Teknologi membran biofilter mampu menurunkan kadar amoniak dan kekeruhan pada sistem resirkulasi budidaya kepiting. Penelitian menunjukkan bahwa biofilter dapat mengurangi kadar amoniak dari 4,41 mg/L menjadi 1,48 mg/L selama 7 hari. Membran ultrafiltrasi juga dapat mengendalikan kekeruhan dengan backwash selama 30 menit 15 detik, yang menghasilkan fluks membran tertinggi sebesar 41,2 L/m
1. REVIEW JURNAL
Oleh :
Fajar Hidayat
41614010065
Teknik Industri
PENYISIHAN AMONIAK DAN KEKERUHAN PADA SISTEM
RESIRKULASI BUDIDAYA KEPITING DENGAN TEKNOLOGI
MEMBRAN BIOFILTER
Malida Fauzzia, Izza Rahmawati, DR. I Nyoman Widiasa,
ST.MT
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax:
(024)7460058.
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol 2, No. 2, Tahun 2013
Halaman 155-161.
2. ABSTRAK
Kepiting merupakan salah satu mata pencaharian yang bernilai
ekonomis. Keuntungan yang dihasilkan dari berbudidaya kepiting
juga sangat meyakinkan. Namun hambatan yang sering terjadi
pada usaha budidaya kepiting di tambak adalah keterbatasan
lahan dan air. Aktifitas budidaya kepiting tidak terlepas dari
limbah yang dihasilkan, yang dapat menyebabkan penurunan
kualitas air terutama di sisa pakan, feses dan hasil metabolism
kepiting. Limbah yang dihasilkan adalah amoniak yang berfifat
toksik yang dapat menyebabkan kematian kepada kepiting.
Penggunaan Biofilter dapat menurunkan kadar amoniak dari 4,41
mg/L sampai 1,48 mg/L selama 7 hari. Turbiditi dapat diturunkan
dengan menggunakan membran ultrafiltrasi. Pada membrane
ultrafiltrasi pengendalian fouling dapat dilakukan dengan
backwash 30 menit 15 detik. Hal ini ditunjukkan dengan fluks
pada membran yang tinggi.
3. Tujuan
Tujuan dari budidaya kepiting di tambak adalah untuk mengatasi
masalah produksi kepiting akibat minimnya ketersediaan lahan
dan penurunan kualitas air. Ini disebabkan akibat semakin
meningkatnya pertambahan penduduk dan semakin banyaknya
bangunan yang didirikan. Jadi alternative yang diperlukan untuk
mengantisipasi penurunan produksi akibat minimnya
ketersediaan lahan dan penurunan kualitas air dengan cara
mengembangkan teknologi yang disebut Sistem Resirkulasi yang
memanfaatkan kembali air pada budidaya kepiting untuk
menjaga kualitas air
4. Bahan dan Metode Penelitian
Bahan dan metode penelitian yang digunakan sebagai umpan tak
lain dari air pemeliharaan kepiting itu sendiri. Dalam hal ini ada 3
penelitian yang dilakukan, antara lain :
a. Spektrofotometer
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca
atau kuarsa yang disebut kuvet.
b. Turbiditymeter
Turbidimeter merupakan alat yang digunakan untuk menguji
kekeruhan.
c. Backwash
Backwah merupakan alat untuk membalik arah masuknya
air ke dalam tabung filter air.
5. Hasil
Hasil dari penyisihan amoniak dan kekeruhan pada system
resirkulasi budidaya kepiting dengan teknologi membrane biofilter
ternyata menghasilkan pengaruh ammonia terhadap lingkungan
hidup kepiting, pengaruh waktu terhadap penurunan amonia,
pengaruh banyaknya pakan terhadap turdibity, pengaruh turdibity
terhadap kelangsungan hidup kepiting, pengaruh waktu terhadap
penurunan turbidity pada membrane, dan pengendalian fouling.
6. Kesimpulan
Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa telah berhasil
menurunkan kadar amoniak dan turbidity pada budidaya kepiting
menggunakan membrane biofilter. Dari penelitian tersebut dapat
diambil kesimpulan :
1. Penurunan kadar amonia dapat dilakukan dengan biofilter,
dimana amoniak disirkulasi di biofilter secara kontinyu. Dari
kadar amonia sebesar 4.41mg/L, menurun jadi 1,48mg/L
dalam waktu 7 hari.
2. Pengendalian fouling dapat dilakukan dengan setting
backwash selama 30 menit 15 detik dan fluks yang tertinggi
yaitu 41,2 L/m².jam
SARAN
Perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai membrane teknologi
biofilter, agar memaksimalkan budidaya kepiting dan
meminimalisir pengaruh terhadap kelangsungan hidup kepiting