SlideShare a Scribd company logo
1 of 114
PAJAK PENGHASILAN
PASAL 4 AYAT (2)
KARAKTERISTIK PPh FINAL
Semua
Usaha
dianggap
memiliki
laba
Laba
kotor/marg
in laba
sudah
ditentukan
Umumnya
tidak
menggunak
an tarif
progresif
(kecuali PPh
Ps. 21)
Pengenaann
ya diatur
dengan
atau
berdasarka
n PP
OBJEK PPh FINAL
Bunga Deposito
dan Tabungan
serta Diskonto
SBI
Surat
Perbendaharaan
Negara
Penghasilan
berupa bunga
obligasi
Hadiah Undian
Jasa Konstruksi
Persewaan
Tanah dan/atau
Bangunan
Pengalihan Hak
atas Tanah
dan/atau
Bangunan
Penjualan Saham
di Bursa Efek
Dividen yang
diterima OP
Selisih Lebih
Revaluasi Aset Tetap
Penghasilan
Kontraktor usaha
hulu migas berupa
uplift/imbalan
sejenis dan
Penghasilan
Kontraktor dari
pengalihan
participating interest
Penghasilan dari
Usaha yang
diterima/diperoleh
WP dengan
peredaran bruto
tertentu
BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA
DISKONTO SBI
PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015
KMK 51/KMK.04/2001 s.t.d.d. PMK 26/PMK.010/2016
Deposito
produk penyimpanan uang di bank dengan sistem penyetoran yang penarikannya hanya
bisa dilakukan setelah melewati waktu tertentu
Deposito berjangka : penarikannya hanya dapat dilakukan pada jatuh tempo oleh pihak
yang namanya tertera pada bilyet
Sertifikat deposito : diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat sehingga dapat
diperjualbelikan
Deposit on call : tabungan berjangka dengan waktu penyimpanan yang relatif singkat,
minimal 7 hari dan paling lama hanya kurang dari 1 bulan
deposito dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deposito berjangka,
sertifikat deposito dan deposit on call baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing
yang ditempatkan pada atau diterbitkan oleh bank
BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA
DISKONTO SBI
PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015
KMK 51/KMK.04/2001 s.t.d.d. PMK 26/PMK.010/2016
Tabungan
simpanan pada bank dengan nama apapun, termasuk giro, yang penarikannya dilakukan
menurut syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh masing-masing bank
Sertifikat
Bank
Indonesia
Giro : simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap waktu dengan
menggunakan cek atau surat perintah pembayaran lain atau dengan cara
pemindahbukuan
surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan
hutang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto
Diskonto : bunga yang dibayarkan oleh peminjam pada saat menerima pinjaman
BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA
DISKONTO SBI
Bunga deposito, bunga
tabungan, diskonto SBI
PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015
OBJEK PAJAK
Termasuk bunga dari
tabungan dan deposito
yang ditempatkan di LN
melalui bank yang
didirikan di Indonesia atau
cabang bank LN di
Indonesia
PENGECUALIAN
Jumlah deposito,
tabungan, SBI tidak
melebihi Rp7.500.000,00
Diterima Bank yang
didirikan di Indonesia atau
cabang bank LN di
Indonesia
→ wajib dilaporkan dalam
SPT Tahunan
menggunakan Pasal 17 UU
PPh
Diterima Dana Pensiun
yang pendiriannya
disahkan Menkeu
(bukan objek pajak PMK
234/PMK.03/2009)
Bunga tabungan pada
bank yg ditunjuk
pemerintah dlm rangka
pemilikan RS dan RSS,
kavling siap bangun untuk
RS dan RSS atau Rumah
Susun Sederhana sesuai
ketentuan yang berlaku,
BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA
DISKONTO SBI
PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015
BUKAN SUBJEK PAJAK
OP Subjek Pajak DN yang
seluruh penghasilannya
dalam 1 (satu) tahun Pajak
termasuk bunga dan
diskonto tidak melebihi
PTKP
Dapat mengajukan
permohonan restitusi
Diatur dengan Kep
Dirjen Pajak
PEMOTONG PAJAK
Bank
Bank Indonesia
BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA
DISKONTO SBI
WPDN BANK DN
Deposito, tabungan, SBI
SBI
Bunga
BANK LN
PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015
Deposito,
tabungan
Via bank DN atau cabang
bank LN yang ada di Ind
WPLN
Bunga
BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA
DISKONTO SBI
PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015
TARIF DAN DASAR PENGENAAN PAJAK
10% x bruto, deposito jk wkt
1 bln
7,5% x bruto, deposito jk wkt
3 bln
2,5% x bruto, deposito jk wkt
6 bln
0%, deposito jk wkt > 6 bln
Bunga deposito, mata uang dolar AS,
bersumber dari DHE, dan ditempatkan
pada bank yang
didirikan/berkedudukan di Indonesia
atau cabang bank luar negeri di
Indonesia
Bunga deposito, mata uang rupiah,
bersumber dari DHE, dan ditempatkan
pada bank yang didirikan/berkedudukan
di Indonesia atau cabang bank luar
negeri di Indonesia
7,5% x bruto, deposito jk wkt
1 bln
5% x bruto, deposito jk wkt 3
bln
0%, deposito jk wkt ≥ 6 bln
Bunga tabungan, SBI, dan deposito
lainnya
20% x bruto, WP DN dan
BUT (termasuk bunga
deposito yang
ditempatkan kembali
sebagai
deposito/perpanjangan
deposito)
20% (atau tax treaty) x
Persyaratan
BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA
DISKONTO SBI
PMK 26/PMK.010/2016
Persyaratan penggunaan tarif PPh deposito yang bersumber dari DHE
Deposito ditempatkan pada bank yang sama dengan bank
tempat diterimanya DHE dari luar negeri
Sumber dana deposito berupa DHE
diperoleh setelah berlakunya PP 123 Tahun
2015 (28 Des 2015) dibuktikan dengan
laporan penerimaan DHE dari bank devisa
sumber dana Deposito berasal dari
pemindahbukuan dana DHE yang
ditempatkan pada rekening milik eksportir
pada bank tempat diterimanya DHE dari
luar negeri dan rekening milik eksportir
dimaksud hanya digunakan untuk
menampung dana DHE
dilampiri surat pernyataan dari eksportir yang paling
sedikit memuat:
 identitas eksportir antara lain nama, alamat, NPWP, dan
nomor rekening penempatan dana DHE
 data dana DHE antara lain nilai ekspor, saat
diperolehnya dana DHE, nomor dan tanggal PEB, dan
jenis valuta
 pernyataan bahwa sumber dana rekening berasal dari
DHE
 pernyataan bahwa sumber dana Deposito bukan
DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA
Surat Perbendaharaan Negara (SPN) adl Surat Utang Negara (SUN) yang berjangka waktu paling
lama 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto.
SUN  surat berharga yang berupa pengakuan utang, baik dalam mata uang rupiah maupun
valuta asing, yang dijamin pembayaran pokok dan bunganya oleh negara sesuai dengan masa
berlakunya
WPDN
SPN
Jatuh
Tempo
Penerbit SPN
(Emiten)/Kustodian
(agen pembayar)
Diskonto
SPN
Tari
f
20%
Dijual di
pasar
sekunder
Perusahaan Efek
(Broker)/Bank
Diskonto
SPN
Tari
f
20%
Nilai Nominal jatuh
tempo – Harga
Perolehan di pasar
perdana/pasar
sekunder
Harga Jual –
Harga Perolehan
di pasar
perdana/sekund
er
WPLN
Tarif
20%/
Tax
Treaty
Tarif
20%/
Tax
Treaty
PP No 27 Tahun 2008
DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA
PMK 63/PMK.03/2008
PEMOTONG PAJAK DAN SAAT PEMOTONGAN
Penerbit SPN (emiten) atau
kustodian yang ditunjuk
selaku agen pembayar
diskonto yang diterima pemegang
SPN saat jatuh tempo
Perusahaan efek (broker)
atau bank selaku pedagang
perantara (dealer)
diskonto yang diterima atau
diperoleh penjual SPN pada saat
transaksi di Pasar Sekunder
Perusahaan efek (broker),
bank, dana pensiun, dan
reksadana selaku pembeli
SPN tanpa melalui pedagang
perantara
Tanggal saat jatuh tempo
Tanggal transaksi penjualan
SPN di pasar sekunder
DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA
PP No 27 Tahun 2008
DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA
Contoh 1
PMK 63/PMK.03/2008
Pada tanggal 1 Mei 2008, Pemerintah A (emiten) menerbitkan Surat Perbendaharaan Negara
sebagai berikut:
Nilai nominal Rp 100.000.000,00.
Jangka waktu SPN 12 bulan (jatuh tempo tanggal 1 Mei 2009).
PT D (investor) pada saat penerbitan perdana membeli SPN dengan harga Rp 94.000.000,00.
PT D tetap memegang SPN tersebut hingga saat jatuh tempo.
Perhitungan diskonto dan PPh final yang terutang oleh PT D pada saat jatuh tempo SPN adalah
sebagai berikut:
Diskonto = Rp 100.000.000,00 - Rp 94.000.000,00 = Rp 6.000.000,00
PPh Final = 20% x Rp 6.000.000,00 = Rp 1.200.000,00
dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayaran
DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA
Contoh 2
PMK 63/PMK.03/2008
Pada contoh no. 1, PT D tidak memegang SPN tersebut sampai saat jatuh tempo melainkan
menjual seluruh SPN tersebut kepada PT M pada tanggal 1 Juli 2008 (di pasar sekunder) melalui
perusahaan efek PT X Sekuritas dengan harga jual Rp 95.000.000,00
Perhitungan diskonto dan PPh final yang terutang oleh PT D pada saat penjualan SPN tanggal 1
Juli 2008 adalah sebagai berikut:
Diskonto = Rp 95.000.000,00 - Rp 94.000.000,00 = Rp 1.000.000,00
PPh Final = 20% x Rp 1.000.000,00 = Rp 200.000,00
dipotong oleh PT X Sekuritas selaku pedagang perantara
DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA
Contoh 3
PMK 63/PMK.03/2008
Pada tanggal 1 Agustus 2008, PT M menjual seluruh Surat Perbendaharaan Negara yang
dimilikinya Kepada Dana Pensiun ABC (telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan) langsung
tanpa melalui pedagang perantara dengan harga jual Rp 97.000.000,00
Perhitungan diskonto dan PPh final yang terutang oleh PT M pada saat penjualan SPN tanggal 1
Agustus 2008 adalah sebagai berikut :
Diskonto = Rp 97.000.000,00 - Rp 95.000.000,00 = Rp 2.000.000,00
PPh Final = 20% x Rp 2.000.000,00 = Rp 400.000,00 dipotong oleh Dana Pensiun selaku
pembeli SPN.
Meskipun penjualan SPN tidak dilakukan melalui pedagang perantara, dana pensiun sebagai
pembeli wajib melakukan pemotongan pajak. Ketentuan yang sama juga berlaku dalam hal
pembelian langsung dilakukan oleh perusahaan efek, bank, dan reksadana selaku investor
DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA
Contoh 4
PMK 63/PMK.03/2008
Pada tanggal 1 Desember 2008, Dana Pensiun ABC menjual seluruh Surat Perbendaharaan
Negara yang dimilikinya kepada PT Y dengan harga jual Rp 98.000.000,00
Perhitungan diskonto yang diterima oleh Dana pensiun ABC pada saat penjualan SPN tanggal 1
Desember 2008 adalah sebagai berikut :
Diskonto = Rp 98.000.000,00 - Rp 97.000.000,00 = Rp 1.000.000,00
Dalam hal ini, tidak ada Pajak Penghasilan yang terutang atas Diskonto SPN yang diterima karena
Dana Pensiun ABC merupakan Wajib Pajak yang dikecualikan dari pemotongan PPh Final atas
Diskonto SPN.
Diskonto SPN bukan objek pajak bagi Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menkeu
(PMK 234/PMK.03/2009)
DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA
Contoh 5
PMK 63/PMK.03/2008
Pada tanggal 1 Mei 2009, PT Y menerima pelunasan seluruh SPN yang dimilikinya dari
Pemerintah A (emiten) dengan nilai pelunasan sebesar nilai nominal Rp 100.000.000,00
Perhitungan diskonto, dan PPh final yang terutang oleh PT Y pada saat jatuh tempo SPN tanggal
1 Mei 2009 adalah sebagai berikut:
Diskonto = Rp 100.000.000,00 - Rp 98.000.000,00 = Rp 2.000.000,00
PPh Final = 20% x Rp 2.000.000,00 = Rp 400.000,00
dipotong oleh kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayaran
PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI
Obligasi adalah surat utang dan surat utang negara, yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua
belas bulan).
PP No 16 Tahun 2009 s.t.d.d. PP No 100 Tahun 2013
Bunga obligasi adalah imbalan yang diterima dan/atau diperoleh pemegang obligasi dalam
bentuk bunga dan/atau diskonto.
PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI
Tarif 15%
dari jumlah bruto bunga sesuai
dengan masa kepemilikan
Obligasi
bunga dari Obligasi
dengan kupon
dari selisih lebih harga jual atau
nilai nominal di atas harga
perolehan Obligasi, tidak
termasuk bunga berjalan
diskonto dari
Obligasi dengan
kupon
dari selisih lebih harga jual atau
nilai nominal di atas harga
perolehan Obligasi
diskonto dari
Obligasi tanpa
bunga
Diterima WPDN &
BUT
WPL
N
Tarif 20%
atau
Tax Treaty
Tarif 5%
bunga dan/atau
diskonto dari obligasi
yang diterima dan/atau
diperoleh Wajib Pajak
reksadana yang
terdaftar pada Otoritas
Jasa Keuangan
Tarif 10%
untuk
tahun
2014
sampai
dengan
tahun
2020
untuk
tahun
2021 dan
seterusnya
PP No 16 Tahun 2009 s.t.d.d. PP No 100 Tahun 2013
PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI
PP No 16 Tahun 2009 s.t.d.d. PP No 100 Tahun 2013
PEMOTONG PAJAK DAN SAAT PEMOTONGAN
penerbit Obligasi atau
kustodian selaku agen
pembayaran yang ditunjuk
bunga dan/atau diskonto
yang diterima pemegang Obligasi
dengan kupon pada saat jatuh tempo Bunga
Obligasi dan/atau jatuh tempo obligasi
perusahaan efek, dealer,
atau bank, selaku pedagang
perantara dan/atau pembeli
diskonto
yang diterima pemegang
Obligasi tanpa bunga pada saat
jatuh tempo Obligasi
Tanggal saat jatuh tempo
pembayaran bunga
dan/atau jatuh tempo
obligasi
Tanggal transaksi
penjualan obligasi
bunga dan
diskonto yang diterima
penjual Obligasi pada saat
transaksi
Tanggal saat jatuh tempo
obligasi
PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI
WPDN
Obliga
si
Jatuh
tempo
bunga/jatuh
tempo
obligasi
Penerbit Obligasi
/Kustodian (agen
pembayar)
Bunga/disko
nto obligasi
Ditransaksik
an
perusahaan efek,
dealer, atau bank,
selaku pedagang
perantara dan/atau
pembeli
Bunga
dan
diskonto
Obligasi
PP No 16 Tahun 2009 s.t.d.d. PP No 100 Tahun 2013
PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI
Penghasilan bunga obligasi yang
diterima/diperoleh bank dikenai PPh tarif
umum
PP No 16 Tahun 2009 s.t.d.d. PP No 100 Tahun 2013
Bukan objek PPh (Pasal 4 ayat 3 huruf h UU
PPh; PMK 234/PMK.03/2009)
PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI
Contoh 1
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012
Pada tanggal 1 Juli 2011, PT ABC (emiten) menerbitkan Obligasi dengan kupon (interest bearing bond)
sebagai berikut:
Nilai nominal Rp 10.000.000,00 per lembar.
Jangka waktu Obligasi 5 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Juli 2016).
Bunga tetap (fixed rate) sebesar 16% per tahun, jatuh tempo bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember.
Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT XYZ (investor) pada saat penerbitan perdana membeli 10 lembar Obligasi dengan harga di bawah nilai
nominal (at discount), yaitu sebesar Rp 9.000.000,00 per lembar.
Penghitungan bunga dan Pajak Penghasilan yang bersifat final (PPh final) yang terutang oleh PT XYZ pada saat
jatuh tempo bunga pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut :
Bunga = (6/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 8.000.000,00
PPh final = 15% x Rp 8.000.000,00 = Rp 1.200.000,00
Dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran
PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI
Contoh 1
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012
Dalam kenyataannya, harga perolehan Obligasi dengan kupon (interest bearing bond) pada saat
penerbitan perdana tidak harus selalu sama dengan nilai nominalnya. Pembeli dapat memperoleh
Obligasi dengan harga di bawah nilai nominal (at discount) atau di atas nilai nominal (at
premium). Pada hakekatnya selisih harga beli di bawah atau di atas nilai nominal tersebut
merupakan penyesuaian tingkat bunga Obligasi yang diperhitungkan ke dalam harga perolehan.
Dalam hal investor atau pembeli Obligasi sebagaimana tersebut di atas adalah Wajib Pajak
Reksadana, maka penghitungan PPh final atas bunga yang diperoleh pada saat jatuh tempo tanggal
31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:
- Bunga = (6/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 8.000.000,00
- PPh final = 5% x Rp 8.000.000,00 = Rp 400.000,00
PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI
Contoh 2
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012
Pada tanggal 31 Maret 2012, PT XYZ menjual seluruh Obligasi yang dimilikinya kepada PT PQR melalui
perusahaan efek PT MNO di over the counter (OTC), dengan harga jual Rp 10.400.000,00 per lembar termasuk
bunga berjalan
Penghitungan bunga berjalan, diskonto, dan PPh final yang terutang oleh PT XYZ pada saat penjualan Obligasi
tanggal 31 Maret 2012 adalah sebagai berikut:
Bunga berjalan = (3/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 4.000.000,00
Diskonto = [(Rp 10.400.000,00 - Rp 400.000,00) - Rp 9.000.000,00] x 10 = Rp 10.000.000,00
Mengingat Wajib Pajak PT XYZ dikenakan PPh final dengan tarif yang sama, bunga berjalan dan diskonto
dapat dihitung sekaligus yaitu:
Bunga berjalan dan diskonto = (Rp 10.400.000,00 - Rp 9.000.000,00) x 10 = Rp 14.000.000,00
PPh final = 15% x Rp 14.000.000,00 = Rp 2.100.000,00
Dipotong oleh PT MNO selaku perantara
PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI
Contoh 3
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012
PT PQR memiliki Obligasi yang dibeli dari PT XYZ dengan masa kepemilikan hingga tanggal 31
Desember 2014. Untuk itu, pada setiap tanggal jatuh tempo bunga selama masa kepemilikan
Obligasi tersebut, PT PQR terutang PPh final sebesar 15% atas bunga yang diterima atau
diperolehnya (lihat contoh nomor 1), yang dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk
sebagai agen pembayaran.
PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI
Contoh 4
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012
Pada tanggal 31 Desember 2014, PT PQR setelah menerima bunga dari emiten menjual seluruh Obligasi yang
dimilikinya kepada PT CDE melalui Bank Pundi Nasional selaku perantara dengan harga jual Rp10.500.000,00
per lembar
Penghitungan bunga, diskonto, dan PPh final yang terutang oleh PT PQR pada saat jatuh tempo bunga atau
saat penjualan Obligasi tanggal 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut:
Bunga = (6/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 8.000.000,00
PPh final atas bunga =15% x Rp 8.000.000,00 = Rp 1.200.000,00
Dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran
Diskonto = (Rp 10.500.000,00 - Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 5.000.000,00
PPh final atas diskonto = 15% x Rp 5.000.000,00 = Rp 750.000,00
Dipotong oleh Bank Pundi Nasional selaku perantara
Pengertian diskonto dalam Peraturan Menteri ini tidak hanya terbatas pada realisasi selisih harga perolehan
perdana di bawah (at discount) nilai nominal Obligasi, melainkan mencakup selisih lebih harga jual di atas
harga perolehan Obligasi
PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI
Contoh 5
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012
Pada tanggal 31 Mei 2016, PT CDE menjual seluruh Obligasi yang dimilikinya kepada Dana Pensiun Sejahtera
Mandiri (dana pensiun yang telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan) langsung tanpa melalui perantara
dengan harga jual Rp 10.666.667,00 per lembar termasuk bunga
Penghitungan bunga berjalan, diskonto, dan PPh yang terutang oleh PT CDE pada saat penjualan Obligasi
tanggal 31 Mei 2016 adalah sebagai berikut:
Bunga berjalan = (5/12 x 16% Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 6.666.670,00
Diskonto = [(Rp 10.666.667,00 - Rp 666.667,00) - Rp 10.500.000,00] x 10 = (Rp 5.000.000,00) diskonto
negatif atau rugi.
Perolehan diskonto negatif atau rugi dapat diperhitungkan dengan penghasilan bunga berjalan. PPh terutang
yang bersifat final karena penjualan Obligasi, sebagai berikut:
PPh final = 15% x (Rp 6.666.670,00 - Rp 5.000.000,00) = Rp 250.001,00
Meskipun penjualan Obligasi tidak dilakukan melalui perantara dan tidak dilaporkan ke bursa, dana pensiun
sebagai pembeli wajib melakukan pemotongan pajak. Ketentuan yang sama juga berlaku dalam hal
pembelian langsung dilakukan oleh perusahaan efek, bank, dan reksa dana selaku investor
PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI
Contoh 6
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012
Pada tanggal 1 Juli 2016 (jatuh tempo Obligasi), Dana Pensiun Sejahtera Mandiri menerima pelunasan seluruh
Obligasi yang dimilikinya beserta imbalan bunga sesuai masa kepemilikan (1 bulan) dari PT ABC, yang
merupakan emiten Obligasi tersebut.
Penghitungan bunga, diskonto, dan PPh final yang terutang oleh Dana Pensiun Sejahtera Mandiri pada saat
jatuh tempo/pelunasan Obligasi tanggal 1 Juli 2016 adalah sebagai berikut:
Bunga = (1/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 1.333.330,00
Diskonto = (Rp 10.000.000 - Rp 10.000.000,00) x 10 = nihil.
PPh final tidak terutang oleh dana pensiun yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan
Menteri ini
PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI
Contoh 7
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012
Pada tanggal 1 Januari 2011, PT ABC menerbitkan Obligasi tanpa bunga (non-interest bearing debt
securitiest) berjangka waktu 10 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Januari 2021) dengan nilai nominal sebesar Rp
10.000.000,00. Penerbitan perdana Obligasi tersebut tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT GHI membeli 100 lembar Obligasi tanpa bunga tersebut dengan harga perdana sebesar Rp 6.000.000,00
per lembar.
Pada tanggal 31 Agustus 2014, PT GHI menjual 50 lembar Obligasi tersebut di Bursa Efek Indonesia (BEI)
melalui perusahaan efek PT MNO kepada PT JKL seharga Rp 7.000.000,00 per lembar
Penghitungan diskonto dan PPh Final yang terutang oleh PT GHI adalah sebagai berikut:
Diskonto = (Rp 7.000.000,00 - Rp 6.000.000,00) x 50 = Rp 50.000.000,00
PPh final = 15% x Rp 50.000.000,00 = Rp 7.500.000,00
Dipotong oleh PT MNO selaku perantara
Diskonto Obligasi tanpa bunga dikenakan pemotongan PPh final pada setiap kali dilakukan penjualan,
sepanjang:
penjualan dilakukan melalui perantara atau pembeli langsung yang ditunjuk sebagai pemotong pajak; dan
penjual Obligasi tidak dikecualikan dari pemotongan Pajak Penghasilan.
HADIAH UNDIAN
Hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan melalui undian
Nilai hadiah adalah nilai uang/nilai pasar apabila hadiah tersebut diserahkan
dalam bentuk natura
Tarif 25%
PP No 132 Tahun 2000, PER-11/PJ/2011
JASA KONSTRUKSI
Perencanaan
Konstruksi
Pelaksanaan
Konstruksi
Pengawasan
Konstruksi
Mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen
perencanaan pembangunan fisik lain
Mewujudkan hasil perencanaan menjadi bentuk
bangunan atau bentuk fisik lain
Pengawasan sejak awal sampai berakhirnya
pelaksanaan pekerjaan konstruksi
PP No 51 Tahun 2008 s.t.d.d. PP No 40 Tahun 2009
Jasa konstruksi : layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi,
layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi
pengawasan pekerjaan konstruksi
Pekerjaan konstruksi : keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan
perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup
pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-
masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau
bentuk fisik lain
KUALIFIKASI JASA KONSTRUKSI
Kualifikasi usaha
besar
UU No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
Stratifikasi yang ditentukan berdasarkan sertifikasi yang dikeluarkan oleh
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
Kualifikasi usaha
menengah
Kualifikasi usaha
kecil termasuk
usaha perorangan
Didasarkan pada tingkat kedalaman kompetensi dan potensi kemampuan
usaha
JASA KONSTRUKSI (OBJEK & TARIF)
Jasa Pelaksanaan Jasa Perencanaan & Pengawasan
Kualifikasi
usaha kecil
Non
Kualifikasi
Kualifikasi
menengah/
besar
Kualifikasi
Non
Kualifikasi
2% 4% 3%
4% 6%
Dari jumlah pembayaran atau jumlah penerimaan yang merupakan bagian nilai kontrak,
tidak termasuk PPN
PP No 51 Tahun 2008 s.t.d.d. PP No 40 Tahun 2009
Gred 4,3,2,1 Gred 5,6,7
Gred 4,3,2,1
JASA KONSTRUKSI
PP No 51 Tahun 2008 s.t.d.d. PP No 40 Tahun 2009
PPh terutang
Dipotong oleh
Pengguna Jasa pada
saat pembayaran
Disetor sendiri oleh
Penyedia Jasa, dalam
hal Pengguna Jasa
bukan pemotong
Saat pembayaran
JASA KONSTRUKSI - CONTOH
PT Lestari merupakan kontraktor yang mempunyai Sertifikat Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi yang
diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) sebagai Badan Usaha Jasa Pelaksanaan
Konstruksi Bidang Sipil Subbidang Bangunan-Bangunan non perumahan lainnya dengan kualifikasi gred 6.
PT Lestari pada tahun 2016 ditunjuk oleh PT Barokah selaku pemilik Hotel Premiere untuk membangun gedung
baru dengan nilai kontrak sebesar Rp30.000.000.000,00 tidak termasuk PPN.
PT Lestari menerima uang muka kontrak pada saat dimulai pembangunan, yaitu pada tanggal 23 Juni 2016
sebesar Rp10.000.000.000,00.
Termin pembayaran akan dilakukan sesuai dengan tingkat penyelesaian, yaitu:
Termin pertama sebesar Rp5.000.000.000,00 setelah pekerjaan selesai 25%.
Termin kedua sebesar Rp5.000.000.000,00 setelah pekerjaan selesai 50%.
Termin ketiga sebesar Rp5.000.000.000,00 setelah pekerjaan selesai 75%.
Sisa Rp5.000.000.000,00 akan dibayarkan setelah pekerjaan dan masa pemeliharaan selesai.
Pembangunan gedung harus diselesaikan oleh PT Lestari paling lama tanggal 31 Juli 2017 dengan masa
pemeliharaan selama 6 bulan.
Bagaimana kewajiban pemotongan dan pemungutan PPh yang dilakukan oleh PT Barokah terkait pembayaran:
 Uang muka kontrak; dan
 Termin pertama apabila dilakukan pada tanggal 30 September 2016
JASA KONSTRUKSI - CONTOH
Jawaban:
Dalam hal pengguna jasa merupakan pemotong pajak maka penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut
dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran nilai kontrak jasa konstruksi.
Pembayaran uang muka kontrak:
Besarnya PPh atas penghasilan jasa konstruksi kualifikasi besar adalah sebesar = 3% x Rp10.000.000.000,00
= Rp300.000.000,00
Pembayaran termin pertama:
Besarnya PPh atas penghasilan jasa kontruksi kualifikasi besar adalah = 3% x Rp5.000.000.000,00 =
Rp150.000.000,00
Kewajiban PT Barokah:
 Memotong PPh final atas uang muka dan pembayaran termin pertama sebesar Rp300.000.000,00 dan
Rp150.000.000,00 dan memberikan bukti potong kepada PT Lestari.
 Melakukan penyetoran atas pemotongan paling lambat tgl 10 bulan berikutnya.
 Mekakukan pelaporan atas pemotongan paling lambat tgl 20 bulan berikutnya.
PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau
perairan
Bangun Guna Serah adalah bentuk perjanjian kerja sama yang dilakukan antara pemegang hak atas
tanah dan investor, yang menyatakan bahwa pemegang hak atas tanah memberikan hak kepada
investor untuk mendirikan Bangunan selama masa perjanjian dan mengalihkan kepemilikan Bangunan
tersebut kepada pemegang hak atas tanah setelah investor mengoperasikan Bangunan tersebut atau
sebelum investor mengoperasikannya
PP No 34 Tahun 2017 (berlaku 2 Januari 2018)
Investor adalah orang pribadi atau badan yang diberikan hak untuk mendirikan suatu Bangunan dan
menggunakan atau mengusahakan Bangunan berdasarkan perjanjian Bangun Guna Serah selama
masa
perjanjian Bangun Guna Serah
PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
penghasilan dari persewaan tanah dan/atau Bangunan baik sebagian
maupun seluruh Bangunan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau
badan
PP No 34 Tahun 2017
OBJEK PAJAK
termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau
badan pemegang hak atas tanah dari Investor terkait dengan pelaksanaan
perjanjian Bangun Guna Serah, meliputi:
a. penghasilan atas pembayaran berkala selama masa perjanjian Bangun
Guna Serah;
b. penghasilan dalam bentuk Bangunan yang diserahkan sebelum
perjanjian Bangun Guna Serah berakhir;
c. penghasilan dalam bentuk Bangunan yang diserahkan atau seharusnya
diserahkan pada saat perjanjian Bangun Guna Serah berakhir; dan/atau
d. penghasilan lain terkait perjanjian Bangun Guna Serah, termasuk
pembayaran terkait bagi hasil penggunaan Bangunan dan denda
PENGECUALIAN
penghasilan yang
diterima atau
diperoleh dari jasa
pelayanan penginapan
beserta akomodasinya
kamar, asrama untuk
mahasiswa/pelajar,
asrama atau pondok
pekerja, dan rumah
kos
PP Nomor 34 Tahun 2017
PP Nomor 29 Tahun 1996 s.t.d.t.d PP
Nomor 5 Tahun 2002
BGS
Tanah Tanah
tidak termasuk penghasilan yang
diterima atau
diperoleh dari jasa pelayanan penginapan
beserta akomodasinya
 antara lain kamar, asrama untuk
mahasiswa/pelajar, asrama atau pondok
pekerja, dan rumah kos
Tidak ada pengecualian
Mengatur BGS Tidak mengatur BGS
Definisi/cakupan bangunan lebih luas
Bangunan adl rumah, rumah susun,
apartemen, kondominium, gedung
perkantoran, rumah kantor,
toko, rumah toko, gudang dan industri
PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
10% Jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/atau bangunan
semua jumlah yang dibayarkan atau yang diakui sebagai utang oleh Penyewa
dengan nama
dan dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan tanah dan/atau Bangunan
yang disewa termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan,
biaya layanan, dan biaya fasilitas lainnya, baik yang perjanjiannya dibuat secara
terpisah maupun yang disatukan
PP No 34 Tahun 2017
PPh terutang
nilai Bangunan yang diterima oleh pemegang hak atas tanah dari Investor
→ nilai yang tertinggi antara nilai pasar dan nilai jual objek pajak Bangunan
PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
PT A sebagai pemilik tanah melakukan perjanjian BGS dengan PT B untuk membangun gedung
perkantoran. Setelah proses pembangunan selesai, PT B mempunyai hak untuk menggunakan
Bangunan tersebut selama 20 (dua puluh) tahun. Setiap bulan sepanjang 20 (dua puluh) tahun tersebut
PT B akan membayarkan Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) kepada PT A dan di akhir masa BGS
PT B menyerahkan Bangunan perkantoran tersebut kepada PT A. PT B di tahun kedua dikenai denda
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) yang harus dibayarkannya kepada PT A dikarenakan tidak
melaksanakan salah satu butir dalam kontrak yang telah disepakati
Penghasilan PT A yang harus dipotong PPh atas sewa tanah dan/atau Bangunan oleh PT B adalah
penghasilan yang diterima rutin setiap bulan sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah),
penghasilan berupa jumlah bruto nilai
Bangunan yang diterima pada saat BGS berakhir, dan denda pelanggaran kontrak sebesar
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
PP No 34 Tahun 2017
Contoh
PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
Perjanjian persewaan Bangunan selain rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung
perkantoran, rumah kantor,
toko, rumah toko, gudang dan industri, sebagaimana dimaksud dalam PP 29/1996
Penghasilan atas pelaksanaan sewa
yang telah dimulai sebelum
berlakunya PP ini
PP No 34 Tahun 2017
Ketentuan peralihan
dikenai PPh berdasarkan Pasal 17 UU PPh sampai
dengan berakhirnya jangka waktu sewa
Penghasilan atas pelaksanaan sewa
yang mulai dilaksanakan setelah
berlakunya PP ini dan pembayaran
atas sewa dilakukan sebelum
berlakunya PP ini
dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan Pasal 17 UU PPh
selama masa sewa secara proporsional dengan nilai
sewa yang telah dibayar dimulai sejak awal pelaksanaan
kontrak atau perjanjian sewa tersebut
Dipotong PPh Pasal 23 dalam hal Penyewa adalah
pemotong pajak
PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
PP No 34 Tahun 2017
CONTOH 1
PT L sebagai pemilik tangki dan PT M menandatangani perjanjian sewa untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun pada tanggal sebelum berlakunya PP ini sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pelaksanaan sewa dimulai dua tahun sebelum PP ini telah berlaku
Mengingat dimulainya pelaksanaan sewa dilakukan sebelum PP ini berlaku, atas penghasilan sewa
untuk tiga tahun setelah berlakunya PP ini dikenai PPh berdasarkan Pasal 17 UU PPh. Namun, apabila
PT L dan PT M melakukan perubahan perjanjian sewa pada saat PP ini berlaku maka atas penghasilan
sewa yang diubah tersebut dikenai PPh berdasarkan Peraturan Pemerintah ini
PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
PP No 34 Tahun 2017
CONTOH 2
PT Q sebagai pemilik menara telekomunikasi dan PT W menandatangani perjanjian sewa untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun pada tanggal sebelum berlakunya PP ini sebesar Rp500.000.000,00. Dalam
perjanjian diatur bahwa pelaksanaan sewa akan dimulai pada tanggal PP ini telah berlaku.
Pembayaran sewa dilakukan dua kali. Pembayaran pertama sebesar Rp. 150.000.000,00 dilakukan
sebelum PP ini berlaku yang merupakan pembayaran untuk satu tahun pertama dan bagian tahun
kedua. Pembayaran tersebut merupakan penghasilan untuk tahun pajak pertama dan bagian tahun
pajak kedua yang
dikenai PPh berdasarkan Pasal 17 UU PPh.
Atas pembayaran kedua sebesar Rp.350.000.000,00 yang dilakukan setelah PP ini
berlaku, dikenai PPh sesuai PP ini
PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
perjanjian Bangun Guna Serah yang sudah dimulai sebelum berlakunya PP ini dan perjanjiannya
berakhir setelah berlakunya
PP ini
penghasilan atas pembayaran
berkala dan penghasilan lain terkait
perjanjian BGS tmsk bagi hasil dan
denda
PP No 34 Tahun 2017
Ketentuan peralihan
dikenai PPh sesuai UU PPh atas transaksi BGS
(KMK 248/KMK.04/1995 dan SE-38/PJ/1995)
Penghasilan berupa bangunan yang
diserahkan/seharusnya diserahkan
dikenai PPh berdasarkan PP 34/2017
PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
WPDN WPDN
Sewa
Poton
g 10%
Pemotong
Pajak
Non
Pemotong
Pajak
Sewa
Menyetorkan
PPh Final 10%
dari jumlah
bruto
KEP-50/PJ/1996 WP OP sebagai pemotong
PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
Saat terutang
Paling lambat tgl 10 bulan berikutnya, dalam hal dipotong oleh
penyewa
Paling lambat tgl 15 bulan berikutnya, dalam hal disetor sendiri
Saat lapor
saat pembayaran atau terutangnya sewa
KMK 394/KMK.04/1994 s.t.d.d. KMK 120/KMK.03/2002
Saat setor
Paling lambat tgl 20 bulan berikutnya
PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN - CONTOH
PT Prima Realty menyewakan 2 ruko yang dimilikinya kepada CV Serayu dan
Tuan Iqbal (PNS). Biaya persewaan untuk 2 tahun ke depan adalah sebesar Rp
200 juta per ruko, tidak termasuk service charge sebesar Rp 50 juta per tahun,
dan semua biaya telah dibayar di depan pada tgl 7 Januari 2017.
Bagaimana aspek perpajakan atas transaksi tersebut?
Jawab:
Aspek perpajakan
PP No 29 Tahun 1996 s.t.d.d. PP No 5 Tahun 2002
Penyewa Jumlah bruto nilai
sewa
Tarif PPh Keterangan
CV Serayu 300.000.000 10% 30.000.000 Dipotong oleh CV Serayu
Tuan Iqbal 300.000.000 10% 30.000.000 Disetor sendiri oleh PT Prima
Realty
Jumlah 600.000.000 60.000.000
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA
PP Nomor 34 Tahun 2016 (berlaku mulai 6 September 2016), PMK 261/PMK.03/2016
Objek Pajak
Penghasilan dari
Pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan
Perjanjian pengikatan jual beli
atas tanah dan/atau bangunan dan
perubahannya
Penjualan, tukar menukar,
pelepasan hak, penyerahan hak,
lelang, hibah, waris, atau cara lain
yang disepakati para pihak
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA
WPOP/BADAN
WPDN
Nilai Pengalihan
Hak
PP Nomor 34 Tahun 2016, PMK 261/PMK.03/2016
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA
NILAI PENGALIHAN
HAK
nilai berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang, dalam hal
pengalihan hak kepada pemerintah
nilai menurut risalah lelang, dalam hal pengalihan hak sesuai dengan
peraturan lelang
nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan dilakukan melalui jual beli yang
dipengaruhi hubungan istimewa, selain pengalihan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b
nilai yang sesungguhnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan
hak atas tanah dan/ atau bangunan dilakukan melalui jual beli yang tidak
dipengaruhi hubungan istimewa, selain pengalihan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b;
nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh berdasarkan harga pasar,
dalam hal pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan dilakukan
melalui tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, hibah, waris,
atau cara lain yang disepakati antara para pihak
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA
WPOP/BADAN usaha bukan
pengalihan hak atas
tanah/bangunan
WPDN
Nilai Pengalihan
Hak
PPh Final
2,5%
sebelum akta,
keputusan,
kesepakatan, atau
risalah lelang atas
pengalihan hak atas
tanah dan/atau
bangunan
ditandatangani oleh
pejabat yang
berwenang
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA
WPOP/BADAN usaha
pokok melakukan
pengalihan hak atas
tanah/bangunan
WPDN
Nilai Pengalihan
Hak
PPh Final
2,5%
saat diterimanya
sebagian atau
seluruh pembayaran
atas pengalihan hak
atas tanah dan/
atau bangunan
atas pengalihan Rumah Sederhana dan Rusun Sederhana yang
dilakukan WP yang usaha pokoknya adalah pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan
PPh Final
1%
atas pengalihan selain Rumah Sederhana dan Rusun Sederhana
yang dilakukan WP yang usaha pokoknya adalah pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA
WPOP/BADAN
Pemerintah
Pemda/BUMN/
BUMD penugasan khusus
Nilai Pengalihan
Hak
PPh
Final
0%
sebelum
melakukan
pembayaran
kepada orang
pribadi atau
badan yang
berhak
menerimanya
atau sebelum
tukar menukar
dilaksanakan
PPh
Final
2,5%
Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum
berdasarkan penugasan khusus
Pengalihan hak atas tanah/bangunan
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA
WPOP/
BADAN
(Penjual)
WPDN
(Pembeli I)
WPDN
(Pembeli
II)
Jumlah bruto
Tarif
2,5%, 1%
sebelum terjadinya
perubahan atau adendum
atas perjanjian pengikatan
jual beli tersebut
Jumlah bruto
Tarif
2,5%, 1%
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA
JUMLAH BRUTO
nilai yang sesungguhnya diterima atau diperoleh, dalam
hal pengalihan tanah dan/atau bangunan dilakukan
melalui pengalihan yang tidak dipengaruhi hubungan
istimewa
nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, dalam hal
pengalihan tanah dan/atau bangunan dilakukan melalui
pengalihan yang dipengaruhi hubungan istimewa
HIBAH kepada
keluarga sedarah
lurus satu derajat
tidak ada
hubungan usaha,
pekerjaan,
kepemilikan,
penguasaan
Di bawah
PTKP, nilai
pengaliha
n <
Rp60jt
BGS
WARIS HIBAH kepada
Badan
keagamaan/sosial
/pendidikan yang
tidak ada
hubungan
Merger/akuisi
si
menggunakan
nilai buku
yang telah
ditetapkan
menkeu
Bukan SP
Orang Pribadi Badan
CONTOH 1
Tuan Hisyam Faraz menjual rumah tokonya kepada Nyonya Mita seharga Rp1.000.000.000,00. Pada tanggal
9 Oktober 2016 ditandatangani PPJB dengan cara tiga kali cicilan, masing-masing sebesar:
a. Rp300.000.000,00 dibayar pada tanggal 9 Oktober 2016 (saat PPJB ditandatangani);
b. Rp300.000.000,00 dibayar pada tanggal 9 November 2016; dan
c. Rp400.000.000,00 dibayar pada tanggal 9 Januari 2017.
Pada tanggal 16 Februari 2017, Akta Jual Beli (AJB) ditandatangani kedua pihak. Pajak Penghasilan (PPh)
yang harus dibayar oleh Tuan Hisyam ke Kas Negara adalah:
PMK261/PMK.03/2016
Tanggal 16 Februari 2017, yaitu pada saat AJB ditandatangani, tidak terdapat PPh yang masih harus
dibayar karena PPh yang terutang sudah lunas dibayar pada tanggal 15 Februari 2017
CONTOH 2
Pada tanggal 1 Februari 2017, Tuan Ghifari menjual rumah secara tunai di bawah tangan dengan Tuan Indra
Adi, dengan harga Rp2.000.000.000,00. Atas transaksi penjualan rumah tersebut, Tuan Indra Adi tidak
membuat PPJB dengan Tuan Ghifari, namun menerima surat kuasa dari Tuan Ghifari untuk menjual dan
surat kuasa untuk menandatangani AJB.
Pada tanggal 5 Juli 2017, Tuan Indra Adi menjual rumah tersebut kepada Ny. Patryangga dengan harga
Rp2.200.000.000,00 dan menerima seluruh pembayaran pada saat itu juga. Pada tanggal 6 Juli 2017,
penandatanganan AJB oleh Tuan Indra Adi (berdasarkan surat kuasa menjual dan surat kuasa
menandatangani AJB dari Tuan Ghifari), Ny. Patryangga dan PPAT
PPh yang harus dibayar adalah sebagai berikut:
a. Surat kuasa menjual dan surat kuasa untuk menandatangani AJB pada dasarnya merupakan PPJB. Oleh
karena itu, PPh yang terutang pada tanggal 1 Februari 2017, sebesar 2,5% x Rp2.000.000.000,00 =
Rp50.000.000,00 wajib dibayar ke Kas Negara oleh Tuan Ghifari paling lambat tanggal 15 Maret 2017.
b. PPh terutang pada saat pengalihan dari tuan Indra Adi kepada Ny. Patryangga sebesar 2,5% x
Rp2.200.000.000,00 = Rp55.000.000,00 wajib dibayar ke Kas Negara oleh Tuan Indra Adi paling lambat
sebelum AJB ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah/PPAT
PMK261/PMK.03/2016
CONTOH 3
PT Modal Kuat, sebuah perusahaan pengembang, bekerja sama dengan Tuan Dani untuk
mengembangkan kawasan perumahan di tanah milik Tuan Dani. Dalam perjanjian kerja sama
tersebut, pembagian hasil antara PT Modal Kuat dan Tuan Dani masing-masing 50%.
Salah satu klausul dalam perjanjian kerja sama yaitu PT Modal Kuat menerima seluruh
pembayaran dari pembeli rumah dan surat kuasa untuk menandatangani PPJB dan AJB (untuk
memecah sertifikat).
Pada tanggal 1 Februari 2017, PT Modal Kuat menandatangani PPJB dengan Tuan Fadhia. Uang
muka diterima sebesar Rp200.000.000,00 dari harga rumah sebesar Rp600.000.000,00. Pada
tanggal 2 Februari 2017, PT Modal Kuat mentransfer uang sejumlah Rp100.000.000,00 kepada
Tuan Dani.
Pada tanggal 6 Maret 2017, pelunasan rumah sebesar Rp400.000.000,00 dilakukan melalui Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) Bank ABC. AJB ditandatangani oleh PT Modal Kuat, Tuan Fadhia, dan
PPAT pada tanggal 7 Maret 2017.
Selanjutnya Tuan Dani menerima pembayaran sebesar Rp200.000.000,00 dari PT Modal Kuat
PMK261/PMK.03/2016
CONTOH 3
PPh yang harus dibayar masing-masing pihak adalah:
a. Atas pembayaran yang diterima PT Modal Kuat dari Tuan Fadhia pada tanggal 1 Februari 2017, terutang
PPh sebesar 2,5% x Rp200.000.000,00 = Rp5.000.000,00 yang wajib dibayar ke Kas Negara oleh PT
Modal Kuat paling lambat tanggal 15 Maret 2017.
b. Atas pembayaran yang diterima Tuan Dani dari PT Modal Kuat pada tanggal 2 Februari 2017, terutang
PPh sebesar 2,5% x Rp100.000.000,00 = Rp2.500.000,00 yang wajib dibayar ke Kas Negara oleh Tuan
Dani paling lambat tanggal 15 Maret 2017.
c. Atas pembayaran dari Bank ABC kepada PT Modal Kuat pada tanggal 6 Maret 2017, terutang PPh
sebesar 2,5% x Rp400.000.000,00 = Rp 10.000.000,00 yang wajib dibayar ke Kas Negara oleh PT Modal
Kuat paling lambat sebelum AJB ditandatangani PPAT.
d. Atas pembayaran yang diterima Tuan Dani dari PT Modal Kuat pada tanggal 8 Maret 2017, terutang PPh
sebesar 2,5% x Rp200.000.000,00 = Rp5.000.000,00 yang wajib dibayar ke Kas Negara oleh Tuan Dani
paling lambat tanggal 17 April 2017 (Tanggal 15 dan 16 April 2017 merupakan hari libur sehingga jatuh
tempo pembayaran menjadi hari berikutnya)
PMK261/PMK.03/2016
CONTOH 4
PT Agresif Bangun menjual satu unit apartemen kepada Ny Sari seharga Rp300.000.000,00 dan
menandatangani PPJB pada tanggal 1 Mei 2016. Pembayaran disepakati dengan cara tiga kali cicilan
masing-masing sebesar Rp100.000.000,00 dengan tanggal pembayaran 1 Mei 2016 (saat PPJB dibuat), 1 Juli
2016, dan 7 September 2016. Pada tanggal 8 September 2016, AJB ditandatangani kedua pihak dan PPAT.
PPh yang harus dibayar ke Kas Negara oleh PT Agresif Bangun adalah:
PMK261/PMK.03/2016
PP 34/2016 berlaku mulai 6 September 2016
CONTOH 5
Pada tanggal 1 Februari 2016, PT Developer Maju menjual satu unit apartemen
seharga Rp600.000.000,00 kepada Tuan Teguh dengan cara 12 kali cicilan
masing-masing sebesar Rp50.000.000,00 dengan PPJB. Setelah mengangsur
selama 8 kali, pada tanggal 7 September 2016, Tuan Teguh mengalihkan unit
apartemen tersebut kepada Tuan Taufik dengan harga Rp450.000.000,00.
Pada tanggal 7 September 2016, adendum PPJB dibuat dan ditandatangani
untuk mencantumkan Tuan Taufik sebagai pembeli yang menggantikan Tuan
Teguh. Berdasarkan adendum PPJB tersebut Tuan Taufik akan meneruskan cicilan
yang sudah dibayar oleh Tuan Teguh. Jadwal cicilan selanjutnya yang harus
dibayar oleh Tuan Taufik jatuh tempo pada tanggal 1 Oktober 2016.
PMK261/PMK.03/2016
PP 34/2016 berlaku mulai 6 September 2016
CONTOH 5
PPh yang harus dibayar oleh masing-masing pihak adalah:
Penghasilan atas 8 kali cicilan yang sudah dibayar berdasarkan PPJB antara PT Developer Maju
dan Tuan Teguh terutang PPh berdasarkan PP Nomor 48 Tahun 1994 s.t.d.t.d PP Nomor 71 Tahun
2008. PPh terutang untuk masing-masing cicilan sebesar 5% x Rp50.000.000,00 =
Rp2.500.000,00 wajib dibayar ke Kas Negara oleh PT Developer Maju paling lambat tanggal 15
pada bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran.
PPh terutang atas penghasilan dari perubahan PPJB yang diterima oleh Tuan Teguh pada tanggal
7 September 2016 sebesar 2,5% x Rp450.000.000,00 = Rp11.250.000,00 wajib dibayar ke Kas
Negara oleh Tuan Teguh paling lambat tanggal 17 Oktober 2016 (Tanggal 15 Oktober dan 16
Oktober merupakan hari libur sehingga jatuh tempo pembayaran menjadi hari berikutnya). →
seharusnya sebelum terjadinya adendum (paling lambat 7 September 2016)
Penghasilan atas 4 kali cicilan yang dibayar oleh Tuan Taufik kepada PT Developer Maju mulai
tanggal 1 Oktober 2016 terutang PPh masing-masing sebesar 2,5% x Rp50.000.000,00 = Rp
1.250.000,00 yang wajib dibayar ke Kas Negara oleh PT Developer Maju paling lambat tanggal
15 pada bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran.
PMK261/PMK.03/2016
PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK
Saham
Pendiri
Pendiri adalah orang pribadi atau badan namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham
Perseroan Terbatas atau tercantum dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas sebelum
Pernyataan Pendaftaran yang diajukan kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dalam
rangka penawaran umum perdana ("initial public offering") menjadi efektif
saham yang dimiliki oleh mereka yang termasuk kategori
"pendiri"
saham yang diperoleh pendiri yang berasal dari kapitalisasi
agio yang dikeluarkan setelah penawaran umum perdana
("initial public offering")
saham yang berasal dari pemecahan saham pendiri.
PP Nomor 41 Tahun 1994 s.t.d.d. PP Nomor 14 Tahun 1997
Termasuk pengertian pendiri adalah OP/badan yang menerima pengalihan saham karena hibah,
warisan, cara lain yang tidak dikenakan PPh
Bukan
Saham
Pendiri
saham yang berasal dari dividen saham
dividen yg diperoleh stlh IPO yg berasal dari right issue,
waran, konversi
saham yang diperoleh pendiri perusahaan Reksa Dana
PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK
WPDN
Bursa
Saham
Pendiri
Potong
0,1%
Pemotong
PPh Pasal 4 (2) tambahan =
0,5% x harga saham pada saat penawaran umum
perdana
Disetor selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah
saham perusahaan tersebut diperdagangkan di bursa
efek
WP boleh memilih
menggunakan tarif Pasal 17
utk menghitung PPh atas
capital gain
PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK
KMK 282/KMK.04/1997
PEMOTONG, SAAT PEMOTONGAN, SAAT SETOR, SAAT LAPOR
Saat pemotongan Saat pelunasan transaksi
Saat setor
0,1% :
Paling lama tgl 20 bulan berikutnya
Tambahan saham pendiri 0,5% :
Paling lama 1 bulan stlh saham
diperdagangkan di bursa efek
Saat lapor
Penyelenggara bursa efek
Penyelenggara bursa efek
Emiten
0,1% :
Paling lama tgl 25 bulan berikutnya
Tambahan saham pendiri 0,5% :
Paling lama tgl 20 bulan berikutnya
setelah bulan penyetoran
Penyelenggara bursa efek
Emiten
DIVIDEN DITERIMA WP OP DN
PT/
Pembagi
Dividen
WPOP
DN
WP
BADAN
Dividen
Tarif PPh Pasal
23
atau Bukan
Objek
Poton
g 10%
Potong
20%/
tax treaty
WPLN
PP 19/2009; PMK 111/PMK.03/2010
Termasuk dividen:
Pembagian SHU
koperasi
DIVIDEN DITERIMA WP OP DN
Saat
terutang
Paling lambat tgl 10 bulan berikutnya
Saat lapor
saat disediakan untuk dibayarkan
Perusahaan tdk go public : saat pengumuman dividen atau ditentukan dalam RUPS
Perusahaan go public : tgl penentuan kepemilikan pemegang saham (tgl
pencatatan)
Penjelasan Pasal 15 ayat (3) PP 94/2010
Saat setor
Paling lambat tgl 20 bulan berikutnya
PMK 111/PMK.03/2010
BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH
KOPERASI KEPADA ANGGOTA KOPERASI ORANG
PRIBADI
KOPERASI
WPOP
Poton
g 10%
Simpanan
Poton
g 0%
PP 15/2009; PMK 112/PMK.03/2010
BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI
KEPADA ANGGOTA KOPERASI ORANG PRIBADI
Saat
terutang
Paling lambat tgl 10 bulan berikutnya
Saat lapor
Saat pembayaran
Saat setor
Paling lambat tgl 20 bulan berikutnya
PMK 112/PMK.03/2010
CONTOH
Contoh perhitungan Pajak Penghasilan atas bunga simpanan:
1. Bunga dibayarkan pada bulan Februari Rp 240.000,00 untuk masa Januari, maka PPh
terutang 0% x Rp 240.000,00 = Rp 0,00
2. Bunga dibayarkan pada bulan Februari Rp 245.000,00 untuk masa Januari, maka PPh
terutang 10% x Rp 245.000,00 = Rp24.500,00
3. Bunga dibayarkan pada bulan April sebesar Rp 500.000,00 dengan rincian:
Bulan Januari RP 250.000,00
Bulan Februari RP 150.000,00
Bulan Maret RP 100.000,00
Maka yang dikenakan PPh 10% adalah bunga bulan Januari sebesar
10% x Rp 250.000,00 = Rp 25.000,00 dan untuk bulan Februari dan Maret RP 0,00
PP 15/2009
SELISIH LEBIH REVALUASI AKTIVA TETAP
Revaluasi
seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk
tanah yang berstatus hak milik atau hak
guna bangunan; atau
seluruh aktiva tetap berwujud tidak
termasuk tanah
yang terletak atau
berada di
Indonesia, dimiliki,
dan dipergunakan
untuk
mendapatkan,
menagih, dan
memelihara
penghasilan yang
merupakan Objek
Pajak
PMK Nomor 79/PMK.03/2008
Nilai Asset
berdasarkan
Nilai Buku Fiskal
Nilai Asset
berdasarkan
Nilai Pasar
Persetujuan
Kepala Kanwil
DJP
10% x
selisih
lebih
WP
Badan
/BUT
(Rupia
h)
Berlak
u 5
tahun
Pembayaran
dilakukan paling
lambat 15 hari
setelah SK
diterbitkan
PMK-79/PMK.03/2008
PER-12/PJ/2009
SELISIH LEBIH REVALUASI AKTIVA TETAP
Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap yang telah memperoleh persetujuan penilaian
kembali
adalah nilai pada saat penilaian kembali
Perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap
PMK Nomor 79/PMK.03/2008
Perlakuan Aktiva Tetap setelah revaluasi
Masa manfaat disesuaikan kembali menjadi masa manfaat penuh untuk kelompok aktiva
tetap
Tidak dapat dilakukan revaluasi kembali sebelum lewat jangka waktu 5 tahun
SELISIH LEBIH REVALUASI AKTIVA TETAP
PENGHASILAN KONTRAKTOR USAHA HULU MIGAS BERUPA
UPLIFT/IMBALAN SEJENIS DAN PENGHASILAN KONTRAKTOR
DARI PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST
Kontraktor Kerja Sama
Minyak dan Gas Bumi
adl badan usaha atau bentuk
usaha tetap yang ditetapkan
untuk melakukan eksplorasi
dan eksploitasi pada suatu
wilayah kerja berdasarkan
kontrak kerja sama dengan
Badan Pelaksana
Penghasilan Dalam Rangka
Kontrak Bagi Hasil
Penghasilan Dalam Rangka
Kontrak Jasa
Penghasilan Lain di Luar
Kontrak Kerja Sama
PMK Nomor 257/PMK.011/2011
Uplift/Imbalan Sejenis
imbalan yang diterima oleh kontraktor
sehubungan dengan penyediaan dana
talangan untuk pembiayaan operasi
Kontrak Bagi Hasil yang seharusnya
merupakan kewajiban partisipasi
kontraktor lain, yang ada dalam satu
kontrak kerja sama, dalam pembiayaan
Pengalihan Participating
Interest
hak dan kewajiban sebagai kontraktor
kontrak kerja sama, baik secara langsung
maupun tidak langsung pada suatu
wilayah kerja untuk pelaksanaan
eksplorasi dan eksploitasi
Penghasilan lain di luar kontrak kerja
sama
UPLIFT/IMBALAN SEJENIS
pengemb
alian
Potong 20%
x jml bruto
PT
A
PT
B
Saat terutang:
Saat dibayar atau diakui sbg biaya mana yg lbh dahulu
PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST
50%
50%
PSC
dialihkan
Potong
5%
x jml
bruto
Masa
eksplora
si
Masa
eksploita
si
Potong
7% x jml
bruto
Jumlah bruto:
Sesungguhnya diterima/diperoleh
Seharusnya diterima/diperoleh dlm hal
ada hub istimewa
Saat terutang:
Saat pembayaran, saat pengalihan, atau
saat persetujuan oleh Menteri ESDM mana
yg lebih dahulu
Eksplorasi
Eksploitasi
PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST
tidak mengalihkan seluruh
Participating Interest yang
dimilikinya
telah dimiliki lebih dari 3 (tiga)
tahun
telah dilakukan Eksplorasi dan
Kontraktor telah mengeluarkan
investasi
tidak dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan
melakukan kewajiban pengalihan
Participating Interest sesuai
kontrak kerja sama kepada
perusahaan nasional
CONTOH 1 (UPLIFT)
Alpha Ltd. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan gas bumi, yang didirikan
di negara X.
Beta Pty. Ltd. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan gas bumi, yang
didirikan di negara Y.
Pada tahun 2004 Alpha Ltd. dan Beta Pty. Ltd. memenangkan tender penawaran blok migas Arjuna di laut
Jawa. Alpha Ltd. membentuk Alpha Arjuna Ltd. di negara Z (bukan negara mitra P3B) dan Beta Pty. Ltd.
membentuk Beta Arjuna Ltd. di negara Z. Kedua perusahaan kemudian membentuk Bentuk Usaha Tetap
(BUT) dan mendaftarkannya di Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing Dua. Masing-masing BUT
memegang 50% interest di blok migas Arjuna.
Jika dalam kontrak kerja sama migas disebutkan bahwa apabila salah satu Kontraktor mengalami kesulitan
keuangan dan atas kewajiban partisipasinya tersebut ditalangi terlebih dahulu oleh Kontraktor lain, maka
Kontraktor yang meminta dana talangan akan membayar Uplift kepada Kontraktor yang memberikan dana
talangan.
BUT Beta Arjuna Ltd. mengalami masalah likuiditas keuangan sehingga biaya untuk kegiatan Eksplorasi pada
tahun 2004 sampai dengan 2010 ditalangi oleh BUT Alpha Arjuna Ltd.. Pada tahun 2011 Blok Arjuna
memasuki tahap produksi. Atas dana talangan tersebut, BUT Alpha Arjuna Ltd. mendapatkan imbalan berupa
PMK 257/PMK.011/2011
CONTOH 1 (UPLIFT)
Berdasarkan informasi tersebut, penghitungan PPh final atas penghasilan berupa Uplift yang diterima BUT
Alpha Arjuna Ltd. adalah sebagai berikut:
PPh final = 20% x US$10,000,000.00 = US$2,000,000.00
(dipotong oleh BUT Beta Arjuna Ltd., dan BUT Beta Arjuna Ltd. wajib memberikan bukti potongnya kepada
BUT Alpha Arjuna Ltd.)
Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4) atas penghasilan kena pajak sesudah dikurangi PPh final yang berasal dari
Uplift adalah sebagai berikut:
Penghasilan Uplift = US$ 10,000,000.00
Biaya yg terkait langsung dengan Uplift = US$ 2,000,000.00
Penghasilan Kena Pajak = US$ 8,000,000.00
PPh final = US$ 2,000,000.00
DPP PPh Pasal 26 ayat (4) atas penghasilan Uplift = US$ 6,000,000.00
PPh Pasal 26 ayat (4) terutang =(20%xUS$6,000,000.00) = US$ 1,200,000.00
PMK 257/PMK.011/2011
CONTOH 2 (PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST)
Charlie Ltd. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan
gas bumi, yang didirikan di negara X.
Delta Pty. Ltd. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak
dan gas bumi, yang didirikan di negara Y. Delta Pty. Ltd. membentuk Special Purpose
Vehicle (SPV) Company Delta Pty. Ltd. di negara Z dan mendaftarkan BUT Delta Pty.
Ltd. di Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing Dua.
Pada tahun 2009, Charlie Ltd. memenangkan tender penawaran blok migas Bima di
laut Jawa. Charlie Ltd. membentuk Charlie Bima Ltd. di negara Z dan mendaftarkan
BUT Charlie Bima Ltd. di Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing Dua. BUT
Charlie Bima Ltd. menandatangani kontrak dengan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) pada tahun 2009 dan memegang 100%
interest di blok Bima. Negara X, Y, dan Z adalah negara bukan mitra P3B.
PMK 257/PMK.011/2011
CONTOH 2 (PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST)
Pengalihan Participating Interest scr langsung – masa eksplorasi
Pada tahun 2011, BUT Charlie Bima Ltd. mengalihkan 50% interest di blok Bima kepada BUT Delta Pty. Ltd.,
dengan nilai transaksi sebesar US$20,000,000.00.
Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang oleh BUT Charlie Bima Ltd. adalah sebagai berikut:
PPh final = 5% x US$20,000,000.00 = US$1,000,000.00 (dipotong oleh BUT Delta Pty. Ltd.)
Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4) sebagai berikut:
Penghasilan dari pengalihan Participating Interest = US$ 20,000,000.00
Biaya yang telah dikeluarkan = US$ 16,000,000.00
Penghasilan Kena Pajak = US$ 4,000,000.00
PPh final = US$ 1,000,000.00
DPP PPh Pasal 26 ayat (4) = US$ 3,000,000.00
PPh Pasal 26 ayat (4) terutang (20%xUS$3,000,000.00) = US$ 600,000.00
PMK 257/PMK.011/2011
CONTOH 2 (PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST)
Pengalihan Participating Interest scr langsung – masa eksploitasi
Blok migas Bima telah berproduksi pada tahun 2015 dan pada tahun 2016 BUT Charlie Bima Ltd.
mengalihkan lagi 10% interest di blok Bima kepada BUT Delta Pty. Ltd. dengan nilai transaksi
sebesar US$20,000,000.00.
PPh final = 7% x US$20,000,000.00 = US$1,400,000.00 (dipotong oleh BUT Delta Pty. Ltd.)
Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4) sebagai berikut:
Penghasilan dari pengalihan Participating Interest = US$ 20,000,000.00
Biaya yang telah dikeluarkan
(tidak termasuk biaya-biaya yang sudah dikembalikan oleh Pemerintah) = US$ 14,400,000.00
Penghasilan Kena Pajak = US$ 5,600,000.00
PPh final = US$ 1,400,000.00
DPP PPh Pasal 26 ayat (4) = US$ 4,200,000.00
PPh Pasal 26 ayat (4) terutang (20%xUS$4,200,000.00) = US$ 840,000.00
PMK 257/PMK.011/2011
CONTOH 2 (PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST)
Pengalihan Participating Interest scr tidak langsung/pengalihan saham – masa eksploitasi
Pada tahun 2017, Charlie Ltd. mengalihkan 30% interest di Blok Bima melalui penjualan
100% saham Charlie Bima Ltd. kepada Gama Pty. Ltd. dengan nilai transaksi
US$20,000,000.00. Dengan demikian Gama Pty. Ltd. memiliki 30% interest di blok Bima
melalui Charlie Bima Ltd. (SPV company).
Atas transaksi penjualan saham tersebut termasuk dalam pengertian pengalihan interest
secara tidak langsung karena yang diperjualbelikan adalah interest di Blok Bima.
Meskipun secara formal transaksi tersebut adalah pengalihan saham namun secara
substansi transaksi tersebut adalah pengalihan interest (substance over form).
PMK 257/PMK.011/2011
 Kemudahan dan kesederhanaan → PPh final
 Pemberlakuan jangka waktu dimaksudkan untuk masa pembelajaran
untuk menyelenggarakan pembukuan sebelum dikenai PPh dengan tarif
umum
 Mendorong masyarakat untuk berperan serta dalam perekonomian
formal → penyesuaian tarif
 Memberikan keadilan bagi WP yang telah mampu menyelenggarakan
pembukuan dengan cara memberikan pilihan pengenaan PPh (final 0,5%
atau dengan tarif umum)
 Pasal 4 ayat (2) huruf e UU PPh :
Penghasilan tertentu lainnya dapat dikenai pajak bersifat final
 Pasal 17 ayat (7) UU PPh :
Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan tarif pajak tersendiri atas penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), sepanjang tidak melebihi tarif pajak
tertinggi sebagaimana tersebut pada ayat (1)
Uang yang diterima/diperoleh sebelum dikurangi potongan penjualan,
potongan tunai, dan/atau potongan sejenis
1 Juli 2018
13. PPh 4(2) final.pptx
13. PPh 4(2) final.pptx

More Related Content

What's hot

PENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDING
PENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDINGPENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDING
PENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDING
sischayank
 
Pengertian pajak dan kegunaannya
Pengertian pajak dan kegunaannyaPengertian pajak dan kegunaannya
Pengertian pajak dan kegunaannya
Kppkp Bangil
 
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...
Asep suryadi
 

What's hot (20)

Materi perpajakan koperasi
Materi perpajakan koperasiMateri perpajakan koperasi
Materi perpajakan koperasi
 
pph pasal 24 25 dan 26
pph pasal 24 25 dan 26pph pasal 24 25 dan 26
pph pasal 24 25 dan 26
 
Piutang Dagang dan Piutang Wesel (Pengantar Akuntansi II)
Piutang Dagang dan Piutang Wesel (Pengantar Akuntansi II)Piutang Dagang dan Piutang Wesel (Pengantar Akuntansi II)
Piutang Dagang dan Piutang Wesel (Pengantar Akuntansi II)
 
Perbedaan Jasa Konstruksi PPh Pasal 4 Ayat (2) & PPh Pasal 23 - RIKI ARDONI
Perbedaan Jasa Konstruksi PPh Pasal 4 Ayat (2) & PPh Pasal 23 - RIKI ARDONIPerbedaan Jasa Konstruksi PPh Pasal 4 Ayat (2) & PPh Pasal 23 - RIKI ARDONI
Perbedaan Jasa Konstruksi PPh Pasal 4 Ayat (2) & PPh Pasal 23 - RIKI ARDONI
 
Slide PPh Pasal 21
Slide PPh Pasal 21Slide PPh Pasal 21
Slide PPh Pasal 21
 
PER 03 2022 Faktur Pajak.pptx
PER 03 2022 Faktur Pajak.pptxPER 03 2022 Faktur Pajak.pptx
PER 03 2022 Faktur Pajak.pptx
 
PENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDING
PENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDINGPENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDING
PENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDING
 
PPH Pasal 21
PPH Pasal 21PPH Pasal 21
PPH Pasal 21
 
Pajak Penghasilan Umum
Pajak Penghasilan UmumPajak Penghasilan Umum
Pajak Penghasilan Umum
 
Akuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan pptAkuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan ppt
 
PPh 21 pegawai tetap & pasangan
PPh 21 pegawai tetap & pasanganPPh 21 pegawai tetap & pasangan
PPh 21 pegawai tetap & pasangan
 
akuntasi PPH potong pungut
akuntasi PPH potong pungutakuntasi PPH potong pungut
akuntasi PPH potong pungut
 
Penjelasan Pasal 4 ayat (2) UU PPh
Penjelasan Pasal 4 ayat (2) UU PPhPenjelasan Pasal 4 ayat (2) UU PPh
Penjelasan Pasal 4 ayat (2) UU PPh
 
Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dilakukan oleh orang pribadi
Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dilakukan oleh orang pribadiPajak Penghasilan Pasal 21 yang dilakukan oleh orang pribadi
Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dilakukan oleh orang pribadi
 
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Pengembalian Kelebihan Pembayaran PajakPengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
 
Pembubaran Persekutuan oleh pemilik
Pembubaran Persekutuan oleh pemilikPembubaran Persekutuan oleh pemilik
Pembubaran Persekutuan oleh pemilik
 
pp
pppp
pp
 
PPh 26
PPh 26PPh 26
PPh 26
 
Pengertian pajak dan kegunaannya
Pengertian pajak dan kegunaannyaPengertian pajak dan kegunaannya
Pengertian pajak dan kegunaannya
 
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...
 

Similar to 13. PPh 4(2) final.pptx

Pasar uang dan pasar modal
Pasar uang dan pasar modalPasar uang dan pasar modal
Pasar uang dan pasar modal
Rissa Deskya
 
Daftar objek dan tarif pajak penghasilan
Daftar objek dan tarif pajak penghasilanDaftar objek dan tarif pajak penghasilan
Daftar objek dan tarif pajak penghasilan
moderat
 
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptxpph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
IputuEka
 
Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal
Rekonsiliasi Laporan Keuangan FiskalRekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal
Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal
guest841855
 

Similar to 13. PPh 4(2) final.pptx (20)

PPh Final Pasal 4 Ayat (2)
PPh Final Pasal 4 Ayat (2)PPh Final Pasal 4 Ayat (2)
PPh Final Pasal 4 Ayat (2)
 
Ppt p ph final
Ppt p ph finalPpt p ph final
Ppt p ph final
 
Ppt p ph final
Ppt p ph finalPpt p ph final
Ppt p ph final
 
Pertemuan 3.pptx
Pertemuan 3.pptxPertemuan 3.pptx
Pertemuan 3.pptx
 
Pajak-1-Pajak-Final-240912.pptx
Pajak-1-Pajak-Final-240912.pptxPajak-1-Pajak-Final-240912.pptx
Pajak-1-Pajak-Final-240912.pptx
 
Pertemuan 2 p ph ps 4 ayat2
Pertemuan 2  p ph ps 4 ayat2Pertemuan 2  p ph ps 4 ayat2
Pertemuan 2 p ph ps 4 ayat2
 
Pertemuan 2 p ph ps 4 ayat2
Pertemuan 2  p ph ps 4 ayat2Pertemuan 2  p ph ps 4 ayat2
Pertemuan 2 p ph ps 4 ayat2
 
esign-memorandum-informasi-ori-seri-ori021.pdf
esign-memorandum-informasi-ori-seri-ori021.pdfesign-memorandum-informasi-ori-seri-ori021.pdf
esign-memorandum-informasi-ori-seri-ori021.pdf
 
KELOMPOK 1 INVESTASI (2).pdf
KELOMPOK 1 INVESTASI  (2).pdfKELOMPOK 1 INVESTASI  (2).pdf
KELOMPOK 1 INVESTASI (2).pdf
 
PPh pasal 4 ayat 2
PPh pasal 4 ayat 2PPh pasal 4 ayat 2
PPh pasal 4 ayat 2
 
Objek PPh.pdf
Objek PPh.pdfObjek PPh.pdf
Objek PPh.pdf
 
(11) Sukuk & Valuasi.ppt
(11) Sukuk & Valuasi.ppt(11) Sukuk & Valuasi.ppt
(11) Sukuk & Valuasi.ppt
 
Pasar uang dan pasar modal
Pasar uang dan pasar modalPasar uang dan pasar modal
Pasar uang dan pasar modal
 
Akuntansi Perpajakan
Akuntansi PerpajakanAkuntansi Perpajakan
Akuntansi Perpajakan
 
Daftar objek dan tarif pajak penghasilan
Daftar objek dan tarif pajak penghasilanDaftar objek dan tarif pajak penghasilan
Daftar objek dan tarif pajak penghasilan
 
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptxpph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
 
Diskon tunai
Diskon tunai Diskon tunai
Diskon tunai
 
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMIakutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
 
2_MateriTerbuka_Diskon.pptx
2_MateriTerbuka_Diskon.pptx2_MateriTerbuka_Diskon.pptx
2_MateriTerbuka_Diskon.pptx
 
Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal
Rekonsiliasi Laporan Keuangan FiskalRekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal
Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
subki124
 
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
luqmanhakimkhairudin
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
SuzanDwiPutra
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
GilangNandiaputri1
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Jajang Sulaeman
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
ErikaPutriJayantini
 

Recently uploaded (20)

BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanPembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
 
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptxKegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
 
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XIPPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

13. PPh 4(2) final.pptx

  • 2. KARAKTERISTIK PPh FINAL Semua Usaha dianggap memiliki laba Laba kotor/marg in laba sudah ditentukan Umumnya tidak menggunak an tarif progresif (kecuali PPh Ps. 21) Pengenaann ya diatur dengan atau berdasarka n PP
  • 3. OBJEK PPh FINAL Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI Surat Perbendaharaan Negara Penghasilan berupa bunga obligasi Hadiah Undian Jasa Konstruksi Persewaan Tanah dan/atau Bangunan Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan Penjualan Saham di Bursa Efek Dividen yang diterima OP Selisih Lebih Revaluasi Aset Tetap Penghasilan Kontraktor usaha hulu migas berupa uplift/imbalan sejenis dan Penghasilan Kontraktor dari pengalihan participating interest Penghasilan dari Usaha yang diterima/diperoleh WP dengan peredaran bruto tertentu
  • 4. BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015 KMK 51/KMK.04/2001 s.t.d.d. PMK 26/PMK.010/2016 Deposito produk penyimpanan uang di bank dengan sistem penyetoran yang penarikannya hanya bisa dilakukan setelah melewati waktu tertentu Deposito berjangka : penarikannya hanya dapat dilakukan pada jatuh tempo oleh pihak yang namanya tertera pada bilyet Sertifikat deposito : diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat sehingga dapat diperjualbelikan Deposit on call : tabungan berjangka dengan waktu penyimpanan yang relatif singkat, minimal 7 hari dan paling lama hanya kurang dari 1 bulan deposito dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deposito berjangka, sertifikat deposito dan deposit on call baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing yang ditempatkan pada atau diterbitkan oleh bank
  • 5. BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015 KMK 51/KMK.04/2001 s.t.d.d. PMK 26/PMK.010/2016 Tabungan simpanan pada bank dengan nama apapun, termasuk giro, yang penarikannya dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh masing-masing bank Sertifikat Bank Indonesia Giro : simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap waktu dengan menggunakan cek atau surat perintah pembayaran lain atau dengan cara pemindahbukuan surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto Diskonto : bunga yang dibayarkan oleh peminjam pada saat menerima pinjaman
  • 6. BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI Bunga deposito, bunga tabungan, diskonto SBI PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015 OBJEK PAJAK Termasuk bunga dari tabungan dan deposito yang ditempatkan di LN melalui bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank LN di Indonesia PENGECUALIAN Jumlah deposito, tabungan, SBI tidak melebihi Rp7.500.000,00 Diterima Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank LN di Indonesia → wajib dilaporkan dalam SPT Tahunan menggunakan Pasal 17 UU PPh Diterima Dana Pensiun yang pendiriannya disahkan Menkeu (bukan objek pajak PMK 234/PMK.03/2009) Bunga tabungan pada bank yg ditunjuk pemerintah dlm rangka pemilikan RS dan RSS, kavling siap bangun untuk RS dan RSS atau Rumah Susun Sederhana sesuai ketentuan yang berlaku,
  • 7. BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015 BUKAN SUBJEK PAJAK OP Subjek Pajak DN yang seluruh penghasilannya dalam 1 (satu) tahun Pajak termasuk bunga dan diskonto tidak melebihi PTKP Dapat mengajukan permohonan restitusi Diatur dengan Kep Dirjen Pajak PEMOTONG PAJAK Bank Bank Indonesia
  • 8. BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI WPDN BANK DN Deposito, tabungan, SBI SBI Bunga BANK LN PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015 Deposito, tabungan Via bank DN atau cabang bank LN yang ada di Ind WPLN Bunga
  • 9. BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015 TARIF DAN DASAR PENGENAAN PAJAK 10% x bruto, deposito jk wkt 1 bln 7,5% x bruto, deposito jk wkt 3 bln 2,5% x bruto, deposito jk wkt 6 bln 0%, deposito jk wkt > 6 bln Bunga deposito, mata uang dolar AS, bersumber dari DHE, dan ditempatkan pada bank yang didirikan/berkedudukan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia Bunga deposito, mata uang rupiah, bersumber dari DHE, dan ditempatkan pada bank yang didirikan/berkedudukan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia 7,5% x bruto, deposito jk wkt 1 bln 5% x bruto, deposito jk wkt 3 bln 0%, deposito jk wkt ≥ 6 bln Bunga tabungan, SBI, dan deposito lainnya 20% x bruto, WP DN dan BUT (termasuk bunga deposito yang ditempatkan kembali sebagai deposito/perpanjangan deposito) 20% (atau tax treaty) x Persyaratan
  • 10. BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI PMK 26/PMK.010/2016 Persyaratan penggunaan tarif PPh deposito yang bersumber dari DHE Deposito ditempatkan pada bank yang sama dengan bank tempat diterimanya DHE dari luar negeri Sumber dana deposito berupa DHE diperoleh setelah berlakunya PP 123 Tahun 2015 (28 Des 2015) dibuktikan dengan laporan penerimaan DHE dari bank devisa sumber dana Deposito berasal dari pemindahbukuan dana DHE yang ditempatkan pada rekening milik eksportir pada bank tempat diterimanya DHE dari luar negeri dan rekening milik eksportir dimaksud hanya digunakan untuk menampung dana DHE dilampiri surat pernyataan dari eksportir yang paling sedikit memuat:  identitas eksportir antara lain nama, alamat, NPWP, dan nomor rekening penempatan dana DHE  data dana DHE antara lain nilai ekspor, saat diperolehnya dana DHE, nomor dan tanggal PEB, dan jenis valuta  pernyataan bahwa sumber dana rekening berasal dari DHE  pernyataan bahwa sumber dana Deposito bukan
  • 11. DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA Surat Perbendaharaan Negara (SPN) adl Surat Utang Negara (SUN) yang berjangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto. SUN  surat berharga yang berupa pengakuan utang, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing, yang dijamin pembayaran pokok dan bunganya oleh negara sesuai dengan masa berlakunya WPDN SPN Jatuh Tempo Penerbit SPN (Emiten)/Kustodian (agen pembayar) Diskonto SPN Tari f 20% Dijual di pasar sekunder Perusahaan Efek (Broker)/Bank Diskonto SPN Tari f 20% Nilai Nominal jatuh tempo – Harga Perolehan di pasar perdana/pasar sekunder Harga Jual – Harga Perolehan di pasar perdana/sekund er WPLN Tarif 20%/ Tax Treaty Tarif 20%/ Tax Treaty PP No 27 Tahun 2008
  • 12. DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA PMK 63/PMK.03/2008 PEMOTONG PAJAK DAN SAAT PEMOTONGAN Penerbit SPN (emiten) atau kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayar diskonto yang diterima pemegang SPN saat jatuh tempo Perusahaan efek (broker) atau bank selaku pedagang perantara (dealer) diskonto yang diterima atau diperoleh penjual SPN pada saat transaksi di Pasar Sekunder Perusahaan efek (broker), bank, dana pensiun, dan reksadana selaku pembeli SPN tanpa melalui pedagang perantara Tanggal saat jatuh tempo Tanggal transaksi penjualan SPN di pasar sekunder
  • 13. DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA PP No 27 Tahun 2008
  • 14. DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA Contoh 1 PMK 63/PMK.03/2008 Pada tanggal 1 Mei 2008, Pemerintah A (emiten) menerbitkan Surat Perbendaharaan Negara sebagai berikut: Nilai nominal Rp 100.000.000,00. Jangka waktu SPN 12 bulan (jatuh tempo tanggal 1 Mei 2009). PT D (investor) pada saat penerbitan perdana membeli SPN dengan harga Rp 94.000.000,00. PT D tetap memegang SPN tersebut hingga saat jatuh tempo. Perhitungan diskonto dan PPh final yang terutang oleh PT D pada saat jatuh tempo SPN adalah sebagai berikut: Diskonto = Rp 100.000.000,00 - Rp 94.000.000,00 = Rp 6.000.000,00 PPh Final = 20% x Rp 6.000.000,00 = Rp 1.200.000,00 dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayaran
  • 15. DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA Contoh 2 PMK 63/PMK.03/2008 Pada contoh no. 1, PT D tidak memegang SPN tersebut sampai saat jatuh tempo melainkan menjual seluruh SPN tersebut kepada PT M pada tanggal 1 Juli 2008 (di pasar sekunder) melalui perusahaan efek PT X Sekuritas dengan harga jual Rp 95.000.000,00 Perhitungan diskonto dan PPh final yang terutang oleh PT D pada saat penjualan SPN tanggal 1 Juli 2008 adalah sebagai berikut: Diskonto = Rp 95.000.000,00 - Rp 94.000.000,00 = Rp 1.000.000,00 PPh Final = 20% x Rp 1.000.000,00 = Rp 200.000,00 dipotong oleh PT X Sekuritas selaku pedagang perantara
  • 16. DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA Contoh 3 PMK 63/PMK.03/2008 Pada tanggal 1 Agustus 2008, PT M menjual seluruh Surat Perbendaharaan Negara yang dimilikinya Kepada Dana Pensiun ABC (telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan) langsung tanpa melalui pedagang perantara dengan harga jual Rp 97.000.000,00 Perhitungan diskonto dan PPh final yang terutang oleh PT M pada saat penjualan SPN tanggal 1 Agustus 2008 adalah sebagai berikut : Diskonto = Rp 97.000.000,00 - Rp 95.000.000,00 = Rp 2.000.000,00 PPh Final = 20% x Rp 2.000.000,00 = Rp 400.000,00 dipotong oleh Dana Pensiun selaku pembeli SPN. Meskipun penjualan SPN tidak dilakukan melalui pedagang perantara, dana pensiun sebagai pembeli wajib melakukan pemotongan pajak. Ketentuan yang sama juga berlaku dalam hal pembelian langsung dilakukan oleh perusahaan efek, bank, dan reksadana selaku investor
  • 17. DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA Contoh 4 PMK 63/PMK.03/2008 Pada tanggal 1 Desember 2008, Dana Pensiun ABC menjual seluruh Surat Perbendaharaan Negara yang dimilikinya kepada PT Y dengan harga jual Rp 98.000.000,00 Perhitungan diskonto yang diterima oleh Dana pensiun ABC pada saat penjualan SPN tanggal 1 Desember 2008 adalah sebagai berikut : Diskonto = Rp 98.000.000,00 - Rp 97.000.000,00 = Rp 1.000.000,00 Dalam hal ini, tidak ada Pajak Penghasilan yang terutang atas Diskonto SPN yang diterima karena Dana Pensiun ABC merupakan Wajib Pajak yang dikecualikan dari pemotongan PPh Final atas Diskonto SPN. Diskonto SPN bukan objek pajak bagi Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menkeu (PMK 234/PMK.03/2009)
  • 18. DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA Contoh 5 PMK 63/PMK.03/2008 Pada tanggal 1 Mei 2009, PT Y menerima pelunasan seluruh SPN yang dimilikinya dari Pemerintah A (emiten) dengan nilai pelunasan sebesar nilai nominal Rp 100.000.000,00 Perhitungan diskonto, dan PPh final yang terutang oleh PT Y pada saat jatuh tempo SPN tanggal 1 Mei 2009 adalah sebagai berikut: Diskonto = Rp 100.000.000,00 - Rp 98.000.000,00 = Rp 2.000.000,00 PPh Final = 20% x Rp 2.000.000,00 = Rp 400.000,00 dipotong oleh kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayaran
  • 19. PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI Obligasi adalah surat utang dan surat utang negara, yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas bulan). PP No 16 Tahun 2009 s.t.d.d. PP No 100 Tahun 2013 Bunga obligasi adalah imbalan yang diterima dan/atau diperoleh pemegang obligasi dalam bentuk bunga dan/atau diskonto.
  • 20. PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI Tarif 15% dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan Obligasi bunga dari Obligasi dengan kupon dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan Obligasi, tidak termasuk bunga berjalan diskonto dari Obligasi dengan kupon dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan Obligasi diskonto dari Obligasi tanpa bunga Diterima WPDN & BUT WPL N Tarif 20% atau Tax Treaty Tarif 5% bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak reksadana yang terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan Tarif 10% untuk tahun 2014 sampai dengan tahun 2020 untuk tahun 2021 dan seterusnya PP No 16 Tahun 2009 s.t.d.d. PP No 100 Tahun 2013
  • 21. PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI PP No 16 Tahun 2009 s.t.d.d. PP No 100 Tahun 2013 PEMOTONG PAJAK DAN SAAT PEMOTONGAN penerbit Obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk bunga dan/atau diskonto yang diterima pemegang Obligasi dengan kupon pada saat jatuh tempo Bunga Obligasi dan/atau jatuh tempo obligasi perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara dan/atau pembeli diskonto yang diterima pemegang Obligasi tanpa bunga pada saat jatuh tempo Obligasi Tanggal saat jatuh tempo pembayaran bunga dan/atau jatuh tempo obligasi Tanggal transaksi penjualan obligasi bunga dan diskonto yang diterima penjual Obligasi pada saat transaksi Tanggal saat jatuh tempo obligasi
  • 22. PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI WPDN Obliga si Jatuh tempo bunga/jatuh tempo obligasi Penerbit Obligasi /Kustodian (agen pembayar) Bunga/disko nto obligasi Ditransaksik an perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara dan/atau pembeli Bunga dan diskonto Obligasi PP No 16 Tahun 2009 s.t.d.d. PP No 100 Tahun 2013
  • 23. PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI Penghasilan bunga obligasi yang diterima/diperoleh bank dikenai PPh tarif umum PP No 16 Tahun 2009 s.t.d.d. PP No 100 Tahun 2013 Bukan objek PPh (Pasal 4 ayat 3 huruf h UU PPh; PMK 234/PMK.03/2009)
  • 24. PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI Contoh 1 PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012 Pada tanggal 1 Juli 2011, PT ABC (emiten) menerbitkan Obligasi dengan kupon (interest bearing bond) sebagai berikut: Nilai nominal Rp 10.000.000,00 per lembar. Jangka waktu Obligasi 5 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Juli 2016). Bunga tetap (fixed rate) sebesar 16% per tahun, jatuh tempo bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember. Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). PT XYZ (investor) pada saat penerbitan perdana membeli 10 lembar Obligasi dengan harga di bawah nilai nominal (at discount), yaitu sebesar Rp 9.000.000,00 per lembar. Penghitungan bunga dan Pajak Penghasilan yang bersifat final (PPh final) yang terutang oleh PT XYZ pada saat jatuh tempo bunga pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut : Bunga = (6/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 8.000.000,00 PPh final = 15% x Rp 8.000.000,00 = Rp 1.200.000,00 Dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran
  • 25. PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI Contoh 1 PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012 Dalam kenyataannya, harga perolehan Obligasi dengan kupon (interest bearing bond) pada saat penerbitan perdana tidak harus selalu sama dengan nilai nominalnya. Pembeli dapat memperoleh Obligasi dengan harga di bawah nilai nominal (at discount) atau di atas nilai nominal (at premium). Pada hakekatnya selisih harga beli di bawah atau di atas nilai nominal tersebut merupakan penyesuaian tingkat bunga Obligasi yang diperhitungkan ke dalam harga perolehan. Dalam hal investor atau pembeli Obligasi sebagaimana tersebut di atas adalah Wajib Pajak Reksadana, maka penghitungan PPh final atas bunga yang diperoleh pada saat jatuh tempo tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut: - Bunga = (6/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 8.000.000,00 - PPh final = 5% x Rp 8.000.000,00 = Rp 400.000,00
  • 26. PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI Contoh 2 PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012 Pada tanggal 31 Maret 2012, PT XYZ menjual seluruh Obligasi yang dimilikinya kepada PT PQR melalui perusahaan efek PT MNO di over the counter (OTC), dengan harga jual Rp 10.400.000,00 per lembar termasuk bunga berjalan Penghitungan bunga berjalan, diskonto, dan PPh final yang terutang oleh PT XYZ pada saat penjualan Obligasi tanggal 31 Maret 2012 adalah sebagai berikut: Bunga berjalan = (3/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 4.000.000,00 Diskonto = [(Rp 10.400.000,00 - Rp 400.000,00) - Rp 9.000.000,00] x 10 = Rp 10.000.000,00 Mengingat Wajib Pajak PT XYZ dikenakan PPh final dengan tarif yang sama, bunga berjalan dan diskonto dapat dihitung sekaligus yaitu: Bunga berjalan dan diskonto = (Rp 10.400.000,00 - Rp 9.000.000,00) x 10 = Rp 14.000.000,00 PPh final = 15% x Rp 14.000.000,00 = Rp 2.100.000,00 Dipotong oleh PT MNO selaku perantara
  • 27. PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI Contoh 3 PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012 PT PQR memiliki Obligasi yang dibeli dari PT XYZ dengan masa kepemilikan hingga tanggal 31 Desember 2014. Untuk itu, pada setiap tanggal jatuh tempo bunga selama masa kepemilikan Obligasi tersebut, PT PQR terutang PPh final sebesar 15% atas bunga yang diterima atau diperolehnya (lihat contoh nomor 1), yang dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran.
  • 28. PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI Contoh 4 PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012 Pada tanggal 31 Desember 2014, PT PQR setelah menerima bunga dari emiten menjual seluruh Obligasi yang dimilikinya kepada PT CDE melalui Bank Pundi Nasional selaku perantara dengan harga jual Rp10.500.000,00 per lembar Penghitungan bunga, diskonto, dan PPh final yang terutang oleh PT PQR pada saat jatuh tempo bunga atau saat penjualan Obligasi tanggal 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut: Bunga = (6/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 8.000.000,00 PPh final atas bunga =15% x Rp 8.000.000,00 = Rp 1.200.000,00 Dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran Diskonto = (Rp 10.500.000,00 - Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 5.000.000,00 PPh final atas diskonto = 15% x Rp 5.000.000,00 = Rp 750.000,00 Dipotong oleh Bank Pundi Nasional selaku perantara Pengertian diskonto dalam Peraturan Menteri ini tidak hanya terbatas pada realisasi selisih harga perolehan perdana di bawah (at discount) nilai nominal Obligasi, melainkan mencakup selisih lebih harga jual di atas harga perolehan Obligasi
  • 29. PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI Contoh 5 PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012 Pada tanggal 31 Mei 2016, PT CDE menjual seluruh Obligasi yang dimilikinya kepada Dana Pensiun Sejahtera Mandiri (dana pensiun yang telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan) langsung tanpa melalui perantara dengan harga jual Rp 10.666.667,00 per lembar termasuk bunga Penghitungan bunga berjalan, diskonto, dan PPh yang terutang oleh PT CDE pada saat penjualan Obligasi tanggal 31 Mei 2016 adalah sebagai berikut: Bunga berjalan = (5/12 x 16% Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 6.666.670,00 Diskonto = [(Rp 10.666.667,00 - Rp 666.667,00) - Rp 10.500.000,00] x 10 = (Rp 5.000.000,00) diskonto negatif atau rugi. Perolehan diskonto negatif atau rugi dapat diperhitungkan dengan penghasilan bunga berjalan. PPh terutang yang bersifat final karena penjualan Obligasi, sebagai berikut: PPh final = 15% x (Rp 6.666.670,00 - Rp 5.000.000,00) = Rp 250.001,00 Meskipun penjualan Obligasi tidak dilakukan melalui perantara dan tidak dilaporkan ke bursa, dana pensiun sebagai pembeli wajib melakukan pemotongan pajak. Ketentuan yang sama juga berlaku dalam hal pembelian langsung dilakukan oleh perusahaan efek, bank, dan reksa dana selaku investor
  • 30. PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI Contoh 6 PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012 Pada tanggal 1 Juli 2016 (jatuh tempo Obligasi), Dana Pensiun Sejahtera Mandiri menerima pelunasan seluruh Obligasi yang dimilikinya beserta imbalan bunga sesuai masa kepemilikan (1 bulan) dari PT ABC, yang merupakan emiten Obligasi tersebut. Penghitungan bunga, diskonto, dan PPh final yang terutang oleh Dana Pensiun Sejahtera Mandiri pada saat jatuh tempo/pelunasan Obligasi tanggal 1 Juli 2016 adalah sebagai berikut: Bunga = (1/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 1.333.330,00 Diskonto = (Rp 10.000.000 - Rp 10.000.000,00) x 10 = nihil. PPh final tidak terutang oleh dana pensiun yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan Menteri ini
  • 31. PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI Contoh 7 PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012 Pada tanggal 1 Januari 2011, PT ABC menerbitkan Obligasi tanpa bunga (non-interest bearing debt securitiest) berjangka waktu 10 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Januari 2021) dengan nilai nominal sebesar Rp 10.000.000,00. Penerbitan perdana Obligasi tersebut tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). PT GHI membeli 100 lembar Obligasi tanpa bunga tersebut dengan harga perdana sebesar Rp 6.000.000,00 per lembar. Pada tanggal 31 Agustus 2014, PT GHI menjual 50 lembar Obligasi tersebut di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui perusahaan efek PT MNO kepada PT JKL seharga Rp 7.000.000,00 per lembar Penghitungan diskonto dan PPh Final yang terutang oleh PT GHI adalah sebagai berikut: Diskonto = (Rp 7.000.000,00 - Rp 6.000.000,00) x 50 = Rp 50.000.000,00 PPh final = 15% x Rp 50.000.000,00 = Rp 7.500.000,00 Dipotong oleh PT MNO selaku perantara Diskonto Obligasi tanpa bunga dikenakan pemotongan PPh final pada setiap kali dilakukan penjualan, sepanjang: penjualan dilakukan melalui perantara atau pembeli langsung yang ditunjuk sebagai pemotong pajak; dan penjual Obligasi tidak dikecualikan dari pemotongan Pajak Penghasilan.
  • 32. HADIAH UNDIAN Hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan melalui undian Nilai hadiah adalah nilai uang/nilai pasar apabila hadiah tersebut diserahkan dalam bentuk natura Tarif 25% PP No 132 Tahun 2000, PER-11/PJ/2011
  • 33. JASA KONSTRUKSI Perencanaan Konstruksi Pelaksanaan Konstruksi Pengawasan Konstruksi Mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan pembangunan fisik lain Mewujudkan hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lain Pengawasan sejak awal sampai berakhirnya pelaksanaan pekerjaan konstruksi PP No 51 Tahun 2008 s.t.d.d. PP No 40 Tahun 2009 Jasa konstruksi : layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi Pekerjaan konstruksi : keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing- masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain
  • 34. KUALIFIKASI JASA KONSTRUKSI Kualifikasi usaha besar UU No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi Stratifikasi yang ditentukan berdasarkan sertifikasi yang dikeluarkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Kualifikasi usaha menengah Kualifikasi usaha kecil termasuk usaha perorangan Didasarkan pada tingkat kedalaman kompetensi dan potensi kemampuan usaha
  • 35. JASA KONSTRUKSI (OBJEK & TARIF) Jasa Pelaksanaan Jasa Perencanaan & Pengawasan Kualifikasi usaha kecil Non Kualifikasi Kualifikasi menengah/ besar Kualifikasi Non Kualifikasi 2% 4% 3% 4% 6% Dari jumlah pembayaran atau jumlah penerimaan yang merupakan bagian nilai kontrak, tidak termasuk PPN PP No 51 Tahun 2008 s.t.d.d. PP No 40 Tahun 2009 Gred 4,3,2,1 Gred 5,6,7 Gred 4,3,2,1
  • 36. JASA KONSTRUKSI PP No 51 Tahun 2008 s.t.d.d. PP No 40 Tahun 2009 PPh terutang Dipotong oleh Pengguna Jasa pada saat pembayaran Disetor sendiri oleh Penyedia Jasa, dalam hal Pengguna Jasa bukan pemotong Saat pembayaran
  • 37. JASA KONSTRUKSI - CONTOH PT Lestari merupakan kontraktor yang mempunyai Sertifikat Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi yang diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) sebagai Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi Bidang Sipil Subbidang Bangunan-Bangunan non perumahan lainnya dengan kualifikasi gred 6. PT Lestari pada tahun 2016 ditunjuk oleh PT Barokah selaku pemilik Hotel Premiere untuk membangun gedung baru dengan nilai kontrak sebesar Rp30.000.000.000,00 tidak termasuk PPN. PT Lestari menerima uang muka kontrak pada saat dimulai pembangunan, yaitu pada tanggal 23 Juni 2016 sebesar Rp10.000.000.000,00. Termin pembayaran akan dilakukan sesuai dengan tingkat penyelesaian, yaitu: Termin pertama sebesar Rp5.000.000.000,00 setelah pekerjaan selesai 25%. Termin kedua sebesar Rp5.000.000.000,00 setelah pekerjaan selesai 50%. Termin ketiga sebesar Rp5.000.000.000,00 setelah pekerjaan selesai 75%. Sisa Rp5.000.000.000,00 akan dibayarkan setelah pekerjaan dan masa pemeliharaan selesai. Pembangunan gedung harus diselesaikan oleh PT Lestari paling lama tanggal 31 Juli 2017 dengan masa pemeliharaan selama 6 bulan. Bagaimana kewajiban pemotongan dan pemungutan PPh yang dilakukan oleh PT Barokah terkait pembayaran:  Uang muka kontrak; dan  Termin pertama apabila dilakukan pada tanggal 30 September 2016
  • 38. JASA KONSTRUKSI - CONTOH Jawaban: Dalam hal pengguna jasa merupakan pemotong pajak maka penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran nilai kontrak jasa konstruksi. Pembayaran uang muka kontrak: Besarnya PPh atas penghasilan jasa konstruksi kualifikasi besar adalah sebesar = 3% x Rp10.000.000.000,00 = Rp300.000.000,00 Pembayaran termin pertama: Besarnya PPh atas penghasilan jasa kontruksi kualifikasi besar adalah = 3% x Rp5.000.000.000,00 = Rp150.000.000,00 Kewajiban PT Barokah:  Memotong PPh final atas uang muka dan pembayaran termin pertama sebesar Rp300.000.000,00 dan Rp150.000.000,00 dan memberikan bukti potong kepada PT Lestari.  Melakukan penyetoran atas pemotongan paling lambat tgl 10 bulan berikutnya.  Mekakukan pelaporan atas pemotongan paling lambat tgl 20 bulan berikutnya.
  • 39. PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan Bangun Guna Serah adalah bentuk perjanjian kerja sama yang dilakukan antara pemegang hak atas tanah dan investor, yang menyatakan bahwa pemegang hak atas tanah memberikan hak kepada investor untuk mendirikan Bangunan selama masa perjanjian dan mengalihkan kepemilikan Bangunan tersebut kepada pemegang hak atas tanah setelah investor mengoperasikan Bangunan tersebut atau sebelum investor mengoperasikannya PP No 34 Tahun 2017 (berlaku 2 Januari 2018) Investor adalah orang pribadi atau badan yang diberikan hak untuk mendirikan suatu Bangunan dan menggunakan atau mengusahakan Bangunan berdasarkan perjanjian Bangun Guna Serah selama masa perjanjian Bangun Guna Serah
  • 40. PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN penghasilan dari persewaan tanah dan/atau Bangunan baik sebagian maupun seluruh Bangunan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan PP No 34 Tahun 2017 OBJEK PAJAK termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan pemegang hak atas tanah dari Investor terkait dengan pelaksanaan perjanjian Bangun Guna Serah, meliputi: a. penghasilan atas pembayaran berkala selama masa perjanjian Bangun Guna Serah; b. penghasilan dalam bentuk Bangunan yang diserahkan sebelum perjanjian Bangun Guna Serah berakhir; c. penghasilan dalam bentuk Bangunan yang diserahkan atau seharusnya diserahkan pada saat perjanjian Bangun Guna Serah berakhir; dan/atau d. penghasilan lain terkait perjanjian Bangun Guna Serah, termasuk pembayaran terkait bagi hasil penggunaan Bangunan dan denda PENGECUALIAN penghasilan yang diterima atau diperoleh dari jasa pelayanan penginapan beserta akomodasinya kamar, asrama untuk mahasiswa/pelajar, asrama atau pondok pekerja, dan rumah kos
  • 41. PP Nomor 34 Tahun 2017 PP Nomor 29 Tahun 1996 s.t.d.t.d PP Nomor 5 Tahun 2002 BGS Tanah Tanah tidak termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari jasa pelayanan penginapan beserta akomodasinya  antara lain kamar, asrama untuk mahasiswa/pelajar, asrama atau pondok pekerja, dan rumah kos Tidak ada pengecualian Mengatur BGS Tidak mengatur BGS Definisi/cakupan bangunan lebih luas Bangunan adl rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan industri
  • 42. PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN 10% Jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/atau bangunan semua jumlah yang dibayarkan atau yang diakui sebagai utang oleh Penyewa dengan nama dan dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan tanah dan/atau Bangunan yang disewa termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan, biaya layanan, dan biaya fasilitas lainnya, baik yang perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun yang disatukan PP No 34 Tahun 2017 PPh terutang nilai Bangunan yang diterima oleh pemegang hak atas tanah dari Investor → nilai yang tertinggi antara nilai pasar dan nilai jual objek pajak Bangunan
  • 43. PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN PT A sebagai pemilik tanah melakukan perjanjian BGS dengan PT B untuk membangun gedung perkantoran. Setelah proses pembangunan selesai, PT B mempunyai hak untuk menggunakan Bangunan tersebut selama 20 (dua puluh) tahun. Setiap bulan sepanjang 20 (dua puluh) tahun tersebut PT B akan membayarkan Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) kepada PT A dan di akhir masa BGS PT B menyerahkan Bangunan perkantoran tersebut kepada PT A. PT B di tahun kedua dikenai denda Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) yang harus dibayarkannya kepada PT A dikarenakan tidak melaksanakan salah satu butir dalam kontrak yang telah disepakati Penghasilan PT A yang harus dipotong PPh atas sewa tanah dan/atau Bangunan oleh PT B adalah penghasilan yang diterima rutin setiap bulan sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah), penghasilan berupa jumlah bruto nilai Bangunan yang diterima pada saat BGS berakhir, dan denda pelanggaran kontrak sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) PP No 34 Tahun 2017 Contoh
  • 44. PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN Perjanjian persewaan Bangunan selain rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan industri, sebagaimana dimaksud dalam PP 29/1996 Penghasilan atas pelaksanaan sewa yang telah dimulai sebelum berlakunya PP ini PP No 34 Tahun 2017 Ketentuan peralihan dikenai PPh berdasarkan Pasal 17 UU PPh sampai dengan berakhirnya jangka waktu sewa Penghasilan atas pelaksanaan sewa yang mulai dilaksanakan setelah berlakunya PP ini dan pembayaran atas sewa dilakukan sebelum berlakunya PP ini dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan Pasal 17 UU PPh selama masa sewa secara proporsional dengan nilai sewa yang telah dibayar dimulai sejak awal pelaksanaan kontrak atau perjanjian sewa tersebut Dipotong PPh Pasal 23 dalam hal Penyewa adalah pemotong pajak
  • 45. PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN PP No 34 Tahun 2017 CONTOH 1 PT L sebagai pemilik tangki dan PT M menandatangani perjanjian sewa untuk jangka waktu 5 (lima) tahun pada tanggal sebelum berlakunya PP ini sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Pelaksanaan sewa dimulai dua tahun sebelum PP ini telah berlaku Mengingat dimulainya pelaksanaan sewa dilakukan sebelum PP ini berlaku, atas penghasilan sewa untuk tiga tahun setelah berlakunya PP ini dikenai PPh berdasarkan Pasal 17 UU PPh. Namun, apabila PT L dan PT M melakukan perubahan perjanjian sewa pada saat PP ini berlaku maka atas penghasilan sewa yang diubah tersebut dikenai PPh berdasarkan Peraturan Pemerintah ini
  • 46. PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN PP No 34 Tahun 2017 CONTOH 2 PT Q sebagai pemilik menara telekomunikasi dan PT W menandatangani perjanjian sewa untuk jangka waktu 5 (lima) tahun pada tanggal sebelum berlakunya PP ini sebesar Rp500.000.000,00. Dalam perjanjian diatur bahwa pelaksanaan sewa akan dimulai pada tanggal PP ini telah berlaku. Pembayaran sewa dilakukan dua kali. Pembayaran pertama sebesar Rp. 150.000.000,00 dilakukan sebelum PP ini berlaku yang merupakan pembayaran untuk satu tahun pertama dan bagian tahun kedua. Pembayaran tersebut merupakan penghasilan untuk tahun pajak pertama dan bagian tahun pajak kedua yang dikenai PPh berdasarkan Pasal 17 UU PPh. Atas pembayaran kedua sebesar Rp.350.000.000,00 yang dilakukan setelah PP ini berlaku, dikenai PPh sesuai PP ini
  • 47. PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN perjanjian Bangun Guna Serah yang sudah dimulai sebelum berlakunya PP ini dan perjanjiannya berakhir setelah berlakunya PP ini penghasilan atas pembayaran berkala dan penghasilan lain terkait perjanjian BGS tmsk bagi hasil dan denda PP No 34 Tahun 2017 Ketentuan peralihan dikenai PPh sesuai UU PPh atas transaksi BGS (KMK 248/KMK.04/1995 dan SE-38/PJ/1995) Penghasilan berupa bangunan yang diserahkan/seharusnya diserahkan dikenai PPh berdasarkan PP 34/2017
  • 48. PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN WPDN WPDN Sewa Poton g 10% Pemotong Pajak Non Pemotong Pajak Sewa Menyetorkan PPh Final 10% dari jumlah bruto KEP-50/PJ/1996 WP OP sebagai pemotong
  • 49. PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN Saat terutang Paling lambat tgl 10 bulan berikutnya, dalam hal dipotong oleh penyewa Paling lambat tgl 15 bulan berikutnya, dalam hal disetor sendiri Saat lapor saat pembayaran atau terutangnya sewa KMK 394/KMK.04/1994 s.t.d.d. KMK 120/KMK.03/2002 Saat setor Paling lambat tgl 20 bulan berikutnya
  • 50. PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN - CONTOH PT Prima Realty menyewakan 2 ruko yang dimilikinya kepada CV Serayu dan Tuan Iqbal (PNS). Biaya persewaan untuk 2 tahun ke depan adalah sebesar Rp 200 juta per ruko, tidak termasuk service charge sebesar Rp 50 juta per tahun, dan semua biaya telah dibayar di depan pada tgl 7 Januari 2017. Bagaimana aspek perpajakan atas transaksi tersebut? Jawab: Aspek perpajakan PP No 29 Tahun 1996 s.t.d.d. PP No 5 Tahun 2002 Penyewa Jumlah bruto nilai sewa Tarif PPh Keterangan CV Serayu 300.000.000 10% 30.000.000 Dipotong oleh CV Serayu Tuan Iqbal 300.000.000 10% 30.000.000 Disetor sendiri oleh PT Prima Realty Jumlah 600.000.000 60.000.000
  • 51. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA PP Nomor 34 Tahun 2016 (berlaku mulai 6 September 2016), PMK 261/PMK.03/2016 Objek Pajak Penghasilan dari Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan Perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan dan perubahannya Penjualan, tukar menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati para pihak
  • 52. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA WPOP/BADAN WPDN Nilai Pengalihan Hak PP Nomor 34 Tahun 2016, PMK 261/PMK.03/2016
  • 53. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA NILAI PENGALIHAN HAK nilai berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang, dalam hal pengalihan hak kepada pemerintah nilai menurut risalah lelang, dalam hal pengalihan hak sesuai dengan peraturan lelang nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dilakukan melalui jual beli yang dipengaruhi hubungan istimewa, selain pengalihan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b nilai yang sesungguhnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan dilakukan melalui jual beli yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa, selain pengalihan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b; nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh berdasarkan harga pasar, dalam hal pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan dilakukan melalui tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati antara para pihak
  • 54. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA WPOP/BADAN usaha bukan pengalihan hak atas tanah/bangunan WPDN Nilai Pengalihan Hak PPh Final 2,5% sebelum akta, keputusan, kesepakatan, atau risalah lelang atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang
  • 55. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA WPOP/BADAN usaha pokok melakukan pengalihan hak atas tanah/bangunan WPDN Nilai Pengalihan Hak PPh Final 2,5% saat diterimanya sebagian atau seluruh pembayaran atas pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan atas pengalihan Rumah Sederhana dan Rusun Sederhana yang dilakukan WP yang usaha pokoknya adalah pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan PPh Final 1% atas pengalihan selain Rumah Sederhana dan Rusun Sederhana yang dilakukan WP yang usaha pokoknya adalah pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
  • 56. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA WPOP/BADAN Pemerintah Pemda/BUMN/ BUMD penugasan khusus Nilai Pengalihan Hak PPh Final 0% sebelum melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang berhak menerimanya atau sebelum tukar menukar dilaksanakan PPh Final 2,5% Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum berdasarkan penugasan khusus Pengalihan hak atas tanah/bangunan
  • 57. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA WPOP/ BADAN (Penjual) WPDN (Pembeli I) WPDN (Pembeli II) Jumlah bruto Tarif 2,5%, 1% sebelum terjadinya perubahan atau adendum atas perjanjian pengikatan jual beli tersebut Jumlah bruto Tarif 2,5%, 1%
  • 58. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA JUMLAH BRUTO nilai yang sesungguhnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan tanah dan/atau bangunan dilakukan melalui pengalihan yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan tanah dan/atau bangunan dilakukan melalui pengalihan yang dipengaruhi hubungan istimewa
  • 59. HIBAH kepada keluarga sedarah lurus satu derajat tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, penguasaan Di bawah PTKP, nilai pengaliha n < Rp60jt BGS WARIS HIBAH kepada Badan keagamaan/sosial /pendidikan yang tidak ada hubungan Merger/akuisi si menggunakan nilai buku yang telah ditetapkan menkeu Bukan SP Orang Pribadi Badan
  • 60. CONTOH 1 Tuan Hisyam Faraz menjual rumah tokonya kepada Nyonya Mita seharga Rp1.000.000.000,00. Pada tanggal 9 Oktober 2016 ditandatangani PPJB dengan cara tiga kali cicilan, masing-masing sebesar: a. Rp300.000.000,00 dibayar pada tanggal 9 Oktober 2016 (saat PPJB ditandatangani); b. Rp300.000.000,00 dibayar pada tanggal 9 November 2016; dan c. Rp400.000.000,00 dibayar pada tanggal 9 Januari 2017. Pada tanggal 16 Februari 2017, Akta Jual Beli (AJB) ditandatangani kedua pihak. Pajak Penghasilan (PPh) yang harus dibayar oleh Tuan Hisyam ke Kas Negara adalah: PMK261/PMK.03/2016 Tanggal 16 Februari 2017, yaitu pada saat AJB ditandatangani, tidak terdapat PPh yang masih harus dibayar karena PPh yang terutang sudah lunas dibayar pada tanggal 15 Februari 2017
  • 61. CONTOH 2 Pada tanggal 1 Februari 2017, Tuan Ghifari menjual rumah secara tunai di bawah tangan dengan Tuan Indra Adi, dengan harga Rp2.000.000.000,00. Atas transaksi penjualan rumah tersebut, Tuan Indra Adi tidak membuat PPJB dengan Tuan Ghifari, namun menerima surat kuasa dari Tuan Ghifari untuk menjual dan surat kuasa untuk menandatangani AJB. Pada tanggal 5 Juli 2017, Tuan Indra Adi menjual rumah tersebut kepada Ny. Patryangga dengan harga Rp2.200.000.000,00 dan menerima seluruh pembayaran pada saat itu juga. Pada tanggal 6 Juli 2017, penandatanganan AJB oleh Tuan Indra Adi (berdasarkan surat kuasa menjual dan surat kuasa menandatangani AJB dari Tuan Ghifari), Ny. Patryangga dan PPAT PPh yang harus dibayar adalah sebagai berikut: a. Surat kuasa menjual dan surat kuasa untuk menandatangani AJB pada dasarnya merupakan PPJB. Oleh karena itu, PPh yang terutang pada tanggal 1 Februari 2017, sebesar 2,5% x Rp2.000.000.000,00 = Rp50.000.000,00 wajib dibayar ke Kas Negara oleh Tuan Ghifari paling lambat tanggal 15 Maret 2017. b. PPh terutang pada saat pengalihan dari tuan Indra Adi kepada Ny. Patryangga sebesar 2,5% x Rp2.200.000.000,00 = Rp55.000.000,00 wajib dibayar ke Kas Negara oleh Tuan Indra Adi paling lambat sebelum AJB ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah/PPAT PMK261/PMK.03/2016
  • 62. CONTOH 3 PT Modal Kuat, sebuah perusahaan pengembang, bekerja sama dengan Tuan Dani untuk mengembangkan kawasan perumahan di tanah milik Tuan Dani. Dalam perjanjian kerja sama tersebut, pembagian hasil antara PT Modal Kuat dan Tuan Dani masing-masing 50%. Salah satu klausul dalam perjanjian kerja sama yaitu PT Modal Kuat menerima seluruh pembayaran dari pembeli rumah dan surat kuasa untuk menandatangani PPJB dan AJB (untuk memecah sertifikat). Pada tanggal 1 Februari 2017, PT Modal Kuat menandatangani PPJB dengan Tuan Fadhia. Uang muka diterima sebesar Rp200.000.000,00 dari harga rumah sebesar Rp600.000.000,00. Pada tanggal 2 Februari 2017, PT Modal Kuat mentransfer uang sejumlah Rp100.000.000,00 kepada Tuan Dani. Pada tanggal 6 Maret 2017, pelunasan rumah sebesar Rp400.000.000,00 dilakukan melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bank ABC. AJB ditandatangani oleh PT Modal Kuat, Tuan Fadhia, dan PPAT pada tanggal 7 Maret 2017. Selanjutnya Tuan Dani menerima pembayaran sebesar Rp200.000.000,00 dari PT Modal Kuat PMK261/PMK.03/2016
  • 63. CONTOH 3 PPh yang harus dibayar masing-masing pihak adalah: a. Atas pembayaran yang diterima PT Modal Kuat dari Tuan Fadhia pada tanggal 1 Februari 2017, terutang PPh sebesar 2,5% x Rp200.000.000,00 = Rp5.000.000,00 yang wajib dibayar ke Kas Negara oleh PT Modal Kuat paling lambat tanggal 15 Maret 2017. b. Atas pembayaran yang diterima Tuan Dani dari PT Modal Kuat pada tanggal 2 Februari 2017, terutang PPh sebesar 2,5% x Rp100.000.000,00 = Rp2.500.000,00 yang wajib dibayar ke Kas Negara oleh Tuan Dani paling lambat tanggal 15 Maret 2017. c. Atas pembayaran dari Bank ABC kepada PT Modal Kuat pada tanggal 6 Maret 2017, terutang PPh sebesar 2,5% x Rp400.000.000,00 = Rp 10.000.000,00 yang wajib dibayar ke Kas Negara oleh PT Modal Kuat paling lambat sebelum AJB ditandatangani PPAT. d. Atas pembayaran yang diterima Tuan Dani dari PT Modal Kuat pada tanggal 8 Maret 2017, terutang PPh sebesar 2,5% x Rp200.000.000,00 = Rp5.000.000,00 yang wajib dibayar ke Kas Negara oleh Tuan Dani paling lambat tanggal 17 April 2017 (Tanggal 15 dan 16 April 2017 merupakan hari libur sehingga jatuh tempo pembayaran menjadi hari berikutnya) PMK261/PMK.03/2016
  • 64. CONTOH 4 PT Agresif Bangun menjual satu unit apartemen kepada Ny Sari seharga Rp300.000.000,00 dan menandatangani PPJB pada tanggal 1 Mei 2016. Pembayaran disepakati dengan cara tiga kali cicilan masing-masing sebesar Rp100.000.000,00 dengan tanggal pembayaran 1 Mei 2016 (saat PPJB dibuat), 1 Juli 2016, dan 7 September 2016. Pada tanggal 8 September 2016, AJB ditandatangani kedua pihak dan PPAT. PPh yang harus dibayar ke Kas Negara oleh PT Agresif Bangun adalah: PMK261/PMK.03/2016 PP 34/2016 berlaku mulai 6 September 2016
  • 65. CONTOH 5 Pada tanggal 1 Februari 2016, PT Developer Maju menjual satu unit apartemen seharga Rp600.000.000,00 kepada Tuan Teguh dengan cara 12 kali cicilan masing-masing sebesar Rp50.000.000,00 dengan PPJB. Setelah mengangsur selama 8 kali, pada tanggal 7 September 2016, Tuan Teguh mengalihkan unit apartemen tersebut kepada Tuan Taufik dengan harga Rp450.000.000,00. Pada tanggal 7 September 2016, adendum PPJB dibuat dan ditandatangani untuk mencantumkan Tuan Taufik sebagai pembeli yang menggantikan Tuan Teguh. Berdasarkan adendum PPJB tersebut Tuan Taufik akan meneruskan cicilan yang sudah dibayar oleh Tuan Teguh. Jadwal cicilan selanjutnya yang harus dibayar oleh Tuan Taufik jatuh tempo pada tanggal 1 Oktober 2016. PMK261/PMK.03/2016 PP 34/2016 berlaku mulai 6 September 2016
  • 66. CONTOH 5 PPh yang harus dibayar oleh masing-masing pihak adalah: Penghasilan atas 8 kali cicilan yang sudah dibayar berdasarkan PPJB antara PT Developer Maju dan Tuan Teguh terutang PPh berdasarkan PP Nomor 48 Tahun 1994 s.t.d.t.d PP Nomor 71 Tahun 2008. PPh terutang untuk masing-masing cicilan sebesar 5% x Rp50.000.000,00 = Rp2.500.000,00 wajib dibayar ke Kas Negara oleh PT Developer Maju paling lambat tanggal 15 pada bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran. PPh terutang atas penghasilan dari perubahan PPJB yang diterima oleh Tuan Teguh pada tanggal 7 September 2016 sebesar 2,5% x Rp450.000.000,00 = Rp11.250.000,00 wajib dibayar ke Kas Negara oleh Tuan Teguh paling lambat tanggal 17 Oktober 2016 (Tanggal 15 Oktober dan 16 Oktober merupakan hari libur sehingga jatuh tempo pembayaran menjadi hari berikutnya). → seharusnya sebelum terjadinya adendum (paling lambat 7 September 2016) Penghasilan atas 4 kali cicilan yang dibayar oleh Tuan Taufik kepada PT Developer Maju mulai tanggal 1 Oktober 2016 terutang PPh masing-masing sebesar 2,5% x Rp50.000.000,00 = Rp 1.250.000,00 yang wajib dibayar ke Kas Negara oleh PT Developer Maju paling lambat tanggal 15 pada bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran. PMK261/PMK.03/2016
  • 67. PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK Saham Pendiri Pendiri adalah orang pribadi atau badan namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan Terbatas atau tercantum dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas sebelum Pernyataan Pendaftaran yang diajukan kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dalam rangka penawaran umum perdana ("initial public offering") menjadi efektif saham yang dimiliki oleh mereka yang termasuk kategori "pendiri" saham yang diperoleh pendiri yang berasal dari kapitalisasi agio yang dikeluarkan setelah penawaran umum perdana ("initial public offering") saham yang berasal dari pemecahan saham pendiri. PP Nomor 41 Tahun 1994 s.t.d.d. PP Nomor 14 Tahun 1997 Termasuk pengertian pendiri adalah OP/badan yang menerima pengalihan saham karena hibah, warisan, cara lain yang tidak dikenakan PPh Bukan Saham Pendiri saham yang berasal dari dividen saham dividen yg diperoleh stlh IPO yg berasal dari right issue, waran, konversi saham yang diperoleh pendiri perusahaan Reksa Dana
  • 68. PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK WPDN Bursa Saham Pendiri Potong 0,1% Pemotong PPh Pasal 4 (2) tambahan = 0,5% x harga saham pada saat penawaran umum perdana Disetor selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah saham perusahaan tersebut diperdagangkan di bursa efek WP boleh memilih menggunakan tarif Pasal 17 utk menghitung PPh atas capital gain
  • 69. PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK KMK 282/KMK.04/1997 PEMOTONG, SAAT PEMOTONGAN, SAAT SETOR, SAAT LAPOR Saat pemotongan Saat pelunasan transaksi Saat setor 0,1% : Paling lama tgl 20 bulan berikutnya Tambahan saham pendiri 0,5% : Paling lama 1 bulan stlh saham diperdagangkan di bursa efek Saat lapor Penyelenggara bursa efek Penyelenggara bursa efek Emiten 0,1% : Paling lama tgl 25 bulan berikutnya Tambahan saham pendiri 0,5% : Paling lama tgl 20 bulan berikutnya setelah bulan penyetoran Penyelenggara bursa efek Emiten
  • 70. DIVIDEN DITERIMA WP OP DN PT/ Pembagi Dividen WPOP DN WP BADAN Dividen Tarif PPh Pasal 23 atau Bukan Objek Poton g 10% Potong 20%/ tax treaty WPLN PP 19/2009; PMK 111/PMK.03/2010 Termasuk dividen: Pembagian SHU koperasi
  • 71. DIVIDEN DITERIMA WP OP DN Saat terutang Paling lambat tgl 10 bulan berikutnya Saat lapor saat disediakan untuk dibayarkan Perusahaan tdk go public : saat pengumuman dividen atau ditentukan dalam RUPS Perusahaan go public : tgl penentuan kepemilikan pemegang saham (tgl pencatatan) Penjelasan Pasal 15 ayat (3) PP 94/2010 Saat setor Paling lambat tgl 20 bulan berikutnya PMK 111/PMK.03/2010
  • 72. BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI KEPADA ANGGOTA KOPERASI ORANG PRIBADI KOPERASI WPOP Poton g 10% Simpanan Poton g 0% PP 15/2009; PMK 112/PMK.03/2010
  • 73. BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI KEPADA ANGGOTA KOPERASI ORANG PRIBADI Saat terutang Paling lambat tgl 10 bulan berikutnya Saat lapor Saat pembayaran Saat setor Paling lambat tgl 20 bulan berikutnya PMK 112/PMK.03/2010
  • 74. CONTOH Contoh perhitungan Pajak Penghasilan atas bunga simpanan: 1. Bunga dibayarkan pada bulan Februari Rp 240.000,00 untuk masa Januari, maka PPh terutang 0% x Rp 240.000,00 = Rp 0,00 2. Bunga dibayarkan pada bulan Februari Rp 245.000,00 untuk masa Januari, maka PPh terutang 10% x Rp 245.000,00 = Rp24.500,00 3. Bunga dibayarkan pada bulan April sebesar Rp 500.000,00 dengan rincian: Bulan Januari RP 250.000,00 Bulan Februari RP 150.000,00 Bulan Maret RP 100.000,00 Maka yang dikenakan PPh 10% adalah bunga bulan Januari sebesar 10% x Rp 250.000,00 = Rp 25.000,00 dan untuk bulan Februari dan Maret RP 0,00 PP 15/2009
  • 75. SELISIH LEBIH REVALUASI AKTIVA TETAP Revaluasi seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik atau hak guna bangunan; atau seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak PMK Nomor 79/PMK.03/2008
  • 76. Nilai Asset berdasarkan Nilai Buku Fiskal Nilai Asset berdasarkan Nilai Pasar Persetujuan Kepala Kanwil DJP 10% x selisih lebih WP Badan /BUT (Rupia h) Berlak u 5 tahun Pembayaran dilakukan paling lambat 15 hari setelah SK diterbitkan PMK-79/PMK.03/2008 PER-12/PJ/2009
  • 77. SELISIH LEBIH REVALUASI AKTIVA TETAP Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap yang telah memperoleh persetujuan penilaian kembali adalah nilai pada saat penilaian kembali Perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap PMK Nomor 79/PMK.03/2008 Perlakuan Aktiva Tetap setelah revaluasi Masa manfaat disesuaikan kembali menjadi masa manfaat penuh untuk kelompok aktiva tetap Tidak dapat dilakukan revaluasi kembali sebelum lewat jangka waktu 5 tahun
  • 78. SELISIH LEBIH REVALUASI AKTIVA TETAP
  • 79.
  • 80. PENGHASILAN KONTRAKTOR USAHA HULU MIGAS BERUPA UPLIFT/IMBALAN SEJENIS DAN PENGHASILAN KONTRAKTOR DARI PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST Kontraktor Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi adl badan usaha atau bentuk usaha tetap yang ditetapkan untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi pada suatu wilayah kerja berdasarkan kontrak kerja sama dengan Badan Pelaksana Penghasilan Dalam Rangka Kontrak Bagi Hasil Penghasilan Dalam Rangka Kontrak Jasa Penghasilan Lain di Luar Kontrak Kerja Sama PMK Nomor 257/PMK.011/2011
  • 81. Uplift/Imbalan Sejenis imbalan yang diterima oleh kontraktor sehubungan dengan penyediaan dana talangan untuk pembiayaan operasi Kontrak Bagi Hasil yang seharusnya merupakan kewajiban partisipasi kontraktor lain, yang ada dalam satu kontrak kerja sama, dalam pembiayaan Pengalihan Participating Interest hak dan kewajiban sebagai kontraktor kontrak kerja sama, baik secara langsung maupun tidak langsung pada suatu wilayah kerja untuk pelaksanaan eksplorasi dan eksploitasi Penghasilan lain di luar kontrak kerja sama
  • 82. UPLIFT/IMBALAN SEJENIS pengemb alian Potong 20% x jml bruto PT A PT B Saat terutang: Saat dibayar atau diakui sbg biaya mana yg lbh dahulu
  • 83. PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST 50% 50% PSC dialihkan Potong 5% x jml bruto Masa eksplora si Masa eksploita si Potong 7% x jml bruto Jumlah bruto: Sesungguhnya diterima/diperoleh Seharusnya diterima/diperoleh dlm hal ada hub istimewa Saat terutang: Saat pembayaran, saat pengalihan, atau saat persetujuan oleh Menteri ESDM mana yg lebih dahulu
  • 84. Eksplorasi Eksploitasi PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST tidak mengalihkan seluruh Participating Interest yang dimilikinya telah dimiliki lebih dari 3 (tiga) tahun telah dilakukan Eksplorasi dan Kontraktor telah mengeluarkan investasi tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan melakukan kewajiban pengalihan Participating Interest sesuai kontrak kerja sama kepada perusahaan nasional
  • 85. CONTOH 1 (UPLIFT) Alpha Ltd. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan gas bumi, yang didirikan di negara X. Beta Pty. Ltd. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan gas bumi, yang didirikan di negara Y. Pada tahun 2004 Alpha Ltd. dan Beta Pty. Ltd. memenangkan tender penawaran blok migas Arjuna di laut Jawa. Alpha Ltd. membentuk Alpha Arjuna Ltd. di negara Z (bukan negara mitra P3B) dan Beta Pty. Ltd. membentuk Beta Arjuna Ltd. di negara Z. Kedua perusahaan kemudian membentuk Bentuk Usaha Tetap (BUT) dan mendaftarkannya di Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing Dua. Masing-masing BUT memegang 50% interest di blok migas Arjuna. Jika dalam kontrak kerja sama migas disebutkan bahwa apabila salah satu Kontraktor mengalami kesulitan keuangan dan atas kewajiban partisipasinya tersebut ditalangi terlebih dahulu oleh Kontraktor lain, maka Kontraktor yang meminta dana talangan akan membayar Uplift kepada Kontraktor yang memberikan dana talangan. BUT Beta Arjuna Ltd. mengalami masalah likuiditas keuangan sehingga biaya untuk kegiatan Eksplorasi pada tahun 2004 sampai dengan 2010 ditalangi oleh BUT Alpha Arjuna Ltd.. Pada tahun 2011 Blok Arjuna memasuki tahap produksi. Atas dana talangan tersebut, BUT Alpha Arjuna Ltd. mendapatkan imbalan berupa PMK 257/PMK.011/2011
  • 86. CONTOH 1 (UPLIFT) Berdasarkan informasi tersebut, penghitungan PPh final atas penghasilan berupa Uplift yang diterima BUT Alpha Arjuna Ltd. adalah sebagai berikut: PPh final = 20% x US$10,000,000.00 = US$2,000,000.00 (dipotong oleh BUT Beta Arjuna Ltd., dan BUT Beta Arjuna Ltd. wajib memberikan bukti potongnya kepada BUT Alpha Arjuna Ltd.) Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4) atas penghasilan kena pajak sesudah dikurangi PPh final yang berasal dari Uplift adalah sebagai berikut: Penghasilan Uplift = US$ 10,000,000.00 Biaya yg terkait langsung dengan Uplift = US$ 2,000,000.00 Penghasilan Kena Pajak = US$ 8,000,000.00 PPh final = US$ 2,000,000.00 DPP PPh Pasal 26 ayat (4) atas penghasilan Uplift = US$ 6,000,000.00 PPh Pasal 26 ayat (4) terutang =(20%xUS$6,000,000.00) = US$ 1,200,000.00 PMK 257/PMK.011/2011
  • 87. CONTOH 2 (PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST) Charlie Ltd. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan gas bumi, yang didirikan di negara X. Delta Pty. Ltd. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan gas bumi, yang didirikan di negara Y. Delta Pty. Ltd. membentuk Special Purpose Vehicle (SPV) Company Delta Pty. Ltd. di negara Z dan mendaftarkan BUT Delta Pty. Ltd. di Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing Dua. Pada tahun 2009, Charlie Ltd. memenangkan tender penawaran blok migas Bima di laut Jawa. Charlie Ltd. membentuk Charlie Bima Ltd. di negara Z dan mendaftarkan BUT Charlie Bima Ltd. di Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing Dua. BUT Charlie Bima Ltd. menandatangani kontrak dengan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) pada tahun 2009 dan memegang 100% interest di blok Bima. Negara X, Y, dan Z adalah negara bukan mitra P3B. PMK 257/PMK.011/2011
  • 88. CONTOH 2 (PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST) Pengalihan Participating Interest scr langsung – masa eksplorasi Pada tahun 2011, BUT Charlie Bima Ltd. mengalihkan 50% interest di blok Bima kepada BUT Delta Pty. Ltd., dengan nilai transaksi sebesar US$20,000,000.00. Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang oleh BUT Charlie Bima Ltd. adalah sebagai berikut: PPh final = 5% x US$20,000,000.00 = US$1,000,000.00 (dipotong oleh BUT Delta Pty. Ltd.) Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4) sebagai berikut: Penghasilan dari pengalihan Participating Interest = US$ 20,000,000.00 Biaya yang telah dikeluarkan = US$ 16,000,000.00 Penghasilan Kena Pajak = US$ 4,000,000.00 PPh final = US$ 1,000,000.00 DPP PPh Pasal 26 ayat (4) = US$ 3,000,000.00 PPh Pasal 26 ayat (4) terutang (20%xUS$3,000,000.00) = US$ 600,000.00 PMK 257/PMK.011/2011
  • 89. CONTOH 2 (PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST) Pengalihan Participating Interest scr langsung – masa eksploitasi Blok migas Bima telah berproduksi pada tahun 2015 dan pada tahun 2016 BUT Charlie Bima Ltd. mengalihkan lagi 10% interest di blok Bima kepada BUT Delta Pty. Ltd. dengan nilai transaksi sebesar US$20,000,000.00. PPh final = 7% x US$20,000,000.00 = US$1,400,000.00 (dipotong oleh BUT Delta Pty. Ltd.) Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4) sebagai berikut: Penghasilan dari pengalihan Participating Interest = US$ 20,000,000.00 Biaya yang telah dikeluarkan (tidak termasuk biaya-biaya yang sudah dikembalikan oleh Pemerintah) = US$ 14,400,000.00 Penghasilan Kena Pajak = US$ 5,600,000.00 PPh final = US$ 1,400,000.00 DPP PPh Pasal 26 ayat (4) = US$ 4,200,000.00 PPh Pasal 26 ayat (4) terutang (20%xUS$4,200,000.00) = US$ 840,000.00 PMK 257/PMK.011/2011
  • 90. CONTOH 2 (PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST) Pengalihan Participating Interest scr tidak langsung/pengalihan saham – masa eksploitasi Pada tahun 2017, Charlie Ltd. mengalihkan 30% interest di Blok Bima melalui penjualan 100% saham Charlie Bima Ltd. kepada Gama Pty. Ltd. dengan nilai transaksi US$20,000,000.00. Dengan demikian Gama Pty. Ltd. memiliki 30% interest di blok Bima melalui Charlie Bima Ltd. (SPV company). Atas transaksi penjualan saham tersebut termasuk dalam pengertian pengalihan interest secara tidak langsung karena yang diperjualbelikan adalah interest di Blok Bima. Meskipun secara formal transaksi tersebut adalah pengalihan saham namun secara substansi transaksi tersebut adalah pengalihan interest (substance over form). PMK 257/PMK.011/2011
  • 91.
  • 92.
  • 93.
  • 94.  Kemudahan dan kesederhanaan → PPh final  Pemberlakuan jangka waktu dimaksudkan untuk masa pembelajaran untuk menyelenggarakan pembukuan sebelum dikenai PPh dengan tarif umum  Mendorong masyarakat untuk berperan serta dalam perekonomian formal → penyesuaian tarif  Memberikan keadilan bagi WP yang telah mampu menyelenggarakan pembukuan dengan cara memberikan pilihan pengenaan PPh (final 0,5% atau dengan tarif umum)
  • 95.  Pasal 4 ayat (2) huruf e UU PPh : Penghasilan tertentu lainnya dapat dikenai pajak bersifat final  Pasal 17 ayat (7) UU PPh : Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan tarif pajak tersendiri atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), sepanjang tidak melebihi tarif pajak tertinggi sebagaimana tersebut pada ayat (1)
  • 96.
  • 97.
  • 98.
  • 99.
  • 100.
  • 101.
  • 102.
  • 103.
  • 104. Uang yang diterima/diperoleh sebelum dikurangi potongan penjualan, potongan tunai, dan/atau potongan sejenis
  • 105.
  • 106.
  • 107.
  • 108.
  • 109.
  • 110.
  • 111.