SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman 155-161
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtki
155
Penulis penanggung jawab (email : email_dosen@undip.ac.id)
PENYISIHAN AMONIAK DAN KEKERUHAN PADA SISTEM RESIRKULASI BUDIDAYA
KEPITING DENGAN TEKNOLOGI MEMBRAN BIOFILTER
Malida Fauzzia, Izza Rahmawati, Dr. I Nyoman Widiasa, ST.MT.
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058
Abstrak
Kepiting merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis. Hambatan yang sering
terjadi pada usaha budidaya kepiting di tambak adalah keterbatasan lahan dan air. Aktifitas budidaya kepiting
tidak terlepas dari limbah yang dihasilkan,yang dapat menyebabkan penurunan kualitas air terutama dari sisa
pakan, feses dan hasil metabolisme kepiting. Limbah yang dihasilkan seperti amoniak bersifat toksik pada
konsentrasi tinggi serta kekeruhan yang tinggi dapat menyebabkan kematian pada kepiting.
Alternatif teknologi yang digunakan untuk mengatasi penurunan produksi kepiting akibat minimnya
ketersediaan lahan dan penurunan kualitas air yaitu sistem resirkulasi air dengan menggunakan membran
biofilter. Membran biofilter ini digunakan untuk menjaga kualitas air yaitu untuk menyisihkan amoniak dengan
kadar tidak lebih dari 0,1 ppm dan menghilangkan kekeruhan sampai <30 NTU. Biofilter digunakan untuk
menyisihkan amoniak dengan proses nitrifikasi dan denitrifikasi dengan menggunakan mikroorganisme secara
aerob dan anaerob. Membran yang digunakan untuk mengurangi kekeruhan adalah membran ultrafiltrasi.
Fluks pada membran akan menentukan kinerja membran. Jika fluks menurun 85% dari fluks awal, hal ini
mengindikasikan terjadinya fouling pada memban. Fouling ini dapat diatasi dengan pencucian. Salah satunya
adalah backwash.
Penggunaan biofilter dapat menurunkan kadar amoniak dari 4,41 mg/L sampai 1,48 mg/L selama 7 hari.
Turbiditi dapat diturunkan dengan menggunakan membran ultrafiltrasi. Pada membran ultrafiltrasi
pengendalian fouling dapat dilakukan dengan backwash 30 menit 15 detik. Hal ini ditunjukkan dengan fluks
pada membran yang tinggi.
Kata kunci: kepiting, akuakultur, biofilter, membran ultrafiltrasi, amonia, kekeruhan, fouling.
Abstract
Crabs are one of the economically valuable commodities. Barriers that often occur in crab farming in
ponds is limited land and water. Crab aquaculture activities can not be apart from the waste generated, which
can cause water quality degradation, especially of food remains, feases and the metabolism of the crabs. Waste
produced as ammonia is toxic at high concentrations and high turbidity can cause death in the crabs.
Alternative technologies are used to decrease the production of crabs due to lack of availability of land
and water degradation are water recirculation system using a membrane biofilter. Membrane biofilter is used to
maintain the water quality is to eliminate ammonia to levels not exceeding 0.1 ppm, and removing turbidity to
<30 NTU. Biofilter is used to eliminate ammonia by nitrification and denitrification process using aerobic and
anaerobic mikrroorganisme. Membranes which is used to reduce turbidity is ultrafiltration membranes. Flux on
the membrane will determine the performance of the membrane. If the flux decreased 85% from the initial flux,
indicating the occurrence of fouling on membrane. This fouling can be overcome by washing. One of it is the
backwash.
Using biofilter can reduce of ammonia from 4,41 mg/L up to 1,48 mg/L during 7 days. Turbidity can be
reduced by using ultrafiltration membrane. In the Ultrafiltration membrane fouling control can be done by
backwash 30 minutes 15 seconds. This is indicated by the high flux of the membrane.
Keyword: crabs, aquaculture, biofilter, ultrafiltration membrane,ammonia, turbidity, fouling.
1. Pendahuluan
Hambatan yang sering terjadi pada usaha budidaya kepiting di tambak adalah ketersediaan lahan dan air.
Ketersediaan lahan dan air pada budidaya kepiting semakin terbatas seiring dengan pertambahan penduduk dan
perkembangan pembangunan [1]. Aktifitas budidaya kepiting juga tidak terlepas dari limbah yang dihasilkan,
terutama dari sisa pakan, feses dan hasil metabolisme kepiting. Limbah yang dihasilkan seperti amoniak bersifat
toksik sehingga dalam konsentrasi tinggi dapat meracuni organisme budidaya. Akumulasi amoniak pada media
budidaya merupakan salah satu penyebab penurunan kualitas perairan yang dapat berakibat pada kegagalan
produksi budidaya kepiting [2].
Alternatif teknologi diperlukan untuk mengantisipasi penurunan produksi akibat penyusutan ketersediaan
lahan dan penurunan kualitas air. Salah satu alternatif teknologi yang dapat diterapkan yaitu sistem resirkulasi
yang memanfaatkan kembali air pada budidaya kepiting untuk menjaga kualitas air. Sistem resirkulasi ini
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol
menggunakan sistem perputaran air,
ke wadah pemeliharaan. Dalam sistem ini air digunakan berulang kali dengan perlakuan
mekanik, kimia dan biologi. Salah satu
(biofilter). Filter ini menggunakan organisme untuk memindahkan bahan pencemar [3]. Senyawa
(amoniak) dalam air limbah budidaya kepiting dihilangkan dengan menggunakan
proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Dua bakteri penting yang memegang peranan utama dalam filter biologi yaitu
bakteri Nitrosomonas sp dan bakteri
nitrit, sedangkan Nitrobacter berperan dalam mengoksidasi nitrit menjadi nitrat. Proses nitrifikasi
dalam kondisi aerob. Sementara denitrifikasi menggunakan bakteri denitrifikasi (denitrifier) dalam keadaan
anaerob. Bakteri denitrifikasi akan mengubah nitrat menjadi N
Kualitas air merupakan faktor yang sangat penting dalam pemeliharaan kepiting karena akan menentukan
hasil yang diperoleh. Oleh karena itu kondisi kualitas air harus benar
kepiting, kualitas air sangat dipengaruhi
amoniak, nitrit dan nitrat. Kandungan amoniak dan adanya kekeruhan yang dihasilkan dari sisa pakan dan
ekskresi dari kepiting akan sangat mempengaruhi pemeliharaan kepiting dalam
Oleh karena itu di dalam penelitian ini akan dilakukan penyisihan kadar amoniak dan kekeruhan dalam sistem
resirkualasi akuakultur dengan teknologi membran biofiltrasi.
2. Bahan dan Metode Penelitian
Bahan yang digunakan sebagai umpan pada penelitian ini adalah air dari pemeliharaan kepiting. Dalam
penelitian ini pengukuran kadar amoniak menggunakan spektrofotometer dan untuk mengukur turbiditi
menggunakan turbiditymeter. Pengendalian fouling dilakukan dengan
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Pengaruh Amonia terhadap Kelangsungan Hidup Kepiting
Dalam larutan, amoniak mempertahankan keseimbangan antara bentuk terionisasi (NH
terionisasi (NH3).Kedua bentuk ters
terionisasi (NH3) merupakan racun bagi organisme akuakultur dan harus dikontrol dalam sistem produksi [10].
Pada penelitian ini pakan kepiting divariasikan 0.5 gram ; 1 gram ; 1,5 gram
diberi pakan sebanyak 0,2 gram. Pengaruh amoniak terhadap waktu pada pemeliharaan kepiting dapat dilihat
pada gambar 2
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtki
menggunakan sistem perputaran air, dimana air dialirkan ke dalam filter yang nantinya akan dialirkan kembali
ke wadah pemeliharaan. Dalam sistem ini air digunakan berulang kali dengan perlakuan
mekanik, kimia dan biologi. Salah satu filter yang biasa digunakan dalam sistem ini adalah
(biofilter). Filter ini menggunakan organisme untuk memindahkan bahan pencemar [3]. Senyawa
(amoniak) dalam air limbah budidaya kepiting dihilangkan dengan menggunakan filter
proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Dua bakteri penting yang memegang peranan utama dalam filter biologi yaitu
dan bakteri Nitrobacter sp. Nitrosomonas berperan mengoksidasi amoniak menjadi
ter berperan dalam mengoksidasi nitrit menjadi nitrat. Proses nitrifikasi
. Sementara denitrifikasi menggunakan bakteri denitrifikasi (denitrifier) dalam keadaan
anaerob. Bakteri denitrifikasi akan mengubah nitrat menjadi N2 [5-9].
Kualitas air merupakan faktor yang sangat penting dalam pemeliharaan kepiting karena akan menentukan
hasil yang diperoleh. Oleh karena itu kondisi kualitas air harus benar-benar dijaga. Sebagai tempat hidup
kepiting, kualitas air sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor fisika dan kimia air seperti suhu, oksigen terlarut, pH,
amoniak, nitrit dan nitrat. Kandungan amoniak dan adanya kekeruhan yang dihasilkan dari sisa pakan dan
ekskresi dari kepiting akan sangat mempengaruhi pemeliharaan kepiting dalam sistem resirkulasi akuakultur [1].
Oleh karena itu di dalam penelitian ini akan dilakukan penyisihan kadar amoniak dan kekeruhan dalam sistem
resirkualasi akuakultur dengan teknologi membran biofiltrasi.
Bahan dan Metode Penelitian
bagai umpan pada penelitian ini adalah air dari pemeliharaan kepiting. Dalam
penelitian ini pengukuran kadar amoniak menggunakan spektrofotometer dan untuk mengukur turbiditi
menggunakan turbiditymeter. Pengendalian fouling dilakukan dengan automatic backwash.
Gambar 1 Rangkaian Alat Sistem Akuakultur
Pengaruh Amonia terhadap Kelangsungan Hidup Kepiting
Dalam larutan, amoniak mempertahankan keseimbangan antara bentuk terionisasi (NH
).Kedua bentuk tersebut dinamakan Total Amonia-Nitrogen (TAN). Amonia
) merupakan racun bagi organisme akuakultur dan harus dikontrol dalam sistem produksi [10].
Pada penelitian ini pakan kepiting divariasikan 0.5 gram ; 1 gram ; 1,5 gram dan 2 gram. Dimana setiap hari
diberi pakan sebanyak 0,2 gram. Pengaruh amoniak terhadap waktu pada pemeliharaan kepiting dapat dilihat
, Tahun 2013, Halaman 155-161
s1.undip.ac.id/index.php/jtki
156
yang nantinya akan dialirkan kembali
ke wadah pemeliharaan. Dalam sistem ini air digunakan berulang kali dengan perlakuan filter baik secara
yang biasa digunakan dalam sistem ini adalah filter biologi
(biofilter). Filter ini menggunakan organisme untuk memindahkan bahan pencemar [3]. Senyawa toksik
filter biologi (biofilter) dengan
proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Dua bakteri penting yang memegang peranan utama dalam filter biologi yaitu
. Nitrosomonas berperan mengoksidasi amoniak menjadi
ter berperan dalam mengoksidasi nitrit menjadi nitrat. Proses nitrifikasi ini, berada
. Sementara denitrifikasi menggunakan bakteri denitrifikasi (denitrifier) dalam keadaan
Kualitas air merupakan faktor yang sangat penting dalam pemeliharaan kepiting karena akan menentukan
benar dijaga. Sebagai tempat hidup
faktor fisika dan kimia air seperti suhu, oksigen terlarut, pH,
amoniak, nitrit dan nitrat. Kandungan amoniak dan adanya kekeruhan yang dihasilkan dari sisa pakan dan
sistem resirkulasi akuakultur [1].
Oleh karena itu di dalam penelitian ini akan dilakukan penyisihan kadar amoniak dan kekeruhan dalam sistem
bagai umpan pada penelitian ini adalah air dari pemeliharaan kepiting. Dalam
penelitian ini pengukuran kadar amoniak menggunakan spektrofotometer dan untuk mengukur turbiditi
wash.
Dalam larutan, amoniak mempertahankan keseimbangan antara bentuk terionisasi (NH4) dan tidak
Nitrogen (TAN). Amonia-nitrogen yang tidak
) merupakan racun bagi organisme akuakultur dan harus dikontrol dalam sistem produksi [10].
dan 2 gram. Dimana setiap hari
diberi pakan sebanyak 0,2 gram. Pengaruh amoniak terhadap waktu pada pemeliharaan kepiting dapat dilihat
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman 155-161
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtki
157
Gambar 2. Grafik Pengaruh Waktu terhadap Kadar Amonia dalam Budidaya Kepiting
Gambar 2 menunjukkan perbandingan kadar amonia dalam pemeliharaan kepiting pada berbagai gram
pakan. Pada pemeliharaan kepiting dengan pakan terbanyak yaitu 2 gr, menghasilkan amoniak sebesar 4,61
mg/L pada hari ke- 2. Pada kadar amonia 4,61 mg/L ini, kepiting tidak dapat bertahan hidup. Pada pakan 1,5 gr
menghasilkan amoniak sebesar 5,08 mg/L pada hari ke-3 dan kepiting mati pada hari ke-3. Kepiting dengan
pakan 1,5 gram mati pada hari berikutnya, hari ke-4 dengan kadar amonia 9,38 mg/L. Kepiting dengan pakan 0,5
gram merupakan kepiting yang mampu bertahan hidup lebih lama yaitu selama 14 hari, dan mati pada kadar
amonia 8,47 mg/L.
Amoniak dihasilkan dari dekomposisi residu pakan dan ekskresi kepiting. Pada pakan 0,5 gram kepiting
mampu bertahan hidup lebih lama. Hal ini disebabkan karena residu pakan dalam air paling sedikit dibandingkan
dengan pakan 1 gram;1,5 gram dan 2 gram. Sementara itu, pada pakan 2 gram, laju kematian kepiting paling
tinggi. Hal ini dikarenakan ekskresi kepiting dan residu pakannya paling tinggi. Akumulasi amoniak yang tinggi
dalam hemolimfe mengindikasikan peningkatan amino genesis yang berhubungan dengan tingkat kelangsungan
hidup yang rendah, peningkatan konsumsi oksigen , penurunan pertumbuhan yang berpengaruh pada hemolimfe
dan asam amino bebas serta dapat menyebabkan mortalitas tinggi. Oleh sebab itu media pemeliharaan kepiting
bakau konsentrasi amoniaknya tidak boleh lebih dari 0,1 ppm[6].
3.2 Pengaruh Waktu terhadap Penurunan Amonia
Biofilter yang digunakan yaitu fixed bed dimana substrat disediakan untuk pertumbuhan biofilm yang
memanfaatkan oksigen untuk mengubah amoniak dan nitrit menjadi nitrat dan mengoksidasi bahan organik [11].
Gambar 3. Grafik Hubungan Antara Waktu dengan Kadar Amonia pada Biofilter
Gambar 3. menunjukkan pengaruh waktu dengan kadar amonia pada biofilter. Pada penelitian ini, air
yang mengandung amoniak, disirkulasi dalam biofilter secara kontinyu. Pada hari ke-0 kadar amonia yang
diukur sebesar 4,41 mg/L. Pada sirkulasi biofilter, terjadi penurunan kadar amonia sampai 1,48 selama 7 hari.
Penurunan ini terjadi karena adanya kontak air dengan lapisan biomassa yang tumbuh di media bioball dalam
biofilter yang mengakibatkan amoniak teraurai. Semakin lama waktu sirkulasi air semakin besar penurunan
kadar amoniaknya karena adanya pertumbuhan mikroba. Dengan adanya penurunan kadar amoniak
menunjukkan bahwa di dalam biofilter terjadi proses nitrifikasi [14].
0
2
4
6
8
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Amonia(mg/L)
Waktu ( Hari ke-)
0.5 gram
1 gram
1.5 gram
2 gram
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Amonia(mg/L)
Waktu
Amonia
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman 155-161
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtki
158
3.3 Pengaruh Banyaknya pakan terhadap Turbidity
Gambar 4 Grafik Hubungan Waktu VS Turbidity pada Berbagai Pakan (Tanpa Kepiting)
Pada Gambar 4 menunjukkan hubungan antara turbidity pada air tanpa kepiting dengan waktu pada
berbagai gr pakan. Pada grafik di atas, Pada pakan 0,5 gr berada pada tingkat yang paling rendah, artinya
turbiditi pada pakan 0,5 gr paling rendah diantara 1;1,5; dan 2 gr. Hal ini dikarenakan pakan yang ditambahkan
ke air dengan volume yang sama, paling rendah yaitu sebanyak 0,5 gr, sehingga memiliki turbidity yang rendah
yaitu sebesar 20,9 NTU. Turbiditi pada pakan 1 gr lebih tinggi dari pada turbiditi pada pakan 0,5 gr yaitu 25,4
NTU. Pada pakan 1,5 gr turbiditi sebesar 34,1 NTU, sedangkan pada pakan 2 gr lebih kecil dari pakan 1,5 gr
yaitu 31,9 NTU.
Peningkatan turbiditi ini disebabkan adanya partikel anorganik, koloid organik (seperti mikroorganisme)
dan Dissolved Organic Matter (DOM) [12]. Kadar pakan dalam air yang semakin banyak akan semakin
meningkat pula turbiditi air. Hubungan antara konsentrasi padatan tersuspensi dalam air adalah berbanding lurus.
Semakin tinggi konsentrasi padatan tersuspensi dalam air, turbiditi nya juga akan semakin tinggi.[4]
3.4 Pengaruh Turbidity terhadap Kelangsungan Hidup Kepiting
Gambar 5 Grafik Hubungan Waktu VS Turbiditi pada Berbagai Pakan (Kepiting)
Pada gambar 5 menunjukkan hubungan antara waktu vs turbiditi air pada budidaya kepiting dengan
berbagai gram pakan. Pada grafik di atas, pada pakan 0,5 gr menunjukkan bahwa tingkat hidup kepiting paling
tinggi. Hal ini disebabkan karena kenaikan turbiditi setiap harinya paling rendah dibandingkan dengan 1 gr;1,5
gr; 2 gr dan kepiting mati pada hari ke-14 dengan turbiditi 78,6 NTU. Turbiditi ini dipengaruhi oleh kadar pakan
yang diberikan dan terakumulasinya pakan didalam bak pemeliharaan. Pada pakan 1 gr kepiting mati pada
turbiditi 56,3 NTU pda hari ke-5. Turbiditi pada pakan 1,5 gr lebih tinggi jika dibandingkan pada pakan 0,5 gr.
Hal ini menyebabkan ketahanan hidup kepiting lebih rendah jika dibandingkan pada pakan 0,5 gr. Pada pakan
1,5 gr kepiting mati pada turbiditi 75,8 NTU pada hari ke-3. Hal ini disebabkan karena turbiditi yang semakin
tinggi jika dibandingkan pakan 0,5 gr; 1 gr, sehingga kepiting lebih cepat mati. Pada pakan 2 gr, kepiting mati
pada 38,7 NTU pada hari ke-2. Karena pada hari ke-2 pakan yang diberikan paling tinggi, yaitu sebesar 2 gr,
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0 2 4 6 8 10 12
Turbidity(NTU)
waktu (hari ke-)
0.5 gam
1 gram
1.5 gram
2 gram
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Turbidity(NTU)
Waktu (Hari ke-)
0.5 gram
1 gram
1.5 gram
2 gram
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman 155-161
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtki
159
sehingga akan menyebabkan turbiditi yang semakin tinggi juga bila dibandingkan dengan 0,5 gr; 1 gr; 1,5 gr; 2
gr. Menurut [4] kepiting mampu bertahan hidup pada air dengan turbiditi < 30 NTU.
Pada pakan 0,5 gr; 1 gr; 1,5 gr kepiting masih mampu bertahan hidup dengan turbiditi >30 NTU. Hal ini
dikarenakan kadar oksigen yang diperlukan untuk kelangsungan hidup kepiting masih tercukupi. Turbiditi yang
terlalu tinggi menunjukkan bahwa partikel tersuspensi alam air banyak, hal ini akan mengakibatkan konsentrasi
oksigen di dalam air menurun. Oleh karena itu jika turbiditi air nya terlalu tinggi harus dilakukan proses separasi
untuk memisahkan partikulat yang tersuspensi dalam air sehingga kadar turbiditinya masih dapat diterima oleh
kepiting [4]. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi turbiditi air akan mengakibatkan laju
kematian kepiting semakin meningkat. Turbiditi ini dipengaruhi oleh faktor kadar pakan di dalam air. Hubungan
antara konsentrasi padatan tersuspensi dalam air adalah berbanding lurus. Semakin tinggi konsentrasi padatan
tersuspensi dalam air, turbiditi nya juga akan semakin tinggi.
3.5 Pengaruh Waktu terhadap Penurunan Turbidity pada Membran
Gambar 6 Grafik hubungan Turbiditi dengan Waktu pada membran
Gambar 6 menunjukkan hubungan antara turbidti dengan waktu pada membran dengan setting backwash
30 menit 30 detik; 30 menit 25 detik; 30 menit 25 detik; 30 menit 15 detik. Rata – rata pada setting backwash 30
menit 30 detik diperoleh turbditi sebesar 0,14 NTU sedangkan pada setting backwash 30 menit 25 detik
diperoleh rata – rata turbiditi sebesar 0,2 NTU. Pada setting backwash 30 menit 20 detik turbiditi yang diperoleh
sebesar 0,32 NTU, sedangkan turbiditi pada setting backwash 30 menit 15 detik sebesar 0,19 NTU.
Pada grafik di atas menunjukkan setting backwash mempengaruhi penurunan turbiditi. Berdasarkan
penelitian, diperoleh setting backwash dengan turbiditi paling rendah yaitu pada setting backwash 30 menit 30
detik. Hal inimenunjukkan bahwa membran ultrafiltrasi dapat menurunkan turbiditi [12].
3.6 Pengendalian fouling
Terjadinya fouling membran tidak dapat dihindari dan inilah tantangan terberat dalam teknologi
membran. Lapisan fouling membran (foulant) ini menghambat filtrasi. Foulant ini dapat berupa endapan organik
(makromolekul, substansi biologi), endapan inorganik (logam hidroksida, garam kalsium) dan partikulat.
Foulant akan terakumulasi pada permukaan membran karena tidak ikut ambil bagian dalam transfer massa [5].
Akibatnya foulant ini akan mengurangi efektivitas dan fluks membran (Gambar 6)
0
0.2
0.4
0.6
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260
Turbidity(NTU)
Waktu (menit ke-)
30 mnt 30 dtk
30 mnt 25 dtk
30 mnt 20 dtk
30 mnt 15 dtk
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman 155-161
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtki
160
Gambar 7 Grafik hubungan waktu dengan fluks pada berbagai setting Backwash
Gambar 7 menunjukkan grafik hubungan antara fluks dengan waktu pada berbagai setting backwash.
Setting backwash pada penelitian ini adalah 30 menit 30 detik; 30 menit 25 detik; 30 menit 20 detik dan 30
menit 15 detik. Performa membran dilihat dari dua kategori yaitu fluks dan selektivitas. Fluks berbanding
terbalik dengan selektivitas [13]. Berdasarkan gambar 4.6 Fluks yang paling tinggi yaitu pada setting backwash
30 menit 15 detik, yaitu sebesar 41,2 L/m2
.jam dan didapatkan selektivitas sebesar 0,19 NTU (Gambar 6).
Dengan fluks yang tinggi menunjukkan bahwa fouling dapat dikendalikan dengan backwash.
4. Kesimpulan
Pada penelitian ini telah berhasil menurunkan kadar amoniak dan turbiditi pada budidaya kepiting
menggunakan membran biofilter. Dari penelitian tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain:
1. Penurunan kadar amonia dapat dilakukan dengan biofilter, dimana air disirkulasi dalam biofilter dengan
media bioball sebagai tempat tumbuh mikroorganisme yang berperan dalam proses nitrifikasi. Kadar
amonia dapat diturunkan dari 4,41 mg/L menjadi 1,48 mg/L selama 7 hari.
2. Membran ultrafiltrasi dapat menurunkan turbiditi dalam pengolahan air pada pemeliharaan kepiting untuk
menjaga kulitas air. Turbiditi dapat diturunkan dari 0,3 NTU sampai 0,05 NTU.
3. Pengendalian fouling dapat dilakukan dengan setting backwash 30 menit 15 detik. Pada setting backwash
ini, didapat fluks yang paling tinggi, yaitu 41,2 L/m2
.jam
Daftar Pustaka
[1]. R.J Goldburg,., Elliott, M.S., Naylor, M.A., 2001. Marine Aquaculture in the United States:
Environmental Impacts and Policy Options. Pew Oceans Commission, Arlington, VA, 44 pp.
[2]. M. Kir, M. Kumlu dan O.T. Eroldoan.2004.Effect of Temperature on Acute Toxity of Ammonia to
Penaeus semiculatus juveniles. Aquaculture, 241:479-489.
[3]. C.E Boyd,., 1985. Chemical budgets for channel catfish ponds. Transactions of the American Fisheries
Society 114, 291–298.
[4]. C. Kuo dan Humphrey, J. 2008. “Monitoring the Health of Prawns, Barramudi and Mud Crabs on
Aquaculture Farms in the Northen Territory”. Darwin Aquaculture Centre, Fisheries. Northen teority
Government”
[5]. EPA. 2007. Wastewater Management Fact Sheet:Denitrifying Filters. U.S Environmental Protection
Agency. Office of Ground Water and Drinking Water, Office of Wate, Washington DC.
[6]. B., Wortman, Wheaton, F., 1991. Temperature effects on biodrum nitrification. Aquacult. Eng. 10,
183–205.
[7]. Jr. DeLosReyes. A.A., Lawson, T.B., 1996. Combination of a bead filter and rotating biological
contactor in a recirculating fish culture system. Aquacult. Eng. 15, 27–39.
[8]. P.W Westerman,., Losordo, T.M., Wildhaber, M.L., 1996. Evaluation of various biofilters in an
intensive recirculating fish production facility. Trans. ASAE 39, 723–727.
[9]. A.D Greiner,., Timmons, M.B., 1998. Evaluation of the nitrification rates of microbead and trickling
filters in an intensive recirculating tilapia production facility. Aquacult. Eng. 18, 189–200.
[10]. T.H. Hutchinson, Yokota, H., Hagino, S., Ozato, K., 2003. Topic 4.12 development of fish tests for
endocrine disruptors. Pure Appl. Chem. 75 (11/12), 2343–2353.
0
10
20
30
40
50
0 50 100 150 200
Fluks(L/jam.m2)
Waktu (menit)
30 menit 30 detik
30 menit 25 detik
30 menit 20 detik
30 menit 15 detik
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman 155-161
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtki
161
[11]. Maria Teresa Gutierrez-Wing, Ronald F. Malone.2006.Biological filters in Aquaculture. Trends and
Research Directions for Freshwater and Marine Aplications. Aquacultural Engineering 34:163-171
[12]. A.W. Zularisam, , et al. 2007.”The Effect of Natural Organic Mater (NOM) Fractions on Fouling
Characteristic and Flux Recovery of Ultrafiltration Membranes”. Membran research unit, University
Teknology Malaysia. Desalination: 212 (2007) 191-208
[13]. M. Mulder. 2000. “Basic Principles of Membran Technology”. Kluwer Academic Publisher, Dordrecht,
The Netherlands.
[14]. Colt, J., 2006. Water quality requirements for reuse systems. Aquacult. Eng. 34, 143–156.

More Related Content

What's hot

Ringkasan jurnal kimia
Ringkasan jurnal kimiaRingkasan jurnal kimia
Ringkasan jurnal kimiarifkyags
 
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...Repository Ipb
 
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
 
SPO pembesaran litopenaeus vannamei
SPO pembesaran litopenaeus vannameiSPO pembesaran litopenaeus vannamei
SPO pembesaran litopenaeus vannameiInNo JustforYou
 
Erlanggaipbbab1
Erlanggaipbbab1Erlanggaipbbab1
Erlanggaipbbab1Dewi Abiz
 
Manajemen Kualitas Kimia Air dengan Filter Fisik
Manajemen Kualitas Kimia Air dengan Filter FisikManajemen Kualitas Kimia Air dengan Filter Fisik
Manajemen Kualitas Kimia Air dengan Filter FisikFadila Maharani
 
Budidaya udang vannamei
Budidaya udang vannameiBudidaya udang vannamei
Budidaya udang vannameiHanapi Suteja
 
Analisa kualitas air
Analisa kualitas airAnalisa kualitas air
Analisa kualitas airAFRIJONI SPT
 
3 pemijahan 4. pakan dan manajemen kualitas air ikan hias
3 pemijahan 4. pakan dan manajemen kualitas air ikan hias3 pemijahan 4. pakan dan manajemen kualitas air ikan hias
3 pemijahan 4. pakan dan manajemen kualitas air ikan hiasPutra putra
 
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di MakassarPemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di MakassarBBAP takalar
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...Repository Ipb
 
Teknik Penyehatan - Desalinasi air laut PPT
Teknik Penyehatan - Desalinasi air laut PPTTeknik Penyehatan - Desalinasi air laut PPT
Teknik Penyehatan - Desalinasi air laut PPTnoussevarenna
 
Monitoring Kualitas Ikan Dan Lingkungan Kawasan Budidaya
Monitoring  Kualitas  Ikan Dan  Lingkungan  Kawasan  BudidayaMonitoring  Kualitas  Ikan Dan  Lingkungan  Kawasan  Budidaya
Monitoring Kualitas Ikan Dan Lingkungan Kawasan BudidayaBBAP takalar
 

What's hot (19)

Ringkasan jurnal kimia
Ringkasan jurnal kimiaRingkasan jurnal kimia
Ringkasan jurnal kimia
 
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...
 
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
 
Optimalisasi kualitas air_melalui_sistem_filterisasi_cartridge_anion_kation_d...
Optimalisasi kualitas air_melalui_sistem_filterisasi_cartridge_anion_kation_d...Optimalisasi kualitas air_melalui_sistem_filterisasi_cartridge_anion_kation_d...
Optimalisasi kualitas air_melalui_sistem_filterisasi_cartridge_anion_kation_d...
 
SPO pembesaran litopenaeus vannamei
SPO pembesaran litopenaeus vannameiSPO pembesaran litopenaeus vannamei
SPO pembesaran litopenaeus vannamei
 
Udangvaname
UdangvanameUdangvaname
Udangvaname
 
Tambak tradisional
Tambak tradisionalTambak tradisional
Tambak tradisional
 
Dampak lingkungan pada kegiatan budidaya perikanan di china
Dampak lingkungan pada kegiatan budidaya perikanan di chinaDampak lingkungan pada kegiatan budidaya perikanan di china
Dampak lingkungan pada kegiatan budidaya perikanan di china
 
Erlanggaipbbab1
Erlanggaipbbab1Erlanggaipbbab1
Erlanggaipbbab1
 
Manajemen Kualitas Kimia Air dengan Filter Fisik
Manajemen Kualitas Kimia Air dengan Filter FisikManajemen Kualitas Kimia Air dengan Filter Fisik
Manajemen Kualitas Kimia Air dengan Filter Fisik
 
Budidaya udang vannamei
Budidaya udang vannameiBudidaya udang vannamei
Budidaya udang vannamei
 
Analisa kualitas air
Analisa kualitas airAnalisa kualitas air
Analisa kualitas air
 
KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN LAUT
KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN LAUTKUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN LAUT
KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN LAUT
 
Manajemen kualitas air
Manajemen kualitas airManajemen kualitas air
Manajemen kualitas air
 
3 pemijahan 4. pakan dan manajemen kualitas air ikan hias
3 pemijahan 4. pakan dan manajemen kualitas air ikan hias3 pemijahan 4. pakan dan manajemen kualitas air ikan hias
3 pemijahan 4. pakan dan manajemen kualitas air ikan hias
 
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di MakassarPemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
 
Teknik Penyehatan - Desalinasi air laut PPT
Teknik Penyehatan - Desalinasi air laut PPTTeknik Penyehatan - Desalinasi air laut PPT
Teknik Penyehatan - Desalinasi air laut PPT
 
Monitoring Kualitas Ikan Dan Lingkungan Kawasan Budidaya
Monitoring  Kualitas  Ikan Dan  Lingkungan  Kawasan  BudidayaMonitoring  Kualitas  Ikan Dan  Lingkungan  Kawasan  Budidaya
Monitoring Kualitas Ikan Dan Lingkungan Kawasan Budidaya
 

Similar to Jurnal Kimia Industri

Limbah Industri Pengolahan Hasil Perikanan.pptx
Limbah Industri Pengolahan Hasil Perikanan.pptxLimbah Industri Pengolahan Hasil Perikanan.pptx
Limbah Industri Pengolahan Hasil Perikanan.pptxPutriLestari652855
 
HAZIMAN ( G2M1 19012 ) TUGAS POWER POINT MK FISIOLOGI REPRODUKSI...
HAZIMAN ( G2M1 19012 )            TUGAS  POWER POINT  MK FISIOLOGI REPRODUKSI...HAZIMAN ( G2M1 19012 )            TUGAS  POWER POINT  MK FISIOLOGI REPRODUKSI...
HAZIMAN ( G2M1 19012 ) TUGAS POWER POINT MK FISIOLOGI REPRODUKSI...ssuser0ad02e
 
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...Repository Ipb
 
Jurnal Manajemen Kualitas Air
Jurnal Manajemen Kualitas AirJurnal Manajemen Kualitas Air
Jurnal Manajemen Kualitas AirSabarudin saba
 
Efektivitas Filter Cartridge Sederhana
Efektivitas  Filter Cartridge SederhanaEfektivitas  Filter Cartridge Sederhana
Efektivitas Filter Cartridge SederhanaBBAP takalar
 
Uji Efektivitas UV Dalam Mereduksi Beberapa Bakteri Pathogen Dari Sumber Med...
Uji Efektivitas UV  Dalam Mereduksi Beberapa Bakteri Pathogen Dari Sumber Med...Uji Efektivitas UV  Dalam Mereduksi Beberapa Bakteri Pathogen Dari Sumber Med...
Uji Efektivitas UV Dalam Mereduksi Beberapa Bakteri Pathogen Dari Sumber Med...BBAP takalar
 
BMP Budidaya Udang.pdf
BMP Budidaya Udang.pdfBMP Budidaya Udang.pdf
BMP Budidaya Udang.pdfRahmadiAziz1
 
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...Repository Ipb
 
Disain Uv 3 In 1 Untuk Mereduksi Bakteri
Disain Uv 3 In 1 Untuk Mereduksi BakteriDisain Uv 3 In 1 Untuk Mereduksi Bakteri
Disain Uv 3 In 1 Untuk Mereduksi BakteriBBAP takalar
 
MANIPULASI HORMON DAN SUHU UNTUK PRODUKSI JANTAN HOMOGAMETIK (XX) DALAM RANGK...
MANIPULASI HORMON DAN SUHU UNTUK PRODUKSI JANTAN HOMOGAMETIK (XX) DALAM RANGK...MANIPULASI HORMON DAN SUHU UNTUK PRODUKSI JANTAN HOMOGAMETIK (XX) DALAM RANGK...
MANIPULASI HORMON DAN SUHU UNTUK PRODUKSI JANTAN HOMOGAMETIK (XX) DALAM RANGK...Repository Ipb
 
BIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDA
BIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDABIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDA
BIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDARepository Ipb
 
Aplikasi bioflok untuk budidaya ikan nila -1.pdf
Aplikasi bioflok untuk budidaya ikan nila -1.pdfAplikasi bioflok untuk budidaya ikan nila -1.pdf
Aplikasi bioflok untuk budidaya ikan nila -1.pdfplekucipikuci
 
Biotek pengolahan limbah_cair
Biotek pengolahan limbah_cairBiotek pengolahan limbah_cair
Biotek pengolahan limbah_cairRiska_21
 
Biotek pengolahan limbah_cair
Biotek pengolahan limbah_cairBiotek pengolahan limbah_cair
Biotek pengolahan limbah_cairShoetiaone
 
PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR BERSIH
PROSES PENGOLAHAN AIR  SUNGAI MENJADI AIR BERSIHPROSES PENGOLAHAN AIR  SUNGAI MENJADI AIR BERSIH
PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR BERSIHAhmad Jihad Almuhdhor
 

Similar to Jurnal Kimia Industri (20)

Limbah Industri Pengolahan Hasil Perikanan.pptx
Limbah Industri Pengolahan Hasil Perikanan.pptxLimbah Industri Pengolahan Hasil Perikanan.pptx
Limbah Industri Pengolahan Hasil Perikanan.pptx
 
Sistem biofilter kombinasi_lumpur_aktif_dan_rumput_laut_sebagai_sarana_perbai...
Sistem biofilter kombinasi_lumpur_aktif_dan_rumput_laut_sebagai_sarana_perbai...Sistem biofilter kombinasi_lumpur_aktif_dan_rumput_laut_sebagai_sarana_perbai...
Sistem biofilter kombinasi_lumpur_aktif_dan_rumput_laut_sebagai_sarana_perbai...
 
HAZIMAN ( G2M1 19012 ) TUGAS POWER POINT MK FISIOLOGI REPRODUKSI...
HAZIMAN ( G2M1 19012 )            TUGAS  POWER POINT  MK FISIOLOGI REPRODUKSI...HAZIMAN ( G2M1 19012 )            TUGAS  POWER POINT  MK FISIOLOGI REPRODUKSI...
HAZIMAN ( G2M1 19012 ) TUGAS POWER POINT MK FISIOLOGI REPRODUKSI...
 
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
 
Jurnal Manajemen Kualitas Air
Jurnal Manajemen Kualitas AirJurnal Manajemen Kualitas Air
Jurnal Manajemen Kualitas Air
 
Efektivitas Filter Cartridge Sederhana
Efektivitas  Filter Cartridge SederhanaEfektivitas  Filter Cartridge Sederhana
Efektivitas Filter Cartridge Sederhana
 
Uji Efektivitas UV Dalam Mereduksi Beberapa Bakteri Pathogen Dari Sumber Med...
Uji Efektivitas UV  Dalam Mereduksi Beberapa Bakteri Pathogen Dari Sumber Med...Uji Efektivitas UV  Dalam Mereduksi Beberapa Bakteri Pathogen Dari Sumber Med...
Uji Efektivitas UV Dalam Mereduksi Beberapa Bakteri Pathogen Dari Sumber Med...
 
Siti maryam
Siti maryamSiti maryam
Siti maryam
 
Limbah tekstil
Limbah tekstilLimbah tekstil
Limbah tekstil
 
BMP Budidaya Udang.pdf
BMP Budidaya Udang.pdfBMP Budidaya Udang.pdf
BMP Budidaya Udang.pdf
 
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...
 
Disain Uv 3 In 1 Untuk Mereduksi Bakteri
Disain Uv 3 In 1 Untuk Mereduksi BakteriDisain Uv 3 In 1 Untuk Mereduksi Bakteri
Disain Uv 3 In 1 Untuk Mereduksi Bakteri
 
7. teknologi biofloc
7. teknologi biofloc7. teknologi biofloc
7. teknologi biofloc
 
MANIPULASI HORMON DAN SUHU UNTUK PRODUKSI JANTAN HOMOGAMETIK (XX) DALAM RANGK...
MANIPULASI HORMON DAN SUHU UNTUK PRODUKSI JANTAN HOMOGAMETIK (XX) DALAM RANGK...MANIPULASI HORMON DAN SUHU UNTUK PRODUKSI JANTAN HOMOGAMETIK (XX) DALAM RANGK...
MANIPULASI HORMON DAN SUHU UNTUK PRODUKSI JANTAN HOMOGAMETIK (XX) DALAM RANGK...
 
Makalah sumber-daya-lahan
Makalah sumber-daya-lahanMakalah sumber-daya-lahan
Makalah sumber-daya-lahan
 
BIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDA
BIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDABIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDA
BIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDA
 
Aplikasi bioflok untuk budidaya ikan nila -1.pdf
Aplikasi bioflok untuk budidaya ikan nila -1.pdfAplikasi bioflok untuk budidaya ikan nila -1.pdf
Aplikasi bioflok untuk budidaya ikan nila -1.pdf
 
Biotek pengolahan limbah_cair
Biotek pengolahan limbah_cairBiotek pengolahan limbah_cair
Biotek pengolahan limbah_cair
 
Biotek pengolahan limbah_cair
Biotek pengolahan limbah_cairBiotek pengolahan limbah_cair
Biotek pengolahan limbah_cair
 
PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR BERSIH
PROSES PENGOLAHAN AIR  SUNGAI MENJADI AIR BERSIHPROSES PENGOLAHAN AIR  SUNGAI MENJADI AIR BERSIH
PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR BERSIH
 

More from Bagas Prayitna

Bio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnya
Bio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnyaBio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnya
Bio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnyaBagas Prayitna
 
Prinsip Kesetimbangan Kimia
Prinsip Kesetimbangan KimiaPrinsip Kesetimbangan Kimia
Prinsip Kesetimbangan KimiaBagas Prayitna
 
Entropi dan Kespontanan
Entropi dan KespontananEntropi dan Kespontanan
Entropi dan KespontananBagas Prayitna
 
Teori ikatan berdasarkan kimia kuantum
Teori ikatan berdasarkan kimia kuantumTeori ikatan berdasarkan kimia kuantum
Teori ikatan berdasarkan kimia kuantumBagas Prayitna
 
Tatanan materi berwujud gas
Tatanan materi berwujud gas Tatanan materi berwujud gas
Tatanan materi berwujud gas Bagas Prayitna
 
Penentuan rumus dari data percobaan
Penentuan rumus dari data percobaanPenentuan rumus dari data percobaan
Penentuan rumus dari data percobaanBagas Prayitna
 

More from Bagas Prayitna (9)

Jurnal Ekonomi
Jurnal EkonomiJurnal Ekonomi
Jurnal Ekonomi
 
Bio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnya
Bio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnyaBio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnya
Bio energi berbasis jagung dan pemanfaatan limbahnya
 
Prinsip Kesetimbangan Kimia
Prinsip Kesetimbangan KimiaPrinsip Kesetimbangan Kimia
Prinsip Kesetimbangan Kimia
 
Entropi dan Kespontanan
Entropi dan KespontananEntropi dan Kespontanan
Entropi dan Kespontanan
 
Model Atom Terkini
Model Atom TerkiniModel Atom Terkini
Model Atom Terkini
 
Teori ikatan berdasarkan kimia kuantum
Teori ikatan berdasarkan kimia kuantumTeori ikatan berdasarkan kimia kuantum
Teori ikatan berdasarkan kimia kuantum
 
Tatanan materi berwujud gas
Tatanan materi berwujud gas Tatanan materi berwujud gas
Tatanan materi berwujud gas
 
Penentuan rumus dari data percobaan
Penentuan rumus dari data percobaanPenentuan rumus dari data percobaan
Penentuan rumus dari data percobaan
 
Reaksi reaksi kimia
Reaksi reaksi kimia Reaksi reaksi kimia
Reaksi reaksi kimia
 

Recently uploaded

ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 

Recently uploaded (20)

ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 

Jurnal Kimia Industri

  • 1. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman 155-161 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtki 155 Penulis penanggung jawab (email : email_dosen@undip.ac.id) PENYISIHAN AMONIAK DAN KEKERUHAN PADA SISTEM RESIRKULASI BUDIDAYA KEPITING DENGAN TEKNOLOGI MEMBRAN BIOFILTER Malida Fauzzia, Izza Rahmawati, Dr. I Nyoman Widiasa, ST.MT. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058 Abstrak Kepiting merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis. Hambatan yang sering terjadi pada usaha budidaya kepiting di tambak adalah keterbatasan lahan dan air. Aktifitas budidaya kepiting tidak terlepas dari limbah yang dihasilkan,yang dapat menyebabkan penurunan kualitas air terutama dari sisa pakan, feses dan hasil metabolisme kepiting. Limbah yang dihasilkan seperti amoniak bersifat toksik pada konsentrasi tinggi serta kekeruhan yang tinggi dapat menyebabkan kematian pada kepiting. Alternatif teknologi yang digunakan untuk mengatasi penurunan produksi kepiting akibat minimnya ketersediaan lahan dan penurunan kualitas air yaitu sistem resirkulasi air dengan menggunakan membran biofilter. Membran biofilter ini digunakan untuk menjaga kualitas air yaitu untuk menyisihkan amoniak dengan kadar tidak lebih dari 0,1 ppm dan menghilangkan kekeruhan sampai <30 NTU. Biofilter digunakan untuk menyisihkan amoniak dengan proses nitrifikasi dan denitrifikasi dengan menggunakan mikroorganisme secara aerob dan anaerob. Membran yang digunakan untuk mengurangi kekeruhan adalah membran ultrafiltrasi. Fluks pada membran akan menentukan kinerja membran. Jika fluks menurun 85% dari fluks awal, hal ini mengindikasikan terjadinya fouling pada memban. Fouling ini dapat diatasi dengan pencucian. Salah satunya adalah backwash. Penggunaan biofilter dapat menurunkan kadar amoniak dari 4,41 mg/L sampai 1,48 mg/L selama 7 hari. Turbiditi dapat diturunkan dengan menggunakan membran ultrafiltrasi. Pada membran ultrafiltrasi pengendalian fouling dapat dilakukan dengan backwash 30 menit 15 detik. Hal ini ditunjukkan dengan fluks pada membran yang tinggi. Kata kunci: kepiting, akuakultur, biofilter, membran ultrafiltrasi, amonia, kekeruhan, fouling. Abstract Crabs are one of the economically valuable commodities. Barriers that often occur in crab farming in ponds is limited land and water. Crab aquaculture activities can not be apart from the waste generated, which can cause water quality degradation, especially of food remains, feases and the metabolism of the crabs. Waste produced as ammonia is toxic at high concentrations and high turbidity can cause death in the crabs. Alternative technologies are used to decrease the production of crabs due to lack of availability of land and water degradation are water recirculation system using a membrane biofilter. Membrane biofilter is used to maintain the water quality is to eliminate ammonia to levels not exceeding 0.1 ppm, and removing turbidity to <30 NTU. Biofilter is used to eliminate ammonia by nitrification and denitrification process using aerobic and anaerobic mikrroorganisme. Membranes which is used to reduce turbidity is ultrafiltration membranes. Flux on the membrane will determine the performance of the membrane. If the flux decreased 85% from the initial flux, indicating the occurrence of fouling on membrane. This fouling can be overcome by washing. One of it is the backwash. Using biofilter can reduce of ammonia from 4,41 mg/L up to 1,48 mg/L during 7 days. Turbidity can be reduced by using ultrafiltration membrane. In the Ultrafiltration membrane fouling control can be done by backwash 30 minutes 15 seconds. This is indicated by the high flux of the membrane. Keyword: crabs, aquaculture, biofilter, ultrafiltration membrane,ammonia, turbidity, fouling. 1. Pendahuluan Hambatan yang sering terjadi pada usaha budidaya kepiting di tambak adalah ketersediaan lahan dan air. Ketersediaan lahan dan air pada budidaya kepiting semakin terbatas seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan pembangunan [1]. Aktifitas budidaya kepiting juga tidak terlepas dari limbah yang dihasilkan, terutama dari sisa pakan, feses dan hasil metabolisme kepiting. Limbah yang dihasilkan seperti amoniak bersifat toksik sehingga dalam konsentrasi tinggi dapat meracuni organisme budidaya. Akumulasi amoniak pada media budidaya merupakan salah satu penyebab penurunan kualitas perairan yang dapat berakibat pada kegagalan produksi budidaya kepiting [2]. Alternatif teknologi diperlukan untuk mengantisipasi penurunan produksi akibat penyusutan ketersediaan lahan dan penurunan kualitas air. Salah satu alternatif teknologi yang dapat diterapkan yaitu sistem resirkulasi yang memanfaatkan kembali air pada budidaya kepiting untuk menjaga kualitas air. Sistem resirkulasi ini
  • 2. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol menggunakan sistem perputaran air, ke wadah pemeliharaan. Dalam sistem ini air digunakan berulang kali dengan perlakuan mekanik, kimia dan biologi. Salah satu (biofilter). Filter ini menggunakan organisme untuk memindahkan bahan pencemar [3]. Senyawa (amoniak) dalam air limbah budidaya kepiting dihilangkan dengan menggunakan proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Dua bakteri penting yang memegang peranan utama dalam filter biologi yaitu bakteri Nitrosomonas sp dan bakteri nitrit, sedangkan Nitrobacter berperan dalam mengoksidasi nitrit menjadi nitrat. Proses nitrifikasi dalam kondisi aerob. Sementara denitrifikasi menggunakan bakteri denitrifikasi (denitrifier) dalam keadaan anaerob. Bakteri denitrifikasi akan mengubah nitrat menjadi N Kualitas air merupakan faktor yang sangat penting dalam pemeliharaan kepiting karena akan menentukan hasil yang diperoleh. Oleh karena itu kondisi kualitas air harus benar kepiting, kualitas air sangat dipengaruhi amoniak, nitrit dan nitrat. Kandungan amoniak dan adanya kekeruhan yang dihasilkan dari sisa pakan dan ekskresi dari kepiting akan sangat mempengaruhi pemeliharaan kepiting dalam Oleh karena itu di dalam penelitian ini akan dilakukan penyisihan kadar amoniak dan kekeruhan dalam sistem resirkualasi akuakultur dengan teknologi membran biofiltrasi. 2. Bahan dan Metode Penelitian Bahan yang digunakan sebagai umpan pada penelitian ini adalah air dari pemeliharaan kepiting. Dalam penelitian ini pengukuran kadar amoniak menggunakan spektrofotometer dan untuk mengukur turbiditi menggunakan turbiditymeter. Pengendalian fouling dilakukan dengan 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Pengaruh Amonia terhadap Kelangsungan Hidup Kepiting Dalam larutan, amoniak mempertahankan keseimbangan antara bentuk terionisasi (NH terionisasi (NH3).Kedua bentuk ters terionisasi (NH3) merupakan racun bagi organisme akuakultur dan harus dikontrol dalam sistem produksi [10]. Pada penelitian ini pakan kepiting divariasikan 0.5 gram ; 1 gram ; 1,5 gram diberi pakan sebanyak 0,2 gram. Pengaruh amoniak terhadap waktu pada pemeliharaan kepiting dapat dilihat pada gambar 2 Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtki menggunakan sistem perputaran air, dimana air dialirkan ke dalam filter yang nantinya akan dialirkan kembali ke wadah pemeliharaan. Dalam sistem ini air digunakan berulang kali dengan perlakuan mekanik, kimia dan biologi. Salah satu filter yang biasa digunakan dalam sistem ini adalah (biofilter). Filter ini menggunakan organisme untuk memindahkan bahan pencemar [3]. Senyawa (amoniak) dalam air limbah budidaya kepiting dihilangkan dengan menggunakan filter proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Dua bakteri penting yang memegang peranan utama dalam filter biologi yaitu dan bakteri Nitrobacter sp. Nitrosomonas berperan mengoksidasi amoniak menjadi ter berperan dalam mengoksidasi nitrit menjadi nitrat. Proses nitrifikasi . Sementara denitrifikasi menggunakan bakteri denitrifikasi (denitrifier) dalam keadaan anaerob. Bakteri denitrifikasi akan mengubah nitrat menjadi N2 [5-9]. Kualitas air merupakan faktor yang sangat penting dalam pemeliharaan kepiting karena akan menentukan hasil yang diperoleh. Oleh karena itu kondisi kualitas air harus benar-benar dijaga. Sebagai tempat hidup kepiting, kualitas air sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor fisika dan kimia air seperti suhu, oksigen terlarut, pH, amoniak, nitrit dan nitrat. Kandungan amoniak dan adanya kekeruhan yang dihasilkan dari sisa pakan dan ekskresi dari kepiting akan sangat mempengaruhi pemeliharaan kepiting dalam sistem resirkulasi akuakultur [1]. Oleh karena itu di dalam penelitian ini akan dilakukan penyisihan kadar amoniak dan kekeruhan dalam sistem resirkualasi akuakultur dengan teknologi membran biofiltrasi. Bahan dan Metode Penelitian bagai umpan pada penelitian ini adalah air dari pemeliharaan kepiting. Dalam penelitian ini pengukuran kadar amoniak menggunakan spektrofotometer dan untuk mengukur turbiditi menggunakan turbiditymeter. Pengendalian fouling dilakukan dengan automatic backwash. Gambar 1 Rangkaian Alat Sistem Akuakultur Pengaruh Amonia terhadap Kelangsungan Hidup Kepiting Dalam larutan, amoniak mempertahankan keseimbangan antara bentuk terionisasi (NH ).Kedua bentuk tersebut dinamakan Total Amonia-Nitrogen (TAN). Amonia ) merupakan racun bagi organisme akuakultur dan harus dikontrol dalam sistem produksi [10]. Pada penelitian ini pakan kepiting divariasikan 0.5 gram ; 1 gram ; 1,5 gram dan 2 gram. Dimana setiap hari diberi pakan sebanyak 0,2 gram. Pengaruh amoniak terhadap waktu pada pemeliharaan kepiting dapat dilihat , Tahun 2013, Halaman 155-161 s1.undip.ac.id/index.php/jtki 156 yang nantinya akan dialirkan kembali ke wadah pemeliharaan. Dalam sistem ini air digunakan berulang kali dengan perlakuan filter baik secara yang biasa digunakan dalam sistem ini adalah filter biologi (biofilter). Filter ini menggunakan organisme untuk memindahkan bahan pencemar [3]. Senyawa toksik filter biologi (biofilter) dengan proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Dua bakteri penting yang memegang peranan utama dalam filter biologi yaitu . Nitrosomonas berperan mengoksidasi amoniak menjadi ter berperan dalam mengoksidasi nitrit menjadi nitrat. Proses nitrifikasi ini, berada . Sementara denitrifikasi menggunakan bakteri denitrifikasi (denitrifier) dalam keadaan Kualitas air merupakan faktor yang sangat penting dalam pemeliharaan kepiting karena akan menentukan benar dijaga. Sebagai tempat hidup faktor fisika dan kimia air seperti suhu, oksigen terlarut, pH, amoniak, nitrit dan nitrat. Kandungan amoniak dan adanya kekeruhan yang dihasilkan dari sisa pakan dan sistem resirkulasi akuakultur [1]. Oleh karena itu di dalam penelitian ini akan dilakukan penyisihan kadar amoniak dan kekeruhan dalam sistem bagai umpan pada penelitian ini adalah air dari pemeliharaan kepiting. Dalam penelitian ini pengukuran kadar amoniak menggunakan spektrofotometer dan untuk mengukur turbiditi wash. Dalam larutan, amoniak mempertahankan keseimbangan antara bentuk terionisasi (NH4) dan tidak Nitrogen (TAN). Amonia-nitrogen yang tidak ) merupakan racun bagi organisme akuakultur dan harus dikontrol dalam sistem produksi [10]. dan 2 gram. Dimana setiap hari diberi pakan sebanyak 0,2 gram. Pengaruh amoniak terhadap waktu pada pemeliharaan kepiting dapat dilihat
  • 3. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman 155-161 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtki 157 Gambar 2. Grafik Pengaruh Waktu terhadap Kadar Amonia dalam Budidaya Kepiting Gambar 2 menunjukkan perbandingan kadar amonia dalam pemeliharaan kepiting pada berbagai gram pakan. Pada pemeliharaan kepiting dengan pakan terbanyak yaitu 2 gr, menghasilkan amoniak sebesar 4,61 mg/L pada hari ke- 2. Pada kadar amonia 4,61 mg/L ini, kepiting tidak dapat bertahan hidup. Pada pakan 1,5 gr menghasilkan amoniak sebesar 5,08 mg/L pada hari ke-3 dan kepiting mati pada hari ke-3. Kepiting dengan pakan 1,5 gram mati pada hari berikutnya, hari ke-4 dengan kadar amonia 9,38 mg/L. Kepiting dengan pakan 0,5 gram merupakan kepiting yang mampu bertahan hidup lebih lama yaitu selama 14 hari, dan mati pada kadar amonia 8,47 mg/L. Amoniak dihasilkan dari dekomposisi residu pakan dan ekskresi kepiting. Pada pakan 0,5 gram kepiting mampu bertahan hidup lebih lama. Hal ini disebabkan karena residu pakan dalam air paling sedikit dibandingkan dengan pakan 1 gram;1,5 gram dan 2 gram. Sementara itu, pada pakan 2 gram, laju kematian kepiting paling tinggi. Hal ini dikarenakan ekskresi kepiting dan residu pakannya paling tinggi. Akumulasi amoniak yang tinggi dalam hemolimfe mengindikasikan peningkatan amino genesis yang berhubungan dengan tingkat kelangsungan hidup yang rendah, peningkatan konsumsi oksigen , penurunan pertumbuhan yang berpengaruh pada hemolimfe dan asam amino bebas serta dapat menyebabkan mortalitas tinggi. Oleh sebab itu media pemeliharaan kepiting bakau konsentrasi amoniaknya tidak boleh lebih dari 0,1 ppm[6]. 3.2 Pengaruh Waktu terhadap Penurunan Amonia Biofilter yang digunakan yaitu fixed bed dimana substrat disediakan untuk pertumbuhan biofilm yang memanfaatkan oksigen untuk mengubah amoniak dan nitrit menjadi nitrat dan mengoksidasi bahan organik [11]. Gambar 3. Grafik Hubungan Antara Waktu dengan Kadar Amonia pada Biofilter Gambar 3. menunjukkan pengaruh waktu dengan kadar amonia pada biofilter. Pada penelitian ini, air yang mengandung amoniak, disirkulasi dalam biofilter secara kontinyu. Pada hari ke-0 kadar amonia yang diukur sebesar 4,41 mg/L. Pada sirkulasi biofilter, terjadi penurunan kadar amonia sampai 1,48 selama 7 hari. Penurunan ini terjadi karena adanya kontak air dengan lapisan biomassa yang tumbuh di media bioball dalam biofilter yang mengakibatkan amoniak teraurai. Semakin lama waktu sirkulasi air semakin besar penurunan kadar amoniaknya karena adanya pertumbuhan mikroba. Dengan adanya penurunan kadar amoniak menunjukkan bahwa di dalam biofilter terjadi proses nitrifikasi [14]. 0 2 4 6 8 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Amonia(mg/L) Waktu ( Hari ke-) 0.5 gram 1 gram 1.5 gram 2 gram 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Amonia(mg/L) Waktu Amonia
  • 4. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman 155-161 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtki 158 3.3 Pengaruh Banyaknya pakan terhadap Turbidity Gambar 4 Grafik Hubungan Waktu VS Turbidity pada Berbagai Pakan (Tanpa Kepiting) Pada Gambar 4 menunjukkan hubungan antara turbidity pada air tanpa kepiting dengan waktu pada berbagai gr pakan. Pada grafik di atas, Pada pakan 0,5 gr berada pada tingkat yang paling rendah, artinya turbiditi pada pakan 0,5 gr paling rendah diantara 1;1,5; dan 2 gr. Hal ini dikarenakan pakan yang ditambahkan ke air dengan volume yang sama, paling rendah yaitu sebanyak 0,5 gr, sehingga memiliki turbidity yang rendah yaitu sebesar 20,9 NTU. Turbiditi pada pakan 1 gr lebih tinggi dari pada turbiditi pada pakan 0,5 gr yaitu 25,4 NTU. Pada pakan 1,5 gr turbiditi sebesar 34,1 NTU, sedangkan pada pakan 2 gr lebih kecil dari pakan 1,5 gr yaitu 31,9 NTU. Peningkatan turbiditi ini disebabkan adanya partikel anorganik, koloid organik (seperti mikroorganisme) dan Dissolved Organic Matter (DOM) [12]. Kadar pakan dalam air yang semakin banyak akan semakin meningkat pula turbiditi air. Hubungan antara konsentrasi padatan tersuspensi dalam air adalah berbanding lurus. Semakin tinggi konsentrasi padatan tersuspensi dalam air, turbiditi nya juga akan semakin tinggi.[4] 3.4 Pengaruh Turbidity terhadap Kelangsungan Hidup Kepiting Gambar 5 Grafik Hubungan Waktu VS Turbiditi pada Berbagai Pakan (Kepiting) Pada gambar 5 menunjukkan hubungan antara waktu vs turbiditi air pada budidaya kepiting dengan berbagai gram pakan. Pada grafik di atas, pada pakan 0,5 gr menunjukkan bahwa tingkat hidup kepiting paling tinggi. Hal ini disebabkan karena kenaikan turbiditi setiap harinya paling rendah dibandingkan dengan 1 gr;1,5 gr; 2 gr dan kepiting mati pada hari ke-14 dengan turbiditi 78,6 NTU. Turbiditi ini dipengaruhi oleh kadar pakan yang diberikan dan terakumulasinya pakan didalam bak pemeliharaan. Pada pakan 1 gr kepiting mati pada turbiditi 56,3 NTU pda hari ke-5. Turbiditi pada pakan 1,5 gr lebih tinggi jika dibandingkan pada pakan 0,5 gr. Hal ini menyebabkan ketahanan hidup kepiting lebih rendah jika dibandingkan pada pakan 0,5 gr. Pada pakan 1,5 gr kepiting mati pada turbiditi 75,8 NTU pada hari ke-3. Hal ini disebabkan karena turbiditi yang semakin tinggi jika dibandingkan pakan 0,5 gr; 1 gr, sehingga kepiting lebih cepat mati. Pada pakan 2 gr, kepiting mati pada 38,7 NTU pada hari ke-2. Karena pada hari ke-2 pakan yang diberikan paling tinggi, yaitu sebesar 2 gr, 0 5 10 15 20 25 30 35 40 0 2 4 6 8 10 12 Turbidity(NTU) waktu (hari ke-) 0.5 gam 1 gram 1.5 gram 2 gram 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Turbidity(NTU) Waktu (Hari ke-) 0.5 gram 1 gram 1.5 gram 2 gram
  • 5. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman 155-161 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtki 159 sehingga akan menyebabkan turbiditi yang semakin tinggi juga bila dibandingkan dengan 0,5 gr; 1 gr; 1,5 gr; 2 gr. Menurut [4] kepiting mampu bertahan hidup pada air dengan turbiditi < 30 NTU. Pada pakan 0,5 gr; 1 gr; 1,5 gr kepiting masih mampu bertahan hidup dengan turbiditi >30 NTU. Hal ini dikarenakan kadar oksigen yang diperlukan untuk kelangsungan hidup kepiting masih tercukupi. Turbiditi yang terlalu tinggi menunjukkan bahwa partikel tersuspensi alam air banyak, hal ini akan mengakibatkan konsentrasi oksigen di dalam air menurun. Oleh karena itu jika turbiditi air nya terlalu tinggi harus dilakukan proses separasi untuk memisahkan partikulat yang tersuspensi dalam air sehingga kadar turbiditinya masih dapat diterima oleh kepiting [4]. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi turbiditi air akan mengakibatkan laju kematian kepiting semakin meningkat. Turbiditi ini dipengaruhi oleh faktor kadar pakan di dalam air. Hubungan antara konsentrasi padatan tersuspensi dalam air adalah berbanding lurus. Semakin tinggi konsentrasi padatan tersuspensi dalam air, turbiditi nya juga akan semakin tinggi. 3.5 Pengaruh Waktu terhadap Penurunan Turbidity pada Membran Gambar 6 Grafik hubungan Turbiditi dengan Waktu pada membran Gambar 6 menunjukkan hubungan antara turbidti dengan waktu pada membran dengan setting backwash 30 menit 30 detik; 30 menit 25 detik; 30 menit 25 detik; 30 menit 15 detik. Rata – rata pada setting backwash 30 menit 30 detik diperoleh turbditi sebesar 0,14 NTU sedangkan pada setting backwash 30 menit 25 detik diperoleh rata – rata turbiditi sebesar 0,2 NTU. Pada setting backwash 30 menit 20 detik turbiditi yang diperoleh sebesar 0,32 NTU, sedangkan turbiditi pada setting backwash 30 menit 15 detik sebesar 0,19 NTU. Pada grafik di atas menunjukkan setting backwash mempengaruhi penurunan turbiditi. Berdasarkan penelitian, diperoleh setting backwash dengan turbiditi paling rendah yaitu pada setting backwash 30 menit 30 detik. Hal inimenunjukkan bahwa membran ultrafiltrasi dapat menurunkan turbiditi [12]. 3.6 Pengendalian fouling Terjadinya fouling membran tidak dapat dihindari dan inilah tantangan terberat dalam teknologi membran. Lapisan fouling membran (foulant) ini menghambat filtrasi. Foulant ini dapat berupa endapan organik (makromolekul, substansi biologi), endapan inorganik (logam hidroksida, garam kalsium) dan partikulat. Foulant akan terakumulasi pada permukaan membran karena tidak ikut ambil bagian dalam transfer massa [5]. Akibatnya foulant ini akan mengurangi efektivitas dan fluks membran (Gambar 6) 0 0.2 0.4 0.6 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 Turbidity(NTU) Waktu (menit ke-) 30 mnt 30 dtk 30 mnt 25 dtk 30 mnt 20 dtk 30 mnt 15 dtk
  • 6. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman 155-161 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtki 160 Gambar 7 Grafik hubungan waktu dengan fluks pada berbagai setting Backwash Gambar 7 menunjukkan grafik hubungan antara fluks dengan waktu pada berbagai setting backwash. Setting backwash pada penelitian ini adalah 30 menit 30 detik; 30 menit 25 detik; 30 menit 20 detik dan 30 menit 15 detik. Performa membran dilihat dari dua kategori yaitu fluks dan selektivitas. Fluks berbanding terbalik dengan selektivitas [13]. Berdasarkan gambar 4.6 Fluks yang paling tinggi yaitu pada setting backwash 30 menit 15 detik, yaitu sebesar 41,2 L/m2 .jam dan didapatkan selektivitas sebesar 0,19 NTU (Gambar 6). Dengan fluks yang tinggi menunjukkan bahwa fouling dapat dikendalikan dengan backwash. 4. Kesimpulan Pada penelitian ini telah berhasil menurunkan kadar amoniak dan turbiditi pada budidaya kepiting menggunakan membran biofilter. Dari penelitian tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Penurunan kadar amonia dapat dilakukan dengan biofilter, dimana air disirkulasi dalam biofilter dengan media bioball sebagai tempat tumbuh mikroorganisme yang berperan dalam proses nitrifikasi. Kadar amonia dapat diturunkan dari 4,41 mg/L menjadi 1,48 mg/L selama 7 hari. 2. Membran ultrafiltrasi dapat menurunkan turbiditi dalam pengolahan air pada pemeliharaan kepiting untuk menjaga kulitas air. Turbiditi dapat diturunkan dari 0,3 NTU sampai 0,05 NTU. 3. Pengendalian fouling dapat dilakukan dengan setting backwash 30 menit 15 detik. Pada setting backwash ini, didapat fluks yang paling tinggi, yaitu 41,2 L/m2 .jam Daftar Pustaka [1]. R.J Goldburg,., Elliott, M.S., Naylor, M.A., 2001. Marine Aquaculture in the United States: Environmental Impacts and Policy Options. Pew Oceans Commission, Arlington, VA, 44 pp. [2]. M. Kir, M. Kumlu dan O.T. Eroldoan.2004.Effect of Temperature on Acute Toxity of Ammonia to Penaeus semiculatus juveniles. Aquaculture, 241:479-489. [3]. C.E Boyd,., 1985. Chemical budgets for channel catfish ponds. Transactions of the American Fisheries Society 114, 291–298. [4]. C. Kuo dan Humphrey, J. 2008. “Monitoring the Health of Prawns, Barramudi and Mud Crabs on Aquaculture Farms in the Northen Territory”. Darwin Aquaculture Centre, Fisheries. Northen teority Government” [5]. EPA. 2007. Wastewater Management Fact Sheet:Denitrifying Filters. U.S Environmental Protection Agency. Office of Ground Water and Drinking Water, Office of Wate, Washington DC. [6]. B., Wortman, Wheaton, F., 1991. Temperature effects on biodrum nitrification. Aquacult. Eng. 10, 183–205. [7]. Jr. DeLosReyes. A.A., Lawson, T.B., 1996. Combination of a bead filter and rotating biological contactor in a recirculating fish culture system. Aquacult. Eng. 15, 27–39. [8]. P.W Westerman,., Losordo, T.M., Wildhaber, M.L., 1996. Evaluation of various biofilters in an intensive recirculating fish production facility. Trans. ASAE 39, 723–727. [9]. A.D Greiner,., Timmons, M.B., 1998. Evaluation of the nitrification rates of microbead and trickling filters in an intensive recirculating tilapia production facility. Aquacult. Eng. 18, 189–200. [10]. T.H. Hutchinson, Yokota, H., Hagino, S., Ozato, K., 2003. Topic 4.12 development of fish tests for endocrine disruptors. Pure Appl. Chem. 75 (11/12), 2343–2353. 0 10 20 30 40 50 0 50 100 150 200 Fluks(L/jam.m2) Waktu (menit) 30 menit 30 detik 30 menit 25 detik 30 menit 20 detik 30 menit 15 detik
  • 7. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman 155-161 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtki 161 [11]. Maria Teresa Gutierrez-Wing, Ronald F. Malone.2006.Biological filters in Aquaculture. Trends and Research Directions for Freshwater and Marine Aplications. Aquacultural Engineering 34:163-171 [12]. A.W. Zularisam, , et al. 2007.”The Effect of Natural Organic Mater (NOM) Fractions on Fouling Characteristic and Flux Recovery of Ultrafiltration Membranes”. Membran research unit, University Teknology Malaysia. Desalination: 212 (2007) 191-208 [13]. M. Mulder. 2000. “Basic Principles of Membran Technology”. Kluwer Academic Publisher, Dordrecht, The Netherlands. [14]. Colt, J., 2006. Water quality requirements for reuse systems. Aquacult. Eng. 34, 143–156.