SlideShare a Scribd company logo
1 of 66
KEMUNDURAN MUTU IKAN
DAN
PRINSIP TEKNOLOGI
PENGOLAHAN
Disampaikan pada:
MATERI PEMBELAJARAN
PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN
SMA AL HIKMAH BOARDING SCHOOL BATU
TA 2019/2020
PEMBUSUKAN IKAN
PENYEBAB
1. AKTIVITAS BIOLOGIS: bakteri, jamur, ragi dan serangga
2. AKTIFITAS ENZIM (AUTOLYSIS)
3. FISIK : kecerobohan dalam penanganan seperti luka memar, patah,
kering dan lain-lain
4. AKTIFITAS KIMIAWI : adanya reaksi reaksi kimia seperti ketengikan
(rancidity) yang diakibatkan oleh oksidasi lemak dan denaturasi (perubahan
sifat) protein.
PEMBUSUKAN IKAN
ENZYM DAN BAKTERI
Cara/alat penangkapan
Cara penanganan
Reaksi ikan menghadapi kematian
Jenis dan ukuran ikan
Keadaan fisik sebelum mati
Suhu lingkungan
Kandungan lemak ikan
Kandungan protein
Jaringan otot /daging yang lemah
Penanganan yang tidak benar
Faktor yang Mempengaruhi
Kemunduran
Mutu Ikan
4
APA YANG TERJADI KETIKA IKAN MATI ?
PRE-RIGOR
IN-RIGOR
POST-RIGOR
5
PRE-RIGOR
IN-RIGOR
POST-RIGOR
TERJADI
SELAMA 1-3 JAM
ATAU BEBERAPA
HARI SETELAH
IKAN MATI
TAHAPAN PEMBUSUKAN IKAN
 Lendir ikan terlepas dari kelenjarnya didalam
kulit membentuk lapisan bening yang tebal di
sekeliling tubuh ikan.
 Pelepasan lendir dari kelenjar lendir ini
merupakan reaksi alami ikan yang sedang
sekarat terhadap keadaan yang tidak
menyenangkan.
 Jumlah lendir yang terlepas dan menyelimuti
tubuh ikan sangat banyak hingga mencapai 1 –
1,5 % dari berat tubuh ikan.
Pre Rigor /hyperaemia
 Lendir ini terdiri atas glukoprotein mucin yang
merupakan substrat yang sangat baik bagi
pertumbuhan bakteri.
 Tahapan ini ditandai dengan tubuh ikan yang
mengejang setelah mati akibat proses bio-kimia
yang kompleks dalam jaringan tubuh yang
menghasilkan kontraksi dan ketegangan.
RIGOR MORTIS
Kekejangan ini dimulai dari bagian ekor dan
secara perlahan-lahan merambat kearah
kepala.
Lama dan selang waktu dimulainya rigor
mortis dipengaruhi oleh ; jenis ikan, kondisi
ikan, tingkat kelelahan ikan, ukuran ikan,
cara penanganan ikan dan temperatur
penyimpanan
8
9
RIGOR MORTIS PADA IKAN
TEMPERATUR
PENYIMPANAN
JARAK WAKTU
ANTARA SAAT
KEMATIAN DAN
AWAL RIGOR
LAMA RIGOR
16 - 20ºC
22 - 28ºC
1,00 – 1,50 Jam
0,00 – 0,85 Jam
16 – 20 Jam
12 – 14 Jam
10
PADA FASE
RIGOR-MORTIS
IKAN DAPAT
DIKATAKAN
“ SEGAAAR ”
 Proses penguraian protein dan lemak oleh enzim
(protease an lipase) yang terdapat dalam daging
ikan ---------disebut juga sebagai proteolysis.
 Autolysis dimulai bersamaan dengan penurunan
pH.
 Autolysis tidak dapat dihentikan walaupun dalam
suhu yang sangat rendah dan proses ini akan
selalu diikuti dengan meningkatnya jumlah
bakteri.
PEMBUSUKAN AUTOLYSIS/ ENZIMATIS
APA YANG TERJADI MENJELANG IKAN MATI ?
(Aerobic and anaerobic breakdown of glycogen in fish muscle)
Glucosa
Glucosa
Glycogen
Glycogen
AEROBIC
RESPIRATION
ANAEROBIC
RESPIRATION
O2
CO2+H2O
Lactic Acid
ATP +CreatineCreatine phosphate+ ADP
O2
- Struggle dying
- Death
X
G
 Waktu ikan mati, senyawa organik di dalam
jaringan dipecah oleh enzim yang masih tetap
aktif.
 Glikogen terhidrolisa yang menghasilkan
akumulasi asam laktat (GLYCOLYSIS) dan
penurunan pH yang merangsang enzim untuk
menghidrolisa fosfat organik.
 Fosfat yang mula-mula terurai ialah creatine
phosphate membentuk creatine dan asam fosfat
yang kemudian diikuti oleh adenosim trifosfat
(ATP) menjadi adenosin difosfat (ADP) dan
asam fosfat.
14
Degradasi nukleotida
(perubahan flavor)
 Degradasi nukleotida dalam dagingikan
menghasilkan berbagai bahan flavor
 Bahan2 tsb dihasilkan dari penguraian ATP
oleh serangkaian reaksi defosforisasi dan
deaminasi
 ATP mengurai dengan cepat menjadi IMP
yang terakumulasi dalam daging
 IMP tinggi ------ flavor ikan: manis, meaty
 Proses autolysis berlanjut---- IMP 15
ATP
(ADENOSIN TRI FOSFAT)
ADP
AMP
IMP + NH3
INOSIN
HIPOSANTIN
+
RIBOSA
HIPOSANTIN
+
RIBOSA FOSFAT
FOSFORILASE
IDP +NH3 (INOSIN DIFOSFAT)
PEMBONGKARAN ATP DALAM DAGING IKAN,
SELAMA PEMBUSUKAN
Belly bursting
 Pembusukan enzymatis menyebabkan
pecah perut ikan terutama apabila ikannya
kenyang
 Ikan tsb mempunyai enzym pencernaan
yang tinggi dalam alat pencernaannya,
ikan akan cepat membusuk setelah
ditangkap
 Bakteri berkembang dan membentuk gas
CO2 dan H2 --------- pecah perut
17
PERUBAHAN WARNA PADA IKAN
1. Diskolorasi hitam
 Diakibatkan reaksi oksidasi tyrosinase
pada tyrosine
 Bahan pengawet sulfit ditambahkan
untuk mencegah diskolorasi hitam
 Udang direndam dalam 0,2 – 0,5%
sodium bisulfit selama 1 menit
18
2. Daging ikan kekuningan
 Penyimpanan beku dapat
menyebabkan daging ikan dibawah
kulit berwarna kekuningan
 Proses pembekuan akan mengganggu
kromatofor dan melepaskan karotenoid
yang migrasi ke lapisan lemak
19
3. Diskolorasi coklat (pencoklatan)
Reaksi protein atau asam amino dengan
produk dari oksidasi lemak
Lebih banyak terjadi pada ikan berlemak
tinggi
20
Bakteri bersarang di permukaan tubuh, insang, saluran
darah dan saluran pencernaan ----- secara bertahap
masuk ke daging ikan, ------ penguraian oleh bakteri
mulai berlangsung intensif setelah proses rigor mortis
berlalu yaitu setelah daging ikan mengendur dan celah
serat daging terisi cairan.
lendir menjadi lebih pekat, bergetah, amis, mata terbenam
dan pudar sinarnya serta insang berubah warna dengan
susunan tidak teratur dan bau menusuk.
PEMBUSUKAN OLEH BAKTERI
 Dalam industri pengolahan ikan ada 2 tipe
mikroorganisma terkait:
 saprophytic/spoilage bacteria
 pathogenic bacteria
22
Bakteri pembusuk
 Bertanggung jawab terhadap pembusukan
ikan
 Klas organisma pembusuk: Pseudomonas,
Acinobacter, Aeromonas & Moraxella
 Daging ikan kehilangan juicness,
kepadatan tekstur dll menjadi produk
yang lembek dengan flavor yang hilang,
diskolorasi dan bau busuk
23
BAKTERI PENYEBAB
PEMBUSUKAN
 PADA SUHU DINGIN:
 Pseudomonas, Achromobacter, Flavobacterium
 PADA SUHU BIASA:
 Escherichia, Proteus, Serratia, Sarcina &
Clostridium
 PADA SUHU TINGGI:
 Micrococcus & Bacillus
24
BAKTERI PATOGEN
 Indigeneous bakteri
 Lingkungan perairan: clost botulinum,
vibrio sp dll
 Non – indigeneous bakteri
 kontaminasi: salmonella, E coli,
Shigella, dll
25
Perubahan yang terjadikarena
mikroorganisma pada ikan:
 Pembentukan histamin
 Pembentukan indol
 Pembentukan ammonia
 Pembentukan TMA
 Komponen lain
26
27
HISTAMIN
 Indikator utama keracunan scombrotoxin (toxin yang
dihasilkan ikan Scombroidae)
 Komponen amin biogenik (bahan aktif yang diproduksi
secara biologis melalui dekarboksilasi asam amino/histidin
bebas)
 Proses dekarboksilase melalui 2 cara : autolisis (aktivitas
enzim histidine decarboxylase/HDC) dan aktivitas bakteri
(Enterobacteriaceae dan Bacillaceae)
28
NH2
PERUBAHAN HISTIDIN MENJADI HISTAMIN
COOH
CH2
C N
DECARBOXILASE
BAKTERIOLOGIS
Proteus morgani
Morganella morganii,
Klebsiella pneumoniae
NH2
H
C
C
CH
NH
N
CH
CH2
C
CH
NH
N
CH
Produksi Indol
 Konversi triptofan menjadi indol -----
akibat dari dekomposisi asam amino oleh
bakteri
 FDA menggunakan kadar indol bersama
dengan evaluasi sensory untuk mengukur
dekomposisi dang
29
30
KADAR INDOL TERHADAP KESEGARAN
KELAS I < 25 mg/100gr
KELAS II 25 – 50mg/100gr
KELAS III > 25 mg/100gr
Pembentukan ammonia
 Organisma pembusuk merubah komponen
nitrogen menjadi volatil bases yang
berbau
 Asam amino bebas dalam daging
digunakan organisma pembusuk melalui
proses deaminasi --------- ammonia
31
Pembentukan urea
 Urea terdapat pada ikan hiu dan pari dan
diuraikan menjadi ammonia oleh bakteri
 Kadar ammonia yang tinggi menjadi
indikator pembusukan
32
33
PERUBAHAN KIMIA UREA IKAN
NH2
NH2
C O
(MIKRBIOLOGIS)
2NH3 CO2
(AMONIAK)
(UREA)
H2O
(AUTOLYSIS)
+=
Pembentukan TMA
 Ikan laut ditandai dengan kandungan
komponen yang tidak berbau: TMAO
 Organisma pembusuk merubah TMAO -----
TMA (bau busuk)
34
35
CH3
PERUBAHAN KIMIA TMAO IKAN
CH3
CH3
N O
(BAKTERIOLOGIS)
CH3
CH3
CH3
N
CH3
CH3
N
(TMA BERBAU TIDAK ENAK)
H
H
C
(FORMALDEHID BERBAU
TIDAK ENAK)
+
== O
(TMAO)
(DMA)
Komponen lain
 Termasuk berbagai komponen volatil
seperti H2S, dimethylsulphide dan
methylmercaptan
 Ester dari asam lemak rendah seperti:
asam asetik, propionik, butirik
 Komponen volatil sulfur mempengaruhi
karakteristik organoleptik
36
37
AKTIFITAS FISIK
DISEBABKAN OLEH:
Perlakuan fisik: terbanting, tergencet, terluka
menyebabkan: memar, luka dan adanya benda asing
produk perikanan yang memar akan mudah mengalami
proses pembusukan.
Rusaknya jaringan di bagian yang memar akan
menyebabkan peningkatan aktivitas enzim proteolitik. Pada
ikan, bagian yang memar cenderung menjadi lunak dan
kemerahan
.
38
Ikan yang tertangkap dengan pancing huhate
mengalami memar saat terbanting ke geladak
kapal.
Pada bagian daging ikan yang mengalami memar
aktivitas enzimnya meningkat sehingga akan
mempercepat proses pembusukan. Enzim akan
merombak karbohidrat, protein dan lemak menjadi
alkohol, amonia, dan keton.
Ikan yang ditangkap dengan jaring trawl atau
pukat cincin akan mengalami tekanan berat,
terutama ikan yang berada paling bawah.
39
Luka
diakibatkan tusukan atau sayatan oleh benda tajam.
Penggunaan pengait pada saat akan mengangkat
ikan hasil tangkapan dapat menyebabkan luka pada
ikan Apabila tidak segera ditangani dengan benar,
luka tersebut dapat menjadi jalan bagi mikroba
pembusuk untuk memasuki bagian tubuh ikan dan
merombak komponen di dalamnya.
Usaha untuk mempertahankan mutu ikan
adalah :
a. Mengurangi sebanyak mungkin jumlah enzim
dan bakteri pada tubuh ikan.
b. Membunuh atau sekurang-kurangnya
menghambat kegiatan sisa-sisa enzim dan
bakteri.
c. Melindungi ikan terhadap kontaminasi bakteri
atau penyebab kerusakan lain yang datang
dari luar.
PENGELOMPOKAN TEKNOLOGI
PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
1. SUHU RENDAH
Pendinginan
Pembekuan
2. SUHU TINGGI
3. PENGERINGAN
Pengalengan
Perebusan
Pengasinan dan
pengeringan
4. FERMENTASI Terasi, peda,
bekasam, dll
5. PENGASAPAN
Ikan asap, ikan
kayu, dll
6. LAIN-LAIN
Kerupuk, fish jelly
produk, dll.
TUJUAN
 Menurunkan suhu ikan, memperlambat laju
pembusukan akibat aksi enzym dan bakteri
 Memperpanjang daya simpan/awet ikan
(Ikan beku lebih panjang daya simpannya
dibandingkan ikan yang di es)
Prinsip Pembekuan
• Menurunkan suhu ikan
• Menghentikan
pertumbuhan
mikroorganisme
• Memperlambat aktivitas
enzim dan reaksi
kimiawi
Prinsip
Pembentukan kristal es
yang menurunkan
ketersediaan air bebas
di dalam pangan
sehingga pertumbuhan
mikroorganisme
terhenti
PEMBEKUAN (FREEZING)
Usaha menurunkan suhu di bawah 0ºC, dengan cara
melewati suhu zona kritis (-1ºC s/d -5ºC) secepat
mungkin sampai suhu ideal untuk penyimpanan
(maks -18ºC)
Pemindahan panas dari bahan yang disertai perubahan
fase dari cair ke padat pada bahan pangan
TAHAPAN DALAM PROSES PEMBEKUAN
1. Tahap pembuangan panas (REMOVAL OF HEAT) :
SUHU DAGING TURUN SECARA cepat s/d
sedikit di bawah 0ºC (titik beku air)
2. Tahap konversi air menjadi es : suhu daging agak
“statis” s/d mayoritas air menjadi es
(0ºC s/d -5ºC)
3. Tahap penurunan suhu beku : suhu daging turun
secara cepat s/d untuk disimpan dalam cold
storage (-30ºC)
PEMBEKUAN CEPAT (“Quick freezing”)
TERJADI APABILA PRODUK MELEWATI
SUHU 0 s/d -5ºC KURANG DARI 2 JAM DAN
SUHU PUSAT PRODUK AKHIR -20ºC
5
0
-5
-10
-18
-20
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
ILUSTRASI PEMBEKUAN CEPAT
DAERAH MAX. PEMBENTUKAN KRISTAL
ES DAN MAX. DENATURASI PROTEIN
PEMBEKUAN LAMBAT (“Slow freezing”)
Terjadi apabila pembekuan berlangsung lebih
dari 24 jam (melewati suhu -5ºC lebih dari 2
jam)
AKIBAT : - Dehidrasi (drip loss)
- Tekstur lunak
5
0
-5
-10
-18
-20
0 5 10 15 20 25 30 35
ILUSTRASI PEMBEKUAN LAMBAT
DAERAH MAX. PEMBENTUKAN KRISTAL
ES DAN MAX. DENATURASI PROTEIN
Pembekuan
Lambat
Pembekuan
Cepat
Kecepatan Pembekuan
 Mutu Produk akhir dan daya simpan
kurang baik
 Produk akhir tidak seragam
 Bersifat tradisional
 Faktor-faktor yang berpengaruh selama proses
tidak terkontrol
Suatu metode pengawetan dimana “kadar air” produk
dikurangi sampai level tertentu sehingga produk stabil
untuk jangka waktu yang lebih panjang
53
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan :
1. Faktor yang berhubungan dengan udara pengeringan
Suhu
Kecepatan aliran udara pengeringan
Kelembapan udara
2. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan
Ukuran bahan
Kadar air awal
Tekanan parsial dalam bahan
TUJUAN PENGERINGAN
Mengurangi kadar air bahan sampai batas perkembangan
mikroorganisme dan kegiatan enzim
pembusukan terhambat/terhenti sama sekali
TUJUAN
 Memasukkan unsur-unsur asap (KETON, ALDEHID)
yang dapat menghambat aktifitas bakteri, enzym dan
kimia
 Mengurangi kadar air
 Pemberian bumbu
Proses penetrasi senyawa volatil pada ikan yang dihasilkan
dari pembakaran kayu yang dapat menghasilkan produk
dengan rasa dan aroma spesifik
umur simpan lama :
aktivitas anti bakteri, menghambat aktivitas enzimatis
55
Senyawa kimia asap dari kayu
 Fenol (yang berperan sebagai antioksidan),
 Asam organik, alkohol, karbonil, hidrokarbon
 Senyawa nitrogen (nitro oksida, aldehid, keton, ester, eter)
Senyawa pada pengasapan yang bersifat
karsinogenik :
Senyawa Piliciclic aromatic hydrocarbon (PAH)
Ditemukan pada ikan asap
Senyawa N-nitroso compound (NNC)
Ditemukan pada daging asap
Senyawa Heterocyclic aromatic amine (HAA)
Ditemukan pada ikan dan daging bakar atau panggang.
TUJUAN
 Pemberian panas yang tinggi pada produk
untuk menghambat aktifitas penyebab
pembusukan
 Pemberian bumbu/media
 Kondisi kemasan: ANAEROB/VACUUM
Clostridium botulinum
1. Dapat memproduksi toksin yang mematikan
(botulin)
2. Terdapat pada tanah/air, sehingga mudah
mengkontaminasi bahan pangan
3. Tumbuh baik pada kondisi : tanpa oksigen,
30 – 37oC (mesofilik), pH > 4,6 – 7,5
4. Dapat dihambat dengan : pengaturan pH,
pengaturan Aw (<0,85), garam (nitrit/nitrat,
NaCl), pemanasan (Sterilisasi)
5. Menjadi target utama proses strelisasi
produk pangan
STERILISASI PADA PENGALENGAN
Proses pemanasan (wadah dan isi) sampai mencapai suhu (tertentu) di atas titik didih
(100oC) dan waktu tertentu untuk mematikan semua mikroorganisme beserta spora-
sporanya yang menyebabkan kerusakan makanan
Sterilisasi Komersial :
Tingkat sterilisasi dimana semua mikroba (patogen, non-patogen, pembusuk,
pembentuk toksin) mati, namun tekstur, warna dan nilai nutrisi produk tidak rusak
Membunuh
Waktu dan suhu dipengaruhi :
• Konsistensi atau ukuran partikel
bahan
• Derajat keasaman (nilai pH) isi
kaleng
• Ukuran head space
• Besar dan ukuran kaleng
• Kemurnian uap air (steam)
• Kecepatan perambatan panas
Hal Penting pada proses pengalengan
1. Kemasan
 Bahan : kaleng, wadah kaca,
laminated pouches
(plastik/aluminium)
 Kondisi kemasan
 Kebersihan kemasan
(kontaminasi kotoran/debu
selama penyimpanan dan
transportasi)
2. Tahap Pre-Cooking
Melakukan pemanasan pendahuluan jaringan pangan, dengan tujuan :
Inaktifasi enzim
Mengurangi jumlah mikroba awal
Mengeluarkan cairan dan lemak dari produk
Koagulasi protein
Membentuk tekstur produk
Mengeluarkan udara yang terperangkap dalam jaringan pangan
mengurangi oksidasi dan terbentuknya headspace yang baik
Meningkatkan suhu bahan : kecukupan suhu pasteurisasi/ sterilisasi
Hal penting yang harus diperhatikan adalah :
- Berat produk
- Suhu produk
- Headspace (yg dikhawatirkan adalah
breaking)
3. Tahap Pengisian
4. Tahap Seaming
 Kemasan harus tertutup rapat
(hermetically sealed) dan kedap udara
untuk mencegah recontamination (dari
luar)
 Penutupan kaleng (double seam) harus
benar dan dilakukan pengecekan
periodically
 Proses Exhausting :
 menghilangkan sebagian besar udara
dan gas sebelum kaleng ditutup)
 Memberikan kondisi vakum
 Mengurangi terjadinya kebocoran
karena tekanan kaleng terlalu tinggi
(saat pemanasan)
 Mengurangi proses pengkaratan dan
reaksi oksidasi
a. Proses Venting
Pengeluaran udara yang terkurung di dalam retort
b. Come Up Time/CUT (Waktu menaikkan suhu untuk mencapai suhu
sterilisasi) :
Waktu yang dibutukan untuk menaikkan suhu retort pada suhu yang
ditentukan (mis. ±116°C) dan tekanan yang diinginkan (mis. 0.8
kg/cm2)
5. Tahap Retorting
 Mencegah terjadinya over cooking pada produk yang dikalengkan
 Menghindari pembusukan termofilik (cold shock)
 Hal penting :
 Kualitas air pendingin (potable water)
 Kondisi sanitasi-hygiene setelah proses retorting
6. Tahap Cooling
7. Tahap Inkubasi
Untuk melihat kondisi seaming dan kondisi fisik kaleng (indikasi kerusakan
produk : mis. Penggembungan, kebocoran)
Faktor kritis yang menentukan proses pengalengan :
1. Wadah/kaleng tertutup secara hermetis
Pengisian dan penutupan kaleng harus benar)
2. Perlakuan pemanasan yang cukup
Tercapainya sterilisasi komersial
3. Penanganan kaleng yang baik
Sebelum, selama dan setelah pemanasan untuk memastikan bahwa
integritas sambungan dan penutup tetap terjaga
Integritas sambungan dan penutupan merupakan
faktor penting, karena :
Selalu ada kemungkinan bahwa bakteri akan masuk
kembali dan mencemari produk yang telah disterilisasi
63
Suatu proses pengolahan yang mengoptimalkan proses termal sehingga
dapat membunuh sebagian besar mikroba yang bersifat patogen
biasanya menggunakan suhu di bawah 1000C
Masih terdapat mikroba, sehingga
daya tahan simpan singkat
Tujuan pasteurisasi :
1. Membunuh semua bakteri patogen yang umum pada bahan pangan
2. Memperpanjang daya tahan simpan dengan jalan mematikan bakteri
dan menginaktifkan enzim
PASTEURISASI
64
1. Tidak vakum (masih ada udara di dalam kaleng),
sehingga dikhawatirkan terjadi discolorasi (SAPP sebagai
anti oksidan : Sodium acid)
2. Sifat daging rajungan sangat labil (mudah bebas)
sehingga perlu pyrophosphat (SAPP sebagai water
binding)
Penambahan SAPP (Sodium acid Pyrophosphat)
pada Pasteurisasi :
Faktor kritis dalam proses Pasteurisasi:
1. Keseragaman suhu di setiap posisi alat pasteurisasi
2. Konsistensi suhu proses (terutama jika digunakan air
sebagai media pemanas)
3. Waktu pasteurisasi
Pdk kemunduran-mutu-ikan-ppt

More Related Content

What's hot

Teknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikananTeknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikananHeru Pramono
 
Karakteristik Fisiko-Kimia Hasil Perikanan.pptx
Karakteristik Fisiko-Kimia Hasil Perikanan.pptxKarakteristik Fisiko-Kimia Hasil Perikanan.pptx
Karakteristik Fisiko-Kimia Hasil Perikanan.pptxVennyAgustin3
 
4. nilai gizi daging ikan
4. nilai gizi daging ikan4. nilai gizi daging ikan
4. nilai gizi daging ikanHeru Pramono
 
Ikan dan Hasil Perairan
Ikan dan Hasil PerairanIkan dan Hasil Perairan
Ikan dan Hasil PerairanAgnescia Sera
 
Materi 4 komponen dan kerusakan bahan pangan
Materi 4 komponen dan kerusakan bahan panganMateri 4 komponen dan kerusakan bahan pangan
Materi 4 komponen dan kerusakan bahan panganSutyawan
 
Teknologi penanganan hasil perikanan
Teknologi penanganan hasil perikananTeknologi penanganan hasil perikanan
Teknologi penanganan hasil perikananRizka Came
 
1. pengantar dasar teknologi ikan heru pramono
1. pengantar dasar teknologi ikan heru pramono1. pengantar dasar teknologi ikan heru pramono
1. pengantar dasar teknologi ikan heru pramonoHeru Pramono
 
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPASLaporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)
Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)
Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)fathriska
 
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPASLaporan Praktikum TPP Nugget - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Laporan Praktikum Sosis
Laporan Praktikum SosisLaporan Praktikum Sosis
Laporan Praktikum SosisErnalia Rosita
 
INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANANINDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANANSunoto Mes
 
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme Titis Sari
 
Protein (kimia hasil pertanian)
Protein (kimia hasil pertanian)Protein (kimia hasil pertanian)
Protein (kimia hasil pertanian)DaveWattimena
 

What's hot (20)

Teknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikananTeknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikanan
 
Karakteristik Fisiko-Kimia Hasil Perikanan.pptx
Karakteristik Fisiko-Kimia Hasil Perikanan.pptxKarakteristik Fisiko-Kimia Hasil Perikanan.pptx
Karakteristik Fisiko-Kimia Hasil Perikanan.pptx
 
4. nilai gizi daging ikan
4. nilai gizi daging ikan4. nilai gizi daging ikan
4. nilai gizi daging ikan
 
Ikan dan Hasil Perairan
Ikan dan Hasil PerairanIkan dan Hasil Perairan
Ikan dan Hasil Perairan
 
Materi 4 komponen dan kerusakan bahan pangan
Materi 4 komponen dan kerusakan bahan panganMateri 4 komponen dan kerusakan bahan pangan
Materi 4 komponen dan kerusakan bahan pangan
 
Teknologi penanganan hasil perikanan
Teknologi penanganan hasil perikananTeknologi penanganan hasil perikanan
Teknologi penanganan hasil perikanan
 
Daging ppt
Daging pptDaging ppt
Daging ppt
 
Ikan
IkanIkan
Ikan
 
1. pengantar dasar teknologi ikan heru pramono
1. pengantar dasar teknologi ikan heru pramono1. pengantar dasar teknologi ikan heru pramono
1. pengantar dasar teknologi ikan heru pramono
 
Alat alat pembekuan
Alat alat pembekuanAlat alat pembekuan
Alat alat pembekuan
 
3. susunan daging
3. susunan daging3. susunan daging
3. susunan daging
 
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPASLaporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
 
Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)
Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)
Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)
 
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPASLaporan Praktikum TPP Nugget - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPAS
 
Laporan Praktikum Sosis
Laporan Praktikum SosisLaporan Praktikum Sosis
Laporan Praktikum Sosis
 
INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANANINDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
 
Fermentasi mikroba
Fermentasi mikrobaFermentasi mikroba
Fermentasi mikroba
 
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme
 
Pengasaman
PengasamanPengasaman
Pengasaman
 
Protein (kimia hasil pertanian)
Protein (kimia hasil pertanian)Protein (kimia hasil pertanian)
Protein (kimia hasil pertanian)
 

Similar to Pdk kemunduran-mutu-ikan-ppt

mata-kuliah-penanganan-hasil-perikanan.ppt
mata-kuliah-penanganan-hasil-perikanan.pptmata-kuliah-penanganan-hasil-perikanan.ppt
mata-kuliah-penanganan-hasil-perikanan.pptmuhammadsahir5
 
2-kerusakan-bahan-pangan.ppt
2-kerusakan-bahan-pangan.ppt2-kerusakan-bahan-pangan.ppt
2-kerusakan-bahan-pangan.pptasridwiyanti1
 
Dampak pembangunan ekosis. perairan
Dampak pembangunan ekosis. perairanDampak pembangunan ekosis. perairan
Dampak pembangunan ekosis. perairanIpung Noor
 
Kerusakan Bahan Pangan
Kerusakan Bahan PanganKerusakan Bahan Pangan
Kerusakan Bahan PanganRizza Muh
 
FISH SAUCE -Kelompok 3.pptx
FISH SAUCE -Kelompok 3.pptxFISH SAUCE -Kelompok 3.pptx
FISH SAUCE -Kelompok 3.pptxssuser4743df
 
Kuliah-Reaksi-kimia-kerusakan-pangan.ppt
Kuliah-Reaksi-kimia-kerusakan-pangan.pptKuliah-Reaksi-kimia-kerusakan-pangan.ppt
Kuliah-Reaksi-kimia-kerusakan-pangan.pptSuwarSono8
 
DAF 4343 T5 - SIMPTOM PENYAKIT TERNAKAN.pptx
DAF 4343 T5 - SIMPTOM PENYAKIT TERNAKAN.pptxDAF 4343 T5 - SIMPTOM PENYAKIT TERNAKAN.pptx
DAF 4343 T5 - SIMPTOM PENYAKIT TERNAKAN.pptxArmizaAmir
 
Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)
Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)
Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)Heru Pramono
 
Limbah Industri Pengolahan Hasil Perikanan.pptx
Limbah Industri Pengolahan Hasil Perikanan.pptxLimbah Industri Pengolahan Hasil Perikanan.pptx
Limbah Industri Pengolahan Hasil Perikanan.pptxPutriLestari652855
 
Mikroorganisme penyebab kerusakan pada ikan
Mikroorganisme  penyebab kerusakan  pada ikanMikroorganisme  penyebab kerusakan  pada ikan
Mikroorganisme penyebab kerusakan pada ikanDaniel Heintje Ndahawali
 
3BT. Tek.PenangananHasil Perikanan.pptx
3BT. Tek.PenangananHasil Perikanan.pptx3BT. Tek.PenangananHasil Perikanan.pptx
3BT. Tek.PenangananHasil Perikanan.pptxARZIANINGSIHArzianin
 

Similar to Pdk kemunduran-mutu-ikan-ppt (20)

Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptx
 
mata-kuliah-penanganan-hasil-perikanan.ppt
mata-kuliah-penanganan-hasil-perikanan.pptmata-kuliah-penanganan-hasil-perikanan.ppt
mata-kuliah-penanganan-hasil-perikanan.ppt
 
Bab 6
Bab 6Bab 6
Bab 6
 
2-kerusakan-bahan-pangan.ppt
2-kerusakan-bahan-pangan.ppt2-kerusakan-bahan-pangan.ppt
2-kerusakan-bahan-pangan.ppt
 
108547896 makalah-biokimia-hasil-perikanan
108547896 makalah-biokimia-hasil-perikanan108547896 makalah-biokimia-hasil-perikanan
108547896 makalah-biokimia-hasil-perikanan
 
Dampak pembangunan ekosis. perairan
Dampak pembangunan ekosis. perairanDampak pembangunan ekosis. perairan
Dampak pembangunan ekosis. perairan
 
Kerusakan Bahan Pangan
Kerusakan Bahan PanganKerusakan Bahan Pangan
Kerusakan Bahan Pangan
 
FISH SAUCE -Kelompok 3.pptx
FISH SAUCE -Kelompok 3.pptxFISH SAUCE -Kelompok 3.pptx
FISH SAUCE -Kelompok 3.pptx
 
Kuliah-Reaksi-kimia-kerusakan-pangan.ppt
Kuliah-Reaksi-kimia-kerusakan-pangan.pptKuliah-Reaksi-kimia-kerusakan-pangan.ppt
Kuliah-Reaksi-kimia-kerusakan-pangan.ppt
 
DAF 4343 T5 - SIMPTOM PENYAKIT TERNAKAN.pptx
DAF 4343 T5 - SIMPTOM PENYAKIT TERNAKAN.pptxDAF 4343 T5 - SIMPTOM PENYAKIT TERNAKAN.pptx
DAF 4343 T5 - SIMPTOM PENYAKIT TERNAKAN.pptx
 
Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)
Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)
Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)
 
OUM-NESTLE 2008 1
OUM-NESTLE 2008 1OUM-NESTLE 2008 1
OUM-NESTLE 2008 1
 
Wdr1 fpp respirasi
Wdr1 fpp respirasiWdr1 fpp respirasi
Wdr1 fpp respirasi
 
Uts Mmt
Uts MmtUts Mmt
Uts Mmt
 
Uts Mmt
Uts MmtUts Mmt
Uts Mmt
 
Limbah Industri Pengolahan Hasil Perikanan.pptx
Limbah Industri Pengolahan Hasil Perikanan.pptxLimbah Industri Pengolahan Hasil Perikanan.pptx
Limbah Industri Pengolahan Hasil Perikanan.pptx
 
Fermentasi
FermentasiFermentasi
Fermentasi
 
Keamanan_pangan (1).ppt
Keamanan_pangan (1).pptKeamanan_pangan (1).ppt
Keamanan_pangan (1).ppt
 
Mikroorganisme penyebab kerusakan pada ikan
Mikroorganisme  penyebab kerusakan  pada ikanMikroorganisme  penyebab kerusakan  pada ikan
Mikroorganisme penyebab kerusakan pada ikan
 
3BT. Tek.PenangananHasil Perikanan.pptx
3BT. Tek.PenangananHasil Perikanan.pptx3BT. Tek.PenangananHasil Perikanan.pptx
3BT. Tek.PenangananHasil Perikanan.pptx
 

More from GhufronFisheries

Materi PDK Kelas X MIPA-IPS Perencanaan Bisnis
Materi  PDK Kelas X MIPA-IPS Perencanaan Bisnis Materi  PDK Kelas X MIPA-IPS Perencanaan Bisnis
Materi PDK Kelas X MIPA-IPS Perencanaan Bisnis GhufronFisheries
 
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)GhufronFisheries
 
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)GhufronFisheries
 
KEGIATAN BELAJAR PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN
KEGIATAN BELAJAR PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAANKEGIATAN BELAJAR PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN
KEGIATAN BELAJAR PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAANGhufronFisheries
 

More from GhufronFisheries (9)

PDK XII Kerajinan
PDK XII Kerajinan PDK XII Kerajinan
PDK XII Kerajinan
 
Materi PDK Kelas X MIPA-IPS Perencanaan Bisnis
Materi  PDK Kelas X MIPA-IPS Perencanaan Bisnis Materi  PDK Kelas X MIPA-IPS Perencanaan Bisnis
Materi PDK Kelas X MIPA-IPS Perencanaan Bisnis
 
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)
 
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)
2 bahan ajar karakteristik bahan-pangan-hasil-pertanian (1)
 
Menyusun proposal usaha
Menyusun proposal usahaMenyusun proposal usaha
Menyusun proposal usaha
 
Menyusun proposal usaha
Menyusun proposal usahaMenyusun proposal usaha
Menyusun proposal usaha
 
Menyusun proposal usaha
Menyusun proposal usahaMenyusun proposal usaha
Menyusun proposal usaha
 
Meeting 1
 Meeting 1 Meeting 1
Meeting 1
 
KEGIATAN BELAJAR PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN
KEGIATAN BELAJAR PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAANKEGIATAN BELAJAR PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN
KEGIATAN BELAJAR PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN
 

Recently uploaded

Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 

Pdk kemunduran-mutu-ikan-ppt

  • 1. KEMUNDURAN MUTU IKAN DAN PRINSIP TEKNOLOGI PENGOLAHAN Disampaikan pada: MATERI PEMBELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN SMA AL HIKMAH BOARDING SCHOOL BATU TA 2019/2020
  • 2. PEMBUSUKAN IKAN PENYEBAB 1. AKTIVITAS BIOLOGIS: bakteri, jamur, ragi dan serangga 2. AKTIFITAS ENZIM (AUTOLYSIS) 3. FISIK : kecerobohan dalam penanganan seperti luka memar, patah, kering dan lain-lain 4. AKTIFITAS KIMIAWI : adanya reaksi reaksi kimia seperti ketengikan (rancidity) yang diakibatkan oleh oksidasi lemak dan denaturasi (perubahan sifat) protein. PEMBUSUKAN IKAN ENZYM DAN BAKTERI
  • 3. Cara/alat penangkapan Cara penanganan Reaksi ikan menghadapi kematian Jenis dan ukuran ikan Keadaan fisik sebelum mati Suhu lingkungan Kandungan lemak ikan Kandungan protein Jaringan otot /daging yang lemah Penanganan yang tidak benar Faktor yang Mempengaruhi Kemunduran Mutu Ikan
  • 4. 4 APA YANG TERJADI KETIKA IKAN MATI ? PRE-RIGOR IN-RIGOR POST-RIGOR
  • 6. TAHAPAN PEMBUSUKAN IKAN  Lendir ikan terlepas dari kelenjarnya didalam kulit membentuk lapisan bening yang tebal di sekeliling tubuh ikan.  Pelepasan lendir dari kelenjar lendir ini merupakan reaksi alami ikan yang sedang sekarat terhadap keadaan yang tidak menyenangkan.  Jumlah lendir yang terlepas dan menyelimuti tubuh ikan sangat banyak hingga mencapai 1 – 1,5 % dari berat tubuh ikan. Pre Rigor /hyperaemia
  • 7.  Lendir ini terdiri atas glukoprotein mucin yang merupakan substrat yang sangat baik bagi pertumbuhan bakteri.  Tahapan ini ditandai dengan tubuh ikan yang mengejang setelah mati akibat proses bio-kimia yang kompleks dalam jaringan tubuh yang menghasilkan kontraksi dan ketegangan. RIGOR MORTIS
  • 8. Kekejangan ini dimulai dari bagian ekor dan secara perlahan-lahan merambat kearah kepala. Lama dan selang waktu dimulainya rigor mortis dipengaruhi oleh ; jenis ikan, kondisi ikan, tingkat kelelahan ikan, ukuran ikan, cara penanganan ikan dan temperatur penyimpanan 8
  • 9. 9 RIGOR MORTIS PADA IKAN TEMPERATUR PENYIMPANAN JARAK WAKTU ANTARA SAAT KEMATIAN DAN AWAL RIGOR LAMA RIGOR 16 - 20ºC 22 - 28ºC 1,00 – 1,50 Jam 0,00 – 0,85 Jam 16 – 20 Jam 12 – 14 Jam
  • 11.
  • 12.  Proses penguraian protein dan lemak oleh enzim (protease an lipase) yang terdapat dalam daging ikan ---------disebut juga sebagai proteolysis.  Autolysis dimulai bersamaan dengan penurunan pH.  Autolysis tidak dapat dihentikan walaupun dalam suhu yang sangat rendah dan proses ini akan selalu diikuti dengan meningkatnya jumlah bakteri. PEMBUSUKAN AUTOLYSIS/ ENZIMATIS
  • 13. APA YANG TERJADI MENJELANG IKAN MATI ? (Aerobic and anaerobic breakdown of glycogen in fish muscle) Glucosa Glucosa Glycogen Glycogen AEROBIC RESPIRATION ANAEROBIC RESPIRATION O2 CO2+H2O Lactic Acid ATP +CreatineCreatine phosphate+ ADP O2 - Struggle dying - Death X G
  • 14.  Waktu ikan mati, senyawa organik di dalam jaringan dipecah oleh enzim yang masih tetap aktif.  Glikogen terhidrolisa yang menghasilkan akumulasi asam laktat (GLYCOLYSIS) dan penurunan pH yang merangsang enzim untuk menghidrolisa fosfat organik.  Fosfat yang mula-mula terurai ialah creatine phosphate membentuk creatine dan asam fosfat yang kemudian diikuti oleh adenosim trifosfat (ATP) menjadi adenosin difosfat (ADP) dan asam fosfat. 14
  • 15. Degradasi nukleotida (perubahan flavor)  Degradasi nukleotida dalam dagingikan menghasilkan berbagai bahan flavor  Bahan2 tsb dihasilkan dari penguraian ATP oleh serangkaian reaksi defosforisasi dan deaminasi  ATP mengurai dengan cepat menjadi IMP yang terakumulasi dalam daging  IMP tinggi ------ flavor ikan: manis, meaty  Proses autolysis berlanjut---- IMP 15
  • 16. ATP (ADENOSIN TRI FOSFAT) ADP AMP IMP + NH3 INOSIN HIPOSANTIN + RIBOSA HIPOSANTIN + RIBOSA FOSFAT FOSFORILASE IDP +NH3 (INOSIN DIFOSFAT) PEMBONGKARAN ATP DALAM DAGING IKAN, SELAMA PEMBUSUKAN
  • 17. Belly bursting  Pembusukan enzymatis menyebabkan pecah perut ikan terutama apabila ikannya kenyang  Ikan tsb mempunyai enzym pencernaan yang tinggi dalam alat pencernaannya, ikan akan cepat membusuk setelah ditangkap  Bakteri berkembang dan membentuk gas CO2 dan H2 --------- pecah perut 17
  • 18. PERUBAHAN WARNA PADA IKAN 1. Diskolorasi hitam  Diakibatkan reaksi oksidasi tyrosinase pada tyrosine  Bahan pengawet sulfit ditambahkan untuk mencegah diskolorasi hitam  Udang direndam dalam 0,2 – 0,5% sodium bisulfit selama 1 menit 18
  • 19. 2. Daging ikan kekuningan  Penyimpanan beku dapat menyebabkan daging ikan dibawah kulit berwarna kekuningan  Proses pembekuan akan mengganggu kromatofor dan melepaskan karotenoid yang migrasi ke lapisan lemak 19
  • 20. 3. Diskolorasi coklat (pencoklatan) Reaksi protein atau asam amino dengan produk dari oksidasi lemak Lebih banyak terjadi pada ikan berlemak tinggi 20
  • 21. Bakteri bersarang di permukaan tubuh, insang, saluran darah dan saluran pencernaan ----- secara bertahap masuk ke daging ikan, ------ penguraian oleh bakteri mulai berlangsung intensif setelah proses rigor mortis berlalu yaitu setelah daging ikan mengendur dan celah serat daging terisi cairan. lendir menjadi lebih pekat, bergetah, amis, mata terbenam dan pudar sinarnya serta insang berubah warna dengan susunan tidak teratur dan bau menusuk. PEMBUSUKAN OLEH BAKTERI
  • 22.  Dalam industri pengolahan ikan ada 2 tipe mikroorganisma terkait:  saprophytic/spoilage bacteria  pathogenic bacteria 22
  • 23. Bakteri pembusuk  Bertanggung jawab terhadap pembusukan ikan  Klas organisma pembusuk: Pseudomonas, Acinobacter, Aeromonas & Moraxella  Daging ikan kehilangan juicness, kepadatan tekstur dll menjadi produk yang lembek dengan flavor yang hilang, diskolorasi dan bau busuk 23
  • 24. BAKTERI PENYEBAB PEMBUSUKAN  PADA SUHU DINGIN:  Pseudomonas, Achromobacter, Flavobacterium  PADA SUHU BIASA:  Escherichia, Proteus, Serratia, Sarcina & Clostridium  PADA SUHU TINGGI:  Micrococcus & Bacillus 24
  • 25. BAKTERI PATOGEN  Indigeneous bakteri  Lingkungan perairan: clost botulinum, vibrio sp dll  Non – indigeneous bakteri  kontaminasi: salmonella, E coli, Shigella, dll 25
  • 26. Perubahan yang terjadikarena mikroorganisma pada ikan:  Pembentukan histamin  Pembentukan indol  Pembentukan ammonia  Pembentukan TMA  Komponen lain 26
  • 27. 27 HISTAMIN  Indikator utama keracunan scombrotoxin (toxin yang dihasilkan ikan Scombroidae)  Komponen amin biogenik (bahan aktif yang diproduksi secara biologis melalui dekarboksilasi asam amino/histidin bebas)  Proses dekarboksilase melalui 2 cara : autolisis (aktivitas enzim histidine decarboxylase/HDC) dan aktivitas bakteri (Enterobacteriaceae dan Bacillaceae)
  • 28. 28 NH2 PERUBAHAN HISTIDIN MENJADI HISTAMIN COOH CH2 C N DECARBOXILASE BAKTERIOLOGIS Proteus morgani Morganella morganii, Klebsiella pneumoniae NH2 H C C CH NH N CH CH2 C CH NH N CH
  • 29. Produksi Indol  Konversi triptofan menjadi indol ----- akibat dari dekomposisi asam amino oleh bakteri  FDA menggunakan kadar indol bersama dengan evaluasi sensory untuk mengukur dekomposisi dang 29
  • 30. 30 KADAR INDOL TERHADAP KESEGARAN KELAS I < 25 mg/100gr KELAS II 25 – 50mg/100gr KELAS III > 25 mg/100gr
  • 31. Pembentukan ammonia  Organisma pembusuk merubah komponen nitrogen menjadi volatil bases yang berbau  Asam amino bebas dalam daging digunakan organisma pembusuk melalui proses deaminasi --------- ammonia 31
  • 32. Pembentukan urea  Urea terdapat pada ikan hiu dan pari dan diuraikan menjadi ammonia oleh bakteri  Kadar ammonia yang tinggi menjadi indikator pembusukan 32
  • 33. 33 PERUBAHAN KIMIA UREA IKAN NH2 NH2 C O (MIKRBIOLOGIS) 2NH3 CO2 (AMONIAK) (UREA) H2O (AUTOLYSIS) +=
  • 34. Pembentukan TMA  Ikan laut ditandai dengan kandungan komponen yang tidak berbau: TMAO  Organisma pembusuk merubah TMAO ----- TMA (bau busuk) 34
  • 35. 35 CH3 PERUBAHAN KIMIA TMAO IKAN CH3 CH3 N O (BAKTERIOLOGIS) CH3 CH3 CH3 N CH3 CH3 N (TMA BERBAU TIDAK ENAK) H H C (FORMALDEHID BERBAU TIDAK ENAK) + == O (TMAO) (DMA)
  • 36. Komponen lain  Termasuk berbagai komponen volatil seperti H2S, dimethylsulphide dan methylmercaptan  Ester dari asam lemak rendah seperti: asam asetik, propionik, butirik  Komponen volatil sulfur mempengaruhi karakteristik organoleptik 36
  • 37. 37 AKTIFITAS FISIK DISEBABKAN OLEH: Perlakuan fisik: terbanting, tergencet, terluka menyebabkan: memar, luka dan adanya benda asing produk perikanan yang memar akan mudah mengalami proses pembusukan. Rusaknya jaringan di bagian yang memar akan menyebabkan peningkatan aktivitas enzim proteolitik. Pada ikan, bagian yang memar cenderung menjadi lunak dan kemerahan .
  • 38. 38 Ikan yang tertangkap dengan pancing huhate mengalami memar saat terbanting ke geladak kapal. Pada bagian daging ikan yang mengalami memar aktivitas enzimnya meningkat sehingga akan mempercepat proses pembusukan. Enzim akan merombak karbohidrat, protein dan lemak menjadi alkohol, amonia, dan keton. Ikan yang ditangkap dengan jaring trawl atau pukat cincin akan mengalami tekanan berat, terutama ikan yang berada paling bawah.
  • 39. 39 Luka diakibatkan tusukan atau sayatan oleh benda tajam. Penggunaan pengait pada saat akan mengangkat ikan hasil tangkapan dapat menyebabkan luka pada ikan Apabila tidak segera ditangani dengan benar, luka tersebut dapat menjadi jalan bagi mikroba pembusuk untuk memasuki bagian tubuh ikan dan merombak komponen di dalamnya.
  • 40. Usaha untuk mempertahankan mutu ikan adalah : a. Mengurangi sebanyak mungkin jumlah enzim dan bakteri pada tubuh ikan. b. Membunuh atau sekurang-kurangnya menghambat kegiatan sisa-sisa enzim dan bakteri. c. Melindungi ikan terhadap kontaminasi bakteri atau penyebab kerusakan lain yang datang dari luar.
  • 41. PENGELOMPOKAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN 1. SUHU RENDAH Pendinginan Pembekuan 2. SUHU TINGGI 3. PENGERINGAN Pengalengan Perebusan Pengasinan dan pengeringan
  • 42. 4. FERMENTASI Terasi, peda, bekasam, dll 5. PENGASAPAN Ikan asap, ikan kayu, dll 6. LAIN-LAIN Kerupuk, fish jelly produk, dll.
  • 43. TUJUAN  Menurunkan suhu ikan, memperlambat laju pembusukan akibat aksi enzym dan bakteri  Memperpanjang daya simpan/awet ikan (Ikan beku lebih panjang daya simpannya dibandingkan ikan yang di es)
  • 44. Prinsip Pembekuan • Menurunkan suhu ikan • Menghentikan pertumbuhan mikroorganisme • Memperlambat aktivitas enzim dan reaksi kimiawi Prinsip Pembentukan kristal es yang menurunkan ketersediaan air bebas di dalam pangan sehingga pertumbuhan mikroorganisme terhenti
  • 45. PEMBEKUAN (FREEZING) Usaha menurunkan suhu di bawah 0ºC, dengan cara melewati suhu zona kritis (-1ºC s/d -5ºC) secepat mungkin sampai suhu ideal untuk penyimpanan (maks -18ºC) Pemindahan panas dari bahan yang disertai perubahan fase dari cair ke padat pada bahan pangan
  • 46. TAHAPAN DALAM PROSES PEMBEKUAN 1. Tahap pembuangan panas (REMOVAL OF HEAT) : SUHU DAGING TURUN SECARA cepat s/d sedikit di bawah 0ºC (titik beku air) 2. Tahap konversi air menjadi es : suhu daging agak “statis” s/d mayoritas air menjadi es (0ºC s/d -5ºC) 3. Tahap penurunan suhu beku : suhu daging turun secara cepat s/d untuk disimpan dalam cold storage (-30ºC)
  • 47. PEMBEKUAN CEPAT (“Quick freezing”) TERJADI APABILA PRODUK MELEWATI SUHU 0 s/d -5ºC KURANG DARI 2 JAM DAN SUHU PUSAT PRODUK AKHIR -20ºC
  • 48. 5 0 -5 -10 -18 -20 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 ILUSTRASI PEMBEKUAN CEPAT DAERAH MAX. PEMBENTUKAN KRISTAL ES DAN MAX. DENATURASI PROTEIN
  • 49. PEMBEKUAN LAMBAT (“Slow freezing”) Terjadi apabila pembekuan berlangsung lebih dari 24 jam (melewati suhu -5ºC lebih dari 2 jam) AKIBAT : - Dehidrasi (drip loss) - Tekstur lunak
  • 50. 5 0 -5 -10 -18 -20 0 5 10 15 20 25 30 35 ILUSTRASI PEMBEKUAN LAMBAT DAERAH MAX. PEMBENTUKAN KRISTAL ES DAN MAX. DENATURASI PROTEIN
  • 52.  Mutu Produk akhir dan daya simpan kurang baik  Produk akhir tidak seragam  Bersifat tradisional  Faktor-faktor yang berpengaruh selama proses tidak terkontrol Suatu metode pengawetan dimana “kadar air” produk dikurangi sampai level tertentu sehingga produk stabil untuk jangka waktu yang lebih panjang
  • 53. 53 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan : 1. Faktor yang berhubungan dengan udara pengeringan Suhu Kecepatan aliran udara pengeringan Kelembapan udara 2. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan Ukuran bahan Kadar air awal Tekanan parsial dalam bahan TUJUAN PENGERINGAN Mengurangi kadar air bahan sampai batas perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim pembusukan terhambat/terhenti sama sekali
  • 54. TUJUAN  Memasukkan unsur-unsur asap (KETON, ALDEHID) yang dapat menghambat aktifitas bakteri, enzym dan kimia  Mengurangi kadar air  Pemberian bumbu Proses penetrasi senyawa volatil pada ikan yang dihasilkan dari pembakaran kayu yang dapat menghasilkan produk dengan rasa dan aroma spesifik umur simpan lama : aktivitas anti bakteri, menghambat aktivitas enzimatis
  • 55. 55 Senyawa kimia asap dari kayu  Fenol (yang berperan sebagai antioksidan),  Asam organik, alkohol, karbonil, hidrokarbon  Senyawa nitrogen (nitro oksida, aldehid, keton, ester, eter) Senyawa pada pengasapan yang bersifat karsinogenik : Senyawa Piliciclic aromatic hydrocarbon (PAH) Ditemukan pada ikan asap Senyawa N-nitroso compound (NNC) Ditemukan pada daging asap Senyawa Heterocyclic aromatic amine (HAA) Ditemukan pada ikan dan daging bakar atau panggang.
  • 56. TUJUAN  Pemberian panas yang tinggi pada produk untuk menghambat aktifitas penyebab pembusukan  Pemberian bumbu/media  Kondisi kemasan: ANAEROB/VACUUM
  • 57. Clostridium botulinum 1. Dapat memproduksi toksin yang mematikan (botulin) 2. Terdapat pada tanah/air, sehingga mudah mengkontaminasi bahan pangan 3. Tumbuh baik pada kondisi : tanpa oksigen, 30 – 37oC (mesofilik), pH > 4,6 – 7,5 4. Dapat dihambat dengan : pengaturan pH, pengaturan Aw (<0,85), garam (nitrit/nitrat, NaCl), pemanasan (Sterilisasi) 5. Menjadi target utama proses strelisasi produk pangan STERILISASI PADA PENGALENGAN Proses pemanasan (wadah dan isi) sampai mencapai suhu (tertentu) di atas titik didih (100oC) dan waktu tertentu untuk mematikan semua mikroorganisme beserta spora- sporanya yang menyebabkan kerusakan makanan Sterilisasi Komersial : Tingkat sterilisasi dimana semua mikroba (patogen, non-patogen, pembusuk, pembentuk toksin) mati, namun tekstur, warna dan nilai nutrisi produk tidak rusak Membunuh Waktu dan suhu dipengaruhi : • Konsistensi atau ukuran partikel bahan • Derajat keasaman (nilai pH) isi kaleng • Ukuran head space • Besar dan ukuran kaleng • Kemurnian uap air (steam) • Kecepatan perambatan panas
  • 58. Hal Penting pada proses pengalengan 1. Kemasan  Bahan : kaleng, wadah kaca, laminated pouches (plastik/aluminium)  Kondisi kemasan  Kebersihan kemasan (kontaminasi kotoran/debu selama penyimpanan dan transportasi)
  • 59. 2. Tahap Pre-Cooking Melakukan pemanasan pendahuluan jaringan pangan, dengan tujuan : Inaktifasi enzim Mengurangi jumlah mikroba awal Mengeluarkan cairan dan lemak dari produk Koagulasi protein Membentuk tekstur produk Mengeluarkan udara yang terperangkap dalam jaringan pangan mengurangi oksidasi dan terbentuknya headspace yang baik Meningkatkan suhu bahan : kecukupan suhu pasteurisasi/ sterilisasi Hal penting yang harus diperhatikan adalah : - Berat produk - Suhu produk - Headspace (yg dikhawatirkan adalah breaking) 3. Tahap Pengisian
  • 60. 4. Tahap Seaming  Kemasan harus tertutup rapat (hermetically sealed) dan kedap udara untuk mencegah recontamination (dari luar)  Penutupan kaleng (double seam) harus benar dan dilakukan pengecekan periodically  Proses Exhausting :  menghilangkan sebagian besar udara dan gas sebelum kaleng ditutup)  Memberikan kondisi vakum  Mengurangi terjadinya kebocoran karena tekanan kaleng terlalu tinggi (saat pemanasan)  Mengurangi proses pengkaratan dan reaksi oksidasi
  • 61. a. Proses Venting Pengeluaran udara yang terkurung di dalam retort b. Come Up Time/CUT (Waktu menaikkan suhu untuk mencapai suhu sterilisasi) : Waktu yang dibutukan untuk menaikkan suhu retort pada suhu yang ditentukan (mis. ±116°C) dan tekanan yang diinginkan (mis. 0.8 kg/cm2) 5. Tahap Retorting  Mencegah terjadinya over cooking pada produk yang dikalengkan  Menghindari pembusukan termofilik (cold shock)  Hal penting :  Kualitas air pendingin (potable water)  Kondisi sanitasi-hygiene setelah proses retorting 6. Tahap Cooling 7. Tahap Inkubasi Untuk melihat kondisi seaming dan kondisi fisik kaleng (indikasi kerusakan produk : mis. Penggembungan, kebocoran)
  • 62. Faktor kritis yang menentukan proses pengalengan : 1. Wadah/kaleng tertutup secara hermetis Pengisian dan penutupan kaleng harus benar) 2. Perlakuan pemanasan yang cukup Tercapainya sterilisasi komersial 3. Penanganan kaleng yang baik Sebelum, selama dan setelah pemanasan untuk memastikan bahwa integritas sambungan dan penutup tetap terjaga Integritas sambungan dan penutupan merupakan faktor penting, karena : Selalu ada kemungkinan bahwa bakteri akan masuk kembali dan mencemari produk yang telah disterilisasi
  • 63. 63 Suatu proses pengolahan yang mengoptimalkan proses termal sehingga dapat membunuh sebagian besar mikroba yang bersifat patogen biasanya menggunakan suhu di bawah 1000C Masih terdapat mikroba, sehingga daya tahan simpan singkat Tujuan pasteurisasi : 1. Membunuh semua bakteri patogen yang umum pada bahan pangan 2. Memperpanjang daya tahan simpan dengan jalan mematikan bakteri dan menginaktifkan enzim PASTEURISASI
  • 64. 64 1. Tidak vakum (masih ada udara di dalam kaleng), sehingga dikhawatirkan terjadi discolorasi (SAPP sebagai anti oksidan : Sodium acid) 2. Sifat daging rajungan sangat labil (mudah bebas) sehingga perlu pyrophosphat (SAPP sebagai water binding) Penambahan SAPP (Sodium acid Pyrophosphat) pada Pasteurisasi :
  • 65. Faktor kritis dalam proses Pasteurisasi: 1. Keseragaman suhu di setiap posisi alat pasteurisasi 2. Konsistensi suhu proses (terutama jika digunakan air sebagai media pemanas) 3. Waktu pasteurisasi