. 2016. Keperawatan Anak. Jakarta : Kementerian Kesehatan Indonesia, PPSDMK.
Sukesi, Astuti S dan Esyuananik. 2016. Praktikum Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Jakarta : Kementerian Kesehatan Indonesia, PPSDMK.
Sukesi, Astuti S dan Esyuananik. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Indonesia, PPSDMK.
Editor's Notes
Pola kebutuhan sehari-hari anak yang meliputi kebutuhan nutrisi sesuai usia anak (jenis, porsi, dan berapa kali pemenuhan dalam sehari), pola hygiene, dan pola eliminasi anak.
Refleks adalah gerakan yang tidak disengaja untuk membantu mengidentifikasi kondisi normal pada syaraf, otak dan perkembangannya. Refleks yang abnormal dapat membantu mengidentifikasi adanya penyakit motorik atau neurologis. Reflek abnormal akan bertahan setelah usia yang seharusnya refleks tersebut menghilang, dan atau tidak ada saat lahir ketika refleks tersebut seharusnya hadir di usia anak.
Rawat Gabung continue : bayi tetap berada disamping ibu selama 24 jam.
Rawat Gabung parsial : ibu dan bayi bersama - sama hanya dalam beberapa jam seharinya. Misalnya pagi bersama ibu sementara malam hari dirawat di kamar bayi.
Selain beberapa faktor di atas, potensi bayi mengalami SIDS juga dipengaruhi oleh kondisi tidurnya. Risiko SIDS akan meningkat apabila bayi:
Tidur menyamping atau menumpu perut (telungkup). Posisi tersebut dapat membuat bayi sulit bernapas, terutama jika ditidurkan pada permukaan atau kasur yang terlalu empuk.
Suhu. Suhu ruangan yang terlalu panas saat bayi sedang tidur dipercaya dapat meningkatkan risiko SIDS. Oleh karena itu, suhu AC untuk bayi perlu diatur dengan baik.
Berbagi tempat tidur. Tidur di ranjang yang sama dengan ibu, ayah, atau orang lain, membuat bayi berpotensi mengalami kejadian tidak disengaja yang dapat menyebabkan SIDS, seperti pernapasannya tertindih atau terhalang.
Risiko SIDS juga diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari sang ibu selama masa kehamilan, seperti:
Mengandung saat masih berusia di bawah 20 tahun
Merokok selama kehamilan
Mengonsumsi alkohol atau menyalahgunakan NAPZA
Tidak melakukan kontrol rutin ke fasilitas kesehatan selama kehamilan
Terdapat pula faktor lain yang diduga dapat meningkatkan risiko SIDS. Beberapa di antaranya adalah:
SIDS lebih banyak dialami oleh bayi laki-laki
Sering terjadi pada bayi berumur 2-4 bulan
Pernah melahirkan anak yang meninggal akibat SIDS
Dilahirkan prematur
Terpapar asap rokok
Pencegahan SIDS
Belum ada metode yang secara pasti dapat mencegah SIDS. Namun, terdapat beberapa upaya yang diduga dapat menurunkan risikonya, yakni:
Tidurkan bayi pada posisi telentang. Hindari bayi tidur pada posisi miring atau telungkup, dan tidurkan bayi dengan posisi telentang, setidaknya untuk tahun pertamanya. Posisi tidur miring atau telungkup dapat menyebabkan bayi mengalami kesulitan beranapas.
Jaga dan atur tempat tidur bayi dengan baik. Hindari menggunakan tempat tidur yang tebal dan terlalu empuk. Jangan juga meninggalkan bantal atau mainan yang empuk di boks bayi.
Gunakan pakaian hangat dan nyaman. Berikan bayi pakaian yang mampu menjaga suhu tubuh agar tetap hangat, tanpa harus dibedong atau dibalut lagi dengan kain atau selimut tambahan. Hindari juga menyelimuti kepala bayi dengan benda apa pun.
Berbagi ruangan. Tidurkan bayi pada kamar yang sama dengan orang tua, namun beda tempat tidur. Hal itu bertujuan agar orang tua dapat dengan mudah mengawasi sekaligus menghindari kejadian diluar kendali yang dapat memicu SIDS, seperti tertindih atau pernapasannya terhalang.
Berikan ASI, setidaknya untuk 6 bulan.
Imunisasi.
Membantu perkembangan sensorik dan motorik dengan Cara yang dapat dilakukan adalah dengan merangsang sensorik dan motorik terutama pada bayi. Rangsangan bisa berupa taktil, audio dan visual
Anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan. Dengan demikian maka fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
Pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain. Pada usia toddler anak biasanya sering bermain peran seperti berpura-pura menjadi seorang guru, menjadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain
Meningkatkan kesadaran diri Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk mengekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar akan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan. Anak belajar mengatur perilaku dan membandingkan perilakunya dengan perilaku orang lain.
BERDASARKAN ISINYA
1. Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak dengan orang lain. Contoh: bermain “cilukba”
2. Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada anak dan biasanya mengasyikan. Misalnya: dengan menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-gunungan
3. Sesuai dengan sebutannya, permainan ini meningkatkan keterampilan anak, khususnya motorik kasar dan motorik halus. Misalnya: memindahkan benda dari satu tempat ke tempat lain
5. Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa saja yang ada di sekitarnya.
6. Anak berceloteh sambil berpakainan meniru orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya dan sebagainya yang ingin ia tahu.