Makalah ini membahas solusi penanganan masalah penyalahgunaan obat secara sosial. Penanganan masalah ini melibatkan berbagai pihak seperti masyarakat, organisasi sosial, dan pemerintah dengan mengoptimalkan sumber daya dan kelembagaan yang ada. Upaya yang ditekankan adalah pemanfaatan modal sosial masyarakat, kerjasama antar lembaga, serta pendekatan rehabilitasi secara kelompok.
1. SOLUSI PENYALAHGUNAAN OBAT
SEBAGAI MASALAH SOSIAL
TUGAS MATA KULIAH
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR
Muhammad Fajar Said Husainy
Rizki Aji Ardiansyah
Teknik Komputer dan Informatika D3
Semester-5, Angkatan 2010
Politeknik TEDC Bandung
2012
2. KATA PENGANTAR
Puja puji serta syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi Allah SWT atas segala
rahmat dan karunianya. Shalawat serta salam selalu tetap tercurah limpahkan kepada
junjungan alam, baginda nabi besar Rasulullah Muhammad SAW.
Alhamdulillah, makalah ini yang berisi tentang “Solusi Penyalahgunaan Obat Sebagai
Masalah Sosial” dapat terselesaikan, walaupun masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangannya. Penyalahgunaan obat merupakan masalah sosial yang ada di dalam
kehidupan manusia. Pembahasannya tidak akan habis, karena berhubungan dengan
manusia yang bersifat abstrak. Oleh karena itu di dalam makalam ini, pembahasannya
dirangkum menjadi singkat. Disertai dengan upaya untuk menghentikan kebiasaan buruk
dalam menyalahgunakan obat-obatan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungannya dalam proses pengerjaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat
berguna bagi yang membacanya.
3. DAFTAR ISI
Pendahuluan ________________________________________________
1
Bab II: Isi ____________________________________________________
2
Penanganan Masalah Berbasis Masyarakat _________________________
2
A. Mengembangkan Sistem Sosial yang Responsif ____________________
2
B. Pemanfaatan Modal Sosial ___________________________________
3
C. Pemanfaatan Institusi Sosial __________________________________
3
1. Organisasi Masyarakat _________________________________
3
2. Organisasi Swasta ____________________________________
4
3. Optimalisasi Kontribusi dalam Pelayanan Sosial ______________
4
4. Kerjasama dan Jaringan _______________________________
4
D. Upaya Penanggulangan Masalah ______________________________
4
Bab III: Penutup ______________________________________________
6
4. BAB I
PENDAHULUAN
Penyalahgunaan obat merupakan penyimpangan pada tingkat individu, sumber
permasalahannya dapat berasal dari faktor individual. Beberapa latar belakang masalah dari
faktor sosial ini adalah:
Pertama, urbanisme, penjelasan yang berasal dari alasan karakteristik dan
kehidupan perkotaan yang negatif. Apabila karakteristik dan gaya hidup perkotaan yang
negatif ini masuk melalui proses sosialisasi, maka akan lebih mudah mendorong seseorang
melakukan penyimpangan sosial, termasuk penyalahgunaan dan kecanduan obat.
Kedua, melalui proses transmisi budaya. Melalui cara ini dapat dijelaskan mengapa
seseorang menjadi jahat, sedangkan orang lain tidak. Padahal berasal dari karakteristik
sosial yang sama, misalnya masyarakat urban. Seseorang belajar untuk menjadi kriminal,
begitu juga menjadi pemakai dan pecandu obat melalui proses transaksi. Sederhananya,
bahwa anggapan kriminal itu baik, tumbuh dan berkembang melalui hubungan dengan orang
lain dalam proses interaksi sosial.
Ketiga, melalui realita perbedaan sub-budaya. Dalam hal ini, penggunaan obat
merupakan suatu kebiasaan yang terintegrasi ke dalam sub-budaya tertentu. Dari uraian
tentang ketiga sumber masalah melalui proses sosialisasi tersebut, tampak bahwa walaupun
sama-sama merupakan sumber masalah dari faktor individu, perbedaannya dengan
pandangan biologis dan psikologis adalah bahwa teori sosialisasi lebih menitikberatkan pada
kekuasaan faktor eksternal yang mendorong individu berperilaku menyimpang. Sumber dan
latar belakang masalah penyalahgunaan obat dari tingkat masyarakat, pada umumnya
menggunakan pandangan struktural yang di dalamnya terkandung perbedaan nilai dan
kepentingan.
1
5. BAB II
ISI
PENANGANAN MASALAH BERBASIS MASYARAKAT
Sikap yang terjadi pada masyarakat terhadap masalah sosial dapat berupa tindakan
kolektif untuk melakukan perubahan dalam bentuk tindakan rehabilitatif atau bahkan
mengantisipasi agar kondisi yang tidak diharapkan tersebut terkendali. Demikian, upaya
penanganan masalah sosial oleh masyarakat tidak semata-mata tindakan reaktif yang
bersifat kekejutan pada saat munculnya masalah, apalagi jika respon tersebut baru muncul
setelah masalah sosial berkembang menjadi krisis moral. Dalam hal ini, kondisi yang disebut
sebagai masalah sosial merupakan salah satu bentuk realitas sosial yang dapat
menimbulkan penderitaan. Idealnya, upaya untuk mengatasi masalah dan penderitaan itu
datang dari masyarakat melalui cara mengembangkan dirinya. Sehubungan dengan hal itu
dikatakan bahwa upaya pelayanan sosial oleh negara tersebut akan melibatkan interaksi
atau hubungan timbal balik antara 3 pihak.
A. Mengembangkan Sistem Sosial yang Responsif
Penyakit masyarakat dianggap sebagai masalah sosial. Maka upaya pemecahan
masalahnya tidak cukup dengan memberikan pelayanan sosial yang sifatnya rehabilitatif
kepada individu penyandang masalah. Pemecahan masalah justru akan lebih efektif
melalui bekerjanya sistem sosial yang menempatkan kondisi masalah sosial sebagai
umpan balik dan mampu mengolah serta memanfaatkannya untuk melakukan
pemecahan masalah secara melekat.
Masyarakat dapat melakukan upaya perbaikan, penyembuhan dan penanganan
masalah sosial secara mandiri melalui bekerjanya mekanisme dalam sistem sosialnya.
Dalam praktik kehidupan sosial, bekerjanya mekanisme kontrol sosial ini dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu kontrol pasif dan aktif. Kontrol pasif dalam bentuk
dorongan internal warga masyarakat agar berprilaku sesuai nilai dan norma, serta
menghindari yang sebaliknya. Bentuk kontrol pasif ini berfungsi untuk membangun
keberaturan dalam sistem sosialnya. Sedangkan bentuk yang kedua, kontrol sosial aktif
yang merupakan proses untuk mengimplementasikan tujuan dan nilai yang sudah
disepakati. Kontrol ini berupa proses yang berkelanjutan, dimana nilai diterapkan dan
keputusan diambil dalam kehidupan bersama.
2
6. B. Pemanfaatan Modal Sosial
Masyarakat pada dirinya memiliki modal sosial ini. Perbedaannya terletak pada besar
kecilnya dan variasi kandungannya. Perbedaan lain juga terletak pada identifikasinya,
ada masyatakat yang modal sosialnya sudah banyak teridentifikasi dan dimanfaatkan,
sementara dalam masyarakat lain masih banyak belum dioptimalkan. Pemanfaatan
modal sosial guna penanganan masalah sosial oleh masyarakat dapat dilihat dari
beberapa bentuk. Dalam bentuk tindakan bersama untuk meningkatkan kualitas hidup,
pemberian
jaminan
sosial
kepada
warga
masyarakat
dan
minimalisasi
serta
penyelesaian konflik sosial. Dalam watak yang lebih operasional, modal sosial dapat
diidentifikasikan dalam bentuk solidaritas sosial yang bersumber dari kesadaran kolektif,
saling percaya, asas timbal balik dan jaringan sosial. Keberadaan moral sosial terutama
apabila dikelola dengan baik dapat digunakan untuk memelihara integrasi sosial dalam
masyarakat, termasuk yang kondisinya sudah semakin kompleks dengan variasi
kepentingan yang kompleks pula. Kesemuanya itu merupakan modal sosial yang dapat
memberi pengaruh pada usaha meminimalisasi potensi konflik sosial.
C. Pemanfaatan Institusi Sosial
Dalam menjalankan peranan dalam pelayanan dan perlindungan sosial guna
memberikan kontribusi bagi kesejahteraan sosial, yaitu asosiasi sukarela yang dapat
meliputi kelompok swadaya, lembaga sukarela independen, lembaga sukarela kuasi
pemerintah dan lembaga nonprofit kuasi pemerintah. Lingkungan rumah tangga dan
tetangga yang berasal dari keluarga dan solidaritas bertetangga. Pasar, berupa usaha
bisnis yang bersifat privat. Negara, berupa pelayanan yang diselenggarakan oleh negara.
Berdasarkan berbagai realita dan pemikiran tersebut, maka persoalan pokoknya adalah
dibutuhkan suatu upaya yang dapat mengoptimalkan peranan dari berbagai organisasi
sosial yang ada, serta tindakan kolektif yang dapat mengubah berbagai energi dan
potensi usaha kesejahteraan sosial yang masih laten menjadi manifesto, sehingga akan
memberikan kontribusi yang lebih besar bagi pemecahan masalah-masalah sosial.
Melalui berbagai upaya tersebut, maka kontribusi masyarakat dalam penanganan
masalah sosial dapat lebih dioptimalkan.
1. Organisasi Masyarakat
Masyarakat yang bersifat lokal dapat tumbuh sebagai bentuk aktualisasi berbagai
pranata sosial yang ada dan tidak jarang pula didasarkan pada pengamalan agama,
dengan demikian lebih didorong oleh motivasi religius. Sebagai organisasi yang
berbasis pranata dalam masyarakat, institusi ini biasanya kuat eksistensinya
termasuk pola kepemimpinannya dan dapat mengikat serta melibatkan mayoritas
3
7. warga
masyarakat
dalam
komunitas
tertentu.
Perlu
dilakukan
dalam
pengembangannya bukan mengubahnya menjadi organisas yang bersifat formal,
melainkan tetap mempertahankan ikatan dan polalokal yang ada, termasuk pola
kepemimpinannya.
Sambil
memfasilitasi
tampilnya
tenaga
pengelola
yang
mempunyai kemampuan manajerial.
2. Organisasi Swasta
Bagi organisasi swasta ini, untuk melakukan dan memberikan pelayanan sosial yang
tidak semata-mata berorientasi keuntungan kepada lapisan masyarakat bawah.
Perusahaan swasta yang berorientasi profit dan memiliki usaha di luar bidang
pelayanan sosial, sebetulnya juga dapat melakukan usaha sampingan dalam bentuk
kegiatan pelayanan sosial dan bantuan sosial.
3. Optimalisasi Kontribusi dalam Pelayanan Sosial
Organisasi dan mekanisme kerjanya, semestinya dikembalikan pada watak dan sifat
pelayanan sosial yang cenderung mementingkan proses dan bersifat humanis
dibanding hasil fisik. Demikian pelayanan sosial yang diberikan lebih mengutamakan
pengembangan kapasitas penyandang masalah. Bagi organisasi masyarakat lokal,
walaupun jangkauan pelayanan sosial yang diberikan terbatas oleh ikatan lokalitas
atau kekerabatan, tetapi efektivitasnya sudah lebih teruji dan memang sudah
mengakar dalam realitas kehidupan masyarakat. Organisasi swasta baik yang
langsung melakukan usaha kesejahteraan sosial maupun yang memberi bantuan
atau menjadi donatur organisasi pelayanan sosial yang ada perlu terus diberi
perangsang.
4. Kerjasama dan Jaringan
Dalam rangka optimalisasi kontribusi masing-masing dan mewujudkan hubungan
yang sinergis, perlu dijajagi berbagai kemungkinan kerja sama antar organisasi
pelayanan sosial yang ada. Keberadaan semacam forum komunikasi cukup relevan
dalam rangka membangung komitmen bersama, pertukaran informasi dan melihat
kemungkinan hubungan sinergis dan saling mengisi.
D. Upaya Penanggulangan Masalah
Cara penanganan masalah, yaitu pertama disebut Alcoholic Anonymous yang
dikembangkan oleh Milton A. Maxwell, model ini memang secara eksplisit menyebutkan
teori asosiasi diferensial sebagai landasannya. Alcoholic Anonymous dapat dianggap
sebagai contoh klasik program rehabilitasi yang berorientasi pada proses belajar melalui
sosialisasi individu.
4
8. Kedua, merupakan model yang dikembangkan oleh Volkman dan Cressy melalui
prinsip rehabilitasi, yaitu Admission, maksudnya tidak semua pecandu obat secara
otomatis
diterima
dalam
kelompok;
Indoctrination,
bahwa
rehabilitasi
berarti
mempengaruhi anggota untuk mengadopsi nilai dan sikap tertentu dalam hal ini adalah
sikap anti penyalahgunaan obat, kecanduan dan anti mabuk.
Ketiga, Group Cohesion, maksudnya melalui kelompok yang kohesif dimungkinkan
hubungan saling mempengaruhi satu terhadap yang lain khususnya dalam hal ketaatan
terhadap norma kelompok sosial.
Keempat, Status Ascription yang maksudnya baik anggota kelompok yang
merupakan pecandu obat maupun yang bukan, meraih status dalam kelompok
berdasarkan tingkat penampilannya yang anti penyalahgunaan dan anti mabuk.
Kelima, Synanon yang maksudnya sebagai mekanisme efektif untuk rehabilitasi
melalui kelompok. Penanganan masalah penyalahgunaan dan kecanduan obat juga
sering dilakukan dengan mengefektifkan sarana pengendalian sosial, termasuk di
dalamnya melalui peraturan hukum yang bersifat represif.
5
9. BAB III
PENUTUP
Masalah dasar penyalahgunaan obat bermula dari alkohol. Mabuk membuat
seseorang menelantarkan atau kurang memperhatikan penampilan dan peranan sosialnya.
Kebiasaan mabuk mengakibatkan seseorang menjadi kecanduan. Karena kecanduan
merupakan proses penyalahgunaan dan pemakaian yang berlebihan sehingga dapat
mengakibatkan seseorang menjadi tidak berdaya. Dalam pengentasan penyalahgunaan
obat, bahwa dalam masyarakat yang semakin berkembang, lebih dibutuhkan inisiatif
kreatifitas dan kompetensi masyarakat sendiri untuk melaksanakan pembangunan. Sehingga
sulit diharapkan dari para penyandang masalah penyalahgunaan dan kecanduan obat.
6