SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
FORUM
Menurut saya, penjualan Indosat karena desakan lembaga donor yang memberikan pinjaman
kepada Indonesia saat krisis 1998, karena pada saat itu Indonesia banyak mendapat bantuan
dana dari lembaga keuangan dunia. Persoalannya ialah divestasi BUMN sehingga hak control
pemerintah hilang atau pemilikan pemerintah atas BUMN tersebut kurang dari 51 persen. Ada
kemungkinan jika sektor telekomunikasi diprivatisasi ke pihak asing semua pembicaraan
rahasia negara melalui saluran telepon bisa disadap dan kekuatan Indonesia terlihat jelas oleh
asing. Konsep buyback juga tidak terjadi sampai saat ini, pasalnya pemerintah pada saat itu
berpendapat bahwa 10 tahun setelah Indosat dijual pada tahun 2002 dapat dibeli kembali.
Cerita berbeda terjadi pada PT Freeport Indonesia. Pada awal periode pemerintahan Soeharto,
pemerintah mengambil kebijakan untuk segera melakukan berbagai langkah nyata demi
meningkatkan pembanguan ekonomi. Namun dengan kondisi ekonomi nasional yang terbatas
setelah penggantian kekuasaan, pemerintah segera mengambil langkah strategis dengan
mengeluarkan Undang-undang Modal Asing (UU No. 1 Tahun 1967). Undang-undang tersebut
merupakan dasar awal mula berdirinya PT. Freeport Indonesia. Persoalannya ialah mengenai
perjanjian kerjasama antara pihak Indonesia dengan pihak swasta asing mengenai kontrak
karya yang tertuang pada UU No 11 Tahun 1967.
Kontrak karya adalah perjanjian antara Pemerintah Indonesia dengan perusahaan swasta asing
atau patungan perusahaan asing dengan perusahaan Indonesia untuk melaksanakan usaha
pertambangan di luar minyak gas dan bumi. Pengusahaan pertambangan umum mencakup
kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan serta penjualan bahan galian. Dalam perjanjian kontrak karya, seluruh urusan
manajemen dan operasional diserahkan kepada penambang. Negara tidak memiliki kontrol atas
kegiatan operasional perusahaan. Negara hanya memperoleh royalty yang besarnya ditentukan
dalam perjanjian Kontrak karya tersebut.
Tahun 2017 ini pemerintah Indonesia melakukan langkah konkret mengenai negoisasi dengan
PT Freeport Indonesia. Setelah 50 tahun dimiliki oleh pihak asing, pemerintah melalui
kepemimpinan Presiden Jokowi, berhasil menguasai 51 persen saham Freeport sehingga
menjadi milik Republik Indonesia. Suatu hasil perundingan yang luar biasa. Selama ini, saham
pemerintah Indonesia hanya 9,36%.
Yang tidak kalah pentingnya, dengan adanya jaminan fiskal dan hukum, penerimaan negara
yang diterima akan lebih besar bila dibandingkan dengan menggunakan kontrak karya.
Freeport juga akhirnya akan membangun smelter setelah dikeluarkannya Izin Usaha
Pertambangan Khusus (IUPK) sesuai dengan UU No 4 tahun 2009. Kesepakatan yang
diperoleh pemerintah Indonesia dengan PT Freeport Indonesia yaitu
1. Landasan hukum yang mengatur hubungan antara Pemerintah dan PT Freeport
Indonesia akan berupa Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), bukan berupa
Kontrak Karya (KK).
2. Divestasi saham PT Freeport Indonesia sebesar 51% untuk kepemilikan Nasional
Indonesia. Hal-hal teknis terkait tahapan divestasi dan waktu pelaksanaan akan
dibahas oleh tim dari Pemerintah dan PT Freeport Indonesia.
3. PT Freeport Indonesia membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian atau smelter
selama 5 tahun, atau selambat-lambatnya sudah harus selesai pada 2022, kecuali
terdapat kondisi force majeur.
4. Stabilitas Penerimaan Negara. Penerimaan negara secara agregat lebih besar
dibanding penerimaan melalui Kontrak Karya selama ini, yang didukung dengan
jaminan fiskal dan hukum yang terdokumentasi untuk PT Freeport Indonesia.
Menurut hemat saya setiap pemerintahan di Indonesia memiliki tantangan yang berbeda-beda.
Diantaranya kondisi geopolitik, ekonomi dan ketahanan nasional. Kondisi demikian menuntut
pemerintah selalu sigap dalam mengambil keputusan dan menghitung untung-rugi yang akan
terjadi di kemudian hari, terutama untuk BUMN ataupun sumberdaya strategis, misalnya pada
sektor telekomunikasi, energi, transportasi, dan sektor pelayanan publik lainnnya.
Perlu diingat setiap keputusan yang diambil harus didasari pasal 33 UUD 1945 yang
menyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dengan demikian
negara wajib membuat regulasi yang memihak kemakmuran rakyat dan melindungi
kepentingan dalam negeri sehingga cita-cita menjadi negara yang Berdaulat secara Politik,
Mandiri secara Ekonomi, Bermartabat Secara Budaya akan tercapai.
Daftar Pustaka
Anonym, 2017, Freeport Indonesia. Wikipedia :
https://id.wikipedia.org/wiki/Freeport_Indonesia (diakses pada 8-10-2017)
Batubara Marwan, 2004, Divestasi Indosat “Kebusukan Sebuah Rezim”, Satu Negeri .com :
https://drive.google.com/file/d/0B6rk4lW09MCLNmRyV3p5dDlLTU0/edit (diakses
pada 8-10-2017)
Gunawan Johanes, 2013, Perjanjian Kerjasama Operasi dan Kontrak Karya, Bogor : Makalah
Pelatihan Tematik Hukum Acara Perdata Bagi Hakim di lingkungan Peradilan Umum,
Komisi Yudisial Republik Indonesia
Jefriando Maikel, 2017. Sri Mulyani : RI Kuasai Freeport Setelah 50 Tahun Dimiliki Asing.
Detik.com: https://finance.detik.com/energi/3621103/sri-mulyani-ri-kuasai-freeport-setelah-50-
tahun-dimiliki-asing (diakses pada 8-10-2017)
Kementerian ESDM, 2009, Undang-undang RI Nomor 4 tahun 2009, Jakarta: Prokum ESDM
: http://prokum.esdm.go.id/uu/2009/UU%204%202009.pdf (diakses pada 8-10-2017)
KUIS
A. Pemegang Saham
Pemegang saham (bahasa Inggris: shareholder atau stockholder), adalah seseorang atau badan
hukum yang secara sah memiliki satu atau lebih saham pada perusahaan. Para pemegang saham
adalah pemilik dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek berusaha
untuk meningkatkan harga sahamnya. Konsep pemegang saham adalah sebuah teori bahwa
perusahaan hanya memiliki tanggung jawab kepada para pemegang sahamnya dan pemiliknya,
dan seharusnya bekerja demi keuntungan mereka.
Pemegang saham pengendali adalah badan hokum dan/atau perorangan dan/atau kelompok
usaha yang :
1. Memiliki saham sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih dari jumlah saham
yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara
2. Memiliki saham kurang dari 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah saham yang
dikeluarkan dan mempunyai hak suara namun dapat dibuktikan telah melakukan
pengendalian baik secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut Pasal 7 ayat (2) UUPT, Bagian atas saham tersebut wajib diambil oleh para pendiri
pada saat Perseroan tersebut didirikan. Para pendiri yang telah mengambil bagian sahamnya
disebut sebagai pemegang saham.
B. Hak dan Kewajiban pemegang saham
Hak
Setiap jenis saham memberikan hak-hak dasar kepada para pemiliknya. Kecuali dibatasi
atau ditetapkan dalam akte pendirian perseroan atau oleh ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. Perlu diperhatikan bahwa perseroan didirikan dan dijalankan atas dasar Anggaran
Dasar yang dibuat di antara para pemegang saham. Sehingga segala hak dan kewajibannya pun
harus dituangkan sejelas mungkin di dalam Anggaran Dasar tersebut, yang dapat dikatakan
sebagai perjanjian di mereka. Karena dianggap sebagai perjanjian, maka Anggaran Dasar harus
tunduk pada UUPT, Undang-Undang dan peraturan lain yang terkait dengan hak dan kewajiban
pemegang saham. Setiap jenis saham memberikan hak-hak dasar kepada para pemiliknya
sebagai berikut:
1. Hak untuk ikut serta dalam pengelolaan perusahaan. Termasuk memilih anggota direksi
dengan hak suara yang proporsional dengan hak kepemilikan sahamnya di dalam
perusahaan, dan hak untuk memperoleh laporan keuangan perusahaan dan menentukan
kebijakan-kebijakan strategis perusahaan.
2. Hak untuk mendapatkan pembagian laba dalam bentuk dividen yang dibagikan oleh
perusahaan.
3. Hak untuk memperoleh saham dari penerbitan saham selanjutnya (first right of refusal)
4. Hak mendahulu untuk ditawarkan dan membeli saham dari pemegang saham lainnya
yang hendak menjual sahamnya
5. Hak untuk memanggil RUPS dan Hak untuk hadir serta bersuara dalam RUPS
6. Hak untuk mendapatkan pembagian aktiva bersih perusahaan. Meliputi hak untuk
membagi dividen dan hak memperoleh pembayaran kembali atas penyertaan modalnya
apabila perusahaan harus dibubarkan atau dilikuidasi.
7. Hak untuk mengubah akte pendirian, anggaran dasar dan rumah tangga perusahaan.
Meliputi hak untuk memberikan persetujuan atas perubahan-perubahan akte pendirian,
anggaran dasar dan rumah tangga perusahaan, dan hak untuk mempertahankan rasio
kepemilikan sahamnya diperusahaan.
8. Hak untuk dapat mempertahankan jumlah relative saham yang dimiliki melalui
pembelian saham-saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan yang disebut
preemptive right. Yang memungkinkan seorang pemegang saham untuk membeli
sejumlah saham tambahan dalam hal perusahaan melakukan emisi atau menerbitkan
saham baru. Sebagai akibatnya, rasio kepemilikan saham tidak bisa dikurangi sebagai
akibat dari penerbitan saham-saham baru yang dilakukan oleh perusahaan, kecuali
pemegang saham tidak menggunakan haknya untuk membeli saham baru.
Tidak setiap pemegang saham memperoleh hak-hak dasar sebagaimana dikemukakan
diatas. Sebagai contoh, preemptive right seringkali sudah dieliminasi melalui perubahan akta
pendirian, anggaran dasar dan rumah tangga perusahaan. Disamping itu, memang sengaja tidak
setiap pemegang saham diberikan hak-hak yang sama. Banyak perusahaan besar menerbitkan
beberapa jenis sekuritas saham, dengan karakteristik dan hak-hak yang berbeda (hak suara
dalam rapat umum pemegang saham, hak prioritas untuk memperolah pembayaran dividen,
hak atas jumlah minimum dividen).
Salah satu efek dari struktur kepemilikan melalui saham adalah terciptanya struktur
pemegang saham mayoritas dan minoritas. Pada dasarnya masing-masing mempunyai hak
yang sama. Terutama terhadap hak suara. Yaitu 1 saham adalah 1 suara. Ketentuan tambahan
terhadap hak suara dapat diatur secara tegas-tegas sehubungan dengan klasifikasi saham.
Dengan mekanisme pemilikan yang demikian, pemegang saham mayoritas menjadi pihak yang
diuntungkan dengan sendirinya. Semakin banyak saham yang dimilikinya, maka makin dapat
berkuasa ia dalam menentukan keputusan mengenai keberadaan dan jalannya suatu perseroan
terbatas.
Persoalannya adalah bagaimana melindungi kepentingan pemegang saham minoritas yang
beresiko dirugikan oleh kekuasaan pemegang saham mayoritas. Ini beberapa pasal yang dapat
berusaha mengatur kepentingan pemegang saham baik mayoritas dan minoritas:
a. Tindakan Derivatif
Ketentuan ini mengatur bahwa Pemegang saham dapat mengambil alih untuk mewakili urusan
perseroan demi kepentingan perseroan, karena ia menganggap Direksi dan atau Komisaris telah
lalai dalam kewajibannya terhadap perseroan.
1. Pemegang saham dapat melakukan tindakan-tindakan atau bertindak selaku wakil
perseoran dalam memperjuangkan kepentingan perseroan terhadap tindakan perseroan
yang merugikan, sebagai akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh anggota
Direksi dan atau pun oleh komisaris (ps.85 (3) jo. ps.98 (2) UUPT).
2. Melalui ijin dari Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi kedudukan
perseroan, pemegang saham dapat melakukan sendiri pemanggilan RUPS (baik RUPS
tahunan maupun RUPS lainnya) apabila direksi ataupun komisaris tidak
menyelenggarakan RUPS atau tidak melakukan pemanggilan RUPS (ps.67 UUPT).
b. Hak Pemegang Minoritas
Pada dasarnya ketentuan-ketentuan di bawah ini terutama ditujukan untuk melindungi
kepentingan pemegang saham minoritas dari kekuasaan pemegang saham mayoritas.
1. Hak Menggugat
Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan melalui
Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi kedudukan perseroan, bila tindakan
perseroan merugikan kepentingannya (ps. 54 UUPT)
2. Hak Atas Akses Informasi Perusahaan
Pemegang saham dapat melakukan pemeriksaan terhadap perseroan, permintaan data
atau keterangan dilakukan apabila ada dugaan bahwa perseroan dan atau anggota
direksi atau komisaris melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan
pemegang saham atau pihak ketiga (ps.110 UUPT).
3. Hak Atas Jalannya Perseroan
Pemegang saham dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri untuk
membubarkan perseroan (ps.117 UUPT).
4. Hak Perlakuan Wajar
Pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan
harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang
merugikan pemegang saham atau perseroan, berupa:
(i) perubahan anggaran dasar perseroan;
(ii) penjualan, penjaminan, pertukaran sebagian besar atau seluruh kekayaan
perseroan; atau
(iii) penggabungan, peleburan atau pengambilalihan perseroan.(ps.55 UUPT)
Kewajiban
Menurut Pasal 3 ayat (1) UU PT, pemegang saham Perseroan Terbatas (?strong>Perseroan?
tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan
tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki. Ketentuan di
dalam pasal ini mempertegas ciri dari Perseroan bahwa pemegang saham hanya bertanggung
jawab sebesar setoran atas seluruh saham dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya.
Namun, masih ada kemungkinan pemegang saham harus bertanggung jawab hingga
menyangkut kekayaan pribadinya berdasarkan Pasal 3 ayat (2) UU PT yang menyatakan bahwa
ketentuan di dalam Pasal 3 ayat (1) tidak berlaku apabila:
1. Persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;
2. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan
itikad buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi;
3. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh Perseroan; atau
4. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara
melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan, yang mengakibatkan kekayaan
Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang Perseroan.
Selain itu berkaitan dengan masalah likuidasi, menurut Pasal 150 ayat (5) UU PT pemegang
saham wajib mengembalikan sisa kekayaan hasil likuidasi secara proporsional dengan jumlah
yang diterima terhadap jumlah tagihan. Kewajiban untuk mengembalikan sisa kekayaan hasil
likuidasi tersebut wajib dilakukan oleh pemegang saham apabila dalam hal sisa kekayaan hasil
likuidasi telah dibagikan kepada pemegang saham dan terdapat tagihan kreditor yang belum
mengajukan tagihannya.
Pada hakekatnya, tanggung jawab pemegang saham sebatas pada jumlah nilai saham yang
disetornya. Dia akan bertanggung jawab secara pribadi (tidak terbatas) bila memenuhi salah
satu kondisi:
a. melakukan satu atau lebih hal yang mengakibatkan terjadinya pengungkapan tabir
perusahaan (piercing corporate veil; Pasal 3 Undang-Undang No.1 tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas); atau
b. menjadi penanggung pribadi (personal guarantor) berdasarkan perjanjian
penanggungan pribadi sehubungan dengan transaksi pemberian fasilitas kredit oleh
bank kepada perusahaan yang bersangkutan berdasarkan perjanjian kredit atau
pinjaman tertentu.
Bila dia diwajibkan untuk membayar, maka pemegang saham yang bersangkutan wajib
membayar lunas seluruh dan setiap hutang yang harus dibayar oleh perusahaan. Bila ada
pemegang saham lain yang mempunyai kewajiban yang sama, maka pelaksanaan kewajiban
pembayaran tersebut dilakukan secara tanggung renteng di antara para pemegang saham
tersebut. Pihak kreditor sebagai pihak ketiga hanya berkepentingan dalam hal hutangnya lunas
(dibayar), sedangkan urusan internal sehubungan dengan pertanggung jawaban secara
tanggung renteng itu sewajarnya hanya menjadi urusan di antara para pemegang saham pada
perusahaan yang bersangkutan.
Kewajiban pembayaran oleh pemegang saham yang dimaksud di atas dapat timbul dari titik
atau sudut pandang yang berlainan, yaitu dari salah satu dari kondisi butir (a) dan (b) di atas,
atau bahkan keduanya. Dalam hal butir (a), pendekatan (baca: sudut pandang) yang dilakukan
adalah pertanggung jawaban dilihat dari sisi ketentuan hukum perusahaan. Sedangkan, dalam
hal butir (b), pendekatan yang kedua adalah pertanggung jawaban yang dilihat dari sisi struktur
transaksi pemberian fasilitas kredit. Yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa setiap dari
kedua pendekatan tersebut tidak ada yang paling benar, karena hanya merupakan pendekatan
dalam melakukan analisa apakah pemegang saham dapat dimintakan pertanggungjawabannya
secara pribadi. Jadi, kondisi dimana/bila pemegang saham harus atau dapat bertanggung jawab
secara pribadi tersebut lah yang harus lebih diperhatikan daripada sejauh mana kewajiban dia
itu dapat dimintakan.
C. Pemegang saham mengendalikan Perusahaan
RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) adalah organ Perseroan Terbatas yang memiliki
kewenangan ekslusif yang tidak diberikan kepada Direksi dan Dewan Komisaris. Kewenangan
RUPS, bentuk dan luasannya, ditentukan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas dan
Anggaran Dasar Perseroan.
Dalam bentuk kongkret-nya RUPS merupakan sebuah forum, dimana para pemegang
saham memiliki kewenangan untuk memperoleh keterangan-keterangan mengenai Perseroan,
baik dari Direksi maupun Dewan Komisaris. Keterangan-keterangan itu merupakan landasan
bagi RUPS untuk menentukan kebijakan dan langkah strategis Perseroan dalam mengambil
keputusan sebagai sebuah badan hukum. Dalam forum RUPS, mekanisme penyampaian
keterangan dan keputusan itu disusun secara teratur dan sistematis sesuai agendanya. Dalam
forum RUPS, para peserta tidak dapat memberikan keterangan dan keputusan diluar agenda
rapat – kecuali RUPS itu dihadiri oleh semua pemegang saham dan mereka menyetujui
penambahan agenda rapat itu dengan suara bulat.
Sebagai sebuah forum, pada prinsipnya RUPS harus diselenggarakan di Indonesia.
Penyelenggaraan itu dilakukan di tempat kedudukan Perseroan atau di tempat Perseroan
melakukan kegiatan utamanya. Selain di tempat Perseroan, RUPS juga dapat diselenggarakan
melalui media elektronik, misalnya media telekonferensi atau video konferensi. Semua peserta
RUPS yang diselenggarakan dengan media elektronik harus bisa saling melihat dan mendengar
secara langsung serta berpartisipasi di dalam rapat. Meskipun sifatnya telekonferensi, RUPS
itu juga harus dibuatkan risalah rapatnya dan ditandatangani oleh semua peserta rapat.
Jenis RUPS dapat terdiri dari RUPS Tahunan dan RUPS Lainnya. RUPS Tahunan wajib
diselenggarakan Direksi minimal 6 bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir. Dalam RUPS
Tahunan, Direksi mengajukan semua dokumen dari laporan tahunan Perseroan. RUPS Lainnya
dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan Perseroan.
A. Permintaan Diadakannya RUPS
Sebelum diselenggarakannya RUPS, terlebih dahulu dilakukan Pemanggilan RUPS, dan
sebelum Pemanggilan RUPS para pemegang saham yang memiliki hak suara mengajukan
Permintaan RUPS. Permintaan diadakannya RUPS dilakukan dengan surat tercatat beserta
alasannya kepada Direksi – dan tembusannya disampaikan kepada Dewan Komisaris. Setelah
Direksi menerima surat tercatat, selanjutnya Direksi wajib melakukan Pemanggilan RUPS.
Pemanggilan itu dilakukan dalam jangka waktu 15 hari sejak tanggal permintaan dengan surat
tercatat itu diterima oleh Direksi.
Ada kalanya Direksi tidak melakukan Pemanggilan RUPS dalam jangka waktu yang telah
ditentukan – 15 hari sejak menerima surat tercatat. Jika Direksi tidak juga melakukan
Pemanggilan RUPS dalam batas waktu itu, maka permintaan diadakannya RUPS diajukan
kembali dengan surat tercatat oleh pemegang saham, namun kali ini bukan kepada Direksi
melainkan kepada Dewan Komisaris. Selanjutnya, Dewan Komisaris yang melakukan
Pemanggilan RUPS – juga dengan jangka waktu 15 hari sejak penerimaan surat tercatat.
Ada kemungkinan juga baik Direksi maupun Dewan Komisaris, setelah diajukannya
Permintaan RUPS oleh pemegang saham, tidak melakukan Pemanggilan RUPS. Jika hal ini
yang terjadi maka pemegang saham dapat mengajukan permohonan itu sekali lagi melalui
pengadilan. Kepada ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan Perseroan, pemegang saham mengajukan permohonan untuk dibuat penetapan
pengadilan agar: memberikan izin kepada pemohon (pemegang saham) untuk melakukan
sendiri Pemanggilan RUPS. Pengadilan, setelah mempelajari keterangan dan bukti dari
pemegang saham, Direksi dan Dewan Komisaris, selanjutnya menetapkan pemberian izin
penyelenggaraan RUPS. Permohonan dapat ditolak jika pemegang saham tidak dapat
membuktikan alasannya – persyaratan dan kepentingannya.
B. Pemanggilan RUPS
Pemanggilan RUPS dilakukan oleh Direksi kepada para pemegang saham – atau oleh
Dewan Komisaris dan pemegang saham sendiri dalam hal Direksi tidak melaksanakan
pemanggilan. Pemanggilan RUPS dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 14 hari
sebelum RUPS diselenggrakan. Selain dengan surat tercatat, pemanggilan RUPS dapat juga
dilakukan melalui surat kabar. Dalam pemanggilan itu harus dicantumkan “tanggal”, “waktu”,
“tempat”, dan “agenda” rapat. Selain deskripsi rapat, dalam pemanggilan juga wajib disertakan
pemberitahuan bahwa bahan yang akan dibicarakan dalam RUPS telah tersedia di kantor
Perseroan sejak tanggal pemanggilan sampai dengan RUPS diadakan. Perseroan wajib
memberikan salinan bahan tersebut kepada pemegang saham secara cuma-cuma jika diminta.
C. Hak Suara Pemegang Saham dalam RUPS
Pada prinsipnya setiap saham yang dikeluarkan oleh Perseroan memiliki setidaknya satu
hak suara. Namun, Perseroan juga dapat menentukan hak suara itu lebih besar atau lebih kecil,
selama hal itu ditentukan dalam Anggaran Dasarnya. Meskipun setiap saham memiliki
setidaknya satu hak suara, namun hak suara itu tidak berlaku bagi saham-saham berikut:
a. Saham yang dikuasai sendiri oleh Perseroan.
b. Saham induk Perseroan yang dikuasai oleh anak Perseroannya – baik langsung
maupun tidak langsung.
c. Saham Perseroan yang dikuasai oleh Perseroan lain yang sahamnya langsung atau
tidak langsung telah dimiliki Perseroan.
Hak suara para pemegang saham dapat digunakan untuk mengambil keputusan dalam
RUPS – kecuali saham yang tidak memiliki hak suara. Dalam pemungutan suara untuk
mengambil keputusan, suara yang dikeluarkan oleh pemegang saham berlaku untuk seluruh
saham yang dimilikinya. Pemegang saham tidak boleh memberikan kuasa kepada lebih dari
seorang kuasa untuk sebagian dari saham yang dimilikinya dengan suara yang berbeda. Dalam
pemungutan suara, anggota Direksi dan Dewan Komisaris, serta karyawan Perseroan, dilarang
bertindak sebagai kuasa dari pemegang saham. Dalam hal pemegang saham hadir sendiri dalam
RUPS, surat kuasa yang telah diberikan untuk mewakili kehadirannya menjadi tidak berlaku
untuk rapat tersebut.
D. Kuorum RUPS
RUPS baru dapat diselenggarakan jika 1/2 lebih dari seluruh saham dengan hak suara
menghadirinya – kecuali Anggaran Dasar menentukan jumlah kuorum yang lebih besar. Jika
kuorum tersebut tidak tercapai, Direksi dapat melakukan Pemanggilan RUPS Kedua.
Pemanggilan RUPS Kedua harus menyebutkan bahwa RUPS Pertama telah dilaksanakan dan
tidak mencapai kuorum. RUPS Kedua sah dan berhak mengambil keputusan jika RUPS itu
dihadiri oleh minimal 1/3 dari jumlah seluruh saham dengan hak suara. Jika kuorum RUPS
Kedua juga tidak tercapai, Perseroan dapat memohon kepada ketua pengadilan negeri agar
ditetapkan kuorum untuk RUPS Ketiga. Selanjutnya, RUPS Ketiga itu dilangsungkan dengan
dasar kuorum yang ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri. Pemanggilan RUPS Ketiga harus
menyebutkan bahwa RUPS Kedua telah dilaksanakan dan tidak mencapai kuorum.
Pemanggilan RUPS Kedua dan RUPS Ketiga masing-masing dilakukan dalam jangka waktu
paling lambat 7 hari sebelum RUPS Kedua atau RUPS Ketiga itu dilaksanakan. RUPS Kedua
dan RUPS Ketiga diselenggarakan dalam jangka waktu paling cepat 10 hari dan paling lambat
21 hari setelah RUPS yang mendahuluinya dilangsungkan.
Keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Dalam hal upaya
musyawarah untuk mufakat itu tidak tercapai, keputusan adalah sah jika disetujui oleh lebih
dari 1/2 bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan. RUPS untuk mengubah Anggaran Dasar
dapat dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit 2/3 bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara hadir atau diwakili, dan keputusannya sah jika disetujui paling sedikit 2/3
bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan – kecuali Anggaran Dasar menentukan kuorum
kehadiran yang lebih besar. Dalam hal kuorum kehadiran tidak tercapai, dapat diselenggarakan
RUPS Kedua. RUPS kedua sah dan berhak mengambil keputusan jika dalam rapat paling
sedikit 3/5 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, dan
keputusannya sah jika disetujui paling sedikit 2/3 bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan.
E. Risalah Rapat
Dalam setiap penyelenggaraan RUPS, ketua rapat wajib membuat dan menandatangani
risalah RUPS. Selain ketua rapat, minimal 1 orang pemegang saham yang ditunjuk dari dan
oleh peserta RUPS juga menandatangani risalah tersebut. Tanda tangan itu tidak disyaratkan
apabila risalah RUPS dibuat dengan akta notaris. Selain dalam rapat, pemegang saham dapat
juga mengambil keputusan yang mengikat di luar RUPS dengan syarat semua pemegang saham
dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan menandatangani usulan yang
bersangkutan.
Daftar Pustaka
Anonim, 2016, Pemegang Saham, Wikipedia : https://id.wikipedia.org/wiki/Pemegang_saham
(diakses : 05-10-2017)
Anonim, 2012, Pengertian Pemegang Saham Pengendali, Saham OK :
https://www.sahamok.com/pengertian-pemegang-saham-pengendali/ (diakses : 05-10-
2017)
Anonim, 2001, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Hukum online :
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl209/tanggung-jawab-pemegang-saham
(diakses : 5-10-2017)
Anonim, 2006, Perlindungan Terhadap Pemegang Saham, Hukum online :
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1017/perlindungan-terhadap-pemegang-
saham (diakses : 5-10-2017)
Anonim, 2016, Hak dan Kewajiban Pemegang Saham, carajadikaya.com :
https://www.carajadikaya.com/hak-dan-kewajiban-pemegang-saham/ (diakses : 5-10-
2017)
Redaksi, 2016, Hak dan Kewajiban Pemegang Saham, Berita transparansi | PT. Pagi Indonesia
: https://www.beritatransparansi.com/hak-dan-kewajiban-pemegang-saham/ (diakses : 5-
10-2017)
Sukandar Dadang, 2016, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), legalakses :
http://www.legalakses.com/rapat-umum-pemegang-saham-rups/ (diakses : 5-10-2017)

More Related Content

What's hot

Bumn dan kerugian negara
Bumn dan kerugian negaraBumn dan kerugian negara
Bumn dan kerugian negara
Fitriadi Mireza
 
Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Hbl 11,mei ika ,hapzi ali,penanaman modal dalam negeri & asing, mercubuana
Hbl 11,mei ika ,hapzi ali,penanaman modal dalam negeri & asing, mercubuanaHbl 11,mei ika ,hapzi ali,penanaman modal dalam negeri & asing, mercubuana
Hbl 11,mei ika ,hapzi ali,penanaman modal dalam negeri & asing, mercubuana
MeikaSihombimg
 

What's hot (20)

Bumn dan kerugian negara
Bumn dan kerugian negaraBumn dan kerugian negara
Bumn dan kerugian negara
 
Hbl 1,mei ika, hapzi ali, hukum bisnis, mercu buana
Hbl 1,mei ika, hapzi ali, hukum bisnis, mercu buanaHbl 1,mei ika, hapzi ali, hukum bisnis, mercu buana
Hbl 1,mei ika, hapzi ali, hukum bisnis, mercu buana
 
Modal asing luar negri.....
Modal asing luar negri.....Modal asing luar negri.....
Modal asing luar negri.....
 
Uu 06 1968
Uu 06 1968Uu 06 1968
Uu 06 1968
 
Kronologis kasus enron
Kronologis kasus enronKronologis kasus enron
Kronologis kasus enron
 
Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
 
Uu 16 2001
Uu 16 2001Uu 16 2001
Uu 16 2001
 
11, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, penanaman modal dalam ne...
11, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, penanaman modal dalam ne...11, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, penanaman modal dalam ne...
11, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, penanaman modal dalam ne...
 
Bab 11
Bab 11Bab 11
Bab 11
 
Hbl 11,mei ika ,hapzi ali,penanaman modal dalam negeri & asing, mercubuana
Hbl 11,mei ika ,hapzi ali,penanaman modal dalam negeri & asing, mercubuanaHbl 11,mei ika ,hapzi ali,penanaman modal dalam negeri & asing, mercubuana
Hbl 11,mei ika ,hapzi ali,penanaman modal dalam negeri & asing, mercubuana
 
Hbl minggu 11, hefti juliza, hapzi ali, penanaman modal, universitas mercu bu...
Hbl minggu 11, hefti juliza, hapzi ali, penanaman modal, universitas mercu bu...Hbl minggu 11, hefti juliza, hapzi ali, penanaman modal, universitas mercu bu...
Hbl minggu 11, hefti juliza, hapzi ali, penanaman modal, universitas mercu bu...
 
Presentasi yayasan kelompok 4
Presentasi yayasan kelompok 4Presentasi yayasan kelompok 4
Presentasi yayasan kelompok 4
 
11, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan asing, p...
11, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan asing, p...11, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan asing, p...
11, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan asing, p...
 
HUKUM PERUSAHAAN
HUKUM PERUSAHAAN HUKUM PERUSAHAAN
HUKUM PERUSAHAAN
 
Modul hbl,muhammad rizal ramadhan,hapzi ali,penanaman modal dalam negri dan ...
Modul hbl,muhammad rizal ramadhan,hapzi  ali,penanaman modal dalam negri dan ...Modul hbl,muhammad rizal ramadhan,hapzi  ali,penanaman modal dalam negri dan ...
Modul hbl,muhammad rizal ramadhan,hapzi ali,penanaman modal dalam negri dan ...
 
Uu 1967 1 penanaman modal asing
Uu 1967 1 penanaman modal asingUu 1967 1 penanaman modal asing
Uu 1967 1 penanaman modal asing
 
Hbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, hukum badan usaha, universitas mercu buana
Hbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, hukum badan usaha, universitas mercu buanaHbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, hukum badan usaha, universitas mercu buana
Hbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, hukum badan usaha, universitas mercu buana
 
Presentation for Quo Vadis RUU Pertanahan
Presentation for Quo Vadis RUU PertanahanPresentation for Quo Vadis RUU Pertanahan
Presentation for Quo Vadis RUU Pertanahan
 
3, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, bentuk badan hukum dan perseroan terbatas ...
3, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, bentuk badan hukum dan perseroan terbatas ...3, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, bentuk badan hukum dan perseroan terbatas ...
3, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, bentuk badan hukum dan perseroan terbatas ...
 
Makalah penanaman modal 2
Makalah penanaman modal 2Makalah penanaman modal 2
Makalah penanaman modal 2
 

Similar to BE & GG, eko agus nurhadi, hapzi ali, shareholders and the markets for corporate control, universitas mercu buana, 2017

5. UU-40-2007 PERSEROAN TERBATAS.pdf
5. UU-40-2007 PERSEROAN TERBATAS.pdf5. UU-40-2007 PERSEROAN TERBATAS.pdf
5. UU-40-2007 PERSEROAN TERBATAS.pdf
Izam17
 
Kunci jawaban memahami prinsip bisnis
Kunci jawaban memahami prinsip bisnisKunci jawaban memahami prinsip bisnis
Kunci jawaban memahami prinsip bisnis
tenanan
 

Similar to BE & GG, eko agus nurhadi, hapzi ali, shareholders and the markets for corporate control, universitas mercu buana, 2017 (20)

PENGANTAR HUKUM BISNIS
PENGANTAR HUKUM BISNISPENGANTAR HUKUM BISNIS
PENGANTAR HUKUM BISNIS
 
Hukum dagang pres
Hukum dagang presHukum dagang pres
Hukum dagang pres
 
BE&GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali, Shareholders and the markets for corpo...
BE&GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali, Shareholders and the markets for corpo...BE&GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali, Shareholders and the markets for corpo...
BE&GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali, Shareholders and the markets for corpo...
 
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Shareholders an...
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Shareholders an...BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Shareholders an...
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Shareholders an...
 
Be & gg, david oktario s, hapzi ali, shareholders and the markets for corpora...
Be & gg, david oktario s, hapzi ali, shareholders and the markets for corpora...Be & gg, david oktario s, hapzi ali, shareholders and the markets for corpora...
Be & gg, david oktario s, hapzi ali, shareholders and the markets for corpora...
 
Dasar hukum pt
Dasar hukum ptDasar hukum pt
Dasar hukum pt
 
BE & GG, Poltak Bobby, Hapzi Ali, Shareholders and the markets for corporate...
BE & GG, Poltak Bobby,  Hapzi Ali, Shareholders and the markets for corporate...BE & GG, Poltak Bobby,  Hapzi Ali, Shareholders and the markets for corporate...
BE & GG, Poltak Bobby, Hapzi Ali, Shareholders and the markets for corporate...
 
Bab iii hukum organisasi perusahaan
Bab iii hukum organisasi perusahaanBab iii hukum organisasi perusahaan
Bab iii hukum organisasi perusahaan
 
11 Hbl, teuku alvin putra rezalino, hapzi ali, penanaman modal dalam negeri d...
11 Hbl, teuku alvin putra rezalino, hapzi ali, penanaman modal dalam negeri d...11 Hbl, teuku alvin putra rezalino, hapzi ali, penanaman modal dalam negeri d...
11 Hbl, teuku alvin putra rezalino, hapzi ali, penanaman modal dalam negeri d...
 
UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.PDF
UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.PDFUU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.PDF
UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.PDF
 
Hbl, bella tri oktaviana, prof. dr. hapzi ali, penanaman modal, universitas ...
Hbl, bella tri oktaviana, prof. dr.  hapzi ali, penanaman modal, universitas ...Hbl, bella tri oktaviana, prof. dr.  hapzi ali, penanaman modal, universitas ...
Hbl, bella tri oktaviana, prof. dr. hapzi ali, penanaman modal, universitas ...
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Shareholders and t...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Shareholders and t...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Shareholders and t...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Shareholders and t...
 
HBL11, Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali, Penanaman Modal dalam Negeri dan...
HBL11, Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali, Penanaman Modal dalam Negeri dan...HBL11, Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali, Penanaman Modal dalam Negeri dan...
HBL11, Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali, Penanaman Modal dalam Negeri dan...
 
5. UU-40-2007 PERSEROAN TERBATAS.pdf
5. UU-40-2007 PERSEROAN TERBATAS.pdf5. UU-40-2007 PERSEROAN TERBATAS.pdf
5. UU-40-2007 PERSEROAN TERBATAS.pdf
 
Uu no 40 2007 Tentang perseroan terbatas
Uu no 40 2007 Tentang perseroan terbatasUu no 40 2007 Tentang perseroan terbatas
Uu no 40 2007 Tentang perseroan terbatas
 
Kunci jawaban memahami prinsip bisnis
Kunci jawaban memahami prinsip bisnisKunci jawaban memahami prinsip bisnis
Kunci jawaban memahami prinsip bisnis
 
3, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
3, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 20193, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
3, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
 
Surat PWYP Indonesia Open Contract EITI
Surat PWYP Indonesia Open Contract EITISurat PWYP Indonesia Open Contract EITI
Surat PWYP Indonesia Open Contract EITI
 
Aspek Hukum (new).ppt
Aspek Hukum (new).pptAspek Hukum (new).ppt
Aspek Hukum (new).ppt
 
LANJUTAN MATERI HUKUM PERUSAHAAN
LANJUTAN MATERI HUKUM PERUSAHAANLANJUTAN MATERI HUKUM PERUSAHAAN
LANJUTAN MATERI HUKUM PERUSAHAAN
 

Recently uploaded

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
saptari3
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 

Recently uploaded (20)

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 

BE & GG, eko agus nurhadi, hapzi ali, shareholders and the markets for corporate control, universitas mercu buana, 2017

  • 1. FORUM Menurut saya, penjualan Indosat karena desakan lembaga donor yang memberikan pinjaman kepada Indonesia saat krisis 1998, karena pada saat itu Indonesia banyak mendapat bantuan dana dari lembaga keuangan dunia. Persoalannya ialah divestasi BUMN sehingga hak control pemerintah hilang atau pemilikan pemerintah atas BUMN tersebut kurang dari 51 persen. Ada kemungkinan jika sektor telekomunikasi diprivatisasi ke pihak asing semua pembicaraan rahasia negara melalui saluran telepon bisa disadap dan kekuatan Indonesia terlihat jelas oleh asing. Konsep buyback juga tidak terjadi sampai saat ini, pasalnya pemerintah pada saat itu berpendapat bahwa 10 tahun setelah Indosat dijual pada tahun 2002 dapat dibeli kembali. Cerita berbeda terjadi pada PT Freeport Indonesia. Pada awal periode pemerintahan Soeharto, pemerintah mengambil kebijakan untuk segera melakukan berbagai langkah nyata demi meningkatkan pembanguan ekonomi. Namun dengan kondisi ekonomi nasional yang terbatas setelah penggantian kekuasaan, pemerintah segera mengambil langkah strategis dengan mengeluarkan Undang-undang Modal Asing (UU No. 1 Tahun 1967). Undang-undang tersebut merupakan dasar awal mula berdirinya PT. Freeport Indonesia. Persoalannya ialah mengenai perjanjian kerjasama antara pihak Indonesia dengan pihak swasta asing mengenai kontrak karya yang tertuang pada UU No 11 Tahun 1967. Kontrak karya adalah perjanjian antara Pemerintah Indonesia dengan perusahaan swasta asing atau patungan perusahaan asing dengan perusahaan Indonesia untuk melaksanakan usaha pertambangan di luar minyak gas dan bumi. Pengusahaan pertambangan umum mencakup kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan serta penjualan bahan galian. Dalam perjanjian kontrak karya, seluruh urusan manajemen dan operasional diserahkan kepada penambang. Negara tidak memiliki kontrol atas kegiatan operasional perusahaan. Negara hanya memperoleh royalty yang besarnya ditentukan dalam perjanjian Kontrak karya tersebut. Tahun 2017 ini pemerintah Indonesia melakukan langkah konkret mengenai negoisasi dengan PT Freeport Indonesia. Setelah 50 tahun dimiliki oleh pihak asing, pemerintah melalui kepemimpinan Presiden Jokowi, berhasil menguasai 51 persen saham Freeport sehingga menjadi milik Republik Indonesia. Suatu hasil perundingan yang luar biasa. Selama ini, saham pemerintah Indonesia hanya 9,36%. Yang tidak kalah pentingnya, dengan adanya jaminan fiskal dan hukum, penerimaan negara yang diterima akan lebih besar bila dibandingkan dengan menggunakan kontrak karya. Freeport juga akhirnya akan membangun smelter setelah dikeluarkannya Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) sesuai dengan UU No 4 tahun 2009. Kesepakatan yang diperoleh pemerintah Indonesia dengan PT Freeport Indonesia yaitu 1. Landasan hukum yang mengatur hubungan antara Pemerintah dan PT Freeport Indonesia akan berupa Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), bukan berupa Kontrak Karya (KK). 2. Divestasi saham PT Freeport Indonesia sebesar 51% untuk kepemilikan Nasional Indonesia. Hal-hal teknis terkait tahapan divestasi dan waktu pelaksanaan akan dibahas oleh tim dari Pemerintah dan PT Freeport Indonesia.
  • 2. 3. PT Freeport Indonesia membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian atau smelter selama 5 tahun, atau selambat-lambatnya sudah harus selesai pada 2022, kecuali terdapat kondisi force majeur. 4. Stabilitas Penerimaan Negara. Penerimaan negara secara agregat lebih besar dibanding penerimaan melalui Kontrak Karya selama ini, yang didukung dengan jaminan fiskal dan hukum yang terdokumentasi untuk PT Freeport Indonesia. Menurut hemat saya setiap pemerintahan di Indonesia memiliki tantangan yang berbeda-beda. Diantaranya kondisi geopolitik, ekonomi dan ketahanan nasional. Kondisi demikian menuntut pemerintah selalu sigap dalam mengambil keputusan dan menghitung untung-rugi yang akan terjadi di kemudian hari, terutama untuk BUMN ataupun sumberdaya strategis, misalnya pada sektor telekomunikasi, energi, transportasi, dan sektor pelayanan publik lainnnya. Perlu diingat setiap keputusan yang diambil harus didasari pasal 33 UUD 1945 yang menyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dengan demikian negara wajib membuat regulasi yang memihak kemakmuran rakyat dan melindungi kepentingan dalam negeri sehingga cita-cita menjadi negara yang Berdaulat secara Politik, Mandiri secara Ekonomi, Bermartabat Secara Budaya akan tercapai. Daftar Pustaka Anonym, 2017, Freeport Indonesia. Wikipedia : https://id.wikipedia.org/wiki/Freeport_Indonesia (diakses pada 8-10-2017) Batubara Marwan, 2004, Divestasi Indosat “Kebusukan Sebuah Rezim”, Satu Negeri .com : https://drive.google.com/file/d/0B6rk4lW09MCLNmRyV3p5dDlLTU0/edit (diakses pada 8-10-2017) Gunawan Johanes, 2013, Perjanjian Kerjasama Operasi dan Kontrak Karya, Bogor : Makalah Pelatihan Tematik Hukum Acara Perdata Bagi Hakim di lingkungan Peradilan Umum, Komisi Yudisial Republik Indonesia Jefriando Maikel, 2017. Sri Mulyani : RI Kuasai Freeport Setelah 50 Tahun Dimiliki Asing. Detik.com: https://finance.detik.com/energi/3621103/sri-mulyani-ri-kuasai-freeport-setelah-50- tahun-dimiliki-asing (diakses pada 8-10-2017) Kementerian ESDM, 2009, Undang-undang RI Nomor 4 tahun 2009, Jakarta: Prokum ESDM : http://prokum.esdm.go.id/uu/2009/UU%204%202009.pdf (diakses pada 8-10-2017) KUIS A. Pemegang Saham
  • 3. Pemegang saham (bahasa Inggris: shareholder atau stockholder), adalah seseorang atau badan hukum yang secara sah memiliki satu atau lebih saham pada perusahaan. Para pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek berusaha untuk meningkatkan harga sahamnya. Konsep pemegang saham adalah sebuah teori bahwa perusahaan hanya memiliki tanggung jawab kepada para pemegang sahamnya dan pemiliknya, dan seharusnya bekerja demi keuntungan mereka. Pemegang saham pengendali adalah badan hokum dan/atau perorangan dan/atau kelompok usaha yang : 1. Memiliki saham sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara 2. Memiliki saham kurang dari 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah saham yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara namun dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Pasal 7 ayat (2) UUPT, Bagian atas saham tersebut wajib diambil oleh para pendiri pada saat Perseroan tersebut didirikan. Para pendiri yang telah mengambil bagian sahamnya disebut sebagai pemegang saham. B. Hak dan Kewajiban pemegang saham Hak Setiap jenis saham memberikan hak-hak dasar kepada para pemiliknya. Kecuali dibatasi atau ditetapkan dalam akte pendirian perseroan atau oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Perlu diperhatikan bahwa perseroan didirikan dan dijalankan atas dasar Anggaran Dasar yang dibuat di antara para pemegang saham. Sehingga segala hak dan kewajibannya pun harus dituangkan sejelas mungkin di dalam Anggaran Dasar tersebut, yang dapat dikatakan sebagai perjanjian di mereka. Karena dianggap sebagai perjanjian, maka Anggaran Dasar harus tunduk pada UUPT, Undang-Undang dan peraturan lain yang terkait dengan hak dan kewajiban pemegang saham. Setiap jenis saham memberikan hak-hak dasar kepada para pemiliknya sebagai berikut: 1. Hak untuk ikut serta dalam pengelolaan perusahaan. Termasuk memilih anggota direksi dengan hak suara yang proporsional dengan hak kepemilikan sahamnya di dalam perusahaan, dan hak untuk memperoleh laporan keuangan perusahaan dan menentukan kebijakan-kebijakan strategis perusahaan. 2. Hak untuk mendapatkan pembagian laba dalam bentuk dividen yang dibagikan oleh perusahaan. 3. Hak untuk memperoleh saham dari penerbitan saham selanjutnya (first right of refusal) 4. Hak mendahulu untuk ditawarkan dan membeli saham dari pemegang saham lainnya yang hendak menjual sahamnya 5. Hak untuk memanggil RUPS dan Hak untuk hadir serta bersuara dalam RUPS
  • 4. 6. Hak untuk mendapatkan pembagian aktiva bersih perusahaan. Meliputi hak untuk membagi dividen dan hak memperoleh pembayaran kembali atas penyertaan modalnya apabila perusahaan harus dibubarkan atau dilikuidasi. 7. Hak untuk mengubah akte pendirian, anggaran dasar dan rumah tangga perusahaan. Meliputi hak untuk memberikan persetujuan atas perubahan-perubahan akte pendirian, anggaran dasar dan rumah tangga perusahaan, dan hak untuk mempertahankan rasio kepemilikan sahamnya diperusahaan. 8. Hak untuk dapat mempertahankan jumlah relative saham yang dimiliki melalui pembelian saham-saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan yang disebut preemptive right. Yang memungkinkan seorang pemegang saham untuk membeli sejumlah saham tambahan dalam hal perusahaan melakukan emisi atau menerbitkan saham baru. Sebagai akibatnya, rasio kepemilikan saham tidak bisa dikurangi sebagai akibat dari penerbitan saham-saham baru yang dilakukan oleh perusahaan, kecuali pemegang saham tidak menggunakan haknya untuk membeli saham baru. Tidak setiap pemegang saham memperoleh hak-hak dasar sebagaimana dikemukakan diatas. Sebagai contoh, preemptive right seringkali sudah dieliminasi melalui perubahan akta pendirian, anggaran dasar dan rumah tangga perusahaan. Disamping itu, memang sengaja tidak setiap pemegang saham diberikan hak-hak yang sama. Banyak perusahaan besar menerbitkan beberapa jenis sekuritas saham, dengan karakteristik dan hak-hak yang berbeda (hak suara dalam rapat umum pemegang saham, hak prioritas untuk memperolah pembayaran dividen, hak atas jumlah minimum dividen). Salah satu efek dari struktur kepemilikan melalui saham adalah terciptanya struktur pemegang saham mayoritas dan minoritas. Pada dasarnya masing-masing mempunyai hak yang sama. Terutama terhadap hak suara. Yaitu 1 saham adalah 1 suara. Ketentuan tambahan terhadap hak suara dapat diatur secara tegas-tegas sehubungan dengan klasifikasi saham. Dengan mekanisme pemilikan yang demikian, pemegang saham mayoritas menjadi pihak yang diuntungkan dengan sendirinya. Semakin banyak saham yang dimilikinya, maka makin dapat berkuasa ia dalam menentukan keputusan mengenai keberadaan dan jalannya suatu perseroan terbatas. Persoalannya adalah bagaimana melindungi kepentingan pemegang saham minoritas yang beresiko dirugikan oleh kekuasaan pemegang saham mayoritas. Ini beberapa pasal yang dapat berusaha mengatur kepentingan pemegang saham baik mayoritas dan minoritas: a. Tindakan Derivatif Ketentuan ini mengatur bahwa Pemegang saham dapat mengambil alih untuk mewakili urusan perseroan demi kepentingan perseroan, karena ia menganggap Direksi dan atau Komisaris telah lalai dalam kewajibannya terhadap perseroan. 1. Pemegang saham dapat melakukan tindakan-tindakan atau bertindak selaku wakil perseoran dalam memperjuangkan kepentingan perseroan terhadap tindakan perseroan yang merugikan, sebagai akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh anggota Direksi dan atau pun oleh komisaris (ps.85 (3) jo. ps.98 (2) UUPT).
  • 5. 2. Melalui ijin dari Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi kedudukan perseroan, pemegang saham dapat melakukan sendiri pemanggilan RUPS (baik RUPS tahunan maupun RUPS lainnya) apabila direksi ataupun komisaris tidak menyelenggarakan RUPS atau tidak melakukan pemanggilan RUPS (ps.67 UUPT). b. Hak Pemegang Minoritas Pada dasarnya ketentuan-ketentuan di bawah ini terutama ditujukan untuk melindungi kepentingan pemegang saham minoritas dari kekuasaan pemegang saham mayoritas. 1. Hak Menggugat Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan melalui Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi kedudukan perseroan, bila tindakan perseroan merugikan kepentingannya (ps. 54 UUPT) 2. Hak Atas Akses Informasi Perusahaan Pemegang saham dapat melakukan pemeriksaan terhadap perseroan, permintaan data atau keterangan dilakukan apabila ada dugaan bahwa perseroan dan atau anggota direksi atau komisaris melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang saham atau pihak ketiga (ps.110 UUPT). 3. Hak Atas Jalannya Perseroan Pemegang saham dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri untuk membubarkan perseroan (ps.117 UUPT). 4. Hak Perlakuan Wajar Pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan, berupa: (i) perubahan anggaran dasar perseroan; (ii) penjualan, penjaminan, pertukaran sebagian besar atau seluruh kekayaan perseroan; atau (iii) penggabungan, peleburan atau pengambilalihan perseroan.(ps.55 UUPT) Kewajiban Menurut Pasal 3 ayat (1) UU PT, pemegang saham Perseroan Terbatas (?strong>Perseroan? tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki. Ketentuan di dalam pasal ini mempertegas ciri dari Perseroan bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar setoran atas seluruh saham dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya. Namun, masih ada kemungkinan pemegang saham harus bertanggung jawab hingga menyangkut kekayaan pribadinya berdasarkan Pasal 3 ayat (2) UU PT yang menyatakan bahwa ketentuan di dalam Pasal 3 ayat (1) tidak berlaku apabila:
  • 6. 1. Persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi; 2. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi; 3. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Perseroan; atau 4. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan, yang mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang Perseroan. Selain itu berkaitan dengan masalah likuidasi, menurut Pasal 150 ayat (5) UU PT pemegang saham wajib mengembalikan sisa kekayaan hasil likuidasi secara proporsional dengan jumlah yang diterima terhadap jumlah tagihan. Kewajiban untuk mengembalikan sisa kekayaan hasil likuidasi tersebut wajib dilakukan oleh pemegang saham apabila dalam hal sisa kekayaan hasil likuidasi telah dibagikan kepada pemegang saham dan terdapat tagihan kreditor yang belum mengajukan tagihannya. Pada hakekatnya, tanggung jawab pemegang saham sebatas pada jumlah nilai saham yang disetornya. Dia akan bertanggung jawab secara pribadi (tidak terbatas) bila memenuhi salah satu kondisi: a. melakukan satu atau lebih hal yang mengakibatkan terjadinya pengungkapan tabir perusahaan (piercing corporate veil; Pasal 3 Undang-Undang No.1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas); atau b. menjadi penanggung pribadi (personal guarantor) berdasarkan perjanjian penanggungan pribadi sehubungan dengan transaksi pemberian fasilitas kredit oleh bank kepada perusahaan yang bersangkutan berdasarkan perjanjian kredit atau pinjaman tertentu. Bila dia diwajibkan untuk membayar, maka pemegang saham yang bersangkutan wajib membayar lunas seluruh dan setiap hutang yang harus dibayar oleh perusahaan. Bila ada pemegang saham lain yang mempunyai kewajiban yang sama, maka pelaksanaan kewajiban pembayaran tersebut dilakukan secara tanggung renteng di antara para pemegang saham tersebut. Pihak kreditor sebagai pihak ketiga hanya berkepentingan dalam hal hutangnya lunas (dibayar), sedangkan urusan internal sehubungan dengan pertanggung jawaban secara tanggung renteng itu sewajarnya hanya menjadi urusan di antara para pemegang saham pada perusahaan yang bersangkutan. Kewajiban pembayaran oleh pemegang saham yang dimaksud di atas dapat timbul dari titik atau sudut pandang yang berlainan, yaitu dari salah satu dari kondisi butir (a) dan (b) di atas, atau bahkan keduanya. Dalam hal butir (a), pendekatan (baca: sudut pandang) yang dilakukan adalah pertanggung jawaban dilihat dari sisi ketentuan hukum perusahaan. Sedangkan, dalam hal butir (b), pendekatan yang kedua adalah pertanggung jawaban yang dilihat dari sisi struktur transaksi pemberian fasilitas kredit. Yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa setiap dari kedua pendekatan tersebut tidak ada yang paling benar, karena hanya merupakan pendekatan dalam melakukan analisa apakah pemegang saham dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara pribadi. Jadi, kondisi dimana/bila pemegang saham harus atau dapat bertanggung jawab
  • 7. secara pribadi tersebut lah yang harus lebih diperhatikan daripada sejauh mana kewajiban dia itu dapat dimintakan. C. Pemegang saham mengendalikan Perusahaan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) adalah organ Perseroan Terbatas yang memiliki kewenangan ekslusif yang tidak diberikan kepada Direksi dan Dewan Komisaris. Kewenangan RUPS, bentuk dan luasannya, ditentukan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar Perseroan. Dalam bentuk kongkret-nya RUPS merupakan sebuah forum, dimana para pemegang saham memiliki kewenangan untuk memperoleh keterangan-keterangan mengenai Perseroan, baik dari Direksi maupun Dewan Komisaris. Keterangan-keterangan itu merupakan landasan bagi RUPS untuk menentukan kebijakan dan langkah strategis Perseroan dalam mengambil keputusan sebagai sebuah badan hukum. Dalam forum RUPS, mekanisme penyampaian keterangan dan keputusan itu disusun secara teratur dan sistematis sesuai agendanya. Dalam forum RUPS, para peserta tidak dapat memberikan keterangan dan keputusan diluar agenda rapat – kecuali RUPS itu dihadiri oleh semua pemegang saham dan mereka menyetujui penambahan agenda rapat itu dengan suara bulat. Sebagai sebuah forum, pada prinsipnya RUPS harus diselenggarakan di Indonesia. Penyelenggaraan itu dilakukan di tempat kedudukan Perseroan atau di tempat Perseroan melakukan kegiatan utamanya. Selain di tempat Perseroan, RUPS juga dapat diselenggarakan melalui media elektronik, misalnya media telekonferensi atau video konferensi. Semua peserta RUPS yang diselenggarakan dengan media elektronik harus bisa saling melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi di dalam rapat. Meskipun sifatnya telekonferensi, RUPS itu juga harus dibuatkan risalah rapatnya dan ditandatangani oleh semua peserta rapat. Jenis RUPS dapat terdiri dari RUPS Tahunan dan RUPS Lainnya. RUPS Tahunan wajib diselenggarakan Direksi minimal 6 bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir. Dalam RUPS Tahunan, Direksi mengajukan semua dokumen dari laporan tahunan Perseroan. RUPS Lainnya dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan Perseroan. A. Permintaan Diadakannya RUPS Sebelum diselenggarakannya RUPS, terlebih dahulu dilakukan Pemanggilan RUPS, dan sebelum Pemanggilan RUPS para pemegang saham yang memiliki hak suara mengajukan Permintaan RUPS. Permintaan diadakannya RUPS dilakukan dengan surat tercatat beserta alasannya kepada Direksi – dan tembusannya disampaikan kepada Dewan Komisaris. Setelah Direksi menerima surat tercatat, selanjutnya Direksi wajib melakukan Pemanggilan RUPS. Pemanggilan itu dilakukan dalam jangka waktu 15 hari sejak tanggal permintaan dengan surat tercatat itu diterima oleh Direksi. Ada kalanya Direksi tidak melakukan Pemanggilan RUPS dalam jangka waktu yang telah ditentukan – 15 hari sejak menerima surat tercatat. Jika Direksi tidak juga melakukan Pemanggilan RUPS dalam batas waktu itu, maka permintaan diadakannya RUPS diajukan
  • 8. kembali dengan surat tercatat oleh pemegang saham, namun kali ini bukan kepada Direksi melainkan kepada Dewan Komisaris. Selanjutnya, Dewan Komisaris yang melakukan Pemanggilan RUPS – juga dengan jangka waktu 15 hari sejak penerimaan surat tercatat. Ada kemungkinan juga baik Direksi maupun Dewan Komisaris, setelah diajukannya Permintaan RUPS oleh pemegang saham, tidak melakukan Pemanggilan RUPS. Jika hal ini yang terjadi maka pemegang saham dapat mengajukan permohonan itu sekali lagi melalui pengadilan. Kepada ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan, pemegang saham mengajukan permohonan untuk dibuat penetapan pengadilan agar: memberikan izin kepada pemohon (pemegang saham) untuk melakukan sendiri Pemanggilan RUPS. Pengadilan, setelah mempelajari keterangan dan bukti dari pemegang saham, Direksi dan Dewan Komisaris, selanjutnya menetapkan pemberian izin penyelenggaraan RUPS. Permohonan dapat ditolak jika pemegang saham tidak dapat membuktikan alasannya – persyaratan dan kepentingannya. B. Pemanggilan RUPS Pemanggilan RUPS dilakukan oleh Direksi kepada para pemegang saham – atau oleh Dewan Komisaris dan pemegang saham sendiri dalam hal Direksi tidak melaksanakan pemanggilan. Pemanggilan RUPS dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 14 hari sebelum RUPS diselenggrakan. Selain dengan surat tercatat, pemanggilan RUPS dapat juga dilakukan melalui surat kabar. Dalam pemanggilan itu harus dicantumkan “tanggal”, “waktu”, “tempat”, dan “agenda” rapat. Selain deskripsi rapat, dalam pemanggilan juga wajib disertakan pemberitahuan bahwa bahan yang akan dibicarakan dalam RUPS telah tersedia di kantor Perseroan sejak tanggal pemanggilan sampai dengan RUPS diadakan. Perseroan wajib memberikan salinan bahan tersebut kepada pemegang saham secara cuma-cuma jika diminta. C. Hak Suara Pemegang Saham dalam RUPS Pada prinsipnya setiap saham yang dikeluarkan oleh Perseroan memiliki setidaknya satu hak suara. Namun, Perseroan juga dapat menentukan hak suara itu lebih besar atau lebih kecil, selama hal itu ditentukan dalam Anggaran Dasarnya. Meskipun setiap saham memiliki setidaknya satu hak suara, namun hak suara itu tidak berlaku bagi saham-saham berikut: a. Saham yang dikuasai sendiri oleh Perseroan. b. Saham induk Perseroan yang dikuasai oleh anak Perseroannya – baik langsung maupun tidak langsung. c. Saham Perseroan yang dikuasai oleh Perseroan lain yang sahamnya langsung atau tidak langsung telah dimiliki Perseroan. Hak suara para pemegang saham dapat digunakan untuk mengambil keputusan dalam RUPS – kecuali saham yang tidak memiliki hak suara. Dalam pemungutan suara untuk mengambil keputusan, suara yang dikeluarkan oleh pemegang saham berlaku untuk seluruh saham yang dimilikinya. Pemegang saham tidak boleh memberikan kuasa kepada lebih dari
  • 9. seorang kuasa untuk sebagian dari saham yang dimilikinya dengan suara yang berbeda. Dalam pemungutan suara, anggota Direksi dan Dewan Komisaris, serta karyawan Perseroan, dilarang bertindak sebagai kuasa dari pemegang saham. Dalam hal pemegang saham hadir sendiri dalam RUPS, surat kuasa yang telah diberikan untuk mewakili kehadirannya menjadi tidak berlaku untuk rapat tersebut. D. Kuorum RUPS RUPS baru dapat diselenggarakan jika 1/2 lebih dari seluruh saham dengan hak suara menghadirinya – kecuali Anggaran Dasar menentukan jumlah kuorum yang lebih besar. Jika kuorum tersebut tidak tercapai, Direksi dapat melakukan Pemanggilan RUPS Kedua. Pemanggilan RUPS Kedua harus menyebutkan bahwa RUPS Pertama telah dilaksanakan dan tidak mencapai kuorum. RUPS Kedua sah dan berhak mengambil keputusan jika RUPS itu dihadiri oleh minimal 1/3 dari jumlah seluruh saham dengan hak suara. Jika kuorum RUPS Kedua juga tidak tercapai, Perseroan dapat memohon kepada ketua pengadilan negeri agar ditetapkan kuorum untuk RUPS Ketiga. Selanjutnya, RUPS Ketiga itu dilangsungkan dengan dasar kuorum yang ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri. Pemanggilan RUPS Ketiga harus menyebutkan bahwa RUPS Kedua telah dilaksanakan dan tidak mencapai kuorum. Pemanggilan RUPS Kedua dan RUPS Ketiga masing-masing dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 hari sebelum RUPS Kedua atau RUPS Ketiga itu dilaksanakan. RUPS Kedua dan RUPS Ketiga diselenggarakan dalam jangka waktu paling cepat 10 hari dan paling lambat 21 hari setelah RUPS yang mendahuluinya dilangsungkan. Keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Dalam hal upaya musyawarah untuk mufakat itu tidak tercapai, keputusan adalah sah jika disetujui oleh lebih dari 1/2 bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan. RUPS untuk mengubah Anggaran Dasar dapat dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit 2/3 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, dan keputusannya sah jika disetujui paling sedikit 2/3 bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan – kecuali Anggaran Dasar menentukan kuorum kehadiran yang lebih besar. Dalam hal kuorum kehadiran tidak tercapai, dapat diselenggarakan RUPS Kedua. RUPS kedua sah dan berhak mengambil keputusan jika dalam rapat paling sedikit 3/5 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, dan keputusannya sah jika disetujui paling sedikit 2/3 bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan. E. Risalah Rapat Dalam setiap penyelenggaraan RUPS, ketua rapat wajib membuat dan menandatangani risalah RUPS. Selain ketua rapat, minimal 1 orang pemegang saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS juga menandatangani risalah tersebut. Tanda tangan itu tidak disyaratkan apabila risalah RUPS dibuat dengan akta notaris. Selain dalam rapat, pemegang saham dapat juga mengambil keputusan yang mengikat di luar RUPS dengan syarat semua pemegang saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan menandatangani usulan yang bersangkutan.
  • 10. Daftar Pustaka Anonim, 2016, Pemegang Saham, Wikipedia : https://id.wikipedia.org/wiki/Pemegang_saham (diakses : 05-10-2017) Anonim, 2012, Pengertian Pemegang Saham Pengendali, Saham OK : https://www.sahamok.com/pengertian-pemegang-saham-pengendali/ (diakses : 05-10- 2017) Anonim, 2001, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Hukum online : http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl209/tanggung-jawab-pemegang-saham (diakses : 5-10-2017) Anonim, 2006, Perlindungan Terhadap Pemegang Saham, Hukum online : http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1017/perlindungan-terhadap-pemegang- saham (diakses : 5-10-2017) Anonim, 2016, Hak dan Kewajiban Pemegang Saham, carajadikaya.com : https://www.carajadikaya.com/hak-dan-kewajiban-pemegang-saham/ (diakses : 5-10- 2017) Redaksi, 2016, Hak dan Kewajiban Pemegang Saham, Berita transparansi | PT. Pagi Indonesia : https://www.beritatransparansi.com/hak-dan-kewajiban-pemegang-saham/ (diakses : 5- 10-2017) Sukandar Dadang, 2016, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), legalakses : http://www.legalakses.com/rapat-umum-pemegang-saham-rups/ (diakses : 5-10-2017)